Anda di halaman 1dari 28

lOMoAR cPSD| 31939005

MAKALAH

MODEL DAN PENDEKATAN EVALUASI PROGRAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi dan Supervisi Pendidikan
Teknologi Kejuruan

Dosen: Prof. Dr. Ambiyar, M.Pd

KELOMPOK 2:
1. Asmeri hadi
2. Veri Kurtis
3. Yeni Nora Wiwi

PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
lOMoAR cPSD| 31939005

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat yang diberikan-
Nya sehingga tugas makalah yang berjudul “Model dan Pendekatan dalam Evaluasi
Program” ini dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat sebagai kewajiban untuk
memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi dan supervisi Pendidikan Teknologi
Kejuruan. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ambiyar, M.Pd, selaku dosen mata kuliah Evaluasi dan Supervisi
Pendidikan Teknologi Kejuruan.
2. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini, sehingga
menambah pengetahuan dan keterampilan penulis dalam membuat makalah
ini.

Penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, baik untuk penulis dan umumnya untuk teman-teman semua.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, maka
dari itu tentunya penulis mengharapkan banyak masukan dan saran yang
membangun. Supaya kedepannya penulis dapat membuat makalah dengan lebih
baik hingga mendapatkan hasil yang bermanfaat.

Akhirnya penulis berharap dengan selesainya makalah ini, dapat menjadi


sumber bahan materi dalam proses pembelajaran. Semoga apa yang disusun oleh
penulis dapat berguna bagi semua pihak.

Payakumbuh, 18 Oktober 2023

Penulis
lOMoAR cPSD| 31939005

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evaluasi program merupakan suatu proses atau kegiatan ilmiah yang
dilakukan secara berkelanjutan dan menyeluruh sebagai upaya pengendalian,
penjaminan, dan penerapan suatu program berdasarkan kriteria tertentu untuk
membuat suatu keputusan dan pertanggungjawaban dalam melaksanakan
program. Adapun aspek penting dalam evaluasi program, salah satunya adalah
menentukan pendekatan dan model evaluasi program.
Said Hamid Hasan dalam Arifin (2019), mengelompokan model evaluasi
menjadi model evaluaso kuantitatif, model evaluasi kualitatif yang meliputi
model Tyler, model teoritik Taylor dan Maguire, model pendekatan Alkin,
model Countenance Stake, model CIPP, model ekonomi mikro; serta model
evaluasi kuantitatif, yang meliputi model studi kasus, model iluminatif, dan
model responsive. Meskipun setiap model berbeda dan memiliki keterbatasan,
namun pemilihan model yang tepat sesuai dengan suatu program akan
memberikan implikasi langsung terhadap mutu informasi yang dihasilkan
dalam proses evaluasinya.
Pendekatan dalam evaluasi program harus ditegaskan dan dijelaskan sejak
awal menyusun desain evaluasi program. Hal ini dianggap penting karena
pendekatan evaluasi program akan mempengaruhi langkah-langkah
selanjutnya, seperti menentukan metode evaluasi, sumber data atau populasi
dan sampel, intrumen evaluasi, dan analisis data. Adapun model evaluasi
program yang harus diperhatikan sesuai dengan karakteristik programnya.
Setiap program memiliki karakteristik yang berbeda dan setiap model evaluasi
memiliki asumsi, pendekatan, terminology, dan logika berpikir berbeda. Maka
dari itu, pemilihan pendekatan dan model evaluasi program dianggap sangat
penting dalam proses awal evalasi program.
lOMoAR cPSD| 31939005

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana jenis kelompok model-model evaluasi program?
2. Bagaimana model evaluasi Kirkpatrick untuk program pelatihan?
3. Bagaimana konsep dasar mengenai pendekatan evaluasi program?
4. Bagaimana penilaian kerja dalam pemilihan pendekatan dan model
evaluasi program?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui model-model evaluasi program.
2. Untuk mengetahui pendekatan evaluasi program.
3. Untuk mengetahui model evaluasi Kirkpatrick dalam program
pelatihan.
4. Untuk mengetahui penilaian kerja.
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
1. Menambah ilmu dan memperluas wawasan berfikir dalam ilmu
pengetahuan terutama mengenai pemilihan pendekatan dan model
evaluasi program.

2. Sebagai referensi bagi seluruh evaluator untuk memilih pendekatan dan


model evaluasi program yang tepat dan sesuai dengan program yang
akan atau sedang dievaluasi.
lOMoAR cPSD| 31939005

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 MODEL-MODEL EVALUASI PROGRAM


Langkah pemilihan model ketika akan melakukan kegiatan evaluasi
dianggap penting dikarenakan setiap program memiliki karakteristik yang
berbeda dan setiap model evaluasi memiliki asumsi, pendekatan, terminologi,
dan logika berpikir yang berbeda pula. Oleh karena itu jangan menggunakan
lebih dari satu model dalam suatu kegiatan evaluasi karena akan memunculkan
kerancuan dan benturan logika antar model. Pemilihan model yang tepat akan
berimplikasi langsung terhadap mutu informasi yang dihasilkan. Isaac dan
Michael (1982) membedakan ada empat hal yang digunakan untuk
membedakan ragam model evaluasi yaitu :
a. Berorientasi pada tujuan program
b. Berorientasi pada keputusan
c. Berorientasi pada kegiatan dan orang-orang yang menanganinya
d. Berorientasi pada pengaruh dan dampak program

Menurut Zainal Arifin (2017), model-model evaluasi yaitu :

1) Model Evaluasi Berorientasi Tujuan (Tyler)


Dasar pemikiran dalam model evaluasi ini adalah : (a) Evaluasi
ditujukan kepada tingkah laku peserta program, (b) Evaluasi harus
dilakukan sebelum melaksanakan program dan sesudah
melaksanakan program. Dasar pemikiran yang kedua ini
menunjukkan perubahan tingkah laku apa yang terjadi setelah
peserta program mengikuti program tertentu dan menegaskan bahwa
perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang disebabkan oleh
adanya suatu program.
Model ini memerlukan informasi perubahan tingkah laku
sebelum dan sesudah terjadinya program. Instrumen pokok yang
digunakan adalah tes karena itu model ini mensyaratkan validitas
informasi pada tes akhir. Untuk menjamin validitas ini maka perlu
adanya kontrol dengan menggunakan desain eksperimen. Model ini
lOMoAR cPSD| 31939005

disebut juga dengan model black box, karena model ini sangat
menekankan adanya tes awal dan tes akhir. Apa yang terjadi dalam
proses tidak perlu diperhatikan karena proses ini dianggap sebagai
black box yang menyimpan segala macam teka-teki.
Model ini banyak Digunakan karena dianggap lebih praktis untuk
menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yang dapat
diukur. Tujuan model ini adalah membantu evaluator merumuskan
tujuan dan menjelaskan hubungan antara tujuan dan kegiatan. Model
ini juga dapat membantu evaluator menjelaskan rencana Program
dengan proses pencapaian tujuan. Langkah-langkah untuk
melaksanakan model ini yaitu :
a. Menentukan tujuan umum program
b. Mengklarifikasi tujuan
c. Merumuskan tujuan dalam bentuk tingkah laku
d. Menentukan situasi agar tujuan dapat tercapai
e. Mengembangkan instrumen evaluasi
f. Mengumpulkan data yang diperlukan
g. Membandingkan data dengan tujuan operasional atau tingkah
laku yang telah ditetapkan.
Keunggulan model ini yaitu terletak pada keterkaitan antara
tujuan dengan kegiatan dan menekankan pada peserta program
sebagai aspek penting dalam suatu program. Kelemahannya yaitu
memungkinkan terjadinya proses evaluasi melebihi konsekuensi
yang tidak diharapkan.
2) Model Pengukuran (Measurement Model)
Model ini banyak dipengaruhi oleh konsep dan pemikiran dari R.
Thorndike. Model ini sangat menitikberatkan pada kegiatan pengukuran
yang digunakan untuk menentukan kuantitas suatu sifat tertentu yang
dimiliki Objek, Orang maupun peristiwa dalam bentuk unit ukuran
tertentu. Dalam bidang pendidikan model ini telah diterapkan untuk
mengungkap perbedaan-perbedaan individual maupun kelompok dalam
hal kemampuan minat dan sikap. Hasil evaluasi ini digunakan untuk
lOMoAR cPSD| 31939005

keperluan seleksi peserta program bimbingan dan perencanaan


pendidikan. Objek evaluasi model ini yaitu tingkah laku peserta
program mencakup hasil belajar kognitif, pembawaan, sikap, minat,
bakat, dan juga aspek-aspek kepribadian peserta. Instrumen yang
digunakan yaitu tes tertulis dalam bentuk tes objektif. Model ini
menggunakan pendekatan penilaian acuan norma.
3) Model Kesesuaian
Model Kesesuaian ini merupakan suatu kegiatan yang melihat
kesesuaian antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai.
Hasil evaluasi ini digunakan untuk menyempurnakan sistem
bimbingan dan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak
yang memerlukan. Objek evaluasinya adalah tingkah laku peserta
program yaitu perubahan tingkah laku yang diinginkan pada akhir
kegiatan pendidikan baik yang menyangkut aspek kognitif afektif
maupun psikomotor. Teknik evaluasi digunakan tidak hanya tes
tetapi juga Non tes seperti observasi wawancara sikap. Model
evaluasi ini memerlukan informasi perubahan tingkah laku pada dua
tahap yaitu sebelum dan sesudah kegiatan melalui tes awal dan akhir.
Model evaluasi ini menekankan pada pendekatan penilaian acuan
patokan. Prosedur evaluasinya adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan tingkah laku

b. Menentukan situasi di mana peserta didik dapat memperlihatkan


tingkah laku yang akan dievaluasi
c. Menyusun alat evaluasi
d. Menggunakan hasil evaluasi
4) Educational System Evaluation Model (Daniel L. Stufflebeam,
Michael Scriven, Robert E.Stake dan Malcolm M. Provus)
Arifin (2019) menyebutkan konsep evaluasi model Educational
System Evaluation membandingkan kinerja dari berbagai dimensi
dengan kriteria tertentu baik secara mutlak/intern maupun
relatif/ekstern. Landasan model ini adalah sistem dimana sistem adalah
lOMoAR cPSD| 31939005

suatu keseluruhan yang menggabungkan beberapa model. Objek


evaluasi diambil dari beberapa model berupa:
a. Model Countenance dari Stake
Model ini meliputi kegiatan berlangsung(antecendents), kegiatan
yang terjadi dan saling memengaruhi (transaction) dan hasil yang
didapatkan (outcomes).
b. Model CIPP(Context, Input, Process & Product) dan CDPP
(Context, Design, Process, dan Product) dari Stufflebean
c. Model Scriven
Model ini meliputi instrumental evaluation dan consequential
evaluation.
d. Model Provus
Model provus meliputi design, operation program, interin products
dan terminal products.
e. Model EPIC (Evaluative, Inoovative, curriculum)
Model EPIC mengevaluasi aspek perilaku, pembelajaran
maupun institusi. Aspek perilaku meliputi kognitif, psikomotorik
dan afektif. Pembelajaran meliputi organisasi, metode, isi, biaya dan
fasilitas. Terakhir ada institusi yang meliputi guru, administrator,
keluarga, masyarakat dan peserta didik.
f. Model CEMREL (Cnetral Midwestern Regional Educational
Laboratory)
Model ini ditekankan pada tiga segi meliputi:
1. Penekanan pada peserta didik, mediator dan material
2. Evaluasi dilakukan pada kegiatan berjalan dan akhir kegiatan
3. Bersumber dari observasi, angket dan skala jawaban
g. Model Antkinson
Model ini menekankan pada tiga domain tujuan meliputi
struktur, proses dan produk. Domain struktur meliputi organisasi
dan perencanaan sekolah. Sedangkan domain proses meliputi proses
pembelajaran dan domain produk merupakan hasil belajar berupa
perilaku yang didapatkan.
lOMoAR cPSD| 31939005

5) Model Evaluasi Countenance (Robert Stake)


Arifin (2019) menyebutkan bahwa “evaluasi dilakukan dengan cara
membandingkan satu program dengan program lain yang dianggap
standar”. Model ini terdiri atas dua fokus. Fokus pertama adalah
deskripsi yang terdiri atas dua aspek meliputi intent (goals) dan
observation (effects). Fokus kedua adalah judgement yang terdiri atas
dua aspek meliputi standart dan judgement. Setiap hal tersebut memiliki
tiga dimesi meliputi antecedents (context), transaction (process) dan
outcomes (output).
Data digunakan untuk menilai manfaat program dengan
dibandingkan pada standar nilai absolut dan menentukan perbedaan
keadaan sebenarnya dengan tujuan yang ditetapkan. Dalam
pelaksanaannya diperlukan prosedur yang dilakukan oleh evaluator.
Prosedur penggunaan model evaluasi contenance meliputi:
a. Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data, evaluator mengumpulkan data baik
melalui studi dokumen maupun wawancara. Data yang dikumpulkan
merupakan data yang diinginkan oleh pengembang program.
b. Analisis Data (Logis dan Empiris)
Pada tahap ini evaluator perlu memberi pertimbangan. Evaluator
perlu menentukan pencapaian rencana transaksi sesuai dengan
prasyarat awal yang ditentukan serta hubungan transasksi dengan
hasil yang didapatkan.
c. Analis Congruence (Kesesuaian)
Pada tahapan ini evaluator membandingkan tujuan (intend)
dengan yang terjadi dalam kegiatan (observasi) dan memeriksa
kesesuaiannya antar satu sama lain. Hasil analis congruence akan
diserahkan pada tim ahli yang memeriksa kesahihan dan
memberikan presepsi terhadap hasil yang di dapatkan.
d. Pertimbangan hasil
Pada tahap ini evaluator memberikan pertimbangan pada
program yang dikaji. Hal ini dilakukan untuk melihat konsistensi
lOMoAR cPSD| 31939005

model evaluasi terhadap transaction dengan antecendent dan


outcome serta memperjelas tujuan evaluasi. Evaluator biasanya
melakukan pertemuan terlebih dahulu untuk membahas kerangka
acuan.
Arifin (2019) menyebutkan model ini memiliki kelebihan dan
kekurangan meliputi:
a. Kelebihan
1. Memasukkan latar belakang, program, proses, hasil.
2. Evaluator yang memberi keputusan.
3. Potensi wawasan baru dan teori lapangan.
b. Kekurangan
1. Subjektif
2. Meminimalkan kepentingan evaluasi kuantitaif dan instrumen
pengumpulan data
3. Biaya yang besar
6) Model Evaluasi CIPP
Model ini berorientasi pada suatu keputusan tertentu dan dikembangkan
oleh Guba dan Stufflebean (1968). Model evaluasi CIPP mengarahkan
objek sasaran evaluasi dari masukan, proses hingga hasil. Hasil evaluasi
menjadi input untuk pembuatan keputusan dalam penyempurnaan
sistem. Model ini meliputi empat jenis kegiatan meliputi
a. Context Evaluation To Serve Planning Decision
Evaluasi program harus dipahami dalam berbagai konteks (sosial
politik, budaya lingkungan dan konstrain kebijakan) agar tidak salah
arah. Konteks ini membantu administrator merencanakan
keputusan, menentukan kebutuhan program dan merumuskan tujuan
program.
b. Input Evaluation, Structuring Decision
Input merupakan dimensi penting untuk kelancaran proses mutu
hasil program. Masukkan dapat berupa metode, media, sumber
belajar, kurikulum dan peserta didik, instruktur dan saranaprasarana.
lOMoAR cPSD| 31939005

c. Process Evaluation To Serve Implementing Decision


Kegiatan ini membantu untuk melaksanakan keputusan. Proses ini
mencakup penyelenggaraan, implementasi pembelajaran,
penggunaan sarana, media maupun aktivitas peserta didik.
Pertanyaannya terkait ketercapaian rencana, kesesuaian dengan
rencana dan perbaikan yang diperlukan.
d. Product Evaluation, To Serve Recycling Decision
Kegiatan ini membantu penentuan keputusan selanjutnya. Produk
dapat berupa kinerja lulusan pada suatu tempat. Dalam
pelaksanaannya perlu perhatian terhadap ketercapaian sikap, nilai,
pengetahuan dan keterampilan pada tujuan yang ditetapkan dan
kinerja lulusan. Kegiatan ini erat dengan pencapaian dan yang
dilakukan setelah program berjalan.
Model ini juga dapat digambarkan dengan beberapa pertanyaan meliputi
a. What should we do
Pertanyaan what should we do ini berkaitan dengan aspek evaluasi
context evaluation dan tipe pengambilan keputusan yang dilakukan
adalah planning decision. Dimana hal yang harus dilakukan evaluator
adalah mengumpulkan dan melakukan need assesment. Kegiatan need
assesment ini digunakan untuk menentukan tujuan, prioritas dan
sasaran.
b. How should we do it
Pertanyaan how should we do it ini berkaitan dengan aspek evaluasi
input evaluation dan tipe pengambilan keputusan yang dilakukan adalah
structuring decision. Tahap ini terdiri atas langkah yang perlu dilakukan
meliputi identifikais program eksternal dan material mengumpulkan
informasi untuk mencapai sasaran.
c. Are we doing it as planned
Pertanyaan are we doing it as planned ini berkaitan dengan aspek
evaluasi process evaluation dan tipe pengambilan keputusan yang
dilakukan adalah implementing decision. Tahap ini terkat pengembilan
keputusan terkait seberapa baik program yang dapat dialkukan dengan
lOMoAR cPSD| 31939005

monitoring program dan memperlajari kesesuaian keputusan dengan


petunjuk dan rencana, konflik, dukungan staff maupun aspek lainnya.
d. Did it works
Pertanyaan did it works ini berkaitan dengan aspek evaluasi product
evaluation dan tipe pengambilan keputusan yang dilakukan adalah
recycling decision. Tahap ini membandingkan hasil dengan harapan lalu
membuat keputusan yang diperlukan apakah program dilanjutkan,
dimodifikasi atau dihentikan.
Stufflebeam dalam (dalam Arifin,2019) menyebutkan manfaat model
ini meliputi
1. Sebagai informasi dalam penentuan keputusan alternatif
2. Membantu pengembangan dan penilaian program pendidikan atau
objek
3. Membantu pengembangangan objek program
7) Model Alkin (Alkin Model)
Model yang dikembangkan oleh Marvin Alkin, 1969 (dalam Arifin,
2019) menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk
menyakinkan keputusan, mengumpulkan, memilih dan menganalisis
infomasi yang tepat, sehingga menjadi susunan laporan bagi pembuat
keputusan dalam memilih beberapa alternatif. Menurut Alkin ada lima
jenis evaluasi, yaitu:
1) Sistem Assesment
Jenis evaluasi yang bertujuan untuk memberikan informasi
tentang keadaan atau posisi dari suatu sistem.
2) Program Planing
Jenis evaluasi yang bertujuan untuk membantu pemilihan
program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi
kebutuhan program.
3) Program Implementation
Jenis evaluasi yang bertujuan untuk menyampaikan informasi
apakah suatu program sudah diperkenalkan kepada kelompok
tertentu yang tepat sebagimana yang direncanakan.
lOMoAR cPSD| 31939005

4) Prorgram Improvement
Jenis evaluasi yang memberikan informasi mengenai bagaimana
suatu program dapat berfungsi bekerja, atau berjalan sesuai
tujuannya. Termasuk juga infromasi mengenai masalah program
tersebut.
5) Program Certification
Jenis evaluasi yang memberikan infromasi mengenai nilai atau
manfaat suatu program.

Model Alkin menggunakan pendekatan sistem karena model ini


mengutamakan sistem yang berjalan seperti halnya pendidikan (sistem).
Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh evaluator dalam model ini,
yaitu pengukuran dan variabel control. Adapun komponen-komponen
model Alkin adalah masukan, proses yang dinamakan dengan istilah
perantara, dan keluaran (hasil). Model ini mengenal sistem internal yang
merupakan interaksi antar komponen yang langsung berhubungan
dengan pendidikan dan sistem eksternal yang mempunyai pengaruh dan
dipengaruhi oleh pendidikan.
Asumsi yang melandasi model Alkin adalah:
a. Variabel perantara adalah satu-satunya variabel yang
dimanipulasi
b. Sistem eksternal tidak langsung dipengaruhi oleh keluaran
sistem
c. Para pengambil keputusan sekolah tidak memiliki control
mengenai pengaruh yang diberikan sistem eksternal terhadap
sekolah

d. Faktor masukan mempengaruhi aktivitas faktor perantara dan


pada hilirannya faktor pelantara berpengaruh terhadap hasil

8) Model Brinkerhof
Robert O. Brinkerhoff dalam bukunya Program Evaluation
mengemukakan ada tiga jenis evaluasi yang disusun berdasarkan
lOMoAR cPSD| 31939005

penghubungan elemen-elemen yang sama, yaitu:


1) Fixed vs Emergent Evaluation Design
Desain evaluasi fixed (tetap) direncanakan dan disusun secara
sistematik dan terstruktur. Namun juga dapat disesuaikan dengan
kebutuhan yang sewaktu-waktu dapat berubah. Desain evaluasi ini
dikembangkan berdasarkan tujuan program, kemudian disusun
pertanyaan-pertanyaan evaluasi untuk mengumpulkan berbagai
infromasi yang diperoleh dari sumber-sumber tertentu. Pada
umumnya desain fixed digunakan dalam evaluasi formal yang dibut
secara individual.
Kegiatan-kegiatan evaluasi yang dilakukan dalam desain fixed
antara lain:

(1) Menyusun pertanyaan-pertanyaan


Dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan atau
merumuskan masalah, seorang evaluator harus mengacu
pada tujuan program dan dapat merangsang audience untuk
memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang dianggap kurang
relevan. Dalam proses komunikasinya harus dibangun secara
teratur dan kontinu, baik secara langsung maupun tidak
langsung antara evaluator dengan audience atau klien.Maka
dari itu, wajar jika desain ini memerlukan banyak biaya dan
waktu karena harus sesuai dengan evaluasi.
(2) Menyusun dan menyiapkan instrument
Untuk mengumpulkan data dalam desain ini
menggunakan berbagai teknik, seperti tes, observasi,
wawancara, kuesioner, dan skala penilaian. Data yang
dikumpulkan biasanya bersifat kuantitatif, sehingga syarat-
syarat penyelusuran isntrumen harus dikemas dengan baik
sesuai dengan validitas dan realibilitasnya. Dalam
penyusunan desain perlu didiskusikan terlebih dahulu
lOMoAR cPSD| 31939005

dengan pihak pemakai agar memperbaiki kekurangan yang


ada.
(3) Menganalisis hasil evaluasi

(4) Melaporkan hasil evaluasi secara formal kepada pihak-pihak


yang berkepentingan

Desain evaluasi emergent, tujuan evaluasi adalah


untuk beradaptasi dengan situasi yang sedang berlangsung
dan berkembang, seperti menampung pendapat audiensi,
masalah-masalah, dan kegiatan program. Di sini, evaluator
tidak perlu merangsang audiensi karena audiensi akan
menentukan sendiri isu-isu dan informasi penting lainnya
yang diperlukan dalam desain emergent. Selama proses
evaluasi, evaluator harus menjalin komunikasi yang kontinu
dengan audinensi, sehingga data dan informasi yang
dikumpulkan tidak terputus dan tetap utuh. Maka dari itu,
proses desain evaluasi ini memerlukan waktu yang lama.
Teknik pengumpulan data pada desain evaluasi ini
dapat menggunakan observasi, studi kasus, dan laporan tim
pedukung. Pengukuran tidak selalu mengacu pada tujuan
program karena infromasi yang dibutuhkan lebih bersifat
kuantitatif-naturalistik. Hal ini dimaksud agar informasi
yang dikumpulkan lebih banyak, mendalam, dan
bermanfaat. Dengan demikian, desain akan terus
berkembang dan berubah sesuai dengan situasi dan kondisi
lapangan.
2) Formative vs Sumative Evaluation
Evaluasi formative berfungsi untuk memperbaiki program,
sedangkan evaluasi sumatif berfungsi untuk melihat keberhasilan
dan kemanfaatan program secara menyeluruh. Adapun fokus pada
evalsuasi sumatif adalah variabel-variabel yang dianggap penting
dalam program. Evaluasi sumatif dapat menentukan apakah suatu
program dapat dihentikan atau diteruskan.
lOMoAR cPSD| 31939005

Scriven (dalam Arifin, 2019) menggambarkan perbedaan antara


evaluasi formatif dan sumatif sebagai berikut, “the role of formative
evaluation as conserned with identifying and remendying problems
during the developmental stages of a programe. Summative
evaluation, on the other hand, is concerned with assessing the worth
of a programme in its final form.”

3) Desain Eksperimental dan Desian Eksperimental Kuasi vs Natural


Inquiry
Desain eksperimental menggunakan pendekatan kuantitatif,
random sampling, menmberikan perlakuan, dan mengukur dampak.
Tujuannya untuk menilai manfaat hasil percobaan program. Dalam
proses pengamatan evaluator harus selalu merendah agar program
yang dievaluasi tidak terancam dan berubah karena kehadiran
evaluator. Desain evaluasi ini disusun bersama karena memerlukan
banyak waktu dan biaya yang cukup banyak, dalam Menyusun
instrument untuk menilai perlakuan, mengumpulkan data
kuantitatif, dan mengelola data statistic.
Desain evaluasinatural-inkuiri, dalam kegiatannya dilakukan
secara berkesinambungan dengan pendekatan infromal. Evaluator
memerlukan waktu yang banyak untuk melakukan pengamatan dan
wawancara dengan orang-orang yang terlibat dan juga dapat
menggunakan teknik studi dokumentasi.
9) Illuminative Model (Malcom Parlett dan Hamilton)
Model yang menekankan pada evaluasi kualitatif terbuka (open-
ended), di mana kegiatan evaluasi dihubungkan dengan lingkungan
pelaksanaan program sebagai lingkungan material dan psiko-sosial yang di
dalamnya evaluator dan peserta program dapat berinteraksi.Tujuan evaluasi
adalah untuk mempelajari secara cermat dan mendalam terhadap
pelaksanaan suatu program, faktor-faktor yang mempengaruhinya,
kelebihan dan kekurangan program, serta dampak program terhadap
kompetensi peserta. Fungsi evaluasi dalam model ini adalah sebagai input
lOMoAR cPSD| 31939005

kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka penyesuaian dan


penyempurnaan program yang sedang dikembangkan.
Hasil evaluasi bersifat deskriptif dan interpretasi, bukan pengukuran
dan prediksi. Model evaluasi program ini lebih menggunakan judgement.
Pendekatan yang digunakan pun lebih menyerupai pendekatan yang
diterapkan dalam bidang antropologi sosial, psikiarti, dan sosiologi.
Cara yang digunakan dalam model evaluasi ini bersifat fleksibel dan
selektif. Berdasarkan tujuan dan pendekatan evaluasi dalam model ini, maka
ada tiga fase evaluasi yang harus ditempuh, yaitu observe, inquiry further,
dan seek to explain.
10) Model Responsif
Sebagaimana model iluminatif, model ini juga bertitik tolak pada
pendekatan kualitatif-naturalistik. Evaluasi tidak sama dengan pengukuran
melainkan pemberian makna atau melukiskan sebuah realitas dari berbagai
perspektif orang-orang yang terlibat, berminat dan berkepentingan dengan
suatu program. Dengan kata lain, model evaluasi responsive merupakan
model evaluasi yang lebih difokuskan untuk merespon para stakeholders
program. Tujuan evaluasi adalah untuk memahami semua komponen
program melalui berbagai sudut pandangan yang berbeda. Sesuai dengan
pendekatan yang digunakan maka model ini kurang percaya terhadap hal-
hal yang bersifat kuantitatif. Instrumen yang digunakan pada umumnya
mengandalkan observasi langsung maupun tak langsung dengan interpretasi
data yang impresionistik.
Proses evaluasi responsif dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
- Menyusun perencanaan dan mengorganisir evaluasi dalam bentuk desain
atau model evaluasi yang diawali dengan negoisasi dan Menyusun draft
kontrak antara evaluator dengan klien (yang meminta dilaksanakannya
evaluasi). Isi kontrak antara lain: objek evaluasi, tujuan evaluasi, kriteria
evaluasi, hak untuk mengakses dokumen dan informasi, jaminan
kerahasiaan, anonimitas responden dan informasi, dan identifikasi jenis
dan jumlah stakeholders serta hak-haknya.
lOMoAR cPSD| 31939005

- Mengidentifikasi para stakeholders, yang meliputi: jenis dan jumlah


stakeholders, menarik sampel dari stakeholders, dan mengecek
pengetahuan awal (preliminary understanding) peserta program.
- Mengumpulkan data dan informasi sesuai dengan objek evaluasi, seperti
pendapat, isu dan nilai-nilai stakeholders. Teknik pengumpulan data
meliputi observasi, wawancara mendalam (depth interview), studi
dokumentasi, dan lain-lain.
- Menganalisis hasil pengumpulan data sesuai dengan pendekatan, kriteria
dan Langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam desain evaluasi.
- Menyusun laporan dan rekomendasi. Laporan dibahas dengan
stakeholders dan berupaya mencapai kesepakatan dengan stakeholders.
Berdasarkan Langkah-langkah ini, evaluator mencoba responsive
terhadap orang-orang yang berkepentingan pada hasil evaluasi. Hal
yang penting dalam model responsive adalah pengumpulan dan sintesis data.

Kelebihan model responsive antara lain peka terhadap berbagai pandangan


dan kemampuannya mengakomodasi pendapat yang ambigu serta tidak focus.
Sedangkan kekurangannya antara lain pembuat keputusan sulit menentukan
prioritas atau penyederhanaan informasi, tidak mungkin menampung semua
sudut pandangan dari berbagai kelompok, membutuhkan waktu dan tenaga.
Evaluator harus dapat beradaptasi dengan lingkungan yang diamati.
11) Model evaluasi wheel (Roda) dari Beebe
Model evaluasi ini berbentuk roda karena menggambarkan usaha evaluasi
yang berkaitan dan berkelanjutan dari satu proses ke proses selanjutnya. Model
ini digunakan untuk mengetahui apakah program pelatihan yang dilakukan
suatu instansi telah berhasil, untuk itu diperlukan sebuah model untuk
mengevaluasinya. Secara singkat, model wheel ini mempunyai tiga tahap
utama, yaitu pembentukan tujuan pembelajaran, pengukuran outcomes
pembelajaran, dan interpretasi hasil pengukuran dan penilaian.
12) Model evaluasi provus
Kesenjangan program adalah sebagai suatu keadaan antara program yang
diharapkan dalam rencana dengan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan
program. Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
lOMoAR cPSD| 31939005

kesesuaian antara standar yang sudah ditentukan dalam program dengan


penampilan aktual dari program tersebut. Tujuan dari model ini adalah untuk
menganalisis suatu program sehingga dapat ditentukan apakah suatu program
layak diteruskan, ditingkatkan dan sebaliknya yang disesuaikan dengan standar,
performance, dan discrepancy.
Model mana yang akan digunakan dalam kegiatan evaluasi program sangat
bergantung kepada tujuan evaluasi yang telah ditetapkan. Namun demikian,
perlu juga diketahui bahwa keberhasilan suatu evaluasi program secara
keseluruhan bukan hanya dipengaruhi penggunaan yang tepat pada sebuah
model evaluasi, melainkan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
1) Tujuan program, baik tujuan umum maupun tujuan khusus. Sering kali
kedua tujuan program ini saling bertentangan satu sama lain dilihat dari
kepentingan setiap komponen program. Bahkan, kadang-kadang
evaluator sendiri mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Semuanya harus
dipertimbangkan agar terdapat keseimbangan dan keserasian.
2) Program sebagai suatu sistem. Faktor ini perlu dipertimbangkan dengan
matang dan hati-hati karena melibatkan berbagai komponen yang saling
berinteraksi dan ketergantungan. Mengingat kompleksnya sistem
program, maka fungsi program kadang-kadang juga menjadi ganda.
Oleh sebab itu, peranan evaluasi menjadi sangat penting. Tujuannya
adalah untuk melihat dan mempertimbangkan hal-hal apa yang perlu
diberikan dalam suatu program. Begitu juga bentuk program dan garis
besar program sangat bergantung pada evaluasi yang dilaksanakan,
sehingga timbul masalah lainnya yaitu teknik evaluasi apa yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan itu.
3) Pengembangan program. Banyak program yang dikembangkan belum
atau bahkan tidak menyentuh sama sekali tentang evaluasi. Program
yang dikembangkan, baik program umum maupun program pendidikan
lebih banyak difokuskan kepada perencanaan dan pelaksanaan suatu
program. Hal ini pula yang menyebabkan perbaikan sistem evaluasi
program menjadi kurang efektif. Disamping itu evaluator program
mempunyai agenda kegiatan yang cukup padat. Artinya, bagaimana
lOMoAR cPSD| 31939005

mungkin mutu sistem evaluasi program dapat ditingkatkan, bila focus


evaluasi program hanya menyentuh aspek-aspek tertentu saja.

2.2 PENDEKATAN EVALUASI PROGRAM


Pendekatan merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan
evaluasi. Pendekatan harus ditegaskan sejak awal, yaitu ketika menyusun desain
evaluasi program, tepatnya pada bagian metode evaluasi karena akan
mempengaruhi langkah-langkah selanjutnya, seperti menentukan metode
evaluasi, sumber data atau populasi dan sampel, instrument evaluasi, dan
analisis data.

Penggunaan terminology Pendekatan Evaluasi lebih ideal dan bersifat


umum dari pada istilah Model karena Model menampilkan evaluasi program
sesuai keyakinan dan pengalaman penulisnya (Spring,2001).

Menurut Ambiyar (2019) Pendekatan Evaluasi Program diklasifikasikan


menjadi empat kategori;

1. Pseudoevaluations (Evaluasi Semu)

Pseudoevaluations evaluasi sering termotivasi oleh tujuan politik. Misalnya,


orang yang memegang atau mencari otoritas dapat mengklaim tentang
prestasi mereka dan kesalahan lawan dengan merusak informasi atau
menyembunyikannya. Dapat diidentifikasi terdapat 2 pendekatan yang
digunakan untuk Pseudoevaluations:

a. Approach 1: Public Relations-Inspired Studies

Pendekatan ini bertujuan untuk menggunakan data dalam meyakinkan


mereka yang berkepentingan bahwa program berfungsi dan efektif.

b. Approach 2: Politically Controlled Studies

Pendekatan ini dilarang untuk dilakukan jika evaluator atau klien


melakukan hal-hal: (a) menahan set lengkap hasil evaluasi dari pihak-
pihak yang memiliki hak-hak hukum untuk melihat temuan; (b)
membatalkan persetujuan mereka sebelum sepenuhnya mengungkapkan
temuan evaluasi; atau (c) terdapat pesan bias karena melaporkan hanya
lOMoAR cPSD| 31939005

bagian dari temuan. Jika dan ketika klien atau evaluator melanggar
perjanjian tertulis yang resmi untuk menyebarkan temuan atau hukum
yang berlaku, maka pihak lain memiliki hak untuk mengambil tindakan
yang tepat dan/atau mencari suatu sanksi administratif atau hukum.

2. Questions-and Methods-Oriented Evaluation Approaches (Quasi-


Evaluation Studies, Pendekatan berorientasi Methods)
a. Approach 3: Objectives-Based Studies Approach (Pendekatan
Berbasis Tujuan)
Pendekatan studi berbasis tujuan untuk menentukan apakah tujuan
program telah tercapai. Pengguna pendekatan ini adalah
pengembang program, sponsor, dan pimpinan yang ingin
mengetahui sejauh mana masing-masing tujuan yang dinyatakan
telah tercapai.
b. Pendekatan studi berbasis tujuan untuk menentukan apakah tujuan
program telah tercapai. Pengguna pendekatan ini adalah
pengembang program, sponsor, dan pimpinan yang ingin
mengetahui sejauh mana masing-masing tujuan yang dinyatakan
telah tercapai.
c. Approach 5: Objective Testing Programs
Tes objektif diberikan setiap tahun oleh sekolah di kabupaten
setempat atau departemen pendidikan suatu negara untuk
menginformasikan kepada siswa, orang tua, pendidik, dan
masyarakat luas tentang prestasi anak-anak dan remaja. Tujuan dari
pengujian ini adalah untuk menilai prestasi siswa dan kelompok
siswa dibandingkan dengan norma-norma atau standar. Biasanya, tes
yang diberikan kepada semua siswa pada tingkat kelas yang dipilih.
d. Approach 6: Outcome Evaluation as Value-Added Assessment
Evaluasi Hasil sebagai Assessment Pertambahan Nilai merupakan
pendekatan yang Sistematis, dilakukan berulang kali untuk
melakukan penilaian terhadap nilai tambah yang terjadi, ditambah
dengan hirarki analisis skor selisih untuk kasus khusus dari
penggunaan pengujian standar dalam mengevaluasi efek dari
lOMoAR cPSD| 31939005

program dan kebijakan. Penekanannya sering dilakukan pada


pengujian tahunan atau menilai kesuksesan kelompok untuk
menganalisis tren dan pengaruh dari berbagai bagian komponen
dalam sistem pendidikan.
e. Approach 7: Performance Testing
Pendekatan Pengujian kinerja, ini dikenal pada 1990-an, upaya besar
dilakukan untuk mengimbangi keterbatasan kekhususan dari tes
pilihan ganda dengan menggunakan kinerja atau tindakan otentik.
Perangkat ini mengharuskan peserta didik tingkat perguruan tinggi
untuk menunjukkan prestasi mereka dengan menunjukkan respon
otentik untuk tugas-tugas yang evaluasi, seperti jawaban yang ditulis
sama dengan yang diucapkan, penampilan musik atau prestasi
psikomotor, portofolio produk kerja.
f. Approach 8: Experimental Studies
Evaluasi dengan menggunakan eksperimen terkontrol, evaluator
Program menetapkan secara acak penerima manfaat seperti
kelompok mahasiswa atau organisasi. Terdapat dua kelompok yakni
Kelompok eksperimen dan kontrol kelompok eksperimen menerima
intervensi tertentu sedangkan kelompok kontrol tidak menerima
perlakuan khusus atau perlakuan yang berbeda.
g. Approach 9: Management Information Systems
Sistem seperti ini memiliki pendekatan yang dikendalikan oleh
kekuatan politik organisasi, kecuali bahwa pimpinan organisasi
melaporkan informasi yang diperlukan dalam program mereka dan
memasok pemangku kepentingan dengan informasi yang diperlukan
untuk memenangkan keuntungan politik.
h. Approach 10: Benefit-Cost Analysis Approach
Pendekatan Analisis biaya dan manfaat sebagaimana diterapkan
pada evaluasi program adalah serangkaian prosedur yang dilakukan
sebagian besar dengan analisis statistika (kuantitatif) yang digunakan
untuk memahami sepenuhnya tentang biaya program dan untuk
menentukan serta menilai investasi, tujuan yang dicapai dan manfaat
sosial yang lebih luas dari program yang telah dilakukan. Tujuannya
adalah untuk menentukan biaya yang terkait dengan input program,
lOMoAR cPSD| 31939005

menentukan nilai moneter dari hasil program, menghitung rasio


manfaat-biaya, membandingkan rasio dengan program serupa, dan
akhirnya menilai produktivitas program dalam hal ekonomi.
i. Approach 11: Clarification Hearing
Pendekatan klarifikasi peradilan ini adalah salah satu label untuk
pendekatan yudisial dalam evaluasi program. Pendekatan ini pada
dasarnya menempatkan program secara hukum dan kelembagaan.
j. Approach 12: Case Study Evaluations
Studi Kasus Evaluasi dalam evaluasi program adalah evaluasi yang
didasarkan pada suatu focus yang dideskripsikan secara mendalam,
analisis kualitatif, dan sintesis dari program tertentu. Para peneliti
tidak mengontrol program dengan cara apapun. Sebaliknya, mereka
melihat program seperti apa adanya yang terjadi atau karena sesuatu
yang terjadi di masa lalu.
k. Approach 14: Program Theory-Based Evaluation
Evaluasi program berdasarkan teori yang baik memiliki prosedur (1)
dikembangkan dan divalidasi berdasarkan teori program bagaimana
pengaturan dalam jenis program tertentu dan bagaimana suatu
program yang sama beroperasi untuk menghasilkan tujuan yang baik
(2) Melakukan pendekatan teori pada tahap awal dalam konteks
evaluasi program tertentu. Kondisi ini jauh lebih mencerminkan
janji-janji yang tersirat dalam evaluasi program berbasis teori, sejak
adanya teori berarti substansial pembangunan konsep teoritis telah
diproduksi dan diuji secara koheren mengatur prinsip-prinsip
konseptual, hipotetis, dan pragmatis, serta instrumen terkait untuk
membimbing penyelidikan.
l. Approach 15: Mixed-Methods Studies
Pendekatan dengan Mixed-Metode Studi (metode campuran). Dalam
upaya untuk menyelesaikan perdebatan lama mengenai apakah
evaluasi program harus dilakukan dengan pendekatan kuantitatif
atau metode kualitatif, beberapa penulis telah mengusulkan bahwa
evaluator harus secara teratur menggabungkan metode ini dalam
evaluasi program tertentu.
lOMoAR cPSD| 31939005

3. Improvement/Accountability-Oriented Evaluation Approaches

Tiga pendekatan yang menekankan kebutuhan untuk menilai sepenuhnya


Kelebihan dan kelayakan program.

a. Approach 16: Decision/Accountability-Oriented Studies

Pendekatan berbasis pada Keputusan/Studi Akuntabilitas


menekankan bahwa evaluasi program harus digunakan secara
proaktif untuk membantu meningkatkan program serta berguna
untuk menilai prestasi dan kelayakan program.

b. Approach 17: Consumer-Oriented Studies

Pendekatan evaluasi studi berorientasi Konsumen. Dalam evaluasi

berorientasi Konsumen ini evaluator adalah sebagai pencerahan bagi

konsumen.

c. Approach 18: Accreditation/Certification Approach

Pendekatan ini harus memenuhi persyaratan sertifikasi untuk


diberikan pada satu posisi.

4. Sosial Agenda/Advocacy Approaches

Pendekatan Agenda sosial/Advokasi diarahkan untuk membuat


perbedaan dalam masyarakat melalui evaluasi program. Pendekatan ini
berusaha untuk memastikan bahwa semua segmen masyarakat memiliki
akses yang sama terhadap kesempatan jasa pendidikan dan pelayanan
sosial.

a. Approach 19: Client-Centered Studies (or Responsive Evaluation)


Pendekatan Client-Centered Studi atau Evaluasi Responsif ini
merupakan pendekatan klasik yang melaksanakan studi evaluasi
berpusat pada klien.
b. Approach 20: Constructivist Evaluation
Pendekatan Evaluasi konstruktivis dalam evaluasi program sangat
lOMoAR cPSD| 31939005

filosofis, berorientasi layanan, dan paradigma. Konstruktivisme


menolak keberadaan setiap realitas dan mempekerjakan
epistemologi subyektivis.
c. Approach 21: Deliberative Democratic Evaluation
Pendekatan fungsi dalam kerangka demokrasi eksplisit dan biaya
evaluator untuk menegakkan prinsip-prinsip demokrasi dalam
pertahankan kesimpulan yang dicapai.
d. Approach 22. Utilization-Focused Evaluation
Pendekatan ini merupakan proses untuk membuat pilihan tentang
studi evaluasi yang bekerjasama dengan kelompok sasaran pengguna
prioritas
lOMoAR cPSD| 31939005

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Modal dan pendekatan dalam evaluasi program ini dianggap penting
karena menjadi bagian untuk mencapai tujuan yg diinginkan. juga dengan
model-model evaluasi yang sangat penting karena di dalamnya terdapat suatu
terminologi, pendekatan, dan logika berpikir untuk menentukan model
evaluasi apa yg tepat untuk dipilih dalam suatu program. Begitu pun
Pendekatan dalam evaluasi program menjadi suatu titik tolak atau sudut
pandang suatu proses evaluasi yg dilaksanakan.

3.2 Saran
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan implementasi
pendekatan dan model evaluasi dalam pembelajaran yang dilaksanakan
dengan baik dan efektif dan dapat mengintegrasikannya dalam kehidupan di
dunia pendidikan.

32
lOMoAR cPSD| 31939005

DAFTAR PUSTAKA

Ambiyar. (2019). Metodologi Penelitian Evaluasi Program. Cetakan Pertama.


Bandung: CV. Alfa Beta.
Arikunto, Suharsimi & Abdul, J. (2010). Evaluasi Program Pendidikan Pedoman
Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan Edisi Kedua.
Cetakan Keenam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Arifin, Z. (2019). Evaluasi Program Teori dan Praktek dalam Konteks Pendidikan
dan Nonpendidikan. Cetakan Pertama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arifin,Z. (2014). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Cetakan
Ke-3. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arifin, Z. (2017). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Cetakan Ke-5.


Bandung: PT Rosdakarya.
Guba, E.G., & Stufflebeam, D.L. (1968). Evaluatioj: The prosess of stimulating,
aiding, and abetting insightful action. In R. Ingle & W. Gephart (Eds.),
Problems in the training of educational researchers. Bloomington, IN: Phi
Dleta Kappa.
Isac, Stephen, dan Michael, William B. (1982). Handbook in Research and
Evaluation, San’s Diego. California: Edit Publ.

Kirkpatrick, D. (1998). Evaluation Training Programs: The Four Level. Second


Edition. San Frasisco: Berrett-Koehler Publisher.
Kreitner, D, & Kinicki, A. (1998). Organization Behavior. Boston: McGraw Hill.
Schuller, R.S. (2001). Personnel and Human Resource Management. Third Edition.
New York: West Publishing Company.

Stufflebeam, D.L. (1973). Meta Evaluation, Occasional Paper Series, The


Evaluation Center. Western Michigan University.
Wirawan. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia: Teori, Psikologi,
Hukum Ketenagakerjaan, Aplikasi dan Penelitian: Aplikasi dalam
Organisasi Bisnis, Pemerintah, dan Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
lOMoAR cPSD| 31939005

33

Anda mungkin juga menyukai