PERMOHONAN BANTUAN
PEMUGARAN DAN PERLUASAN AREAL PURA PUSEH
DIAJUKAN OLEH
DESA ADAT/PAKRAMAN DUKUH PENABAN
KELURAHAN KARANGASEM
KECAMATAN KARANGASEM,KAB. KARANGASEM
PROPINSI BALI
Kepada
Yth.
Di
Tempat.
SURAT PENGANTAR
Nomor ; 06/DWDUPA/II-2017
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PERMOHONAN BANTUAN
DESA WISATA DUKUH PENABAN
Mengetahui :
KATA PENGANTAR
Om swastyastu,
Pertama-tama mohon ijinkan kami mengucapkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa atas asung kertha nugrahaNya kami di Desa Pakraman Dukuh Penaban dapat menata
desa kami menjadi sebuah desa tujuan wisata – Desa Wisata yang sedang kami tingkatkan
pengembangannya.
Terbentuknya desa wisata di Desa Pakraman Dukuh Penaban merupakan salah satu wujud
tindakan kami sebagai masyarakat dalam menyikapi berbagai hal dalam perkembangan
kepariwisataan di Bali dan di Kabupaten Karangasem pada khususnya. Ketimpangan dalam distribusi
wisatawan, ancaman terhadap budaya dan nilai – nilai luhur masyarakat serta lingkungan alam Bali,
perkembangan perekonomian di kabupaten Karangasem, serta menyikapi dan memanfaatkan
peluang-peluang yang ada sebagai implikasi dari kebijakan pemerintah daerah kabupaten
Karangasem yang bertujuan untuk memajukan kepariwisataan di kabupaten Karangasem adalah
beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran kami dalam mewujudkan desa wisata di Desa Pakraman
Dukuh Penaban.
Desa Wisata di Desa Pakraman Dukuh Penaban juga merupakan sebagai usaha
pemberdayaan seluruh komponen masyarakat yang selama ini selalu menjadi objek dalam
kepariwisataan dengan memberikan penyadaran adanya segala potensi dan faktor penunjang
khususnya dalam kepariwisataan yang ada di Desa Pakraman Dukuh Penaban yang patut
dilestarikan, dikembangkan dan dapat dikemas dalam suatu atraksi pariwisata yang unik dan menarik.
Sehingga menjadikan masyarakat Desa Pakraman Dukuh Penaban mampu mengelola dan
memberdayakan potensi yang ada dan sekaligus menempatkan masyarakat sebagai subjek – pelaku
pariwisata.
1. PENDAHLUAN
Perkembangan pariwisata di Bali dari tahun ke tahun telah menunjukkan adanya peningkatan
jumlah kunjungan wisatawan ke Bali yang sangat signifikan. Menurut data statistik kedatangan
wisatawan yang langsung dari luar negeri ke Bali yang dikeluarkan oleh kantor Immigrasi
Bandara Ngurah Rai menunjukkan peningkatan yang sangat mencengangkan yaitu dengan
adanya peningkatan sebesar 22,6% kunjungan wisatawan pada 8 bulan terakhir (Januari-Agustus)
tahun 2015 dibandingkan kedatangan wisatawan pada periode yang sama di tahun 2016. Dari data
tersebut juga menunjukkan bahwa kedatangan wisatawan ke Bali periode Janurai – Agustus 2016
telah melampaui jumlah kedatangan wisatawan pada periode bulan yang sama sebelum bom Bali
I. (Bali Post, 25 September, 2008)
Dari data diatas dapat dipakai acuan bahwa proses pemulihan kepariwisataan di Bali dari
dampak peristiwa ledakan bom Bali I dan Bali II dapat dianggap telah berhasil dan dalam waktu
yang lebih cepat dari waktu yang diperkirakan. Reputasi Bali sebagai salah satu daerah tujuan
wisata terbaik di dunia yang sangat terkenal dengan keunikan budaya, keindahan alam dan
keramah tamahan masyarakat Bali terbukti menjadi daya tarik yang sangat kuat bagi para
wisatawan mancanegara dari seluruh dunia.
Disaat meningkatnya jumlah kedatangan wisatawan tentu diharapkan akan dapat memberikan
dampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah Bali karena kedatangan wisatawan
tentunya diharapkan dapat meningkatkan pemasukan devisa dan juga meningkatkan pendapatan
perkapita masyarakat Bali pada umumnya. Namun kenyataannya pariwisata di Bali hanya
dinikmati oleh masyarakat di daerah; Kuta, Sanur, Nusa Dua dan sejumlah kecil di Gianyar
sedangkan di sebagian besar daerah – daerah kabupaten di Bali belum banyak menikmati hasil
pariwisata yang layak. Keadaan yang tidak seimbang ini juga mendorong terjadinya perpindahan
penduduk dari daerah – daerah yang tidak mendapatkan nikmatnya hasil pariwisata ke daerah-
daerah penampung pariwisata sehingga lama kelamaan akan menjadi masalah baik dalam hal
kependudukan dan penataan wilayah.
Sedangkan hasil pariwisata yang melimpah sebagian besar hanya dinikmati oleh kelompok
kapitalis yang sangat kuat yang cenderung menguasai dan mengeksploitasi alam, budaya dan
masyarkata Bali untuk mendapatkan keuntungan yang sebanyak – banyaknya tanpa
mengindahkan batasan – batasan budaya, tradisi luhur yang hidup dan tanpa melakukan
konservasi alam untuk menjaga keseimbangan dan kelangsungan hidup ragam hayati pulau Bali.
Masayarakat Bali masih sebagian besar hanya bisa menjadi objek dari para kapitalis sehingga
masalah kemiskinan masih dialami oleh sebagian besar masyarakat di Bali. Kerusakan alam dan
hilangnya nilai – nilai luhur dalam kebudayaan masyarakat Bali akan semakin membawa
masyarakat Bali ke jurang kemiskinan yang lebih parah karena jika sektor pariwisata yang
sekarang menjadi satu – satunya sumber devisa di Bali hilang maka tidak ada lagi sumber devisa
yang lain yang dapat kita andalkan. Sawah, ladang dan hutan sudah beralih fungsi, sungai dan
danau semakin mengering, bencanapun mengancam.
Kabupaten Karangasem salah satu kabupaten di Bali yang sangat aktif dalam menata
pembangunan dalam bidang pariwisata, pertanian dan seni budaya yang menjadi jiwa dari
masyarakat Karangasem dan Bali pada umumnya. Namun penataan ini belum memberikan porsi
yang berimbang antara pembangunan fisik, spiritual dan estetika supaya mampu menjadikan
pariwisata di Karangasem dan Bali pada umumnya tetap berkelanjutan dan berkesinambungan.
Perencanaan pembangunan dermaga khusus untuk kapal-kapal pesiar di Labuan Amuk yang
telah disetujui oleh pemerintah pusat dan pembangunanannya akan segera direalisasikan sehingga
diharapkan dapat meningkatkan jumlah kedatangan kapal-kapal pesiar berukuran besar yang
dapat mengangkut ribuan jumlah wisatawan. Dengan terealisasinya dermaga kapal pesiar dan
berbagai macam fasilitasnya tentu akan berdampak pada semakin meningkatnya jumlah
kunjungan wisatawan ke kabupaten Karangasem. Terealisasinya pembangunan dermaga khusus
untuk kapal-kapal pesiar juga akan sangat berpotensi bagi kabupaten Karangasem menjadi salah
santu pintu gerbang masuknya wisatawan asing ke Bali. Sementara kendala-kendala dari
perusahaan – perusahaan operator yang menangani tamu-tamu kapal pesiar untuk membawa
tamu-tamunya berkunjung ke dearah-daerah tujuan wisata yang umumnya ke daerah-daerah
sebelah barat kabupaten Karangasem seperti Klungkung, Gianyar, Badung, Bangli, Tabanan dan
lain-lain semakin sulit dipecahkan karena semakin padatnya lalu-lintas pada akses-akses menuju
daerah tujuan wisata yang ada di daerah tersebut.
Dilihat dari kunjungan wisatawan yang datang ke kabupaten Karangasem selama ini masih
didominasi oleh wisatawan yang hanya melakukan “day tour” (kunjungan wisata singkat) ke
obyek-obyek wisata yang sudah ada; Besakih, Tenganan, Tirta Gangga, Taman Ujung dan lainya
sehingga kontribusi pariwisata ke kabupaten Karangasem masih sangat kecil dan begitu juga
dampak ekonominya sangat kurang dirasakan oleh masyarakat di kabupaten Karangasem.
Kurang adanya kesadaran masyarakat akan potensi yang ada, tidak adanya sinergi dari semua
komponen masyarakat dan lemahnya daya saing dari sumber daya manusia di pedesaan
dikhawatirkan akan mempermudah terjadi himpitan para pemodal bersar (kapitalis) yang sangat
kuat terhadap masyarakat desa sehingga posisi tawar masyarakat semakin lemah dan tidak
berdaya membendung tekanan para pemodal besar yang cenderung semata-mata hanya
berorientasi kepada keuntungan yang sebesar-besarnya dan tidak pernah peduli dengan
masyarakat, budaya dan kelestarian alam lingkungan setempat.
Melemahnya kesadaran masyarakat akan betapa pentingnya pelestarian alam dan nilai-nilai
budaya lokal yang sangat luhur dan minimnya kreatifitas dan inovasi yang mampu menyuguhkan
kemasan daya tarik budaya, lingkungan alam dan segala aspek kehidupan masyarakat kabupaten
Karangasem yang sangat unik dan khas masih menjadi kendala yang besar dalam arah
pengembangan di sektor riil dan pembangunan ekonomi masyarakat yang bersumber dari sektor
pariwisata.
Desa pakraman Dukuh Penaban mempunyai potensi yang sangat besar menjadi salah satu
tujuan wisata di kabupaten Karangasem dengan keindahan alam pantai Dukuh Penaban,
hamparan persawahan yang cukup produktif, perbukitan dengan berbagai aspek kehidupan
masyarakat desa pekraman Dukuh Penaban yang khas dan tidak dimiliki oleh masyarakat daerah
lain sebetulnya dapat dikemas menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk meningkatkan
jumlah wisatawan yang berkunjung ke kabupaten Karangasem dan desa pakraman Dukuh
Penaban pada khususnya. Letak geografis dan tekstur (landscape) desa pakraman Dukuh
Penaban sangat potensial dan strategis, tidak begitu jauh dan sangat mudah dijangkau dari obyek-
obyek wisata yang terletak di daerah lain; Candidasa, Seraya, Buitan dan Amed.
1.2 TUJUAN
Dilihat dari latar belakang dan permasalahan di atas maka kita perlu menyikapi dengan arif
dan bijaksana. Masyarakat desa pakaraman Dukuh Penaban harus mampu menangkap peluang
yang sangat baik ini tetapi dilain pihak masyarakat desa pakraman Dukuh Penaban harus juga
mampu mengelola alam, lingkungan, kebersihan serta nilai-nilai tradisi budaya yang sangat luhur
dan mengemas menjadi daya tarik wisata yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain di kabupaten
Karangasem.
Program pembangunan tentunya harus membawa dampak yang positif kepada masyarakat
desa pakraman Dukuh Penaban sendiri. Derasnya desakan kapitalisme yang sangat kuat dan
eksploitasi pariwisata yang sangat tidak terkontrol dan cenderung berlebihan harus disikapi
dengan baik dengan meningkatkan ketahanan sosial dan budaya masyarakat desa pakraman
Dukuh Penaban. Jika tidak, dikhawatirkan akan menjadi ancaman yang sangat besar bagi masa
depan masyarakat dan wilayah desa pakraman Dukuh Penaban sendiri.
Adapun pengembangan desa pakraman Dukuh Penaban menjadi sebuah desa wisata
mempunyai tujuan sebagai berikut:
Memadukan potensi keindahan alam desa, nilai-nilai tradisi serta budaya yang ada di desa
pakraman Dukuh Penaban menjadi kemasan atraksi dan daya tarik wisata sehingga desa
pakraman Dukuh Penaban menjadi salah satu tujuan wisata yang menampilkan daya tarik
ragam pesona keindahan alam yang asri, aspek kehidupan masyarakat dan seni - budaya
yang khas dan unik.
Melindungi, mengembangkan dan membina warisan budaya daerah khususnya di Desa
Pakraman Dukuh Penaban.
Meningkatkan kesadaran, kebersamaan dan kreativitas di masyarakat dan memberikan
penghargaan pada hasil atau karya budaya serta kegiatan sosial yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat desa pakraman Dukuh Penaban.
Menempatkan desa pakraman serta komponen masyarakatnya sebagai subjek/pelaku
dalam menentukan arah pembangunan pariwisata desa pakraman Dukuh Penaban dan
bukan hanya sebagai objek pelaku pariwisata.
Meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Dukuh Penaban.
Membangun Museum Sastra dan Lontar untuk menunjang keberadaan Desa Wisata
Desa Adat / Pakraman Dukuh Penaban, yang di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali
belum ada Museumnya.
Melaksanakan penataan enam sumber mata air untuk pelukatan Sad Ripu yang
diyakini dapat mengendalikan dan mengurangi musuh yang ada pada diri manusia,
serta dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan air bagi warga dan wisatawan.Adapun
jumlah debit air dari masing-masing sumber mata air berkisar antara 1 s/d 2,2 liter
perdetik.
Pelestarian tanaman yang dipakai bahan makanan khas Desa Pakraman Dukuh
Penaban.
1.3 SASARAN
Mempertahankan kepribadian dan ciri-ciri khusus dan tata cara kehidupan masyarakat
desa pakraman Dukuh Penaban.
Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat desa pakraman Dukuh Penaban
akan pentingnya pelestarian lingkungan alam.
Mendorong seni dan budaya lokal untuk tumbuh dan berkembang.
Menunjang dan mempertahankan Bali sebagai daerah tujuan wisata alam dan budaya.
2. DESA WISATA
Desa Wisata adalah sebuah kawasan pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik khusus
untuk menjadi daerah tujuan wisata. Di kawasan ini penduduknya masih memiliki tradisi dan
budaya yang relatif masih asli. Selain itu beberapa faktor pendukung seperti makanan khas,
sistem pertanian dan sistem sosial turut mewarnai sebuah desa wisata. Di luar faktor-faktor
tersebut, alam dan lingkungan yang masih asli dan terjaga merupakan salah satu faktor terpenting
dari sebuah kawasan desa wisata.
Lingkungan dan pariwisata adalah seperti dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan, saling
membutuhkan dan saling memberi manfaat terhadap satu sama lainnya. Pariwisata membutuhkan
kondisi ekosistem yang sehat untuk memberikan kenyamanan dan pengalaman yang lebih bagi
wisatawan. Sementara lingkungan membutuhkan perawatan yang seharusnya merupakan
kewajiban bagi pengelola yang disisipkan dari keuntungan.
Bercermin pada pola konsumsi terutama wisatawan manca negara maka dewasa ini banyak
bermunculan wisata minat khusus yang orientasinya tidak lagi terbelennggu oleh keindahan alam
semata tetapi lebih kepada suatu interaksi baik terhadap budaya, masyarakat ataupun alam
setempat.
Efektifitas dan wujud dari interaksi yang maksimal dapat terealisasikan melalui keunikan
suatu kawasan. Terutama bila di kawasan tersebut ditemui hal – hal yang tidak lazim dan berbeda
dari keseharian wisatawan tersebut. Keunikan tersebut dapat tertuang dalam suatu bentuk
kebiasaan, aktifitas sehari-hari, ritual serta pola hidup yang harmonis dengan alam. Hal inilah
yang disebut dengan EKSOTISME yang para ahli pariwisata disebut sebagai suatu yang lain dari
pada yang lain, tetapi menarik untuk dilihat dan dinikmati atau suatu faham yang mendorong
orang utuk mencari sesuatu yang lain dari pada yang lain.
o Penginapan /Akomodasi : sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau
unit-unit yang berkembang yang sesuai dengan konsep tempat tinggal penduduk.
o Atraksi: seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa
yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti : kursus tari,
bahasa, bertani, pandai besi dan lain-lain yang spesifik.
Wisata pedesaan dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam atau dekat dengan
suasana tradisional, sering di desa-desa yang terpencil dan belajar tentang kehidupan pedesaan
dan lingkungan setempat.
o Atraksi wisata; yaitu semua yang mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan manusia. Atraksi
yang dipilih adalah yang paling menarik dan atraktif di desa parkraman Dukuh Penaban.
o Jarak Tempuh; adalah jarak tempuh dari kawasan wisata terutama tempat tinggal wisatawan
dan juga jarak tempuh dari ibukota provinsi, jarak dari ibukota kabupaten dan dari obyek –
obyek wisata lainnya.
o Ketersediaan infrastruktur; meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, air
bersih, drainase, telepon dan sebagainya.
Masing-masing kriteria digunakan untuk melihat karakteristik utama suatu desa untuk
kemudian menetukan apakah suatu desa akan menjadi desa dengan tipe berhenti sejenak, tipe
''one day trip'' atau tipe tinggal inap.
o Memiliki unsur – unsur pendukung pariwisata yang kuat untuk dikembangkan sebagai
desa wisata.
o Terdapat beberapa alur lintasan Jalan kaki yang cukup panjang melintasi pedesaan,
persawahan, sungai dan perbukitan.
o Memiliki bentangan alam yang sangat lengkap dan indah; perbukitan, sungai, pantai,
persawahan yang memungkinkan untuk dikemas sebagai produk wisata unggulan.
o Beberapa tradisi dan budaya yang khas keberadaannya masih sangat kuat; upacara agama,
ritual, mata pencaharian, kesenian dan lain-lain.
o Letak geografis yang sangat strategis dan berdekatan dengan objek-objek wisata lainnya
yang ada di kabupaten Karangasem; Candidasa, Taman Soekasada Ujung, Tirta Gangga,
Amed, Besakih dan lain-lain.
o Kebanyakan wisatawan tidak lagi menikmati liburannya di daerah padat akan wisatawan
seperti Kuta, Sanur dan Nusa Dua yang menyuguhkan segala fasilitas mewah dan
berbintang namun mereka juga ingin menikmati suasana dan keindahan alam pedesaan,
berbaur dengan masyarakatnya serta menikmati sekelumit sisi kehidupan masyarakat
setempat.
o Pariwisata tidak lagi di artikan sebagai konsumsi fisik tetapi sudah melabar sebagai
konsumsi jiwa dan juga spiritualitas manusia.
o Pembangunan Pelabuhan Kapal Pesiar di Tanah Ampo yang mendekati rampung akan
menjadi salah satu pintu masuk wisatawan international ke Bali dari bagian timur Pulau
Bali.
o Khusus pada wisatawan yang datang dengan kapal pesiar; – seiring dengan bertambah
padatnya arus lalulintas menuju daerah/kabupaten linnya akan menjadi kendala bagi
wisatawan kapal pesiar untuk mengunjungi atraksi wisata dan objek wisata di
daerah/kabupaten lain mengingat masa tinggal mereka tergolong singkat, bahkan hanya
beberapa jam saja.
o Kuatnya arus laut dalam musim-musim tertentu yang mengakibatkan terhentinya aktifitas
para nelayan dan sepanjang pesisir pantai tergerus arus air laut yang sangat kuat.
o Peralihan peruntukan lahan sawah yang begitu pesat serta penataan pembangunan yang
cenderung tidak terkontrol (tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang ada).
o Sikap yang permisif terhadap pengembangan kepariwisataan terhadap nilai luhur konsep
Tri Hita Karana,
o Bentangan bukit semakin mengering dan sumber mata air semakin berkurang
o Masyarakat tidak lagi dapat mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian dan lebih
suka mencari penghidupan lain.
o Kebersihan dan sanitasi yang kurang
o Desakan kapitalisme dan kuatnya pengaruh budaya lain.
o Kurang adanya sinergi arah pengembangan kepariwisataan di masing-masing daerah dan
kabupaten.
4. KESIMPULAN
o Konsep Desa Wisata memberikan dampak yang sangat positif kepada pelestarian alam dan
lingkungan, budaya serta kepercayaan Hindu yang dianut oleh masyarakat desa pakraman
Dukuh Penaban.
o Dampak multi ganda (multiflier effect) dari Desa Wisata akan mampu meningkatkan
perekonomian masyarakat desa pakraman Dukuh Penaban karena terkontribusi langsung
kepada masyarakatnya, juga masyarakat disebelah menyebelahnya karena masih banyak
dalam hidup tergolong miskin.
o Pengembangan konsep desa wisata merupakan sarana untuk mengimplementasikan dan
merealisasikan konsep kesejahteraan yang terkandung dalam ajaran Sad Kertih; Atma Kertih
(kebersihan jiwa), Danu Kertih(menjaga sumber-sumber air – danau, sungai dll), Wana
Kertih (menjaga kelestarian hutan – alam), Jagat Kertih - yang juga didalamnya terkandung
filosofi Tri Hita Karana (filosofi kehidupan yang berkeseimbangan, dalam hubungan
manusia dengan Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), antara manusia dengan manusia serta
hubungan antara manusia dengan lingkungan alam, baik yang berupa lingkungan sumber daya
alam maupun lingkungan geografis, Segara Kertih (menjaga kelestarian laut dan biotanya)
serta Cara Kertih – meningkatkan kwalitas SDM yaitu krama desa pakraman Dukuh
Penaban itu sendiri.
o Seiring dengan perkembangan kemajuan kehidupan manusia kedepannya orang-orang akan
sangat membutuhkan daerah tujuan wisata yang mampu menawarkan keunikan ragam budaya
dan keindahan alam yang asri serta terdapat getaran-getaran spiritual yang mendamaikan hati
mereka.
o Konsep desa wisata adalah salah satu kekuatan dan potensi yang dapat dikembangkan di desa
pakraman Dukuh Penaban dan dapat dikelola dengan berbasis komunitas di desa pakraman
Dukuh Penaban itu sendiri ataupun dengan multi stake holder; dari pemerintah pusat sampai
daerah, swasta, akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakan (LSM) dengan partisipasi dari
masyarakat desa pakraman Dukuh Penaban sendiri.
o Konsep Desa Wisata sangatlah sejalan dengan strategi pengembangan pariwisata Bali yang
berlandaskan Pariwisata Budaya.
o Konsep Desa Wisata dapat membangkitkan jati diri masyarakan desa pakraman Dukuh
Penaban dari ancaman pengaruh budaya luar.
o Konsep Desa Wisata menawarkan kepada wisatawan suatu desa yang lestari dimana mereka
dapat mendapatkan pengalaman berwisata yang unik dan dimana mereka juga dapat
menemukan keseimbangan jiwa dan pikiran mereka.
o Konsep Desa Wisata adalah salah satu bentuk konsep kepariwisataan yang
berkesinambungan.
o Wisata Memasak (kuliner) mengajarkan para wisatawan cara membuat masakan khas
Dukuh Penaban; sayur urap, plecing kangkung, tum, sate dan lain-lain yang bahan bakunya
diambil tanaman sekitar Desa, kemudian mereka menikmati sendiri hasil dari masakan
mereka.
o Menulis dan melukis diatas daun Lontar yang juga diajarkan kepada para wisatawan
o Pelukatan di enam mata air yang disebut Pelukatan Sad Ripu. Sad Ripu berasal dari kata
Sansekerta yaitu Sad dan Ripu. Sad berarti enam dan Ripu berarti Musuh jadi Sad Ripu
adalah Enam Musuh yang ada pada diri manusia sesuai dengan ajaran Agaman Hindu
yaitu :
- Kama artinya hawa nafsu yang negative
- Lobha artinya Tamak, rakus
- Kroda artinya Marah, benci, emosi
- Moha artinya Kegusaran atau Kebingungan
- Madha artinya Kemabukan tidak dapat mengontrol diri
- Matsarya artinya Hiri hati dengki
Dengan melaksanakan pelukatan / mandi di enam sumber mata air tadi diyakini mampu /
dapat mengurangi musuh yang ada pada diri manusia.
o Wisata trekking; berjalan kaki menyusuri keindahan alam persawahan, sungai dan
perbukitan di bagian barat daya sampai barat laut desa pakraman Dukuh Penaban.
o Wisata Pedesaan; perjalanan wisata melihat dari dekat aspek kehidupan keseharian desa
pakraman Dukuh Penaban; mengunjungi salah satu ”prapen” tempat pembuatan perabot-
perabot rumah tangga, pertanian dan lain-lain yang kemudian berjalan kaki menyusuri
pedesaan, persawahan dibagian timur desa pakraman Dukuh Penaban sampai di bagian
timur laut (Bebengan ) dan kembali ke pedesaan melihat proses pembuatan gerabah dari
tanah liat dan terakhir melihat pembuatan kerajinan unik dari batang buah kelapa.
o Wisata Memancing
o Wisata Budaya; menikmati kesenian budaya, belajar menari, belajar memainkan alat musik
(megamel) dan lain-lain.
o Wisata Agro; melihat dari dekat atau ikut dalam aktifitas para petani desa pakraman
Dukuh Penaban; membajak sawah, menanam, panen dan lain-lain.
o Wisata Spiritual; meditasi, yoga, kegiatan membaca lontar nyanyian religius
o Wisata Pengalaman Menginap di rumah penduduk
o Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta pelayanan di dalam atau
dekat dengan desa.
o Fasilitas-fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk desa
pakraman Dukuh Penaban, atau salah satu bisa bekerja sama atau individu yang memiliki.
o Pengembangan desa wisata pakraman Dukuh Penaban didasarkan pada salah satu “sifat”
budaya tradisional yang lekat pada desa pakraman Dukuh Penaban atau “sifat” atraksi yang
dekat dengan alam dengan pengembangan desa sebagai pusat pelayanan bagi wisatawan yang
mengunjungi kedua atraksi tersebut.
Pengembangan dari desa wisata harus direncanakan secara hati-hati agar dampak yang
timbul dapat dikontrol. Berdasar dari penelitian dan studi-studi dari UNDP/WTO dan beberapa
konsultan Indonesia, dicapai dua pendekatan dalam menyusun rangka kerja/konsep kerja dari
pengembangan sebuah desa menjadi desa wisata.
Dalam pengembangan Desa Wisata Desa Pakraman Dukuh Penaban, kami mengadopsi
model pendekatan dari UNDP (United Nation Development Project) – Organisasi yang ada
dalam wadah Perserikatan Bangsa – Bangsa yang bekerja sama dengan WTO (World Tourism
Organization) – Organisasi Pariwisata Dunia.
o Interaksi Langsung
Wisatawan dimungkinkan untuk tinggal/bermalam dalam akomodasi yang dimiliki oleh desa
tersebut. Dampak yang terjadi dapat dikontrol dengan berbagai pertimbangan yaitu daya
dukung dan potensi masyarakat setempat. Alternatif lain dari model ini adalah penggabungan
dari model pertama dan kedua.
(UNDP and WTO. 1981. Tourism Development Plan, Indonesia. Madrid: World Tourism Organization.)
Karena bentuk wisata pedesaan yang khas maka diperlukan suatu segmen pasar tersendiri.
Terdapat beberapa tipe wisatawan yang akan mengunjungi desa wisata ini yaitu:
o Wisatawan atau pengunjung rutin yang tinggal di daerah dekat desa tersebut. Motivasi
kunjungan : mengunjungi kerabat, membeli hasil bumi atau barang-barang kerajinan. Pada
perayaan tertentu, pengunjung tipe pertama ini akan memadati desa wisata tersebut.
o Wisatawan dari luar daerah (luar propinsi atau luar kota), yang transit atau lewat dengan
motivasi, membeli hasil kerajinan setempat.
o Wisatawan domestik yang secara khusus mengadakan perjalanan wisata ke daerah tertentu,
dengan motivasi mengunjungi daerah pedesaaan penghasil kerajinan secara pribadi.
o Wisatawan yang suka berpetualang dan berminat khusus pada kehidupan dan kebudayaan di
pedesaan. Umumnya wisatawan ini tidak ingin bertemu dengan wisatawan lainnya dan
berusaha mengunjungi kampung dimana tidak begitu banyak wisatawan asing.
o Wisatawan yang pergi dalam grup (di dalam suatu biro perjalanan wisata). Pada umumnya
mereka tidak tinggal lama di dalam kampung dan hanya tertarik pada hasil kerajinan setempat.
o Wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi dan hidup di dalam kampung dengan motivasi
merasakan kehidupan di luar komunitas yang biasa dihadapinya.
o Wisatawan pelajar atau mahasiswa untuk mengadakan studi atau penelitian tentang
kebudayaan, kehidupan masyarakat lokal.
8. STRATEGI PENGEMBANGAN
8.1 Pengelolaan
Pengelolaan Desa Wisata sesungguhnya dapat dikelola dengan multi stake-holder atau
dikelola dengan sinergi berapa unsur seperti dibawah, namun pengelolaan Desa Wisata Pakraman
Dukuh Penaban akan dikelola oleh desa pakraman itu sendiri dengan membentuk suatu badan
pengelola yang di ambil dari unsur masyarakat yang mempunyai kopentensi dalam
kepariwisataan, budaya dan lain-lain.
o Desa Pakraman
o Lembaga Swadaya
o Kerja sama Desa Pakraman dan Swasta
o Pola SIBERMAS ( Sinergi Pemberdayaan Masyarakat )
8.2 Pemasaran
Pemasaran dapat ditempuh dengan berbagai macan cara melalui berbagai media
seperti beberapa hal di bawah ini:
o Media cetak / Elektronik
o Situs – website
o Travel agent di luarnegeri
o Travel agent di dalam negeri
o Hotel-hotel di Candidasa, Manggis, Sengkidu, Seraya dan Amed
o Restaurants
o Jasa angkutan yang ada di Candidasa
o Dll
B. KONDISI GEOGRAFIS
A. POTENSI PARIWISATA
1. Daya Tarik Wisata : Perpaduan dari beberapa daya tarik wisata, baik
Alam, Adat & Budaya Masyarakat, Seni,
Kerajinan, Spiritual dan lain – lain, di kemas
dalam paket – paket wisata seperti ;
Paket Utama :
- Menulis dan melukis diatas daun Lontar
- Kuliner Khas Desa Pakraman Dukuh
Penaban,yang bahan bakunya berada dispeutaran
desa.
- Pelukatan di enam mata air yang disebut
Pelukatan Sad Ripu.
Paket Pendukung :
- Trekking
- Cycling
- Sailing
- Membajak Sawah
- Menanam Padi
- Kerajinan Membuat Tape Singkong
- Kerajinan Besi / Pande
- Menulis Lontar
- Menari
- Menabuh
- SPA & Traditional Massage
- Informasi Pariwisata
- Penyedeiaan Akomodasi
- Paket Wisata Khusus
- Outbound Tour
- Yoga
- Dan lain – lain.
● Tertuang dalam Rencana Pengembangan Jangka Pendek dan Rencana Pengembangan Jangka
Panjang.
LAMPIRAN – LAMPIRAN :
RENCANA ANGGARAN BIAYA
PENATAAN PURA PUSEH DESA,
MUSEUM SASTRA DAN LONTAR
DESA ADAT DUKUH PENABAN-KARANGASEM
Rp 4,225,000,000
B MUSEUM LONTAR
Rp. 12,605,000,000
Rp 2,000,000,000