Hari Sabtu adalah hari yang ditunggu tunggu oleh Kannitha karena banyak hal.
Segala hal yang berbau menyenangkan ada di hari Sabtu. Pagi-pagi, ia telah mandi
dan memakai blus batik bermotif mega mendung dengan dominasi warna biru. Hari
ini mereka akan mengerjakan sebuah proyek dalam rangka menyambut hari
kemerdekaan RI ke ......
Udara masih terasa segar ketika ia sampai di sekolah. Sekolah ini benar-benar
rumah kedua bagi Nita. Selain Teman-teman seganknya belum menampakkan batang
hidungnya. Ia segera pamit pada ayahnya sambil berpesan:
“Yah...sehabis sekolah nanti, Nita langsung ke tempat Ballet saja ya, tak usah
dijemput. Nita bisa koq Jalan sendiri, kan nggak jauh...”.
“Lho...nggak biasanya Nit, minta jalan sendiri. Biasanya juga langsung
ngambek kalo ayah terlambat 1 meniiit saja”, canda Ayah.
“Ada deh...mau tau aja urusan remaja putri”, sahut putri memasang wajah
cemberut manja. “Habis ballet jam 17.00 ayah bisa jemput kan?”, sambung Nita lagi.
“Ok, sepulang kantor, nanti ayah akan jemput ya”, kata ayah.
“Siap boss.....”, canda Nita sambil melesat ke gerbang sekolah.
Nita dan Ririn segera menuju kelas Sains. Keduanya masih menunggu sahabat
akrab yang lain, yaitu Rima dan Laurens. Keempat sahabat ini direkat oleh banyak
persamaan. Oleh karena itulah mereka merasa sangat dekat satu sama lain. Pada
hari sabtu ini, mereka masuk dalam 2 kelas yang sama dan satu yang berbeda.
Keempatnya masuk pada kelas sains pada sesi pertama, lalu berpisah pada sesi
kedua karena Nita dan Laurens masuk ke kelas musik, sementara Rima dan Ririn
masuk kelas jurnalistik. Pada sesi ketiga, mereka semua masuk lagi dalam kelas tari
tradisi.
Selepas sesi kedua, jam telah menunjukkan pukul 12.00. Semua kegiatan jeda
sejenak hingga pukul 13.00. Nita dan kawan-kawan bertemu di kantin sekolah untuk
makan siang. Di kantin itu, mereka mulai membahas proyek yang bermula dari kelas
tari tradisi.
“Bagaimana kalau kita menguatkan latihan kita pada tari Zapin saja, dari
sekian koleksi tarian kita?