Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR

contoh dan penjelasan dari kesusastraan yang berkaitan dengan


budaya

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6

Aprisca Rexza Pamungkas (50420208)


Dimas Pratomo Mukti (50420381)
Jonathan Jordan (50420616)
Muhammad Adrian Zaky (50420778)
Nayla Shalima Agnia (50420961)
Sultan Aditya Putra (51420208)

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK


INFORMATIKA
UNIVERSITAS GUNADARMA
2020
PUISI
BERI DAKU SUMBA
Oleh Taufik Ismail

Di Uzbekistan, ada padang terbuka dan berdebu


Aneh, aku jadi ingat pada Umbu

Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka


Di mana matahari membusur api di atas sana
Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka
Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga

Tanah rumput, topi rumput dan jerami bekas rumput


Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala
Berdirilah di pesisir, matahari ‘kan terbit dari laut
Dan angin zat asam panas dikipas dari sana

Beri daku sepotong daging bakar, lenguh kerbau dan sapi malam hari
Beri daku sepucuk gitar, bossa nova dan tiga ekor kuda
Beri daku cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari
Beri daku ranah tanpa pagar, luas tak terkata, namanya Sumba

Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda


Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh
Sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua
Dan bola api, merah padam, membenam di ufuk teduh
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari bagai bola api, cuaca kering dan ternak melenguh
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh.

Makna :

Dari puisi Beri Daku Sumba, kita dapat membayangkan keindahan alam dan kearifan
lokal daerah Sumba yang masih asri berupa lapangan hijau luas dipenuhi ternak tanpa
kontaminasi pabrik-pabrik industri.

Bahwa di belahan timur Indonesia tersimpan semangat untuk mengolah alam dan
yang ada di sekitarnya dengan bijak sebagai warisan kearifan lokal, di suatu titik yang
bernama Sumba, untuk Indonesia

Umbu dalam sajak puisi tersebut merupakan salah satu bagian dari daerah Sumba,
Tradisi masyarakat di sana adalah beternak terutama kuda karena daerahnya hijau
sabana. Selain itu, kuda juga digunakan sebagai salah satu attribut utama dalam
upacara tradisional Sumba yaitu pasola. Pasola merupakan permainan ketangkasan
saling melempar lembing kayu dari atas punggung kuda yang sedang dipacu kencang
antara dua kelompok yang berlawanan

Ketika menulis puisi ini, sang penulis belum pernah pergi ke Sumba namun beliau
mendapati tempat yang serupa dengan Sumba ketika ia berkunjung ke Uzbekistan.
Sebenarnya, penggambaran penulis tentang Sumba hanya didasarkan atas cerita
kawannya yang merupakan suku asli Sumba.
CERPEN
Jangan Biarkan Jaipong Hilang Dari Indonesia
Karangan Irma Ervina

Setelah selesai memakai seragam sekolah. Nina langsung bergegas turun ke lantai
satu. Karena kamar Nina memang berada diatas. Nina merupakan anak tunggal dari
Ayah dan Ibu. Ayah seorang pegawai swasta, sedangkan Ibu hanya seorang Ibu
Rumah Tangga.

Sesampainya di depan meja makan. Nina langsung melahap roti yang sudah
disiapkan oleh Ibu. Melihat anaknya begitu. Ibu hanya tersenyum.
“Lain kali sapa dulu orang yang ada di sekitar meja makan. Jangan langsung duduk,
terus makan. Kan nggak sopan” jelas Ibu, lembut. Nina buru-buru meletakkan rotinya
kembali.
“Aduhh… Nina lupa, Bu” menegakkan posisi duduknya
“selamat pagi Ayah-Ibu yang paling baik di seluuuruuuhhh dunia” senyum lebar Nina
tersungging dari bibirnya. Ayah dan Ibu hanya tertawa kecil melihat tingkah Nina.

Setelah melahap santapan rotinya yang terakhir. Nina pamit ke Ayah dan Ibu. “Nina
berangkat, ya. Assalamualaikum” ucapnya berlalu pergi menuju gudang tempat
dimana sepeda kesayangan Nina disimpan. Nina memang selalu menggunakan
sepeda. Karena letak sekolah Nina tidak begitu jauh. Sehingga bisa tercapai dengan
menggunakan sepeda. Walaupun Ayah telah membelikan motor untuk Nina. Tapi
Nina tidak mau menerimanya. Karena Nina lebih senang ke sekolah menggunakan
sepeda kesayangannya itu. Menurut Nina dengan menggunakan sepeda, itu akan
membuatnya lebih sehat dan ramah lingkungan. Tidak ada polusi. Justru Nina
menyuruh Ayah untuk mengembalikan motornya kembali ke tempat dimana Ayah
Nina beli.
“Kamu ini gimana, sih. Anak remaja diluar sana banyak yang merengek minta
dibelikan motor sama orangtuanya. Lha, kamu yang di beliin sama Ayah, malah
nolak” tanya Ayah lembut. Nina hanya tersenyum mendengar pernyataan ayah.
Seperti biasa, hari ini Nina sangat bersemangat seperti hari-hari sebelumnya. Ada
sesuatu yang membuat hidup Nina indah dan berwarna. Cowok? Bukan makhluk
jenis itu yang membuat hidupnya indah. Selama ini Nina berusaha untuk tidak jatuh
cinta. Karena itu hanya akan membuang waktunya mencintai seseorang yang
nantinya belum tentu jadi jodohnya. Ada satu hal lagi yang bisa membuatnya
bahagia. Yaitu jaipong. Mungkin agak sedikit aneh. Bagaimana bisa Jaipong
membuat hidup lebih indah? Sedangkan remaja indonesia sekarang lebih tertarik ke
budaya luar.

Menari Jaipong adalah hobi Nina. Meskipun ia sudah belajar dari kelas 6 SD. Sejak
itulah Nina mulai tertarik dengan hobbinya yang baru itu. Awalnya memang tidak ada
yang peduli dengan hobbi Nina. Tapi setelah Nina masuk ke SMA. Dari situlah
banyak yang mencibir dan mem-bully Nina. Banyak teman-teman sekelas Nina sering
bilang selera Nina kampungan. Tapi Nina tak mempedulikannya. Karena menurut
Nina, menari Jaipong adalah bagian dari hidupnya. Bahkan Nina ingin sekali
berkeliling ke berbagai negara untuk memperkenalkan tariannnya.

“Hai, Nin” sapa Ani dan Ina menyusul Nina. Mereka berdua sahabat Nina. Sesuai
namanya yang hampir sama. Ani dan Ina adalah saudara kembar. Wajah keduanya
bagai pinang dibelah dua. Bahkan terkadang juga Nina sulit untuk membedakan
antara keduanya. Nina teringat saat pertama kali masuk SMA. Saat itu Nina sedang
mencari kelas barunya dan Nina tidak sengaja menabrak Ina. Nina langsung meminta
maaf atas kecerobohannya karena tidak memperhatikan jalan. Pertemuan itu
membuat Nina berkenalan dengan Ina. Kemudian mereka berdua harus terpisah
karena keduanya punya tujuan masing-masing. Nina melanjutkan mencari kelasnya.
‘akhirnya ketemu juga’ ucap Nina dalam hati. Setelah berada di ambang pintu,
pandangan Nina tertuju pada seorang gadis yang tadi ia temui. Yang membuatnya
bingung adalah bagaimana bisa gadis itu ada di dalam kelas? Sedangkan tadi gadis itu
berjalan berlawanan arah dengan Nina.

Karena merasa bahwa gadis itu mengenalinya. Dengan penuh percaya diri, Nina
menghampiri gadis itu. “Hei. Kamu d kelas ini juga?” Nina tersenyum padanya.
Gadis itu hanya memandang Nina dengan raut wajah kebingungan. “Lo siapa ya?”
mengangkat alisnya sebelah. Membuat siapapun yang melihatnya akan terpesona.
“Lho ini aku Nina! Tadi, kan kita nggak sengaja kenalan. Kamu udah lupa ya?”

Setelah beberapa menit terdiam. Tiba-tiba gadis itu tertawa. Nina menjadi semakin
bingung. Gadis itu menyeka air mata yang keluar dari ekor matanya. Kemudian ia
menghentikan tawanya. Lalu menarik nafas.
“Oh itu saudara kembar gue. Namanya Ina. Dan gue Ani!” jelasnya. Bersamaan
dengan itu datang Ina yang baru selesai dari toilet. Nina hanya melongo melihat
wajah mereka berdua yang memang kembar. Ina menghampiri Ani dan Nina.

“Hei. Kamu di kelas ini juga?” tanya Ina ke Nina. Melihat Ani yang senyum-senyum
nggak jelas membuat Ina mengalihkan pandangan padanya. “Kamu kenapa? kok
senyum-senyum?” Ani menceritakan semuanya. Ina manggut-manggut tanda
mengerti.
“Oh begitu? Hahaha… tenang aja, Nin. Kamu bukan orang pertama yang menukar
nama kami kok” ucapnya pelan. Nina hanya tersenyum. Tentu saja senyum yang
menyembunyikan malunya itu sangat terlihat aneh. ‘aku memang payah’ umpat Nina
dalam hati.

“Hei, Nin. Kok ngelamun?” Tanya Ina menyadarkan Nina bahwa mereka masih
mengayuh sepeda. “Aku Cuma teringat saat pertama kali kita bertemu” Nina melirik
ke arah Ani dan Ina. Ani mengangkat sebelah alisnya “oh yang lo kira gue Ina, kan?”
dengan bahasa Ani yang khas ‘Lo-Gue’ itu memudahkan Nina untuk membedakan
antara Ani dan Ina. Nina hanya membalas pertanyaan Ani dengan senyuman.
Nina sangat beruntung mempunyai sahabat seperti Ani dan Ina. Karena hanya mereka
berdua yang mempunyai hobi yang sama dengan Nina. Yaitu menari Jaipong.
Ternyata masih ada remaja yang seperti dirinya. Bahkan tanpa disengaja, Nina satu
Sanggar dengan si kembar. Beruntung sekali ada Ani dan Ina. Hampir semua teman-
teman di kelasnya lebih menyukai musik K-Pop dan dance modern dibandingkan
dengan musik dan tarian khas Indonesia. Mereka sudah melupakan kebudayaan
Indonesia. Termasuk tari tradisional seperti halnya Jaipong. Maka dari itu Nina dan
Si Kembar sahabatnya itu berjanji akan melestarikan dan memperkenalkan budaya
tari Indonesia ke berbagai Negara dengan maksud mengharumkan nama baik
Indonesia.

Nina cs memarkirkan sepedanya di tempat biasa yang selalu mereka parkir untuk
menitipkan sepedanya. Baru saja turun dari sepeda. Mereka bertiga sudah mendapat
sindiran dari teman-temannya. “Zaman modern kayak gini masih ada, ya. Orang yang
suka sama Jaipong. Kampungan banget sih” berbisik ke teman yang ada di
sebelahnya dengan suara yang sengaja dikeraskan. “Hahaha betul banget. Lebih keren
juga K-Pop” ejek teman yang satunya lagi.Nina cs tidak menghiraukan sindiran itu.
Mereka langsung pergi menuju kelas, meskipun sudah sering mendapat sindiran
seperti itu. Nina cs tetap optimis. Mereka akan tetap mempertahankan apa yang ingin
mereka wujudkan.

Teng!!!
Bel tanda istirahat berbunyi.Nina cs memutuskan untuk pergi ke kantin. Sambil
menunggu pesanan mereka datang, Nina cs hanya sibuk dengan pikirannya masing-
masing. Entah apa yang mereka pikirkan, sampai datanglah tiga orang anak
perempuan bernama Novi, Tika dan Wulan. “Ternyata di zaman modern kayak gini
masih ada juga orang yang suka dengan Jaipong. Rendah banget sih seleranya” sindir
Novi dengan wajah sinis. Nina hanya memandangi Novi dengan sorot mata tajam
“Emang kenapa? Masalah buat kalian?” Novi mendengus angkuh mendengar
pertanyaan Nina.
“Kalian jangan mimpi bisa mewujudkan cita-cita kalian yang aneh itu”
“Betul banget” sambung Tika dengan melipat kedua tangannya di dada.

Nina menarik nafas untuk menahan emosinya. Karena ia tidak mau berurusan dengan
Guru BP hanya karena tiga orang itu. “Oh ya, kita lihat aja nanti. Suatu saat nanti
pasti kami akan berhasil mewujudkan apa yang kami inginkan” Nina seberusaha
mungkin untuk terlihat tetap tenang. Ani dan Ina yang duduk di sebelahnya hanya
diam menontonnya.
Novi tersenyum mengejek. “Silahkan jika kalian bisa. Karena dance jauh lebih keren
dari pada jaipong. Lagi pula siapa yang mau sama tarian jaipong. Nenek-nenek aja
nggak mau. Hahaha“ tawa Novi diikuti kedua temannya. “Come on, girl. Kita pergi
dari sini”

Nina cs hanya melihat kepergian mereka dengan perasaan jengkel.


“Sombong banget sih mereka. Belum tahu apa kalau tarian Indoesia itu jauh lebih
keren. Kalau aja mereka bawang, udah gue cincang deh” Oceh Ani mempraktekan
seolah ia seorang koki yang sedang memotong bawang dengan sadis.
Tak hanya Ani, Ina juga ikut mengoceh. “iya, mereka pikir mereka tinggal dimana”
Nina hanya memandangi kedua sahabatnya itu. Dengan sedikit kesal
“Kalian itu telat tahu marahnya. Tadi saat mereka masih disini malah pada diam.
Sekarang giliran udah pada pergi aja. Baru, marah-marah” Nina memanyunkan
bibirnya.
“Hehehe… maaf, maaf. Tadi belum kepikiran sih mau ngomong apa” alasan Ina,
menggaruk-garuk kepalanya yang sudah jelas tidak gatal. “Hmmm.. dasar” gumam
Nina.

“Gue udah nggak sabar, nih ketemu sama anak-anak yang di Sanggar” kata Ani
seraya membawa sepedanya kearah gerbang bersama Ina dan Nina.
Sesampainya di Sanggar, Nina cs langsung disambut hangat oleh Kak Helda. Kak
Helda adalah pemilik Sanggar. Nina sangat senang melihat anak-anak yang masih
mau melestarikan budaya tari Indonesia, meskipun usianya jauh lebih muda dari Nina
cs. Hanya mereka bertiga yang sudah SMA.
Setelah selesai mengganti pakaian, Nina cs langsung bergegas mengikuti gerakan
yang dilakukan oleh Kak Helda sesuai dengan irama musik. “Satu… Dua… tiga…
Empat… Angkat kaki” perintah KakHelda, mereka mengikuti gerakan langkah
kakinya. Tanpa disengaja saat Nina melihat ke sebuah pohon yang letaknya tak jauh
dari Sanggar. Ia melihat seorang anak laki-laki sedang memperhatikannya. Karena
tersadar sudah kepergok Nina. Anak laki-laki itu langsung terburu-buru pergi
meninggalkan pohon tempatnya mengintip. Tapi Nina tidak mempedulikannya. Ia
kembali terhanyut dalam setiap gerakan tariannya.

Sepulang dari Sanggar. Nina langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur tempat
tidur. Melemaskan otot-otot tubuhnya. “Lelahnya” Saat memejamkan mata, bayangan
anak lelaki itu kembali muncul dalam pikiran Nina. Entah mengapa Nina penasaran
dengannya. Sepertinya Nina mengenalinya. ‘siapa ya dia?’ gumamnya dalam hati. Ah
tapi ya sudahlah. Untuk apa memikirkan hal yang nggak berguna begitu. Nina
mengangkat pundaknya.

Keesokan harinya, Nina menemukan setangkai bunga mawar dan selembar kertas
terlipat diatas mejanya. ‘bunga siapa ini?’ pikirnya dalam hati. Nina melirik kiri
kanan tidak ada siapa-siap. Hanya ada Ani dan Ina yang baru muncul dari pintu kelas.
“Apaan tuh?… Bunga! Dari siapa, Nin?” tanya Ina. Nina mengangkat bahunya.
“entahlah aku juga nggak tahu. Tadi waktu aku datang juga bunganya udah ada
disini”
Ina menyipitkan matanya “coba baca suratnya. Siapa tahu ada nama pengirimnya”
“Iya. Siapa tahu dari orang yang diam-diam suka sama lo” goda Ani. “Ani, please!
Masih pagi. Jangan dulu menggodaku!” Ani hanya cengengesan. Nina membuka
suratnya dengan perasaan dag-dig-dug. Dan isi suratnya
*untuk Nina Setiap hari aku selalu memperhatikanmu, bahkan saat kamu menari di
sanggar. Gerakan tarianmu sungguh indah membuat mataku terpesona. Aku sering
melihatmu diejek. Sebenarnya aku ingin sekali membelamu. Tapi apalah dayaku.
Bertemu denganmu saja aku tidak berani. Aku memang pengecut.
Aku belum siap bertemu langsung denganmu. Maka dari itu, aku datang pagi pagi
hanya untuk meletakkan bunga ini di atas meja kamu. Aku harap bunga ini bisa
menambah semangat kamu menari.
dari seseorang*

“Uhh…. So sweet….” ucap Ina berbinar-binar. “Cuma gini doang sih biasa aja” ucap
Ani datar menaikkan sebelah alisnya. “Huhh… Bilang aja kalau kamu sirik. Iya,
kan?”
Ani hanya memanyunkan bibir. Ucapan Ina ada benarnya juga. Karena belum pernah
ada cowok. yang deketin Ani. Jangan tanya kenapa! Meskipun wajah Ani terlihat
sangat manis dan menawan. Justru Ani sangat galak. Coba saja jika cara berbicaranya
lebih lembut. Pasti sudah banyak yang antri menjadi belahan hatinya.

“Udah-udah jangan berantem. Masa saudara kembar kayak Tom and Jerry. Harusnya
kalian tuh saling menyayangi…” Ani dan Ina saling pandang.
“Iya Bu Nina” ucap mereka bersamaan. Dan tertawa. Nina hanya tersenyum.
Kemudian Nina diam melamun. Siapa orang yang sudah mengirimnya bunga? Tiba-
tiba muncul bayangan anak laki-laki yang kemarin memperhatikan Nina di
Sanggar.’apa benar dia? Atau mungkin ini cuma orang yang iseng mau
mempermainkanku?’

“Nin!” senggol Ina membuat Nina tersadar “kenapa diam?” “Ini aku cuma lagi
berpikir, kira-kira siapa ya orang yang kirim aku bunga ini?” “Udahlah. Nanti juga
tahu. Mending sekarang kita ke taman. Pagi-pagi gini sejuk hawanya” ajak Ani.
Merekapun pergi menuju taman sekolah. Sementara bunganya, Nina taruh di kolong
meja. Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dari
jauh. “Semoga kamu menyukainya” ucap seseorang di balik jendela.

MAKNA :

Ani dan Ina tetap menyukai musik dan tarian khas budaya Indonesia meskipun teman
temannya lebih menyukai musik K-pop dan Modern Dance dibandingkan musik dan
seni tari budaya Indonesia.

Ani dan Ina berusaha tetap menjaga dan melestarikan budaya Indonesia lewat Tari
Jaipong dan berharap supaya tari jaipong dapat dikenal oleh negara lain

Anda mungkin juga menyukai