Naskah Drama
Naskah Drama
PR
Tokoh:
Pada suatu pagi yang tenang, dalam sebuah kelas, tampak seorang siswa yang sedang duduk dengan santai
dan menggeser-geser jarinya di atas sebuah ponsel pintar. Entah apa yang dilihatnya dari benda itu.Tiba-tiba
seseorang masuk dan menghancurkan ketenangan pagi itu.
Wicak : “Buset! Apaan dah masih pagi ini udah teriak-teriak?” (dengan kesal karena ponselnya hampir jatuh)
Wicak : “Maap-maap… ini hp-ku hampir jatuh gara-gara kamu teriak. Bikin kaget tau!”
Wicak : “Kalo ngomong tuh yang bener. Maaf, gitu, bukan maap.”
Lintang : “Yaaah… jangan gitu lah, Cak, kamu kan baik.” (memelas)
Lintang : “Ya udah, nanti aku yang traktir jajan di kantin, yah?”
Wicak : “Hmm… gak mau.” (menggelengkan kepala)
Lintang : “Gimana kalau aku tambahin. Nanti aku yang traktir jajan, besoknya juga. Terus, tugas biologi yang
kita di suruh ngegambar organ pencernaan biar aku yang ngerjain. Gimana? Mau nggak?”
Wicak : “Oke, deal. Tapi janji yah?” (sambil mengeluarkan buku dari tasnya)
Wicak : “Yee… mau gak? Kalo nggak mau sih nggak pa-pa.
Lintang : “Aku kan paling gak ngerti masalah hitung-hitungan, pengen nyari jawaban di google tapi kuotaku
udah habis.” (duduk dan mulai menyalin PR)
Setelah susah payah bernegosiasi, akhirnya Lintang bisa mendapatkan PR Wicak. Yaa… meski Wicak
memperoleh keuntungan yang lebih banyak. Tidak lama kemudian, masuklah seorang siswa lain dengan
keadaan tidak rapi sambil memainkan ponselnya sepanjang jalan.
Banjar : “Ya! Tembak! Tembak! Itu di sana tuh! Itu!” (berteriak kea rah ponselnya)
Banjar : “Gak mau! Ambi aja sendiri, salah siapa main lempar-lempar.”
Lintang : “Wai-woi, wai-woi, itu PR udah dikerjain belum? Kena hukum Bu Yati baru tahu rasa kamu.”
Banjar : “Males ah, paling juga Bu Yati gak inget, dia kan pelupa.”
Wicak : “Beneran nih gak mau ngerjain? Gimana kalau aku bagi PR-ku, gra-tis.”
Banjar : “Aku lagi push rank nih, semalem gak sempat soalnya aku ketiduran.”
Wicak : “Siapa?”
Setelah penolakan Banjar, Wicak kembali ke ponselnya dan Lintang mengerjakan PR-nya. Selang tiga
puluh menit kemudian, bel pertanda pelajaran akan dimulai pun berbunyi, tepat pada saat Lintang selesai
menyalin jawaban Wicak. Sementara itu, Banjar dan Wicak segera menyimpan ponselnya. Bu Yati, guru
fisika, yang hari itu mendapat jadwal mengajar pertama masuk ke kelas mereka dan memulai pelajaran.
Bu Yati : “Baik, tidak perlu berlama-lama, kita akan memulai pelajaran hari ini tentang Pembiasan Cahaya.
Sekarang buka buku kalian halaman 43.”
Setelah sekitar empat puluh lima menit proses pembelajaran, Bu Yati kemudian memberikan tugas
kepada para siswa.
Bu Yati : “Ya, jadi begitulah proses dan contoh pembiasan cahaya, kalian paham?”
Bu Yati : “Baik, karena kalian sudah paham, saya akan memberikan tugas.”
Banjar : “Tuh, kan, apa aku bilang, Bu Yati pasti lupa soal PR itu.” (berbisik ke arah Lintang)
Bu Yati : “Buka halaman 58, di situ ada soal isian, silahkan kalian kerjakan.”
Lintang : “Oh ya? Tunggu aja, bentar lagi Bu Yati bakalan inget.” (membalas Banjar)
Wicak : “Tapi, bu, soal isian yang itu kemarin dijadiin PR buat kita.”
Banjar : “Pssst… Wicak, nggak usah ngasih tau woi!” (melotot kea rah Wicak)
Banjar : “Woi, kalian ini kenapa sih?!” (berbisik dengan nada marah)
Wicak dan Lintang pun menyetor PR mereka. Melihat Banjar tidak mengumpulkan PR-nya, Bu Yati
pun bertanya.
Bu Yati : “Sekarang kamu berdiri di depan kelas sampai jam mengajar saya selesai, setelah itu kerjakan PR
kamu!” (marah)
Banjar pun berdiri di depan kelas selama satu jam dengan wajah masam. Sementara Wicak dan Lintang
hanya tertawa melihat Banjar yang menderita sebab kemalasannya sendiri.