Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN MATERI

MANAGEMENT PONDOK PESANTREN DAN DINIYAH


Dosen pembimbing :

Disusun oleh :
Intan Fadilah 2016510111

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018 / 2019
“TIPOLOGI PONDOK PESANTREN”
A. Pengertian Pondok Pesantren

Zamachsjari Dhofier mendefinisikan pondok berasal dari bahasa Arab “funduq”


yang berarti hotel atau asrama. Dengan maksud yang sama, Haidar Putra Daulay
mengartikan sebagai hotel, tempat bermalam. Baik Dhofier maupun Haidar menyengaja
menggunakan kata hotel karena pondok bagi santri merupakan tempat tinggal sewaktu
tholabul ‘ilmi. Sebuah pesantren idealnya memiliki tempat tinggal sebagai ajang
komunikasi antara santri dan kyai.
Sedangkan pesantren, Dhofier mengatakan berasal dari kata santri yang diawali
dengan awalan pe dan akhiran an yang berarti sebagai tempat tinggal para santri. Sementara
Manfred Ziemek, sebagaimana di kutip oleh Haidar Putra Daulay menguatkan dengan
menyatakan secara etimologi pesantren adalah pesantrian yang berarti tempat santri.
Oleh sebab itu, tujuan umum terbentuknya pondok pesantren adalah membimbing
anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang dengan ilmu agamanya
ia sanggup menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya
mencetak ulama-ulama yang menguasai ilmu-ilmu agama. Sedangkan tujuan khususnya
adalah mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang
diajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat, dan
mendidik muslim yang dapat melaksanakan syariat agama.
B. Ragam Tipe Pondok Pesantren
Pada 1979, Menteri Agama mengeluarkan Peraturan No. 3 Tahun 1979 yang
mengungkapkan bentuk pondok pesantren:
1. Pondok pesantren tipe A
2. Pondok pesantren tipe B
3. Pondok pesantren tipe C
4. Pondok pesantren tipe D

Berdasarkan berbagai tingkatan konsistensi dengan sistem lama dan keterpengaruhan oleh
sistem modern, secara garis besar pondok pesantren menurut Departemen Agama RI, dapat
dikategorikan ke dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Pondok Pesantren Salafiyah
2. Pondok Pesantren Khalafiyah (‘Ashriyah)
3. Pondok Pesantren Campuran/Kombinasi

Klasifikasi pondok pesantren menurut M. Ridlwan Nasir (2005:87-88) dalam bukunya


Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal ada lima klasifikasi, antara lain:

1. Pondok Pesantren Salaf/Klasik


2. Pondok Pesantren Semi Berkembang
3. Pondok Pesantren Berkembang
4. Pondok Pesantren Khalaf/Modern
5. Pondok Pesantren Ideal

Transformasi Tipe Pondok Pesantren

Mengingat usianya yang demikian panjang, seiring perjalanan waktu, sebagian


pesantren tentu telah mengalami proses transformasi mengikuti arah zaman dan sebagian
lagi boleh jadi tetap berusaha mempertahankan bentuk aslinya yang puritan. Berdasarkan
kecenderungan tersebut, menurut Jamal Ma’mur Asmani dalam M. Affan, dkk. (2003: 7-
10), maka pesantren dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok:

1. Pesantren Salaf An Sich


2. Pesantren Modern An Sich
3. Pesantren Semi Salaf-Semi Modern

Sebab-Sebab Modernisasi Pondok Pesantren

Menurut majalah Tajdid (2009:358), sebab-sebab terjadinya modernisasi pesantren


diantaranya:
1. Penolakan taqlid
2. Wacana perlawanan nasional
3. Pembaruan organisasi
4. Pembaruan sistem pendidikan
Kelmpok 4
‘’Pondok Pesantren dalam Sistem Pendidikan Nasional”
A. Latar Belakang

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang di kembangkan secara


indigenous oleh masyarakat Indonesia. Karena sebenarnya pesantren merupakan
produk budaya masyarakat Indonesia yang sadar sepenuhnya akan pentingnya
artisebuah pendidikan bagi orang pribumi yang tumbuh secara natural. Terlepas dari
mana tradisi dan sistem tersebut diadopsi, tidak akan mempengaruhi pola yang unik
(khas) dan telah mengakar serta hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang unik, tidak saja karena
keberadannya yang sudah sangat lama, tetapi juga karena kultur, tradisi, metode dan
jaringan yang diterapkan oleh lembaga agama tersebut. Selain itu pondok pesantren
sebagai basis pendidikan Islam memainkan peranan penting dalam mengkonstruk
masyarakat.
Pesantren sebagai basis pendidikan Islam memainkan peranan penting dalam
mengkonstruk masyarakat. Hal ini meniscayakan pengkajian tentang bagaimana
keterlibatan pesantren dalam kehidupan sosial. Secara khusus, menganalisis strategi
yang diambil pesantren dalam menghadapi budaya lokal dan penguasa formal. Sudut
pandang yang dipakai adalah sosio-kultural. Hasilnya, pesantren sebagai lanjutan dari
sistem pendidikan Islam dengan istilah pondok pesantren.
Sebagai lembaga yang sudah lama berkembang di Indonesia, pondok pesantren
selain telah berhasil membina dan mengembangkan kehidupan beragama di Indonesia,
juga ikut berperan dalam menanamkan rasa kebangsaan ke dalam jiwa rakyat
Indonesia, serta ikut berperan aktif dalam upaya mencerdaskan bangsa. Pendidikan
Islam itu sendiri adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan
seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-
nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.
Adapun peran serta pondok pesantren Darut Ta’lim di dalam masyarakat adalah
sebagai kader serta da’i dalam menyebarkan ilmu agama Islam yang benar dan jauh
dari Bid’ah, Tahayul dan Khurofat di masyarakat. Sebagaimana tercantum di dalam
Al Qur’an surat Ali Imron ayat 104, yang berbunyi:

‫ِح‬
ۚ‫ُون‬ ‫ْل‬
‫مف‬ ْ
ُ‫ال‬‫ِك‬ َٰ ُ
‫ولئ‬ ‫هم‬
ُ‫ِ وأ‬
ُ ‫ْكر‬‫من‬ ْ ِ‫عن‬
ُ‫ال‬ ‫ْهو‬
‫ْن‬ ‫وين‬
ِ‫ُوف‬
‫ْر‬ ْ ‫ُون ب‬
‫ِالمع‬ ‫مر‬ُْ ‫ْر‬
‫ِ ويأ‬ ْ ‫ِلى‬
‫الخي‬ ‫ُون إ‬
‫دع‬ ‫ُم‬
ْ‫َّة ي‬ ‫ُم‬
‫ْ أ‬ ‫ْك‬ ‫ْ م‬
‫ِن‬ ‫ُن‬‫وْلتك‬
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh perbuatan yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung” ( QS. Ali Imron: 104).
B. Peran Pondok Pesantren Bagi Indonesia
Pondok pesantren merupakan lembaga Pendidikan yang tertua di Nusantara. Di
tengah-tengah kostitasi Pendidikan modern, eksistensinya masih tetap bertahan.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan model khas tersendiri bersaing hingga
kini, bersaing dengan pendidikan modern yang cenderung berkiblat pada Pendidikan
Barat yang sejak abad ke-19 M.
Pondok pesantren sebagai model sistem pendidikan pertama dan tertua di
Indonesia, keberadaanya mengilhami model dan sistem-sistem yang ditemukan saat
ini. Bahkan model pondok pesantren tidak lapuk dimakan zaman dengan segala
perubahannya. Karenannya banyak pakar, baik lokal maupun internasional melirik
pondok pesantren sebagai bahan pengkajian.
Tidak jarang beberapa tesis dan disertai menulis tentang lembaga pendidikan Islam
tertua ini. Menurut Kusasi (2013) diantara sisi yang menarik lembaga ini adalah karena
‘’modelnya”. Sifat keIslaman dan keIndonesiaan yang terintegarsi dalam pesantren
juga kesederhanaan, sistem dan manhaj yang terkesan apa-adanya. Hubungan kiai dan
santri yang begitu emosional. Selain itu, peran dan kiprahnya bagi masyarakat, negara,
dan umat manusia.
Pondok pesantren telah terbukti memberikan andil yang sangat besar dalam
mencerdaskan kehiudpan bangsa. Sebelum Indonesia merdeka, model pendidikan di
serau-serau telah membuktikan kiprahnya di pentas nasional. Dengan melahirkan para
pejuang kemerdekaan seperti:
a. Pangeran Dipenogoro,
b. Tuanku Imam Bonjol,
c. Nyi Ageng Serang,
d. Tengku Cik Ditiro
e. K. H. Zaenal Arifin
f. K. H. Hasyim Ashyari
g. K. H. Wahab Hasbullah
h. K. H. Abdul Wahid Hasyim
i. K. H Ahmad Dahlan/
j. K. H. Mas Mansyur
k. Muhammad Natsi
l. K. H. Agus Salim, dan Pejuang-Pejuang lainnya
C. Posisi Pondok Pesantren Diawal Kemerdekaan
Sejak awal Indonesia merdeka, pemerintahan telah menyematkan agama sebagai
fondasi dalam membangun bangsa dan negara. Hal ini dapat kita baca dalam Undang-
Undang Dasar 1945. Dalam pembukuan UUD 1945 alinea ketiga dinyatakan bahwa:
“Kemerdekaan Indonesia adalah semata-mata atas berkat dan rahmat Allah Yang
Mahakuasa”
Dan dialinea ke empat dinyatakan bahwa:
“Pancasila menjadi dasar negara”
D. Lahirnya SKB 3 Menteri Tahun 1975
Awal mula kebijakan pemerintah yang bersinggungan tentang pendidikan di
pondok pesantren yaitu keluarnya surat keputusan bersama (SKB) 3 menteri yang
ditandainya dengan:
1) Menteri Agama ( Prof. Dr. Mukti Ali)
2) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Letjen TNI. Dr. Teuku
Syarif Thayeb)
3) Menteri Dalam Negeri (Jend. TNI Purn. Amir Machmud)
SKB Ini sebagai pengakuan eksistensi madrasah yang isi diktumnya antara lain Dari
SKB 3 menteri yang memperkuat posisi madrasah, yaitu madrasah meliputi tiga
tingkatan:
a. MI setingkat dengan SD, MTs setingkat dengan SMP, dan MA
setingkat dengan SMA
b. Ijazah madrasah dinilai sama dengan ijazah sekolah umum
yang sederajat.
c. Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum yang
setingkat lebih atas.
d. Siswa madrasah dapat berpindah kesekolah umum yang
setingkat
Lahirnya Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003
Terbitnya Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang isinya menyamaratakan antara
pendidikan agama dan pendidikan umum. Yang mana pelaksanaannya, pemerintah memberikan
wewenang penuh kepada Kementerian Agama Republik Indonesia untuk mengatur
penyelenggaraan pendidikan di madrasah dan pondok pesantren, baik dalam hal pembiayaan,
pengadaan dan pengembangan sumber daya manusia, pengembangan kelembagaan dan sarana,
serta peningkatkan mutu lembaga pendidikan agama tersebut.
KELOMPOK 4

Anda mungkin juga menyukai