Anda di halaman 1dari 144

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan

mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tampa pendidikan sama sekali

mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan

aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep

pandangan hidup mereka. 1 Karena dengan pengetahuan yang cukup tersebut

sebagai seorang muslim dapat memiliki kepribadian yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah SWT yang merupakan kewajiban yang harus

dijalankan oleh umat Islam dimanapun ia berada. Sebagaimana yang

dijelaskan pada QS. At-Taubah ayat 122:

‫َّه وا ىِف ٱلدِّي ِن‬ ‫ِئ‬ ٍ ِ ِ ِِ ِ


ُ ‫َو َم ا َك ا َن ٱلْ ُمْؤ منُ و َن ليَنف ُروا َكافَّةً ۚ َفلَ ْواَل َن َف َر من ُك ِّل فْرقَ ة ِّمْن ُه ْم طَا َف ةٌ لِّيََت َفق‬

ِ ‫ولِي‬
‫نذ ُروا َق ْو َم ُه ْم ِإذَا َر َجعُوا ِإلَْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم حَيْ َذ ُرو َن‬َُ

Di dalam agama Islam menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi

setiap orang. Sebagaimana dalam hadis Rasulullah SAW bersabda:

‫ عن حمم د بن‬,‫ ح دثنا كث ري بن ش نظري‬.‫ ح دثنا حفص بن س ليمان‬.‫ح دثنا هش ام بن عم ار‬

‫ طلب العلم فريضة‬: ‫ قال رسول اهلل صل اهلل عليه وسلم‬:‫ قال‬,‫سريين عن انس بن مالك‬

)‫ (رواه ابن ماجة‬.‫على كل مسلم‬

1
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan (Jakarta: Rhineka Cipta, 2008), h. 2.

1
Pendidikan Islam di Indonesia mayoritas berakar dari pendidikan

model pondok pesantren, baik yang sudah didesain dengan bentuk pendidikan

formal, maupun yang masih berbentuk non formal. Alasan pokok munculnya

pesantren ini adalah untuk mentransmisikan Islam tradisional sebagaimana

yang terdapat dalam kitab-kitab klasik yang ditulis berabad-abad yang lalu.

Kitab-kitab ini dikenal di Indonesia sebagai kitab kuning.2

Adapun pengertian umum yang beredar di kalangan pemerhati

pesantren, kitab kuning adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab atau

berhuruf Arab, sebagai produk pemikiran ulama masa lampau yang ditulis

dengan format khas pramodern sebelum abad ke 17M. 3 Ada juga yang

mengartikan kitab kuning juga kerap disebut kitab gundul karena memang

tidak memiliki harakat atau baris, seperti fathah, kasrah, dhammah dan

sukun. Juga karena tidak ada torehan arti (makna) di bawah setiap kalimatnya.

Dalam dunia pesantren posisi kitab kuning sangat strategis karena

kitab kuning dijadikan referensi dan kurikulum dalam sistem pendidikan

pesantren. Selain sebagai pedoman bagi tata cara keberagamaan, kitab kuning

juga difungsikan oleh kalangan pesantren sebagai referensi universal dalam

menyikapi segala tantangan kehidupan.4

Pendidikan juga bagian penting bagi peradaban manusia, yaitu untuk

melangsungkan kehidupan manusia di dunia, karena pendidikan merupakan

2
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat (Yogyakarta: Gading
publishing, 2015), h. 85.
3
H. Affandi Mochtar, Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren (Bekasi: Pustaka
Isfahan, 2010), h. 32.
4
H. Affandi Mochtar, Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren (Bekasi: Pustaka
Isfahan, 2010), h. 45.

2
potensi awal untuk meraih masa depan, pendidikan merupakan suatu proses

untuk menyiapkan generasi muda dalam menjalankan kehidupan dan mampu

memenuhi kebutuhan hidupnya secara efektif dan efisien.5

Hal ini sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang telah

ditegaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara”.6

Sebagai seorang muslim diwajibkan untuk tunduk dan taat terhadap

ajaran Islam. Oleh sebab itu, manusia harus dididik melalui pendidikan, Salah

satu wadah untuk melaksanakan pendidikan adalah lembaga Pendidikan

Islam, lembaga pendidikan Islam terdiri dari Pendidikan formal dan non

formal7.

Salah satu lembaga pendidikan Islam yang termasuk dalam

pendidikan formal adalah Pendidikan Diniyah Formal (PDF) adalah sebuah

lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Direktorat Pendidikan

Diniyah Pondok Pesantren (PD Pontren) dan Direktorat Jenderal Pendidikan

Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama RI, dalam pendefinisiannya PDF

termuat dalam peraturan menteri agama nomor 13 tahun 2014 tentang

5
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 25.
6
Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung:
Citra Umbara, 2006), h. 60.
7
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 39.

3
Pendidikan Keagamaan Islam yang terdapat pada BAB I Ketentuan Umum

Pasal 1 ayat (7) bahwa:

“Pendidikan Diniyah Formal adalah lembaga pendidikan keagamaan


Islam yang diselenggarakan oleh dan berada di dalam pesantren secara
terstruktur dan berjenjang pada jalur pendidikan formal.” 8

Adapun Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) adalah jenjang

pendidikan dasar dari 3 jenjang yang ada pada pendidikan diniyah formal, hal

ini termuat dalam peraturan menteri agama nomor 13 tahun 2014 tentang

Pendidikan Keagamaan Islam yang terdapat pada BAB III bagian kedua pasal

23 ayat (2) bahwa:

“Pendidikan diniyah formal jenjang pendidikan dasar sebagaimana di


maksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas pendidikan diniyah formal ula dan
pendidikan diniyah formal wustha.”9

Salahsatu mata pelajaran yang ada pada Pendidikan Diniyah Formal

Wustha adalah fikih yang bertujuan untuk membekali santri tentang hal

ibadat, muamalat, jinayat, dan munakahat, sehingga para peserta didik dapat

menambah ilmu pengetahuan dalam segi agama dan mampu

mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-harinya.

Fikih menjadi salah satu pondasi dalam kehidupan sehari-hari umat

Islam, misalnya, tata cara shalat, zakat, waris, utang piutang dan lain

sebagainya. Karena dirasa sangat penting, maka di dalam pendidikan

dimasukkan kurikulum yang mempelajari Fikih. Pembelajaran fikih di

8
PMA No.13 Tahun 2014, Pendidikan Keagamaan islam, (Kemenag aceh)
https://aceh.kemenag.go.id/id/. Diakses pada 20.01.2021. Jam 21:33
9
PMA No.13 Tahun 2014, Pendidikan Keagamaan islam, (Kemenag aceh)
https://aceh.kemenag.go.id/id/. Diakses pada 20.01.2021. Jam 21:33

4
Pendidikan Diniyah Formal Wustha lebih ditekankan pada teori-teori fikih

secara mendalam.

Di Pendidikan Diniyah Formal Wustha Pondok Pesantren Darussalim

memiliki cara tersendiri dalam memperluas pendidikannya tentang ilmu

agama, khususnya fikih yang menjadi salah satu mata pelajaran yang ada di

Pendidikan Diniyah Formal Wustha Pondok Pesantren Darussalim, Kitab

yang dipelajari dalam pembelajaran Fikih adalah: kitab Fathul Qorib, dan

kitab Syarah Sittin.

Kitab Fathul Qorib atau Fathul Qarib Al Mujib atau Al-Qaulul

Mukhtar Fi Syarah Ghayah Al-Ikhtisar karya dari Syaikh Muhammad bin

Qasim Al-Ghazzi (918 H/1512 M) adalah kitab Fikih yang memuat berbagai

persoalan terkait banyak hal, banyak ulama yang menghuraikan (syarah)

dalam rangka memberikan kemudahan bagi para santri dalam mempelajari

ilmu Fikih yang tidak hanya mengkaji persoalan ibadah saja, namun juga

mengkaji berbagai persoalan Fikih seperti ibadat, muamalat, munakahat dan

jinayat.

Kitab Fathul Qorib ini memuat berbagai persoalan fikih terkait

banyak hal di antaranya membahas tentang: hukum-hukum bersuci, hukum-

hukum shalat, hukum-hukum zakat, hukum puasa, hukum haji, hukum jual

beli dan berbagai hukum transaksi lainnya, hukum-hukum pembagian waris

dan wasiat, perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya,

hukum-hukum jinayat, berbagai macam hukum Had (hukuman), hukum-

5
hukum jihad, hukum-hukum buruan sembelihan dan makanan, hukum

sumpah dan nadzar, hukum peradilan dan persaksian, dan seterusnya.

Mengingat isi pembahasan yang lengkap, sehingga kitab Fathul Qorib

dijadikan sebagai bahan ajar ilmu fikih di Pendidikan Diniyah Formal Wustha

Pondok Pesantren Darussalim.

Hasil wawancara dengan Guru Misbahuddin S.Pd.I selaku pengajar

kitab Fathul Qorib kelas III peneliti menemukan beberapa permasalahan yang

muncul pada pelaksanaan pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas

III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren

Darussalim yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Kisi-kisi ujian pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib di

Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) yang diterbitkan oleh Direktorat

Pendidikan Diniyah Pondok Pesantren (PD Pontren) dan Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama RI memiliki

pembahasan yang sangat panjang yaitu dari bab thaharah sampai dengan bab

ta’zir, yang mana pada pelaksanaan pembelajaran fikih dengan kitab Fathul

Qorib di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren

Darussalim kelas III mengacu pada kisi-kisi tersebut sedangkan permasalahan

yang timbul adalah tidak semua pelajaran itu bisa diselesaikan dalam dua

semester dikarenakan alokasi waktu proses pembelajaran fikih dengan kitab

Fathul Qorib kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim masih kurang hanya berlangsung 3 jam dalam

1 minggu. Mengingat kitab Fathul Qorib merupakan kitab berbahasa arab

6
yang tidak berharakat, yang mana dalam pelaksanaannya harus dijelaskan dan

diterjemahkan dengan bahasa Indonesia dan bahasa banjar. ditambah lagi

tidak semua santri bisa menguasai membaca kitab kuning.10

Berdasarkan uraian diatas peneliti menjadi tertarik untuk meneliti

bagaimana pelaksanaan pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas

III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren

Darussalim dengan judul penelitian: Pelaksanaan Pembelajaran fikih Dengan

Kitab Fathul Qorib Kelas III Di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang dirumuskan oleh peneliti

tentang istilah-istilah yang ada pada masalah peneliti dengan maksud untuk

menyamakan persepsi antara peneliti dengan orang-orang yang terkait dengan

penelitian.11

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan judul maka

peneliti akan menjelaskan secara terperinci.

1. Pelaksanaan adalah: proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan,

keputusan, dan sebagainya),12 yang di maksud pelaksanaan disini adalah

pelaksanaan pembelajaran Fikih.

10
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara langsung
pada tanggal 28 Januari 2021, pada pukul 16:30
11
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode, dan Prosedur (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2013),h. 287.
12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat
Bahasa, PT Gramedia Pustaka, 2013), h. 529.

7
2. Pembelajaran adalah: berasal dari kata “ajar” yang mendapatkan

tambahan awalan “pe” dan akhiran “an” yang mempunyai arti proses,

perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga anak didik mau

belajar.13

3. Fikih yang di maksud fikih di sini adalah fikih menurut syara yaitu:

pengetahuan tentang hukum syariah yang berhubungan perbuatan

seorang mukallaf yang di ambil dari dalil-dalil secara detail.14

4. Kitab Fathul Qorib atau Fathul Qarib Al Mujib atau Al-Qaulul Mukhtar

Fi Syarah Ghayah Al-Ikhtisar karya dari Syaikh Muhammad bin Qasim

Al-Ghazziy (918 H/1512 M) adalah kitab fikih yang memuat berbagai

persoalan terkait banyak hal di antaranya, membahas tentang: hukum-

hukum bersuci, hukum-hukum shalat, hukum-hukum zakat, hukum

puasa, hukum haji, hukum jual beli dan berbagai hukum transaksi

lainnya, hukum-hukum pembagian waris dan wasiat, perkawinan dan

segala sesuatu yang berhubungan dengannya, hukum-hukum jinayat,

berbagai macam hukum Had (hukuman), hukum-hukum jihad, hukum-

hukum buruan sembelihan dan makanan, hukum sumpah dan nadzar,

hukum peradilan dan persaksian, dan seterusnya.

5. Kelas III: Yang dimaksud kelas III disini adalah kelas III A yaitu kelas

yang ada di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Darussalim,

yang semua peserta didiknya adalah santri laki-laki.

13
Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.2013.), h. 19.
14
Khallaf Wahab Adbul. Ilmu ushul Fikih (Jakarta: Pustaka Amani, 2012), cet ke 7. h. 1.

8
6. Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) adalah: Pendidikan yang

berada dibawah naungan Direktorat Pendidikan Diniyah Pondok

Pesantren (PD Pontren) dan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen

Pendis) Kementerian Agama RI, dalam pendefinisiannya PDF termuat

dalam peraturan menteri agama nomor 13 tahun 2014 tentang Pendidikan

Keagamaan Islam yang terdapat pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1

ayat (7).

7. Pondok Pesantren Darussalim adalah: adalah sebuah lembaga pendidikan

yang beralamatkan. Jl. Pahlawan No.43 RT.08 RW.03 Desa Benua Raya,

Kecamatan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut.

Berdasarkan penjabaran tersebut, Peneliti menyimpulkan bahwa

penelitian yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Fikih Dengan Kitab

Fathul Qorib kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut

berfokus meneliti tentang bagaimana proses perencanaan, pelaksanaan serta

evaluasi pembelajaran Fikih dengan kitab Fathul Qorib dan apa saja faktor

pendukung yang mempengaruhi pada pelaksanaannya.

9
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini dituangkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Fikih dengan kitab Fathul Qorib

kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok

Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut ?

2. Apa saja faktor-faktor pendukung pada pelaksanaan pembelajaran fikih

dengan kitab Fathul Qorib kelas III di Pendidikan Diniyah Formal

Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati

Kabupaten Tanah Laut ?

D. Alasan Memilih Judul

Diantara alasan peneliti dalam memilih judul ini adalah sebagai

berikut:

1. Mengingat pentingnya mempelajari ilmu fikih sebagai panduan tatacara

dalam beribadah kepada Allah SWT.

2. Pendidikan Diniyah Formal Wustha yang masih dianggap lembaga baru

yang berada dibawah naungan PD Pontren dan Dirjen Pendis Kementrian

Agama RI. Yang mana pada pelaksanaannya menggunakan pembelajaran

yang berpedoman pada peraturan yang dibuat oleh lembaga tersebut.

3. Sejauh pengetahuan peneliti belum ada penelitian sebelumnya di IAI

Darussalam yang membahas tentang pelaksanaan pembelajaran fikih

dengan kitab Fathul Qorib khususnya di Pendidikan Diniyah Formal

10
Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati

Kabupaten Tanah Laut.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran fikih dengan

kitab Fathul Qorib kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha

(PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten

Tanah Laut.

2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor pendukung pada pelaksanaan

pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di Pendidikan

Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim

Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

F. Signifikansi Penulisan

Signifikansi hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru

dan siswa dan memberikan sumbangan berarti bagi dunia pendidikan

Islam.

2. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

mahasiswa dalam penelitian dan dapat menjadi khazanah di Pendidikan

Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim

Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

11
G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini peneliti menggunakan sistematika penulisan

terdiri atas :

BAB I: pendahuluan, merupakan bab pembuka yang terdiri dari latar

belakang penelitian, penegasan judul, rumusan masalah, alasan

memilih judul, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II: Landasan teori, Bab ini menguraikan tentang pelaksanaan

pembelajaran Fikih dengan kitab Fathul Qorib di Pendidikan

Diniyah Formal Whustha yang meliputi: pengertian pembelajaran

Fikih, komponen pembelajaran, prinsip-prinsip pembelajaran,

tahapan pelaksanaan pembelajaran, factor-faktor yang

mempengaruhi pembelajaran, kitab Fathul Qorib, Pendidikan

Diniyah Formal (PDF).

BAB III: Metode penelitian, Bab ini berisi tentang jenis penelitian, subjek

dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan

data, teknik pengolahan data, analisis data, prosedur penelitian.

BAB IV: Laporan hasil penelitian, membahas tentang gambaran umum lokasi

penelitian, penyajian data, dan analisis data.

BAB V: Penutup, Bab ini berisi simpulan dari pembahasan penelitian dan

saran- saran kepada pihak terkait mengenai dari hasil penelitian

yang telah dilakukan.

12
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pembelajaran Fikih

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang mendapatkan

tambahan awalan “pe” dan akhiran “an” yang mempunyai arti proses,

perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga anak didik mau

belajar. Istilah pembelajaran merupakan padanan dari kata dalam bahasa

Inggris instruction, yang berarti proses membuat orang belajar.15

Menurut Muhammad Fathurrohman: pembelajaran adalah usaha

sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan

tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan

didapatkan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama

dan karena adanya usaha.16

Menurut Oemar Hamalik: pembelajaran adalah suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran.17

Dengan kata lain, pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu

proses belajar dan mengajar yang tersusun terarah dan terancang serta

15
Mulyono, Strategi Pembelajaran: Menuju Efektivitas Pembelajaran di Abad Global.
(Malang: Maliki Press, 2012), h. 7.
16
Muhammad Fathurrohman, Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013 (Strategi
Alternatif Pembelajaran Di Era Global), (Yogyakarta: Kalimedia, 2015), h. 31.
17
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), h.7.

13
melibatkan berbagai unsur yang saling mempengaruhi untuk mencapai

tujuan yang diharapkan.

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu di

pertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala

kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan tersebut.18

Berdasarkan beberapa teori diatas maka pembelajaran dapat

disimpulkan sebagai suatu proses belajar yang disengaja antara peserta

didik dan pendidik melalui berbagai upaya dan berbagai strategi dan

metode. Pembelajaran dilaksanakan dengan tujuan untuk dapat mencapai

tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.

2. Pengertian Fikih

Secara etimologi Fikih berasal dari kata bahasa arab, yaitu bentuk

masdar dari akar kata ‫فقها‬ ‫فقه يفقه‬ yang berarti pemahaman. Pemahaman

sebagaimana dimaksud disini, adalah pemahaman tentang agama Islam.

Dari sinilah ditarik perkataan Fikih, yang memberi pengertian

pemahaman dalam hukum syariat yang sangat dianjurkan oleh Allah

SWT dan Rasulnya. 19

Fikih secara terminologi adalah:

‫العلم باألحكام الشريعة العملية املكتسب من أدلتها التفصيلية‬

Artinya: “Ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amali

yang digali dari dalil-dalil yang terperinci”.


18
Hamzah B Uno, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 34.
19
Harisudin nor, Pengantar ilmu Fikih (Surabaya: CV Salsabila putra pratama, 2019), h.
1.

14
Adapun penjelasannya sebagai berikut:20

a. Al-ilmu. Istilah al- ilmu, pada kebiasaannnya, memiliki dua

pengertian. Yaitu al- ilmu dalam arti pengetahuan yang mencapai

tingkat keyakinan (al-yaqin) dan al-ilmu dalam arti pengetahuan yang

hanya sampai pada tingkat dugaan (al zdhan). Dalam definisi di atas,

al-ilmu yang dimaksud lebih dimaknai dengan arti yang kedua, yaitu

dugaan bersifat asumtif karena digali secara dugaan.

b. Al-ahkam adalah jamak dari kata al-hukm yang memiliki arti putusan.

Al-hukm berarti ketentuan-ketentuan Syari'ah yang berkaitan dengan

perbuatan manusia yang berasal dari Allah SWT. seperti wajib, sunah,

makruh, haram dan mubah.

c. As-syar'iyyah merupakan sifat hukum-hukum yang berarti sifat syar'i.

Karena itu, pengetahuan tentang hukum-hukum yang bersifat aqli

tidak disebut Fikih. Demikian juga pengetahuan tentang hukum-

hukum yang bersifat indrawi tidak juga disebut sebagai Fikih.

Demikian halnya, hukum positif yang dibuat oleh pemerintah dan

hukum adat yang disepakati di suatu daerah tidak termasuk Fikih.

d. Al-amaliyyah berarti bersifat praktis. Hukum- hukum yang tidak

bersifat amaliyah misalnya hukum-hukum i'tiqadiyah tidak termasuk

Fikih. Hukum i'tiqadiyah misalnya pengetahuan bahwa Allah SWT itu

esa tidak termasuk Fikih. Demikian juga hukum-hukum yang bersifat

20
Harisudin nor, Pengantar ilmu Fikih (Surabaya: CV Salsabila putra pratama 2019.), h.
2.

15
qalbiyah-khuluqiyah seperti ikhlas, riya, dan sebagainya tidak pula

termasuk hukum Fikih.

e. Al-muktasab berarti bahwa Fikih itu digali dengan usaha yang

sungguh-sungguh. Dengan demikian hukum Fikih syar'i amaly yang

tidak digali dengan usaha yang sungguh-sungguh, dalam definisi ini,

tidak termasuk Fikih. Karena itu, pengetahuan kita tentang sholat,

zakat, kewajiban haji, dan ketentuan yang bersifat dharuri, tidak

termasuk Fikih.

f. Al-adillah At-tafsiliyyah berarti dalil-dalil yang terperinci. Dalil-dalil

yang bersifat global (ijmaly) tidak termasuk fikih, melainkan masuk

dalam ranah studi ushul fiqh. Dalil ijmali misalnya 'am, khas,

mujmal, muqayyad, ijma', qiyas dan lain sebagainya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Fikih

merupakan pemahaman yang mendalam mengenai ilmu hukum-hukum

Syariat yang bersifat amaliyah dalam kehidupan sehari-hari yang

diperoleh dari dalil-dalil hukum yang terperinci.

3. Ruang Lingkup Fikih

Fikih berisi tentang aturan-aturan yang rinci berdasarkan petunjuk

Allah SWT untuk dilakukan oleh manusia, maka Fikih secara garis besar

memuat dua hal pokok.

16
a. Tentang apa dilakukan hamba kepada Allah SWT.

b. Tentang bakti kepada Allah SWT melalui bakti kepada sesama

manusia.21

Adapun untuk apa dilakukan hamba kepada Allah SWT dapat

dilihat dalam firmannya QS. Al-Baqarah ayat 183, sebagai berikut:

‫ين ِم ْن َقْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َتَّت ُقو َن‬ ِ َّ َ ِ‫الصيَ ُام َك َما ُكت‬
َ ‫ب َعلَى الذ‬ ِّ ‫ب َعلَْي ُك ُم‬ ِ ِ َّ
َ ‫يَا َأيُّ َها الذ‬
َ ‫ين َآمنُوا ُكت‬

Ayat tersebut menegaskan tugas manusia di dunia ini adalah

untuk berbakti kepada Allah SWT dengan menjalankan ibadah puasa di

bulan ramadhan. Sedangkan bakti kepada Allah SWT melalui bakti

kepada sesama manusia adalah firman Allah SWT dalam QS Al-Hujurat

ayat 11:

‫ْرا ِمْن ُه ْم َواَل نِ َس اءٌ ِم ْن‬ ٍ ِ ِ َّ


ً ‫ين َآمنُ وا اَل يَ ْس َخ ْر َق ْو ٌم م ْن َق ْوم َع َس ٰى َأ ْن يَ ُكونُوا َخي‬
َ ‫يَا َأيُّ َه ا الذ‬

ِ ِ ِ ِ ِ ‫نِس ٍاء عس ى َأ ْن ي ُك َّن خي‬


َ ‫ْرا مْن ُه َّن ۖ َواَل َت ْلم ُزوا َأْن ُف َس ُك ْم َواَل َتنَ َابُزوا باَأْللْ َق اب ۖ بْئ‬
‫س‬ ً َ َ ٰ ََ َ

‫ك ُه ُم الظَّالِ ُمو َن‬


َ ‫ب فَُأولَِٰئ‬ ِ ُ ‫ااِل ْس ُم الْ ُف ُس‬
ْ ُ‫وق َب ْع َد اِإْل ميَان ۚ َو َم ْن مَلْ َيت‬

Ayat di atas menjelaskan salah satu contoh budi pekerti yang harus

dilakukan manusia terhadap manusia yang lainnya. Sesama manusia harus

saling menghormati, memanggil namanya dengan nama yang baik-baik

bukan nama yang buruk. Sesama manusia tidak boleh saling mencaci

21
Hasan saleh, kajian Fikih nabawi & Fikih kontemporer (Jakarta: Rajawali press 2008),
h. 6.

17
maki. Dua hal tersebut tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan dunia.

Seperti dalam firman Allah SWT QS Ali Imran ayat 112:

‫ب ِم َن‬
ٍ ‫ض‬ ِ ‫ْل ِم َن الن‬
َ َ‫َّاس َوبَ اءُوا بِغ‬ ٍ ‫الذلَّةُ َأيْ َن َم ا ثُِق ُف وا ِإاَّل حِب َب‬
ٍ ‫ْل ِم َن اللَّ ِه َو َحب‬ ِّ ‫ت َعلَْي ِهم‬
ُ ْ َ‫ض ِرب‬
ُ

ِ ِ ِ ِ ِ َ ِ‫ت َعلَْي ِهم الْمس َكنَةُ ۚ ٰذَل‬ ِ


َ‫ك ب َأن َُّه ْم َك انُوا يَ ْك ُف ُرو َن بآيَات اللَّه َو َي ْقُتلُ و َن اَأْلنْبيَ اء‬ َْ ُ ْ َ‫ض ِرب‬
ُ ‫اللَّه َو‬

‫ص ْوا َو َكانُوا َي ْعتَ ُدو َن‬ ‫بِغَ ِ ح ٍّق ۚ ٰذَلِ َ مِب‬


َ ‫ك َا َع‬ َ ‫رْي‬

Dari ketiga ayat diatas adalah contoh perintah kepada manusia

untuk beribadah kepada Allah SWT dan berbuat baik sesama manusia.

Dalam kajian Fikih Islam, ibadah dibedakan kepada dua macam.

Yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah, ibadah mahdhah

lazim disebut dengan ibadah saja, sedangkan ibadah ghairu mahdhah

lazim disebut juga dengan istilah muamalah.22

Adapun penjelasannya sebagai berikut

a. Ibadah Mahdhah

Yaitu ibadah yang mengatur hubungan langsung antara hamba

dengan Allah SWT. Suatu ibadah dikatakan mahdhah apabila

ketentuan tentang ibadah tersebut telah diatur melalui nash Al-Qur’an

maupun sunnah Rasulullah SAW.

Selain dari itu, setiap ibadah mahdhah telah diatur secara

tafsili (terperinci) dan sharih (jelas) oleh dalil yang qath’i (pasti).

Karena itu terhadap ibadah mahdhah tidak diperkenankan melakukan

22
M.Anshary, Fikih Kontroversi (Bandung: Humaniora, 2013), h. 23.

18
ijtihad. Manusia hanya diberi kewenangan menjalankan apa yang

disyariatkan dalam nash itu saja. Seperti: mengucap dua kalimah

syahadat, shalat, haji, zakat, puasa, dan sebagainya.23

b. Ibadah Ghairu Mahdhah

Yaitu semua aktifitas seseorang yang berkaitan dengan

kepentingan dunianya, yang lazim disebut dengan Fikih muamalat

(muamalat berarti pergaulan baik sesama manusia) dalam artian

umum. Dalam hal muamalah petunjuk yang diberikan dari Allah SWT

dan begitu pula penjelasannya dari Nabi Muhammad SAW hanya

bersifat umum dan secara garis besar, sedangkan pelaksanaannya pada

umumnya diserahkan kepada akal manusia. Manusia dapat membuat

aturan yang rinci tentang itu sesuai dengan apa yang dipandangnya

baik dan telah sejalan dengan petunjuk umum yang ditetapkan Allah

SWT dan Nabi Muhammad SAW. Muamalat dalam artian umum

berarti pergaulan atau hubungan antara sesama manusia. Melihat

kepada berkaitan hubungan antara manusia kepada sesama manusia

terbagi kepada beberapa cabang:

1) Hubungan antara sesama manusia berkaitan dengan harta dan

kebutuhannya kepada kepemilikan harta itu. Aturan dalam bentuk

ini disebut Fikih muamalat dalam artian khusus seperti jual beli,

sewa-menyewa dan serikat usaha.

2) Hubungan antara sesama manusia berkaitan dengan penyaluran

nafsu syahwat dalam mendapatkan keturunan yang sah. Aturan


23
M.Anshary, Fikih Kontroversi (Bandung: Humaniora, 2013), h. 24.

19
dalam bentuk ini disebut Fikih munakahat atau perkawinan

seperti pernikahan, perceraian dan kekerabatan.

3) Hubungan antara sesama manusia berkaitan dengan kepemilikan

harta yang timbul sebagai akibat suatu kematian di kalangan

keluarga. Aturan dalam bentuk ini disebut Fikih mawaris atau

warisan.

4) Hubungan antara sesama manusia berkaitan dengan terjadinya

kejahatan dan sanksi untuk mencegah terjadinya kejahatan itu.

Aturan yang berkenaan dengan ini disebut Fikih jinayat atau

pidana.

5) Hubungan antara sesama manusia berkaitan dengan usaha

mendapatkan hal dan keadilan di pengadilan. Aturan dalam

bentuk ini disebut Fikih murafa’at atau qadha, atau disebut juga

hukum acara.

6) Hubungan antara sesama manusia dan antara manusia sebagai

kelompok dengan pemimpinnya dalam kehidupan bernegara dan

berbangsa. Aturan dalam bentuk ini disebut Fikih siyasah atau

disebut juga hukum tata negara.

7) Hubungan antara sesama manusia dalam suatu negara dengan

negara lain dalam masa perang dan damai. Aturan dalam bentuk

ini disebut Fikih dauliyah atau disebut juga hukum antara negara

atau internasional.24

24
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Ushul Fiqh Edisi Pertama (Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2012), h. 11-15.

20
4. Pembelajaran Fikih

Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 3 di sebutkan bahwa

tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab.25

Dalam Pembelajaran Fikih juga menerapkan fungsi pendidikan

nasional yaitu menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

Pembelajaran Fikih adalah suatu proses belajar mengajar antara

guru dan siswa yang bertujuan untuk menambah pengetahuan siswa

dalam berfikir pada bidang syariat Islam baik dalam segi ibadat,

muamalat, munakahat, jinayat. dengan tujuan agar peserta didik

mengetahui, memahami dan dapat melaksanakan dalam kehidupan

sehari-hari.

B. Komponen Pembelajaran

25
Undang-Undang RI nomer 20 tahun 2003 beserta penjelasannya, hal.2.

21
Komponen-komponen pembelajaran meliputi: tujuan pendidikan,

peserta didik atau siswa, tenaga kependidikan khususnya guru, perencanaan

pengajaran, strategi pembelajaran, media pengajaran, evaluasi pengajaran.26

Adapun komponen-komponen pembelajaran menurut Djamarah dan

Zain adalah: kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen

yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, metode, alat

dan sumber pelajaran serta evaluasi. 27

Adapun penjelasan dari setiap komponen tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Tujuan

Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk

menentukan strategi, materi media dan evaluasi pembelajaran. Dalam

strategi pembelajaran, penentuan tujuan merupakan komponen pertama

kali harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan pembelajaran

merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.28

2. Bahan Pelajaran

Bahan pembelajaran adalah materi atau isi yang harus dikuasai

oleh siswa melalui kegiatan pembelajaran. Dengan demikian bahan

pelajaran merupakan media yang dapat mengantar siswa pada pencapaian

26
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 77.
27
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002), Cet: 2 h. 48.
28
Hamruni, Strategi Dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan (Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), h.11.

22
tujuan pembelajaran.29 Bahan adalah segala sesuatu sumber bagi anak

didik. Bahan disebut juga sebagai sumber belajar (pembelajaran) adalah

segala sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Karena

bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik.

Dengan demikian bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak

didik maka akan dapat memotivasi anak didik dalam jangka waktu

tertentu.30

3. Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah inti dari kegiatan dalam

pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan

dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan

melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar mengajar akan

menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.31

Menurut Abdul Gafur: kegiatan pembelajaran meliputi tiga

tahapan yaitu: pendahuluan, inti dan penutup.

a. Tahap pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam suatu

pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan

motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk

berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

29
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran (Teoridan Aplikasi) (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013), h. 29.
30
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta. PT
Rineka Cipta, 2002), Cet: 2 h 50.
31
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002), Cet: 2 h. 51.

23
b. Tahap inti. Kegiatan inti ini merupakan proses pembelajaran untuk

mencapai KD. Dalam tahap inti ini dilakukan secara sistematis dan

sistematik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

c. Tahap penutup. Dalam tahap ini dilakukan untuk mengakhiri

aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk

rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi umpan balik, dan

tindak lanjut.32

4. Metode

Metode pembelajaran adalah suatu cara yang dipergunakan untuk

mencapai tujuan telah ditetapkan.33 Sedangkan menurut Daryanto dan

Raharjo: metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara atau

teknik yang akan digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan materi

untuk mencapai tujuan pembelajaran.34 Metode dalam pembelajaran

menjadi penting karena materi pendidikan tidak akan dapat dipelajari

dengan baik jika tanpa adanya dukungan dari sebuah metode, strategi dan

teknik tertentu yang dapat menunjang pembelajaran.

Metode dalam pembelajaran sangatlah banyak, adapun penjelasan

dari beberapa metode dalam pembelajaran dalam pendidikan Islam

adalah sebagai berikut:

a. Metode Ceramah

32
Abdul Gafur, Desain Pembelajaran Konsep, Model Dan Aplikasinya Dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (Yogyakarta: ombak, 2012 ), h. 174-175.
33
Ngalimun, Strategi Pembelajaran (Dilengkapi Dengan 65 Model Pembelajaran),.
(Yogyakarta: Dua Satria Offet, 2017), h. 63.
34
Daryanto dan Mulyo Rahardjo, Model Pembelajaran Inovatif (Yogyakarta: Gava Media,
2012), h. 148.

24
Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan.

Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunanya betul-betul

disiapkan secara baik, didukung dengan alat dan media, serta

memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaanya.35

Metode ceramah sering digunakan dalam pembelajaran,

terutama dalam pembelajaran keagamaan sebagaimana dalam QS

Yusuf ayat 2-3:

‫ص مِب َا‬
ِ ‫ص‬
َ ‫َأح َس َن الْ َق‬
ْ ‫ْك‬ ُّ ‫)حَنْ ُن َن ُق‬2( ‫ِإنَّا َأْنَزلْنَ اهُ ُقْرآنً ا َعَربِيًّا لَ َعلَّ ُك ْم َت ْع ِقلُ و َن‬
َ ‫ص َعلَي‬

)3(‫ني‬ِِ ِ ِ ِ ِ ‫ك ٰه َذا الْ ُقرآ َن وِإ ْن ُكْن‬ ‫ِإ‬


َ ‫ت م ْن َقْبله لَم َن الْغَافل‬
َ َ ْ َ َ ‫َْأو َحْينَا لَْي‬

Dari ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT

menurunkan Al Quran dengan memakai bahasa Arab kepada Nabi

Muhammad SAW. Dan Nabi menyampaikan kepada para sahabat

dengan jalan cerita dan ceramah.

Metode ceramah memiliki beberapa kelebihan, diantaranya

adalah sebagai berikut:

1) Efisien karena terbatasnya waktu untuk mengatur materi dan

sederhana.

2) Efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan

yang sesuai dengan jangkauan daya beli siswa.

3) Biaya murah dan mudah dilakukan.

35
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Sinar Baru
Algensindo, 2000), h. 77.

25
4) Memungkinkan untuk menyampaikan materi yang banyak dan

guru dapat mengatur pendidikan sesuai keinginan.

Sedangkan kekurangan metode ceramah adalah sebagai

berikut:

1) Cenderung membuat siswa pasif secara kognitif.

2) Kurang kreatif.

3) Verbalisme dan kurang merangsang imajinasi siswa.

4) Tidak secara efektif menarik perhatian siswa.

5) Tidak memungkinkan guru memeriksa persepsi dan

perkembangan pemahaman siswa serta menghambat daya

kritis siswa. 36

b. Metode Sorogan

Metode sorogan adalah sebuah sistem belajar dimana para

santri maju satu persatu untuk membaca dan menguraikan isi kitab di

hadapan seorang guru atau kyai.

Adapun kelebihan metode sorogan antara lain adalah sebagai

berikut:

1) Memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi murid.

2) Terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dengan

murid.

36
Khuriyah, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Sukoharjo: Fataba
Press, 2014), h. 104.

26
3) Murid mendapatkan penjelasan yang pasti tanpa harus mereka-

reka tentang interpretasi suatu kitab karena berhadapan dengan

guru secara langsung.

4) Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai

muridnya.

5) Santri yang IQ-nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran

(kitab), sedangkan santri yang IQ-nya rendah akan

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan

kitab.

Sedangkan kelemahan metode sorogan adalah sebagai berikut:

1) Tidak efisien karena hanya menghadapi beberapa murid (tidak

lebih dari 5 orang).

2) Membuat murid cepat bosan karena metode ini menuntut

kesabaran, kerajinan dan ketaatan, dan disiplin pribadi.

3) Murid kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata

terutama mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa

tertentu. 37

c. Metode Bandongan

Metode bandongan adalah kyai menggunakan bahasa daerah

setempat, kyai membaca menerjemahkan, menerangkan, kalimat

demi kalimat kitab yang dipelajarinya, santri secara cermat

37
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam ( Jakarta: Ciputat Pers,
2002), h. 150-152.

27
mengikuti penjelasan yang diberikan oleh kyai dengan memberikan

catatan-catatan tertentu pada kitabnya masing-masing.

Kelebihan metode bandongan adalah sebagai berikut:

1) Lebih cepat dan praktis untuk mengajar santri yang jumlahnya

banyak.

2) Lebih efektif bagi murid yang telah mengikuti sistem sorogan

secara intensif.

3) Materi yang diajarkan sering diulang-ulang sehingga

memudahkan anak untuk memahaminya.

4) Sangat efisien dalam mengajarkan ketelitian memahami kalimat

yang sulit dipelajari.

Kelemahan metode bandongan diantaranya adalah sebagai

berikut:

1) Metode ini dianggap lamban dan tradisional.

2) Guru lebih kreatif daripada siswa karena proses belajarnya

berlangsung satu jalur (monolog).

3) Dialog antara guru dan murid tidak banyak terjadi sehingga

murid cepat bosan.

4) Metode bandongan ini kurang efektif bagi murid yang pintar

karena materi yang disampaikan sering diulang-ulang sehingga

terhalang kemajuannya. 38

38
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam ( Jakarta: Ciputat Pers,
2002), h. 156.

28
d. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah mengajukan pertanyaan kepada

peserta didik. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang untuk

berpikir dan membimbingnya dalam mencapai kebenaran.39 Firman

Allah SWT yang berkaitan dengan metode tanya jawab sebagaimana

terdapat dalam QS An-Nahl 43.

‫ْل ال ِّذ ْك ِر اِ ْن ُكْنتُ ْم اَل‬ ِ ِ ِ ِ‫وم ا اَرس ْلنا ِمن َقبل‬


ْ َ‫ك ااَّل ِر َج ااًل ن ُّْوح ْي الَْي ِه ْم ف‬
َ ‫اس َٔـلُ ْوا اَه‬ َ ْ ْ َ َ ْ ََ

ۙ‫َت ْعلَ ُم ْو َن‬

Metode tanya jawab memiliki kelebihan dan kelemahan,

kelebihan metode tanya jawab diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Situasi kelas akan hidup.

2) Melatih anak agar berani mengungkapkan pendapatnya dengan

lisan secara teratur.

3) Timbulnya perbedaan pendapat diantara peserta didik akan

dapat menghangatkan proses diskusi di kelas.

4) Mendorong murid lebih aktif dan bersungguh-sungguh, guru

dapat mengontrol pemahaman peserta didik pada masalah yang

dibicarakan.

5) Dapat digunakan dalam berbagai kondisi khususnya dalam

situasi dimana konsentrasi peserta didik melemah.

39
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru) (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 138.

29
6) Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya

pikir.

7) Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam

menjawab dan mengemukakan pendapatnya.

Sedangkan kelemahan metode tanya jawab adalah sebagai

berikut:

1) Bisa memakan waktu yang lama dalam menyelesaikan jika

terjadi perbedaan pendapat.

2) Kemungkinan akan terjadi penyimpangan perhatian anak didik.

3) Tidak dapat secara tepat merangkum bahan-bahan pelajaran.

4) Siswa merasa takut apabila guru kurang mampu mendorong

siswanya untuk berani menciptakan suasana yang santai dan

bersahabat.

5) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat

berpikir siswa.

6) Waktu sering terbuang.

7) Jumlah siswa yang banyak tidak mungkin melontarkan

pertanyaan kepada setiap siswa. 40

e. Metode Diskusi

Metode diskusi secara umum adalah suatu proses yang

melibatkan dua individu atau lebih, saling tukar informasi

(information sharing) dan saling mempertahankan pendapat (self

40
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), h. 142-143.

30
maintenance) dalam memecahkan sebuah masalah tertentu (problem

solving).

Sedangkan metode diskusi menurut Hamdayana merupakan

kegiatan tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur

pengalaman secara teratur. Dengan tujuan untuk memperoleh

pengertian bersama yang lebih jelas dan teliti mengenai sesuatu serta

untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.41

Metode diskusi memiliki kelebihan, di antara kelebihan

metode diskusi adalah sebagai berikut:

1) Suasana kelas lebih hidup.

2) Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu.

3) Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa,siswa dilatih

untuk mematuhi peraturan dan tata tertib layaknya dalam suatu

musyawarah.

4) Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik.

5) Tidak terjebak ke dalam pikiran individu yang kadang-kadang

salah.

Sedangkan kelemahan metode diskusi adalah sebagai

berikut:

1) Kemungkinan ada siswa yang tidak ikut aktif,

2) Sulit menduga hasil yang dicapai.42

41
Jumanta Hamdayama, Metodologi pengajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), h.
102.
42
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), h. 148-149.

31
f. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar dengan

cara memperagakan, melakukan suatu kegiatan secara langsung

dengan benar sebagaimana yang seharusnya.43

Metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, antara

lain:

1) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti

proses pembelajaran.

2) Membantu siswa untuk mengingat lebih lama tentang materi

pelajaran yang disampaikan.

3) Memfokuskan pengertian siswa terhadap materi pelajaran dalam

waktu yang relatif singkat.

4) Memusatkan perhatian siswa.

5) Dapat menambah pengalaman anak didik.

6) Mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran menjadi lebih

jelas dan konkrit.

7) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran

setiap siswa.

Sedangkan kelemahan metode demonstrasi diantaranya

sebagai berikut:

43
Khuriyah, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Sukoharjo: Fataba
Press, 2014), h. 106-107.

32
1) Memerlukan waktu yang cukup banyak.

2) memerlukan tenaga yang tidak sedikit.

3) bila siswa tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak

efektif. 44

5. Perencanaan Pengajaran

Agar program pembelajaran yang dilakukan oleh guru lebih

terarah, seorang guru harus mengetahui kurikulum yang dikeluarkan

pemerintah. Peran penting pembelajaran dapat terlihat ketika mengamati

keadaan yang mungkin terjadi ketika diterapkan perencanaan

pembelajaran oleh seorang guru atau sebaliknya.45

6. Sumber Belajar

Sumber belajar yaitu segala sesuatu yang ada di luar individu

siswa yang bisa digunakan untuk membuat atau memudahkan terjadinya

proses belajar pada siswa, apapun bendanya, asal bisa digunakan untuk

memudahkan proses belajar, maka benda itu bisa dikatakan sebagai

sumber belajar. Sumber belajar bisa dalam bentuk buku, lingkungan,

surat kabar, digital konten, dan sumber informasi lainnya.46

7. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan mengumpulkan data

seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas

siswa, guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat
44
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam ( Jakarta: Ciputat Pers,
2002), h. 191-192.
45
Jumanta Hamdayana, Metodologi pengajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), h. 18.
46
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer (Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21),. (Bandung: Alfabeta 2012), h. 119.

33
mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. Evaluasi yang

efektif harus mempunyai dasar yang kuat dan tujuan yang jelas.47

Sedangkan menurut Ngalimun, penilaian merupakan suatu proses

melaksanakan penilaian terhadap suatu kegiatan pembelajaran dengan

tujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat

pencapaian tujuan pembelajaran oleh siswa.48

C. Prinsip- Prinsip Pembelajaran

Sebelum melakukan proses pembelajaran, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan yang disebut dengan prinsip-prinsip pembelajaran. prinsip-

prinsip pembelajaran yang relatif umum berkaitan dengan perhatian dan

motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan

dan penguatan, serta individu.49 Adapun penjelasan secara rinci dari prinsip-

prinsip tersebut diantaranya sebagai berikut:

1. Perhatian Dan Motivasi

Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan

pembelajaran. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa

apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan,

diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan

sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.

47
Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik (Deskripsi dan
Tujuan Kritis) (Bandung: Nusa media, 2012.), h. 245.
48
Ngalimun, Strategi Pembelajaran (Dilengkapi Dengan 65 Model Pembelajaran)
(Yogyakarta: Dua Satria Offset, 2017), h. 86.
49
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer (Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21),. (Bandung: Alfabeta, 2012.), h. 100.

34
Sedangkan motivasi merupakan suatu tenaga yang digunakan

untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.50 Dengan

adanya perhatian dan motivasi yang dapat mendorong kemauan belajar

peserta didik, maka akan dapat meraih keberhasilan dan kesuksesan

dalam belajar.

2. Keaktifan

Anak merupakan individu yang aktif, mempunyai dorongan untuk

berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Dengan

demikian keaktifan tidak dapat dilaksanakan oleh orang lain, akan tetapi

dalam belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami

sendiri apa yang harus dikerjakan dan memiliki inisiatif dalam belajar.51

3. Keterlibatan Langsung

Belajar yang baik yaitu belajar dengan pengalaman langsung.

Belajar secara langsung dalam hal ini tidak hanya sekedar mengamati

secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam

perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus

dilakukan siswa secara aktif dan guru bertindak sebagai pembimbing dan

fasilitator. 52

50
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer (Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21) (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 100.
51
Yatim Riyanto. Paradigma Baru Pembelajaran (Sebagai Referensi Bagi Pendidik
Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas) (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), h. 73.
52
Rusman. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer (Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21) (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 24.

35
4. Pengulangan

Menurut teori psikologi asosiasi yang memperkuat prinsip

pengulangan adalah pembentukan gabungan antara stimulus dan respon.

Dengan memperbanyak pengulangan akan besar timbulnya respon secara

benar.

5. Tantangan

Dengan adanya prinsip tantangan ini diharapkan guru secara

cermat dapat memilih dan menentukan pendekatan-pendekatan dan

metode pembelajaran yang dapat memberikan tantangan bagi siswa

untuk belajar.53

6. Balikan Dan Penguatan

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan

terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F

Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diperkuat adalah responnya.

Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect-nya yang dikemukakan

oleh Thorndike, siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai

yang baik dalam ulangan.54

7. Perbedaan Individual

Upaya guru dalam proses belajar mengajar memperhatikan

perbedaan individu dari tingkat kecerdasan, sifat dan kebiasaan atau latar

53
Aunurrahman, Belajar dan pembelajaran. (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 126.
54
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer (Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21) (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 103.

36
belakang keluarga. Hendaknya guru tidak memperlakukan anak seolah-

olah sama semua.55

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip

pembelajaran terdiri dari prinsip perhatian dan motivasi, prinsip keaktifan,

prinsip keterlibatan langsung, prinsip pengulangan, prinsip tantangan, prinsip

balikan dan penguatan serta prinsip perbedaan individu.

D. Tahapan Pelaksanaan Pembelajaran

Tahap pelaksanaan pembelajaran yang harus diperhatikan dan

diterapkan dalam pembelajaran ada tiga, yaitu:

1. Tahap Permulaan

Tahapan permulaan merupakan tahapan yang dipersiapkan guru

sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.

2. Tahap Pengajaran

Tahapan pengajaran merupakan langkah-langkah yang dilakukan

pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam tahap ini merupakan tahap

inti dalam proses pembelajaran, guru menyajikan materi pelajaran yang

telah dipersiapkan.

3. Tahap Penilaian (evaluasi)

Tahap evaluasi merupakan penilaian atas hasil belajar siswa

setelah mengikuti pembelajaran dan tindak lanjut. 56

55
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2013), h. 88.
56
Yatim Riyanto, Paradigma baru Pembelajaran (Sebagai Referensi Bagi Pendidik
Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas) (Jakarta. Kencana Prenada
Media Group, 2010), h. 132-133.

37
Dari uraian penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan-

tahapan tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan penggunaan

strategi pembelajaran. Oleh karena itu setiap penggunaan strategi

pembelajaran harus merupakan rangkaian dari tahapan-tahapan pengajaran

tersebut.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran

Betapa tingginya nilai sebuah keberhasilan sampai-sampai seorang

guru berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program

pengajarannya dengan baik dan sistematik. Namun terkadang, keberhasilan

yang dicita-citakan, tetapi kegagalan yang ditemui disebabkan oleh berbagai

faktor sebagai penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu dapat

tercapai, maka berbagai faktor itu juga menjadi pendukungnya. Berbagai

faktor tersebut antara lain:

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam

individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor

tersebut meliputi:

a. Karakteristik Siswa

Setiap siswa memiliki karakteristik yang bermacam-macam.

Karakteristik siswa yang berhubungan dengan aspek-aspek yang

melekat pada diri siswa, seperti motivasi, bakat, minat, kemampuan

awal, gaya belajar, kepribadian dan sebagainya. Karakteristik siswa

38
merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini

didefinisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas seorang siswa.57

b. Intelegensi dan Bakat

Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi)

umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik.

Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami

kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasi

belajarpun rendah. Bakat, juga besar pengaruhnya dalam

menentukan keberhasilan belajar.58

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang

untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Menurut

Syatha Al-Dimyathi dalam Pupuh Fatturahman: setiap orang

memiliki bakat (maziyyah) masing-masing yang tidak dimiliki orang

lain. Manusia berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat

tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.59

c. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya

terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit

kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan

tidak bergairah untuk belajar.60

57
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008), h. 158.
58
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta,2009), h. 56.
59
Pupuh Fatturahman, Psikologi Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010 ), h. 97.
60
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta,2009), h. 55.

39
Keadaan jasmani pada umumnya ini dapat melatarbelakangi

aktivitas belajar, keadaan jasmani yang kurang segar akan lain

pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan

jasmani yang lelah lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah.61

d. Minat dan Motivasi

1) Minat

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu

hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri sendiri.

Semakin kuat atau besar hubungan tersebut, semakin besar

minatnya.62

2) Motivasi

Motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan

yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa agar dapat

mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya untuk

mewujudkan tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi

belajar akan tampak melalui kesungguhan untuk terlibat didalam

proses belajar, antara lain nampak melalui keaktifan bertanya,

mengemukakan pendapat, menyimpulkan pelajaran, mencatat,

membuat resume, mempraktekkan sesuatu, mengerjakan latihan-

latihan dan evaluasi sesuai dengan tuntutan pembelajaran.63

61
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), h.
235.
62
H. Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),.h. 121.
63
Aunurrahman, M.Pd, Belajar Dan Pembelajaran (Bandung: ALVABETA, CV,2009),
h.180.

40
e. Kebiasaan Belajar

Belajar merupakan proses bernilai tambah dilihat dari

perubahan perilaku.64 Dalam kaitanya dengan perkembangan

manusia, belajar adalah merupakan faktor penentu proses

perkembangan, manusia memperoleh hasil perkembangan berupa

pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai, reaksi, keyakinan dan lain-

lain tingkah laku yang dimiliki manusia adalah diperoleh melalui

belajar.65

Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang


yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga
memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya.
Ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan
tidak baik dalam belajar yang sering kita jumpai pada
sejumlah siswa, seperti: a) belajar tidak teratur, b) daya tahan
belajar rendah, c) belajar bilamana menjelan ulangan atau
ujian, d) tidak terbiasa membuat ringkasan, e) tidak
termotivasi untuk memperkaya materi pelajaran, f) senang
menjiplak pekerjaan teman, termasuk kurang percaya diri di
dalam menyelesaikan tugas, g) sering datang terlambat, h)
melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk (misalnya merokok).66

2. Faktor Eksternal

a. Faktor Guru

kriteria ideal tenaga pendidik atau guru tercantum dalam PP

No. 74 Tahun 2008 BAB II pasal 2-3 yaitu tentang kompetensi dan

sertifikasi guru, yang berbunyi:

64
Sudarwan Denim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru (Bandung: CV Alfabeta,
2010), h. 190
65
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 54.
66
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 185.

41
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
(1)Kompetensi sebagaimana dimaksudkan pada pasal 2
merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan
diaktualisasi oleh guru dalam melaksanakan.
(2)Kompetensi guru sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1
meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.

Menurut Hariwung: guru sebagai komponen pendidikan dan

pengajaran di sekolah menjalankan tugas dan fungsinya di dalam

proses belajar dan mengajar atas dasar kemampuan mengajar yang

dimiliki.67 Guru mempunyai tugas mengatur lingkungan kelas

sedemikian rupa, sehingga memungkinkan suburnya perhatian

konsentrasi dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung.

Kegiatan belajar siswa banyak dipengaruhi oleh kegiatan mengajar

guru.68

Dalam sebuah proses pembelajaran, guru merupakan salah

satu komponen penting karena mampu memahami, mendalami,

melaksanakan, dan akhirnya mencapai tujuan

pendidikan.69 Berdasarkan hal tersebut, maka guru menjadi pihak yang

sangat mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas. Pengaruh

guru dalam proses pembelajaran di kelas yang berkaitan erat dengan

keprofesionalitasan guru itu sendiri. Ada 4 standar yang harus dimiliki


67
Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar (Bandung: CV Alfabeta, 2009), h. 35.
68
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo
1991), h. 72.
69
Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional (Yogyakarta: Arruzz, 2008), h. 17.

42
seorang guru, yakni: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi profesional, kompetensi sosial.70 Selain empat standar

kompetensi yang harus dimiliki guru, hal-hal yang akan berpengaruh

terhadap proses pembelajaran di antaranya:

1) Profesi

Di dalam Undang-Undang Pokok Pendidikan No.4 tahun

1950 Pasal 15 ditetapkan bahwa: syarat-syarat utama menjadi guru,

selain ijazah, dan syarat-syarat yang mengenai kesehatan jasmani

dan rohani, ialah sifat yang perlu untuk dapat memberikan

pendidikan dan pengajaran, yaitu:

a) Syarat professional (ijazah)

b) Syarat biologis (kesehatan jasmani)

c) Syarat psikologis (kesehatan mental)

d) Syarat pedagogis-didaktis (pendidikan dan pengajaran)71

2) Penguasaan Bahan/Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah segala sesuatu oleh pendidik

langsung diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan. Dalam usaha pendidikan yang diselenggarakan

di keluarga, di sekolah dan di masyarakat, ada syarat utama dalam

pemilihan materi pendidikan yaitu:

a) Materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan

70
Rofa’ah, Pentingnya Kompetensi Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran Dalam
Perspektif Islam (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2016), h. 6.
71
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008), h.
20.

43
b) Materi harus sesuai dengan peserta didik. 72

3) Penggunaan Metode dan Media Pengajaran

Dalam proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat

penting adalah metode dan media pengajaran. Kedua aspek ini

saling berkaitan, pemilihan salah satu metode pengajaran tertentu

akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai.73

Untuk mengefektifkan suatu proses belajar mengajar,

diperlukan penggunaan metode tertentu untuk mencapai

keberhasilan pembelajaran tersebut. Penggunaan metode yang tepat

akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran.74

Metode adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum. Metode

berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan.

4) Perancangan Peran Secara Situasional

Guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar

pengarahan berhasil. Salah satu faktor keberhasilan itu, adalah guru

senantiasa membuat perencanaan mengajar sebelumnya.75

Ada suatu prosedur (jalanya interaksi) yang direncanakan

didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar

mencapai tujuan yang optimal, maka dalam pelaksanaan

pembelajaran harus ada perencanaan proses belajar mengajar yang

72
H. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta,
2008), h. 9.
73
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran ( Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2003), h. 15.
74
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.
107.
75
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 135.

44
terangkum dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).76

Perencanaan pengajaran membantu guru mengarahkan langkah dan

aktivitas serta kinerja yang akan ditampilkan dalam proses belajar

mengajar untuk mencapai tujuan.77

b. Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat

keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode pengajarannya,

kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan

fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per

kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, hal ini turut

mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.78

1) Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu pendukung secara langsung

terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media

pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain

sebagainya.

Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang

belajar, lapangan olahraga, ruang kesenian dan peralatan olahraga

Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat

dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media pengajaran

76
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007),h.
173.
77
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta:Ciputat
Pers, 2002), h. 86.
78
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta,2009), h. 59

45
yang lain. Lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan

terselenggaranya proses belajar yang baik.79

2) Kurikulum

Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada

suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah

kurikulum nasional yang disahkan pemerintah, atau suatu

kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan.

Kurikulum sekolah tersebut berisi tujuan pendidikan, isi

pendidikan, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Berdasarkan

kurikulum tersebut guru menyusun desain instruksional untuk

membelajarkan siswa. Hal itu berarti bahwa program

pembelajaran di sekolah sesuai dengan sistem pendidikan

nasional.80

c. Lingkungan Pembelajaran

Lingkungan sekolah seperti para guru, para tenaga

kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman

sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para

guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan

memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam

hal belajar, misalnya rajin membagi dan berdiskusi, dapat menjadi

daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

79
Dimyati, Belajar Dan Pembelajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), h. 253.
80
Wina Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran: Teori Dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 200.

46
Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah

masyarakat dan tetangga dan teman-teman sepermainan di sekitar

perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan

kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, akan

sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa

tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman atau

berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan

belum dimilikinya.81

Secara lebih luas dan lebih mencakup, lingkungan

pembelajaran mengacu pada berbagai substansi yang dapat dan perlu

dijadikan sumber materi pembelajaran, serta digunakan sebagai

sumber materi pembelajaran.82

F. Kitab Fathul Qorib

1. Pengertian Kitab Fathul Qorib

Menurut Arifin kitab- kitab klasik biasanya ditulis atau di cetak di

kertas berwarna kuning dengan memakai huruf arab dalam bahasa Arab,

melayu, jawa dan sebagainya. Huruf-hurufnya tidak diberi vokal atau

biasa disebut dengan kitab gundul.83

Pedoman belajar yang digunakan di pesantren disebut sebagai

kitab klasik atau kitab kuning. Kitab- kitab klasik di karang oleh para

81
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010), h.
125.
82
Prayitno, Pendidikan; Dasar Teori Dan Praksis (Jakarta: PT Grasindo, 2009), h. 56.
83
Nur Efendi. Manajemen perubahan di Pondok Pesantren (Kontruksi Teoritik dan
Praktik Pengelolaan Perubahan sebagai Upaya Pewarisan Tradisi dan Menatap Tantangan Masa
Depan),. (Yogyakarta. 2016. Kalimedia.), h 129

47
ulama terdahulu yang berisi pelajaran mengenai macam-macam ilmu

pengetahuan agama Islam dan bahasa arab. Di sebut kitab kuning, karena

warna kertas edisi-edisi kitab kebanyakan berwarna kuning.84

Kitab Fathul Qorib atau Fathul Qarib Al Mujib atau Al-Qaulul

Mukhtar Fi Syarah Ghayah Al-Ikhtisar karya dari Syaikh Muhammad

bin Qasim Al-Ghazzi (918 H/1512 M) adalah kitab Fikih yang memuat

pelbagai persoalan terkait banyak hal, banyak ulama yang mensyarahi

(menguraikan) dalam rangka memberikan kemudahan bagi para santri

dalam mempelajari ilmu Fikih yang tidak hanya mengkaji persoalan

ibadah saja, namun juga mengkaji berbagai persoalan Fikih seperti

ibadat, muamalat, munakahat dan jinayat.

Kitab Fathul Qorib adalah sebuah kitab yang dikarangan ulama

terdahulu, merupakan salah satu kitab Fikih yang wajib dipelajari

kalangan pesantren salaf di Indonesia. kitab Fikih madzhab Syafi’i ini

berisi materi-materi yang ringkas, sederhana dan terbagi dalam bagian-

bagian yang banyak dan runtut agar mudah dipelajari. Kitab Fathul

Qorib merupakan salah satu kitab atau buku yang berisi tentang ilmu

untuk mengetahui hukum-hukum syara yang berhubungan dengan cara

suatu amal dan diambil dari dalil-dalil yang terperinci dan tertentu.85

2. Isi Kitab Fathul Qorib

84
Rulam Ahmadi. Pengantar Pendidikan (Asas Dan Filsafat Pendidikan),, (Yogyakarta.
2016. Ar Ruzz Media), h 152
85
Muhadjir Ambar, Kupas Fath Al Qorib (penjelasan dan komentar) (Kediri. 2008.
Madrasah Diniyyah Futuhiyyah Yayasan Fathul Ulum), h. Muqoddimah.

48
Isi dari kitab Fathul Qorib ini terdiri dari muqoddimah dan

pembahasan ilmu Fikih yang terdiri atas 4 bagian yaitu ibadah,

muamalah, munakahah, jinayah. sebagaimana lazimnya kitab Fikih.

Adapun pembahasannya sebagai berikut:86

a. Bagian I Tentang Ibadah

Dalam bagian I ini membahas tentang beberapa tata cara

pelaksanaan ibadah yang terdiri atas 5 pembahasan, yakni:

1) Bersuci.

2) Shalat.

3) Zakat.

4) Puasa.

5) Haji.

b. Bagian II Tentang Muamalah

Dalam bagian II ini terbagi atas 2 sub pokok pembahasan,

yakni:

1) Jual beli dan muamalah yang lain nya.

2) Bagian warisan dan wasiat.

c. Bagian III Tentang Munakahah

Dalam bagian III ini membahas tentang nikah dan yang

berhubungan dengannya.

d. Bagian IV Tentang Jinayah

Dalam bagian IV terdiri dari 8 pembahasan, diantaranya:

86
Syaikh Muhammad bin Qasim al-Ghazziy, Fathul Qorib (rembang.- maktabah al
anwar), Daftar isi.

49
1) Jinayat.

2) Had-had.

3) Jihad.

4) Hewan buruan dan sembelihan.

5) Lomba balap dan lomba panah.

6) Sumpah dan nadzar.

7) Keputusan dan persaksian.

8) Memerdekakan budak atau hamba sahaya.

G. Pendidikan Diniyah Formal

1. Pengertian Pendidikan Diniyah Formal

Pendidikan Diniyah Formal (PDF) adalah pendidikan yang berada

dibawah naungan Direktorat Pendidikan Diniyah Pondok Pesantren (PD

Pontren) dan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis)

Kementerian Agama RI, dalam pendefinisiannya PDF termuat dalam

peraturan menteri agama nomor 13 tahun 2014 tentang Pendidikan

Keagamaan Islam yang terdapat pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1

ayat (7) bahwa:

“Pendidikan Diniyah Formal adalah lembaga pendidikan


keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh dan berada di dalam
pesantren secara terstruktur dan berjenjang pada jalur pendidikan
formal.” 87

87
PMA No.13 Tahun 2014, Pendidikan Keagamaan islam, (Kemenag aceh)
https://aceh.kemenag.go.id/id/. Di Akses pada 20.01.2021. Jam 21:33

50
2. Jenjang Pendidikan Diniyah Formal

Adapun pendidikan diniyah formal wustha (PDFW) adalah

jenjang pendidikan dasar dari 3 jenjang yang ada pada pendidikan

diniyah formal, hal ini termuat dalam peraturan menteri agama nomor 13

tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam yang terdapat pada

BAB III bagian kedua pasal 23 ayat (2) bahwa:

“Pendidikan diniyah formal jenjang pendidikan dasar


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas pendidikan
diniyah formal ula dan pendidikan diniyah formal wustha”.88

3. Kurikulum Pendidikan Diniyah Formal

Berdasarkan kurikulum yang di tetapkan pada peraturan mentri

agama nomor 13 tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam yang

terdapat pada BAB III bagian kedua pasal 27 ayat (2) bahwa :

kurikulum pendidikan keagamaan Islam sebagaimana di


maksud dalam pasal 26 pada satuan pendidikan diniyah formal
whustha paling sedikit memuat:
a. Al-qur’an
b. Tafsir-ilmu tafsir
c. Hadist-ilmu hadist
d. Tauhid
e. Fikih-ushul Fikih
f. Akhlak-Tasawuf
g. Tarikh
h. Bahasa Arab
i. Nahwu-Sharf
j. Balaghah ; dan
k. Ilmu kalam
Kurikulum pendidikan umum sebagaimana dimaksud dalam
pasal 26 pada satuan pendidikan diniyah formal ula dan pendidikan
diniyah formal wustha paling sedikit memuat
a. Pendidikan kewarganegaraan
b. Bahasa Indonesia
c. Matematika ; dan
88
PMA No.13 Tahun 2014, Pendidikan Keagamaan islam, (Kemenag aceh)
https://aceh.kemenag.go.id/id/. Di Akses pada 20.01.2021. Jam 21:33

51
d. Ilmu pengetahuan alam89

Jadi pendidikan diniyah formal di tingkat wustha ini ada 11 mata

pelajaran agama dan 4 pelajaran umum, Disinilah peran pendidikan

diniyah formal wustha dalam mempelajari ilmu-ilmu tidak hanya ilmu

keagamaan Islam tetapi juga mempelajari ilmu umum yang di dalamnya

terdapat ilmu Fikih, tarikh, tauhid, nahwu shorof, matematika, bahasa

Indonesia dan lain-lainnya.

4. Tujuan Pembelajaran di Pendidikan Diniyah Formal

Tujuan merupakan suatu arah yang hendak dituju dari

serangkaian aktivitas yang dilakukan dalam sebuah proses pembelajaran.

Tujuan merupakan sebuah faktor yang pertama dan utama dalam

pembelajaran. Tujuan akan mengarahkan pada arah pendidikan dan

pengajaran kearah yang hendak dituju sebelumnya.

Dalam dunia pendidikan di Indonesia terdapat rumusan tentang

tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-undang RI. No.

20 Tahun 2003 pasal 3 tentang SISDIKNAS yang berbunyi:

“Pendidikan Nasional bertujuan untuk perkembangan potensi


peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”.90

Adapun tujuan pendidikan keagamaan Islam tertuang dalam

peraturan mentri agama nomor 13 tahun 2014 tentang Pendidikan

89
PMA No.13 Tahun 2014, Pendidikan Keagamaan islam, (Kemenag aceh)
https://aceh.kemenag.go.id/id/. Di Akses pada 20.01.2021. Jam 21:33
90
Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 60.

52
Keagamaan Islam yang terdapat pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 2

yaitu:

Penyelenggaraan pendidikan keagamaan Islam bertujuan


untuk:
a. Menanamkan kepada peserta didik untuk memiliki keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT Subhanahu Wa Ta’ala;
b. Mengembangkan kemampuan, pengetahuan, sikap dan
keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli ilmu agama Islam
(mutafaqqih fiddin) dan/atau menjadi muslim yang dapat
mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari hari;
dan
c. Mengembangkan pribadi akhlakul karimah bagi peserta didik
yang memiliki kesalehan individual dan sosial dengan
menjunjung tinggi jiwa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian,
persaudaraan sesame umat Islam (ukhuwah Islamiyah), rendah
hati (tawadhu), toleran (tasamuh), keseimbangan (tawazun),
moderat (tawasuth), keteladanan (uswah), pola hidup sehat, dan
cinta tanah air.91

91
PMA No.13 Tahun 2014, Pendidikan Keagamaan islam, (Kemenag aceh)
https://aceh.kemenag.go.id/id/. Di Akses pada 20.01.2021. Jam 21:33

53
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif, sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif. Data yang dikumpulkan pada jenis penelitian

deskriptif ini berupa kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Data tersebut

berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, record, dokumen

pribadi, catatan atau memo, dokumen resmi atau data-data yang tertulis,

sehingga peneliti secara langsung mendapatkan data dari lingkungan

penelitian.92

Jenis penelitian ini bersifat penelitian lapangan (field research) yaitu

penelitian yang langsung dilakukan oleh peneliti.93 Penelitian ini merupakan

deskriptif kualitatif, karena hanya menggambarkan apa adanya dari variable,

gejala, atau keadaan. Penelitian ini hendak mengeksplor atau menggambarkan

tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran fikih dengan kitab Fathul

Qarib kelas III dan faktor-faktor pendukung di Pendidikan Diniyah Formal

Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati

Kabupaten Tanah Laut.

Penelitian kualitatif deskriptif dimaksud untuk menampilkan hasil

yang tercemat terhadap fenomena atau keadaan sosial tertentu tanpa adanya

manipulasi atau perlakuan lainnya, dalam hal ini tentang pelaksanaan


92
Lexy j. Moleong. Metologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005) h 4.
93
Iqbal Hasan. Analisis Data Penelitian dengan Statistik (Jakarta: Bumi Aksar, 2004) h. 5.

54
pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III dan faktor-faktor

pendukung di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren

Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan faktor penelitian maka subjek

penelitian ini adalah guru mata pelajaran Fikih dengan Kitab Fathul

Qorib dan santri kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah

Laut

2. Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini terbagi kepada

dua yaitu:

a. Pelaksanaan pembelajaran fikih dengan Kitab Fathul Qorib kelas III

di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren

Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut. Meliputi:

1) Perencanaan

2) Pelaksanaan

3) Evaluasi

b. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran fikih dengan

Kitab Fathul Qorib kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha

(PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati

Kabupaten Tanah Laut. Meliputi:

55
1) Faktor guru

2) Faktor santri

3) Faktor lingkungan pembelajaran

C. Data Dan Sumber Data

1. Data

Dalam penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif dari dua

macam sumber data yaitu data pokok dan data penunjang

a. Data Pokok

Data pokok adalah data yang diperoleh secara langsung,

mengamati, dan mencatat fenomena melalui observasi (pengamatan),

interview (wawancara), serta dokumentasi.94Data pokok dalam

penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu :

1) Data pokok yang di peroleh dari guru yang berkenaan dengan

pelaksanaan pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qarib kelas

III di Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok

Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah

Laut. Meliputi:

a) Perencanaan pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib

kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati

Kabupaten Tanah Laut. Meliputi:

(1) Merencanakan perumusan tujuan yang ingin dicapai.

94
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2006), h.
93

56
(2) Merencanakan cara menyampaikan materi

(3) Mempelajari materi yang akan disajikan

(4) Merencanakan metode dan media yang ingin digunakan

b) Pelaksanaan pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib

kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati

Kabupaten Tanah Laut. Meliputi:

(1) Kegiatan awal

(2) Kegiatan inti

(3) Kegiatan akhir

c) Evaluasi pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas

III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok

Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah

Laut. Meliputi:

(1) Evaluasi yang dilaksanakan guru mata pelajaran fikih

dengan kitab Fathul Qorib.

(2) Evaluasi yang dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan

Diniyah Pondok Pesantren (PD Pontren) dan Direktorat

Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian

Agama RI.

2) Data pokok yang diperoleh dari guru dan santri, yang berkenaan

dengan faktor-faktor pendukung pada pelaksanaan pembelajaran

fikih dengan kitab Fathul qarib kelas III di Pendidikan Diniyah

57
Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim

Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut. Meliputi:

a) Faktor guru

b) Faktor santri

c) Faktor lingkungan pembelajaran

b. Data Penunjang

Data penunjang yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti sebagai penunjang dari objeknya.95 data penunjang juga

disebut sebagai data pelengkap atau data yang dianggap perlu karena

sifatnya pendukung data pokok yaitu gambaran umum Pendidikan

Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim

Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut. Yaitu meliputi:

1) Sejarah berdirinya Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten

Tanah Laut.

2) Visi dan misi Pendidikan di Pendidikan Diniyah Formal Wustha

(PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati

Kabupaten Tanah Laut.

3) Keadaan santri di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten

Tanah Laut.

95
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2006), h.
94.

58
4) Keadaan pengajar di Pendidikan Diniyah Formal Wustha

(PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati

Kabupaten Tanah Laut.

5) Keadaan sarana prasarana di Pendidikan Diniyah Formal Wustha

(PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati

Kabupaten Tanah Laut.

2. Sumber Data

Untuk mendapatkan data pokok dan penunjang, maka peneliti

mengambil sumber data melalui:

a. Responden, yaitu: guru pada mata pelajaran Fikih dengan kitab Fathul

Qorib dan santri kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha

(PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati

Kabupaten Tanah Laut.

b. Informan, yaitu: kepala sekolah, staf TU di Pendidikan Diniyah

Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan

Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

c. Dokumenter, yaitu: arsip-arsip yang berhubungan dengan masalah

penelitian yang ada di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah

Laut.

59
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan serangkaian proses yang dilakukan

sesuai dengan metode penelitian yang dipergunakan.96 Terdapat beberapa

langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan pengumpulan data ini

untuk menggali data pokok dan data penunjang maka, maka peneliti

penggunakan teknik pengumpulan data terdiri dari.

1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia

dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya

selain panca indra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit.

Jadi sesungguhnya yang dimaksud dengan metode observasi adalah

teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun dan

mengumpulkan data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.97

Dalam penelitian ini, teknik observasi digunakan untuk

mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran fikih dengan kitab

Fathul Qorib baik metode yang digunakan maupun tahapan

pembelajaran, dan teknik ini juga digunakan untuk mengamati keadaan

sarana dan prasarana di lokasi penelitian di kelas III di Pendidikan

Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim

Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

2. Wawancara
96
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2012), h. 207
97
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2013), h. 118.

60
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan

peneliti untuk mendapatkan keterangan lisan melalui berkomunikasi

berhadapan muka (pace to pace) dengan para responden dan informan,98

Wawancara ini dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh

melalui observasi.

Dalam Penelitian ini peneliti akan mengadakan wawancara

langsung dengan responden dan informan tentang bagaimana

pelaksanaan pembelajaran fikih dengan Kitab Fathul Qorib serta Faktor

apa saja yang mempengaruhi pembelajaran Fikih dengan menggunakan

Kitab Fathul Qorib kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha

(PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten

Tanah Laut.

3. Dokumentasi

Teknik Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen,

rapat lengger, agenda dan sebagainya,99 teknik dokumentasi ini

digunakan untuk mengumpulkan data melalui catatan-catatan yang ada

pada sekolahan tersebut mengenai :

a. Sejarah berdirinya Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah

Laut.

98
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kenca, 2007), Cet Ke-2, h. 111.
99
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 101.

61
b. Visi dan misi Pendidikan di Pendidikan Diniyah Formal Wustha

(PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati

Kabupaten Tanah Laut.

c. Keadaan pengajar di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah

Laut.

d. Keadaan peserta didik Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah

Laut.

e. Keadaan sarana prasarana di Pendidikan Diniyah Formal Wustha

(PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati

Kabupaten Tanah Laut.

Untuk lebih jelasnya mengenai data, sumber data dan teknik

pengumpulan data dapat dilihat pada matrix berikut:

MATRIKS

DATA, SUMBER DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

No Data Sumber Data


Teknik

62
Pengumpulan

Data

1 Data Pokok

1. Data yang berkenaan dengan Guru Observasi dan

pelaksanaan pembelajaran fikih wawancara

dengan kitab Fathul Qorib

kelas III di Pendidikan Diniyah

Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim

Kecamatan Bati-Bati

Kabupaten Tanah Laut.

Meliputi :

a. Perencanaan

1) Merencanakan

perumusan tujuan yang

ingin dicapai

2) Merencanakan cara

menyampaikan materi

3) Mempelajari materi

yang akan disajikan

4) Merencanakan metode

dan media yang ingin

digunakan

63
b. Pelaksanaan

4) Kegiatan awal

5) Kegiatan inti

6) Kegiatan akhir

c. Evaluasi

1) Evaluasi yang

dilaksanakan guru mata

pelajaran fikih dengan

kitab Fathul Qarib kelas

III

a) Lisan

b) Tertulis

2) Evaluasi yang

dilaksanakan oleh

Direktorat Pendidikan

Diniyah Pondok

Pesantren (PD Pontren)

dan Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam

(Dirjen Pendis)

Kementerian Agama RI.

2. Data yang berkenaan dengan

faktor-faktor pendukung pada

64
pelaksanaan pembelajaran

Fikih dengan kitab Fathul

Qorib kelas III di Pendidikan

Diniyah Formal Wustha

(PDFW) Pondok Pesantren

Darussalim Kecamatan Bati-

Bati Kabupaten Tanah Laut. Observasi, dan


Guru dan santri
Meliputi : wawancara

a. Faktor guru

b. Faktor santri

c. Faktor lingkungan

pembelajaran

Data Penunjang

1. Sejarah berdirinya Pendidikan Observasi,

Diniyah Formal Wustha Kepala sekolah, wawancara dan

(PDFW) Pondok Pesantren guru dan Tata Dokumentasi

Darussalim Kecamatan Bati- Usaha

Bati Kabupaten Tanah Laut

2. Visi dan misi di Pendidikan

Diniyah Formal Wustha

(PDFW) Pondok Pesantren

Darussalim Kecamatan Bati-

65
Bati Kabupaten Tanah Laut

3. Keadaan santri Pendidikan

Diniyah Formal Wustha

(PDFW) Pondok Pesantren

Darussalim Kecamatan Bati-

Bati Kabupaten Tanah Laut.

4. Keadaan pengajar di

Pendidikan Diniyah Formal

Wustha (PDFW) Pondok

Pesantren Darussalim

Kecamatan Bati-Bati

Kabupaten Tanah Laut

5. Keadaan sarana dan prasarana

di Pendidikan Diniyah Formal

Wustha (PDFW) Pondok

Pesantren Darussalim

Kecamatan Bati-Bati

Kabupaten Tanah Laut.

E. Kerangka Dasar Penelitian

Penelitian ini menjeleskan tentang pelaksanaan pembelajaran Fikih

dengan kitab Fathul Qorib kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha

66
(PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten

Tanah Laut. Yang meliputi :

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Evaluasi

Penelitian ini juga menjelaskan faktor-faktor pendukung pada

pelaksanaan pembelajaran Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di

Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim

Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut. Yang meliputi :

1. Faktor guru

2. Faktor santri

3. Faktor lingkungan pendidikan

F. Teknik Pengolahan Data

Setelah data digali dan terkumpul maka langkah berikutnya dalam

penelitian ini adalah mengolah data, adapun tahapan-tahapan dan pengolahan

data, peneliti menggunakan beberapa teknik, yaitu:

1. Editing, yaitu: penulis meneliti kembali data-data yang sudah terkumpul.

2. Deskripsi, yaitu: memaparkan data hasil penelitian dalam bentuk uraian

deskriptif.

3. Interpretasi, yaitu: memberi penjelasan pada data agar mudah untuk

dibaca dan dipahami dan tidak mengandung penafsiran lain.

67
G. Analisis Data

Setelah data disajikan secara deskriptif kualitatif berupa uraian-uraian

yang dapat memberikan gambaran secara jelas permasalahan yang diteliti.

Selanjutnya dilakukan analisis interaktif dari Miles & Huberman dengan tiga

komponen yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan

(verifikasi).100

Adapun lebih jelasnya proses analisis data ini terbagi atas 3

komponen, yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data

berlangsung terus menerus selama proses penelitian berlangsung.

Mereduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema dan pola, serta

membuang yang dianggap tidak perlu. Data yang direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih spesifik mengenai pelaksanaan

pembelajaran fikih dengan Kitab Fathul Qorib kelas III dan faktor-faktor

pendukungnya di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok

Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

2. Penyajian Data

100
Nugrahani Farida. Metode Penelitian Kualitatif. (Surakarta, Farida Nugrahani: 2014),
h. 173

68
Penyajian data dilakukan agar data hasil reduksi dapat

terorganisasikan dengan baik dan tersusun dalam pola hubungan

sehingga memudahkan bagi para pembaca untuk memahami data

penelitian. Pada tahap penyajian data, peneliti berusaha menyusun data

yang relevan mengenai pelaksanaan pembelajaran fikih dengan Kitab

Fathul Qorib kelas III dan faktor-faktor pendukungnya di Pendidikan

Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim

Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab

fokus penelitian berdasarkan hasil data temuan. Kesimpulan disajikan

dalam bentuk metode induktif yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal

yang bersifat khusus kepada hal-hal yang bersifat umum. Jika suatu data

dengan data yang lain dihubungkan, maka seluruhnya akan menjadi satu

kesatuan yang utuh, yang diharapkan terdapat gambaran yang jelas

tentang pelaksanaan pembelajaran fikih dengan Kitab Fathul Qorib kelas

III dan faktor-faktor pendukungnya di Pendidikan Diniyah Formal

Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati

Kabupaten Tanah Laut.

H. Prosedur Penelitian

Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini ditempuh dengan

tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Pendahuluan

69
a. Melakukan observasi sementara ke lokasi penelitian yang diteliti.

b. Menyusun desain proposal skripsi.

c. Mengajukan desain proposal ke Biro skripsi Fakultas Tarbiyah IAID

Martapura.

2. Tahap Persiapan

a. Melaksanakan seminar proposal penelitian yang sudah disetujui

b. Membuat daftar pedoman wawancara dan pedoman observasi

c. Memohon surat perintah riset kepada rektor IAID Martapura

Kabupaten Banjar

d. Menyampaikan surat perintah riset kepada orang yang bersangkutan di

lokasi penelitian

3. Tahap Pelaksanaan

a. Wawancara kepada responden dan informan serta melaksanakan

observasi dan dokumentasi

b. Mengumpulkan data, pengolahan data serta penganalisaan data yang

terkumpul untuk melanjutkan dengan menuangkan hasil ke dalam

naskah laporan skripsi sambil berkonsultasi dengan dosen

pembimbing.

c. Menyempurnakan naskah skripsi sesuai dengan saran dosen

pembimbing.

4. Tahap Penyelesaian

a. Penyusunan laporan penelitian

70
b. Diserahkan kepada dosen pembimbing skripsi untuk dikoreksi dan

disetujui.

c. Memperbanyak naskah skripsi sesuai dengan keperluan, dan siap

untuk diujikan dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah skripsi

untuk dapat dipertanggung jawabkan

BAB VI

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah singkat berdirinya Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah

Laut.

Pondok Pesantren Darussalim Bati-Bati pada awalnya adalah

sebuah Madrasah Ibtidaiyah Darussalim yang berdiiri pada tanggal 10

Januari 1967 bertepatan dengan tanggal 10 Syawwal 1357 H. Pada awal

71
berdirinya tahun 1967 hanya dengan gedung yang berdinding kajang

(daun rumbia) yang penuh dengan debu dan kotor dan mempunyai

gedung hanya 2 lokal. Pada bilik yang sederhana inilah para santri

menimba ilmu pengetahun agama dari Guru K H. Ahmad Sanusi.

Pendirinya adalah K.H.Ahmad Sanusi kelahiran 6 Januari 1939 di

desa Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut. Beliau tamatan Pondok Pesantren

Darussalam Martapura 1961 dan juga mengikuti P.G.A.A.N. tahun 1972

di Banjarmasin. Akademi Ilmu Hadits tahun 1964 di Martapura. Pada

tahun 1962-1965 Beliau sempat mengajar Madrasah Assalam Martapura.

Kemudian tahun 1965 pulang ke Bati-Bati, dan mengajar Madrasah

Islamiyah (sore hari).

Tahun 1967, beliau mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Darussalim.

Sistem pendidikan yang dipakai adalah sistem klasikal dengan mata

pelajaran agama dan umum yaitu perpaduan mata pelajaran Pondok

Pesantren Darussalam Martapura dengan mata pelajaran yang sesuai

dengan program Departemen Agama.

Menurut pendirinya madrasah ini dilatar belakangi oleh keinginan

pendiri yang kuat untuk mencerdaskan bangsa khususnya masyarakat

Bati-Bati agar mareka mendapat ilmu agama sebagai bekal di dunia dan

akhirat. Ringkasnya adalah untuk menegakkan syiar Islam ditengah-

tengah masyarakat Bati-Bati khususnya.

Dalam tahun pertama berdiri, pendirinya tidak luput dari

rintangan dan hinaan sebagian masyarakat. Tapi dengan keyakinan dan

72
niat yang kuat dan ikhlas beliau tetap menghadapinya dengan tabah dan

sabar. Beliau menerima sendiri muridnya yang berumur 6 sampai 7 tahun

dan mengajar sendiri. Sampai berjalan tahun kedua bertambahlah

Gurunya dan muridnya seiring dengan bertambahnya kelas. Pada tahun

1975 Madrasah Ibtidaiyah Darussalim telah menamatkan santrinya yang

pertama berjumlah 8 orang.

Seiring dengan perkembangan dan kemajuannya Madrasah

Ibtidaiyah Darussalim berkembang dengan berdirinya Raudhatul Athfal,

Paket A, Tsanawiyah Terbuka, Tsanawiyah Salafiyah maka didirikanlah

Yayasan Pendidikan Islam Darussalim dengan Akta Notaris Nomor : 15

tanggal 23 Februari 1998.

Dalam perjalanan selanjutnya Yayasan Pendidikan Islam

Darussalim Bati-Bati berkembang menjadi Yayasan Pondok Pesantren

Darussalim atas prakarsa Kantor Departemen Agama Kabupaten Tanah

Laut (Kasi Pandais: H.Abd.Muis, BA) sejak tanggal 18 Oktober 1999

dengan Akta Notaris Nomor 24. dan NSPP: 512630106012.

Sejak tanggal 18 Oktober 1999 resmilah menjadi Pondok

Pesantrren Darussalim, maka dikembangkalah beberapa jenjang

pendidikan yaitu: Raudhatul Athfal (RA) sejak tahun 1994, Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD) sejak tahun 2004, Madrasah Ibtidaiyah (MI)

mulai 1967, Madrasah Diniyah Wustho (MDW) sejak 2001 yang

berganti menjadi Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) pada

tahun 2017, Madrasah Diniah Ulya (MDU/MA) sejak tahun 2004 yang

73
berganti menjadi Pendidikan Diniyah Formal Ulya (PDFU) pada tahun

2017 dan Paket C mulai 2005, Paket B setara SMP tahun 2007 dan

Madrasah Tsanawiyah Satu Atap (MTs SA) tahun 2009 atas bantuan

AIBEP Australia. Selain itu untuk mendukung keilmuan para santri

untuk amaliah dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari maka dibuka

Majlis Ta’lim yang dilaksanakan pada pagi hari dan malam hari.101

2. Visi dan misi Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok

Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

a. Visi

Terwujudnya santri yang berakhlak karimah dan berprestasi

dalam keilmuan serta berwawasan intelektual sesuai ajaran Islam Ahlu

Sunnah Wal Jamaah.

b. Misi

Untuk mencapai visi yang tercantum di atas, maka

diuraikanlah misi dari Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah

Laut. yaitu:

1) Memahamkan nilai akhlak dan ibadah berdasarkan ajaran Al-

Qur’an dan Hadits sesuai dengan ajaran Ahlu Sunnah Wal

Jamaah.

101
Nafiah, S.Pd.I. Tata Usaha Pondok Pesantren Darussalim Bati-Bati. Dokumentasi pada
tanggal 22. Februari. 2021. Pukul 10:15

74
2) Mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien

dalam memahami kitab kuning

3) Mewujudkan suasana Islami dan harmonis di lingkungan

pesantren dan madrasah.

4) Membangun semangat berprestasi

5) Membentuk kepribadian seorang santri yang berwawasan luas

yang memadukan antara ilmu dan amal.102

3. Keadaan siswa di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok

Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

Siswa Pondok Pesantren Darussalim umumnya dari wilayah Kecamatan

Bati-Bati. Jumlah santri tahun 2020/2021 dari berbagai jenjang

pendidikan sebanyak 1389 orang meliputi PAUD 29 orang. RA 54 orang.

MI 510 orang. MTs SA 258 orang. PDFW 302 orang. PDFU 272 orang.

Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut.103

TABEL I

102
Nafiah, S.Pd.I. Tata Usaha Pondok Pesantren Darussalim Bati-Bati. Dokumentasi pada
tanggal 22. Februari. 2021. Pukul 10:15
103
Nafiah, S.Pd.I. Tata Usaha Pondok Pesantren Darussalim Bati-Bati. Dokumentasi pada
tanggal 22. Februari. 2021. Pukul 10:15

75
JUMLAH SISWA PAUD PONDOK PESANTREN DARUSSALIM

BATI-BATI TAHUN 2020/2021

No Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 15 14 29

TABEL II

JUMLAH SISWA RA PONDOK PESANTREN DARUSSALIM

BATI-BATI TAHUN 2020/2021

No Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 25 29 54

TABEL III

JUMLAH SISWA MI PONDOK PESANTREN DARUSSALIM

BATI-BATI TAHUN 2020/2021

No Laki-Laki Perempuan Jumlah


1 57 37 94
2 52 37 89
3 37 47 84
4 53 30 83
5 48 32 80
6 46 28 74
Jumlah 291 219 510

76
TABEL IV

JUMLAH SANTRI MTs SA PONDOK PESANTREN DARUSSALIM

BATI-BATI TAHUN 2020/2021

NO Laki-Laki Perempuan Jumlah


1 56 68 124
2 52 44 96
3 14 24 38
Jumlah 123 135 258

TABEL V

JUMLAH SANTRI PDFW PONDOK PESANTREN DARUSSALIM

BATI-BATI TAHUN 2020/2021

NO Laki-Laki Perempuan Jumlah


1 63 45 108
2 54 40 94
3 63 37 100
Jumlah 180 122 302

TABEL VI

JUMLAH SANTRI PDFU PONDOK PESANTREN DARUSSALIM

BATI-BATI TAHUN 2020/2021

77
NO Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 30 59 89
2 33 60 93
3 36 54 90
Jumlah 99 173 272

4. Keadaan pengajar di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah

Laut. Pengajar di Pondok Pesantren Darussalim pada umumnya berasal

dari alumni Pondok Pesantren Darussalim yang diangkat menjadi tenaga

pengajar. Jumlah tenaga pengajar tahun 2020/2021 dari berbagai jenjang

pendidikan sebanyak 79 orang meliputi PAUD 12 orang. RA 12 orang.

MI 27 orang. MTs SA 16 orang. PDFW 20 orang. PDFU 20 orang.

Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut.104

TABEL VII

JUMLAH TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN PONDOK

PESANTREN DARUSSALIM BATI-BATI TAHUN 2020/2021

NO Nama Jabatan
Pengasuh
1 Muhammad Riduan Sb
TU
2 H.Muhammad Basim
Guru
3 Jamil Hasyim. S. Ag
Guru
4 Nurul Huda
Guru
5 Miskiah

104
Nafiah, S.Pd.I. Tata Usaha Pondok Pesantren Darussalim Bati-Bati. Dokumentasi pada
tanggal 22. Februari. 2021. Pukul 10:15

78
Guru
6 Sibawaihi
Guru
7 Saifullah
Guru
8 Ahmad Baihaki
Guru
9 Murjani
Guru
10 Mariatul,S. Pd.
Guru
11 Haiyah
Guru
12 Sayuti
Guru
13 Zainuddin
Guru
14 Sumiati
Guru
15 Mifdali, S.Pd.I
Guru
16 Asmiah, S.Pd.I
Pustakawan
17 Khairiyani, S.Pd.I
Guru
18 Barsiah
Muhammad Hasani, Guru
19
S.Pd.I
Guru
20 Ahmad, S.Pd.I
Guru
21 Zekiyani, S.Pd.
Guru
22 Hamnah
Guru
23 Wahidah
Guru
24 Nahwani, S.Pd.I
Rabiatul Adawiyah, Guru
25
S.Pd.I
Guru
26 Nordiansyah, S.E.

79
Guru
27 Rahmawati, S.Pd.I
Guru
28 H. Ahmad Zaini
Muhammad Rusydiani, Guru
29
S.Pd.I
Guru
30 Makmun, S.Pd.I
Guru
31 Rahmadi, S.Pd.I
Muhammad arsyad, Guru
32
S.Pd.I
Guru
33 Rozain, S.Pd.I
Guru
34 Juhrani
Guru
35 Idawati
Guru
36 Anas Syaifi, S.Pd.I
Guru
37 Hamdiyannor, S.Pd.I
Satpam
38 Rislani, S.Pd.I
Guru
39 Luffiatun Najah, S.Pd.I
Guru
40 Halimah, S.Pd.I
Guru
41 Yuhyil Mudzakkir
Guru
42 Hadi Salim, S.Pd.I
Guru
43 Fitriana
Guru
44 Muhammad Irsyad, S.Pd.I
Guru
45 Dugafar, S.Pd.I
Guru
46 Samsuddin
Guru
47 Solahiyah, S.Pd.I

80
Guru
48 Husnul Falah, S.Pd.
Guru
49 Alfiatul Hasanah, S.Pd.
Guru
50 Najimussobah, S.Pd.
Guru
51 Muhammad Alwi, S.Pd.
Guru
52 Zainal Lutfi, S.Pd.
Guru
53 Ahmad Nur, S.Pd.I
Guru
54 Riduan, S.Pd.
Guru
55 Lukmanul Hakim
Helda Hayati, S.Pd. Guru
56
nip.197501182005011005
Guru
57 Misbahuddin, S.Pd.
Keamanan
58 Muhammad Irsyad, S.Pd.
Guru
59 Fityati, S.H.I
Guru
60 Nafi'ah, S.Pd.
Guru
61 Husnul Hakim
Keamanan
62 Makinuddin
Muhammad Nor Helmi, Guru
63
S.Pd.I
Guru
64 Nor Helda
Guru
65 Nor Hidayati
Guru
66 Syahliyana
Guru
67 Siti Mawaddah
Guru
68 Muhammad Kahfi
69 Muttaqin Guru

81
Guru
70 Muhammad Zainal Fatoni
Guru
71 Abdullah, S.Pd.
Muhammad Thoha, Guru
72
S.kom
Guru
73 As'ad Irfan
Guru
74 Lukmanul Hakim
Guru
75 H. Abdussalam
Guru
76 Abdul Hakim
Keamanan
77 Muhammad
Guru
78 Abdul Latip
Guru
79 Fachruddin

5. Keadaan sarana dan prasarana di Pendidikan Diniyah Formal Wustha

(PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten

Tanah Laut. Berbagai fasilitas sarana dan prasarana di Pondok Pesantren

Darussalim dapat dilihat pada tabel dibawah ini.105

TABEL VIII

JUMLAH SARANA DAN PRASARANA PONDOK PESANTREN

DARUSSALIM BATI-BATI TAHUN 2020/2021

No Sarana Jumlah

1 Ruang belajar 28 buah

2 Asrama 12 buah
105
Nafiah, S.Pd.I. Tata Usaha Pondok Pesantren Darussalim Bati-Bati. Dokumentasi pada
tanggal 22. Februari. 2021. Pukul 10:15

82
3 Perpustakaan 2 buah

4 Musholla 1 buah

5 Ruang WC 25 buah

6 Tempat parkir 4 buah

7 Dapur umum 1 buah

8 Kantin 2 buah

9 Koperasi 1 buah

10 Poskestren 1 buah

11 BLK 1 buah

B. Penyajian Data

Data yang akan disajikan adalah data dari hasil penelitian yang

dilakukan dan dikumpulkan penulis dimulai pada tanggal 9 Februari 2021

sampai 9 April 2021. Adapun teknik yang digunakan penulis dalam menggali

data-data yang ada, meliputi teknik observasi, wawancara dan dokumentasi di

lapangan kemudian data-data tersebut digambarkan secara deskriptif

kualitatif yaitu dengan cara menampilkan hasil yang tercermat terhadap

fenomena atau keadaan sosial tertentu tanpa adanya manipulasi atau

perlakuan lainya, dalam hal ini tentang pelaksanaan pembelajaran fikih

dengan kitab Fathul Qorib kelas III dan faktor-faktor pendukungnya di

Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim

Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

83
Agar data yang disajikan lebih terarah dan memperoleh gambaran

yang jelas dari hasil penelitian, maka peneliti menjabarkannya menjadi dua

bagian berdasarkan urutan permasalahannya, yaitu sebagai berikut:

1. Data yang berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran fikih dengan

kitab Fathul Qorib Kelas III meliputi perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi pembelajaran Fikih dengan kitab Fathul Qarib Kelas III

a. Perencanaan

Perencanaan mengajar merupakan hal yang sangat penting

dalam menetapkan apa yang akan dilakukan, kapan dan bagaimana

cara melakukannya untuk mencapai tujuan yang maksimal. Dengan

perencanaan yang baik akan menentukan tingkat keberhasilan dalam

proses belajar.

Berdasarkan dari wawancara yang telah peneliti lakukan

dengan Guru Misbahuddin S.Pd.I selaku guru yang mengajar fikih

dengan kitab Fathul Qorib kelas III di Pendidikan Diniyah Formal

Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Ada beberapa

persiapan yang dilakukan oleh beliau sebelum dimulainya

pembelajaran, peneliti merumuskan kepada beberapa tahapan yaitu:

1) Merencanakan perumusan tujuan yang ingin dicapai

Berdasarkan wawancara pada hari Jum’at 19 Februari

2021 dengan Guru Misbahuddin S.Pd.I, peneliti bertanya tentang

perencanaan tujuan pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib

kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok

84
Pesantren Darussalim. Dari wawancara tersebut beliau

mengatakan:

“Tujuan mempelajari ilmu fikih aku menuruti


mabadi asyarah ilmu fikih disitu ada kalo di jelaskan
tujuan mempelajari ilmu Fikih supaya kawa meningkatkan
pengetahuan hukum syara yang sudah di tetapkan dalam
agama Islam supaya kawa meamalkannya di kehidupan
sehari-hari sesuai lawan hukum syariat Islam”.106

Kemudian peneliti bertanya lagi apakah tujuan

pembelajaran tersebut dibuat setiap kali pertemuan atau setiap bab

yang berbeda atau bagaimana, kemudian beliau mengatakan:

“Tujuan pembelajaran tadi, tujuan pembelajaran secara


umum aja, mun tujuan pembelajaran yang setiap pertemuan atau
setiap bab. Kadada”.107

2) Merencanakan cara menyampaikan materi

Berdasarkan wawancara pada hari jum’at 19 Februari

2021 dengan guru Misbahuddin S. Pd.I selaku guru mata

pelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III beliau

menjelaskan:

“Pas mulai PDF ni li aku merencanakan cara


pembelajarannya karena ada kisi-kisi ujian yang di
keluarkan buhan PDF, di kisi-kisi ujian itu pembahasannya
lumayan panjang, jadi aku memikirkan kayapa caranya
supaya kawa tamat kitab plus santrinya kawa paham materi
yang diajarkan, jadi aku membagi dua dalam satu tahun itu,
semester pertama aku membaca kitab diterjemahkan tapi
kada terlalu panjang penjelasannya, pas sudah semester ke
dua aku mulai lagi dari pemulaan tapi aku fokus

106
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara
langsung pada tanggal 19 Februari 2021. Pada pukul 11:15
107
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara
langsung pada tanggal 19 Februari 2021. Pada pukul 11:15

85
menjelaskan materinya aja lagi kada be fokus membacakan
kitab lagi”.108

3) Mempelajari materi yang akan disajikan

Berdasarkan wawancara pada hari Jum’at 19 Februari

2021 dengan Guru Misbahuddin S.Pd.I. Sebelum memulai

pembelajaran jika materi yang akan diajarkan dirasa sulit untuk

dijelaskan kepada santri maka beliau mempelajari dulu materi

yang akan diajarkan sebagaimana yang dikatakan oleh Guru

Misbahuddin S. Pd.I beliau mengatakan:

“Biasanya li kalo materinya ngalih kaya di bab


faraid, aku mempelajari dulu materi yang handak di
lajarkan di rumah, aku ringkas pemahamannya supaya
buhannya (santri) bisa faham tapi kalau materi yang lain
yang nyaman aja difaham kaya masalah tharah kawa aja
aku kada membuliki lagi”.109

4) Merencanakan metode dan media yang ingin digunakan

Berdasarkan wawancara pada hari Jum’at 19 Februari

2021 dengan Guru Misbahuddin S.Pd.I peneliti bertanya tentang

persiapan metode dan media yang ingin digunakan beliau

mengatakan tentang metode:

“Biasanya kalo metode aku kada mempersiapkan dirumah


tapi pas meajar ada aja telaksanakan kaya mempraktekkan
sembahyang mun metode paling banyak aku menjelaskan apa
yang ada di kitab”. 110
108
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara
langsung pada tanggal 19 Februari 2021. Pada pukul 11:15
109
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara
langsung pada tanggal 19 Februari 2021. Pada pukul 11:15
110
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara
langsung pada tanggal 19 Februari 2021. Pada pukul 11:15

86
Kemudian peneliti bertanya tentang persiapan media yang

akan digunakan, beliau mengatakan:

“Kalo media aku mempersiapkan kitab Fathul


Qorib atau bisa jua aku menyiapkan kitab lain yang
penjelasannya teringkas dari kitab Fathul Qorib kaya kitab
Is’aful Khaid dikitab itu penjelasan seputaran mawaris
ringkas, jadi buhannya (santri) lebih nyaman
memahaminya”. 111

Kemudian peneliti bertanya lagi apakah metode dan media

yang gunakan ketika melaksanakan pembelajaran fikih dengan

kitab Fathul Qorib kelas III berbeda-beda setiap pertemuannya.

Lalu beliau menjawab:

“Iya, metode lawan media nya belain-lain setiap


pertemuanya tergantung materinya ”. 112

b. Pelaksanaan

Berdasarkan dari tiga kali observasi yang telah peneliti

lakukan ketika pelaksanaan pembelajaran fikih dengan kitab Fathul

Qorib kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah

Laut. Peneliti merumuskan kepada 3 tahapan yaitu:

1) Observasi ke-1

b) Kegiatan Awal

111
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara
langsung pada tanggal 19 Februari 2021. Pada pukul 11:15
112
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara
langsung pada tanggal 19 Februari 2021. Pada pukul 11:15

87
Berdasarkan observasi pertama pada tanggal 15

Februari 2021 hari senin jam 08:06 pembelajaran fikih

dengan kitab Fathul Qorib dihadiri 42 santri dari 63 yang

hadir didalam kelas. Guru mengucap salam ketika masuk

kedalam kelas dan duduk di tempat yang telah disediakan.

Guru memulai pembelajaran dengan menanyakan kesiapan

santri agar mereka siap dalam menerima pembelajaran

kemudian guru membaca Basmalah dan Hamdalah serta

Sholawat kemudian membacakan Tartibul Fatihah.

c) Kegiatan Inti

Guru memulai pembelajaran dengan megucapkan ‫كتاب‬

‫ايا‬SS‫( أحكام الفرائض والوص‬kitab yang menjelaskan hukum faraid

dan wasiat) pada pembelajaran ini guru tidak membacakan

kitab Fathul Qorib tetapi guru memerintahkan santri nya

untuk memakai buku pengayaan yang membahas tentang

pembahasan yang sama yaitu tentang hukum mawaris yaitu

kitab ‫ إسعاف الخائض‬sebuah kitab karangan KH Syukri Unus.

Kemudian guru menjelaskan dengan intonasi yang jelas dan

suara yang lantang menggunakan bahasa daerah setempat

tentang mawaris. Pembasan pertama yang dijelaskan guru

adalah tentang rukun mawaris ada 3 yaitu: orang yang

mewariskan, orang yang menerima warisan, haq (harta yang

88
diwariskan). Selanjutnya guru menjelaskan tentang syarat

waris ada 3 yaitu: yakin mati orang yang mawariskan, yakin

hidup orang yang menerima warisan, diketahui orang yang

menerima warisan. Selanjutnya guru menjelaskan tentang

sebab pewaris ada 3 yaitu: karena nasab (keturunan), karena

nikah (perkawinan), karena memerdekakan budak. Kemudian

guru menjelaskan tentang sebab-sebab seseorang tertegah

mendapat warisan ada 3 yaitu: jadi budak, membunuh, beda

agama. Kemudian setelah selesai guru menjelaskan tentang

hal-hal yang berkaitan dengan warisan kemudian guru

mempersilahkan kepada santri yang tidak mengerti atau ada

yang mau ditanyakan, pada ketika guru mempersilahkan

kepada santri untuk beranya ini ada beberapa santri yang

mengajukan pertanyan seperti: “Guru apakah orang yang

beda aliran seperti ahlu sunnah dan syiah kada kawa saling

bewarisan” kemudian guru menjawab: “Kalau belain aliran

selama masih beragama Islam tetap kawa menerima warisan

karena yang menjadikan seseorang terhalang dalam mendapat

warisan adalah beda agama bukan beda aliran”. Kemudian

ada lagi santri yang bertanya: “Guru kalau budak bisi bini

dan anak apakah pemilik yang memerdekakannya dapat

bagian warisan jua'' kemudian guru menjawab. “Iya yang

memerdekakannya tetap kawa mendapat harta warisan tetapi

89
inya menjadi asbah di dahulukan yang dzawil furud nya kaya

anak lwan bini nya mun nya masih besisa hanyar gasan yang

memerdekakannya”. Setelah selesai guru menjawab

pertanyaan dari santri kemudian guru melanjutkan materi

tentang mawaris. Guru menjelaskan tentang semua ahli waris

laki-laki yaitu ada 15 yaitu: anak laki-laki, cucu laki-laki,

ayah, kakek, saudara kandung, saudara seayah, saudara seibu,

anak saudara kandung, anak saudara seayah, paman kandung,

paman seayah, anak paman kandung, anak paman seayah,

suami, seorang (laki-laki) yang memerdekakan budak.

Kemudian guru memberikan pertanyaan kepada semua santri

“jika semua ahli waris yang 15 ini ada apakah semuanya

dapat warisan?” lalu santri menjawab: “tidak!” Kemudian

guru menjawab: “betul”, jika berkumpul semua ahli waris

yang 15 maka yang mewaris hanya 3 orang yaitu: ayah, anak

laki-laki, suami. Kemudian guru menjelaskan tentang semua

ahli waris dari perempuan yaitu ada 10 yaitu: anak

perempuan, cucu perempuan, ibu, nenek dari pihak ibu,

nenek dari pihak ayah, saudari perempuan kandung, saudari

perempuan seayah, saudari perempuan seibu, isteri, seorang

(perempuan) yang memerdekakan budak. Kemudian guru

menjelaskan jika semua ahli waris yang 10 dari perempuan

ini ada semua maka yang mewaris shanya ada 5 yaitu: anak

90
perempuan, cucu perempuan, isteri, ibu, saudara kandung.

Kemudian guru menjelaskan lagi jika semua ahli waris laki-

laki yang 15 dan ahli waris perempuan yang 10 terkumpul

maka yang mewaris dari mereka itu ada 5 yaitu: ayah, ibu,

anak laki-laki, anak perempuan, salah satu suami istri.

Berdasarkan observasi peneliti, guru juga menjelaskan materi

pembelajaran kepada santri sambil di selingi dengan guyonan

sehingga suasana kelas tidak terlalu tegang, beberapa kali

peneliti juga memperhatikan guru menjelaskan materi

pembelajaran disertai berjalan- jalan disekitar santri dengan

tujuan guru bisa mendapatkan perhatian dari santri. Guru juga

menegur santri yang mengobrol dengan temannya ketika

pembelajaran sedang dilaksanakan.

d) Kegiatan Akhir

Sebelum menutup pembelajaran guru mengulang

kembali pembelajaran yang sudah dijelaskan melalui tanya

jawab. Jam menunjukkan jam 09:03 guru menutup

pembelajaran dengan mengucap ‫وهللا اعلم‬ dan Hamdalah.

Kemudian guru melanjutkan pembelajaran unutuk mata

pelajaran yang kedua yaitu pembelajaran Bahasan Arab

dimulai dari jam 09:04-10:10. Pembelajaran ditutup dengan

91
guru membacakan doa dan megucap ‫وة اال‬S‫ول والق‬S‫اء هللا الح‬S‫ماش‬

‫باهلل‬.113

2) Observasi ke-2

a) Kegiatan Awal

Observasi kedua pada tanggal 17 Februari 2021 hari

rabu jam 08:12 pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib

dihadiri 48 dari 63 santri yang hadir didalam kelas. Guru

mengucap salam ketika masuk kedalam kelas dan duduk di

tempat yang telah disediakan. Guru memulai pembelajaran

dengan menanyakan kesisapan santri agar mereka siap dalam

menerima pembelajaran kemudian guru membaca Basmalah

dan Hamdalah beserta Sholawat kemudian membacakan

Tartibul Fatihah.

b) Kegiatan Inti

Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan

‫( كتاب أحكام النكاح وما يتعلق به‬kitab tentang nikah dan apa yang

berhubungan dengan nikah) pada pembahasan ini guru tidak

memerintahkan kepada santri untuk membuka kitab Fathul

Qorib melainkan guru memerintahkan santri menyiapkan

pulpen dan buku cacatan untuk menyimak dan mencatat

ringkasan tentang nikah dan apa yang berhubungan dengan

nikah yang sudah guru ringkas dari kitab Fathul Qorib yang
113
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Observasi langsung
di kelas III A pada tanggal 15 Februari 2021. Pada pukul 08:06-10:10

92
sudah di siapkan guru sebelumnya dirumah. Guru memulai

pembelajaran intonasi yang jelas dan suara yang lantang

menggunakan bahasa daerah setempat tentang nikah dengan

menjelaskan pengertian nikah secara lughat (bahasa) yaitu:

berkumpul, berhubungan badan dan akad. Adapun nikah

secara agama/syariat adalah: sebuah akad yang mengandung

beberapa rukun dan syarat. Kemudian guru lanjutkan

menjelaskan tentang rukun nikah ada 5 yaitu: ada wali dari

pihak perempuan, dua saksi, calon suami, calon istri, sighat

akad (ijab dan qobul). Kemudian guru lanjut menjelaskan

tentang syarat nikah yaitu: sama-sama beragama Islam, yang

dinikahi bukan mahram (orang yang haram dinikahi), tidak

sedang berihram (melaksanakan ibadah haji), mengetahui

wali nikah dari pihak perempuan, tidak ada paksaan.

Kemudian guru menjelaskan hukum nikah yaitu: “hukum

nikah menurut asal adalah sunnah sebagaimana hadis

Rasulullah SAW: ‫ النكاح سنتي فمن رغب عن سنتى فليس منى‬artinya:

nikah itu sunnahku maka barang siapa benci dengan sunnah

ku maka bukan dari golonganku. Kemudian guru

menjelaskan bahwa hukum nikah ini bisa berubah tergantung

dari kondisinya seperti: hukum nikah bisa menjadi haram di

karenakan beberapa alasan seperti: jika yang dinikahi adalah

mahram (orang yang haram dinikahi) seperti saudara

93
kandung. Seperti contoh lagi nikah beda agama, kemudian

guru mencontohkan antara orang yang beragama kristen dan

Islam maka nikahnya hukumnya haram. Kemudian guru

melanjutkan, hukum nikah juga bisa menjadi haram jika

tujuan menikah untuk menyakiti pasangannya. Hukum nikah

juga bisa menjadi wajib seperti: orang yang sudah memiliki

kemampuan berumah tangga dan sulit menghindari zina

maka wajib baginya untuk menikah. Kemudian guru

mempersilahkan kepada santri untuk bertanya bagi yang

kurang faham atau kurang jelas, atau ada pertanyaan yang

mau dipertanyakan. Pada ketika guru mempersilahkan kepada

santri untuk bertanya ini ada beberapa santri yang

mengajukan pertanyan seperti: “misal binian kada bisi abah,

siapa yang menjadi walinya guru?”. Guru menampung dulu

pertanyaan yang ditanyakan santri kemudian guru

mempersilahkan kembali kepada santri untuk bertanya,

kemudian ada santri yang mengangkat tangan untuk bertanya

kemudian guru mempersilahkannya: “bulihlah guru kawin

lawan sepupu?”. Dikarenakan tidak ada lagi santri yang mau

bertanya maka guru menjawab pertanyaan santri dimulai dari

pertanyaan pertama: perempuan atau binian kada bisi kuitan

atau abah maka yang menjadi walinya adalah: yang pertama

bisa dari nasab atau keluarga perempuan itu seperti: orang tua

94
ayah (kakek), saudara laki-laki kandung, keponakan laki-laki,

paman, anak laki-laki paman. Yang kedua yaitu wali hakim,

yang biasanya dari KUA. kemudian guru melanjutkan

menjawab pertanyaan kedua yaitu: di dalam kitab Fathul

Qorib mahram itu ada 14 diantara nya yaitu: ibu, nenek,

datuk, anak, cucu, saudara kandung, saudara ibu, saudara

ayah, anak saudara baik saudara laki-laki atau perempuan,

nah kalau Kalau sepupu itu boleh kawin karena tidak

termasuk dalam mahram yang di jelaskan tadi.

c) Kegiatan Akhir

Sebelum menutup pembelajaran guru mengulang

kembali pembelajaran yang sudah dijelaskan dengan

menjelaskan kembali penjelasan yang sudah disampaikan

secara singkat. Menunjukkan jam 09:34 Guru menutup

pembelajaran Fikih dengan mengucap ‫وهللا اعلم‬. Kemudian

Guru melanjutkan pembelajaran unutuk mata pelajaran yang

kedua yaitu pembelajaran bahasan arab dimulai dari jam

09:34-10:11. Pembelajaran ditutup dengan guru membacakan

doa dan megucap ‫ماشاء هللا الحول والقوة اال باهلل‬.114

3) Observasi ke-3

a) Kegiatan Awal

114
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Observasi langsung
di kelas III A pada tanggal 17 Februari 2021. Pada pukul 08:12-10:11

95
Observasi ketiga dilaksanakan pada tanggal 19

Februari 2021 hari Jumat pembelajaran dimulai pada jam

08:39 pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib dihadiri

44 dari 63 santri yang hadir didalam kelas. Guru mengucap

salam ketika masuk kedalam kelas dan duduk di tempat yang

telah disediakan. Guru memulai pembelajaran dengan

menanyakan kesisapan santri agar mereka siap dalam

menerima pembelajaran kemudian guru membaca Basmalah

dan Hamdalah beserta Sholawat kemudian membacakan

Tartibul Fatihah.

b) Kegiatan Inti

Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan

‫( كتاب البيوع‬kitab tentang jual beli) pada pertemuan ini guru

tidak memerintahkan kepada santri untuk membuka kitab

Fathul Qorib melainkan guru memerintahkan santri

menyiapkan pulpen dan buku cacatan untuk menyimak dan

mencatat ringkasan tentang jual beli yang sudah guru ringkas

dari kitab Fathul Qorib yang sudah di siapkan guru

sebelumnya di rumah. Guru memulai pembelajarannya

dengan intonasi yang jelas dan suara yang lantang

menggunakan bahasa daerah setempat tentang jual beli secara

lughot (bahasa) yaitu: “serah terima sesuatu dengan sesuatu”.

Kemudian guru menjelaskan jual beli secara agama yaitu:

96
“menjadikan hak milik akan benda yang berupa harta dengan

suatu gantian yang dibolehkan agama”. Kemudian guru

menjelaskan pengertian yang kedua jual beli secara agama

yaitu: “menjadikan hak milik suatu manfaat yang di bolehkan

agama selamanya dengan harga berupa harta”. Kemudian

guru menjelaskan dengan suara yang lantang dan intonasi

yang jelas pengertian jual beli secara agama sambil berjalan-

jalan disekitar santri sambil memperagakan praktek jual beli

dengan alat peraga spidol dan penghapus, kemudian guru

juga menjelaskan bahwa tidak semua benda bisa dijadikan

tukar jual seperti contoh benda yang najis seperti kotoran sapi

tidak boleh di jual atau dibeli karena termasuk benda yang

najis, tetapi kalau mau membelinya jangan pakai akad jual

beli tetapi upah untuk penjual. Kemudian setelah selesai guru

menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan jual beli.

Guru mempersilahkan kepada santri yang tidak mengerti atau

ada yang mau ditanyakan: pada ketika guru mempersilahkan

kepada santri untuk bertanya ini ada beberapa santri yang

mengajukan pertanyan seperti: “kaya apa hukum jual beli

urang nang manjual kodok gasan meunjun”. kemudian guru

menjawab: “kodok itu termasuk binatang yang kada bulih

diperjual belikan, maka jika handak menukar kodok gasan

meunjun tidak sah jual beli nya jika pakai akad tapi hanya

97
opah gasan pejualnya aja”. Kemudian guru melanjutkan lagi

penjelasan tentang harta ribawi yaitu: emas, perak, makanan.

Guru menjelaskan bahwa harta ribawi ini tidak boleh

membelinya dengan cara berhutang tetapi harus kontan.

c) Kegiatan Penutup

Sebelum menutup pembelajaran guru mengulang

kembali pembelajaran yang sudah dijelaskan dengan menarik

kesimpulan dalam pembelajaran. Menunjukkan jam 09:25

guru menutup pembelajaran Fikih dengan mengucap ‫و هللا اعلم‬

. Kemudian Guru melanjutkan pembelajaran unutuk mata

pelajaran yang kedua yaitu pembelajaran bahasan arab

dimulai dari jam 09:25-10:15. Pembelajaran ditutup dengan

guru membacakan doa dan megucap ‫وة اال‬S‫ول والق‬S‫اء هللا الح‬S‫ماش‬

‫باهلل‬.115

c. Evaluasi

Penilaian merupakan suatu proses melaksanakan penilaian

terhadap suatu kegiatan pembelajaran dengan tujuan untuk

mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian

tujuan pembelajaran santri. Sebagai alat penilaian hasil pencapaian

tujuan dalam pengajaran evaluasi harus dilakukan secara terus-

menerus, karena evaluasi berfungsi untuk menentukan tingkat

keberhasilan belajar dan juga sebagai umpan balik dari proses belajar
115
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Observasi langsung
di kelas III A pada tanggal 19 Februari 2021. Pada pukul 08:39-10:15

98
mengajar, maka kemampuan guru dalam menyusun alat penilaian dan

melaksanakan evaluasi merupakan kemampuan menyelenggarakan

proses belajar mengajar secara keseluruhan.

Berdasarkan wawancara dan observasi untuk mendapat balikan

(feedback) terhadap proses pembelajaran fikih dengan kitab Fathul

Qorib di kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim. Menggunakan evaluasi yang dibagi

menjadi 2 bagian yaitu :

1) Evaluasi yang dilaksanakan guru mata pelajaran fikih dengan

kitab Fathul Qarib. Evaluasi tersebut dilaksanakan dengan 2 cara

yaitu:

a) Lisan

Tes lisan dilakukan oleh guru dengan cara melakukan

tanya jawab kepada santri yang dipilih secara acak, tentang

materi fikih yang sudah dijelaskan sebelumnya.

b) Tertulis

Tes tertulis dilakukan oleh guru dengan cara

menuliskan atau menyebutkan soal tentang permasalahan

fikih kemudian santri diperintahkan untuk menjawabnya

dengan cara ditulis baik dikerjakan langsung maupun menjadi

pekerjaan rumah (PR). Tes tertulis ini juga digunakan guru

99
untuk ujian pondok yang dilaksanakan ketika akhir di

semester pertama dan kedua.

2) Evaluasi yang dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Diniyah

Pondok Pesantren (PD Pontren) dan Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama RI.

Evaluasi ini dinamakan Ujian Akhir Pendidikan Diniyah Formal

Berstandar Nasional (UAPDFBN) atau Imtihan Wathani.

Pada pelaksanaan evaluasi ini soal fikih yang diberikan

berupa pilihan ganda sebanyak 40 soal dengan berbahasa arab dan

santri diberi waktu selama 1 jam 30 menit untuk menjawab soal

tersebut. Soal yang diberikan merupakan soal yang dibuat

langsung oleh PD Pontren dan Dirjen Pendis yang dilaksanakan

secara serentak di seluruh PDF di Indonesia.

Ujian Akhir Pendidikan Diniyah Formal Berstandar

Nasional (UAPDFBN) atau Imtihan Wathani tahun ajar 2020-

2021 M/1441-1442 H Dilaksanakan pada bulan maret tanggal 8-

10 2021M di ruangan kelas III di Pendidikan Diniyah Formal

Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim.

Berdasarkan wawancara peneliti pada tanggal 12 maret 2021

dengan Guru Misbahuddin S.Pd.I mengenai evaluasi pembelajaran

Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III yang dilaksanakan di PDFW

beliau mengatakan:

“Kalau ada waktu sebelum akuran belajaran biasanya


aku membuka tanya jawab lawan santri yang berhubungan

100
lawan materi yang sudah dibahas atau kalau waktunya sedikit
aku jadikan PR aja gasan buhannya (santri) supaya buhannya
tebuka jua kitab dirumah”.116

Kemudian peneliti bertanya lagi kepada Guru Misbahuddin

S.Pd.I mengenai hasil evaluasi pembelajaran tersebut apakah tujuan

pembelajaran yang sebelumnya telah dirumuskan tercapai setelah

dilakukan evaluasi, beliau mengatakan:

“Hasil dari evaluasi tadi menurut aku belum kawa memastikan


apakah tujuan pembelajaran yang aku kehendaki tercapai, tapi paling
kada dalam evaluasi tadi buhannya (santri) tebuliki pembelajaran yang
sudah dipelajari”.117

Kemudian peneliti menanyakan apakah evaluasi tersebut

disiapkan sebelum pembelajaran, beliau mengatakan:

“kalau evaluasi yang setiap pertemuan aku reflek aja kalau


masih ada waktu aku membuka tanya jawab tapi mun sudah parak jam
istirahat biasanya langsung istirahat ja. Kecuali mun gasan ujian
semester nah itu aku meolah soalnya dirumah”

2. Data yang berkenaan dengan faktor-faktor pendukung pelaksanaan

pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qarib kelas III

Ada beberapa faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran fikih

dengan kitab Fathul Qorib kelas III di Pendidikan Diniyah Formal

Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati

Kabupaten Tanah Laut. Yaitu:

a. Faktor Guru

116
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara lewat
Whatsapp pada tanggal 12 Maret 2021. Pada pukul 16:45
117
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara lewat
Whatsapp pada tanggal 12 Maret 2021. Pada pukul 16:45

101
Dalam sebuah proses pembelajaran, guru merupakan salah satu

komponen penting karena mampu memahami, mendalami,

melaksanakan, dan akhirnya mencapai tujuan pendidikan. Kondisi

dalam diri guru dan kemampuan mengajar seorang guru dapat

membuat guru tersebut menjadi lebih aktif dan lincah dalam

menyampaikan pembelajaran. Beberapa faktor guru yang

mempengaruhi proses pembelajaran Fikih dengan kitab Fathul Qorib

kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok

Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

Antara lain:

1) Profesi

Peneliti mengadakan wawancara kepada guru tentang

riwayat pendidikan beliau, seberapa lama beliau mengajar dan

sejak kapan beliau memakai kitab Fathul Qorib sebagai kitab

utama mata pembelajaran fikih di Pendidikan Diniyah Formal

Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim.

“Riwayat pendidikan aku mulai MI sampai Ulya aku


di Darussalim, imbah tu aku meneruskan ke Darussalam
Martapura dari 1 Ulya sampai lulus, imbah tu ke Ma’had
Aly Darussalam tiga tahun. 2012 aku mulai mengajar disini
(Darussalim) sambil mengajar di sekolahan aku kuliah di
STAI Al-Jami Banjarmasin aku mengambil jurusan
Tarbiyah kelas khusus.”.118
“Aku mulai disuruh pakai kitab Fathul Qorib
dikelas III ni sekitar tiga tahunan sudah. Mun buhan ikam

118
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara
langsung pada tanggal 19 Februari 2021. Pada pukul 11:15

102
dahulu kitab Fikihnya masih Syarah Sittin kalo wahini mun
sudah kelas III harus Fathul Qorib ''.119

2) Penguasaan materi pembelajaran

Peneliti mengadakan wawancara kepada guru tentang

kendala dan pengalaman beliau dalam memahami kitab Fathul

Qorib.

“Untuk kitab Fathul Qorib Alhamdulilah nyaman aja aku


memahami, dahulu lagi aku di Martapura belajar jua kitab ini
jadi kada terlalu ngalih diajarkannya”120

3) Penggunaan metode dan media pembelajaran

Peneliti mengadakan wawancara kepada guru tentang

metode dan media yang beliau gunakan ketika melaksanakan

pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di

Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren

Darussalim.

“Biasanya kalo metode aku kada mempersiapkan


dirumah tapi pas meajar ada aja telaksanakan kaya
mempraktekkan sembahyang mun metode paling banyak
aku menjelaskan apa yang ada dikitab”. 121
“Kalo media aku mempersiapkan kitab Fathul
Qorib atau bisa jua aku menyiapkan kitab lain yang
penjelasanya teringkas dari kitab Fathul Qorib kaya kitab
Is’aful Khaid dikitab itu penjelasan seputaran mawaris
ringkas, jadi buhannya (santri) lebih nyaman
memahamanya”. 122

119
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara
langsung pada tanggal 19 Februari 2021. Pada pukul 11:15
120
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara
langsung pada tanggal 19 Februari 2021. Pada pukul 11:15
121
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara
langsung pada tanggal 19 Februari 2021. Pada pukul 11:15

103
“Iya, metode lawan media nya belain-lain setiap
pertemuanya tergantung materinya ”. 123

4) Perencanaan pembelajaran

Peneliti mengadakan wawancara kepada guru tentang

persiapan beliau sebelum melaksanakan pembelajaran fikih dengan

kitab Fathul Qorib kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha

(PDFW) Pondok Pesantren Darussalim.

ada beberapa perencanaan yang dilakukan oleh guru

sebelum dimulainya pembelajaran, peneliti merumuskan

kepada beberapa tahapan yaitu:

(1) Merencanakan perumusan tujuan yang ingin dicapai

(2) Merencanakan cara menyampaikan materi

(3) Mempelajari materi yang akan disajikan

(4) Merencanakan metode dan media yang ingin digunakan.

Berdasarkan wawancara dengan guru Misbahuddin S. Pd.I

pada tanggal 19 Februari 2021 hari jum’at peneliti bertanya dengan

beliau mengenai kendala yang beliau alami ketika melaksanakan

pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di PDFW

beliau mengatakan:

“Keadaan santri di kelas III ini selawas musim corona


ni li ae ada sebagian santri yang kurang semangat dari
sebelumnya kaya banyak santri yang terlambat datang, itu

122
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara
langsung pada tanggal 19 Februari 2021. Pada pukul 11:15
123
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara
langsung pada tanggal 19 Februari 2021. Pada pukul 11:15

104
pang yang menjadi kendalanya mungkin gara-gara kelawasan
belajar online jadi pas sudah turunan banyak santri yang sudah
merasa nyaman dirumah. Dari 63 santri yang hadir paling 45
kurang lebih”.124

Kemudian peneliti bertanya lagi bagaimana cara beliau

mengatasi kendala tersebut. Beliau mengatakan:

“kalau masalah kecangkalan santrinya li ae aku kada kawa


memaksakan apalagi musim kaya ini (covid-19) jadi kesadaran inya ja
lagi”.125

b. Faktor Santri

Diantara pengaruh santri dalam proses pembelajaran adalah

kondisi santri itu sendiri yang di dapat beragam aspek dari dirinya dan

lingkungan sekitarnya yang nantinya akan berdampak pada

kesiapannya dalam menerima pelajaran. Beberapa faktor santri yang

mempengaruhi proses pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib

kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok

Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

Antara lain:

1) Karakteristik Santri

Peneliti melakukan wawancara dengan 22 santri

menggunakan aplikasi surveyhert tentang sikap santri ketika

pembelajaran ilmu fikih dengan kitab Fathul Qorib.

124
Guduru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara
langsung pada tanggal 19 Februari 2021. Pada pukul 11:15
125
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara
langsung pada tanggal 19 Februari 2021. Pada pukul 11:15

105
126

2) Intelegensi Santri

Peneliti melakukan wawancara dengan 22 santri

menggunakan aplikasi surveyhert tentang kemampuan santri

mahamami materi pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib

secara umum dengan baik.

126
22 orang santri kelas III A Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok
Pesantren Darussalim. Wawancara lewat aplikasi surveyhert, pada tanggal 8 juni 2021, pukul
20:50

106
127

3) Kesehatan Santri

Peneliti melakukan wawancara dengan 22 santri

menggunakan aplikasi surveyhert tentang kesehatan santri ketika

mengikuti pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib ?

127
22 orang santri kelas III A Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok
Pesantren Darussalim. Wawancara lewat aplikasi surveyhert, pada tanggal 8 juni 2021, pukul
20:50

107
128

4) Minat Santri

Peneliti melakukan wawancara dengan 22 santri

menggunakan aplikasi surveyhert tentang kehadiran santri dan

kerajinan santri datang tepat waktu pada saat pembelajaran fikih

dengan kitab Fathul Qorib.

128
22 orang santri kelas III A Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok
Pesantren Darussalim. Wawancara lewat aplikasi surveyhert, pada tanggal 8 juni 2021, pukul
20:50

108
129 130

5) Motivasi Santri

Peneliti melakukan wawancara dengan 22 santri

menggunakan aplikasi surveyhert tentang kegemaran dan semangat

santri ketika pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib.

129
22 orang santri kelas III A Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok
Pesantren Darussalim. Wawancara lewat aplikasi surveyhert, pada tanggal 8 juni 2021, pukul
20:50
130
22 orang santri kelas III A Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok
Pesantren Darussalim. Wawancara lewat aplikasi surveyhert, pada tanggal 8 juni 2021, pukul
20:50

109
131 132

6) Kebiasaan belajar

Peneliti melakukan wawancara dengan 22 santri

menggunakan aplikasi surveyhert tentang kebiasaan santri

mengulangi (mutholaah) pembelajaran dan kebiasaan santri pada

saat pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib.

131
22 orang santri kelas III A Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok
Pesantren Darussalim. Wawancara lewat aplikasi surveyhert, pada tanggal 8 juni 2021, pukul
20:50
132
22 orang santri kelas III A Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok
Pesantren Darussalim. Wawancara lewat aplikasi surveyhert, pada tanggal 8 juni 2021, pukul
20:50

110
133 134

c. Faktor Lingkungan Pembelajaran

Lingkungan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran.

Tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap disertai kondisi

lingkungan sekolah yang nyaman dapat membuat proses belajar

mengajar menjadi lebih baik.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti

lakukan, dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki

Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren

Darussalim sangat memadai. Selain mempunyai ruangan yang besar

dan fasilitas yang lengkap juga memiliki dua buah perpustakaan yang

133
18 orang santri kelas III A Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok
Pesantren Darussalim. Wawancara lewat aplikasi surveyhert, pada tanggal 8 juni 2021, pukul
20:50
134
18 orang santri kelas III A Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok
Pesantren Darussalim. Wawancara lewat aplikasi surveyhert, pada tanggal 8 juni 2021, pukul
20:50

111
banyak berisi kitab-kitab klasik yang menunjang pembelajaran fikih

dengan kitab Fathul Qorib. Selain daripada itu Pendidikan Diniyah

Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim juga memiliki

suasana belajar yang sangat bersih dan nyaman karena terletak di

lokasi yang sejuk dan asri pendukung proses pembelajaran.

Berdasarkan wawancara pada tanggal 15 Februari 2021 hari

senin dengan Irfan Ramadhan salah satu santri kelas III di (PDFW)

Darussalim. Mengatakan:

“Fasilitas belajar di kelas lengkap lawan suasananya lumayan


nyaman walaupun sudah tengah hari kelas kada terasa panas karena
kelasnya di lantai dua”.135

C. Analisis Data

Dari semua data yang telah penulis sajikan diatas, maka dapat diambil

analisa data yaitu mengubah data hasil temuan penelitian tentang pelaksanaan

pembelajaran Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III dan faktor-faktor

pendukungnya di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok

Pesantren Darussalim. menjadi informasi yang dapat digunakan untuk

mengambil kesimpulan dalam suatu penelitian.

Setelah data disajikan secara deskriptif kualitatif berupa uraian-uraian

yang dapat memberikan gambaran secara jelas tentang proses pelaksanaan

yang diteliti. Selanjutnya dilakukan analisis interaktif dari Miles & Huberman

135
Irfan Ramadhan. Santri Kelas III A Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW)
Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara langsung pada 15 Februari 2021 pukul 12:30

112
dengan tiga komponen yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan

kesimpulan (verifikasi).136

Kemudian baru diadakan penarikan kesimpulan (verifikasi) dengan

metode induktif yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus

kepada hal-hal yang bersifat umum.

Agar analisis data yang disajikan lebih terarah dan memperoleh

gambaran yang jelas, maka peneliti menjabarkannya menjadi dua bagian

berdasarkan urutan permasalahannya, yaitu sebagai berikut:

1. Analisis data yang berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran fikih

dengan kitab Fathul Qorib kelas III meliputi perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi.

a. perencanaan

Berdasarkan penyajian data diatas ada beberapa perencanaan

yang dilakukan oleh guru sebelum dimulainya pembelajaran yaitu:

(1) Merencanakan perumusan tujuan yang ingin dicapai

(2) Merencanakan cara menyampaikan materi

(3) Mempelajari materi yang akan disajikan

(4) Merencanakan metode dan media yang ingin digunakan

Jadi berdasarkan penjabaran data diatas, dapat diketahui bahwa

sebelum melaksanakan pembelajaran guru telah mempersiapkan

terlebih dahulu rencana pembelajaran, meskipun tidak tertulis seperti:

berupa RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) atau silabus tetapi

136
Nugrahani Farida. Metode Penelitian Kualitatif. (Surakarta, Farida Nugrahani: 2014),
h. 173

113
hanya mengacu pada kisi-kisi (UAPDFBN) yang dikeluarkan oleh

(PD Pontren) dan (Dirjen Pendis) Kementerian Agama RI pada tahun

sebelumnya, pada dasarnya dalam pembuatan perencanaan tersebut,

guru tetap memperhatikan kemampuan santri, kedalaman materi,

metode serta strategi yang akan digunakan kepada santri. Hal ini

menunjukkan bahwa guru telah teliti dalam mempersiapkan

perencanaan pembelajaran terlebih dahulu.

Pada tahap perencanaan ini selaras dengan yang dikatakan

Jumanta Hamdayana: agar program pembelajaran yang dilakukan oleh

guru lebih terarah, seorang guru harus mengetahui kurikulum yang

dikeluarkan pemerintah. Peran penting pembelajaran dapat terlihat

ketika mengamati keadaan yang mungkin terjadi ketika diterapkan

perencanaan pembelajaran oleh seorang guru atau sebaliknya.137

b. pelaksanaan

Berdasarkan penyajian data dari tiga kali observasi diatas ada

beberapa langkah-langkah guru dalam melaksanakan pembelajaran

fikih dengan kitab Fathul Qarib kelas III yaitu:

1) Observasi Ke-1

a) Kegiatan Awal

(1) Guru mengucap salam ketika masuk ke dalam kelas dan

duduk ditempat yang telah disediakan.

(2) Sebelum memulai pembelajaran guru menanyakan

kesiapan santri.
137
Jumanta Hamdayana, Metodologi Pengajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), h. 18.

114
(3) Pertama-tama guru membuka pelajaran dengan membaca

Basmalah dan Hamdalah serta Sholawat kemudian

membacakan Tartibul Fatihah.

Menurut hemat peneliti kegiatan awal ini sudah cukup

baik. Dengan memberi salam dan menanyakan kesiapan

santri, guru sudah bertegur sapa kepada santri-santrinya.

Guru membaca Basmalah dan Hamdalah serta Sholawat

kemudian membacakan Tartibul Fatihah agar memperoleh

berkah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan harapan

dapat tercapai tujuan pembelajaran dan ilmu yang dipelajari

dapat bermanfaat. Walaupun demikian ada beberapa kegiatan

yang sebaiknya dilakukan guru ketika membuka pelajaran

tetapi peneliti tidak menemukan hal itu seperti memberikan

motivasi sebagaimana yang dikatakan oleh Abdul Gafur:

Tahap pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam suatu

pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk

membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta

didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.


138

b) Kegiatan Inti

138
Abdul Gafur, Desain Pembelajaran Konsep, Model Dan Aplikasinya Dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (Yogyakarta: ombak, 2012 ), h. 174-175.

115
(1) Guru menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan

materi yang akan disampaikan kepada santri, dalam hal

ini guru tidak membacakan kitab yang menjadi rujukan

utama yaitu kitab Fathul Qarib tetapi guru

memerintahkan santri untuk menyiapkan buku

pengayaan lainya dan beliau memerintahkan kepada

santrinya untuk mencatat penjelasan yang disampaikan

oleh guru di buku catatan.

(2) Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan intonasi

yang jelas dan suara yang lantang menggunakan bahasa

daerah setempat.

(3) Setelah selesai menjelaskan materi pembelajaran guru

menggunakan metode diskusi dengan membuka tanya

jawab dan mempersilahkan kepada santri untuk bertanya

tentang materi pembelajaran yang tidak dipahami atau

bertanya tentang sebuah permasalahan yang

berhubungan dengan materi pembelajaran.

Menurut hemat peneliti kegiatan inti pada

pelaksanaan pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib

sudah cukup baik. Guru memerintahkan santri untuk

menyiapkan alat belajar kemudian Guru menggunakan

metode ceramah untuk menjelaskan materi yang akan

disampaikan kemudian guru menjelaskan materi

116
pembelajaran dengan intonasi yang jelas dan suara yang

lantang dengan tujuan agar perhatian santri tetap terfokuskan

kepada guru yang sedang menyampaikan materi

pembelajaran. Setelah selesai menjelaskan materi

pembelajaran guru membuka tanya jawab dan

mempersilahkan kepada santri untuk bertanya. Meskipun

demikian metode yang digunakan guru tidak begitu beragam

hanya berupa metode ceramah dan Tanya jawab sehingga

dalam pelaksanaannya peneliti menemukan ada beberapa

santri yang mengobrol dengan temannya dan ada yang sambil

melamun, tetapi hal itu tidak berlangsung lama guru langsung

menegurnya untuk tetap fokus terhadap materi yang sedang

dijelaskan. Walaupun demikian guru telah melakukan

kegiatan inti dengan sistematis dan sistematik. Hal ini selaras

dengan yang diakatakan Abdul Gafur: Tahap inti, kegiatan

inti ini merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.

Dalam tahap inti ini dilakukan secara sistematis dan

sistematik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan

konfirmasi. 139

c) Kegiatan Akhir

139
Abdul Gafur, Desain Pembelajaran Konsep, Model Dan Aplikasinya Dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (Yogyakarta: ombak, 2012 ), h. 174-175.

117
(1) Setelah selesai kurang lebih satu jam pembelajaran. Guru

menutup pembelajaran dengan mengulang kembali

pembelajaran yang sudah dijelaskan melalui tanya jawab.

Guru menutup pembelajaran Fikih dengan kitab Fathul

Qorib. Dengan mengucap ‫وهللا اعلم‬. Dan hamdalah.

Kemudian dilanjutkan dengan mata pelajaran yang kedua

yaitu pembelajaran Bahasa Arab.

Menurut peneliti kegiatan akhir pelaksanaan

pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III sudah

cukup baik. Setelah guru menyampaikan materi, guru

menutup pembelajaran dengan penguatan yaitu melalui tanya

jawab tentang penjelasan materi yang sudah disampaikan.

Hal ini selaras dengan yang dikatakan Abdul Gafur: Tahap

penutup, dalam tahap ini dilakukan untuk mengakhiri

aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk

rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi umpan

balik, dan tindak lanjut.140

2) Observasi Ke-2

a) Kegiatan Awal

(1) Guru mengucap salam ketika masuk ke dalam kelas dan

duduk ditempat yang telah disediakan.

140
Abdul Gafur, Desain Pembelajaran Konsep, Model Dan Aplikasinya Dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (Yogyakarta: ombak, 2012 ), h. 174-175.

118
(2) Sebelum memulai pembelajaran guru menanyakan

kesiapan santri.

(3) Pertama-tama guru membuka pelajaran dengan membaca

Basmalah dan Hamdalah serta Sholawat kemudian

membacakan Tartibul Fatihah.

Menurut hemat peneliti kegiatan awal ini sudah cukup

baik. Dengan memberi salam dan menanyakan kesiapan

santri, guru sudah bertegur sapa kepada santri-santrinya.

Guru membaca Basmalah dan Hamdalah serta Sholawat

kemudian membacakan Tartibul Fatihah agar memperoleh

berkah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan harapan

dapat tercapai tujuan pembelajaran dan ilmu yang dipelajari

dapat bermanfaat. Walaupun demikian ada beberapa kegiatan

yang sebaiknya dilakukan guru ketika membuka pelajaran

tetapi peneliti tidak menemukan hal itu seperti memberikan

motivasi sebagaimana yang dikatakan oleh Abdul Gafur:

Tahap pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam suatu

pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk

membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta

didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.


141

141
Abdul Gafur, Desain Pembelajaran Konsep, Model Dan Aplikasinya Dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (Yogyakarta: ombak, 2012 ), h. 174-175.

119
d) Kegiatan Inti

(1) Guru memerintahkan santri untuk menyiapkan alat

belajar berupa buku catatan dan pulpen dan

memerintahkan untuk mencatat penjelasan yang

disampaikan oleh guru.

(2) Guru menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan

materi pembelajaran dengan intonasi yang jelas dan

suara yang lantang menggunakan bahasa daerah

setempat.

(3) Setelah selesai menjelaskan materi pembelajaran guru

menggunakan metode diskusi dengan membuka tanya

jawab dan mempersilahkan kepada santri untuk bertanya

tentang materi pembelajaran yang tidak dipahami atau

bertanya tentang sebuah permasalahan yang

berhubungan dengan materi pembelajaran.

Menurut hemat peneliti kegiatan inti pada

pelaksanaan pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib

sudah cukup baik. Guru memerintahkan santri untuk

menyiapkan alat belajar kemudian guru menggunakan

metode ceramah untuk menjelaskan materi yang akan

disampaikan kemudian guru menjelaskan materi

pembelajaran dengan intonasi yang jelas dan suara yang

lantang dengan tujuan agar perhatian santri tetap terfokuskan

120
kepada guru yang sedang menyampaikan materi

pembelajaran. Setelah selesai menjelaskan materi

pembelajaran guru membuka tanya jawab dan

mempersilahkan kepada santri untuk bertanya. Meskipun

demikian metode yang digunakan guru tidak begitu beragam

hanya berupa metode ceramah dan Tanya jawab sehingga

dalam pelaksanaannya peneliti menemukan ada beberapa

santri yang mengobrol dengan temannya dan ada yang sambil

melamun, tetapi hal itu tidak berlangsung lama guru langsung

menegurnya untuk tetap fokus terhadap materi yang sedang

dijelaskan. Walaupun demikian guru telah melakukan

kegiatan inti dengan sistematis dan sistematik. Hal ini selaras

dengan yang diakatakan Abdul Gafur: Tahap inti, kegiatan

inti ini merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.

Dalam tahap inti ini dilakukan secara sistematis dan

sistematik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan

konfirmasi. 142

e) Kegiatan Akhir

(1) Setelah selesai kurang lebih satu jam pembelajaran. Guru

menutup pembelajaran dengan mengulang kembali

pembelajaran yang sudah dijelaskan dengan menjelaskan

kembali penjelasan yang sudah disampaikan secara

142
Abdul Gafur, Desain Pembelajaran Konsep, Model Dan Aplikasinya Dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (Yogyakarta: ombak, 2012 ), h. 174-175.

121
singkat. Guru menutup pembelajaran Fikih dengan kitab

Fathul Qorib. Dengan mengucap ‫اعلم‬ ‫وهللا‬. Dan

dilanjutkan dengan mata pelajaran yang kedua yaitu

pembelajaran Bahasa Arab.

Menurut peneliti kegiatan akhir pelaksanaan

pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III sudah

cukup baik. Setelah guru menyampaikan materi, guru

menutup pembelajaran dengan penguatan yaitu mengulang

kembali pembelajaran yang sudah dijelaskan melalui

menjelaskan kembali penjelasan yang sudah disampaikan

secara singkat tentang penjelasan materi yang sudah

disampaikan. Hal ini selaras dengan yang dikatakan Abdul

Gafur: Tahap penutup, dalam tahap ini dilakukan untuk

mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan

dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan

refleksi umpan balik, dan tindak lanjut.143

3) Observasi Ke-3

a) Kegiatan Awal

(1) Guru mengucap salam ketika masuk ke dalam kelas dan

duduk ditempat yang telah disediakan.

(2) Sebelum memulai pembelajaran guru menanyakan

kesiapan santri.

143
Abdul Gafur, Desain Pembelajaran Konsep, Model Dan Aplikasinya Dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (Yogyakarta: ombak, 2012 ), h. 174-175.

122
(3) Pertama-tama guru membuka pelajaran dengan membaca

Basmalah dan Hamdalah serta Sholawat kemudian

membacakan Tartibul Fatihah.

Menurut hemat peneliti kegiatan awal ini sudah cukup

baik. Dengan memberi salam dan menanyakan kesiapan

santri, guru sudah bertegur sapa kepada santri-santrinya.

Guru membaca Basmalah dan Hamdalah serta Sholawat

kemudian membacakan Tartibul Fatihah agar memperoleh

berkah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan harapan

dapat tercapai tujuan pembelajaran dan ilmu yang dipelajari

dapat bermanfaat. Walaupun demikian ada beberapa kegiatan

yang sebaiknya dilakukan guru ketika membuka pelajaran

tetapi peneliti tidak menemukan hal itu seperti memberikan

motivasi sebagaimana yang dikatakan oleh Abdul Gafur:

Tahap pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam suatu

pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk

membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta

didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.


144

b) Kegiatan Inti

(1) Guru memerintahkan santri untuk menyiapkan alat

belajar berupa buku catatan dan pulpen dan

144
Abdul Gafur, Desain Pembelajaran Konsep, Model Dan Aplikasinya Dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (Yogyakarta: ombak, 2012 ), h. 174-175.

123
memerintahkan untuk mencatat penjelasan yang

disampaikan oleh guru.

(2) Guru menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan

materi pembelajaran dengan intonasi yang jelas dan

suara yang lantang menggunakan bahasa daerah

setempat.

(3) Setelah selesai menjelaskan materi pembelajaran guru

menggunakan metode diskusi dengan membuka tanya

jawab dan mempersilahkan kepada santri untuk bertanya

tentang materi pembelajaran yang tidak dipahami atau

bertanya tentang sebuah permasalahan yang

berhubungan dengan materi pembelajaran.

Menurut hemat peneliti kegiatan inti pada

pelaksanaan pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib

sudah cukup baik. Guru memerintahkan santri untuk

menyiapkan alat belajar kemudian guru menggunakan

metode ceramah untuk menjelaskan materi yang akan

disampaikan kemudian guru menjelaskan materi

pembelajaran dengan intonasi yang jelas dan suara yang

lantang dengan tujuan agar perhatian santri tetap terfokuskan

kepada guru yang sedang menyampaikan materi

pembelajaran. Setelah selesai menjelaskan materi

pembelajaran guru membuka tanya jawab dan

124
mempersilahkan kepada santri untuk bertanya. Meskipun

demikian metode yang digunakan guru tidak begitu beragam

hanya berupa metode ceramah dan Tanya jawab sehingga

dalam pelaksanaannya peneliti menemukan ada beberapa

santri yang mengobrol dengan temannya dan ada yang sambil

melamun, tetapi hal itu tidak berlangsung lama guru langsung

menegurnya untuk tetap fokus terhadap materi yang sedang

dijelaskan. Walaupun demikian guru telah melakukan

kegiatan inti dengan sistematis dan sistematik. Hal ini selaras

dengan yang diakatakan Abdul Gafur: Tahap inti, kegiatan

inti ini merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.

Dalam tahap inti ini dilakukan secara sistematis dan

sistematik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan

konfirmasi. 145

c) Kegiatan Akhir

(1) Setelah selesai kurang lebih satu jam pembelajaran. Guru

menutup pembelajaran dengan menarik kesimpulan

tentang penjelasan yang sudah disampaikan secara

singkat. Guru menutup pembelajaran Fikih dengan kitab

Fathul Qorib. Dengan mengucap ‫اعلم‬ ‫وهللا‬. Dan

dilanjutkan dengan mata pelajaran yang kedua yaitu

pembelajaran Bahasa Arab.

145
Abdul Gafur, Desain Pembelajaran Konsep, Model Dan Aplikasinya Dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (Yogyakarta: ombak, 2012 ), h. 174-175.

125
Menurut peneliti kegiatan akhir pelaksanaan

pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III sudah

cukup baik. Setelah guru menyampaikan materi, guru

menutup pembelajaran dengan penguatan yaitu mengulang

kembali pembelajaran yang sudah dijelaskan melalui

menjelaskan kembali penjelasan yang sudah disampaikan

secara singkat tentang penjelasan materi yang sudah

disampaikan. Hal ini selaras dengan yang dikatakan Abdul

Gafur: Tahap penutup, dalam tahap ini dilakukan untuk

mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam

bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi

umpan balik, dan tindak lanjut.146

Jadi berdasarkan penyajian data dari tiga kali observasi diatas,

dapat dianalisis dan diambil kesimpulan, bahwa ketika peneliti

melakukan observasi peneliti tidak menemukan guru membacakan

kitab Fathul Qorib tetapi peneliti hanya menemukan pembelajaran

fikih dengan kitab pengayaan dari kitab utama Fathul Qorib dan

penjelasan materi yang telah diringkas oleh guru. Hal ini selaras

dengan yang telah dikatakan Guru Misbahuddin S.Pd.I ketika peneliti

melakukan wawancara dengan beliau mengenai perencanan

penyampaian materi.

“Pas mulai PDF ni li aku merencanakan cara


pembelajarannya karena ada kisi-kisi ujian yang di keluarkan
146
Abdul Gafur, Desain Pembelajaran Konsep, Model Dan Aplikasinya Dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (Yogyakarta: ombak, 2012 ), h. 174-175.

126
buhan PDF, di kisi-kisi ujian itu pembahasannya lumayan
panjang, jadi aku memikirkan kayapa caranya supaya kawa
tamat kitab plus santrinya kawa paham materi yang diajarkan,
jadi aku membagi dua dalam satu tahun itu, semester pertama
aku membaca kitab diterjemahkan tapi kada terlalu panjang
penjelasannya, pas sudah semester ke dua aku mulai lagi dari
pemulaan tapi aku fokus menjelaskan materinya aja lagi kada
be fokus membacakan kitab lagi”.147

Menurut hemat peneliti, cara beliau membagi pembelajaran

tersebut merupakan strategi pembelajaran yang cukup bagus

dikarenakan selain santri dapat menamatkan kitab Fathul Qorib, santri

juga banyak mendapatkan pemahaman yang jelas tentang materi yang

disampaikan, sehingga ketika dilaksanakan Ujian Akhir Pendidikan

Dinyah Formal Bersandar Nasional (UAPDFBN) santri dapat secara

maksimal menjawab ujian tersebut.

c. Evaluasi

Berdasarkan penyajian data diatas dapat diketahui, evaluasi

dalam pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib ialah evaluasi

harian dan evaluasi akhir semester.

Evaluasi harian yang dilaksanakan dalam kegiatan

pembelajaran Fikih dengan kitab Fathul Qorib dengan 2 macam cara

yaitu:

1) Lisan

147
Guru Misbahuddin S.Pd.I, Guru Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di
Pendidikan Diniyah Formal Whustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim. Wawancara
langsung pada tanggal 19 Februari 2021. Pada pukul 11:15

127
Evaluasi lisan dilakukan oleh guru dengan cara melakukan

tanya jawab kepada santri yang dipilih secara acak, tentang materi

Fikih yang sudah dijelaskan sebelumnya.

2) Tertulis

Tes tertulis dilakukan oleh guru dengan cara menuliskan

atau menyebutkan soal tentang permasalahan Fikih kemudian santri

diperintahkan untuk menjawabnya dengan cara ditulis baik

dikerjakan langsung maupun menjadi pekerjaan rumah (PR) tes

tertulis ini juga digunakan guru untuk ujian pondok yang

dilaksanakan pada akhir semester pertama dan kedua.

Sedangkan evaluasi akhir semester adalah evaluasi yang

dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Diniyah Pondok

Pesantren (PD Pontren) dan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

(Dirjen Pendis) Kementerian Agama RI. Evaluasi ini dinamakan

Ujian Akhir Pendidikan Diniyah Formal Berstandar Nasional

(UAPDFBN) atau Imtihan Wathani.

Jadi menurut hemat peneliti evaluasi yang dilaksanakan pada

pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III sudah cukup

baik. berdasarkan yang dikatakan Ngalinum dalam bukunya Strategi

Pembelajaran pada halaman 86 yaitu: penilaian merupakan suatu

proses melaksanakan penilaian terhadap suatu kegiatan pembelajaran

dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai

128
tingkat pencapaian tujuan oleh siswa.148 Jadi dapat diambil kesimpulan

jika tujuan pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III

adalah: supaya santri bisa meningkatkan pengetahuan hukum syara

(syariat Islam) yang sudah ditetapkan dalam agama Islam dengan

harapan bisa diamalkan di kehidupan sehari-hari sesuai dengan hukum

syariat Islam. Maka proses evaluasi harus mengarah kepada mencapai

tujuan tersebut. Sedangkan fakta yang ada proses evaluasi yang

dilaksanakan hanya menilai segi kognitif saja sedangkan dari segi

afektif dan psikomotoriknya tidak ada.

Evaluasi yang baik seharusnya mencakup ketiga aspek

tersebut, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jika evaluasi hanya

dari segi kognitifnya saja tentu evaluasi itu masih kurang sempurna.

2. Analisis data yang berkenaan tentang faktor-faktor pendukung

pelaksanaan pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III

meliputi faktor guru, faktor santri dan faktor lingkungan pembelajaran.

a. Faktor Guru

1) Profesi

Berdasarkan hasil penyajian data diatas dapat diambil

analisis dan kesimpulan, Guru Misbahuddin S.Pd.I selaku guru

yang mengajar Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III

memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama dan latar

belakang yang sesuai dengan mata pelajaran yang beliau ampu.

148
Ngalinum, Strategi Pembelajaran (Dilengkapi Dengan 65 Model Pembelajaran)
(Yogyakarta: Dua Satria Offset, 2017), h.86.

129
Beliau merupakan lulusan dari Madrasah Diniyah Ulya (MDU)

Darussalim, Madrasah Diniyah Ulya (MDU) Darussalam, Ma’had

aly Darussalam, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-jami

Banjarmasin.

Sebagaimana yang dikatakan Hasbullah: di dalam

Undang-Undang Pokok Pendidikan No.4 tahun 1950 Pasal 15

ditetapkan bahwa: syarat-syarat utama menjadi guru, selain

ijazah, dan syarat-syarat yang mengenai kesehatan jasmani dan

rohani, ialah sifat yang perlu untuk dapat memberikan pendidikan

dan pengajaran, yaitu:

a) Syarat professional (ijazah)

b) Syarat biologis (kesehatan jasmani)

c) Syarat psikologis (kesehatan mental)

d) Syarat pedagogis-didaktis (pendidikan dan pengajaran)149

2) Penguasaan materi pembelajaran

Berdasarkan hasil penyajian data diatas dapat diambil

analisis dan kesimpulan, Guru Misbahuddin S.Pd.I selaku guru

yang mengajar fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III. Beliau

tidak terlalu sulit dalam memahami materi pembelajaran yang ada

didalam kitab Fathul Qorib di karenakan kitab yang beliau

ajarkan sekarang merupakan kitab yang pernah beliau pelajari

ketika beliau sekolah.

149
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008),
h. 20.

130
Hal ini selaras dengan yang dikatatakan Hasbullah: hal

yang termasuk persyaratan pribadi (seorang guru) di antaranya:

a) Berbudi pekerti luhur dan berbadan sehat

b) Memiliki kecerdasan yang cukup

c) Memiliki tempramen yang tenang

d) Kestabilan dan kematangan emosional150

3) Penggunaan metode dan media pembelajaran

Berdasarkan hasil penyajian data diatas dapat diambil

analisis dan kesimpulan, Guru Misbahuddin S.Pd.I selaku guru

yang mengajar fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III. Beliau

sudah cukup baik dalam menggunakan metode. Beliau

menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang akan

beliau ajarkan, sedangkan untuk media beliau juga gunakan

media pembelajaran yang dapat mempermudah dalam

menyampaikan materi pembelajaran seperti menggunakan kitab

pengayaan yang dapat mempermudah memahami kitab wajib.

Sebagaimana yang di katakana Azhar Arsyad: Dalam

proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah

metode dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan,

pemilihan salah satu metode pengajaran tertentu akan

mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai.151

150
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008), h
21
151
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran ( Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2003), h. 15.

131
4) Perencanaan pembelajaran

Berdasarkan hasil penyajian data diatas dapat diambil

analisis dan kesimpulan, Guru Misbahuddin S.Pd.I selaku guru

yang mengajar Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III. Beliau

sepenuhnya siap pada saat melakukan pembelajaran. Karena

adanya perencanaan yang dibuat oleh guru sebelum melaksanakan

pembelajaran, meskipun tidak berupa RPP atau silabus tetapi

hanya mengacu pada kisi-kisi UAPDFBN yang dikeluarkan oleh

PD Pontren dan Dirjen Pendis Kementerian Agama RI pada tahun

sebelumnya, pada dasarnya dalam pembuatan perencanaan

tersebut, guru tetap memperhatikan kemampuan santri,

kedalaman materi, metode serta strategi yang akan digunakan

kepada santri.

Hal ini selaras dengan yang dikatakan oleh Oemar

Hamalik : Guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar

pengajaranya berhasil. Salah satu faktor keberhasilan itu, adalah

guru senantiasa membuat perencanaan mengajar sebelumnya. 152

Tetapi akan lebih baik jika perencanaan yang dibuat oleh guru

berupa RPP sebagaimana yang dikatakan Martinis Yamin: Agar

mencapai tujuan yang optimal, maka dalam pelaksanaan

pembelajaran harus ada perencanaan proses belajar mengajar

152
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 135.

132
yang terangkum dalam RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran).153

b. Faktor Santri

1) Karakterisktik santri

Berdasarkan hasil penyajian data diatas dapat diambil

analisis dan kesimpulan, bahwa karakteristik santri kelas III di

PDFW pada saat pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib

sudah sangat baik, hal ini dapat di ketahui dari 22 santri yang

menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan sikapnya ketika

pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib ada 47,83% atau

11 orang yang menjawab sangat memperhatikan dan 43,48% atau

10 orang yang menjawab memperhatikan sedangkan siswa yang

memilih tidak memperhatikan hanya 8,70% atau 2 orang.

Sehingga menurut hemat peneliti santri yang

memperhatikan lebih banyak dari santri yang tidak

memperhatikan.

Sebagaimana yang dikatakan Hamzah B. Uno: Setiap

siswa memiliki karakteristik yang bermacam-macam.

Karakteristik siswa yang berhubungan dengan aspek-aspek yang

melekat pada diri siswa, seperti motivasi, bakat, minat,

kemampuan awal, gaya belajar, kepribadian dan sebagainya. 154

153
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007),h.
173.
154
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008), h. 158.

133
2) Intelegensi santri

Berdasarkan hasil penyajian data diatas dapat diambil

analisis dan kesimpulan, bahwa keadaan intelegensi santri kelas

III di PDFW pada saat pembelajaran fikih dengan kitab Fathul

Qorib Sudah sangat, baik hal ini dapat di ketahui dari 22 santri

yang menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan penguasaan

santri terhadap materi pembelajaran secara umum, ada 68,18%

atau 15 orang menjawab mudah dan 9,09% atau 2 orang yang

menjawab sangat mudah sedangkan yang menjawab sulit 9,09%

atau 2 orang, biasa saja 9,09% atau 2 orang, sangat sulit 4,55%

atau 1 orang. Sehingga menurut hemat peneliti santri yang

memahami materi pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib

lebih banyak dari santri yang tidak memahami.

Sebagaimana yang dikatakan M. Dalyono: seseorang yang

memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah

belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang

intelegensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam

belajar, lambat berpikir sehingga prestasi belajarpun rendah.

Bakat, juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan

belajar.155

3) Kesehatan santri
155
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta,2009), h. 56.

134
Berdasarkan hasil penyajian data diatas dapat diambil

analisis dan kesimpulan, bahwa keadaan kesehatan santri kelas III

di PDFW pada saat pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib

Cukup baik, hal ini dapat di ketahui dari 22 santri yang

menjawab pertanyaan tentang keadaan kesehatannya, ada 50,00%

atau 11 orang yang menjawab kadang-kadang dan 36,36% atau 8

orang yang menjawab iya, sedangan yang menjawab tidak

13,64% atau 3 orang. Sehingga menurut hemat peneliti santri

yang sakit dan dapat berhadir ketika pembelajaran fikih dengan

kitab Fathul Qorib lebih banyak dari santri yang sakit dan tidak

dapat berhadir. Hal ini sangat berpengaruh dalam keefektifitasan

santri dalam menerima pembelajaran.

Sebagaimana yang dikatakan M. Dalyono: kesehatan

jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit

kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat

mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.156

4) Minat santri

Berdasarkan hasil penyajian data diatas dapat diambil

analisis dan kesimpulan, bahwa minat santri kelas III di PDFW

pada saat pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib sudah

cukup baik hal ini diketahui dari 22 santri yang menjawab

pertanyaan tentang sering tidak hadir, ada 41,67% atau 10 orang


156
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta,2009), h. 55.

135
menjawab beberapa kali dan 33,33% atau 8 orang yang menjawab

tidak pernah, sedangkan yang menjawab sering tidak hadir 4,17

atau 1 orang, sangat sering tidak hadir 8,33% atau 2 orang, dan

yang tidak pernah hadir 8,33% atau 2 orang.

Kemudian minat santri kelas III di PDFW yang

berkenaan dengan seberapa sering terlambat ketika pembelajaran

Fikih dengan kitab Fathul Qorib sudah sangat baik hal ini dapat

diketahui dari 22 santri yang menjawab pertanyaan, ada 59,09%

atau 13 orang yang menjawab tidak pernah dan 36,36% atau 8

orang yang menjawab kadang-kadang sedangkan yang menjawab

sering ada 4,55% atau 1 orang.

Sehingga menurut hemat peneliti, santri yang hadir dan

santri yang tidak suka terlambat ketika pembelajaran fikih dengan

kitab Fathul Qorib lebih banyak dari santri yang tidak hadir dan

suka terlambat.

Sebagaimana yang dikatakan H. Djaali: minat pada

dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri

sendiri dengan sesuatu di luar diri sendiri. Semakin kuat atau

besar hubungan tersebut, semakin besar minatnya.157

5) Motivasi santri

Berdasarkan hasil penyajian data diatas dapat diambil

analisis dan kesimpulan, bahwa motivasi santri III PDFW pada


157
H. Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),.h. 121.

136
saat pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib sudah sangat

baik, hal ini dapat diketahui dari 22 santri yang menjawab

pertanyaan tentang kegemarannya pada saat pembelajaran fikih

dengan kitab Fathul Qorib, ada 45,45% atau 10 orang yang

menjawab sangat senang dan 36,36% atau 8 orang yang

menjawab senang sedangkan yang menjawab biasa saja 13,64%

atau 3 orang dan yang tidak senang 4,55% atau 1 orang.

Kemudian motivasi santri kelas III di PDFW yang

berkenaan dengan semangatnya ketika pembelajaran fikih dengan

kitab Fathul Qorib sudah sangat baik, hal ini dapat diketahui dari

22 santri yang menjawab pertanyaan, ada 45,45% atau 10 orang

yang menjawab sangat senang dan 36,36% atau 8 orang yang

menjawab senang sedangkan yang menjawab biasa saja 13,64%

atau 3 orang dan yang tidak senang 4,55% atau 1 orang.

Sehingga menurut hemat peneliti, santri yang gemar dan

santri yang bersemangat ketika pembelajaran fikih dengan kitab

Fathul Qorib lebih banyak dari santri yang tidak gemar dan tidak

bersemangat.

Sebagaimana yang dikatakan Aunurrahman: Siswa yang

memiliki motivasi belajar akan tampak melalui kesungguhan

untuk terlibat didalam proses belajar, antara lain nampak melalui

keaktifan bertanya, mengemukakan pendapat, menyimpulkan

pelajaran, mencatat, membuat resume, mempraktekkan sesuatu,

137
mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan tuntutan

pembelajaran.158

6) Kebiasaan belajar

Berdasarkan hasil penyajian data diatas dapat diambil

analisis dan kesimpulan, bahwa kebiasaan santri III PDFW pada

saat pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib sudah cukup

baik, hal ini dapat diketahui dari 22 santri yang menjawab

pertanyaan tentang kebiasaannya mengulangi pembelajaran

setelah selesai pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib, ada

63,64% atau 14 orang yang menjawab kadang-kadang dan

18,18% atau 4 orang yang menjawab iya sedangkan yang

menjawab tidak pernah 13,64% atau 3 orang.

Kemudian kebiasaan santri kelas III di PDFW yang

berkenaan dengan sering atau tidaknya berprilaku tidak baik

ketika pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib cukup baik,

hal ini dapat diketahui dari 22 santri yang menjawab pertanyaan,

ada 56,52% atau 13 orang yang menjawab tidak pernah dan

26,09% atau 6 orang yang menjawab kadang-kadang sedangkan

yang menjawab sering 8,70% atau 2 orang dan yang menjawab

tidak tahu ada 8,70% atau 2 orang.

Sehingga menurut hemat peneliti, santri yang memiliki

kebiasaan mengulangi pembelajaran dan santri yang tidak suka

158
Aunurrahman, M.Pd, Belajar Dan Pembelajaran (Bandung: ALVABETA, CV,2009),
h.180.

138
melakukan hal yang tidak baik ketika pembelajaran fikih dengan

kitab Fathul Qorib lebih banyak dari santri yang tidak memiliki

kebiasaan mengulangi pembelajaran dan santri yang suka

melakukan hal yang tidak baik.

Sebagaimana yang dikatakan M. Alisuf Sabri: Kebiasaan

belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam

dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam

aktivitas belajar yang dilakukannya.

3. Faktor Lingkungan Pembelajaran

Berdasarkan penyajian data diatas dapat diketahui keadaan

lingkungan pembelajaran di Pendidikan Diniyah Formal Wustha

(PDFW) Pondok Pesantren Darussalim, memiliki suasana belajar

yang sangat bersih dan nyaman karena terletak di lokasi yang sejuk

dan asri pendukung proses pembelajaran. Selain daripada itu sarana

dan prasarana yang dimiliki Pendidikan Diniyah Formal Wustha

(PDFW) Pondok Pesantren Darussalim sangat memadai seperti kelas-

kelas yang memadai untuk menampung semua santri, meja guru,

meja santri, papan tulis dan lain-lainnya, berfungsi dengan baik dan

masih layak untuk digunakan. Selain mempunyai ruangan yang besar

dan fasilitas yang lengkap juga memiliki dua buah perpustakaan yang

banyak berisi kitab-kitab klasik yang menunjang pembelajaran fikih

dengan kitab Fathul Qorib. Hal ini selaras dengan yang dikatakan M.

Dalyono: Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi

139
tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode pengajarannya,

kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan

fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid

perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, hal ini turut

mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.159

Sehingga menurut hemat peneliti, faktor lingkungan

pembelajaran sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari suasana

lingkungan belajar yang bersih, sejuk dan nyaman yang dapat

menunjang proses kegiatan belajar mengajar ditambah dengan sarana

dan prasarana yang memadai.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran fikih

dengan kitab Fathul Qorib kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha
159
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta,2009), h. 59

140
(PDFW) Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten

Tanah Laut, dengan ini peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam pelaksanaannya Pembelajara fikih dengan kitab Fathul Qorib

kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok

Pesantren Darussalim mengacu pada kisi-kisi UAPDFBN yang

dikeluarkan oleh PD Pontren dan Dirjen Pendis Kementrian Agama RI,

sehingga dalam pelaksanaanya harus mencapai kisi-kisi tersebut.

Pelaksanaan pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di

Pendidikan Diniyah Formal Wustha diajarkan oleh seorang guru yang

bernama Misbahuddin S.Pd.I yang mempunyai latar belakang pendidikan

sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Sebelum pembelajaran

dimulai ada beberapa persiapan yang dilakukan oleh guru yaitu:

merencanakan perumusan tujuan, merencanakan cara menyampaikan

materi, mempelajari materi yang akan disajikan, merencanakan metode

dan media yang digunakan. Pembelajaran dimulai dengan membaca

Basmalah dan Hamdalah serta Sholawat kemudian membacakan Tartibul

Fatihah. Penyampaian materi fikih menggunakan bahasa daerah

setempat, adakalnya guru menjelaskan menggunakan kitab Fathul Qorib,

kitab pengayaan atau materi pembelajaran yang sudah beliau ringkas

sebelumnya. Metode yang digunakan dalam menyampaikan materi

kebanyakan menggunaka metode ceramah dan tanya jawab di mana guru

lebih aktif dalam membaca dan menjelaskan kitab sementara santri

menyimak dan mendengarkan. Pembelajaran ditutup dengan guru

141
memberikan penguatan kembali terhadap materi yang telah dijelaskan.

Alokasi waktu yang digunakan dalam pembelajaran fikih dengan kitab

Fathul Qorib dalam seminggu ada tiga kali pertemuan, di mana dalam

satu kali pertemuan selama 60 menit. Adapun evaluasi yang digunakan

pada pelaksanaan pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III

di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren

Darussalim berupa evaluasi secara lisan atau tertulis yang dilaksanakan

oleh guru dan PD Pontren dan Dirjen Pendis Kementrian Agama RI.

2. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran fikih dengan kitab

Fathul Qorib kelas III di Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW)

Pondok Pesantren Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah

Laut. Yaitu: Faktor guru, dalam hal ini kemampuan guru dalam mehami

dan menyampaikan materi sudah sangat baik hal ini didukung oleh latar

belakang pendidikan dan pengalaman beliau dalam mempelajari kitab

Fathul Qorib. Faktor santri, antusias dan sikap santri ketika dilaksanakan

pembelajaran fikih dengan kitab Fathul Qorib sudah cukup baik di

karenakan kebanyakan dari santri tidak merasa sulit dalam memahami

secara umum kitab Fathul Qorib. Faktor lingkungan pembelajaran,

Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren

Darussalim Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut memiliki

lingkungan yang sangat baik, hal ini didukung keadaan sarana dan

prasarana yang memadai dan lingkungan pembelajaran bersih dan

nyaman yang dapat mendukung proses pembelajaran.

142
B. Saran-Saran

Dari hasil penelitian tersebut, maka peneliti berusaha memberikan

beberapa saran yang mungkin dapat membantu dalam meningkatkan

pelaksanaan pembelajaran Fikih dengan kitab Fathul Qorib kelas III di

143
Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren Darussalim

Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

1. Kepada guru

Meningkatkan kreatifitas, efektifitas dan semangat dalam proses

pembelajaran agar dapat menarik perhatian dan membentuk semangat

belajar santri dalam proses pembelajaran, sebaiknya guru membuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus sebagai pedoman

dalam mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan

maksimal.

2. Kepada santri

Hendaknya santri lebih meningkatkan semangat dalam mengikuti

pembelajaran dan meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning.

Santri juga harus patuh dan disiplin terhadap peraturan

Pendidikan Diniyah Formal Wustha (PDFW) Pondok Pesantren

Darussalim.

144

Anda mungkin juga menyukai