Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH GSDM

Endapan Mineral Karena Proses Metamorphic


"Asbestos Deposits"

Oleh

Fadhilla Aulia 270110160017


Hisyam Azhar Azizi 270110160036
Ramadhan Dwi Saputra 270110160099
Resa Mahecsya Lukman 270110160137
Muhammad Haikal Firzana 270110160159

Universitas Padjajaran
Fakultas Teknik Geologi
Program Studi Teknik Geologi
Jatinangor
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Endapan mineral salah satu kekayaan alam yang berpengaruh dalam
perekonomian nasional. Oleh karena itu upaya untuk mengetahui kuantitas
dan kualitas endapan mineral lebih ditingkatkan seiring dengan tahapan
eksplorasinya.
Endapan mineral merupakan suatu keterdapatan mineral dengan
ukuran dan kadar yang cukup secara teknis (dalam berbagai kondisi) dan
mempunyai nilai ekonomis yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut.
Batuan yang mengandung satu atau lebih mineral logam yang akan memiliki
nilai ekonomis jika ditambang dinamakan ore mineral atau mineral bijih.
Salah satu proses pembentukan deposit mineral adalah proses
metamorfisme, proses ini juga merupakan pembentuk batuan metamorfik.
Deposit mineral yang dibentuk oleh proses metamorfisme dianggap cukup
menarik karena menghasilkan mineral-mineral yang spesifik diantaraanya
berupa mineral industry serta batu mulia yang mempunyai nilai ekonomi
cukup tinggi.
Proses metamorfisme ialah keadaan dimana mineral-mineral yang
telah ada secara menyeluruh berubah menjadi endapan mineral. Media utama
yang menyebabkan perubahan yaitu suhu dan temperature yang tinggi.
Terdapat beberapa endapan mineral yang berhubungan dengan proses
metamorfisme, salah satunya asbestos deposit.

B. Tujuan
1. Mengetahui tentang proses metamorfisme
2. Mengetahui asbestos deposits karena proses metamorfisme
3. Mengetahui macam-macam asbestos deposits
BAB II
ISI

 TINJAUAN UMUM PROSES METAMORFISME


Metamorfisme berasal dari kata Yunani, Meta dan Morpha yang berarti
perubahan bentuk. William Turner dan Gilbert (1954) mengatakan bahwa semua
batuan sedimen dan volkanik (dan beberapa pluton), yang terletak pada kedalaman 3-
20 Km, akan berada dibawah kondisi fisik yang benar-benar berbeda yaitu
temperature antara 100o -600oC dan tekanan beberapa ribu atmosfir. Batuan pada
kondisi ini berada pada kedudukan yang tidak seimbang, karena batuan pada kondisi
ini akan mengatur mineralogy dan strukturnya sesuai dengan temperature dan tekanan
pada kondisi tersebut. Semua perubahan mineral dan struktur yang menyusun batuan
metamorf tetap pada kondisi batuan padat yang asli (Akiho Miyashiro, 1972). Secara
lebih jelas Moorhouse (1959) menyebutkan bahwa proses metamorfosa pada
pokoknya adalah rekristalisasi dari mineral-mineral asli pada suatu batuan, sehingga
disini batuan metamorfosa adalah batuan beku atau sedimen, yang mengalami
perubahan struktur, mineral dan tekstur karena penambahan atau pengaruh
temperature, tekanan, stress, atau kondisi kimia atau kombinasi dari empat macam
proses tersebut. Metamorfosa biasanya dipertimbangkan sebagai perubahan isokimia,
tetapi juga diketahui bahwa kandungan unsur-unsur volatile terpengaruh dan dengan
kenaikan aktivitas metasomatisme ada pergantian dari isokimia ke alokimia yang
mengangkut penambahan unsurunsur atau perpindahan material seperti di dalam
albitisasi, serpentinisasi (dalam metamorfosa=metasomatisme, derajatnya lebih
tinggi) atau pertumbuhan “skarn” pada metamorfosa kontak. Bila metamorfosa
merupakan hasil penyempurnaan (seperti kedudukan kesetimbangan kimiawi
tercapai) sifat-sifat pada hasil pengelompokan mineral tergantung pada dua factor
yaitu : 1. Pengaruh temperature dan tekanan 2. Komposisi kimia dari batuan
metamorf

 ASBESTOS
Asbestos ("asbes") adalah sebuah grup mineral metamorfis berfiber. Nama ini
berasal dari dari penggunaannya di lampu wick, karena tahan api dia telah digunakan
dalam banyak aplikasi, selain itu lebih tahan terhadap zat asam.Asbestos adalah
bentuk serat mineral silika termasuk dalam kelompok serpentine dan amphibole dari
mineral-mineral pembentuk batuan, termasuk: actinolite, amosite (asbes coklat,
cummingtonite, grunnerite), anthophyllite, chrysotile (asbes putih), crocidolite (asbes
biru), tremolite, atau campuran yang sekurang-kurangnya mengandung salah satu dari
mineral-mineral tersebut.

Asbes merupakan istilah pasar untuk bermacam-macam mineral yang dapat


dipisah-pisahkan hingga menjadi serabut yang fleksibel. Berdasarkan komposisi
mineralnya, asbes dapat digolongkan menjadi dua bagian. Golongan serpentin; yaitu
mineral krisotil yang merupakan hidroksida magnesium silikat dengan komposisi
Mg6(OH)6(Si4O11) H2O, Golongan amfibol; yaitu mineral krosidolit, antofilit,
amosit, aktinolit dan tremolit. Walaupun sudah jelas mineral asbes terdiri dari silikat-
silikat kompleks, tetapi dalam menulis komposisi mineral asbes terdapat perbedaan.
Semula dianggap bahwa silikatnya terdiri dari molekul Si11O12. Akan tetapi
berdasarkan hasil penyelidikan sinar-X, sebenarnya silikat-silikat itu terdiri dari
molekul-molekul Si4O11. Yang banyak digunakan dalam industri adalah asbes jenis
krisotil. Perbedaan dalam serat asbes selain karena panjang seratnya berlainan, juga
karena sifatnya yang berbeda. Satu jenis serat asbes pada umumnya dapat
dimanfaatkan untuk beberapa penggunaan yaitu dari serat yang berukuran panjang
hingga yang halus.

Asbes adalah nama umum yang berlaku untuk beberapa jenis mineral silikat
berserat. Secara historis, asbes terkenal karena ketahanan terhadap api dan
kemampuannya untuk ditenun menjadi kain. Karena sifat ini, asbes digunakan untuk
membuat tirai tahan api panggung untuk teater, serta tahan panas pakaian untuk
pekerja logam dan petugas pemadam kebakaran. Aplikasi yang lebih modern dari
asbes memanfaatkan ketahanan kimia dan sifat penguat serat untuk menghasilkan
produk asbes semen yang diperkuat termasuk pipa, lembaran, dan herpes zoster yang
digunakan dalam konstruksi bangunan. Asbes juga digunakan sebagai isolasi untuk
mesin roket di pesawat luar angkasa dan sebagai komponen dalam sel elektrolitik
yang membuat oksigen di kapal selam nuklir terendam.Sebagian besar klorin untuk
pemutih, pembersih, dan desinfektan diproduksi menggunakan produk asbes.

 ENDAPAN ASBESTOS

Endapan asbes terdiri dari 2 jenis yaitu asbes serpentin dan jenis amfibol.
Serpentin adalah magnesium silikat hidrous (Mg6 (OH)6Si2 H20) sering juga disebut
krisotil atau pikrolit. Sedangkan amfibol adalah kalsium. Magnesium, besi, natrium
dan aluminium silikat sering dijumpai dalam bentuk mineral amosit, krosidoli,
tramolit, actinolit dan antopilit.
A. Asbes Serpentin

Asbes dalam bentuk mineral erisotil terdapat dalam serpentin hasil alterasi dari
batuan beku ultra basa perifotit, dunit atau batuan sedim ultra basa biasanya berupa
urat berbentuk lensa yang diselimuti oleh serpentin dan sering dijumpai dalam bentuk
:

a) “cross-fibre” yaitu dengan serta pada dinding urat panjang serat merupakan lebar
dari urat yang ditempati
b) “slip-fibre” yaitu serat asbes berkedudukan sejajar atau menyudut terhadap dinding
urat.
c) “mass-fibre” berbentuk agregasi serat tanpa orientasi biasanya berpola menyebar
(radial).

Panjang serta dari krisotil biasanya berkisar antara 10-12 cm, juga sering
dijumpai sampai 20 cm, tetapi sebagian besar dan umum dijumpai hanya 2 cm saja
dengan kandungan berkisar antara 2-20% dari batuan.

Deposit dalam batugamping magnesium (dolomit) biasanya berbentuk serat-


serat menyilang batugamping dolomit sejajar dengan bidang perlapisan. Krisotil yang
berbentuk uraturat tak menerus dan berorientasi membentuk “en echelon” di dalam
serpentin merupakan tipe asbes yang murni bebas dari kandungan magnetit,
menjadikan jenis ini sangat baik untuk perlengkapan elektrik.

Genesa mineral ini merupakan hasil rangkaian proses serpentinisasi-


autometamorfisme pada batuan ultrabasa, mineral krisotil tidak selalu dapat
terbentuk/ ada pada serpentin. Cooke vide bateman (1981) membagi proses
serpentinisasi menjadi 2 tahap yang umum dengan 40-60% masa batuan
terserpentinisasikan, sedangkan yang kedua adalah alterasi pada sepanjang
retakanretakan yang mengalami serpentinisasi, alterasi ini kemungkinan karena
pengaruh larutan residual yang panas, yang berasal dari suatu intrusi. Pengaruh air
juga dapat mengubah olivine magnesium silikat menjadi serpentin magnesium silikat.

Bagaimana krisotit dapat memiliki komposisi kimia yang sama dengan


serpentin dapat diterangkan dengan beberapa teori antara lain :
a) “fissure filling” pada rekahan yang terbentuk karena ekspansi hidrasi dari larutan
serpentin dari transportasi jarak pendek (cirkel), atau retakan yang dibentuk oleh
“dynamic stress” yang terisi oleh larutan hydrothermal yang berasal dari sumber lain
(Keith and bainvde bateman, 1981)
b) “replacement” dan rekristalisasi serpentin pada dinding rekahan yang besar
(Dresser, Graham vide bateman, 1981)
c) Serpentin terekstraksi dari batuan dan terdeposisi berupa asbes pada retakan yang
terdorong oleh pertumbuhan Kristal sendiri. (Taber, Cooke vide bateman, 1981)

Biasanya dalam pross serpentinisasi terjadi perubahan volume karena


penambahan air, serpentine replacemen olivine dapat tana perubahan volume, tetapi
sangat jarang terjadi.

B. Amfibol

Jenis amfibol yang paling penting adalah mineral krosidolit dan amosit,
keduan mineral ini dapat dijumpai pada batuan “slate”. Sekis dan “banded ironstone”
kedua mineral ini menguasai 3,5% pasaran asbes dunia.

Bentuk mineral asbes yang lain berbentuk mass-fiber dan slip-fiber terutama
anthopolit yang dapat dijumpai pada kantong-kantong peridotit dan piroksenit, serat
biasanya kaku dan panjangnya tidak lebih 1 cm dan dapat mencapai jumlah sampai
90% dalam batuan. Jenis amfibol lain yang dikenal adalah tremolit dan actinolit,
tetapi mineral ini kurang memiliki arti ekonomis.

Menurut Peacock vide bateman (1981) krosidolit merupakan hasil


reorganisasi molekul tanpa adanya transfer material pemilihan pengungkapan pita-
pita “ironstone”. Timbunan yag sangat dalam akan menyebabkan tekanan dan suhu
yang tinggi, hal ini menyebabkan proses metamorfisme membentuk asbes biru (blue
asbestos) tersebut. Hal ini juga sangat mempengaruhi luas penyebaran batuan
metamorf, biasanya tanpa asosiasi dengan intrusi batuan beku. Untuk amosit,
memiliki komposisi kimia yang tidak sama dengan yang berada di sekitar yang
mempengaruhi pemasukan larutan pada “static metamorfisme”.

 KEADAAN GEOLOGI DAN PEMBENTUKAN ASBES

Asbes merupakan mineral yang terdapat di alam. Asbes adalah istilah umum
dari serat mineral yang terdapat di alam dan terdiri dari berberapa jenis seperti
amosit, krosidolit, tremolit, antofilit, amfibol dan krisofil. Endapan asbes di Indonesia
terdapat di beberapa lokasi, dan untuk pengembanganya perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut. Mengingat hal tersebut, diperlukan informasi yang lengkap mengenai
asbes di Indonesia. Kegunaan Asbes antara lain sebagai bahan baku industri, seperti
industri barang dari karet, industri bahan bangunan, industri perlengkapan dan
komponen kendaraan roda empat. Kebutuhan asebes sebagai bahan baku itu semakin
meningkat dan diperlukan pengolahan asbes di Indonesia.

Asbes serpentin terbentuk sebagai Galian ubahan hydrothermal (alterasi) dr


batuan ultra basa yg kaya magnesia (peridotite, dunite). Hanya sedikit yg terjadi krn
pelapukan batugamping magnesia (dolomit). Asbes dpt juga tjd krn perubahan bentuk
dan proses transformasi dr batukarang. Batu ini termasuk olivin yg disebut peridotite,
tersusun dr besi magnesium & silikat yg mengalami temperatur dan tekanan.

A. Kondisi Geologi Pembentukan Asbes

Asbes merupakan salah satu hasil dari transformasi batuan atau mineral
lainnya. Ganesa asbes terbentuk kemungkinan lebih dari satu juta tahun yang lalu
sehingga perlu dibedakan antara proses transformasi dengan kegiatan produksi asbes.

Variasi dari formasi asbes tidak terbentuk secara keseluruhan tetapi bersifat
relatif dan saling mempengaruhi. Hal ini disebabkan antara lain oleh pergerakan
tektonik lokal dan kondisi geologi, keadaan permukaan , rekahan, tekanan, keadaan
temperatur, dan faktor intrusi lainnya. Proses transformasi membedakan dua
kelompok asbes yaitu proses transformasi metamorfik serpentit dan jenis amfibol.
Proses metamorfosa ini memperkaya material dengan SiO2.

B. Mineralogi

Asbes adalah istilah pasar untuk bermacam macam mineral yang dapat
dipisah-pisahkan, sehingga menjadi serabut yang fleksibel. Berdasarkan komposisi
mineralnya asbes dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu :
o Golongan Amfibol yaitu mineral Aktinolit, antofilit, amosit , tremolit, dan krosidolit.
o Golongan serpentinit yaitu minerla krisotil yang merupakan hidroksida dari
magnesium silikat dengan komposisi Mg6(OH)6(Si4O11)H20.

Walaupun sudah jelas mineral asbes terdiri dari silikat kompleks tetapi
sebenarnya silikat itu berasal dari molekul molekul Si4O11.

Beberapa komposisi mineral asbes adalah sebagai berikut :

o Antofilit yaitu amfibol ortorombik dengan komposisi mineral


(MgFe)II7(OH)2(SiO11)2.
o Termolit komposisi mineralnya Ca2Mg5(OH)2(Si4O11)2.
o Amosit adalah antofilit yang kaya akan besi atau feroantofilit dengan komposisi
MgAlFe3(II)Fe(III)(OH)2(Si4O11)2.
o Krosidolit disebut juga blue asbestos karena warna birunya termasuk dalam mineral
Riebeckite yaitu suatu amfibol berbentuk monoklin. Komposisi kimianya
Na2MgFe5(II)(OH)2 (SiO11)2.
 aktinolit yaitu bila oksida datang menggantikan magnesium dari tremolit. Komposisi
mineralnya C2(Mg,Fe)5 (OH) 2 (SiO11)2

 PERTAMBANGAN PADA MINERAL ASBES

A. Proses Pengolahan Asbes.

Asbes digiling dalam mesin giling. Pada instalasi yang biasa, dipakai 3
macam mesin giling. Jaw atau gyratory crusher, cone dan hammer mill. Pada
penggilingan asbes ini harus diusahakan supaya sebanyak mungkin diperoleh serabut
yang panjang karena hargannya akan menjadi tinggi dan pemakaiannya banyak,
hasilnya serabut panjang, pendek serta yang halus akan dipisahkan dengan jalan
menyaring dan jalan penghisapan dengan udara, setelah itu serabut yang panjang
diatas belt diambil dengan tangan sebelum masuk kepada pengolahan selanjutnya.
Dan kegunaan berikutnya akan diolah sebagai bahan baku dari bahan dasar serabut
asbes ini.

Penambangan asbes dapat dilakukan dengan cara tambang terbuka maupun


tambang bawah tanah, adapun tahapannya meliputi:
o pemboran
o peledakan
o pemisahan batuan yang mengandung asbes dengan batuan lainnya
o pengolahan.
1. dilakukan penggilingan untuk memisahkan antara serat dengan gumpalan.
(basah atau kering).
2. Penggilingan secara kering:
o Diremuk dengan jaw crusher/hammer crusher sampai uk 150 mm, kemudian
dilakukan hand sorting
o Diayak dengan vibrating grizzly, lebar spasi 50 mm. Oversize diremuk lagi dengan
setting 50 mm, produknya digabung dgn undersize dan dikeringkan dengan suhu 90-
540 C selama 1-10 mnt.
Asbes dapat diperoleh dengan berbagai metode penambangan bawah tanah,
namun yang paling umum adalah melalui penambangan terbuka (open-pit mining).
Karena sifatnya yang tahan panas, kedap suara dan kedap air, asbes sering
jugadigunakan pada isolating pipa pemanas dan juga untuk panel akustik.

B. Tempat Terdapatnya

Keterdapatan endapan asbes di Indonesia berkaitan dengan daerah sebaran


batuan basa atau ultrabasa, terdapat di beberapa tempat, seperti:

o Kuningan (jawa barat)


o jawa tengah
o Pulau Halmahera
o Sulawesi
o Irian
o Seram (Maluku)
o papua

C. Karakteristik Asbes

1. Mikroskopi Asbes di bawah mikroskop serat Nampak bergelombang lurus


2. Sifat fisik Kekuatan serat asbes tergantung jenisnya, cara penambangan dan
pengolahan. Asbes tahan panas pada suhu 10000C, titik leleh asbes adalah
1180-15000C. Asbes akan kehilangan berat bila air Kristal dankarbondioksida
menguap.
3. Karakteristik Asbes menurut golongannya:
a) Asbes Serpentin, terdapat dalam bentuk lempengan atau dalam urat
dan sarang suatu senyawa berserabut parallel. Terkadang serabutnya kasar atau sangat
halus dan sangat mudah dibelah. Arah serabutnya tegak lurus pada urat-uratnya.
Kilap sutera yang mengkilapseperti logam atau kilap lemak. Sedikit banyak tembus
cahaya. Bewarna hijau, mulai dari yang tua sampai hijau muda. Terasa halus dalam
rabaan. Pemanasan mineral tertutup: terjadi subliman air, tidak dapat meleleh.
Pemanasan di dalam api pipa penghembus: menjadi putih dan keras. Dengan larutan
kobal dan dibarakan: akan menjadi merah.
b) Asbes Amphibole ialah varitas berserabut halus yang termasuk
dalam keluarga mineral horenblende antolifit, gramatit, danaktilonit. Pada asbes
amphibole arah serabutnya sejajar dengan arah urat dimana mineral tersebut.
 PENGGUNAAN ASBES

Penggunaan asbes dalam industri dipengaruhi oleh panjang pendeknya serabut


asbes misalnya :
o Asbes serabut panjang : dipintal untuk benang, tali, kain asbes, untuk tirai
tahan api, baju tahan api, isolasi listrik dan panas, belt conveyor, lapisan rem mobil,
kaos tangan, sumbu, kaos lampu.
o Asbes serabut sedang : bahan campuran dalam semen asbes, membuat pipa-
pipa, lembaran asbes, atap.
o Asbes serabut pendek : bahan tuang tahan api, Macam-macam bahan
campuran lain yang menggunakan asbes sangat halus dan kebanyakan asbes sebagai
bubur.

Serat Asbes cenderung mudah patah, menjadi debu, tersebar di udara serta
lengket pada pakaian maupun tubuh manusia. Serat asbes umumnya berukuran 3
sampai 20 micron, sehingga tidak dapat terlihat secara kasat mata. Tetapi bila
diperbesar melalui mikroskop electron, bentuk dari serat asbes adalah lancip dan
tajam.

 MANFAAT DAN KERUGIAN DARI ASBES

A. Manfaat :
Banyak manfaat dari serabut asbes ini, pemakaian utama dari asbes yang
berkualitas tinggi yaitu yang dapat dipintal dipakai untuk melapisi rem mobil, benang
bahkan kain. Asbes juga bisa dipakai untuk membuat sumbu kaos lampu, sarung
tangan, tirai tahan api, baju tahan api isolasi listrik dan panas, band pengangkut atau
bisa disebut belt convenyor untuk benda-benda panas, bahan pengempak selampit dan
putar pada sambungan pipa-pipa uap. Sedangkan serabut yang panjang dipakai
sebagai bahan campuran dalam semen asbes yang digunakan untuk bahan atap
rumah, bisa juga untuk membuat pipa pendek dan sebagai penahan.

B. Kerugian :
Serat-serat ini menguap di udara dan tidak larut dalam air, jika terhirup oleh
paru-paru akan menetap di sana dan dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit. Asbes dapat membahayakan tubuh kita jika ada bagian asbes yang
rusak, sehingga serat-seratnya bisa lepas, ini sangat berbahaya karena sulit
untuk mendeteksi bagaimanakah yang dikatakan asbes rusak, dan terkadang kita
tidak sadar kalau asbes yang kita gunakan sudah rusak. Kondisi lain yang sangat
beresiko adalah saat asbes yang diperbaiki atau dipotong akan mengeluarkan serpihan
yang berupa serbuk yang sangat berbahaya bagi paru-paru (WHO, 1995)

 BAHAYA ASBES
Serat asbes cenderung mudah patah, menjadi debu, tersebar di udara serta
lengket pada pakaian maupun tubuh manusia. Serat asbes umumnya berukuran 3
sampai 20 micron, sehingga tidak dapat terlihat secara kasat mata. Tetapi bila
diperbesar melalui mikroskop electron, bentuk dari serat asbes adalah lancip dan
tajam.
Debu asbes dapat menempel pada kulit dan menimbulkan gatal-gatal (iritasi).
Ketika digaruk atau digosok, debu tadi dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh
melalui lubang pori-pori untuk kemudian berkembang menjadi kanker kulit. Serat-
serat asbestos dengan diameter kurang dari 3 milimikron yang terinhalasi akan
menembus saluran napas dan tertahan dalam paru-paru. Sifatnya yang tahan lama
yang menyebabkan serat-serat asbes akan tinggal di dalam tubuh manusia selama
bertahun-tahun. Serat asbes dapat mengakibatkan gangguan pneumokoniosis (dari
bahasa Yunani, pneumon berarti paru-paru dan konis berarti debu) pada paru-paru
yang lebih dikenal dengan sebutan asbestosis, yaitu gangguan pada paru-paru karena
penyerapan jangka panjang serat asbes dan sudah cukup dikenal di kalangan praktisi
kesehatan kerja maupun kesehatan lingkungan. Partikel inorganik, yang terinhalasi,
seperti asbes, silika dapat merusak paru-paru melalui pembentukan radikal bebas.

Secara singkat bisa di simpulkan, penyakit karena asbes antara lain adalah:
a. Asbestosis yaitu luka pada paru-paru hingga kesulitan bernafas dan dapat
mengakibatkan kematian.
b. Mesothelioma, sejenis kanker yang menyerang selaput pada perut dan dada, muncul
gejalanya setelah 20-30 tahun sejak pertama kalimenghirup serat asbes.
c. Kanker paru-paru, biasanya asbes putih penyebab utama penyakit kanker paru-
paru
KESIMPULAN
\
Proses metamorfisme ialah keadaan dimana mineral-mineral yang telah ada
secara menyeluruh berubah menjadi endapan mineral. Media utama yang
menyebabkan perubahan yaitu suhu dan temperature yang tinggi. Terdapat beberapa
endapan mineral yang berhubungan dengan proses metamorfisme, salah satunya
asbestos deposit.

Asbestos ("asbes") adalah sebuah grup mineral metamorfis berfiber. Asbestos


adalah bentuk serat mineral silika termasuk dalam kelompok serpentine dan
amphibole dari mineral-mineral pembentuk batuan. Endapan asbes terdiri dari 2 jenis
yaitu asbes serpentin dan jenis amfibol. Serpentin adalah magnesium silikat hidrous
(Mg6 (OH)6Si2 H20) sering juga disebut krisotil atau pikrolit. Sedangkan amfibol
adalah kalsium. Variasi dari formasi asbes tidak terbentuk secara keseluruhan tetapi
bersifat relatif dan saling mempengaruhi. Hal ini disebabkan antara lain oleh
pergerakan tektonik lokal dan kondisi geologi, keadaan permukaan , rekahan,
tekanan, keadaan temperatur, dan faktor intrusi lainnya. Proses transformasi
membedakan dua kelompok asbes yaitu proses transformasi metamorfik serpentit dan
jenis amfibol. Proses metamorfosa ini memperkaya material dengan SiO2.
Keterdapatan asbes yaitu pada daerah persebaran batuan beku basa dan ultra basa, di
Indonesia asbes dapat ditemukan di daerah Kuningan, Halmahera, Irian, Pulau Seram,
dan daerah lainnya

Asbes sangat berguna dalam kegiatan industry yaitu untuk pelapis rem mobil,
atap, bahan tuang tahan api, dll tergantung pada jenis seratnya. Tapi dibalik
banyaknya manfaat asbes, terdapat juga kerugian yang dihasilkan oleh asbes yaitu
serat asbes yang mudah patah dan menjadi debu, debu dari asbes ini akan
menyebabkan iritasi dan gangguan pernafasan
DAFTAR PUSTAKA

M. Ross, R. A. Kuntze, and R. A. Clifton, in B. Levadie, ed., Definition for Asbestos


and Other Health Related Silicates, ASTM STP 834, American Society for Testing
and Materials, Philadelphia, Pa., 1984, p. 139-147.

W. J. Campbell and co-workers, Selected Silicates Minerals and Their Asbestiform


Varieties, IC 8751, U.S. Bureau of Mines, Washington, D.C., 1977, p. 5-17, 33. \

A. A. Hodgson, Scientific Advances in Asbestos, 1967 to 1985, Anjalena Publication,


Crowthorne, UK, 1986, p. 10, 14, 17, 23, 42, 53, 76, 78, 85, 95-99, 107-117.

H. C. W. Skinner, M. Ross, and C. Frondel, Asbestos and Other Fibrous Materials,


Oxford Press, New York, 1988, p. 21-23, 25, 31, 34, 35, 42-66.

Robert L. Virta . Asbestos: Geology, Mineralogy, Mining, and Uses, U.S.


DEPARTMENT OF THE INTERIOR U.S. GEOLOGICAL SURVEY. Open-File
Report 02-149

Anda mungkin juga menyukai