Anda di halaman 1dari 7

TERAPI OKUPASI AKTIVITAS MENGGAMBAR TERHADAP

PERUBAHAN HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA

I Wayan Candra
Ni Kadek Rikayanti
I Ketut Sudiantara
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar
Email: candra6589@yahoo.com

Abstract. The drawing activity occupation therapy with changed hallucinations sign
in schizophrenia patiens. The aims of this research is to know the influence of drawing
activity occupation therapy with changed hallucinations sign in schizophrenia patiens.
Kind of the research is quasy experiment, one group pretest-posttest design.The
sampling teqnique with non probability sampling quota sampling. The sample 30
respondents. After observing research get the most hallucination symptoms in
schizophrenia patients before having drawing activity occupation therapy is in medium
category that is 15 patients (50%), after having drawing activity occupation therapy
the most is in low category that is 21 patiens (70%). The result of wilcoxon sign rank
test get p = 0,000 p< 0,010 that′s mean there is significant influence in drawing
activity occupation therapy with changed hallucinations sign in schizophrenia patients.

Abstrak: Terapi okupasi aktivitas menggambar terhadap perubahan halusinasi


pada pasien skizofrenia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi
okupasi aktivitas menggambar terhadap perubahan halusinasi pada pasien skizofrenia.
Jenis penelitian ini adalah Quasy eksperiment pendekatan One-group Pretest-posttest
Design.Teknik sampling dengan non probability sampling Quota Sampling. Jumlah
sampel 30 orang. Setelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil gejala halusinasi
yang dialami pasien skizofrenia sebelum diberikan terapi okupasi aktivitas
menggambar terbanyak dalam katagori sedang yaitu 15 orang (50%). Setelah diberikan
terapi okupasi aktivitas menggambar terbanyak dalam katagori ringan yaitu 21 orang
(70%). Hasil uji Wilcoxon Sign Rank Test didapatkan p = 0,000 p< 0,010 yang berarti
ada pengaruh yang sangat signifikan pemberian terapi okupasi aktivitas menggambar
terhadap perubahan gejala halusinasi pada pasien skizofrenia.

Kata Kunci : Terapi okupasi aktivitas menggambar, halusinasi, skizofrenia

Gangguan kesehatan jiwa yang terjadi adalah skizofrenia (Maramis, 2008).


di era modernisasi, globalisasi dan Skizofrenia merupakan satu diantaranya
persaingan bebas ini cenderung semakin bentuk psikosis yang sering dijumpai.
meningkat jumlahnya. Peristiwa Diperkirakan lebih dari 90% pasien
kehidupan yang penuh dengan tekanan skizofrenia mengalami halusinasi, yaitu
seperti kehilangan orang yang dicintai, suatu gangguan persepsi pasien yang
putusnya hubungan sosial, pengangguran, mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
masalah dalam pernikahan, krisis tidak terjadi (Maramis, 2008).
ekonomi, tekanan dalam pekerjaan dan Data American Psychological
diskriminasi meningkatkan risiko Association (APA) tahun 2010
terjadinya gangguan jiwa (Suliswati dkk, menyebutkan, satu persen populasi
2005). Jenis dan karakteristik gangguan penduduk dunia (rata-rata 0.85%)
jiwa beragam, satu diantaranya gangguan menderita skizofrenia (Joys, 2011),
jiwa yang sering ditemukan dan dirawat sedangkan Benhard (2010) menjelaskan

1
prevalensi skizofrenia di dunia adalah 1 Penanganan pasien skizofrenia dengan
per 10.000 orang per tahun. Prevalensi masalah halusinasi dapat dilakukan
skizofrenia di Indonesia adalah 0.3 sampai dengan kombinasi psikofarmakologi dan
1 persen, terjadi pada usia 18 sampai 45 intervensi psikososial seperti psikoterapi,
tahun, tetapi ada juga berusia 11 sampai 12 terapi keluarga, dan terapi okupasi yang
tahun. (Prabowo, 2010). Berdasarkan menampakkan hasil yang lebih baik (Tirta
hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas & Putra, 2008). Tindakan keperawatan
2013) prevalensi pasien gangguan jiwa pada pasien dengan halusinasi difokuskan
berat (skizofrenia) Propinsi Bali berada pada aspek fisik, intelektual, emosional
pada urutan ke empat setelah Propinsi DI dan sosio spiritual. Satu diantaranya
Yogyakarta, Aceh dan Sulawesi Selatan penanganan pasien skizofrenia dengan
yaitu 3 orang dari 1000 penduduk halusinasi adalah terapi okupasi aktivitas
mengalami skizofrenia (Depkes RI, 2013). menggambar. Wahyuni (2010) meneliti
Laporan tahunan 2013 Rumah Sakit pengaruh terapi okupasi aktivitas
Jiwa Propinsi Bali menunjukkan rata-rata menggambar terhadap frekuensi halusinasi
jumlah pasien di rawat inap setiap pasien skizofrenia diruang Model Praktek
bulannya sebanyak 445 orang, 90% (400 Keperawatan Profesional (MPKP) Rumah
orang) diantaranya skizofrenia dan dari Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru. Hasil
400 orang tersebut, 144 orang (36%) penelitian menunjukkan p=0,018. Hasil
dengan halusinasi, sebanyak 80 orang penelitian tersebut menemukan adanya
(20%) dengan menarik diri, 56 orang pengaruh terapi okupasi aktivitas
(14%) dengan harga diri rendah dan menggambar terhadap frekuensi halusinasi
sebanyak 40 orang (10%) dengan riwayat pasien skizofrenia.
perilaku kemarahan (Rekam medik RSJP Aktivitas menggambar yang dilakukan
Bali,2013) bertujuan untuk meminimalisasi interaksi
Gejala skizofrenia satu diantaranya pasien dengan dunianya sendiri,
adalah halusinasi. Halusinasi merupakan mengeluarkan pikiran, perasaan, atau
gangguan pencerapan (persepsi) panca emosi yang selama ini mempengaruhi
indera tanpa adanya rangsangan dari luar perilaku yang tidak disadarinya, memberi
yang dapat meliputi semua sistem motivasi dan memberikan kegembiraan,
penginderaan yang terjadi pada saat hiburan, serta mengalihkan perhatian
kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart pasien dari halusinasi yang dialami
& Sundeen, 2007). Respons terhadap sehingga pikiran pasien tidak terfokus
halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, dengan halusinasinya (Susana dan
perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, Hendarsih, 2011). Pasien skizofrenia
perilaku merusak diri, kurang perhatian, dengan halusinasi, memiliki tingkat
tidak mampu mengambil keputusan serta frekuensi halusinasi yang berbeda-beda
tidak dapat membedakan keadaan nyata pada tiap individu pasien, semakin lebih
dan tidak nyata. Pasien skizofrenia awal pasien ditangani dapat mencegah
mengalami halusinasi disebabkan karena pasien mengalami fase yang lebih berat
ketidakmampuan pasien dalam sehingga risiko kekerasan dengan
menghadapi stresor dan kurangnya sendirinya dapat dicegah (Megayanthi,
kemampuan dalam mengenal dan cara 2009).
mengontrol halusinasi sehingga Tujuan penelitian ini adalah untuk
menimbulkan suatu gejala. Seseorang yang mengetahui pengaruh Terapi Okupasi
mengalami halusinasi bicara sendiri, Aktivitas Menggambar Terhadap
senyum sendiri, tertawa sendiri, menarik Perubahan Halusinasi Pada Pasien
diri dari orang lain, tidak dapat Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Propinsi
membedakan yang nyata dan tidak nyata Bali.
(Maramis, 2008).

2
METODE digunakan pada tahap pre test dan post test
Jenis penelitian ini adalah Quasy berupa lembar wawancara dan observasi
experiment dengan rancangan One group untuk mengukur gejala halusinasi pada
Pretest-posttest Design. Populasi dalam pasien skizofrenia berdasarkan instrumen
penelitian ini adalah semua pasien lembar observasi halusinasi yang sudah
skizofrenia dengan masalah keperawatan baku. Instrumen ini terdiri dari isi
halusinasi yang dirawat di ruang Kunti dan halusinasi, frekuensi halusinasi, situasi
Drupadi Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali. pencetus, dan respon pasien. Teknik
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien analisa data yang digunakan dalam
skizofrenia dengan masalah keperawatan penelitian ini adalah uji Wilcoxon Sign
halusinasi yang di rawat di Ruang Kunti Rank Test.
dan Drupadi Rumah Sakit Jiwa Propinsi HASIL DAN PEMBAHASAN
Bali sebanyak 30 orang. Teknik Karakteristik subyek penelitian terdiri
pengambilan sampel dilakukan dengan dari usia, pendidikan dan status
non probability sampling jenis Quota perkawinan. Berikut ini diuraikan secara
Sampling. Langkah-langkah pelaksanaan rinci.
penelitian diawali dengan melakukan Tabel 1.Karakteristik subyek penelitian
pendekatan kepada pasien yang dijadikan berdasarkan umur
responden dengan cara membina
No Umur Usia (tahun)
hubungan saling percaya dengan pasien
1 Minimum 20
skizofrenia yang mengalami halusinasi
yang memenuhi kriteria inklusi. 2 Maksimum 48
Selanjutnya dilakukan pengumpulan data 3 Mean 36
berupa pre test dengan teknik observasi 4 Modus 42
kepada responden berkaitan dengan
halusinasi yang dialami terdiri dari isi Tabel 1 di atas menunjukkan usia
halusinasi, frekuensi halusinasi, situasi termuda responden 20 tahun, usia tertua 48
pencetus, dan respon pasien. Setelah tahun dan usia rata-rata adalah 36 tahun.
melakukan observasi kepada responden Tabel 2.Distribusi frekuensi subyek
berkaitan dengan gejala halusinasi, peneliti penelitian berdasarkan
melakukan terapi okupasi kepada pendidikan
responden penelitian.
Setelah melakukan observasi dan No Pendidikan f %
wawancara kepada responden penelitian 1 Tidak Sekolah 15 50,0
berkaitan dengan gejala halusinasi, peneliti 2 Sekolah Dasar 10 33,0
melakukan terapi okupasi kepada 3 SMP 2 7,0
responden penelitian. Pelaksanaan terapi 4 SMA 2 7,0
okupasi terdiri dari empat tahap yaitu 5 Perguruan Tinggi 1 3,0
tahap persiapan, tahap orientasi, tahap Total 30 100
kerja, dan tahap terminasi. Jenis terapi
okupasi yang diberikan adalah aktivitas Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa
menggambar. Waktu untuk melakukan tiap pendidikan responden yang terbanyak
aktivitas menggambar adalah 45 menit, adalah tidak sekolah 15 orang (50%)
dilakukan sehari 1-2 kali selama 7 hari. Tabel 3.Distribusi frekuensi subyek
Setelah dilaksanakan terapi okupasi penelitian berdasarkan status
aktivitas menggambar selama 7 hari, pada perkawinan
hari ke-8 dilakukan kembali wawancara
No Status perkawinan f %
dan observasi (pos-test) untuk mengukur
1 Kawin 9 30,0
gejala halusinasi pada pasien skizofrenia.
2 Tidak kawin 18 60,0
Instrumen pengumpulan data yang
3 Janda 3 10,0
3
Total 30 100 diterima melalui panca indera, pasien
dengan halusinasi mempersepsikan suatu
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa stimulus dengan panca indera yang
staus perkawinan responden yang sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.
terbanyak adalah tidak kawin 18 orang Halusinasi yang dialami pasien skizofrenia
(60%). disebabkan karena ketidakmampuan
Tabel 4.Distribusi frekuensi gejala responden dalam menghadapi stresor dan
halusinasi pre-test kurangnya kemampuan dalam mengenal
No Gejala halusinasi pre-test f % dan cara mengontrol halusinasi sehingga
1 Berat 13 43,0 responden mempersepsikan sesuatu yang
2 Sedang 15 50,0 sebenarnya tidak terjadi. Responden tidak
mampu membedakan rangsang internal
3 Ringan 2 7,0
dan eksternal, tidak dapat membedakan
Total 30 100
lamunan dan kenyataan, dan tidak mampu
Tabel 4 di atas menunjukkan Gejala
memberi respon secara tepat.
halusinasi yang dialami responden
Maramis (2008) mengemukakan
penelitian sebelum diberikan terapi
bahwa pasien Skizofrenia mengalami
okupasi aktivitas menggambar paling
halusinasi disebabkan ketidakmampuan
banyak dalam kategori sedang yaitu 15
pasien dalam menghadapi stresor dan
orang (50 %). Hasil penelitian ini sesuai
kurangnya kemampuan dalam mengenal
dengan penelitian yang dilakukan oleh
dan cara mengontrol halusinasi. Tanda dan
Wahyuni (2010) yang meneliti tentang
gejala halusinasi yaitu bicara sendiri,
pengaruh terapi okupasi aktivitas
senyum sendiri, tertawa sendiri, menarik
menggambar terhadap frekuensi halusinasi
diri dari orang lain, tidak dapat
pasien skizofrenia di Ruang Model Praktek
membedakan yang nyata dan tidak nyata.
Keperawatan Profesional (MPKP) Rumah
Stuart dan Sundeen (2007)
Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru. Hasil
mengemukakan halusinasi yang dialami
penelitian menemukan bahwa sebelum
oleh pasien bisa berbeda intensitas dan
diberikan terapi okupasi aktivitas
keparahannya tergantung dari fase
menggambar sebagian besar yaitu 17
halusinasi yang dialami. Fase halusinasi
orang (85%) mengalami halusinasi tingkat
terdiri dari empat berdasarkan tingkat
sedang.
ansietas yang dialami dan frekuensi
Hasil penelitian yang didapat
halusinasi pasien, semakin berat fase
menunjukkan sebelum diberikan terapi
halusinasi pasien semakin berat
okupasi aktivitas menggambar gejala
mengalami ansietas dan makin
halusinasi yang dialami pasien skizofrenia
dikendalikan oleh halusinasinya.
sebagian besar berada dalam kategori
Tabel 5.Distribusi frekuensi gejala
sedang. Hal ini disebabkan karena
halusinasi post-test
halusinasi telah menyebabkan pasien
mengalami ketidakmampuan atau
No Gejala halusinasi
kerusakan dalam hubungan sosialnya f %
post-test
sehingga pasien hidup dialamnya sendiri,
1 Berat 0 0,0
berinteraksi dengan pikiran yang
diciptakannya sendiri, perasaan yang 2 Sedang 9 30,0
dibuatnya sendiri, seolah-olah semuanya 3 Ringan 21 70,0
menjadi sesuatu yang nyata sehingga Total 30 100
responden tidak dapat mengalihkan dan
mengontrol halusinasi yang dialaminya. Tabel 5. Distribusi frekuensi gejala
Pasien yang sehat mampu halusinasi yang dialami pasien skizofrenia
mengidentifikasi dan menginterpretasikan setelah diberikan terapi okupasi aktivitas
stimulus berdasarkan informasi yang mengambar paling banyak dalam kategori

4
ringan yaitu 21 orang (70%). Hasil pasien dapat meminimalisasi interaksi
penelitian ini sesuai dengan penelitian pasien dengan dunianya sendiri yaitu
yang dilakukan oleh Wahyuni (2010) yang dengan mengeluarkan pikiran, perasaan,
meneliti pengaruh terapi okupasi aktivitas atau emosi yang selama ini mempengaruhi
menggambar terhadap frekuensi halusinasi perilaku yang tidak disadarinya, memberi
pasien skizofrenia diruang Model Praktek motivasi dan memberikan kegembiraan,
Keperawatan Profesional (MPKP) Rumah hiburan, serta mengalihkan perhatian
Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru. Hasil pasien dari halusinasi yang dialami
penelitian menemukan bahwa setelah sehingga pikiran pasien tidak terfokus
diberikan terapi okupasi aktivitas dengan halusinasinya. Pasien dengan
menggambar sebagian besar yaitu 15 halusinasi dituntun untuk fokus dan
orang (75%) mengalami penurunan berespons pada stimulus yang diberikan
frekuensi halusinasi dengan positif.
Hasil penelitian dari uji hipotesis Terjadinya suatu penurunan gejala
didapatkan z=4,725, p=0,000, p<0,010 halusinasi pada pasien skizofrenia yang
artinya ada pengaruh yang sangat mengalami halusinasi setelah diberikan
signifikan pemberian terapi okupasi terapi okupasi aktivitas menggambar,
aktivitas menggambar terhadap perubahan karena pasien mampu melakukan aktivitas
halusinasi pada pasien skizofrenia di dengan baik pada saat pelaksanaan terapi.
Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali. Hasil Keadaan yang demikian mempengaruhi
penelitian ini sesuai dengan penelitian pasien lain tetap fokus dan menikmati
yang dilakukan oleh Wahyuni (2010) yang aktivitas yang diberikan untuk mengikuti
meneliti pengaruh terapi okupasi aktivitas teman sekelompoknya sehingga halusinasi
menggambar terhadap frekuensi halusinasi dapat dialihkan. Hal ini sesuai dengan
pasien skizofrenia diruang Model Praktek yang dikemukakan oleh Keliat dan
Keperawatan Profesional (MPKP) Rumah Akemat (2005) bahwa satu diantaranya
Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru. Hasil peran kelompok adalah sebagai
penelitiannya adalah p= 0,018 yang pendorong (encourager) yang berfungsi
berarti ada pengaruh terapi okupasi sebagai pemberi pengaruh positif pada
aktivitas menggambar terhadap frekuensi anggota kelompok yang lain.
halusinasi pasien skizofrenia. Hasil Diamati dan dicermati satu persatu dari
penelitian lainnya Febrianto (2009) seluruh responden penelitian ditemukan
meneliti tentang pengaruh terapi ada 2 responden yang gejala halusinasinya
menggambar terhadap skor sistem kategori tetap sebelum dan setelah diberikan terapi
gangguan jiwa pada pasien dengan gejala okupasi aktivitas menggambar. Keadaan
halusinasi di ruang Sakura RSUD ini dapat terjadi karena pasien belum
Banyumas menemukan adanya pengaruh mampu mengalihkan dan mengontrol
terapi menggambar terhadap skor sistem halusinasi yang dialaminya. Disamping itu
kategori gangguan jiwa pada pasien pasien belum mampu mengubah perilaku
dengan gejala halusinasi dengan p=0,014 dan pikiran negatif menjadi pikiran dan
Hasil penelitian yang menunjukkan perilaku positif, perasan yang timbul dari
sebagian besar gejala halusinasi yang cara berpikir negatif akan membuat pasien
dialami responden setelah diberikan terapi berperilaku destruktif sehingga pada saat
okupasi aktivitas menggambar dalam pasien terkena stresor, pasien akan berpikir
kategori ringan, dan 28 responden negatif tentang dirinya. Penilaian negatif
mengalami penurunan gejala halusinasi. pasien tentang dirinya menyebabkan
Terjadinya penurunan gejala halusinasi pasien cenderung memendam masalahnya
setelah diberikan terapi okupasi aktivitas sendiri, dan berusaha mencari solusi
menggambar karena pada saat pelaksanaan dengan caranya sendiri yaitu berperilaku
terapi okupasi aktivitas menggambar menarik diri dan akan mulai memikirkan

5
hal-hal yang menyenangkan bagi dirinya. http://www.skripsistikes.com, (10
Keadaan demikian yang terus menerus Desember 2013).
berlangsung menyebabkan pasien akan Departemen Kesehatan RI, 2013,
mengalami gangguan dalam Pravalensi Gangguan Jiwa Berat,
mempersepsikan stimulus yang dialami. (online), available :
Peneliti berpendapat bahwa terapi http://www.litbang.depkes.go.id ,
(2 Januari 2014).
okupasi aktivitas menggambar
memberikan pengaruh yang bermakna Febrianto, S.S, 2009, Pengaruh Terapi
terhadap gejala halusinasi dan terapi Menggambar Terhadap Skor
okupasi aktivitas menggambar adalah Sistem Kategori Gangguan Jiwa
Pada Pasien Dengan Gejala
suatu hal yang tepat jika diberikan pada Halusinasi Di Ruang Sakura RSUD
pasien skizofrenia yang mengalami Banyumas, Skripsi. Tidak
halusinasi.Pemberian terapi okupasi dipublikasikan.
aktivitas menggambar secara rutin dan ter Joys, 2011, Deskripsi Peruhahan
jadwal dalam kegiatan harian pasien Kemampuan Mengontrol
skizofrenia yang mengalami halusinasi Halusinasi Pada Klien Dengan
membuatnya tidak akan terfokus pada Terapi Individu di Ruang MPKP
halusinasi yang dialami sehingga gejala RSJ Magelang, (online), available,
http://www.skripsistikes.com, (10
halusinasi dapat berkurang dan terkontrol. Desember 2013)
SIMPULAN
Gejala halusinasi yang dialami pasien Keliat, B.A. dan Akemat, 2005,
skizofrenia sebelum diberikan terapi Keperawatan Jiwa: Terapi
Akitivitas Kelompok, Jakarta: EGC.
okupasi aktivitas menggambar terbanyak Maramis,W.F., 2008, Catatan Ilmu
dalam kategori sedang yaitu 15 orang Kedokteran Jiwa, Surabaya:
(50%).Gejala halusinasi yang dialami Airlangga University Press.
pasien skizofrenia setelah diberikan terapi Megayanthi, 2009, Deskripsi Perubahan
okupasi aktivitas menggambar terbanyak Kemampuan Mengontrol
dalam kategori ringan yaitu 21 orang Halusinasi Pada Klien Dengan
(70%). Terapi Individu di Ruang MPKP
Hasil penelitian menunjukkan ada RSJ Magelang, Semarang: Skripsi.
Tidak dipublikasikan.
pengaruh yang sangat signifikan
pemberian terapi okupasi aktivitas Prabowo, 2010, Pengaruh Family
Psychoeducation terhadap Beban
menggambar terhadap perubahan dan Kemampuan Keluarga dalam
halusinasi pada pasien skizofrenia Merawat Klien dengan Halusinasi
di Kabupaten Bantul Yogyakarta,
(z=4,725,p=0,000). Pemberian terapi Jakarta: Tesis. Fakultas Ilmu
okupasi aktivitas menggambar dapat Keperawatan Universitas
menurunkan gejala halusinasi pada pasien Indonesia.
skizofrenia. Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Propinsi
Bali, 2013, Laporan Tahunan
DAFTAR RUJUKAN Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali,
American Psychological Association, Bangli.
2010, Publication manual of the
American Psychological Stuart dan Sundeen, 2007, Principles and
Association, Washington: DC. practice of psychiatric nursing, St
American Psychological Louis Missouri: Mosby year book.
Association.
Suliswati., Tjie Anita Payapo., Sianturi
Benhard, 2010, Hubungan Lama Hari Yeny.,Sumijatun., Maruhawa
Rawat dengan Kemampuan Pasien Jeremia, 2005, Konsep Dasar
Skizofrenia Mengontrol Halusinasi Keperawatan Kesehatan Jiwa,
di Ruang MPKP RSJ Magelang, Jakarta : EGC.
(online), available
6
Susana dan Hendarsih, 2011, Terapi
Modalitas Keperawatan Kesehatan
Jiwa, Jakarta : EGC.
Tirta I Gusti Rai & Putra Risdianto Eka,
2008, Terapi Okupasi Pada Pasien
Skizofreniadi Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali. Makalah
Disampaikan pada Kongres
Nasional Skizofrenia V,
Mataram, Nusa Tenggara
Barat, 24 – 26 Oktober 2008.
Wahyuni, 2010, Pengaruh Terapi Okupasi
Aktivitas Mengambar Terhadap
Frekuensi Halusinasi Pasien
Skizofrenia Diruang Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP)
Rumah Sakit Jiwa Tampan
Pekanbaru, Medan : Skripsi. Tidak
dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai