Anda di halaman 1dari 18

Terjemah Kitab

al-Jawahir al-Sinambiliyah
[Tentang Mahram dalam Madzhab Syafi’i

Karya Ust. Faruq Sinambela

1
-Mahram menurut mazhab Syafi’iy

Bagian ke 1: Mahram Nasab dan Mahram Mua’qqat

Islam memberikan batas-batas dan aturan dalam berbagai aspek


kehidupan manusia. Salah satu yang paling penting di dalamnya
adalah berkaitan dengan interaksi antara lawan jenis, laki-laki dan
perempuan. Islam membuat dua kategori lawan jenis bagi setiap
orang, yaitu mahram dan Ajnaby. Kedua kategori tersebut
menghasilkan batas interaksi yang berbeda, sederhananya mahram
adalah kategori lawan jenis yang memiliki hubungan tertentu dengan
seseorang, sehingga ia tidak boleh dinikahi. Selain itu ada batas-batas
interaksi yang diperbolehkan dengan lawan jenis dalam kategori
mahram, tetapi ia terlarang dengan lawan jenis kategori Ajnaby.

Kriteria dan hukum-hukum yang berkaitan dengan mahram


adalah permasalahan yang dibahas secara mendalam dalam kajian
fiqih. Pada pembahasan ini kita akan menjelaskan tentang batas-
batasan mahram menurut mazhab Syafi’iy.

⚫1. Mahram dari sisi batas berlakunya terbagi kepada dua


pembagian.

2
Pertama adalah mahram ‫( أتبيد‬abadi), maksudnya adalah hubungan
mahram yang tidak akan dibatalkan dengan sebab apapun. Kedua,
mahram ‫( مؤقّت‬terbatas waktu) yaitu ikatan mahram yang bisa saja
batal oleh sebab-sebab tertentu.

⚫2. Mahram berdasarkan sebab-sebabnya terbagi kepada tiga, yaitu


mahram karena sebab nasab atau keturunan, mahram karena sebab
Ridha’ atau persusuan, dan mahram karena sebab Mushaharah atau
rumah tangga.

⚫3. Mahram ‫ أتبيد‬bagi laki-laki karena sebab nasab ada tujuh yaitu:
al-Ummuhat (mencakup ibu, nenek dari pihak ibu maupun ayah dan
seterusnya ke tingkat generasi berikutnya), al-Banat (mencakup anak
perempuan dan cucu perempuan dan seterusnya pada tingkat
generasi di bawahnya), al-akhawat (saudara perempuan baik seayah
seibu maupun salah satunya saja), al-’ammat (bibi atau saudara
perempuan dari ayah kita baik yang seayah seibu maupun salah
satunya saja), al-Khalat (bibi atau saudara perempuan dari ibu kita
baik yang seayah seibu maupun salah satunya saja), Banat al-Akh
(anak perempuan dari saudara laki-laki yang seayah seibu maupun
salah satunya saja), dan Banat al-Ukht (anak perempuan dari
saudara perempuan yang seayah seibu maupun salah satunya saja).

⚫4. Definisi dari al-Ummuhat (‫ )األمهات‬adalah:

3
‫كل من ولدتك أو ولدت من ولدك‬
ّ
Artinya: setiap “orang yang melahirkanmu” atau “melahirkan orang
yang kamu lahir darinya”.

⚫5. Definisi dari al-Banat (‫ )البنات‬adalah


‫كل من ولدهتا أو ولدت من ولدها‬
ّ
Artinya: setiap “orang yang lahir darimu” atau “orang yang lahir
dari orang yang lahir darimu”

⚫6. Definisi dari al-akhawat (‫ )األخوات‬adalah:


‫كل أنثى شاركتك ىف أصليك أو أحدمها‬
ّ
Artinya: setiap perempuan yang membersamaimu dalam dua orang
tuamu atau salah satunya.

⚫7. Definisi dari al’ammat (‫ )العمات‬adalah


‫كل أنثى شاركت أابك ىف أصليه أو ىف أحدمها‬
ّ
Artinya: setiap perempuan yang membersamai ayah mu dalam dua
orang tua mereka atau salah satunya.

⚫8. Definisi dari al-Khalat (‫ )اخلاالت‬adalah:


‫كل أنثى شاركت ّأمك ىف أصليه أو ىف أحدمها‬
ّ

4
Artinya: setiap perempuan yang membersamai ibumu dalam dua
orang tua mereka atau salah satunya.

⚫9. Definisi dari Banat al-Akh (‫ )بنات األخ‬adalah:


‫كل أنثى ألخيك عليها والدة مباشرة أم بواسطة‬
ّ
Artinya: setiap perempuan yang memiliki hubungan wiladah
(peranakan) dari saudara lakimu baik langsung (anak langsung dari
saudara) atau dengan perantara (keturunan dari saudara)

⚫10. Definisi dari Banat al-Ukht (‫ )بنات األخت‬adalah:


‫كل أنثى ألختك عليها والدة مباشرة أم بواسطة‬
ّ
Artinya: setiap perempuan yang memiliki hubungan wiladah
(peranakan) dari saudara perempuanmu baik langsung (anak
langsung dari saudara) atau dengan perantara (keturunan dari
saudara)

⚫11. Mahram Ta’bid bagi perempuan karena sebab nasab juga ada
tujuh yaitu: al-Aba’ (mencakup ayah, kakek dari pihak ibu maupun
ayah dan seterusnya ke tingkat generasi berikutnya), al-Abna’
(mencakup anak laki-laki dan cucu laki-laki dan seterusnya pada
tingkat generasi di bawahnya), al-Ikhwan (saudara laki-laki baik
seayah seibu maupun salah satunya saja), al-A’mam (paman atau
saudara laki-laki dari ayah kita baik yang seayah seibu maupun salah
satunya saja), al-Akhwal (paman atau saudara laki-laki dari ibu kita
baik yang seayah seibu maupun salah satunya saja), Abna’ al-Akh
5
(anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seayah seibu maupun salah
satunya saja), dan Abna’ al-Ukht (anak laki-laki dari saudara
perempuan yang seayah seibu maupun salah satunya saja). Definisi
dari ketujuh istilah tersebut sama seperti penjelasan tentang mahram
nasab bagi laki-laki, hanya saja jenis kelaminnya diganti.

⚫12. Mahram Mua’qqat adalah ikatan mahram temporal, jadi


ikatan mahram tersebut hanya mengharamkan pernikahan saja
tetapi tidak membolehkan interaksi seperti melihat aurat atau
bersentuhan sebagaimana mahram ‫أتبيد‬

⚫13. Mahram Mua’qqat bagi laki-laki adalah:

a. dilarang memiliki ikatan pernikahan secara berbarengan


dengan seorang perempuan dan saudaranya (saudara ini berlaku
baik seayah & seibu maupun salah satunya, atau saudara
sepersusuan).

b. dilarang memiliki ikatan pernikahan secara berbarengan


dengan seorang perempuan dan al’ammat-nya (bibi: saudara
perempuan dari ayah baik seayah & seibu maupun salah satunya,
atau sepersusuan).

c. Dilarang memilki ikatan pernikahan secara berbarengan dengan


seorang perempuan dan al-Khalat-nya (bibi: saudara perempuan dari
6
ibunya baik saudara seayah seibu maupun salah satunya atau
sepersusuan).

d. Dilarang memiliki ikatan pernikahan secara berbarengan


dengan seorang perempuan dan Banat al-Akh-nya (anak perempuan
dari saudara laki-laki yang seayah seibu maupun salah satunya saja,
atau sepersusuan)

e. Dilarang memiliki ikatan pernikahan secara berbarengan


dengan seorang perempuan dan Banat al-Ukht (anak perempuan dari
saudara perempuan yang seayah seibu maupun salah satunya saja,
atau sepersusuan).

Sederhananya Mahram Mua’qqat bagi laki-laki adalah kerabat


perempuan dari istrinya yang disebutkan di atas yang tidak dapat
dinikahi selama kita ia masih terikat pernikahan dengan istri nya,
seandainya ikatan pernikahan itu putus dengan sebab kematian istri
atau perceraiann maka Mahram Mua’qqat tersebut menjadi orang
Ajnaby seperti biasa.

⚫14. Mahram Mua’qqat bagi perempuan adalah:

a. Saudara dari suaminya (baik seayah & seibu maupun salah


satunya, atau saudara sepersusuan).

7
b. ‘Amm dari suaminya (paman: saudara laki-laki dari ayah
suaminya baik seayah & seibu maupun salah satunya, atau
sepersusuan).

c. Khal dari suaminya (paman: saudara laki-laki dari ibu suaminya


baik saudara seayah seibu maupun salah satunya atau sepersusuan)

d. Ibn al-Akh dari suaminya (anak laki-laki dari saudara laki-laki


suaminya yang seayah seibu maupun salah satunya saja, atau
sepersusuan)

e. Ibn al-Ukht dari suaminya (anak laki-laki dari saudara


perempuan suaminya yang seayah seibu maupun salah satunya saja,
atau sepersusuan).

Berkaitan dengan Mahram Mua’qqat bagi perempuan tidak perlu


disebutkan tentang larangan memilki iktana pernikahansecara
berbarengan, mengingat seorang perempuan memang tidak dapat
memiliki ikatan pernikahan dengan lebih dari satu orang dalam satu
waktu pada keadaan apapun.yait

8
Bagian ke 2: mahram dengan sebab persusuan

penyebab munculnya ikatan mahram selain disebabkan karena


nasab adalah persusuan, atau dalam bahasa fiqih diistilahkan dengan
‫( رضاع‬rodho’), pembahasan berkaitan dengan mahram persusuan
lebih rumit daripada mahram nasab. Berikut beberapa rangkuman
penting berkaitan mahram persusuan menurut mazhab Syafi’iy:

1. Ada tiga pihak yang terlibat dalam mazhab persusuan, tiga


pihak tersebut adalah
⚫a. ‫( املرضع‬al-Murdhi') yaitu ibu yang menyusui,
⚫b. ‫( الرضيع‬al-Radhi’) yaitu anak yang menyusu.
⚫c. dan ‫( صاحب اللنب‬Shahib al-Labn) yaitu suami dari ibu yang
menyusui, dimana air susu dari si ibu keluar dari hasil hubungan
intim dari suami tersebut, oleh karena itu suaminya disebut dengan
“pemilik air susu” karena memang sejatinya air susu tersebut keluar
melalui hubungan badan dengan dirinya sebelumnya.

Terjadinya Radha’ atau persusuan memberikan pengaruh ikatan


mahram kepada tiga pihak tersebut.

2. Dari pihak al-Murdhi' (ibu susu) yang menjadi mahram bagi


anak susu-nya terbagi kepada tiga, yaitu

9
⚫a. ‫ أصل‬mencakup ibu dari ibu susu-nya dan ke atas seterusnya.
⚫b. ‫ فروع‬mencakup anak keturunan dari ibu susu-nya.
⚫c. ‫ حواشى‬mencakup saudara dari ibu susu-nya dan bibi dari ibu
susunya.

3. Dari pihak al-Radhi’ (anak susu) yang menjadi mahram bagi


orangtua susu-nya hanya satu yaitu ‫فروع‬, artinya yang menjadi
mahram bagi orangtua susu-nya hanyalah anak keturunan dari anak
susu.

4. Dari pihak Shahib al-Labn (ayah susu atau suami ibu susu)yang
menjadi mahram sama seperti ketentuan yang berlaku pada pihak al-
Murdhi'.

5. Istri dari anak susu tidak halal bagi ayah susu, begitu juga suami
dari anak susu tidak halal bagi ibu susu.

6. Saudara sepersusuan atau saudara Radha’ diketahui dengan


sembilan keadaan, yaitu:

⚫a. Anak susuan dari ayah dan ibu nasab-mu, yaitu: Seseorang yang
menyusu pada ibumu dan Shahib al-Labn-nya adalah ayahmu juga,
maka orang tersebut tergolong sebagai saudara sepersusuan yang
Syaqiqah (kuat)
10
⚫b. Anak nasab dari ibu dan ayah susu-mu, yaitu: Seseorang dimana
kamu menyusu dari ibunya dan Shahib al-Labn-nya juga ayahnya.
Maka kamu baginya adalah saudara sepersusuan yang Syaqiqah.

⚫c. Anak susuan dari ayah dan ibu susu-mu, yaitu: Seseorang
dimana kamu dengan dirinya menyusu pada ibu susu yang sama dan
Shahib al-Labn-nya juga laki-laki yang sama yaitu suami dari ibu
susu tersebut. Maka kalian berdua adalah saudara sepersusuan.

⚫d. Anak susuan dari ayah nasab-mu, yaitu: Seseorang yang


menyusu pada istri ayahmu yang bukan ibu mu, dalam hal ini ayah
mu menjadi Shahib al-Labn. Maka orang tersebut menjadi saudara
sepersusuan yang se-ayah saja.

⚫e. Anak nasab dari ayah susu-mu, yaitu: Seseorang dimana kamu
menyusu dari istri ayahnya yang bukan ibunya. Dalam kasus ini
ayahnya menjadi Shahib al-Labn bagimu, tetapi ibu susu-mu bukan
ibunya. Maka kamu adalah saudara sepersusuan baginya yang se-
ayah saja.

⚫f. Anak susuan dari ayah susu-mu, saudara semacam ini terjadi
karena dua kasus, yaitu: Pertama, seseorang dimana kamu dan
dirinya menyusu pada dua orang ibu susu yang berbeda sekaligus,
tetapi Shahib al-Labn-nya adalah laki-laki yang sama. Salah satu ibu
11
susu menyusui kalian berdua dengan dua hisapan, satunya lagi
menyusui kalian berdua dengan tiga hisapan. Kedua, seseorang
dimana kamu dan dirinya menyusu pada masing-masing dua ibu susu
yang berbeda, tetapi Shahib al-Labn-nya adalah laki-laki yang sama.

⚫g. Anak susuan dari ibu nasab-mu, yaitu: seseorang yang menyusu
dari ibu mu tetapi Shahib al-Labn-nya bukan ayahmu, maka I adalah
saudara sepersusuan yang seibu saja.

⚫h. Anak nasab dari ibu susu-mu, yaitu: seseorang dimana kamu
menyusu dari ibunya tetapi Shahib al-Labn-nya bukan ayahnya.
Maka kamu adalah saudara sepersusan yang seibu baginya.

⚫i. Anak susuan dari ibu susu-mu, saudara semacam ini terjadi
karena dua kasus, yaitu: pertama: seseorang dimana kamu dan dia
menyusu pada satu orang perempuan dimana Shahib al-Labn-nya
adalah laki-laki yang sama, kemudian ibu- susu tersebut
menyempurnakan susuan bagi kalian berdua dengan susu dari
Shahib al-Labn yang berbeda. Kedua: seseorang dimana kamu dan
dia menyusu pada perempuan yang sama, tetapi Shahib al-Labn-nya
adalah dua orang laki-laki yang berbeda.

7. Dengan demikian saudara sepersusuan terbagi menjadi tiga,


yaitu:

12
⚫a. Saudara perempuan sepersusuan yang Syaqiqah: yaitu
perempuan yang menyusu pada ibumu dan Shahib al-Labn-nya
adalah ayahmu juga. Atau kamu menyusu pada ibunya dan Shahib
al-Labn-nya juga ayahnya.
⚫b. Saudara perempuan sepersusan yang seayah saja: yaitu
perempuan yang menyusu pada perempuan yang bukan ibumu, tetapi
Shahib al-Labn-nya adalah ayahmu. Atau kamu menyusu bukan
pada ibunya, tetapi Shahib al-Labn-nya adalah ayahnya.

⚫c. Saudara perempuan sepersusan yang seibu saja: yaitu


perempuan yang menyusu dari ibumu, tetapi Shahib al-Labn-nya
bukan ayahmu.

8. Untuk perempuan maka dapat disesuaikan pula dengan


ketentuan mahram sepersusuan di atas.

13
Bagian ke 3: Mahram Mushaharah

Penyebab ketiga dari munculnya mahram adalah akad


pernikahan antara suami dan istri sehingga membuat masing-masing
keduanya dan kerabat keduanya terjalin ikatan mahram dengan
ketentuan sebagai berikut:

1. Mahram Mushaharah bagi laki ada empat, yaitu


➡a. Ibu dari istri, ikatan mahram ini muncul semata-mata setelah
terjadinya akad nikah.
➡b. Anak perempuan dari istri, ikatan ini muncul dengan syarat jika
telah melakukan hubungan intim dengan istri.
➡c. Istri dari ayah, ikatan ini muncul semata-mata setelah terjadinya
akad nikah.
➡d. Istri dari anak laki-laki, ikatan ini muncul semata-mata setelah
terjadinya akad nikah.

2. Anak perempuan dari hasil zina menurut pendapat mu’tamad


dalam mazhab Syafi’iy bukan merupakan mahram bagi ayah
biologisnya, artinya boleh dinikahi, ini salah satunya dipegang oleh
imam Nawawi. Namun ada silang pendapat di kalangan para ulama
terkait masalah ini.
14
3. Empat golongan mahram Mushaharah bagi laki-laki di atas
berlaku baik dari jalur nasab maupun jalur Radha’. Maksudnya ibu
dari istri itu menjadi mahram, hal ini berlaku bagi ibu nasabnya
maupun ibu radha’nya. Begitu pula dengan anak perempuan istri,
baik anak nasabnya maupun anak radha’nya. Istri dari ayah juga
menjadi mahram baik ayah nasab kita maupun ayah radha’ kita. Istri
dari anak juga menjadi mahram, baik anak nasab kita maupun anak
radha’.

4. Mahram Mushaharah bagi perempuan juga ada empat, yaitu


➡a. Ayah dari suami, ikatan mahram ini muncul semata-mata
setelah terjadinya akad nikah.
➡b. Anak laki-laki dari suami, ikatan ini muncul dengan syarat jika
telah melakukan hubungan intim dengan istri.
➡c. Suami dari ibu, ikatan ini muncul semata-mata setelah
terjadinya akad nikah.
➡d. Suami dari anak perempuan, ikatan ini muncul semata-mata
setelah terjadinya akad nikah.

Sebagaimana ketentuan pada mahram bagi laki-laki, mahram


Mushaharah bagi perempuan juga berlaku pada nasab dan radha’
juga. Maksudnya ayah dari suami adalah mahram, baik ayah nasab
dari suami maupun ayah radha’nya, begitu juga seterusnya.

15
5. Ada dua istilah yang berbeda dalam permasalahan mahram
yaitu ‫( املُح َّرمة‬al-Muharramat) dan ‫( امل ْحرم‬al-Mahram). Istilah al-
Muharramat lebih umum dari al-Mahram. Jadi setiap al-Mahram
pasti juga al-Muharramat, namun setiap al-Muharramat belum tentu
merupakan al-Mahram.

6. al-Mahram artinya adalah seseorang yang haram dinikahi dan


sekaligus boleh saling melihat ,bersentuhan dan bepergian bersama
seperti ibu, saudara, anak dan lain-lain, sedangkan al-Muharramat
adalah orang yang haram dinikahi saja, tetapi tetap tidak boleh untuk
saling melihat, bersentuhan dan berpergian bersama. Contohnya
seperti saudara perempuan dari istri.

7. Diantara yang tidak termasuk al-Muharramat bagi laki-laki


adalah:
⚫anak perempuan dari istri anak laki-lakinya (anak tiri dari anak
laki-lakinya),
⚫ibu dari istri anaknya (besan),
⚫anak dari istri bapaknya (anak tiri bapaknya atau dengan kata lain
saudara tirinya),
⚫ibu dari istri bapaknya (mertua ayahnya),
⚫ ibu dari anak susuan-nya,
⚫ saudara perempuan dari anak susuan-nya,
⚫ bibi dari anak susuan,
16
⚫ istri dari ayah susuan,
⚫anak dari paman dan bibi (sepupu),
⚫ istri dari paman.

Dengan demikian semua golongan di atas tidak dapat saling


melihat aurat, bersentuhan dan bepergian, bahkan boleh untuk
dinikahi.

8. Diantara yang tidak termasuk al-Muharramat bagi perempuan


adalah:
⚫anak dari suami anak perempuan-nya (anak tiri dari anak
perempuan-nya),
⚫ayah dari suami anak perempuan-nya (besan),
⚫anak dari suami ibunya (saudara tirinya),
⚫ayah dari suami ibunya (ayah mertua ibunya),
⚫ayah dari anak susuan-nya,
⚫saudara dari anak susuan-nya,
⚫paman dari anak susuan-nya,
⚫anak dari paman dan bibi (sepupu),
⚫suami dari paman.
Dengan demikian semua golongan di atas tidak dapat saling
melihat aurat, bersentuhan dan bepergian, bahkan boleh untuk
dinikahi.
17
Mohon koreksi jika ada kekeliruan.
✏Disarikan dari kitab ‫( اجلواهر السينامبيلة‬al-Jawahir al-Sinambela)
karya Ust. Faruq Sinambela dan diterjemahkan oleh Ust. Rudy
Fachruddin.

18

Anda mungkin juga menyukai