Stambuk : 15120190138
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2020
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
Tujuan kode etik adalah agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada
pemakai atau yang membutuhkan. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
profesional. Kode etik dibuat untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok yang
berguna untuk kepercayaan masyarakat akan suatu profesi. Kode etik berfungsi sebagai
pemandu sikap dan perilaku, manakala menjadi fungsi dari nurani.
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, sebab dihasilkan berkat
penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah kode etik
ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi
sebaliknya selalu didampingi refleksi etis. Supaya kode etik dapat berfungsi dengan
semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri.
Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau
instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam
kalangan profesi itu sendiri.
Berdasarkan UU RI No. 36 tahun 2009 pasal 24 ayat 2, ketentuan mengenai kode etik
diatur oleh organisasi profesi. Kode etik dibuat oleh organisasi profesi dan digunakan
sebagai pedoman seseorang dalam menjalankan profesinya, maka segala bentuk
pelanggaran kode etik yang terjadi merupakan tanggung jawab dan peran organisasi profesi
dalam menjatuhkan sanksi-sanksinya, misalnya sampai dengan dikeluarkan dari organisasi.
Jika pada pelanggaran undang-undang pemerintah aktif dalam menetapkan sanksi
hukumnya, maka pada pelanggaran kode etik pemerintah akan pasif dan hanya turun
tangan apabila sudah sangat diperlukan.
Apoteker memiliki kode etik profesi yang terbaru, yaitu nomor 006/2009 yang
disahkan pada tanggal 8 Desember 2009 yang merupakan hasil keputusan Kongres Nasional
XVIII ISFI tahun 2009. Kode etik apoteker dibagi menjadi tiga bagian yaitu kewajiban
apoteker terhadap masyarakat, rekan sejawat, dan rekan profesi kesehatan yang lain.
Berikut ini merupakan pedoman implementasi kode etik dalam pekerjaan kefarmasian :
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1 Sumpah Apoteker yang diucapkan Apoteker
untuk bisa diamalkan pengabdiannya, harus
Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, dihayati dengan baik dan dijadikan landasan
menghayati dan mengamalkan Sumpah / moral dalam setiap tindakan dan perilakunya.
Janji Apoteker.
Dalam sumpah Apoteker ada beberapa poin
yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Melaksanakan asuhan kefarmasian.
2. Merahasiakan kondisi pasien, resep, dan
patient medication record (PMR).
3. Melaksanakan praktik profesi sesuai
landasan praktik profesi yaitu ilmu hukum
dan etik.
Pasal 2 Kesungguhan dalam menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia
Seorang Apoteker harus berusaha dengan dinilai dari:
sungguh-sungguh menghayati dan a. Ada tidaknya laporan masyarakat.
mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia. b. Ada tidaknya laporan dari sejawat
Apoteker atau sejawat tenaga kesehatan
lain.
c. Tidak ada laporan dari Dinas Kesehatan.
BAB IV
PENUTUP
Pasal 15
BAB I
PENDAHULUAN
Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan Peraturan per-UndangUndang
an yang berlaku adalah:
1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan Surat Tanda Registrasi
Apoteker, atau Surat Izin Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker;
dan/atau
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker.
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik yang
dimaksud dapat berupa :
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik
sementara selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap
atau selamanya.