OLEH :
YUSNIDAR
NPM : 1610210023
i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini yang berjudul “Budaya Madeung Ibu Post
Partum di Gampong Tumpok Ladang Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat”
benar-benar merupakan hasil karya pribadi dan seluruh sumber yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan benar. Apabila dikemudian hari diketahui bahwa tesis ini
merupakan hasil dibuat oleh pihak-pihak lain, maka saya bersedia menerima sanksi
akademis yang ditetapkan oleh Magister Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Aceh (FKM-UNMUHA), termasuk pembatalan hasil sidang tesis atau
pembatalan hak atas gelar magister saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan
seperlunya dan tanpa ada paksaan.
Yusnidar
NPM: 1610210023
ii
ABSTRAK
NAMA : YUSNIDAR
NPM : 1610210023
Di Aceh masih banyak para ibu melakukan perawatan nifas berdasarkan budaya
dan adat istiadat khususnya pada masyarakat Tumpok Ladang Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat. Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang
mempengaruhi status kesehatan dari perawatan nifas yang dilakukan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam budaya madeung ibu post
partum.
Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
deskriptif dilakukan dengan wawancara mendalam pada 2 orang informan utama yaitu
ibu nifas dan informan sekunder sebanyak 10 orang yaitu keluarga terdekat, bidan
desa, Ma’bllien, kader posyandu, ibu PKK, Geuchik dan Tgk Imum. Transkripsi dianalisis
dengan menggunakan content analisis.
Penelitian ini menemukan pengalaman dalam menjalani madeung dimula dari
mandi setelah melahirkan, melakukan urut/kusuk badan, menggunakan ramuan untuk
bagian luar dan ramuan untuk minum, melakukan meutangeh (pengasapan), mandi
pada hari kesepuluh. Keinginan madeung adalah keinginan sendiri dan juga adanya
dukungan dari orangtua.
Budaya madeung pada masyarakat Tumpok Ladang hampir sama dengan
daerah Aceh lainnnya seperti mandi setelah melahirkan, menggunakan ramuan.
Namun pada masyarakat Tumpok Ladang melakukan Meutangeh sedangkan daerah
lain di Aceh melakukan Sale, pada masyarakat Tumpok Ladang selama madeung tidak
melakukan pantangan makanan dan masih tetap memberikan ASI pada bayi. Hasil dari
FGD disimpulkan bahwa budaya madeung sudah ada zaman dulu karena yang
diwariskan secara turun temurun yang berguna untuk kesehatan ibu melahirkan.
Sepengetahuan semua narasumber madeung sudah ada sejak dulu dan sampai
sekarang masih di terapkan di tengah masyarakat
Bagi Stakeholder Kabupaten Aceh Barat, dapat mengadakan pelatihan pijat
nifas yang benar kepada dukun kampung di Kecamatan kaway XVI agar pijat yang
dilakukan oleh dukun kampung tidak membahayakan bagi ibu nifas dan dapat
melakukan pengujian terhadap herbal yang digunakan sebagai ramuan.
iii
ABSTRACT
Name : Yusnidar
Student ID : 1610210023
In Aceh there are still many mothers doing postnatal care based on culture
and customs, especially in the Tumpok Ladang community in Kaway XVI District, West
Aceh Regency. Culture or habit is one that affects the health status of postpartum care
performed. The purpose of this study was to explore deeply the culture of Madeung's
mother post partum.
This research is a qualitative study with descriptive phenomenology approach
conducted by in-depth interviews with 2 main informants, namely postpartum mothers
and secondary informants as many as 10 people from the nearest family, village
midwife, Ma'bllien, Posyandu cadre, PKK mother, Geuchik and Tgk Imum. Transcription
is analyzed using content analysis.
This study found experience in undergoing Madeung from bathing after giving
birth, doing body massage, using potions for the outside and potions for drinking, doing
meutangeh (fumigation), bathing on the tenth day. Madeung is selfish and also has
support from parents. The culture of Madeung in the Tumpok Ladang community is
similar to other Aceh regions such as bathing after giving birth, using potions. However,
the people of Tumpok Ladang conduct Meutange, while other areas in Aceh carry out
Sale, in the Tumpok Ladang community as long as Madeung does not carry out dietary
restrictions and still provides breast milk to babies. The results of the Focus Group
Discusion concluded that Madeung's culture that Madeung had existed in ancient times
because it was inherited from generation to generation which was useful for the health
of the mother of childbirth. To the knowledge of all madeung sources, they have been
around for a long time and are still being applied in the community
For the West Aceh District Stakeholders, they can hold a correct puerperal
massage training for the dukun in the Kaway XVI Sub-District so that the massage done
by the dukun kampung is not harmful to the postpartum mother and can test the herbs
used as ingredients.
iv
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Oleh
Yusnidar
NPM: 1610210023
Diketahui oleh:
Ketua Faculty Research Committee
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Disahkan oleh:
Direktur Pascasarjana UNMUHA
v
PENGESAHAN KOMITE SIDANG TESIS
Oleh
Yusnidar
NPM: 1610210023
Mengetahui :
vi
BIODATA
Nama : Yusnidar
Tempat dan Tanggal Lahir : Ateuk Cut, 24 Januari 1972
Alamat : Jalan Beringin Maju, Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat
Pendidikan yang ditempuh : S- 2 Kesehatan Masyarakat
Pekerjaan : Dosen Prodi Keperawatan Meulaboh
Publikasi : Budaya Madeung ibu Post Partum di Gampong Tumpok ladang Kecamatan
Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan
berkat rahmat, Inayah dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
yang berjudul Budaya Madeung Ibu Post Partum Di Gampong Tumpok Ladang
Kecamatan Kaway Xvi Kabupaten Aceh Barat, tidak lupa pula shalawat serta salam
kepada Nabi Besar Muhammad SAW dan seluruh sahabat beliau yang telah merubah
dan memperbaiki akhlak umat manusia dipermukaan bumi ini. Ucapan terima kasih
kepada pembimbing pertama Bapak Fahmi Ichwansyah, S.Kp., MPH., Ph.D dan
pembimbing Kedua Ibu Dr. Harbiyah, G. M.Pd yang telah membimbing penulis selama
ini.
Dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. H. Muharrir Asy’ari, Lc, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Aceh.
2. Bapak Prof. Asnawi Abdullah, SKM, MHSM, MSc.HPPF, DLSHTM, PhD, selaku
Muhammadiyah Aceh.
3. Para Dosen Penguji yang telah memberikan saran yang bermanfaat untuk
viii
5. Seluruh staf dan karyawan akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Unmuha
6. Kepada suami, anak-anak dan keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi
8. Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah mendidik, membesarkan dan
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak terdapat
kekurangan yang disebabkan oleh penulis sendiri. Oleh karena itu kritikan dan saran
Akhirnya dengan satu harapan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis
Yusnidar
ix
KATA MUTIARA
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan maka apabila kami telah
selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh- sungguh (urusan) yang lain
dan kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap ” (QS. Alam Nasyrah: 6-8)
Pelajarilah ilmu pengetahuan, sesungguhnya ilmu pengetahuan pertanda tekun kepada Allah,
menuntut ilmu adalah ibadah, mengingat- ingatnya adalah tasbih, membahas adalah jihat,
mengajarkannya kepada orang lain adalah sedekah dan menyebarkannya adalah pengorbanan
(HR. Turmudzi dan Anas).
Telah kutapaki jalan berliku dan penuh rintangan dengan segala daya dan upayaku
demi tercapainya tujuan dan cita- cita ini. Akhirnya sebuah perjalanan panjangpun
berhasil ku tempuh dengan segenap pengorbanan orang- orang yang ku sayang,
dengan cucuran keringat dan air mata.
Syukur Alhamdulillah pada Mu ya Allah, telah Engkau berikan kepadaku satu
kebahagiaan lagi, hingga tak berhenti bibir ini untuk berucap syukur kepada Mu. Cucuran
air mataku mengiringi sembah sujud dan terima kasih yang sebesar- besarnya untuk suami
tercinta, anak tersayang dan keluarga besar atas do’a dan pengorbanan yang selama ini telah
diberikan untuk keberhasilanku demi impian, harapan dan cita- citaku. Sungguh takkan
mampu aku membalasnya setiap do’a dan kasih sayang. Dalam tiap langkahku, masih ku
harapkan slalu ridho darimu suami dan ibuku, demi kesuksesan dalam menempuh hidup baik
dunia maupun akhirat. Dengan Ridha Allah dan penuh keikhlasan hati, kupersembahkan
karya tulis ini kehadapan Ayahanda tercinta M yahya yusuf(alm) dan yang sangat mulia
Ibunda Anisah, juga kepada suamiku tercinta Mushaz, anak-anakku Febilia Harnidar,
Muhammad Faris Ridhatillah,Najiba Faiza dan Fadel Muhammad , serta saudara- saudaraku
tersayang dan seluruh sahabat- sahabatku khususnya angkatan ke III ,yang telah
memberikan motivasi kepadaku sehingga telah dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Yusnidar
x
DAFTAR ISI
xi
4.3 Jenis Data.............................................................................................................. 36
4.3.1 Data Primer .......................................................................................................... 36
4.3.2 Data Sekunder ...................................................................................................... 36
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 36
4.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................................... 36
4.6 Teknik Analisa Data .............................................................................................. 38
4.7 Kredibilitas Penelitian........................................................................................... 39
4.8 Jadwal Penelitian .................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
persalinan, dan pengobatan pasca persalinan (Suryawati, 2007 dalam Rahayu et al.,
mempengaruhi norma sosial dan budaya. Setiap masyarakat memiliki praktik budaya,
kepercayaan, takhayul atau tabu tentang kehamilan dan persalinan. Ini dapat
diterjemahkan ke dalam pembatasan yang diatur oleh keluarga, misalnya apa yang bisa
dimakan wanita, dengan banyak budaya membuat perbedaan antara makanan 'panas'
dan 'dingin', perbedaan yang tidak selalu terkait dengan suhu atau seberapa pedas
dilakukan oleh masyarakat Indonesia, khusunya oleh masyarakat yang jauh dari akses
pelayanan kesehatan modern seperti puskesmas dan rumah sakit. Menurut Badan
Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 80% dari total populasi di benua Asia dan Afrika
tradisional dapat mengobati berbagai jenis penyakit infeksi, penyakit akut, dan
Tradisional, adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat dan
1
pengobatanya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun temurun,
(Yuningsih, 2012).
Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar 2013, hampir setengah (49,53%)
sesekali. Proporsi jenis jamu yang banyak dipilih untuk dikonsumsi adalah jamu cair
(55,16%); bubuk (43,99%); dan jamu seduh (20,43%). Sedangkan proporsi terkecil
adalah jamu yang dikemas secara modern dalam bentuk kapsul/pil/tablet (11,58%)
tradisional atau sistem pengobatan tradisional yang memiliki lebih dari 30.000 spesies
tradisional didasarkan pada alasan-alasan yaitu sebagai berikut: harganya relatif lebih
diperoleh di lingkungan sekitar tempat tinggal, proses pembuatan dan peralatan yang
digunakan lebih sederhana, dan efek samping negatif lebih kecil karena tidak
menggunakan bahan kimia (Limananti, 2010). Selain itu obat tradisional juga dapat
digunakan sebagai upaya promotif tradisionalif dan preventif yaitu untuk menjaga
2
maupun mengobati kondisi badan agar selalu dalam keadaan fit dan prima (Rahimsyah,
2011).
masyarakat. Hal ini dikarenakan obat tradisional lebih murah dan aman dibandingkan
obat- obatan modern atau sebagai alternatif pengganti jika obat-obatan moderen tidak
konsep “back to nature” yang ditawarkan memberikan kesan aman dikonsumsi seluruh
keluarga. Minum obat tradisional sudah menjadi kebiasaan dan khasiatnya diyakini
ampuh sejak zaman nenek moyang, apalagi jika obat-obatan itu didukung pengemasan
yang baik, mudah didapat dan harganya murah dibandingkan obat-obatan modern
(Katno, 2003)
negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi
penyakit tertentu di antaranya kanker serta semakin luas akses informasi mengenai
satu perilaku kesehatan. Setiap perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi
pengaruh kolektif dari (a) faktor predisposisi antara lain pengetahuan, sikap, dan
persepsi, (b) faktor pemungkin antara lain biaya dan jarak, dan (c) faktor penguat
antara lain dorongan sosial. Kriteria yang dipakai untuk memilih sumber pengobatan
3
menurut Young (1980) adalah pengetahuan tentang sakit dan pengobatannya,
keyakinan terhadap obat/ pengobatan, keparahan sakit, dan keterjangkauan biaya, dan
jarak ke sumber pengobatan. Dari empat kriteria tersebut, keparahan sakit merupakan
Jamu tradisional telah diterima secara luas. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013
di Indonesia diketahui jumlah penduduk yang mengeluh sakit selama 1 bulan terakhir
mengeluh sakit sebagian besar adalah pengobatan sendiri (87,37 %), sisanya mencari
pengobatan antara lain ke puskesmas, paramedis, dokter praktik, rumah sakit, balai
Ramuan tradisional juga banyak digunakan oleh ibu dalam masa nifas sebagai
salah satu upaya untuk melangsingkan tubuh, mengecilkan perut, melancarkan ASI,
pemulihan luka, dan membantu proses pengerutan rahim ke ukuran semula sebelum
tradisional Gayo untuk nifas terdiri dari pengobatan luar dan pengobatan dalam.
rempah dengan cara diminum dan dimasukkan ke dalam tubuh yang berongga seperti
4
sehingga kuat bekerja di ladang dan sawah. Pengobatan tradisional tersebut diyakini
dan dipahami oleh masyarakat Gayo sebagai metode pengobatan paling ampuh untuk
ibu nifas, bahkan menurut mereka pengobatan tradisional tersebut lebih baik daripada
Penelitian yang dilakukan oleh Mander & Miller (2016) yang berjudul “Persepsi
penelitian ini menggunakan sampel 655 wanita yang beraneka ragam budaya dan
bahasa yang berbeda di Queensland Australia. Hasil yang didapatkan 50% wanita tidak
memiliki pilihan untuk sarana dan penyedia layanan selama persalinan dan kelahiran.
Hal ini diakui bahwa beberapa wanita dengan berbagai budaya dan bahasa lebih
memilih untuk dirawat dengan menggunakan keyakinan budaya atau agama yang ada
budaya atau suku juga dapat mempengaruh kebutuhan dalam perawatan persalinan, di
antaranya :kebutuhan akan asupan gizi, mandi selama periode melahirkan, serta
perawatan ibu nifas menemukan pengalaman dalam perawatan nifas meliputi kusuk,
pantang makan, dan minum ramuramuan proses atau cara, intensitas, durasi ,frekuensi
dan manfaat dari melakukan perawatan nifas. Manfaat perawatan nifas meliputi KB
tradisional, kulit menjadi cantik dan bersih, serta badan menjadi kurus. Adat istiadat
5
dalam perawatan nifas merupakan bagian dari tradisi, keturunan dan budaya dari
daerah setempat.
pantangan untuk meninggalkan rumah selama 40 hari . Hasil pengamatan awal pada
ibu yang menjalani madeung di Kecamatan Kaway XVI diketahui masyarakat masih
mempercayai bahwa seorang ibu nifas wajib menjalani madeung disamping itu juga
adanya beberapa pantangan makanan bagi ibu nifas, setelah melahirkan ibu
dimandikan dengan air bunga, diberikan ramuan daun-daunan, di letakkan batu panas
di perut dipeumadeung (disale), seluruh tubuh ibu di urut, di bagian muka dan badan
ibu di beri bedak dingin dan obat- obatan ramuan, ibu tidak boleh keluar rumah selama
40 hari dan masih banyak perawatan lainnya yang diberikan setelah melahirkan.
Disamping manfaat dari ramuan yang diberikan namun juga terdapat beberapa
kerugian seperti bayi yang kurang cukup mendapat ASI karena ASI ibu berkurang akibat
mengakibatkan status gizi ibu menjadi kurang, status gizi ibu berdampak pada kondisi
terentu sehingga memberikan dampak negatif terhadap kesehatan ibu karena pada
masa nifas memerlukan makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi tetap sehat
hal tersebut diatas dapat menghambat pertumbuhan bayi dan memperlambat proses
pemulihan ibu. Pada saat menjalani madeung ibu juga tidak boleh keluar rumah
sebelum 40 hari ,hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru lahir (pemberian
6
imunisasi) harus periksa kesehatannya sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama
sebagai suatu sistem budaya. Pada masyarakat Kecamatan Kaway XVI yang melakukan
tradisi madeung sebagai suatu sistem perawatan kesehatan pada ibu nifas tentu
yang dilatar belakangi oleh adat istiadat, kepercayaan dan sikap dari masyarakat yang
menjadi faktor budaya dalam perawatan ibu nifas. Pada saat ini pemerintah telah
terhadap akses layanan kesehatan untuk ibu nifas mulai dari ketersediaan bidan desa,
puskesmas dan rumah sakit. Namun demikian minat masyarakat terhadap perawatan
masa nifas secara tradisional juga masih berlangsung. Berdasarkan fenomena tersebut
madeung pada ibu post partum di Gampong Tumpok Ladang Kecamatan Kaway XVI
7
1.4 Tujuan Penelitian
bayi.
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah penilaian sosio budaya masyarakat
tentang tradisi madeung yang bertujuan untuk mengevaluasi budaya madeung pada
ibu post partum di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat tentang tradisi
8
1.6 Manfaat Penelitian
tradisional pada ibu nifas dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:
9
Lanjutan Tabel 1.1 Originalitas Penelitian
No Nama Judul Penelitian Hasil penelitian
peneliti
3 Dahlianti et Keragaan perawatan Jenis tanaman obat yang paling
al. (2005) kesehatan masa nifas. Pola sering dikonsumsi oleh peserta
konsumsi jamu tradisional studi adalah "jamu galohgor", ''
dan pengaruhnya pada ibu jamu seduhan "dan '' jamu
nifas di desa sukajadi. kemasan". Efek dari ramuan ini
Kecamatan tamansari, bogor pada status kesehatan
ditentukan secara kualitatif,
seperti merasa baik, fit,
meningkatkan produksi ASI dan
pemulihan rahim.
4 Fitrianti & Pengobatan Tradisional Gayo Sistem pengobatan tradisional
Angkasawati Untuk Ibu Nifas) (Gayo’s Gayo untuk nifas terdiri dari
(2015) Traditional Medication For pengobatan luar dan
Puerperal Mother) pengobatan dalam. Pengobatan
luar mereka melakukan
pengasapan belakang punggung
dan rempah-rempah dengan
cara dioles ke tubuh, sedangkan
pengobatan dalam
menggunakan rempah dengan
cara diminum dan dimasukkan
ke dalam tubuh yang berongga
seperti organ reproduksi wanita.
Kegunaan pengobatan
tradisional tersebut dalam
perspektif masyarakat Gayo
adalah untuk menyembuhkan,
mencegah penyakit, dan
menyehatkan sehingga kuat
bekerja di ladang dan sawah.
Pengobatan tradisional tersebut
diyakini dan dipahami oleh
masyarakat Gayo sebagai
metode pengobatan paling
ampuh untuk ibu nifas, bahkan
menurut mereka pengobatan
tradisional tersebut lebih baik
daripada pengobatan dokter
(pengobatan modern)
10
Lanjutan Tabel 1.1 Originalitas Penelitian
11
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
kesenian, moral, hUkum, dan adat istiadat. Semua hasil karya, rasa dan cipta
masyarakat yang berfungsi sebagai tempat berlindung, kebutuhan makan dan minum,
budaya ini merupakan kekayaan bangsa yang tiada ternilai tingginya. Kekayaan
5 aspek yang masing-masing saling terkait yaitu: (1) dimensi ruang dan waktu, (2)
konsep manusia sebagai animal rational dan latar belakang sejarah, (3) setiap bangsa
mendiami kawasan tertentu dan memiliki pola pikir, sistem sosial serta budaya yang
mereka warisi dari para penduhulu, (4) pola hubungan antara budaya dan
2009).
12
Proses perubahan yang melibatkan zaman dan pola pikir manusia, secara
perlahan- lahan, membentuk kebudayaan baru yang masih memiliki ikatan historis-
kultular secara longgar dengan kebudayaan sebelumnya. Sampai pada kurun waktu
menguntungkan, ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang
menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan
medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan, antara
lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun temurun masih dianut
sampai saat ini. Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku
ataupun ilmu kebidanan atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang
Menurut G.M. Foster (1973) dalam Tumanggor (2010), aspek budaya dapat
13
b. Sikap fatalistis Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku
tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan,
dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk
c. Sikap ethnosentris Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik
d. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya Contoh : Dalam upaya perbaikan gizi,
dan mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan dengan
kambing.
e. Pengaruh norma Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi
banyak mengalami hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara
daipada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi
g. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi
14
berpengaruh terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja,
manusia yang biasa makan nasi sejak kecil, akan sulit diubah kebiasaan makannya
setelah dewasa.
yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan
berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan
tersebut.
dan kelahiran tidak hanya dilihat dari aspek biologis dan fisiologisnya saja, tetapi
dilihat juga sebagai proses yang mencakup seperti pandangan budaya mengenai
kehamilan dan kelahiran, wilayah tempat kelahiran berlangsung, para pelaku, atau
keputusan mengenai pertolongan serta perawatan bayi dan ibunya (Syafrudin, 2009).
hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan di samping
15
2.1.3 Madeung
Madeung adalah teknik pengobatan yang lazimnya dilakukan wanita Aceh yang
baru selesai melahirkan. Caranya kayu bakar dicampur dengan daun dan rempah-
rempah tertentu yang mengandung aroma harum serta berkhasiat untuk kesehatan,
rempah-rempah yang digunakan ini termasuk dalam daftar jamu empat puluh
empat,atau “aweueh peuet ploh peuet” biasa juga disebut dengan rempah ratus.
Ada kalanya proses madeung dimulai pada hari ketiga setelah bersalin, biasanya
sekitar jam sepuluh pagi setelah sang ibu selesai mandi. Prosesnya selama 7 hari
berturut-turut,tetapi ada juga yang dilakukan oleh orang-orang tertentu selama empat
puluh empat hari berturut-turut (selama masa nifas) yang biasanya selesai ritual
madeung ini sang ibu akan melaksanakan “manoe peut ploh peut” atau mandi suci
yang telah dipanaskan lalu diangkat dan dibungkus dedaunan tertentu,seperti “Oen
Nawah” (daun jarak) lalu dibalut kain beberapa lapis hingga panasnya masih dapat
pada perut perempuan yang sedang berbaring di balai-balai tersebut, jika batu pertama
sudah dingin,maka akan digantikan oleh batu kedua yang dibuat serupa dengan batu
pertama, dan begitu juga dengan batu yang ketiga yang dipakai setelah batu kedua
16
tersebut yang terus menerus berapi, api dari tungku kayu itu tak boleh terlalu besar,
tua,mertua,dan tetangga atau kerabat. Ini juga adalah sebagai ajang kebersamaan dan
makanan ringan, pada suatu wilayah Aceh yang bernama Takengon, yang terletak di
Dataran Tinggi Gayo termasuk dalam wilayah Kabupaten Aceh Tengah, yang bertugas
menjaga orang madeung itu adalah suaminya dan orang laki-laki yang masih
semalam suntuk tidak tidur sambil minum-minum kopi dan berdiang di sekitar dipan
Selama empat puluh empat hari menjalani prosesi madeung, makanan yang
boleh dimakan hanyalah nasi putih dengan lauk pauk yang diolah secara khusus
sehingga bebas lemak, seperti ikan yang direbus bisa juga dipanggang, atau dikukus
dan digoreng setengah matang. Yang boleh mereka minum hanyalah air putih saja,
makanan dan minuman yang lainnya tidak diperbolehkan sama sekali untuk
dikonsumsi, karena menurut mitos orangtua zaman dahulu, meraka berpesan melalui
nenek-nenek jika anak atau cucunya kelak bersalin, jangan sekali-kali memakan telur
ayam apalagi telur bebek, katanya, bisa berbahaya dan bila dimakan telur akan keluar
telur (peranakan), demikian juga dilarang memakan pisang karena makanan itu
dianggap tajam, tetapi hal tersebut sangat bertolak belakang jika ditinjau dari segi
medis.
17
Setelah empat puluh empat hari lamanya, barulah diperbolehkan untuk acara
turun mandi yang diistilahkan dengan “manoe peut ploh peut” artinya mandi suci atau
mandi hadas besar yang dilaksanakan setelah hari ke empat puluh empat, yang
biasanya dipandu oleh orang tua atau dukun/bidan gampong atau biasa disebut Ma
Blien.
Usai acara mandi Wiladah dan mandi nifas setelah suci dari melahirkan atau
mandi adat setelah 44 hari, barulah sang ibu diperbolehkan untuk menjejakkan kakinya
diatas tanah, karena dianggap telah suci. Proses Madeung ( salè, toet bate atau bakar
batu, dan ramuan tradisional ) ini bisa disebut juga alat KB Tradisional, karena dengan
melakukan serangkaian proses Madeung bisa mengatur jarak kelahiran karena pada
jaman dahulu belum ada program keluarga berencana (KB) yang modern seperti
sekarang ini. Madeung dan Salè mempunyai beberapa fungsi, yaitu: dapat
Madeueng lebih hebat dari mandi uap, dalam tradisi Aceh disebut Ukoep.
Sebelum prosesi Ukoep, terlebih dahulu harus disiapkan bahan-bahan berupa ramuan
daun-daunan dan rempah-rempah, misalnya: “Oen Kuyun” (daun jeruk nipis) dan “Oen
Mee” (daun asam Jawa), bisa juga dengan “Oen Limeeng Engkoet” ( daun belimbing
wuluh), “Oen Ranuep” (daun sirih), “Bak Rheu”(batang serai), “Kuleet Bak
Lawang” (bunga cengkeh ), “Boh Pala” ( biji pala ), “Boh Langkueuh”( umbi lengkuas ),
18
“Oen Sekee Puloet” (daun pandan ). Jika Ukop ini dilakukan secara berkala dan teratur,
selama 44 hari (selama masa nifas). Masa pantang ini ibu dilarang keluar rumah dan
tidak boleh banyak jalan. Selama masa nifas ini, ibu hanya dibolehkan memakan nasi
putih dengan lauk pauk yang diolah secara khusus sehingga bebas dari lemak (direbus,
dikukus, atau dipanggang). Minuman yang dibolehkan adalah air putih dan tidak
dianjurkan untuk minum terlalu banyak. Larangan makan telur ayam dan telur bebek
harus di patuhi karena menurut mitos bagi ibu yang sedang nifas dan mengkonsumsi
telur ayam atau bebek akan keluar telur (peranakan), demikian juga larangan makan
Perawatan ini hampir sepenuhnya difasilitasi oleh Makblien, yang dikenal dengan
yang dicampur dengan daun dan rempah-rempah khusus yang bermanfaat untuk
kesehatan. Diantara tanaman yang di gunakan sebagai obat Madeung antara lain Oen
Kuyun” (daun jeruk nipis) dan “Oen Mee” (daun asam Jawa), bisa juga dengan “Oen
Limeeng Engkoet” (daun belimbing wuluh), “Oen Ranuep” (daun sirih), “Bak Rheu”
(batang serai), “Kuleet Bak Geurundoeng” (kulit batang kuda-kuda), “Kuleet Maneh”
19
(kayu manis), “Bungoeng Lawang” (bunga cengkeh), “Boh Pala” (biji pala), “Boh
empat hari. Ini disebut “Tungoe”, setelah itu dipersiapkan juga balai-balai atau dipan
yang dibuat dari batang bambu yang cukup tua atau batang pinang atau batang
kelapa atau batang nibung yang telah dibelah memanjang selebar kurang lebih tiga
jari, dewasa ini karena bahan- bahan tersebut sudah agak sulit ditemukan, maka
persiapkanlah balai atau dipan untuk orang yang masih melakukan ritual Madeung
dengan menggunakan papan atau kayu yang dibelah memanjang dengan lebar
sekitar lima sentimeter, disusun memanjang dengan jarak antara satu bilah papan
dengan papan yang lain berjarak 2 cm (agar asap dan panas bisa masuk melalui
disesuaikan dengan tinggi tubuh seseorang, agar orang tersebut dapat tidur dengan
nyaman dan leluasa, lebarnya minimal 75 cm atau tergantung selera dan kebutuhan
serta tingginya lebih kurang 1 meter, di bawah dipan itu ada yang menggunakan
pembakaran model tungku, bahannya ada yang terbuat dari semen dan pasir ada
juga gerabah dari tanah liat seperti anglo yang diisi dengan “teungo” atau kayu,
dengan melalui proses pembakaran dari api berubah menjadi bara merah,
selanjutnya ramuan ditaburkan diatas bara api, asap dari ramuan inilah yang naik
keatas dan masuk di sela-sela dipan dimana ibu berbaring atau tidur.proses
Madeung ini memiliki banyak manfaat antara lain mampu menjadi alat KB
20
tradisional, dapat mengeringkan peranakan, tubuh menjadi singset, dapat
harum pada tubuh. Banyaknya manfaat Madeung membuat kegiatan Madeung ini
2. Selanjutnya Makblien membakar batu (Toet bate), setelah panas, batu dibungkus
dengan dedaunan seperti daun jarak (Oen Nawah), dibalut beberapa lapis agar
panas dari batu masih dapat dirasakan namun tidak berbahaya bagi ibu. Batu
tersebut diletakkan diperut bagian bawah ibu dengan tujuan untuk mempercepat
pengeluaran sisa darah persalinan yang dianggap kotor, selain itu teknik ini juga
mampu mengecilkan perut. Jika batu telah dingin maka akan digantikan dengan batu
yang kedua, dan begitu seterusnya. Makblien juga meramu daun-daun untuk
ditempelkan diperut ibu, juga meramu obat olesan yang akan dioleskan diperut ibu
kunyit yang dicampur dengan air jeruk an minyak goreng yang dipanaskan, dedak ini
4. Setelah 44 hari, ibu selesai menjalani masa pantang dan pengobatan Madeung, ibu
diwajibkan untuk mandi atau dalam bahasa Aceh disebut “Manoe peut ploh
peut”.Makblien akan memandikan ibu dengan air yang dicampur dengan irisan buah
limau purut (jeruk perut). Ritual mandi ini sesuai dengan ajaran islam yang
mewajibkan wanita melakukan mandi wiladah setelah selesai masa nifas untuk
21
mengangkat hadas besar. Setelah proses mandi ini selesai, barulah ibu boleh keluar
Peran Makblien dalam merawat ibu hamil baik pra maupun pasca melahirkan
berakhir saat prosesi mandi wiladah selesai. Sebagai rasa terimakasih atas jasanya,
pihak pasien dan keluarga akan memberikan sejumlah uang dan beras 2 bambu (tidak
ada ketentuan tarif/ barang yang akan diberikan tergantung kemampuan keluarga
2.2 Perilaku
merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal
yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang, yaitu lingkungan fisik, sosial, budaya,
perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini
pendapat Bloom tentang status kesehatan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
status kesehatan yaitu; lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik, sosial budaya,
22
ekonomi, perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan, selanjutnya Bloom
menjelaskan, bahwa lingkungan sosial budaya tersebut tidak saja mempengaruhi status
perilaku manusia dari tingkat kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
perilaku atau adopsia perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan
memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku atau
23
2.2.2 Pengobatan Tradisional
adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada
masyarakat. Sedangkan obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
memulihkan suatu penyakit secara tradisional dilakukan baik oleh dukun rajah, tabib,
maupun dukun kampung yang memiliki keahlian dalma pengobatan secara tradisional
keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang berbeda,
baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam
24
pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga
seseorang berdasarkan apa yang diamati, dirasakan dari aktivitas pengobatan dengan
menggunakan ramuan tradisional yang dilakukan oleh dukun atau tabib. Prilaku dapat
dengan menggunakan ramuan tumbuhan obat-obatan, maupun dengan rajah atau urut
pada bgian yang terkilir. Kebiasaan yang dilakukan seseorang akan terdorong untuk
keluarganya, sehingga dari pengalaman tersebut dapat dianalisis dan dirorong oleh
dengan biaya yang murah serta mampu menyebuhkan penyakit. Bagi seorang yang
Kleinman dianggap sebagai suatu sistem budaya. Ada beberapa komponen yang
25
berkaitan dengan sistem perawat an kesehat an seperti pengetahuan dan kepercayaan
tentang penyebab sakit, aturan atau alasan pemilihan pengobatan, peran sosial,
kekuasaan, pranata sosial, dan sistem pelayanan kesehatan yang tersedia (Rahayu,
2012).
Suatu perilaku yang baik dan positif adalah yang diamati dengan bijaksana,
menggunakan analisis yang baik serta memahami dengan benar yang diamati sehingga
dapat diambil suatu keputusan. Karena kesalahan dalam mengamati dapat menjadikan
suatu tindakan yang salah atau tidak tepat. Oleh karena itu agar keputusan yang
diambil oleh seseorang lebih tepat, maka perlu menganalisaan atau pengamatan yagn
lebih baik sehingga hasil keputusan yang diambil lebih tetap (Sarwono, 2009).
Perilaku yang dinyatakan di atas adalah berkaitan dengan upaya atau tindakan
individu ketika sedang sakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini bisa melalui
dengan cara mengobati sendiri sehingga mencari pengobatan ke luar negeri. Menurut
faktor perilaku pula merupakan faktor yang kedua terbesar. Disebabkan oleh teori ini,
maka kebanyakan intervensi yang dilakukan untuk membina dan meningkatkan lagi
mengatakan mengikut teori L. Green (1980), perilaku ini dipengaruhi oleh 3 faktor
utama, yaitu:
26
dengan kesehatan, sistem nilai yang dianuti masyarakat, tingkat pendidikan,
3. Faktor penguat pula mencakup pengaruh sikap dan perilaku tokoh yang
agama, sikap dan perilaku para petugas yang sering berinteraksi dengan
ini.
Menurut Pajar (2002) salah satu jamu tradisional yang biasa dikonsumsi oleh
ibu nifas di Desa Sukajadi adalah jarnu galohgor yang terbuat dan bahan-bahan alami
daerah Sunda jamu jenis ini ditemukan dengan komposisi bahan yang berbeda. Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa jarnu galohgor mengaJ!dung zat gizi dan berbagai
tradisional Gayo di Desa Tetingi masih banyak dilakukan oleh ibu nifas menyebutkan
pengobatan tradisional yang mereka lakukan mempunyai tujuan dan fungsi yang
berbeda:
27
1. Bedaring, dipercaya dapat mengeluarkan darah kotor, menghilangkan sakit badan
setelah melahirkan, agar badan tidak bungkuk, dan agar kuat bekerja di sawah dan
rasa pegal yang dirasakan ibu pasca-melahirkan atau pasca-persalinan dan untuk
3. Bedak param, agar tubuh menjadi sehat dan tidak pucat, menghangatkan badan,
dan menyehatkan badan agar tidak sakit badan dan tidak masuk angin.
4. Tampal, untuk mencegah sakit kepala pada saat bekerja di kebun, tidak masuk
5. Wak kuning, untuk menyehatkan badan dan menyembuhkan “luka dalam” pasca-
persalinan.
6. Kunyit dan minyak goreng untuk wak tuyuh; untuk membuat vagina menjadi sempit
kembali dan menyehatkan badan ibu pasca-melahirkan, karena bidan kampung tidak
melakukan penjahitan pada luka yang terdapat di luar vagina setelah melahirkan,
dan.
7. Wak tuyuh, untuk mengeluarkan darah kotor yang terdapat di dalam perut ibu
kuat bekerja.
28
2.3 Masa Nifas
Nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan sampai kepada keadaan sebelum hamil. Dalam bahasa latin, waktu tertentu
setelah melahirkan anak disebut puerperium, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan
partus yang artinya melahirkan jadi puerperium masa setelah melahirkan bayi
(Waryana, 2010).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui
minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan
a. Puerperium dini. Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
29
c. Remobat tradisionale puerperium. Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
a. Posisi uterus atau tinggi fundus uteri kembali keukuran atau bentuk semula.
Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali
ke keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna
mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan
diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat yang cukup dsb.
30
2.4 Kerangka Teoritis
Masalah kesehatan reproduksi tidak lepas dari proses persalinan. Seorang ibu
yang baru saja menjalani proses persalinan akan memasuki masa yang disebut masa
nifas (puerperium). Masa nifas adalah fase khusus dalam kehidupan ibu dan bayi. Bagi
ibu yang bersalin untuk pertama kalinya, ia akan menyadari perubahan dalam hidupnya
yang mencakup perubahan emosi dan fisik. Terjadi penyesuaian yang bersifat sosial
karena perempuan yang bersalin untuk pertama kali akan memikul tanggung jawab
sebagai seorang ibu. Masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Landasan teori yang diambil adalah berdasarkan
Faktor Sosial
1. Pengetahuan
2. Informasi
3. Keluarga
4. Teman/lingkungan
5. Persepsi terhadap akibat dan
manfaat
Faktor Ekonomi
1. Biaya
2. Pekerjaan
Budaya Madeung
Fakotor Budaya
1. Kebiasaan turun temurun
2. Kepercayaan terhadap dukun
beranak
Fakotor Pelayanan Kesehatan
1. Sikap Tenaga kesehatan terhadap
budaya nifas.
31
BAB III
KERANGKA KONSEP
Berdasarkan konsep teori mengenai keputusan ibu nifas untuk menjalani tradisi
Budaya Madeung
Dukungan Keluarga
32
3.2 Definisi Operasional
TABEL 3.1 DEFINISI OPERASIONAL
N Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
o
1 Budaya Kegiatan yang dilakukan Wawancara Pedoman Cara dalam
Madeung oleh bu post partum mendalam. wawancara Menjalani
selama masa nifas meliputi dan alat madeung
lama menjalani madeung, perekam.
tata cara madeung,
penggunaan ramuan dan
pantangan makanan.
2 Pengetahuan Pemahaman ibu terhadap Wawancara Pedoman Pemahaman
tradisi madeung meliputi mendalam. wawancara terhadap
manfaat dan dampak dan alat budaya
negatif dari madeung perekam. madeung baik
manfaat
maupun
dampaknya
3 Sikap Respon responden Wawancara Pedoman Pandangan
terhadap budaya madeung mendalam. wawancara terhadap tradisi
dan alat madeung
perekam
4 Peran Tanggapan responden Wawancara Pedoman Pandangan
keluaraga terhadap peran keluarga mendalam. wawancara terhadap peran
selama menjalani masa dan alat serta keluarga
madeung perekam. dalam tardisi
madeung
33
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat
sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian
menganalisis data hasil penelitian tersebut. Penelitian kualitatif ini dapat digunakan
akan ditemukan pola-pola yang jelas (Moleong, 2007). Secara teoritis format penelitian
pada kesulitan dalam membuat desain penelitian kualitatif, karena pada umumnya
gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti.
orang yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka (Moleong, 2007).
4.2 Informan
tidak digunakan istilah populasi. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti
34
(2010) pemilihan sampel secara purposive pada penelitian ini akan berpedoman pada
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling
pendahuluan.
hal yang sangat utama sehingga harus dilakukan secara cermat, karena penelitian ini
mengkaji tentang budaya Madeung di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.
Maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 2 orang ibu nifas yang
Informan primer (utama) dalam penelitian ini adalah ibu yang pernah menjalani
medeung 2 orang, keluarga terdekat 2 orang, dukun (Makblien) 1 orang dan bidan desa
1 orang.
35
2. Imum
3. Dukun / Makblien
4. Ibu PKK
5. Bidan desa
Data yang diperoleh dari tingkat Gampong, Puskesmas, Dinas Kesehatan Aceh
Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 16 Agustus sampai dengan 20 Agustus tahun
2019.
mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini peneliti memilih jenis
penelitian kualitatif maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik.
36
Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono (2009) bahwa pengumpulan data dapat
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara:
1. Wawancara mendalam
informasi, maka peneliti meminta ijin kepada informan untuk menggunakan alat
memberikan sekilas gambaran dan latar belakang secara ringkas dan jelas mengenai
topik penelitian.
2. FGD
madeung pada masyarakat Tumpok Ladang. Dalam penelitian ini FGD dilakukan dengan
mendiskusikan sejarah dan tata cara madeung serta pandangan para partisipan
37
3. Studi Pustaka
majalah, jurnal-jurnal dan media lainnya yang berkaitan dengan budaya madeung.
4. Dokumentasi
berlalu. Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa foto, gambar, serta data-data
Analisis data kualitatif menurut Bognan & Biklen (1982) sebagaimana dikutip
Moleong (2007), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan
apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang
lain. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa langkah awal dari analisis
data adalah mengumpulkan data yang ada, menyusun secara sistematis, kemudian
dalam data,
38
b. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang
informan kunci, yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan mengetahui situasi
membuat transkrip hasil wawancara, dengan cara memutar kembali rekaman hasil
selanjutnya peneliti harus membaca secara cermat untuk kemudian dilakukan reduksi
data. Peneliti membuat reduksi data dengan cara membuat abstraksi, yaitu mengambil
atau mengabaikan kata-kata yang tidak perlu sehingga didapatkan inti kalimatnya
penelitian. Upaya untuk menjaga kredibiltas dalam penelitian adalah melalui langkah-
39
1. Triangulasi
Pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu.
Peneliti mencari data yang berbeda atau yang bertentangan dengan temuan data
sebelumnya. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara
kepada pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para
pemberi data berarti data tersebut sudah valid, sehingga semakin kredibel atau
penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan
diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti
harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan
40
4.8 Jadwal Penelitian
TABEL 4.3 JADWAL PENELITIAN TESIS
2018 2019
KETERANGAN
Jan Feb Mar Aprl Mei Jun Jul Agt Sep Des Jan Feb Mar Apr
Pengajuan judul
Penyusunan pra Proposal
Konsultasi Pra Proposal
Seminar Proposal
Perbaikan Proposal
Pengambilan Data Sekunder
Uji kuesioner
Pengajuan surat izin penelitian
Penelitian
Pengolahan data
Penyusunan Tesis
Seminar hasil/ Progres
Sidang Tesis
Perbaikan Tesis
Judul Penelitian: Budaya Madeung Ibu Post Partum Di Gampong Tumpok Ladang Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat
Banda Aceh, November 2018
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
41
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1.1 Geografi
Kecamatan Kaway XVI merupakan salah satu dari 12 (dua belas) Kecamatan
yang berada dalam wilayah Kabuapten Aceh Barat, yang memiliki 1 (satu) unit
Puskesmas Induk yang wilayah kerjanya mencakup 43 desa. Dengan 3 Kemukiman yaitu
1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Pante Cermin dan
Meuntulang
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Meureubo dan Johan
Pahlawan
3. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Sama Tiga dan Kuta
Padang Layung
Km2. Puskesmas Peureumeu berdiri tahun 1976 dengan luas bangunan 520.1 m2dan
luas tanah 1231 m2. Dengan status Puskesmas Rawat Inap. Lokasi Puskesmas
42
Kaway XVI, dengan akses ke RSUD ± 14 km. Jarak tempuh masyarakat ke Puskesmas
terdekat 0,5 Km, terjauh 20 Km. Untuk perhitungan dari Puskesmas ke Ibukota
Kabupaten dapat ditempuh dengan jalan tanpa hambatan, sedangkan hubungan antara
lancar
5.1.2 Kependudukan
jiwa.terdiri atas 11106 jiwa laki-laki dan 10686 jiwa perempuan,dengan jumlah rumah
tangga 4925 rumah tangga. Adapun berdasarkan tingkat sosial ekonomi penduduk di
Upaya kesehatan ibu dan anak merupakan upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin,ibu menyusui, bayi,
anak balita dan pra sekolah. Salah satu unsur penting untuk menurunkan angka
kematian dan kesakitan ibu, bayi dan anak sekolah adalah menberikan pemeliharaan
yang cukup baik pada waktu hamil yang dimulai sedini mungkin.
Penurunan angka kematian ibu maternal dan anak balita serta penurunan angka
43
kanak-kanak. Adapun tujuan dari program KIA adalah tercapainya kemampuan hidup
serta melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya
untuk meningkatkan derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
Cakupan KI pada tahun 2017 menunjukan pencapaian K1: 871 Dari K1 1076 dan
K4: 866 dari 1076 Cakupan Neonatus dan Bulin yaitu masing – masing mencapai
779.dan 819 pencapaian TT1 703..dan TT2 .761. pelayanan ibu hamil resti pada tahun
2017 sebanyak 493 orang. Program KIA juga melaksanakan pemberian Vit. A kepada
ibu nifas diwilayah kerja Puskesmas Peureumeu. Untuk tahun 2017 telah lakukan
Pada bagian ini akan menyajikan hasil wawancara dengan informan. Adapun
informan yang digunakan terdiri dua orang ibu nifas yang melaksanakan madeung,
dua orang keluarga terdekat (ibu dari ibu nifas), satu orang bidan desa dan satu orang
Makblien. Dalam penelitian ini juga dilakukan FGD yang melibatkan bidan desa, satu
orang kader kesehatan, satu orang Makblien, Geuchik dan Teungku. Sebelum memulai
responden. Hal ini dinilai sangat penting karena dalam penelitian nanti, hubungan
saling percaya antara peneliti dan responden menjadi hal yang menentukan hasil
penelitian. Jika hubungan saling percaya antara peneliti dan responden sudah terbina,
44
Dalam penelitian kali ini, peneliti berkali-kali menghadapi kendala dalam
demikian, peneliti merasa termotivasi mencari cara yang pas untuk mendekati calon
calon responden.
Setelah peneliti mengutarakan maksud dan tujuan dari penelitian dan calon
responden akhirnya bersedia terlibat dalam penelitian ini, peneliti membuat kontrak
waktu dan tempat yang memadai untuk wawancara dengan responden. Pemilihan
Pemilihan waktu juga sangat penting, hal ini juga pernah dialami peneliti ketika
bertemu. Dari kejadian ini akhirnya peneliti lebih berhati-hati memilih waktu yang
informed consent, kemudian setelah itu wawancara yang mendalam dapat dilakukan.
Semua pembicaraan dan wawancara tersebut direkam, kemudian ditulis. Data yang
telah ditulis kemudian dicermati berkali-kali untuk menentukan kata-kata kunci dan
45
5.2.1 Gambaran Umum Responden
1. Proses Persalinan
2. Proses Madeung
46
mandi dilakukan setelah persalinan, karena tempat persalinan responden berbeda
1). Mandi
“Tidak mandi terus, karena sampai kerumah sudah menjelang magrib, biasanya
dimandikan dulu pada hari pertama, tapi karena suda magrib tidak dimandikan lagi.
Jadi dimandikan hari kedua” (lampiran 2, halaman 1, baris 32-35)
2).Urut/ kusuk
Setelah melaksanakan proses mandi, dilakukan urut badan yang dilakukan oleh
ma’blien. Kusuk pada ibu nifas bertujuan untuk mengembalikan fungsi dan merekatkan
otot yang renggang. Selama kehamilan otot-otot tubuh tidak rileks. Karenanya, setelah
untuk memijat tubuh agar otot-otot kembali rileks dan dapat mengembalikan
“pada hari ke 2 pertamakali adalah mandi, dan setiap dimandikan diurut badan,
payudara oleh makblien selama 3 hari, hari pertama mandi diurut payudara, hari ke
dua dan hari ke tiga yang tujuannya untuk melancarkan air susu ibu, hari pertama
belum lancar, hari kedua sedangkan hari ketiga sudah lancar “sambil
tertawa/tersenyum”” (lampiran 2, halaman 2, baris 41-46).
47
3). Minum ramu ramuan
dari tanaman obat tradisional. Semua responden mengkonsumsi air dari tanaman obat
“Hari 3 pertama minum oen pedeng hitam tambah abu dapur tambah garam
untuk mengeluarkan kotoran. Hari ke 4 oen jaloh, buah manjakani, kunyit buah kandeh
digiling lalu diminum sampai dengan hari 44” ( Lampiran 1, halaman 2, baris 57-60)
“Hari ke lima baru diberikan ramuan sama mamak oen pedeng itam. Caranya
oen pedeng itam diremas sebanyak setengah gelas ubit (kecil) waktu minumnya
bengeuh (pagi)” (Lampiran 2, halaman 2, baris 71-74)
Hari ke 6, 7, masi minum oen pedeng. Hari ke 8, 9, 10, diberikan minum oen
pok (daun gambas) sama mamak, berguna untuk melancarkan darah. Hari ke 11, 12,
13, diberikan oen jumpa, oen jaloh berguna untuk melancarkan darah setelah
melahirkan sambil menanyakan kepada mamahnya. Hari ke 16 minum obat air mancur.
(Lampiran 2, halaman 2, baris 76-81)
ramuan yang digunakan dengan cara di oles/ ditempel di perut ibu yang bertujuan
“di perut : Ranub (daun sirih) dimamoh (dikunyah), oen kerundoeng (daun
kedondong) tambah abu dapur tambah garam lalu dipayeh (dipepes) dimasukkan/
dibungkus dalam daun pisang lalu dipanaskan diatas api, setelah itu diletakkan diperut
ibu yang bertujuan untuk menguatkan perut dilakukan selama 3 hari yaitu pada 3,4,5”
(Lampiran 1, halaman 1, baris 36-41)
“Obat diperut : hari kedua kapur tambah buah jeruk nipis. Hari ke 3, 4 diberikan
oen pedeng. Lalu ke 5, 6, 7 ditarok oen pok (daun gambas). Hari ke 8, 9, 10 diberikan
daun jeumpa yang semuanya berguna untuk melancarkan darah. Selanjutnya hari ke
11, 12, 13 diberikan oen kedondong yang berguna untuk melancarkan darah”
(Lampiran 2, halaman 2, baris 58-63).
48
Responden kedua juga menggunakan obat yang dioleskan pada vagina “(Sambil
tersipu malu) mengatakan pada saat melahirkan ada koyak sehingga dijahit bagian
bawahnya. Pada bagian tersebut diberikan boh manjakani (buah manjakani) ditumbuk
lalu airnya dioleskan pada vagina (Lampiran 2, halaman 2, baris 85-88)
Pada masyarakat Aceh sale dilakukan dengan memakai arang panas yang di
taruh pada sebuah tungku, kemudian menggunakan tempat tidur atau dipan (balai-
balai) yang dibuat dari kayu. Namun pada masyarakat Tumpok Ladang Pengasapan/sale
dilakukan dengan cara daun-daunan seperti daun belimbing, dan sabut kelapa
dimasukkan kedalam satu wadah/ ember tahan panas, setelah berasap responden
jika ibu sudah mandi saja kalau tidak mandi maka tidak dianjurkan. Hal tersebut sesuai
“Dimulai pada hari ke tiga setelah mandi menggunakan air dingin, setelah itu
dilakukan meutangeh (pengasapan). Bahannya : tapeh (sabut kelapa) dibakar lalu
masukkan oen limeng (daun belimbing wuluh). Kalau sudah berasap, kemudian saya
berdiri diatasnya kemudian dibungkus dengan tikar kurang lebih 5 menit keluar
keringat banyak” (Lampiran 1, halaman 2, baris 45-50)
“Untuk pengasapan tapeh (sabut kelapa) yang agak basah (lembab) dicampur
daun belimbing wuluh dibakar diletakkkan di dalam wadah seng untuk pengasapan
lalu ibu berdiri di atasnya, kemudian ibu dibungkus dengan menggunaan tikar sampai
berkeringat” (Lampiran 2, halaman 2, baris 50-54)
Seorang ibu nifas menjalani masa nifas selama 44 hari, dan selama itu juga tidak
dibenarkan keluar rumah. Namun pada masyarakat Tumpok Ladang seorang ibu nifas
dapat keluar rumah untuk melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mengangkat
49
“Uro ke siploh (hari ke sepuluh) turun tanah (injak tanah). Di tanah di ple abe dapu
(ditaruk abu dapur) lalu disuruh injak tanah sama makblien. Sebelum injak tanah
dimandikan dulu oleh ma’blien, mandi seperti mandi menstruasi. Tujuan mandi uro
siploh supaya ibu madeung sudah boleh injak tanah untuk ambil kain jemuran dan lain-
lain” (Lampiran 1, halaman 1, baris 78-82)
“Mandi pada hari sepeluh sebelum injak tanah, tetapi saya mandi pada hari ke sebelas
(esoknya) karena pada hari kesepuluh saya merasa kedinginan” (Lampiran 2, halaman
4, baris 127-129)
3. Keinginan Madeung
Keinginan untuk melakukan madeung adalah inisiatif dari responden dan juga
didukung oleh ibunya dan keluarga terdekat, berikut hasil wawancara keinginan
madeung
Ramuan yang digunakan oleh ibu post partum berkhasiat mengatasi aneka
“ramuan untuk minum buah majakani, kunyit, buah kandeh, air rebusannya
didinginkan lalu diminum. Untuk luka dalam di tempel diperut seperti daun sirih dan
buah kandeh dimasak atau dipanaskan lalu di tempel diperut untuk mengecilkan perut”
(Lampiran 1, halaman 2, baris 63-68)
“kapur tambah buah jeruk nipis. Hari ke 3, 4 diberikan oen pedeng. Lalu ke 5, 6,
7 ditarok oen poh (daun gambas). Hari ke 8, 9, 10 diberikan daun jeumpa yang
semuanya berguna untuk melancarkan darah”” (Lampiran 2, halaman 2, baris 58-61)
50
3. Pengetahuan Madeung Menurut Kesehatan
“tidak tahu karena anak pertama, tapi ada mendengar dari bidan agar tidak
pantang makanan dan terus kasih ASI pada bayi”” (Lampiran 2, halaman 3, baris 100-
101)
memiliki jawaban berbeda hal ini dikarenakan salah satu responden anaknya sudah
“Keluarga mempersiapkan oen panjo (daun randu), dan ranup (sirih) yang
didapatkan dari Sekitar rumahnya” (Lampiran 2, halaman 4, baris 13-14)
“Mempersiapkan daun dedaunan. Baru lahir diberikan jeruk nipis 3 hari untuk
menangkal bisa, Lalu memberikan oen pedeng itam selama 3 hari lalu memberikan
daun jenis lain sampai 40 hari” (Lampiran 2, halaman 5, baris 14-17)
51
5.2.4 Hasil Wawancara dengan Ma’blien
Ibu S, umur 55 tahun, dengan pendidikan tidak pernah sekolah dan beralamat di
Desa Tumpok Ladang, Ibu S sudah menjalani profesi sebagai Ma’blien selama 25 tahun
yang mendapatkan ilmu tentang madeung dari orang tua, turun temurun dari
neneknya.
Berikut adalah hasil wawancara asal mulai Ibu S menjadi Ma’blien adalah “dari
neneknya, belajar, ikut- ikut sama mamaknya. Awalnya Ma’blien meminta mau menjadi
orang untuk memandikan jenazah, namun karena ada ilmu turun temurun dari
neneknya sehingga sampai sekarang dipercaya oleh masyarakat setempat untuk
membantu madeung”
Menurut Ibu S ramuan yang digunakan untuk madeung adalah “Oen jaloh, oen
limeng, oen kerondoeng, oen kaca, dedak kunyet, boh munteu, oen krieh babi, jeura
itam” yang sebagian besar diperoleh dari lingkungan sekitar rumah”
Oen pok (gambas) Direbus sebagai sayur Dimakan bersama dengan nasi
atau sebagai lauk
Manjakani Digiling Sebagai obat oles pada luka
52
Nama bahan Cara mengolah Cara pemberian
Oen pok (gambas) Direbus sebagai sayur Dimakan bersama dengan nasi
atau sebagai lauk
Manjakani Digiling Sebagai obat oles pada luka
Bidan desa Ns umur 42 tahun alamat desa Padang Mancang, dan Sudah 10
tahun bertugas sebagai bidan desa sejak menjadi PNS dari tahun 2008 sampai sekarang
53
sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti tidak membubuhi abu pada
tali pusar bayi serta memberikan vitami A pada ibu nifas ” (Lampiran 4, halaman 1,
baris 24-31)
“Menurut responden hubungan dengan masyarakat baik dan akur Ma;blien mau
bekerjasama dengan petugas kesehatan” (Lampiran 4, halaman 2, baris 43-44).
Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi kelompok terarah adalah suatu
proses pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang sangat spesifik melalui
diskusi kelompok. diskusi kelompok terarah adalah wawancara dari sekelompok kecil
orang yang dipimpin oleh seorang narasumber atau moderator yang secara halus
mendorong peserta untuk berani berbicara terbuka dan spontan tentang hal yang
dianggap penting yang berhubungan dengan topik diskusi saat itu. Pada penelitian ini
narasumber terdiri dari Geuchik, Teuku Imum, Ibu PKK, Petugas kesehatan (bidan desa)
54
1. Bagaimana sejarah Madeung?
Semua narasumber sepakat bahwa madeung sudah ada zaman dulu karena
yang diwariskan secara turun temurun yang berguna untuk kesehatan ibu melahirkan
2. Kebudayaan Madeung?
dulu dan sampai sekarang masih di terapkan di tengah masyarakat. Beberapa dari
budaya madeung yang baik masih terus dipertahankan sedangkan yang tidak baik
seperti sale dengan asap yang berlebihan sudah tidak dilakukan lagi karena
mengganggu pernafasan. Pemberian abu pada tali pusar juga tidak dilakukan lagi.
Beberapa pantangan pada makananpun tidak lagi dijalankan oleh ibu madeung. Budaya
masyarakat dulu yang membuang kolostrum yang dulu dianggap ASI basi juga juga
1. Geuchik : Dilakukan terutama pada stri saya dapat dilakukan, supaya sehat dan
kuat, saya mendukung madeung tersebut, seperti melakukan
pengasapan sehingga bisa menciut.
2. Imum : Pada zaman dulu tidak ada pengobatan lain, biasanya pengobatan
dilakukan dengan cara madeung
3. kader : Budaya madeung baik dilakukan, karena bisa menguatkan tubuh
55
4. Bidan : Boleh madeung jika tidak membahayakan, saya sendiri ada melakukan
madeung” menyo hana madeung hana sempurna”
5. Dukun : Madeung memang sudah dari dulu dilakukan seperti menggunakan
obat-obat dari tumbuhan dari hari pertama sampai hari 44
6. Ibu PKK : Kalau menurut saya memang madeung itu bagus, karena kalau
melahirkan sekarang orang perempuan lebih besar perut daripada
pantat, karena tidak melakukan madeung dan tidak memakai stagen,
sedangkan dengan madeung menggunakan stagen, memberikan obat-
obat di perut, meutangeh (Lampiran 5, halaman 1,2 baris 21-36).
Madeung adalah salah satu tradisi yang dijalankan oleh seorang ibu setelah
melahirkan dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi kesehatan ibu seperti semula.
ramuan sampai dengan hari ke 40 kalau sanggup, berikut kutipan wawancara FGD.
56
4. Bagaimana pengetahuan madeung menurut kesehatan?
Biarpun sedang menjalani madeung namun obat dari rumah sakit/bidan tetap
diminum. Untuk pemberian ASI tidak ada masalah karena masih tetap memberikan ASI
saja. Bahkan dengan ramuan seperti daun katuk dapat meningkatkan ASI. Berikut hasil
5.3 Pembahasan
Dalam menjalai madeung hal pertama kali yang dilakukan menurut responden
adalah dimandikan oleh mak blien dengan menggunakan air hangat, dari kedua
57
responden yang diwawancara menyebutkan bahwa karena mereka melahirkan di
fasilitas pelayanan kesehatan maka mandi dilakukan setelah mereka pulang kerumah,
ada responden yang melakukannya sehari setelah melahirkan dan ada juga tiga hari
setelahnya. Penelitian rahayu pada ibu nifas di Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten
Aceh Utara dengan metode kualitatifif diketahui bahwa dalam menjalani madeung
review studi kualitatif mengenai praktek tradisional pada ibu pst partum menemukan
kepercayaan budaya bahwa persalinan dan darah berhubungan dengan kenajisan dan
harus mengikuti praktik kebersihan khusus, tidak melakukan aktivitas seksual, dan
menahan diri dari mengunjungi rumah orang lain atau menerima pengunjung. Selain
praktik kebersihan khusus, penulis mengutip contoh pembatasan mandi spesifik yang
diikuti oleh perempuan, yang berkaitan dengan teori menentang kekuatan panas dan
dingin. Sebagai contoh, wanita di Guatemala mengasosiasikan air dingin dan mandi air
dingin dengan sakit tulang, berkurangnya pasokan ASI, penyakit, dan kesehatan yang
Paat saat seorang wanita melahirkan ia juga akan mengeluarkan darah dan
janin. Keluarnya bayi yang dikandungnya juga dianggap sebagai suatu hadats sehingga
seorang wanita wajib melakukan mandi wiladah.Wiladah berasal dari istilah dalam
bahasa Arab yang artinya melahirkan. Mandi Wiladah berarti mandi yang wajib
58
dilakukan seorang wanita setelah melahirkan bayinya. Mandi Wiladah adalah salah satu
cara mensucikan diri seorang wanita dari hadats besar atau darah yang dikeluarkannya
saat melahirkan. Mandi Wiladah atau mandi setelah melahirkan hukumnya wajib dan
harus dilakukan oleh setiap wanita muslimah yang melahirkan baik secara normal
penamaan berlangsung pada hari ke 10 atau 12 setelah kelahiran setelah ibu dianggap
'bersih' dan dapat melakukan pekerjaan rumah tangga normal (mis., Memasak); Selain
itu, pengunjung pria dapat mengunjungi ibu menyusui. Upacara penyapihan pada usia
6 bulan (Annaprassana) diyakini perlu agar bayi menjadi lebih mobile; hadiah di sini
juga diberikan kepada anak dan ibu dapat merayakan puasa. Gelang kaca yang dipakai
selama kehamilan diberikan kepada bidan. Para ibu di India juga kembali ke rumah
orang tua mereka selama 40 hari setelah kelahiran. Adat istiadat ini juga dipraktikkan
oleh diaspora Hindu dan dapat menyebabkan tidak hadirnya antenatal dan postnatal.
2. Urut Badan
Setalah melakukan proses mandi maka dilakukan urut badan yang dilakukan
berbagai perubahan pada tubuhnya. Perubahan yang terjadi tidak hanya pada fisik
yang dapat dilihat dengan kasat mata , namun perubahan juga terdapat pada sistem
organ lainnya khususnya pada sistem organ reproduksi Sistem organ pada perempuan
permasalahan pada fisik dan organ tubuh perempuan masih terus berlanjut, oleh
59
karena itu perawatan tubuh setelah melahirkan sangat penting dilakukan. Salah satu
bentuk perawatan tubuh pada ibu nifas adalah kusuk. Kusuk pada ibu nifas tidak hanya
penting untuk menguatkan kembali otot yang melemah, memperlancar ASI, namun
juga sebagai sebagai rileksasi akibat kelelahan usai melahirkan. Responden melakukan
Penelitian Sari et al. (2017) pada pada Suku Banjar di Kecamatan Martapura
Timur Kabupaten Banjar mengenai kajian budaya dan makna simbolis perilaku ibu
hamil dan ibu nifas dengan menggunakan studi kualitatif menemukan, ibu nifasi
dilakukan oleh ibu nifas,, budaya pijat bagi ibu nifas dianggap sesuatu yang harus
didapatkan ibu untuk memulihkan kembali kondisi ibu. Menurut penelitian Mayasaroh
(2013) dukun kampung melakukan pijat periode pasca kelahiran dalam rangka
dalam masa nifas. Masa nifas dimulai usai melahirkan hingga enam minggu setelahnya.
Alat genetalia pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu tiga bulan,
sehingga pada masa nifas dianggap sebagai periode yang baik untuk ibu menjalani
terapi pemijatan dan relaksasi, hal ini tidak lain karena perempuan sangat lelah setelah
melahirkan. Dalam studi yang dilakukan oleh Fadzil et al. (2016) menunjukkan bahwa
penting untuk mencegah kesehatan masa depan yang buruk. Terlepas dari perbedaan
60
yang dirasakan dalam praktik-praktik postpartum intra-etnis, sebagian besar ibu-ibu
Malaysia, meskipun dari etnis yang berbeda, memiliki kesamaan dalam rejimen dan
praktik postpartum mereka dalam hal keyakinan dan kepatuhan terhadap tabu
pengakuan atas peran anggota keluarga perempuan yang lebih tua dalam perawatan
nifas.
Menurut Lestari (2018) Perawatan tubuh usai melahirkan bisa dilakukan dengan
herbal atau jamu selapan, serta menggunakan stagen atau gurita untuk
diperlukan dengan tujuan: melancarkan peredaran darah agar tak terjadi thorombosis,
pengeluaran ASI, memperbaiki tonus dan menguatkan otot yang melemah dan
teregang sewaktu kehamilan dan kelahiran, seperti otot perut dan dasar panggul.,
melatih perempuan untuk mengembalikan postur tubuh dengan cara yang benar Dan
mengajarkan perempuan mengenai pola kerja yang benar dalam aktivitas sehari-hari
usai melahirkan.
Air susu ibu bisa mencerdaskan dan meningkatkan kualitas generasi muda
bangsa, setiap bayi yang diberi ASI akan mempunyai kekebalan alami terhadap
penyakit karena ASI banyak mengandung antibodi (Turlina & Wijayanti, 2015). Tapi
tidak semua ibu postpartum langsung mengeluarkan ASI karena pengeluaran ASI
merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan
61
bermacam-macam hormon yang berpengaruh terhadap pengeluaran oksitosin. Oleh
karena itu perlu adanya upaya mengeluarkan ASI untuk beberapa ibu postpartum.
Dalam upaya pengeluaran ASI ada 2 hal yang mempengaruhi yaitu produksi dan
dipengaruhi oleh hormon oksitosin . Hormon oksitosin akan keluar melalui rangsangan
ke puting susu melalui isapan mulut bayi atau melalui pijatan pada tulang belakang ibu
bayi, dengan dilakukan pijatan pada tulang belakang ibu akan merasa tenang, rileks,
meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya , sehingga dengan begitu
hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar (Suryani & Astuti, 2013).
mengeluarkan air susunya. Dengan pijatan di daerah tulang belakang ini juga akan
oksitosoin keluar dan akan membantu pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan isapan
bayi pada puting susu pada saat segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal
(Scholichah, 2012).
Ada kalanya proses madeung dimulai pada hari ketiga setelah bersalin, biasanya
sekitar jam sepuluh pagi setelah sang ibu selesai mandi. Prosesnya selama 7 hari
berturut-turut,tetapi ada juga yang dilakukan oleh orang-orang tertentu selama empat
puluh empat hari berturut-turut (selama masa nifas) yang biasanya selesai ritual
62
madeung ini sang ibu akan melaksanakan “manoe peut ploh peut” atau mandi suci
3. Minum ramu-ramuan
atau 40 hari masa nifas punya dampak penting bagi ibu juga bayinya. Dengan
perawatan fisik yang baik, ibu lebih nyaman beraktivitas termasuk merawat bayi juga
Kualitas hidup perempuan lebih meningkat. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk
merawat tubuh pascabersalin. Salah satu cara tradisional yang dilakukan oleh ibu nifas
di Gampong Tumpok Ladang yang bertahan dan dipraktikkan secara turun temurun
adalah mengkonsumsi ramu-ramuan yang diracik sendiri oleh keluarga seperti kunyit,
manjakani yang berfungsi untuk memulihkan kondisi rahim dan mengeluarkan kotoran,
adapun bahan yang digunakan untuk pembuantan ramuan bervariasi, ramuan yang
kunyit sebagai bahan dari ramuan yang diminum yang bertujuan untuk menyembuhkan
luka. Kunyit (curcuma domestica) adalah tanaman herbal yang termasuk dalam famili
Zingiberaceae, sama seperti jahe, lengkuas dan temulawak. Salah satu manfaat dari
63
Tidak ada efek samping berarti yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi kunyit, baik
jika dikonsumsi dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka waktu yang
panjang. Meskipun demikian ada baiknya anda membatasi konsumsi kunyit hingga 500
mg perhari.
Sejalan dengan penelitian Sari et al. (2017) pada ibu nifas suku Banjar di
Martapura meminum ramuan ragi 40 khas banjar setiap pagi selama masa nifas. Ragi
40 terdiri dari berbagai macam rempah yang jumlahnya sekitar 40 macam. Ibu nifas
dianjurkan meminum ramuan ini setiap pagi selama masa nifas. Hal ini dimaksudkan
untuk menyehatkan dan memulihkan tenaga ibu nifas setelah melahirkan. Selain itu
obat tradisional juga dapat digunakan sebagai upaya promotif dan preventif yaitu
untuk menjaga maupun mengobati kondisi badan agar selalu dalam keadaan fit dan
menemukan Jenis ramuan obat tradisional yang biasa digunakan oleh ibu-ibu pada
masa nifas adalah uyup-uyup (97,3%), pilis (27%), tapel perut (24,3%), kunyit asam
(18,9%), walikan (16,2%), beras kencur (5,4%), parem (5,4%), dan galian singset (2,7%)..
Adanya hubungan antara kandungan zat aktif dari komponen penyusun ramuan tidak
selalu memberikan efek utama, tetapi ada yang memberikan efek pendukung.
produksi ASI. Menurut (2003) dikutip dari Kumalasari et al. (2014) jamu uyup-uyup
bermanfaat untuk menigkatkan produksi ASI pada ibu yang menyusui. Komposisi jamu
64
uyup-uyup antara lain kencur, kunyit, lempuyang, temu giring, temulawak dan daun
katu. Kencur (Kaemferia galanga L.) bermanfaat sebagai penyegar dan penghangat
badan, sehingga mempengaruhi keadaan ibu untuk menyusui, daun katuk (Sauropus
kesehatan ibu nifas, responden juga menggunakan ramuan yang digunakan sebagai
obat luar dengan cara semua bahan-bahan dari daun-daunan di bungkus kemudian
dipepes setelah itu di tempel di perut ibu yang bertujuan untuk mnegcilkan perut.
Menurut penelitian Sari et al. (2017) pada ibu nifas suku Banjar di Martapura
Ibu nifas juga di anjurkan untuk mengoleskan wedak panas ke perut, tangan dan kaki.
Wedak panas ini dioleskan setiap pagi sehabis mandi mulai hari pertama hingga hari ke
infusum sirih merah adalah 2-3 hari sedangkan pada kelompok obat antiseptik rata-rata
lama penyembuhan 5-6 hari, artinya bahwa daun sirih merah lebih efektif dibandingkan
Semua informan menggunakan daun sirih sebagai bahan dari ramuan yang
digunakan dengan cara di pepes dan diletakkan di perut ibu . menurut Daun sirih
mengandung Minyak atsiri (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat
samak dan kavikol yang bermanfaat untuk membunuh kuman, antioksidan anti jamur,
fungisida. Daun sirih juga berkhasiat untuk menghilangkan bau badan tak sedap karena
65
bakteri. Khasiat daun sirih juga dapat digunakan untuk menghentikan pendarahan,
daun sirih juga bermanfaat sebagai obat luar, antiseptik maupun obat dalam yang
dikonsumsi yang memiliki banyak khasiat untuk mengobati penyakit organ dalam
Informan juga menggunakan jeruk nipis sebagai salah satu bahan untuk
perawatan tubuh setelah bersalin. Menurut Hayati (2011) Air perasan jeruk nipis,
diaduk sampai rata, kemudian balurkan pada perut. Lakukan cara ini selama 3 bulan
dan lakukan sehabis mandi agar perut terhindar dari keriput, tetap halus dan kempis
seperti sedia kala. Responden juga menggunakan garam sebagai salah satu bahan
sebagai obat oles di perut, menurut Mulyani et al. (2016) garam digunakan sebagai
bahan pelengkap ramuan jamu karena memiliki efek antibakterial. Dengan kandungan
antibakteri, garam memiliki manfaat untuk meredakan ruam di kulit akibat alergi dan
infeksi, dapat meredakan rasa sakit dan linu. Garam yang sudah dicampur dengan air
Salah satu responden juga menggunakan manjakani sebagai obat yang dioles di
Fitrianti & Angkasawati (2015) pada masyarakat Gayo melakukan pengobatan dalam
menggunakan rempah dengan cara diminum dan dimasukkan ke dalam tubuh yang
yang bagus untuk mengetatkan otot vagina, vitamin A dan C, kalsium, protein, serta
66
mengandungi elemen astringent untuk membasmi bakteria penyebab keputihan.
Khasiat lain buah majakani berkhasiat untuk membersihkan bakteria di kawasan organ
intim kewanitaan. Selain itu ia sangat bagus untuk mengatasi cairan berlebihan di
kawasan vagina dan membasmi bakteria penyebab keputihan. Untuk rawatan lanjutan
buah majakani juga bagus untuk mencegah kanker serviks (Himalaya, 2017).
sebelumnya, pada sebagai masyarakat Aceh lain upaya mengeluarkan keringat pada ibu
dan sabut kelapa dimasukkan kedalam satu wadah/ ember tahan panas, setelah
berasap responden berdiri di atasnya sampai berkeringat, meutangeh ini dilakukan jika
ibu sudah mandi saja kalau tidak mandi maka tidak dianjurkan. Manfaat meutangeh
dapat dirasakan bukan hanya secara fisik namun juga secara fikiran dan mental.
ringan dan segar, perasaan menjadi lebih nyaman dan fikiran menjadi lebih rileks.
sistem pengobatan tradisional Gayo untuk nifas terdiri dari pengobatan luar dan
review praktik perawatan ibu nifas yang dilakukan oleh Dennis et al. (2007)
67
menemukan hubungan antara air, panas, dingin, dan kesehatan meluas ke larangan
mencuci rambut di antara wanita Arab dan Thailand, promosi mandi uap di Thailand,
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahayu et al. (2017) di Kecamatan Tanah
Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara, untuk mengembalikan berat badan ibu/
mengecilkan organ reproduksi dilakukan sale yang dimulai sejak hari pertama di
peumadeung (disale) dan diletakkan batu panas di perut.ibu tidur di atas bale yang
terbuat dari bambu atau kayu yang di bawahnya dihidupkan api.hal ini bertujuan untuk
Penemuan Simarmata dan Sembiring dikutip dari Paninsari (2018) inilah oukup
semakin banyak digunakan oleh ibu-ibu yang baru saja melahirkan untuk
mengembalikan dan memberikan stamina baru serta perawatan tubuh bagi ibu pasca
melahirkan yang juga menjadi perhatian yang sangat besar bagi orang Karo.
dibakar. Selama empat puluh empat hari. Ini disebut “Tungoe”, setelah itu
dipersiapkan juga balai-balai atau dipan yang dibuat dari batang bambu yang cukup tua
atau batang pinang atau batang kelapa atau batang nibung yang telah dibelah
memanjang selebar kurang lebih tiga jari, dewasa ini karena bahan-bahan tersebut
sudah agak sulit ditemukan, maka dipersiapkanlah balai atau dipan untuk orang yang
masih melakukan ritual madeung dengan menggunakan papan atau kayu yang dibelah
memanjang dengan lebar sekitar lima sentimeter, disusun memanjang dengan jarak
68
antara satu bilah papan dengan papan yang lain berjarak 2 cm (agar asap dan panas
bisa masuk melalui celah-celah tersebut) dan dipan yang digunakan biasanya
berukuran panjang disesuaikan dengan tinggi tubuh seseorang, agar orang tersebut
dapat tidur dengan nyaman dan leluasa, lebarnya minimal 75 cm atau tergantung
selera dan kebutuhan serta tingginya lebih kurang 1 meter, dibawah dipan itu ada yang
menggunakan pembakaran model tungku, bahannya ada yang terbuat dari semen dan
pasir ada juga gerabah dari tanah liat seperti anglo yang diisi dengan “teungo” atau
kayu,dengan melalui proses pembakaran dari api berubah menjadi bara merah, barulah
diatasnya diletakkan kayu-kayu kecil yang mengandung obat, seperti: kayu dadap, kayu
rambutan, kayu cendana dll. Selain itu juga disediakan juga batu kali sebesar
tempurung kelapa sebanyak tiga buah yang berbentuk agak gepeng (pipih) dan bisa
juga berbentuk bulat, sehinggga mudah untuk disandarkan pada perut perempuan
Pada budaya Masyarakat Aceh seorang ibu nifas tidak dibenarkan keluar rumah
sampai selesai masa nifas atau setelah mandi nifas. Fuadi (2018) menyebutkan prosesi
pada masyarakat Tumpok Ladang ditemukan seorang ibu nifas dibenarkan untuk keluar
Ibu nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari, karena dikhawatirkan
rentan dimasuki roh jahat (indepth interview). Ibu nifas yang tidak diperbolehkan keluar
rumah sama sekali selama 40 hari akan berdampak negatif bagi kesehatan ibu nifas. Hal
69
ini dikarenakan apabila ibu nifas tidak keluar rumah dan tidak terkena paparan sinar
matahari maka ibu nifas akan kekurangan vitamin D (Sari et al., 2017).
2. Keinginan Madeung
sendiri, hal ini didasari oleh pengalaman yang dirasakan oleh responden yang sudah
pernah menjalani madeung pada kelahiran anak sebelumnya dan ada juga responden
yang menjalani keinginan madeung atas keiinginan sendiri karena melihat pengalaman
ibunya yang sehat setelah menjalani madeung sampai dengan hari ke 44.
pernanan keluarga terdekat terutama ibu dari responden sangat besar sebagaimana
kutipan dari wawancara dengan responden Ny.N bahwa dia mengetahuai manfaat
madeung dari ibunya, dengan adanya pengetahuan tersebut juga mendorong dirinya
yang dilakukan oleh ibu terhadap ibu nifas yang akan melakukan madeung.
perempuan harus tinggal di rumah selama beberapa hari setelah kelahiran dan
lamanya periode pengasingan ini bervariasi berdasarkan kasta atau kelompok etnis.
negara dan prinsip-prinsip yang mendasari isolasi ini (untuk menyembuhkan vs menjadi
najis) juga tampaknya sangat berbeda. Setelah masa pengasingan sering ada upacara
sehari-hari.
70
Penelitian Fadzil et al. (2016) menunjukkan bahwa ibu-ibu di Malaysia
memberikan pengakuan atas peran anggota keluarga perempuan yang lebih tua dalam
perawatan nifas. Orang tua ibu post partum mendukung terhadap penggunaan jamu,
dengan cara sering mengingatkan agar ibu tidak lupa minum jamu agar Air Susu
Ibu (ASI) tetap lancar, namun terdapat 1 orang ibu yang menyatakan bahwa anggota
diketahui dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penting terhadap pencarian
dukungan yang menyakinkan terhadap pemilihan keputusan yang baik. Oleh karena
juga merupakan salah satu faktor yagn turut memobat tradisionalisasi seseorang atau
nasehat dari kerabat atau keluarga jauh sebagai kelompok rujukan (referal group) juga
yang akan diambil untuk mengobati penyakit. Masukan atau nasehat yang akan
diberikan oleh kerabat memiliki kemungkinan lebih besar untuk diterima dibandingkan
71
dengan masukan dari rujukan lain, sebab dalam hubungan kerabat terdapat ikatan
termasuk: (a) pemotongan tali pusat & ritual plasenta; (b) istirahat & pengasingan; (c)
upacara pemurnian, penamaan & penyapihan dan (d) nutrisi dan menyusui. Perubahan
fisiologis pada ibu dan bayi dapat mendukung berbagai kepercayaan, ritual dan praktik
pada periode pascanatal. Praktik-praktik ini sering kali berarti perempuan tidak
Untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak khususnya ibu nifas pemerintah
telah membuat suatu kebijakan seperti penempatan bidan desa, sehingga akses
khususnya Aceh Gampong Tumpok Ladang, dukun kampung ini masih memiliki peranan
terutama dalam hal madeung, karena dukun kampung inilah yang menyiapkan ramuan
“…ramuan yang digunakan untuk madeung adalah “Oen jaloh, oen limeng, oen
kerondoeng, oen kaca, dedak kunyet, boh munteu, oen krieh babi, jeura itam” yang
sebagian besar diperoleh dari lingkungan sekitar rumah”
Dalam kegiatan Madeung ini banyak ramuan obat tradisional yang digunakan
oleh dukun bayi dalam upaya menyembuhkan pasiennya. Pengobatan tradisional ini
suatu penyakit tertentu saja tetapi juga untuk ibu yang sedang dalam masa nifas. Obat
72
tradisional yang digunakan untuk ibu yang sedang nifas berfungsi membantu
memperbaiki organ-organ reproduksi agar pulih seperti sebelum hamil (Kalsum : 2013).
dibungkus dengan dedaunan seperti daun jarak (Oen Nawah), dibalut beberapa lapis
agar panas dari batu masih dapat dirasakan namun tidak berbahaya bagi ibu. Batu
tersebut diletakkan diperut bagian bawah ibu dengan tujuan untuk mempercepat
pengeluaran sisa darah persalinan yang dianggap kotor, selain itu teknik ini juga
mampu mengecilkan perut. Jika batu telah dingin maka akan digantikan dengan batu
yang kedua, dan begitu seterusnya. Makblien juga meramu daun-daun untuk
ditempelkan diperut ibu, juga meramu obat olesan yang akan dioleskan diperut ibu
agar tidak kembung. Untuk mengecilkan pinggang, Makblien akan memijat dengan
menggunakan dedak kunyit yang dicampur dengan air jeruk dan minyak goring yang
dipanaskan, dedak ini berguna untuk membuat kulit ibu menjadi kencang dan indah
(Fuadi, 2018).
Peranan dukun bayi tidak hanya terbatas pada pertolongan persalinan saja
tetapi juga meliputi berbagai segi lainnya, seperti mencucikan baju setelah ibu
melahirkan, memandikan bayi selama tali pusar belum puput (lepas), memijit ibu
setelah melahirkan, memandikan ibu, mencuci rambut ibu setelah 40 hari melahirkan,
73
Usaha-usaha peningkatan pelayanan kesehatan seperti yang tercermin dalam
program dukun latih itu memang bukan bertujuan untuk menghilangkan peranan yang
dimainkan oleh sistem perawatan kesehatan yang lama dan menggantinya dengan
sistem perawatan kesehatan yang baru. Pendidikan yang diberikan dalam program
daerah-daerah dimana fasilitas pelayanan kesehatan baru sangat terbatas. Lebih dari
itu, dengan pendidikan yang diberikan, dukun bayi dianggap mampu mengantikan
kehadiran fasilitas kesehatan yang baru yang diharapkan dapat meningkatkan taraf
diketahui selain melakukan tradisi madeung ibu nifas juga menerima pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh budan desa seperti pemberian vitamin A, ibu nifas juga
masih menerima saran atau anjuran dari bidan desa berkenaan dengan perawatan tali
pusar, berikut wawancara dengan bidan desa mengenai tugas bidan desa
“tugas petugas kesehatan dalam persalinan dan perawatan masa nifas adalah
menolong persalinan dan melakukan kunjungan pada ibu nifas, memberikan
penyuluhan juga tentang perawatan ibu maupun bayi pada bayi baru lahir dianjurkan
untuk tidak memberikan apapun pada tali pusarnya seperti abu, betadine masih
dibolehkan. Bidan juga se sering berkunjung pada ibu nifas untuk memantau bayi
sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti tidak membubuhi abu pada
tali pusar bayi serta memberikan vitamin A pada ibu nifas”
74
Pemeriksaan ibu nifas oleh bidan desa antara lain adalah pemeriksaan tekanan
darah, suhu badan, denyut nadi, keluhan ibu nifas, keadaan perut, daerah vagina dan
payu dara serta memberikan obat-obatan. Menurut penelitian Handayani (2010) ibu
nifas mendatangi ketempat pemeriksaan bukan atas kesadaran tetapi ibu bidan yang
aktif mengunjungi ke rumah ibu nifas untuk memeriksa, tanpa dipungut biaya. Ibu nifas
permasalahan / keluhan seperti anaknya sakit. Sedangkan bila ada keluhan pada diri
ibu nifas, maka akan lebih cenderung mendatangi dukun bayi baru kemudian ke ibu
bidan.
bidan desa dengan dukun kampung/ Makblien dengan demikian budaya kearifan lokal
dapat sejalan dengan ilmu kesehatan, sebagaimana hasil penelitian Anggorodi (2009)
peran Bidan dan Dukun yang bermitra dan tidak bermitra menunjukkan peranannya
lebih ditekankan kepada persalinan dan masa nifas. Pada saat persalinan, peran bidan
porsinya lebih besar dibandingkan dengan peran dukun. Selain menolong persalinan,
bidan pun dapat memberikan suntikan kepada pasien yang membutuhkannya atau
dapat dengan segera merujuk ke rumah sakit jika ada persalinan yang gawat atau sulit.
Peran dukun hanya sebatas membantu bidan seperti mengelus-elus tubuh pasien,
memberikan minum bila pasien membutuhkan dan yang terutama adalah memberikan
kekuatan batin kepada pasien. Kehadiran dukun bayi sangatlah penting karena pasien
beranggapan bahwa bila saat melahirkan ditunggui oleh dukun, maka persalinan akan
75
5.3.4 Focus Group Discusion Terkait Budaya Madeung
Hasil dari FGD disimpulkan bahwa budaya madeung bahwa madeung sudah ada
zaman dulu karena yang diwariskan secara turun temurun yang berguna untuk
sejak dulu dan sampai sekarang masih di terapkan di tengah masyarakat. Beberapa dari
budaya madeung yang baik masih terus dipertahankan seperti minum ramua-ramuan
dari kunyit, manjakani dan lainnya serta pemakaian obat luar yang ditempel diperut
serat kebiasaan meutangeh setelah mandi, sedangkan yang tidak baik seperti sale
dengan asap yang berlebihan sudah tidak dilakukan lagi karena mengganggu
pernafasan. Pemberian abu pada tali pusar juga tidak dilakukan lagi. Beberapa
pantangan pada makananpun tidak lagi dijalankan oleh ibu madeung. Budaya
masyarakat dulu yang membuang kolostrum yang dulu dianggap ASI basi juga juga
anjuran bidan desa seperti minum obat yang diberikan dari rumah sakit/bidan tetap
diminum. Untuk pemberian ASI tidak ada masalah karena masih tetap memberikan ASI
saja. Bahkan dengan ramuan seperti daun katuk dapat meningkatkan ASI
Dari hasil diskusi didapatkan unsur-unsur kebudayaan yang dijalankan oleh ibu
tidak selamanya merugikan bagi dunia kesehatan, ada pula yang bermanfaat maka dari
itu perlunya bagi kita untuk melestarikan budaya-budaya yang bermanfaat dan
positif seperti mengkonsumsi ramua-ramuan yang dapat memulihkan kondisi ibu dan
76
ramuan yang dapat meningkatkan ASI. Namun kebiasaan seperti meutangeh perlu
77
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1 Budaya madeung yang dilakukan oleh ibu nifas di Gampong Tumpok Ladang
daun gambas yang dicampur dengan garam dan abu dapur. Selain menggunakan
ramuan untuk minum juga menggunakan ramuan yang ditempel di perut ibu
dengan cara ramuan dipepes terlebih dahulu. Ibu nifas juga menjalani meutangeh/
orang tua dari responden karena orang tua mereka dahulu juga menjalani
madeung .
bahan yang diperlukan untuk madeung. Keluarga juga berperan dalam ritual
mandi pada hari kesepuluh dan upacara menginjak tanah pada hari kesepuluh.
Makblien berperan dalam meracik. Namun keluarga juga tidak memaksakan ibu
untuk madeung.
madeung tubuh menjadi sehat, kuat dan tidak mudah terserang penyakit seperti
pilek, sikap tersebut muncul karena responden melihat kondisi ibu mereka yang
78
5 Dalam menjalani madeung responden menjalani urut badan (payudara) juga
sehingga bayi tercukupi kebutuhannya, karena makanan terbaik bagi bayi adalah
6.2 Saran
kepada para dukun kampung (Makblien) yang membantu ibu menjalani madeung.
2. Bagi dinas kesehatan Kabupaten Aceh Barat, dapat mengadakan pelatihan pijat nifas
yang benar kepada dukun kampung di Kecamatan Kaway XVI agar pijat yang
dilakukan oleh dukun kampung tidak membahayakan bagi ibu nifas dan dapat
perilaku, pantangan dan dampaknya selama nifas pada setiap kali posyandu dan
kelas ibu hamil, kemudian membuat program pendampingan bidan desa dengan
dukun kampung dalam hal kerjasama melakukan penanganan ibu hamil dan ibu
nifas.
4. Bagi ibu nifas dan Keluarga agar dapat melakukan konsultasi mengenai perawatan
79
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi R., Dukun Bayi Dalam Persalinan Oleh Masyarakat Indonesia, Makara
Kesehatan, 2009;13(1):9-14.
Arifin B.S., Dukungan Sosial Terhadap Penggunaan Jamu Tradisional dalam Perawatan
Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Sidoharjo Sragen: Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2012.
Azwar S., Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi 2, Jakarta: Graha Ilmu; 2010.
Dahlianti R., Nasoetion A. & Roosita K., Keragaan Perawatan Kesehatan Masa nifas.
Pola Konsumsi Jamu Tradisional dan Pengaruhnya pada Ibu Nifas di Desa
Sukajadi. Kecamatan Tamansari, Bogor, 2005.
Damarini S., Eliana E. & Mariati M., Efektivitas Sirih Merah dalam Perawatan Luka
Perineum di Bidan Praktik Mandiri, Kesmas: National Public Health Journal,
2013;8(1):39-44.
Dennis C.-L., Fung K., Grigoriadis S., Robinson G.E., Romans S. & Ross L., Traditional
postpartum practices and rituals: a qualitative systematic review, Women’s
health, 2007;3(4):487-502.
Fadzil F., Shamsuddin K. & Wan Puteh S.E., Traditional postpartum practices among
Malaysian mothers: A review, The Journal of Alternative and Complementary
Medicine, 2016;22(7):503-508.
Fitrianti Y. & Angkasawati T.J., Gayo’s Traditional Medication For Puerperal Mother,
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 2015;18(2 Apr):111–119.
80
Fuadi T.M., Mengkontruksi Kearifan Lokal Dalam Pengobatan Tradisional Reproduksi
Oleh Dukun Bayi Di Aceh, Prosiding Biotik, 2018;2(1).
Gatrad A., Ray M. & Sheikh A., Hindu birth customs, Archives of disease in childhood,
2004;89(12):1094-1097.
Handayani S., Aspek sosial budaya pada kehamilan, persalinan dan nifas di Indonesia,
INFOKES: Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan, 2010;1(2):21-
7.
Hayati R., Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Pospartum, Medan:
Sumatera Utara; 2011.
Himalaya D., Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Manjakani (Quercus Infectoria Dall)
Terhadap Bakteri Vaginosis Dan Candida Penyebab Keputihan (Leukorrhea),
Journal of Midwifery, 2017;5(1):38-44.
Katno P., Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat Tradisional,
Yogyakarta: Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu. Fakultas Farmasi
Universitas Gajah Mada; 2003.
Kresno S., Aspek sosial budaya dalam kesehatan, Universitas Indonesia, Depok, 2005.
Kumalasari R., Arimbi D. & Ismunandar A., editors. Pemberian Jamu Uyup €“Uyup
Terhadap Kelancaran Pengeluaran Air Susu Ibu (Asi) Pada Ibu Nifas. Prosiding
Seminar Nasional & InternasionaL; 2014. Semarang: niversitas Muhammadiyah
Semarang.
Limananti A.I., Triratnawati, Atik, Jamu Cekok Components for Treating Children Have
No Appetite: An Ethnomedicine Approach, Makara Journal of Health Research,
2010:11-20.
Mander S. & Miller Y.D., Perceived safety, quality and cultural competency of
maternity care for culturally and linguistically diverse women in Queensland,
Journal of racial and ethnic health disparities, 2016;3(1):83-98.
Marianthi D., Soenarto S.S.Y., Haryanti F. & Prabandari Y.S., Aceh Culture On Maternal
And Child Health Related To Integrated Management Of Infant Illness: A
Qualitative Study In North Sumatra Indonesia, Belitung Nursing Journal,
2017;3(5):621-635.
81
Mayasaroh R., Peran Dukun Bayi Dalam Penanganan Kesehatan Ibu Dan Anak Di Desa
Bolo Kecamatan Demak Kabupaten Demak, Solidarity: Journal of Education,
Society and Culture, 2013;2(1).
Mentari A., Kajian Hubungan Komposisi dan Khasiat Ramuan Obat Tradisional yang
Digunakan Oleh Ibu-Ibu Pada Masa Nifas di Kabupaten Sleman Bagian Barat:
Universitas Gadjah Mada; 2014.
Mulyani H., Widyastuti S.H. & Ekowati V.I., Tumbuhan Herbal Sebagai Jamu
Pengobatan Tradisional Terhadap Penyakit Dalam Serat Primbon Jampi Jawi
Jilid I, Jurnal Penelitian Humaniora UNY, 2016;21(2).
Notoatmodjo S., Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan: Jakarta: Rineka Cipta;
2012.
Paninsari D., Perilaku Ibu Pasca Persalinan Tentang Manfaat Oukup Di Klinik Damai
Yanti Tahun 2018, Jurnal maternitas Kebidanan, 2018;3(2):76-80.
Rahayu I.S., Mudatsir M. & Hasballah K., Faktor Budaya Dalam Perawatan Ibu Nifas,
Jurnal Ilmu Keperawatan, 2017;5(1):36-49.
Rahimsyah. Aneka Resep Obat Kuno Yang Mujarab, Surabaya: Karya Gemilang
Utama; 2011.
Saleha S., Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Jakarta: Salemba Medika; 2009.
Sari L.S., Husaini H. & Ilmi B., Kajian budaya dan makna simbolis perilaku ibu hamil
dan ibu nifas, Jurnal Berkala Kesehatan, 2017;1(2):78-87.
82
Scholichah N., Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Postpartum Dengan
Kelancaran Pengeluaran Asi Di Desa Karang Duren Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang, Jurnal Komunikasi Kesehatan (Edisi 3), 2012;2(02).
Sein K.K., Beliefs and practices surrounding postpartum period among Myanmar
women, Midwifery, 2013;29(11):1257-1263.
Sharma S., Van Teijlingen E., Hundley V., Angell C. & Simkhada P., Dirty and 40 days in
the wilderness: Eliciting childbirth and postnatal cultural practices and beliefs
in Nepal, BMC pregnancy and childbirth, 2016;16(1):147.
Suherni H.W., Rahmawati, Anita. Perawatan Masa Nifas, Jogjakarta: Fitramaya; 2009.
Suryani E. & Astuti K.E.W., Pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu
postpartum di BPM Wilayah Kabupaten Klaten, Interest: Jurnal Ilmu
Kesehatan, 2013;2(2).
Suryawati C., Faktor sosial budaya dalam praktik perawatan kehamilan, persalinan,
dan pasca persalinan (Studi di Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara), Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia, 2007;2(1):21-31.
Turlina L. & Wijayanti L., Pengaruh Pemberian Serbuk Daun Pepaya Terhadap
Kelancaran ASI Pada Ibu Nifas Di Bpm Ny. Hanik Dasiyem, Amd. Keb di
Kedungpring Kabupaten Lamongan, Jurnal Media Komunikasi Ilmu Kesehatan,
2015;7:01.
Yudhistira R.B., Pola Pemilihan Dan Penggunaan Jamu Kemasan Di Kalangan Penarik
Becak Di Terminal Bratang-Surabaya, Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas
Surabaya, 2006.
Yuliyanti L.S., Faizah Betty, R. Gambaran Perawatan Ibu Nifas Di Wilayah Kecamatan
Miri Sragen: Solo: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014.
83
Yuningsih R., Pengobatan Tradisional di Unit Pelayanan Kesehatan, Info Singkat
Kesejahteraan Sosial, 2012;4(5):9-12.
84