Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dilaksanakan melalui
perencanaan yang di tuangkan dalam berbagai dokumen perencanaan baik itu
perencanaan jangka panjang maupun perencanaan satu tahunan. Perencanaan
dalam satu tahun tertuang dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang
selanjutnya di turunkan dalam bentuk anggaran kegiatan sehingga menghasilkan
dokumen anggaran. Baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah setiap
tahunnya berkewajiban menyusun dokumen anggaran. Dokumen anggaran untuk
pemerintah pusat di beri nama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), sementara dokumen anggaran untuk pemerintah daerah disebut
Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah (APBD) (Iqbal, 2018).
APBN atau APBD yang telah ditetapkan melalui rapat paripurna legislatif
kemudian menjadi dasar bagi pemerintah dalam bekerja. Realisasi anggaran
berjalan dalam jangka waktu satu tahun anggaran mulai dari januari hingga
desember demi tercapainya tujuan pemerintahan yaitu sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Efektivitas kinerja pemerintah dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat sangat bergantung pada kemampuan pemerintah
merealisasikan anggaran yang telah disusun. Apabila pengalokasian anggaran
efisien, maka keterbatasan sumber dana yang dimiliki dapat dioptimalkan untuk
mendanai kegiatan strategis. Sumber-sumber penerimaan yang terbatas
mengharuskan pemerintah menyusun prioritas kegiatan dan pengalokasian
anggaran yang efektif dan efisien. (Kusuma Negara, dkk , 2018).
Permasalahan lambatnya penyerapan anggaran di Indonesia seperti sudah
menjadi masalah klasik. Hal ini disebabkan hampir semua Provinsi yang ada di
Indonesia mengalami permasalahan ini setiap tahunnya. Penyerapan anggaran
yang cenderung rendah di awal tahun dan menumpuk di akhir tahun menyebabkan
ketidakmerataan penyerapan anggaran (Suwarni, 2018). Keterlambatan realisasi
anggaran yang menumpuk di akhir tahun berdampak pada kualitas kinerja
pemerintah dan akhirnya menganggu laju pertumbuhan perekonomian didaerah
tersebut (Iqbal, 2018)

Universitas Muhammadiyah Riau


2

Kasus lambatnya penyerapan anggaran juga terjadi di Provinsi Riau,


dimana hingga Oktober 2019 tercatat serapan Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) Provinsi Riau sebesar 70,77%, realisasinya sudah mencapai
Rp5,1 triliun atau 70,25 persen. Dengan rincian, belanja Kementerian/Lembaga
(K/L) terserap Rp883 miliar atau 61,21 persen dan Transfer ke Daerah dan Dana
Desa (TKDD) terserap Rp4,25 triliun atau 71,47 persen. Namun berdasarkan
realisasi APBN PEMDA Riau, kota Pekanbaru menjadi PEMDA yang
realisasinya terendah dibandingkan lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Realisasi APBN Terendah di Provinsi Riau Oktober 2019
Kota Persentase
Kuantan Singigi 77,39%
Rokan Hulu 77,27%
Indragiri Hulu 77,18%
Kepulauan Meranti 74,82%
Kampar 74,80%
Indragiri Hilir 74,01%
Dumai 72,75%
Pelalawan 71,57%
Rokan Hilir 71,05%
Riau 70,25%
Siak 68,14%
Bengkalis 68,03%
Pekanbaru 64,42%
Sumber: www.goriau.com
Berdasarkan Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah
dengan penyerapan anggaran terendah di Provinsi Riau hingga Oktober 2019
adalah Kota Pekanbaru dengan rincian, realisasi belanja K/L Pekanbaru mencapai
Rp.2,76 Triliun atau 61,36% dan TKDD terealisasi sebesar Rp.1,1 Triliun atau
73,52%. Sehingga keseluruhan baru tersalurkan Rp.3,87 Triliun (64,42%).
Realisasi APBN di kota Pekanbaru merupakan yang terendah dibandingkan 12
PEMDA lainnya, padahal kota Pekanbaru sendiri merupakan salah satu Pemda
yang mendapat alokasi APBN terbesar di Provinsi Riau yaitu Rp.6,01 Triliun.
setelah Pemerintah Provinsi Riau yang mendapat pagu sebesar Rp7,3 triliun
(www.goriau.com/berita/baca/realisasi-apbn-pekanbaru-terendah-di riau.html).
Selain APBN, di tahun 2019 ini kota Pekanbaru secara sah menetapkan
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp.2.56 Triliun yang
terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 2,1 triliun, dana

Universitas Muhammadiyah Riau


3

perimbangan dan sebagainya yang penyerapannya tidak mencapai target awal


yang telah ditetapkan. APBD 2019 disiapkan untuk pendidikan, infrastruktur,
kesehatan, pembangunan ekonomi sebagai kemajuan kota, pembangunan
kerjasama wilayah Pekan Sikawan (Pekanbaru, Siak, Kampar dan Pelalawan.
Masalah penyerapan APBN dan APBD diatas juga dapat dibuktikan dengan
adanya informasi yang diperoleh terkait progres keuangan penyerapan anggaran
kota Pekanbaru hingga akhir Desember 2019 sebagai berikut:
Tabel 1.2 Progres Keuangan Penyerapan Anggaran Kota Pekanbaru 2019
Periode Target Realisasi
Triwulan 1 23,24% 12,53%
Triwulan 2 53,21% 33,55%
Triwulan 3 77,02% 54,84%
Triwulan 4 100% 64,42%
Sumber: www.monev.lkpp.go.id
Berdasarkan Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa target penyerapan
anggaran di kota Pekanbaru tidak pernah mencapai target yang diharapkan setiap
periodenya. Hal ini membuat masing-masing OPD di Kota Pekanbaru masih harus
fokus pada penyerapan anggaran bukan pada manfaat yang diberikan. Alasan
yang membuat penyerapan anggaran di kota Pekanbaru rendah salah satunya
adalah pada penyerapan dana yang masih rendah dari kelurahan.
Kota Pekanbaru menjadi tujuh kabupaten atau kota yang gagal menyalurkan
50% dana kelurahannya. Dari Rp99,5 miliar yang dialokasikan, pada triwulan III
tahun 2019 tepatnya pada bulan Oktober hanya terealisasi Rp61,5 miliar dana
kelurahan di Riau. Selain itu, angka pengajuan pencairan dana kelurahan hingga
Oktober 2019 berada di angka sekitar 43%. Penyebabnya adalah serapan dana ini
baru pertama kali dijalankan dan beberapa petugas dikelurahan yang ditunjuk
tidak siap dikarenakan beberapa alasan seperti persiapan yang terbatas dan adanya
pemenuhan syarat seperti golongan dan lainnya (http://riaupos.co/214038-berita-
serapan-dana-kelurahan-rendah.html).
Berdasarkan fenomena yang terjadi mengenai penyerapan anggaran diatas,
untuk dapat memperbaiki penyerapan anggaran agar menjadi lebih baik maka
diperlukannya perencanaan anggaran. Menurut Saprudin (2018) perencanaan
anggaran, merupakan faktor penting dalam pengelolaan anggaran. Perencanaan
anggaran disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

Universitas Muhammadiyah Riau


4

penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. Dimana dokumen perencanaan ini


memuat kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menghasilkan secara utuh
sasaran hasil kinerja pembangunan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka
anggaran yang disebut dengan rencana kerja. Sehingga perencanaan yang tidak
matang dalam penentuan anggaran yang disajikan akan berdampak pada program
kerja yang tidak berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan tidak selarasnya antara
perencanaan anggaran dan program kerja yang akan dilaksanakan, sehingga
menjadi salah satu faktor penyebab minimnya penyerapan anggaran.
Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi penyerapan anggaran adalah
kompetensi sumber daya manusia. Saprudin (2018) mengatakan bahwa sumber
daya manusia merupakan komponen penting dalam penyusunan dan pelaksanaan
anggaran, karena sumber daya manusia selalu terkait dengan penetapan sasaran
hingga evaluasi anggaran. Sumber daya manusia juga harus memiliki kompotensi
yang baik, dimana kompetensi ini merupakan karakteristik dari seseorang yang
mempunyai kemampuan, keterampilan dan pengetahuan untuk melakukan suatu
pekerjaan. Apabila pemerintah memiliki kompetensi sumber daya manusia yang
baik maka proses penyerapan anggaran dalam Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) akan terserap dengan baik.
Menurut Sanjaya (2018) Politik anggaran dapat dimaknai sebagai proses
pengalokasian anggaran berdasarkan kebutuhan dan proses politik, baik dilakukan
oleh perorangan maupun kelompok. Politik anggaran memang tak dapat dihindari,
hal ini terjadi sebuah tarik menarik kepentingan pemerintah dengan legislatif
secara langsung dapat mengurangi waktu dalam pengimplementasian program
kerja yang sudah disepakati di awal tahun anggaran. Akibat yang ditimbulkan dari
faktor politik tersebut menjadikan organisasi perangkat daerah tidak langsung
dapat mengimplementasikan program kerjanya jika hal tersebut tidak sesuai
dengan prioritas kebutuhan dan keadilan seperti yang telah disepakati oleh
legislatif.
Menurut Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
mengatakan pelaksanaan merupakan aktivitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan
untuk merealisasikan semua rencana dan kebijakan yang telah dirumuskan dan
ditetapkan. Sedangkan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa adalah aktivitas

Universitas Muhammadiyah Riau


5

yang dilaksanakan dalam memperoleh barang dan jasa sesuai dengan rencana
pengadaan. Teori stakeholder menjelaskan bahwa pemerintah daerah memiliki
hubungan timbal balik masing-masing pihak yang akan memiliki dampak antara
yang satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan tertentu, pemerintah sebagai
stakeholder yang pengaruhnya cukup signifikan terhadap pembangunan di daerah
memberikan pelayanan atas kebutuhan masyarakat dengan proses pengadaan
barang/jasa secara online yang merupakan salah satu jalan untuk mempercepat
penyerapan anggaran (Ramadhani dan Setiawan, 2019).
Menurut beberapa penelitian terdahulu diantaranya Mutmainna dan Iqbal
(2017), Syakhrial, S. (2017) mengatakan bahwa dokumen perencanaan
berpengaruh terhadap penyerapan anggaran. Didukung oleh penelitian Saprudin
(2018) yang mengatakan bahwa dokumen perencanaan berpengaruh terhadap
penyerapan anggaran. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Alimuddin (2018)
mengatakan bahwa sumber daya manusia tidak berpengaruh terhadap penyerapan
anggaran. Hal ini tidak selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutmainna
dan Iqbal (2017) dan Saprudin (2018) yang mengatakan bahwa Kompetensi
Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap penyerapan anggaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya (2018) menyebutkan bahwa Politik
Anggaran berpengaruh terhadap penyerapan anggaran. Sebaliknya penelitian yang
dilakukan oleh Ramadhani (2019) dan Handayani (2017) mengatakan bahwa
politik anggaran tidak berpengaruh terhadap penyerapan anggaran. Penelitian
yang dilakukan oleh Elim, dkk (2018) menyebutkan bahwa pengadaan barang dan
jasa berpengaruh terhadap penyerapan anggaran, hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani dan Setiawan (2019), Alimuddin
(2018) dan Syakhrial, S. (2017) juga menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi penyerapan anggaran disebabkan oleh faktor pengadaan barang
atau jasa. Namun hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sanjaya (2018) yang menyatakan bahwa pengadaan barang/jasa tidak
mempengaruhi penyerapan anggaran.
Penelitian ini merupakan pengembangan hasil penelitian dari Saprudin
(2018) dengan judul penelitian “Dokumen Perencanaan dan Kompetensi Sumber
Daya Manusia pengaruhnya terhadap penyerapan anggaran”. Perbedaan penelitian

Universitas Muhammadiyah Riau


6

ini dengan penelitian sebelumnya ialah lokasi penelitian, waktu penelitian dan
penelitian menambahkan dua variabel bebas yaitu Politik Anggaran dan
Pengadaan Barang dan Jasa.
Alasan memilih variabel Politik Anggaran dalam penelitian ini karena hasil
dari penelitian terdahulu masih tidak konsisten dan variabel tersebut masih banyak
yang belum diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya (2018) menyebutkan
bahwa Politik Anggaran berpengaruh terhadap penyerapan anggaran. Sebaliknya
penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2019) dan Handayani (2017)
mengatakan bahwa politik anggaran tidak berpengaruh terhadap penyerapan
anggaran. Selain itu alasan isu mengenai politik anggaran adalah pada akhir tahun
2019 adanya proses pengesahan anggaran yang di lakukan pemerintah secara
cepat dan tidak sesuai dengan prosedur yang ada. Pengesahan APBD adalah
proses pengambilan persetujuan antara DPRD dan Wali Kota melalui sidang
paripurna DPRD dan dilakukan penandatangan Rancangan Peraturan Daerah
(Ranperda) APBD-P atau APBD murni. Mempercepat pengesahan APBD, tetapi
ternyata yang disahkan rancangan belum detail dan tidak dibahas secara seksama,
membuat Triono Hadi mengkritisi soal untuk APBD yanga ada. Menurut dia
harus ditinjau ulang kembali tentang bagaimana mekanisme perencanaan. Dan
katanya lagi, ada transaksi kotor agar proses penyerapan anggaran bisa cepat
dilakukan(https://gagasanriau.com/news/detail/41576/fitra-riau-pertanyakan-
motif-apa-dibalik-pengesahan-apbd-pemko-pekanbaru-bisa-cepat).
Selanjutnya alasan memilih variabel Pengadaan barang dan jasa dalam
penelitian ini karena menurut penelitian terdahulu pengadaan barang dan jasa
masuk sebagai faktor-faktor penyerapan angggaran serta disarankan untuk diteliti.
Hal ini menunjukkan bahwa masih adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ramadhani dan Setiawan (2019) dan penelitian yang
dilakukan oleh Sanjaya (2018) terkait variabel pengadaan barang dan jasa
terhadap penyerapan anggaran. Selain itu alasan isu mengenai pengadaan barang
dan jasa adalah banyaknya aktivitas pemerintah dalam melakukan proses tender
yang menyebabkan banyaknya juga tender yang baru selesai di akhir tahun.
Tender adalah tawaran resmi dan terstruktur untuk mencari mitra yang
mengajukan harga, memborong pekerjaan, atau menyediakan barang dan jasa.

Universitas Muhammadiyah Riau


7

Dalam sektor pemerintahan, tender resmi sering disyaratkan secara rinci oleh
hukum untuk memastikan bahwa proyek yang menggunakan dana negara
dilakukan dengan bebas, adil, serta terlepas dari suap atau nepotisme. Menurut
Sekretariat Daerah Provinsi Riau, Indra SE meminta kepada seluruh Kepala OPD
dengan sisa waktu yang ada, mengingatkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), agar mengawal betul pelaksanaan
kegiatan. Sehingga yang menjadi target baik itu fisik dan keuangan diakhir tahun
2019 bisa tercapai. (https://www.goriau.com)
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, permasalahan yang
terjadi adalah berkaitan dengan penyerapan anggaran pemerintah daerah yang
tidak efektif. Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner pada
Organisasi perangkat daerah (OPD) yang berada di Kota Pekanbaru. Maka Penulis
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Pemerintah Kota Pekanbaru”.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah sesuai dengan latar belakang diatas adalah:
1. Apakah Dokumen Perencanaan berpengaruh terhadap Penyerapan Anggaran
di OPD Kota Pekanbaru?
2. Apakah Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap Penyerapan
Anggaran di OPD Kota Pekanbaru?
3. Apakah Politik Anggaran berpengaruh terhadap Penyerapan Anggaran di OPD
Kota Pekanbaru?
4. Apakah Pengadaan Barang dan Jasa berpengaruh terhadap Penyerapan
Anggaran di OPD Kota Pekanbaru?
5. Apakah Dokumen Perencanaan, Kompetensi Sumber Daya Manusia, Politik
Anggaran dan Pengadaan Barang dan Jasa berpengaruh terhadap penyerapan
anggaran di OPD Kota Pekanbaru?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Penyerapan
Anggaran di Kota Pekanbaru dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian adalah:

Universitas Muhammadiyah Riau


8

1. Untuk mengetahui pengaruh Dokumen Perencanaan terhadap Penyerapan


Anggaran di OPD Kota Pekanbaru.
2. Untuk mengetahui pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap
Penyerapan Anggaran di OPD Kota Pekanbaru.
3. Untuk mengetahui pengaruh Politik Anggaran terhadap Penyerapan Anggaran
di OPD Kota Pekanbaru.
4. Untuk mengetahui pengaruh Pengadaan Barang dan Jasa terhadap Penyerapan
Anggaran di OPD Kota Pekanbaru.
5. Untuk mengetahui pengaruh Dokumen Perencanaan, SDM, Politik Anggaran
dan Pengadaan Barang dan Jasa terhadap penyerapan anggaran di OPD Kota
Pekanbaru.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pembaca, bermanfaat untuk memberikan tambahan informasi dan
pengetahuan mengenai penelitian anggaran pendapatan dan belanja daerah.
2. Bagi Penulis, bermanfaat untuk menambah wawasan tentang pengetahuan
mengenai penelitian anggaran pendapatan dan belanja daerah.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya, bermanfaat untuk menjadi masukan yang baik serta
menambah informasi dalam mengadakan penelitian lebih lanjut.
1.5 Sistematika Penelitian
Adapun sistematika dalam penelitian ini adalah:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Pada Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika
penulisan.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab ini menguraikan tentang kajian teori dari masing-masing
variabel, kerangka pemikiran dan hipotesis.
BAB 3 : METODE PENELITIAN
Pada Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang meliputi
jenis penelitian, lokasi penelitian, populasi & sampel, sumber data,

Universitas Muhammadiyah Riau


9

teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel serta


menguraikan tentang teknik analisis data.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)
Pengertian stakeholder menurut Ulum (2009) adalah sekelompok orang
atau individu yang di identifikasikan dapat mempengaruhi dan dapat dipengaruhi
oleh suatu tujuan pencapaian tertentu. Teori Stakeholder adalah teori yang
menjelaskan hubungan timbal balik antar pemerintah dan para stakeholder yang
ada di dalamnya. Pemerintah sebagai stakeholder memiliki peran penting untuk
kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan pemerintah dalam proses memajukan
suatu daerah. Pemerintah diharapkan mampu menggunakan bagaimana
pemerintah selaku pemegang kekuasaan tertinggi disuatu daerah menggunakan
sumber daya yang ada untuk memajukan pembangunan secara maksimal untuk
kepentingan rakyat daerahnya. Kepentingan rakyat disini adalah anggaran yang
sudah disahkan oleh DPRD dan direpresentasikan sesuai dengan kebutuhan rakyat
sehingga hasilnya akan kembali kepada rakyat (Sanjaya, 2018).
2.2 Penyerapan Anggaran
Menurut Halim (2012), bahwa penyerapan anggaran adalah pencapaian dari
suatu estimasi yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dipandang
pada suatu saat tertentu (realisasi dari anggaran). Secara lebih mudah, masyarakat
umum menyebutnya pencairan anggaran. Oleh karena yang di amati adalah entitas
pemerintahan atau organisasi sektor publik, maka penyerapan anggaran dapat
diartikan sebagai pencairan atau realisasi anggaran sesuai yang tertera dalam
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada saat tertentu.
2.3 Dokumen Perencanaan
Dokumen perencanaan ini memuat kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk
menghasilkan secara utuh sasaran hasil kinerja pembangunan dalam bentuk
kerangka regulasi dan kerangka anggaran yang disebut dengan rencana kerja.
Sehingga perencanaan yang tidak matang dalam penentuan anggaran yang
disajikan akan berdampak pada program kerja yang tidak berjalan dengan baik,

Universitas Muhammadiyah Riau


10

hal ini dikarenakan tidak selarasnya antara perencanaan anggaran dan program
kerja yang akan dilaksanakan, sehingga menjadi salah satu faktor penyebab
minimnya penyerapan anggaran (Saprudin, 2018).
2.4. Kompetensi Sumber Daya Manusia
Sutrisno (2009), kompetensi adalah suatu yang mendasari karakteristik dari
suatu individu yang dihubungkan dengan hasil yang diperoleh dalam suatu
pekerjaan. Senada dengan pendapat tersebut, menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 101 Tahun 2000 pasal 3, mengatakan bahwa yang namanya kompetensi
adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh Pegawai Negeri Sipil
(PNS), baik berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang
diperlukan dalam menunjang pelaksanaan tugas jabatannya. Konsep dasar
kompetensi bersumber dari konsep individu yang memiliki tujuan untuk
mengidentifikasi, memperoleh, dan mengembangkan kemampuan individu agar
dapat bekerja lebih baik. Individu merupakan komponen utama yang menjadi
pelaku dalam organisasi. Oleh sebab itu, kemampuan organisasi sangat
bergantung pada kemampuan individu-individu yang ada di dalamnya.
2.5 Politik Anggaran
Dalam menyusun suatu anggaran, hal yang tidak dapat dihindari bahwa
penggunaan dana publik akan ditentukan oleh kepentingan politik. Menurut Irene
S. Rubin dalam The Politics of Public Budgeting (2000) mengatakan, dalam
penentuan besaran maupun alokasi dana untuk rakyat senantiasa ada kepentingan
politik yang diakomodasi oleh pejabat. Bahwa alokasi anggaran mencerminkan
kepentingan perumus kebijakan terkait dengan konstituennya. Apabila dalam
pelaksanaan anggaran tidak sesuai dengan kepetingan politik atau pelaksanaan
yang diajukan tidak sesuai dengan prioritas yang telah disepakati bersama, maka
secara tidak langsung dapat memperlambat waktu kegiatan atau program kerja.
2.6 Pengadaan Barang dan Jasa
Mayoritas lambatnya serapan anggaran terjadi dikarenakan proses tender
yang memakan waktu beberapa bulan, hal ini dikarenakan ada beberapa proses
teknis ada beberapa proses teknis dan non teknis yang harus dijalankan dan harus
melalui prosedur-prosedur yang sudah ditetapkan oleh aturan Undang-Undang
(UU) (Handayani, 2017). Lambatnya proses lelang ditambah lagi konflik-konflik

Universitas Muhammadiyah Riau


11

yang terjadi selama proses tender berlangsung semakin memperparah lamanya


waktu yang dibutuhkan untuk implementasi anggaran. Terdapat empat
administrasi pengadaan barang dan jasa yaitu dengan cara 1) Pelelangan, 2)
Penunjukkan langung , 3) Pengadaan langsung dan 4) Sayembara (Syakhrial, S.,
2017).
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan peneliti dalam melakukan
penelitian selanjutnya, sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan
dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Berikut beberapa jurnal terkait
dengan penelitian yang dilakukan penulis.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
N Nama dan Judul Variabel
Hasil Penelitian
o Penelitian Penelitian
1 Saprudin (2018), Dokumen Dokumen Perencanaan
Dokumen Perencanaan Perencanaan Berpengaruh Terhadap Penyerapan
dan Kompetensi (X1), Kompetensi Anggaran.
Sumber Daya Manusia Sumber Daya Kompetensi Sumber Daya Manusia
Pengaruhnya Terhadap Manusia (X2) Berpengaruh Terhadap Penyerapan
Penyerapan Anggaran Penyerapan Anggaran.
Anggaran (Y)

2 Tessa Sanjaya (2018), Regulasi Regulasi Keuangan Daerah,


Pengaruh Regulasi Keuangan Daerah Pelaksanaan Pengadaan
Keuangan Daerah, (X1), Politik Barang/Jasa Tidak Berpengaruh
Politik Anggaran dan Anggaran (X2), Terhadap Penyerapan Anggaran
Pelaksanaan Pelaksanaan Pada OPD Provinsi Sumatera
Pengadaan Pengadaan Barat.
Barang/Jasa Terhadap Barang/Jasa (X3) Politik Anggaran Berpengaruh
Penyerapan Anggaran Penyerapan Terhadap Penyerapan Anggaran
pada OPD Provinsi Anggaran (Y) Pada OPD Provinsi Sumatera Barat
Sumatera Barat.
3 Rifka Ramadhani Regulasi (X1), Regulasi, Perencanaan Anggaran
dan Mia Angelina Politik Anggaran Dan Pengadaan Barang/Jasa
Setiawan (2019), (X2), Berpengaruh Terhadap Penyerapan
Pengaruh Regulasi, Perencanaan Anggaran Belanja Pada OPD
Politik Anggaran, Anggaran(X3), Provinsi Sumatera Barat.
Perencanaan Sumber Daya Sedangkan Politik Anggaran dan
Anggaran, Sumber Manusia (X4) dan Sumber Daya Manusia Tidak
Daya Manusia dan Pengadaan Berpengaruh Siginifikan Terhadap
Pengadaan Barang/Jasa (X5) Penyerapan Anggaran Belanja
Barang/Jasa terhadap Penyerapan Pada OPD Provinsi Sumatera
penyerapan anggaran Anggaran (Y) Barat.
belanja pada OPD
Provinsi Sumatera
Barat.

Universitas Muhammadiyah Riau


12

4 Indi Zaenur Anisa Perencanaan Perencanaan Anggaran, Kualitas


(2017), Pengaruh Anggaran (X1), SDM, Pelaksanaan Anggaran
Perencanaan Kualitas SDM Berpengaruh Terhadap Penyerapan
Anggaran, Kualitas (X2), Pelaksanaan Anggaran.
SDM dan Pelaksanaan Anggaran (X3)
Anggaran terhadap Penyerapan
Penyerapan Anggaran Anggaran (Y)
pada OPD Provinsi
Banten.
5 Muhammad Iqbal Perencanaan Perencanaan Anggaran,
(2018), Pengaruh Anggaran (X1), Kompetensi SDM Berpengaruh
Perencanaan Kompetensi Terhadap Penyerapan Anggaran.
Anggaran, Sumber Daya Komitmen Organisasi
Kompetensi Sumber Manusia (X2), Memperkuat Hubungan
Daya Manusia Komitmen Perencanaan Anggaran Dan
terhadap Penyerapan Organisasi (Z) Kompetensi SDM Dengan
Angaran dengan Penyerapan Anggaran.
Komitmen Organisasi Penyerapan
Sebagai Variabel Anggaran (Y)
Moderasi
6 Meyulinda Eviana Perencanaan Perencanaan Anggaran,
Elim, Deasy Susana Anggaran (X1), Pelaksanaan Anggaran, Pengadaan
Ndaparoka, dan Pelaksanaan Barang Jasa, Komitmen
Thobias Elianus David Anggaran (X2), Manajemen Dan Lingkungan
Tomasowa (2018), Pengadaan Birokrasi Berpengaruh Terhadap
Analisis Faktor-Faktor Barang Jasa (X3), Penyerapan Anggaran Pendapatan
Yang Mempengaruhi Komitmen dan Belanja Daerah (APBD)
Penyerapan Anggaran Manajemen (X4), Pemerintah Kota Kupang.
Belanja Pada Lingkungan
Organisasi Perangkat Birokrasi (X5)
Daerah Di Kota Penyerapan
Kupang Anggaran (Y)
7 Syakhrial, S. (2017) Proses Proses Perencanaan Anggaran,
Analisis Pengaruh Perencanaan Administrasi Pengadaan
Proses Perencanaan Anggaran (X1), Barang/Jasa, Verifikasi Dokumen,
Anggaran, Administrasi Berpengaruh Terhadap Progres
Administrasi Pengadaan Penyerapan Anggaran Belanja (Y)
Pengadaan Barang/Jasa (X2),
Barang/Jasa dan Verifikasi
Verifikasi Dokumen Dokumen (X3),
Pembayaran Terhadap Progres
Progres Penyerapan Penyerapan
Anggaran Belanja Anggaran Belanja
( Studi Kasus Satker (Y)
Sekretariat badan
Pembinaan Kontruksi)
Sumber: Data Olahan Berbagai Referensi

Universitas Muhammadiyah Riau


13

2.5 Kerangka Pemikiran

Dokumen
Perencanaan
Anggaran (X1)
H1

Sumber Daya
H2
Manusia (X2)
Penyerapan
Anggaran (Y)
H3
Politik Anggaran
(X3)

4 H4
Pelaksanaan
Pengadaan
Barang/Jasa (X4)
H5

Gambar 2.1 Model Pemikiran


2.6 Hipotesis
2.6.1 Pengaruh Dokumen Perencanaan terhadap Penyerapan Anggaran
Dokumen perencanaan (Rencana Kerja) merupakan salah satu dokumen
yang menjadi acuan bagi pemerintah dalam menjalankan dan mengelola keuangan
daerah. Menurut Iqbal (2018) bahwa semakin matang pengelola anggaran dalam
merencanakan, maka program kerja/kegiatan dalam satu tahun anggaran akan
berjalan dengan baik, sehingga target penyerapan anggaran dapat tercapai, dan
sebaliknya. Teori stakeholder menggambarkan kepada pihak mana saja
pemerintah harus bertanggungjawab salah satu nya yaitu pihak Legislatif (DPRD).
Organisasi Perangkat Daerah sebagai pihak eksekutif membuat dan merancang

Universitas Muhammadiyah Riau


14

dokumen perencanaan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada stakeholder


yang kemudian akan dibahas bersama pihak DPRD dengan fokus sebesar-
sebesarnya untuk pentingan rakyat.
Penelitian Saprudin (2018) yang mengatakan bahwa dokumen perencanaan
berpengaruh terhadap penyerapan anggaran, yang artinya perencanaan anggaran
memberikan kontribusi untuk penyerapan anggaran di pemerintah daerah.
Dokumen perencanaan seharusnya dapat memonitoring pelaksanaan
program/kegiatan seberapa jauh pelakansanaanya. Sehingga akan meningkatkan
penyerapan anggaran yang baik. Penelitian Syakhrial, S. (2017) menemukan hasil
bahwa perencanaan berpengaruh terhadap penyerapan anggaran yang artinya hasil
proses perencanaan yang baik yang tertuang dalam dokumen perencanaan,
memiliki dampak yang signifikan terhadap penyerapan anggaran. Apabila
dokumen perencaanaan disusun secara jelas dan baik, maka akan mempermudah
proses penyerapan anggaran yang akan dilakukan oleh pihak pemerintah.
Berdasarkan hasil paparan diatas, maka hipotesis pertama diajukan:
H1: Diduga Dokumen Perencanaan berpengaruh terhadap Penyerapan Anggaran

2.6.2 Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Penyerapan


Anggaran
Pemerintah sebagai satu kesatuan organisasi dalam menata organisasinya
dengan efektif dan efisien memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas
agar dapat mendukung pemerintah daerah menjalankan fungsinya, dalam
pengeloaan keuangan daerah yang harus dilakukan dengan baik dan benar.
Manusia sebagai tenaga kerja menggunakan potensi fisik dan psikis yang ia miliki
secara maksimal dalam mencapai tujuan organisasi.
Teori stakeholder menjelaskan bahwa suatu kelompok atau individu dapat
mempengaruhi atau di pengaruhi oleh suatu tujuan pencapaian tertentu.
Pernyataan tersebut di simpulkan bahwa kompetensi SDM yang baik akan
menghasilkan laporan anggaran yang baik, sehingga akan memberikan
penyerapan anggaran yang maksimal sesuai dengan tujuan organisasi.
Penelitian Iqbal (2018) menemukan bahwa kompetensi sumber daya
manusia berpengaruh terhadap penyerapan anggaran di Kota Makasar. Hal ini

Universitas Muhammadiyah Riau


15

bermakna apabila aparatur pemerintah pengelola anggaran di dukung oleh


kompetensi yang tinggi, maka akan mempengaruhi kinerjanya serta kinerja
organisasi secara umum. Penelitian Annisa, I.Z (2017) menjelaskan bahwa jika
SDM kurang kompeten maka serapan anggran kemungkinan dapat menjadi
rendah. Berdasarkan teori semakin baik kualitas sumber daya manusia suatu
satker dalam menjalankan program dan kegiatan maka serapan anggaran akan
semakin baik karena SDM nya mengerti tugas pokok dan fungsinya. Didalam
pelaksanaan pengelola keuangan daerah, kualitas sumber daya manusia akan
mempengaruhi penyerapan anggaran. Berdasarkan uraian teori dan penelitian
sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis ke dua adalah sebagai berikut:
H2: Diduga Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap Penyerapan
Anggaran.
2.6.3 Pengaruh Politik Anggaran terhadap Penyerapan Anggaran
Politik anggaran yaitu proses saling mempengaruhi di antara berbagai pihak
yang berkepentingan dalam menentukan skala prioritas pembangunan akibat
terbatasnya sumber dana publik yang tersedia. Dalam penentuan besaran maupun
alokasi dana untuk rakyat senantiasa ada kepentingan politik yang diakomodasi
oleh pejabat. Proses politik yang terjadi yaitu proses penetapan kebijakan
anggaran yang dipengaruhi oleh berbagai kepentingan elemen politik. Alokasi
anggaran mencerminkan kepentingan perumus kebijakan terkait dengan
konstituennya. Teori stakeholder menjelaskan bahwa pengelompokkan pengaruh
stakeholder di bagi menjadi dua jenis yaitu stakeholder utama dan pendukung.
Adanya kesamaan tujuan dari kedua stakeholder ini dapat menciptakan politik
anggaran yang lebih ringkas, sehingga efektifitas penyerapan anggaran lebih
mudah untuk dicapai. (Sanjaya, 2018)
Hasil penelitian Sanjaya (2018) menemukan hubungan yang signifikan
antara politik anggaran dengan penyerapan anggaran. Artinya jika politi anggaran
yang terjadi antara pemerintah dengan legislatif sangat lama, secara langsung
dapat mengurangi waktu dalam pengimplementasian program kerja yang sudah
disepakati di awal tahun anggaran. Akibat yang ditimbulkan dari faktor politik
tersebut menjadikan OPD tidak langsung dapat mengimplementasikan program
kerjanya jika hal tersebut tidak sesuai dengan prioritas kebutuhan dan keadilan

Universitas Muhammadiyah Riau


16

seperti yang telah disepakati oleh legislatif. Berdasarkan paparan diatas, maka
hipotesis ketiga diajukan:
H3: Diduga Politik Anggaran berpengaruh terhadap Penyerapan Anggaran.

2.6.4 Pengaruh Pengadaan Barang dan Jasa terhadap Penyerapan Anggaran


Pengadaan barang dan jasa adalah segala bentuk kegiatan yang terkait
dengan belanja daerah untuk penyediaan kebutuhan barang dan jasa dalam jumlah
yang besar demi memenuhi kepentingan masyarakat luas. Mayoritas lambatnya
serapan anggaran terjadi dikarenakan proses tender yang memakan waktu
beberapa bulan, hal ini dikarenakan ada beberapa proses teknis dan non teknis
yang harus dijalankan dan harus melalui prosedur-prosedur yang sudah ditetapkan
oleh aturan Undang-Undang (UU) (Handayani, 2017). Dalam teori Stakeholder
menjelaskan bahwa pemerintah daerah memiliki hungan timbal balik yang akan
memiliki dampak antara satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan tertentu.
Pemerintah sebagai Stakeholder memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap
pembangunan didaerah dalam hal memberikan pelayanan atas kebutuhan
masyarakat dengan proses pengadaan barang dan jasa.
Penelitian yang dilakukan oleh Elim, dkk (2018) menyebutkan bahwa
pengadaan barang dan jasa berpengaruh terhadap penyerapan anggaran, hasil ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani dan Setiawan (2019).
Hal ini berarti bahwa semakin lama prosedur pengadaan barang dan jasa yang
terjadi, makan semakin kecil pula serapan anggaran yang terwujud. Hal ini
dikarenakan proses pengadaan barang dan jasa adalah proses belanja daerah
dengan porsi nomial yang cukup besar dalam anggaran APBD. Jika belanja
dengan porsi yang besar tidak dapat diserap, otomatis angka penyerapan anggaran
daerah juga semakin kecil. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah ada, maka
didapat hipotesis keempat sebagai berikut:
H4: Diduga Pengadaan Barang dan Jasa berpengaruh terhadap Penyerapan
Anggaran

Universitas Muhammadiyah Riau


17

2.6.5 Pengaruh Dokumen Perencanaan, Kompetensi Sumber Daya Manusia,


Politik Anggaran, Pengadaan Barang dan Jasan terhadap Penyerapan
Anggaran
Proses penyusunan anggaran sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah menjadi dasar dalam pelaksanaan otonomi daerah. Dengan adanya
Undang-Undang tersebut, pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada
pemerintah daerah dengan pemberian bantuan dana untuk menjalankan
kewenangan tersebut. Penerapan Undang-Undang tersebut di harapan kepada
pemerintah agar mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam
menyelenggarakan pemerintahan yang lebih baik (Ramadhani dan Setiawan,
2019). Lambatnya penyerapan anggaran berdampak pada lambatnya realisasi
pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah. Kegagalan target penyerapan
anggaran berakibat hilangnya manfaat belanja, karena dana yang dialokasikan
ternyata tidak semua dapat dimanfaatkan oleh pemerintah yang artinya ada dana
yang menganggur (Elim, 2018). Sehingga terdapat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penyerapan anggaran seperti dalam penelitian ini yaitu dokumen
perencanaan, kompetensi sumber daya manusia, politik anggaran serta pengadaan
barang dan jasa. Berdasarkan paparan diatas, maka hipotesis kelima diajukan:
H5: Diduga Dokumen Perencanaan, Kompetensi Sumber Daya Manusia, Politik
Anggaran, dan Pengadaan Barang dan Jasa berpengaruh terhadap Penyerapan
Anggaran.

Universitas Muhammadiyah Riau


18

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan studi kasus, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap variabel lain (dependen) menggunakan
data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang di kuantitatifkan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan pemerintah kota Pekanbaru.
Penelitian ini diarahkan pada objek Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tertentu
yang ada di Kota Pekanbaru.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah OPD di
lingkungan pemerintah Kota Pekanbaru yang berjumlah 43 OPD. Populasi
penelitian adalah seluruh pegawai di 43 OPD di Kota Pekanbaru
3.3.2 Sampel Penelitian
Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan
menggunakan purposive sampling. Masing-masing OPD akan diberikan 3 (tiga)
kuisioner, sehingga total subjek penelitian yang akan diberikan kusioner sebanyak
129 responden. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
1. PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan) yaitu Kasubag Dinas, karena
bertugas menyusun rencana kerja, mengendalikan pelaksanaan kegiatan di
Organisasi Perangkat Daerah

Universitas Muhammadiyah Riau


19

2. Bendahara Pengeluaran karena bertugas untuk menerima, menyimpan,


membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjwabkan uang untuk
keperluan belanja daerah dalam pelaksanaan APBD pada Organisasi
Perangkat Daerah.
3. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) karena bertugas untuk menetapkan rencana
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di Organisasi Perangkat Daerah

Tabel 3.1 Sampel Penelitian 32 OPD Pemerintah Kota Pekanbaru


Sampel penelitian Jumlah sampel
PPTK (Pejabat Pelaksana Tenik Kegiatan) 32
Bendahara Pengeluaran 32
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) 32
Total jumlah 128
Sumber: Data Olahan 2019
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Sumber
data yang didapatkan dari hasil penelitian langsung dari tanggapan responden
melalui kuesioner yang berupa pertanyaan secara terstruktur, kemudian hasil
jawaban responden atas kusioner tersebut diolah menajadi sumber data dalam
penelitian ini.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan membuat daftar
pernyataan dalam sebuah kuisioner yang akan di isi oleh responden. Butir
pernyataan dan pilihan jawaban dalam kuisioner disesuaikan dengan variabel-
variabel yang akan diukur. Kuisioner akan diantarkan langsung kepada
responden, dan jika memungkinkan kuisioner akan langsung diambil kembali
setelah di isi oleh responden atau sesuai waktu yang telah disepakati dengan
responden.
3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2011) Operasional variabel adalah suatu cara untuk
mengukur suatu konsep dan bagaimana konsep harus diukur sehingga
terdapat variabel-variabel yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Variabel-
variabel ini digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai objek
yang akan diteliti dimana data yang diperoleh, di kumpulkan dan di analisis
kemudian di bandingkan dengan landasan teoritis yang diperoleh dari literatur dan

Universitas Muhammadiyah Riau


20

kemudian ditarik kesimpulan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini


adalah:
3.6.1 Variabel Independen / Bebas (X)
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang dianggap
berpengaruh terhadap variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini
diantaranya:
3.6.1.1 Dokumen Perencanaan
Dokumen yang berisi Rencana Kerja dari suatu OPD untuk periode tertentu.
Dokumen Perencanaan diukur berdasarkan indikator dokumen rencana jangka
panjang dan menengah, dokumen rencana strategis, dokumen rencana kerja
pemerintah daerah, menggunakan kuesioner yang terdiri dari 4 pernyataan yang
merujuk pada Saprudin (2018) dan di ukur dengan skala likert.
3.6.1.2 Kompetensi Sumber Daya Manusia
Kompetensi Sumber Daya Manusia (X2) merupakan kemampuan seseorang
atau individu, suatu organisasi (kelembagaan), atau suatu sistem untuk
melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya
secara efektif dan efesien (Zarinah, 2015). Kompetensi Sumber Daya Manusia
diukur berdasarkan indikator persyaratan pengelola anggaran, pelatihan pengelola
anggaran, pengalaman pengelola anggaran, tanggung jawab pengelola anggaran,
menggunakan kuesioner yang terdiri dari 4 pertanyaaan yang merujuk pada
Saprudin (2018) dan diukur dengan skala likert.
3.6.1.3 Politik Anggaran
Politik Anggaran (X3) merupakan Proses mempengaruhi kebijakan alokasi
anggaran yang dilakukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan
anggaran. Politik Anggaran diukur berdasarkan indikator pengalokasian anggaran,
asas kebutuhan, asas keadilan, menggunakan kuesioner yang terdiri dari 4
pertanyaaan yang merujuk pada Sanjaya (2018) dan diukur dengan skala likert.
3.6.1.4 Pengadaan Barang dan Jasa
Pengadaan barang dan jasa adalah suatu kegiatan untuk memperoleh barang
atau jasa yang dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikan seluruh
kegiatan untuk meperoleh barang dan jasa. Pengadaan Barang dan Jasa diukur
berdasarkan indikator terlambatnya penyusunan jadwal lelang, adanya

Universitas Muhammadiyah Riau


21

terlambatnya penetapan pemenang tender, adanya pengulangan lelang (Re-


Tender), keterlambatan penandatangan kontrak, adanya addendum kontrak,
menggunakan kuesioner yang terdiri dari 6 pertanyaaan yang merujuk pada
Sanjaya (2018) dan diukur dengan skala likert.
3.6.2 Variabel Dependen / Terikat (Y)
Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi
terhadap variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini diantaranya:
3.6.2.1 Penyerapan Anggaran (Y)
Penyerapan angaran (Y) adalah suatu ukuran capaian dari suatu istimasi
target selama priode waktu tertentu yang di pandang pada suatu saat tertentu
(Halim, 2014) Penyerapan angaran diukur berdasarkan indikator realisasi
anggaran, laporan terhadap belanja Pemda, dengan menggunakan kuesioner
yang terdiri dari 4 pertanyaan yang merujuk pada Iqbal (2018) dan diukur
dengan skala likert.
3.7 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yang nantinya
akan di olah penulis menggunakan software SPSS (Statistic Product and Service
Solution) Versi 21. Di samping itu penulis juga menganalisis data kualitatif yaitu
data yang diperoleh dari jawaban responden berdasarkan pertanyaan yang
mencerminkan indikator masing-masing variabel kemudian di tabulasi untuk di
analisis.
3.7.1 Uji Kualitas Data
3.7.1.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah pengujian yang dilakukan kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya yang terjadi pada penelitian. Kriteria
dalam menguji valid atau tidaknya suatu kuesioner menurut Ghozali (2011)
sebagai berikut:
1) Bila r hitung > r tabel, berarti item pertanyaan valid.
2) Bila r hitung < r tabel, berarti item pertanyaan tidak valid.
3.7.1.2 Uji Reabilitas

Universitas Muhammadiyah Riau


22

Uji reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Kriteria dalam menguji reliabel atau
tidaknya suatu kuesioner menurut Ghozali (2011) adalah sebagai berikut:
1) Bila nilai cronbach’s alpha > 0,60, berarti item pertanyaan reliabel.
2) Bila nilai cronbach’s alpha < 0,60, berarti item pertanyaan tidak reliabel.
3.7.2 Uji Asumsi Klasik
3.7.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi
data. Untuk menguji normalitas, alat yang di gunakan adalah uji one-kolmogrov
smirnov dengan kriteria menurut Ghozali (2011) apabila signifikansi lebih besar
dari nilai 0,05 berarti data berdistribusi normal, sebaliknya apabila nilai
signifikansi lebih kecil dari nilai 0,05 berarti data tidak berdistribusi normal.
3.7.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan linear
di antara antara variabel bebas dalam model regresi memiliki masalah
multikorelasi. Kriteria menurut Ghozali (2011) dapat dilihat dari Variance
Inflation Factor (VIF) dan angka tolerance dari masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat. Jika VIF < 10 dan tolerance > 0,10 maka terbebas dari
masalah multikolinearitas.
3.7.2.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
kesalahan atau residual yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari
satu observasi ke observasi lainnya. Untuk menguji heterokedastisitas, alat yang
di gunakan adalah uji glejser dengan kriteria menurut Ghozali (2011) apabila
signifikansi lebih besar dari nilai 0,05 berarti data terbebas dari heteroskedastisitas
sebaliknya apabila nilai signifikansi lebih kecil dari nilai 0,05 berarti terjadi
heteroskedastisitas.
3.7.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi berganda adalah suatu alat analisis peramalan nilai
pengaruh dua variabel atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada
atau tidaknya hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih dengan suatu

Universitas Muhammadiyah Riau


23

variabel terikat (Sugiyono, 2012). Berdasarkan pernyataan tersebut penulis dapat


membuat persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Keterangan
Y = Penyerapan Anggaran
X1 = Dokumen Perencanaan
X2 = Kompetensi Sumber Daya Manusia
X3 = Politik Anggaran
X4 = Pengadaan Barang dan Jasa
a = Konstanta
β₁,β₂ = Koefesien regresi
e = Error (kesalahan)
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga
alat ukur tersebut digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data
kuantitatif (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini skala yang digunakan adalah
bentuk skala likert (Sugiyono, 2012) dengan pengukuran sebagai berikut:
Tabel 3.3 Pengukuran Skala Likert
Pilihan Jawaban Bobot Nilai Jawaban
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Netral (N) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber: Sugiyono (2012)
3.7.4 Pengujian Hipotesis
3.7.4.1 Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial bertujuan untuk membuktikan apakah secara individu variabel
bebas mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat. Adapun kriteria
menurut Ghozali (2011) sebagai berikut:
1) Bila nilai signifikansi < 0,05, berarti terdapat pengaruh secara parsial.
2) Bila nilai signifikansi > 0,05, berarti tidak ada pengaruh secara parsial.
3.7.4.2 Uji Simultan (Uji F)
Uji simultan bertujuan untuk membuktikan apakah secara bersama-sama
variabel bebas mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat. Adapun
kriteria menurut Ghozali (2011) sebagai berikut:
3) Bila nilai signifikansi < 0,05, berarti terdapat pengaruh secara simultan.

Universitas Muhammadiyah Riau


24

4) Bila nilai signifikansi > 0,05, berarti tidak ada pengaruh secara simultan.
3.7.4.3 Koefisien Determinasi (R²)
Koefesien determinasi (R²) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model regresi yaitu variabel bebas dalam menjelaskan variabel
terikat. Sistem koefisien determinasi (R²) berada di antara nilai 0 – 1 yaitu apabila
nilai mendekati angka 1 maka hubungan variabel bebas di anggap kuat terhadap
variabel terikat. Sedangkan nilai mendekati angka nol (0) maka hubungan variabel
bebas di anggap lemah terhadap variabel terikat.

DAFTAR PUSTAKA

Alimuddin. 2018. “Analisis Penyerapan Anggaran di Perguruan Tinggi Negeri


(PTN) dan Kopertis Makassar”. Universitas Hasanuddin.

Anisa, I.Z. 2017. “Pengaruh Perencanaan Anggaran, Kualitas Sumber Daya


Manusia dan Pelaksanaan Anggaran Terhadap Penyerapan Anggaran Pada
Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten”. Jurnal Riset Akuntansi
Tirtayasa, Vol.2 No.1 Hal: 84–101.

Dewi, R.S. 2019. https://www.goriau.com/berita/baca/realisasi-apbn-pekanbaru-


terendah-di-riau.html, yang di akses pada tanggal 2 November 2019.

Elim, M.A., Ndaparoka, D.S., dan Tomasowa, T.E.D. 2018. “Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Belanja Pada
Organisasi Perangkat Daerah di Kota Kupang”. Jurnal Akuntansi,
Keuangan, dan Audit, Vol.3 No.2 Hal: 46-56.

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang: BP Universitas Diponegoro.

Handayani, C. H. 2017. “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi SKPD di


Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2015 dengan Silpa Sebagai Variabel
Moderating”. Simposium Nasional Akuntansi Xx.

Hadi, N. 2019. https://gagasanriau.com/news/detail/41576/fitra-riau-pertanyakan-


motif-apa-dibalik-pengesahan-apbd-pemko-pekanbaru-bisa-cepat, yang di
akses pada tanggal 4 Januari 2020.

Halim, A. 2012. Akuntansi Keuangan Daerah (4th Ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Universitas Muhammadiyah Riau


25

Iqbal, M. 2018. “Pengaruh Perencanaan Anggaran dan Kompetensi Sumber Daya


Manusia terhadap Penyerapan Anggaran dengan Komitmen Organisasi
sebagai Pemoderasi”. Universitas Hasanuddin.

Kusuma Negara, P., Handajani, L., & Effendy, L. (2018). Studi Kasus Fenomena
Tingkat Serapan Anggaran pada Satuan Kerja Perangkat Daerah. Jurnal
Akuntansi Dan Investasi, 19(1), 76–91. https://doi.org/10.18196/jai.190193

Lumy, F.E. 2019. https://www.goriau.com/berita/baca/hingga-agustus-realisasi-


fisik-apbd-2019-pemprov-riau-63-persen-paling-rendah-dinas-esdm.html,
Yang di akses pada tanggal 27 September 2019.

Mutmainna, dan Iqbal, M. 2017. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan


Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan”. ASSETS, Vol.7 No.1 Hal: 120-132.

Nurman, M.A. 2019. http://riaupos.co/214038-berita-serapan-dana-kelurahan-


rendah.html, yang di akses pada tanggal 3 Januari 2019.

Ramadhani, R., dan Setiawan, M. A. 2019. “Pengaruh Regulasi, Politik Anggaran,


Perencanaan Anggaran, Sumber Daya Manusia dan Pengadaan
Barang/Jasa Terhadap Penyerapan Anggaran Belanja Pada OPD Provinsi
Sumatera Barat”. Jurnal Eksplorasi Akuntansi, Vol.1 No.2 Hal: 710-726.

Rubin, I.S. 2000. The Politics of Public Budgeting, Print book. English 4th Ed.
NewYork: Chatham House Publishers.
Sanjaya, T. 2018. “Pengaruh Regulasi Keuangan Daerah, Politik Anggaran dan
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Terhadap Penyerapan Anggaran Pada
OPD Provinsi Sumatera Barat”. E-jounal.Unp, Vol.6 No.3 Hal: 1-15.

Saprudin. 2018. “Dokumen Perencanaan dan Kompetensi Sumber Daya Manusia


Pengaruhnya Terhadap Penyerapan Anggaran”. Gorontalo Accounting
Journal, Vol.1 No.2 Hal: 44-52.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitaf Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Susanti, U. 2018. https://www.cakaplah.com/berita/baca/2018/11/21/apbd-kota-


pekanbaru-2019-disahkan-rp256-triliun, yang di akses pada tanggal 4
Januari 2020.

Sutrisno, E. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi pertama. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Suwarni, D.E. 2018. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan


Penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kota
Surabaya (Studi pada SKPD Dinas PU Bina Marga dan

Universitas Muhammadiyah Riau


26

Pemantusan.Universitas Negeri Surabaya)”. E-Journal UNESA, Vol.6


No.5 Hal: 1-7.

Syakhrial, S. (2017). Analisis Pengaruh Proses Perencanaan Anggaran,


Administrasi Pengadaan Barang/Jasa Dan Verifikasi Dokumen Pembayaran
Terhadap Penyerapan Anggaran Belanja (Studi Kasus: Satker Sekretariat
Badan Pembinaan Konstruksi). Jurnal Riset Akuntansi Terpadu, 10(2), 1–20.
https://doi.org/10.35448/jrat.v10i2.4248

Ulum, I. 2009. Intellectual Capital : Konsep dan Kajian Empiris. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

www.monev.lkpp.go.id

Universitas Muhammadiyah Riau

Anda mungkin juga menyukai