Anda di halaman 1dari 211

SEMESTER II TAHUN 2023

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan


Provinsi D.I. Yogyakarta
Tim Penyusun
REVIU PELAKSANAAN ANGGARAN
SEMESTER II TAHUN 2023
Kanwil DJPb Provinsi D.I. Yogyakarta

Pengarah
Agung Yulianta
Penanggung jawab
Asri Isbandiyah Hadi
koordinator
Eko Sigitpurnomo
KONTRIBUTOR
Widyastuti Puji Lestari
Pujiastuti
Yovita Kristianawati
Enny Setiawati
Agni Sakanti
Tri Paryanto
Mei Novita Plafiana Hanum Farikha
Iin Nuraini
Gayatri Ismi Fajriah
Rizqi Satria Nugraha
Prodho Praharanto

DESAIN LAYOUT
Fariza Widy Athia
Dellya Assyifa Sabrina

Jembatan Kretek 2
“Jembatan dengan panjang 556 meter ini melintasi Sungai
Opak untuk menghubungkan antara Parangtritis dan
Tirtohargo. Ornamen yang menjadi ikon atau landmark di
Jembatan Kretek 2 adalah Menara Luku yang secara garis
besar memuat filosofi Among Tani Dagang Layar.”
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa membimbing dan memberikan
kekuatan kepada kami untuk melaksanakan tugas dan kontribusi dalam melaksanakan pembinaan
pelaksanaan anggaran yang berkualitas. Atas rahmat dan hidayah-Nya juga, penyusunan Laporan
Reviu Pelaksanaan Anggaran (RPA) Kanwil DJPb Provinsi D.I. Yogyakarta Semester II TA 2023 dapat
selesai tepat waktu.
Laporan RPA ini disusun sebagai bentuk pelaksanaan tugas Kanwil DJPb sebagaimana
diamanatkan dalam PMK 195/PMK.05/2018 tentang Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan
Anggaran dan Belanja Kementerian Negara/Lembaga. Penyusunan laporan berpedoman kepada
SE-28/PB/2015 dan Nota Dinas Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-133/PB.2/2024 hal
Penyampaian Petunjuk Teknis Penyusunan RPA Wilayah dan RPA KPPN Periode Semester II Tahun
2023 dengan membahas identifikasi isu-isu pelaksanaan anggaran dari level satuan kerja sampai
dengan tingkat Kementerian Negara/Lembaga dan penilaian kualitas pelaksanaan anggaran Satker
di wilayah kerja Kanwil DJPb Provinsi D.I. Yogyakarta. Dari analisis yang menghasilkan rekomendasi
kebijakan, strategi implementasi, dan mekanisme pelaksanaan anggaran, hasil RPA diharapkan
dapat menjadi perhatian bersama dalam pelaksanaan anggaran di TA 2024.
Pada kesempatan ini kami hendak menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada seluruh
stakeholders lingkup Kanwil DJPb Provinsi D.I. Yogyakarta, Direktur Pelaksanaan Anggaran, para
Kepala KPPN, serta berbagai pihak yang telah berperan dalam pelaksanaan anggaran hingga
Semester II Tahun 2023 dan secara khusus dalam penyusunan laporan ini. Besar harapan kami,
laporan ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pengambilan kebijakan strategis dan teknis
aplikatif di bidang pelaksanaan anggaran bagi Kementerian Negara/Lembaga, Kantor Pusat Ditjen
Perbendaharaan, dan khususnya bagi Kanwil DJPb Provinsi D.I. Yogyakarta dalam pembinaan
kepada Satuan kerja.
Kami menyadari, laporan RPA ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan masukan dan saran yang konstruktif
untuk perbaikan penyusunan laporan dan bagi pembinaan pelaksanaan
anggaran di Provinsi D.I. Yogyakarta. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
senantiasa melimpahkan keberkahan dan kemudahan bagi setiap langkah kita
dalam berkarya untuk memajukan Indonesia tercinta.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yogyakarta, 27 Februari 2024


Kepala Kantor,

Ditandatangani secara elektronik


Agung Yulianta
Executive Summary
APBN 2023 bertujuan meningkatkan produktivitas untuk transformasi ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan. Menghadapi ketidakpastian, Pemerintah berkomitmen pada pemulihan ekonomi yang
kuat dengan berbagai strategi, termasuk reformasi struktural untuk meningkatkan SDM dan
infrastruktur, reformasi anggaran untuk belanja lebih efektif, dan percepatan transformasi ekonomi.
APBN diharapkan mendukung pemulihan ekonomi yang berkesinambungan di tengah ketidakpastian
global.

Kinerja Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2023


Pada tahun 2023, pelaksanaan APBN di D.I. Yogyakarta menunjukkan efisiensi dan efektivitas yang
signifikan dalam pengelolaan dan penggunaan dana. Total realisasi belanja negara yang berhasil
dicapai adalah sebesar Rp22,86 triliun, yang merepresentasikan 98,33% dari total alokasi anggaran
yang diproyeksikan sebesar Rp23,25 triliun. Capaian ini menegaskan bahwa sebagian besar dana
APBN telah dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung berbagai inisiatif pembangunan dan
kegiatan operasional yang berlangsung di D.I. Yogyakarta. Kinerja ini mencerminkan komitmen kuat
dari pemerintah dan stakeholder terkait dalam mewujudkan penggunaan anggaran yang bertanggung
jawab dan berorientasi pada hasil, sehingga berkontribusi langsung terhadap peningkatan kualitas
hidup masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.

Lebih lanjut, kontribusi dari belanja pemerintah pusat (belanja K/L) sangat signifikan, dengan realisasi
anggaran mencapai Rp12,62 triliun atau 97,74% dari pagu sebesar Rp12,91 triliun. Hal ini
menunjukkan bahwa dukungan fiskal APBN terhadap pembangunan regional di DIY tidak hanya
nominal, tetapi juga substantif dan strategis. Keterlibatan pemerintah pusat dalam pembiayaan
proyek-proyek pembangunan di DIY membuktikan sinergi yang baik antara pemerintah pusat dan
daerah, yang pada akhirnya memperkuat fondasi untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan
berkelanjutan di DIY sehingga menjadi kunci utama dari keberhasilan pelaksanaan APBN di DIY
selama tahun 2023.

Kinerja Pelaksanaan Anggaran


Kinerja pelaksanaan anggaran Kantor Wilayah DJPb DIY hingga semester II tahun 2023 tergolong
"sangat baik" dengan nilai IKPA sebesar 95,04. Hal ini menunjukkan komitmen dan efektivitas dalam
pengelolaan anggaran yang telah dilakukan. Namun, dari tiga aspek penilaian, aspek dengan capaian
terendah adalah kualitas perencanaan anggaran dengan nilai 91,81, ini menandakan masih adanya
ruang untuk peningkatan. Dari delapan indikator kinerja, capaian terendah pada Deviasi Halaman III
DIPA dengan nilai 83,66. Penyebab utama dari rendahnya capaian pada indikator ini adalah kualitas
perencanaan belum mencerminkan kegiatan secara riil dan tidak mempertimbangkan data historis.

Permasalahan Struktural Yang Dihadapi


Permasalahan struktural dalam pelaksanaan anggaran mencakup beberapa aspek kritis yang
menghambat efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan negara. Pertama, terdapat isu mengenai
kurangnya komitmen dari pimpinan satuan kerja (satker) dalam mengemban fungsi pengelolaan
anggaran secara optimal. Hal ini mencerminkan adanya gap antara konsep let the managers manage
dengan realitas di lapangan, di mana pemimpin satker belum sepenuhnya memberdayakan
manajemen dalam pengelolaan anggaran. Kedua, komitmen satker untuk mensinkronkan eksekusi
kegiatan sesuai dengan perencanaan anggaran yang seringkali tidak konsisten dan menimbulkan
diskrepansi antara perencanaan dan realisasi.

Ketiga, pengaturan teknis revisi anggaran dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 62 Tahun
2023 yang belum sepenuhnya mencakup semua kewenangan revisi serta validasi di aplikasi yang

i
masih memiliki keterbatasan dalam menangani kompleksitas revisi anggaran yang diperlukan.
Terakhir, dalam proyeksi perhitungan realisasi belanja sering terjadi tren data realisasi belanja dari
tahun-tahun sebelumnya dan rencana kegiatan untuk satu tahun ke depan tidak digunakan sebagai
dasar perencanaan anggaran.

Permasalahan pengadaan barang dan jasa mencakup beberapa isu utama yaitu pertama, lambatnya
proses pengadaan di awal tahun akibat rendahnya penggunaan kontrak pra-DIPA. Kedua, adanya
selisih antara Harga Perkiraan Sendiri (HPS) nasional dengan harga pasar regional yang
menyebabkan sisa anggaran. Ketiga, kesulitan memenuhi persyaratan TKDN karena barang yang
dibutuhkan belum tersedia secara lokal. Keempat, penggunaan Kartu Kredit Pemerintah (KKP) belum
maksimal karena belum semua Kementerian/Lembaga atau eselon I mewajibkan penggunaannya,
Terakhir, belum adanya integrasi aplikasi LPSE dengan SAKTI.

Sedangkan pada eksekusi kegiatan, terdapat permasalahan alokasi belanja pegawai yang tidak
mengantisipasi mobilitas perpindahan pegawai yang tinggi (mutasi) sehingga menyebabkan defisit
anggaran pegawai tiap tahun. Dinamika perubahan alokasi anggaran dan kegiatan, khususnya di
eselon I yang terkait dengan pemilu, memerlukan usaha ekstra dari satuan kerja KPU untuk
merealisasikan anggaran dan menyelaraskan kegiatan dengan unit kerja yang lebih tinggi.

Permasalahan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihadapi oleh organisasi mencakup berbagai
aspek yang kompleks dan saling terkait. Pertama, terdapat isu keterbatasan kompetensi dan keahlian
pegawai. Rendahnya motivasi dan kepuasan kerja juga menjadi masalah serius yang mempengaruhi
produktivitas dan kinerja pegawai. Faktor-faktor lain seperti lingkungan kerja yang kurang
mendukung, kurangnya pengakuan dan apresiasi terhadap kinerja serta kekurangan SDM juga
menjadi salah satu masalah di banyak K/L. Masalah lain adalah tentang kualitas kepemimpinan dan
budaya organisasi. Terakhir, resistensi terhadap perubahan merupakan tantangan besar terutama
dalam menghadapi transformasi digital dan perubahan proses bisnis yang cepat.

Rekomendasi Penyelesaian
Untuk mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan anggaran dan pengadaan barang dan jasa, serta
meningkatkan efektivitas pengelolaan APBN, beberapa rekomendasi penyelesaian masalah dapat
diimplementasikan. Pertama, penting untuk menumbuhkan komitmen dari pimpinan atau pejabat
perbendaharaan di satker agar dapat mendorong dan mengawal pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dicapai dengan memastikan bahwa setiap
satker melakukan proyeksi realisasi belanja dengan memperhitungkan data historis dan rencana
kegiatan untuk tahun berjalan, sehingga memungkinkan identifikasi potensi risiko dan peluang
dengan lebih akurat.

Selanjutnya, dalam merancang kegiatan, perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal seperti


perubahan iklim, cuaca ekstrim, kondisi geopolitik, dan kondisi perekonomian, termasuk strategi
mitigasi terhadap risiko-risiko yang mungkin timbul. Efektivitas pelaksanaan anggaran pada DIPA,
khususnya di awal tahun, dapat ditingkatkan melalui perencanaan yang matang dengan
memanfaatkan analisis tren belanja dari tahun-tahun sebelumnya.

Optimalisasi rencana PBJ beserta strategi mitigasi risikonya juga harus dikomunikasikan secara
efektif. Koordinasi antara satker dengan Eselon I di Kementerian/Lembaga (K/L) terkait penggunaan
KKP harus ditingkatkan, begitu juga koordinasi di internal DJPb perlu dilakukan untuk mendorong
penggunaan KKP. Di sisi lain, pertimbangan ABT di tengah tahun harus memperhitungkan aspek-
aspek seperti jenis belanja, proses pengadaan, ketersediaan waktu, dan kemampuan satker dalam
mengeksekusi kegiatan. Ini akan memastikan bahwa penambahan anggaran dapat
diimplementasikan dengan efisien dan efektif.

Terakhir, peningkatan pelatihan dan pendidikan bagi SDM serta pengembangan budaya organisasi
yang mendukung efektivitas pengelolaan APBN merupakan langkah penting dalam memastikan

ii
bahwa seluruh elemen organisasi dapat berkontribusi secara maksimal terhadap pencapaian tujuan
organisasi sehingga terwujud pengelolaan anggaran yang lebih baik, transparan, dan akuntabel.

Dalam rangka penyempurnaan regulasi dan mekanisme pengelolaan anggaran, beberapa


rekomendasi strategis diusulkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan
pemerintah. Pertama, perlu ada pengaturan lebih lanjut mengenai kewenangan revisi anggaran yang
belum tercakup dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 62 Tahun 2023, sehingga memperkecil
ruang untuk ketidakpastian dan meningkatkan fleksibilitas dalam pengelolaan anggaran.

Kedua, diperlukan penerbitan aturan yang mengatur tentang kriteria dan tata cara kegiatan yang wajib
dilaksanakan melalui mekanisme lelang pra-DIPA. Aturan ini bertujuan untuk mempercepat proses
pengadaan sehingga kegiatan dapat dilaksanakan tepat waktu, sekaligus memastikan transparansi
dan akuntabilitas dalam proses pengadaan.

Ketiga, penentuan kriteria dan standar layanan yang jelas dan objektif untuk penerbitan izin
pengadaan barang non-TKDN atau dengan TKDN kurang dari ketentuan untuk mendorong
penggunaan produk dalam negeri sekaligus memungkinkan fleksibilitas ketika barang atau jasa
tersebut tidak tersedia di dalam negeri. Keempat, perluasan penggunaan KKP untuk pembayaran
dengan mekanisme UP dan LS untuk meningkatkan efisiensi dan mempercepat proses pembayaran
sehingga dapat mengurangi keterlambatan pembayaran dan memperbaiki aliran kas penyedia.

Terakhir, pengaturan pemisahan SDM pengelola APBN dan APBD, khususnya dalam pelaksanaan
anggaran, menjadi krusial untuk meningkatkan spesialisasi dan fokus dalam pengelolaan keuangan
untuk meningkatkan akurasi, efisiensi, dan efektivitas dalam pengelolaan anggaran, baik di tingkat
pusat maupun daerah.

Evaluasi 2023 dan Rencana Pengawalan Belanja 2024


APBN 2023 menunjukkan peningkatan positif dibandingkan dengan tahun 2022. Kinerja APBN di
tingkat regional sampai akhir Desember 2023 juga tercatat mengalami peningkatan. Meskipun
terdapat beberapa hambatan, K/L perlu membuat inisiatif strategis guna meningkatkan kualitas
pelaksanaan APBN tahun 2024 dan seterusnya. Hal ini diharapkan, dukungan fiskal dari APBN dapat
berkontribusi langsung kepada masyarakat untuk pembangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dalam mengawal belanja pemerintah pusat untuk tahun 2024 di DIY, analisis mendalam terhadap
prioritas pembangunan dan kebutuhan spesifik daerah menjadi sangat penting. Hal ini memerlukan
koordinasi yang erat antara pemerintah pusat dan daerah untuk memastikan bahwa alokasi anggaran
secara efektif mendukung inisiatif-inisiatif strategis yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi,
peningkatan kualitas pendidikan, infrastruktur yang berkelanjutan, serta kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat. Fokus pada investasi di sektor-sektor kunci yang merupakan pilar utama ekonomi DIY
diharapkan memberikan dampak multiplikatif terhadap pembangunan ekonomi dan sosial di DIY.

Selanjutnya, pengawalan belanja pemerintah pusat juga harus mencakup penguatan sistem
pengawasan dan evaluasi untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas, pemanfaatan teknologi
informasi, serta mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengawasan. Dengan demikian,
pengawalan APBN di DIY tidak hanya berfokus pada penyaluran dana, tetapi juga pada output dan
outcome yang efektif dan efisien, selaras dengan tujuan pembangunan. Melalui pendekatan yang
terintegrasi dan kolaboratif ini, diharapkan bahwa pengeloaan APBN di DIY pada tahun 2024 dapat
berkontribusi signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat dan pembangunan daerah
yang berkelanjutan.

Untuk meningkatkan pengambilan keputusan dan perencanaan keuangan, analisis prediktif


menggunakan model SARIMA pada data belanja dari 2019 hingga 2023 memprediksi peningkatan
belanja di 2024, namun dengan ketidakpastian kondisi ekonomi yang cukup besar menegaskan
perlunya kehati-hatian dalam pengelolaan keuangan, mengingat potensi ketidakpastian ekonomi
yang tinggi. Oleh karena itu, K/L disarankan untuk merumuskan strategi yang kuat dan adaptif untuk
menghadapi kemungkinan perubahan dalam realisasi belanja.

iii
Program Prioritas Nasional 2023
Belanja Prioritas Nasional lingkup Kanwil DJPb Provinsi DIY memiliki pagu sebesar Rp2,25 triliun,
sampai dengan Semester II 2023 realisasi sebesar Rp2,19 triliun atau 97,45 persen dari pagu.
Dibandingkan dengan Prioritas Nasional secara nasional, PN di Provinsi DIY memiliki pagu 0,43
persen dari seluruh total pagu PN nasional. Hal ini menunjukkan bahwa nilai PN di Provinsi DIY masih
sangat rendah dibandingkan dengan daerah lain. Sedangkan secara capaian output, PN di Provinsi
DIY memiliki capaian lebih dari target yaitu 103,68 persen. Anggaran PN di Kanwil DJPb Provinsi DIY
apabila dibandingkan dengan anggaran Non PN adalah sebesar 10,73 persen.

Secara umum pelaksanaan kinerja pelaksanaan anggaran program Prioritas Nasional di DIY berjalan
dengan baik dengan beberapa permasalahan lebih banyak terkait persoalan teknis dari
keterlambatan terbitnya juknis/juklak dari pusat, pengadaan tanah yang terkendala dokumen,
perubahan nomenklatur satker, keterlambatan pengadaan yang menghambat pelaksanaan proyek,
sampai dengan kondisi cuaca ekstrem yang menghambat penyelesaian pekerjaan.

Untuk mengatasi permasalahan ini, rekomendasi yang dapat dilakukan meliputi pemanfaatan
teknologi informasi, peningkatan koordinasi yang lebih efektif, serta proses mitigasi risiko dalam
pelaksanaan program sehingga risiko kegagalan kegiatan dapat diminimalkan. Hal ini perlu dilakukan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pencapaian tujuan Prioritas Nasional.

iv
RPA SEMESTER II TAHUN 2023

Pagu Realisasi
94,79% 97,74% Pagu Realisasi
6,000 97,07%
98,72%
12,62 T 12,62 T 12,62 T 12,62 T 5,000
4,000 97,41%
3,000 100%
2,000
1,000
0
51 52 53 57
2022 2023
Realisasi belanja K/L di D.I. Yogyakarta pada Tahun 2023 Kinerja penyerapan dari masing-masing jenis belanja
mencapai Rp12,62 T miliar atau 97,74 persen dari pagu telah melebihi target penyerapan, yaitu diatas 95 %
sebesar Rp12,91 T miliar, tumbuh 6,36 persen (yoy) untuk 51 dan 53 serta 90% untuk 52 dan 53.

Permasalahan
Struktural

Kurang optimalnya
pemanfaatan sisa kontrak
Blokir anggaran dan gagal
lelang
Ketidak tepatan dalam
penganggaran yang berdampak
pada overstate anggaran dana
DIPA
Perencanaan dan eksekusi
dana cadangan yang kurang
optimal
Terjadi overlapping dalam
penganggaran
Belanja PNBP yang tidak
optimal
Kurang akuratnya
penganggaran perjadin
Penawaran Lelang jauh di
bawah HPS dan Risiko
rendahnya kualitas PBJ
Terdapat Anggaran Belanja
Tambahan (ABT) pada akhir
tahun
RPA SEMESTER II TAHUN 2023

Kinerja APBN Penerimaan KKP


7.00 Prosentase Satker (%)
Pagu Realisasi
6.00
50.0 5.00
40.0 4.00
Satker Wajib KKP
3.00
30.0
2.00
20.0 1.00
0.00
10.0 Pajak PNBP Cukai Satker Memiliki KKP

0.0
2021 2022 2023

Belanja K/L 2023 12,55% -8,81% 58,63% Satker Telah


Menggunakan KKP
12,91 T 12,62 T 97,74 Growth Rate Growth Rate Growth Rate

Pagu Realisasi % 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0

RPATA HIBAH BLU


Perpanjangan
2.9%

16,7%
30
23,82 M
66,7% 16,7%

54
256,19 M
Optimizing Predictable
Selesai
97.1% Barang Uang Defined Managed

Persentase Revisi Hal III DIPA Revisi

Trefa Forum
ALCO TPID TPAKD HLM Pemda
RPA SEMESTER II TAHUN 2023

NILAI INDIKATOR KINERJA


PELAKSANAAN ANGGARAN
(IKPA)
100.00
Nilai IKPA pada Triwulan IV TA 2023

80.00 95,06 mengalami peningkatan nilai dibandingkan


Triwulan IV TA 2022 sebesar 0,05 poin.
Kenaikan tersebut bersumber dari indikator
60.00
Belanja Kontraktual (0,98), Penyelesaian
Tagihan (0,4), Pengelolaan UP TUP (1,60), dan
40.00
Capaian Output (0,23).
Masih terdapat indikator yang mengalami
20.00
penurunan yaitu: Revisi (-0,04), Deviasi
95,01
Halaman III DIPA (-0,08), dan Penyerapan
0.00
TW IV 2022 TW IV 2023 Anggaran (-1,48)

Perubahan yang terjadi pada delapan Indikator, yaitu:


RPA SEMESTER II TAHUN 2023

CLUSTER
PENANGANAN
RISIKO

Risiko Rendah

Dilakukan FGD Memberikan


Pemantauan
secara tematik feedback atas
secara intens capaian IKPA per
sesuai dengan setiap bulan
kebutuhan Satker Satker untuk
periode bulanan
periode Semesteran

Risiko Sedang

Dilakukan FGD Memberikan


Pemantauan
secara tematik feedback atas
secara intens capaian IKPA per
sesuai dengan setiap bulan
kebutuhan Satker Satker untuk
periode bulanan
periode triwulan

Risiko Tinggi

Dilakukan FGD secara Memberikan feedback atas


tematik sesuai dengan capaian IKPA per Satker
kebutuhan Satker untuk periode bulanan

Pendampingan secara Pemantauan secara


khusus melalui intens setiap bulan
kelas/kelompok kecil
dengan periode
tertentu (disesuaikan
dengan kebutuhan
Satker, bisa lebih dari
satu kali dalam satu
triwulan)
RPA SEMESTER II TAHUN 2023

01 Penganggaran
Ketidakpastian waktu pembukaan blokir Automatic Adjustment
PMK nomor 62 Tahun 2023 belum mencakup semua kewenangan
Sistem aplikasi SAKTI belum memvalidasi/filtrasi revisi yang bukan kewenangan KPA/DJPb

Rekomendasi
Menteri Keuangan menetapkan batasan kondisi stabil yang dapat menjadi indikator bahwa automatic
adjustment dapat digunakan Kembali
pengaturan lebih lanjut mengenai kewenangan revisi yang belum diatur dalam PMK
Otomasi sistem untuk memvalidasi/filtrasi revisi yang bukan kewenangan KPA/DJPb

02 Pengadaan barang dan jasa


Rendahnya penggunaan kontrak pra-DIPA
Ketidaktepatan perhitungan HPS
Pemenuhan TKDN
Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah (KKP) belum maksimal
Integrasi aplikasi pengadaan dengan sakti
Rekomendasi
penerbitan aturan kriteria kegiatan yang wajib dilaksanakan melalui mekanisme lelang pra-DIPA
penentuan SLA penerbitan izin pengadaan barang non-TKDN
perluasan penggunaan KKP untuk mekanisme UP dan LS
optimalisasi PBJ beserta strategi mitigasi risikonya

03 Eksekusi kegiatan
Mobilitas perpindahan pegawai yang tinggi
Tren penyerapan belanja TW 1-3 rendah, TW 4 tinggi
Dinamika perubahan alokasi anggaran dan kegiatan Pemilu

Rekomendasi
Perencanaan kegiatan yang matang
Penambahan ABT di tengah tahun memperhitungkan aspek-aspek seperti jenis belanja, proses
pengadaan, ketersediaan waktu, dan kemampuan satker dalam mengeksekusi kegiatan
Koordinasi antar unit K/L untuk pengawalan dan eksekusi kegiatan

02 Sumber Daya Manusia


Keterbatasan kompetensi dan keahlian pegawai
Rendahnya motivasi dan kepuasan kerja
Kurangnya pengakuan dan apresiasi terhadap kinerja
Kepemimpinan dan budaya organisasi
Resistensi terhadap perubahan
Rekomendasi
Peningkatan pelatihan dan pendidikan
Pengembangan budaya organisasi
Pemisahan SDM pengelola APBN dan APBD
RPA SEMESTER II TAHUN 2023

Dukungan Fiskal Percepatan Tranformasi Ekonomi

Dukungan Fiskal Fungsi tertentu


RPA SEMESTER II TAHUN 2023

LANGKAH STRATEGIS KANWIL DJPB DIY


DAN TIMELINE PENGAWALAN 2024
ANALISA MASALAH AWAL
Membuat klustering satker dengan
nilai IKPA terendah dan memetakan
indikator terendah
FGD dan one on one meeting ke 1 JANUARI
2024
satker tertentu
Kamis Pahingan (Forum Diskusi IKPA
dan Revisi

AMBIL TINDAKAN
FEBRUARI
2024 2 Penyelesaian EPA dan RPA
Koordinasi dengan KPPN
(pelaksanaan anggaran
dan RPATA)

LEGITIMASI
Publikasi Grafis hasil RPA

3
Sosialisasi penyampaian hasil
RPA yang akan dijadwalkan
MARET
dengan IKPA Award dan 2024
Implementasi KKP terbaik

PELUANG
Survey kemanfaatan dan
APRIL
2024 4 penilaian stakeholder perspektif
Pembinaan pelaksanaan
anggaran secara onsite
terutama kepada satker spesifik

ADAPTASI DAN

5
PENGULANGAN MEI
Pembinaan pelaksanaan 2024
anggaran dan monev

Tuntas tindak lanjut


JUNI
2024 6 Semester berikutnya
Menyesuaikan desain solusi
potensial
RPA SEMESTER II TAHUN 2023

PN 01 PN 02 PN 03 PN 04

Memperkuat Ketahanan Ekonomi Mengembangkan Wilayah untuk Meningkatkan Sumber Daya


untuk Pertumbuhan yang Mengurangi Kesenjangan dan Manusia Berkualitas dan Berdaya Revolusi Mental dan
Berkualitas dan Berkeadilan Menjamin Pemerataan Saing Pembangunan Kebudayaan

Pagu : Rp8,33 milyar, Pagu : Rp827,84 milyar,


Pagu : Rp623,67 milyar, Realisasi : Rp8,31 milyar Pagu : Rp134,12 milyar
Realisasi : Rp611,10 milyar Realisasi : Rp779,58 milyar
(99,71%) (94,17%) Realisasi : Rp128,95 milyar
(97,99%) (96,15%)
Kinerja RO Utama : Kinerja RO Utama :
Kinerja RO Utama : 1. Pelatihan Aparat Pemdes dan Kinerja RO Utama :
1. Gedung Pelayanan Kesehatan
1. Bantuan Hewan Ternak Pengurus Lembaga Kemasyarakatan
Ibu dan Anak (IsDB) : 95,22% 1. Masyarakat yang Diedukasi :
Ruminansia Potong : 99,97% Desa Lingkup Regional :99,96%
2. Alat Kesehatan Pelayanan 99,78%
2. Pembangunan Irigasi di Daerah 2. Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
Desa Lengkap Jawa Bali : 99,62%’ Kesehatan Ibu dan Anak (IsDB) : 2. Penutur Bahasa Terbina : 95,48%
Irigasi Slinga (Tahap II) : 98,66%
3. Pelaksanakan Tugas dan Wewenang 3. Pembangunan, Rehabilitasi dan 3. Generasi Muda Terbina Literasi :
3. Pengembangan Kawasan
Gubernur sebagai wakil pemerintah Renovasi Sarana Prasarana Pasar 89,73%
Pertanian Kedelai : 99,74%
pusat dengan kinerja baik : 98,77% : 99,96%

PN 05 PN 06 PN 07

Memperkuat Infrastruktur untuk Membangun Lingkungan Hidup Memperkuat Stabilitas


Mendukung Pengembangan Meningkatkan Ketahanan Polhukhankam dan Transformasi
Ekonomi dan Pelayanan Dasar Bencana dan Perubahan Iklim Pelayanan Publik

Pagu : Rp33,68 milyar


Realisasi : Rp33,15 milyar
Pagu : Rp1.182,20 milyar (98,44%) Pagu : Rp280,16 milyar
Realisasi : Rp1.120,92 milyar Realisasi : Rp267,73 milyar
(94,82%) Kinerja RO Utama : (95,56%)
1. Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Kinerja RO Utama : secara Vegetatif, 99,53% Kinerja RO Utama
1. Prasarana Jaringan Sumber Daya 2. Bibit Berkualitas dan Bibit
1. Operasional Pengawas Ad-Hoc,
Air : 97,32% Produktif, 99,57%
91,5%
2. Prasarana Bidang Sumber Daya 3. Pemeliharaan operasional
2. Seleksi Anggota Badan Pengawas
Air dan Irigasi : 98,8% layanan informasi gempabumi
Pemilu dan Pengawas Pemilu Ad-
3. Prasarana Bidang Konektivitas dan peringatan dini tsunami yang
Hoc, 86,3%
Darat : 89,4% berkualitas, 83,61%
4. Rehabilitasi Hutan dan Lahan
secara Sipil Teknis, 99,20%
Kata Pengantar i
Executive Summary ii
Infografis Pokok Pokok Hasil Reviu
Daftar Isi
Daftar Tabel
v
xiii
xv
03 Debottlenecking
Permasalahan Belanja
A. Permasalahan Penganggaran 24
Daftar Grafik xvi 3.1 Hubungan Penganggaran 24
Daftar Gambar xviii dan Pelaksanaan
Anggaran
3.2 Permasalahan 25

01
Kinerja Realisasi Belanja Penganggaran 1:
Automatic Adjustment
K/L Kanwil DJPb 2023
3.3 Permasalahan 26
1.1 Kinerja Belanja K/L 1 Penganggaran 2: Revisi
Wilayah Antar Tahun Anggaran
1.2 Kinerja Belanja K/L 3 3.4 Permasalahan 28
Wilayah Tahun 2023 Penganggaran 3: Blokir
1.3 Kinerja Belanja K/L 7 Anggaran
Tahun 2023 3.5 Permasalahan 28
Penganggaran 4: Halaman
III DIPA

02
Nilai Indikator Kinerja 3.6 Permasalahan 29
Pelaksanaan Anggaran Penganggaran 5: Sumber
Kanwil DJPb Provinsi D.I Dana SBSN
Yogyakarta 3.7 Permasalahan 30
Penganggaran 6:
2.1 Nilai IKPA Kanwil DJPb 17
Anggaran Belanja
Provinsi D.I. Yogyakarta
Tambahan
2.2 Kinerja Indikator IKPA 1: 18
3.8 Permasalahan 30
Revisi DIPA
Penganggaran 7:
2.3 Kinerja Indikator IKPA 2: 19
Inefisiensi dari
Deviasi Halaman III DIPA
Penggunaan Standar
2.4 Kinerja Indikator IKPA 3: 19
Biaya Tertinggi dan
Belanja Kontraktual Overlapping
2.5 Kinerja Indikator IKPA 4: Penganggaran
Penyelesaian Tagihan Peningkatan Kapasitas
2.6 Kinerja Indikator IKPA 5: 22 SDM
Pengelolaan UP TUP
2.7 Kinerja Indikator IKPA 6: 22
Capaian Output
2.8 Analisis Klastering 22
Penanganan Satker
B. Permasalahan Pengadaan
Barang dan Jasa
3.1 Hubungan Pengadaan 31
D. Permasalahan SDM
Barang dan Jasa dengan 3.1 Hubungan Kapasitas 47
Pelaksanaan Anggaran Organisasi (SDM) dan
3.2 Permasalahan PBJ 1 : 32 Pelaksanaan Anggaran
Proses Lelang dan Gagal 3.2 Permasalahan terkait 49
Lelang Pergantian Pejabat
3.3 Permasalahan PBJ 2 : 34 Perbendaharaan
Akselerasi PBJ di Awal 3.3 Permasalahan terkait 50
Tahun Anggaran Kapasitas Pengetahuan
3.4 Permasalahan PBJ 3 : 35 SDM
Kewajiban Dalam 3.4 Permasalahan terkait 50
Pemenuhan Tingkat SDM Bersertifikat
Komponen Dalam Negeri 3.5 Permasalahan terkait 51
(TKDN) Pemahaman Aplikasi
3.5 Permasalahan PBJ 4 : 35 3.6 Permasalahan terkait 51
PBJ dengan Komitmen SDM
mempergunakan Kartu 3.7 Permasalahan terkait 52
Kredit Pemerintah (KKP) Komunikasi Antar SDM
3.6 Permasalahan PBJ 5 : 36 Pengelola Keuangan
Digitalisasi Dokumen 3.8 Kesimpulan Analisa 52
Pengadaan
3.7 Permasalahan PBJ 6 : 36
Kompetensi dan

04
Evaluasi Akhir Tahun dan
Komitmen dari Pejabat
PBJ
Rencana Pengawalan
Belanja 2024
C. Permasalahan Eksekusi 4.1 Langkah-Langkah Akhir 54
Belanja Tahun 2023
4.2 Permasalahan 56
3.1 Eksekusi Belanja Rutin 37
(Belanja Pegawai dan 4.3 Rekomendasi dan 57
Belanja Operasional) Pembelajaran Terkait
3.2 Eksekusi Kegiatan 40 Akhir Tahun Anggaran
Bersifat Infrastruktur & 2023
yang Membutuhkan PBJ 4.4 Rencana Pengawalan 59
3.3 Eksekusi Kegiatan 42 Belanja 2024
Bersifat Bersifat Bantuan
Sosial/Bantuan
Pemerintah

05
3.4 Eksekusi Kegiatan 43
Bersifat Bersifat Evaluasi Tematik Belanja
Pelayanan/Pelaksanaan Prioritas Nasional
Tugas Fungsi
3.5 Kekurangan Prasyarat 45 5.1 Belanja Prioritas 64
(Ijin, AMDAL, Dokumen Nasional
Lain, Ketersediaan Lahan, 5.2 Permasalahan Spesifik 72
dan Prasyarat Lain) 5.3 Rekomendasi 75
3.6 Faktor Luar (Cuaca, 46
Lokasi, Keamanan, Dll)
Lampiran xix
Daftar Pustaka xx

xiv
1.1 Pagu Realisasi Belanja K/L per Fungsi Tahun 2023 ………………………………………………………………… 5
1.2 Pagu Realisasi Belanja K/L per Kewenangan Tahun 2023 …………………………………………… 6
1.3 Pagu Realisasi Belanja K/L per Sumber Dana Tahun 2023 …………………………………………. 6
1.4 Informasi Kinerja Kementerian PUPR ………………………………………………………………………………………… 7
1.5 Informasi Kinerja Kemendikbud Ristek ……………………………………………………………………………………… 8
1.6 Informasi Kinerja Kementerian Kesehatan ………………………………………………………………… 9
1.7 Informasi Kinerja Kementerian Pertahanan ……………………………………………………………………………… 11
1.8 Informasi Kinerja Kepolisian Negara RI ……………………………………………………………………………………. 11
1.9 Informasi Kinerja Kementerian Agama …………………………………………………………………….. 12
1.10 Informasi Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika ………………………………………………… 13
1.11 Informasi Kinerja Komisi Pemilihan Umum ……………………………………………………………………………… 14
1.12 Informasi Kinerja Hukum dan HAM RI ……………………………………………………………………………………… 15
1.13 Informasi Kinerja Kejaksaan RI ……………………………………………………………………………… 16
2.1 Nilai IKPA Kanwil Prov. D.I. Yogyakarta sampai dengan Semester II TA 2023 …………………… 17
2.2 Data Revisi DIPA Satker lingkup Kanwil DJPb Provinsi D.I.Yogyakarta Semester Il TA 2023 18
2.3 Data Deviasi bulanan Halaman III DIPA Semester II TA 2023 Kanwil DJPb DIY………………. 19
2.4 Data Penyelesaian Tagihan periode Semester II TA 2023 ……………………………………………. 21
2.5 Langkah-Langkah Intervensi Penanganan IKPA Satker ………………………………………………………….. 23
4.1 Kinerja PNBP Di Wilayah DIY Tahun 2023 ………………………………………………………………………………… 55
4.2 Satker Penerima Hibah Pilkada pada Tahun 2023…………………………………………………………………… 60
5.1 Pagu dan Realisasi Program Prioritas Nasional (PN) Lingkup Kanwil DJPb Provinsi DIY 64
Tahun 2023 …………………………………………………………………………………………………………………………………
5.2 Pagu Realisasi dan Ketercapaian Output RO Utama ……………………………………………………………… 67
5.3 Pagu dan Realisasi PN 06 di wilayah DIY Tahun 2023 …………………………………………………………… 70
5.4 Kinerja Belanja dan Capaian Output pada Program/Keg/Rincian Output Utama PN 06 71
Tahun 2023……………………………………………………………………………………………………………………………………
1.1 Tren Pagu 2019-2023 ………………………………………………………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tren Pagu Jenis Belanja 2019-2023 ………………………………………………………………………………………………….. 1
1.3 Pagu Dukman dibanding Total Pagu 2019-2023 ……………………………………………………………………………… 2
1.4 Tren Penyerapan Belanja Pegawai (51) 2019-2023 ………………………………………………………………………… 2
1.5 Tren Penyerapan Belanja Barang (52) 2019-2023 …………………………………………………………………………… 2
1.6 Tren Penyerapan Belanja Modal (53) 2019-2023 …………………………………………………………………………….. 3
1.7 Tren Penyerapan Belanja Bansos (57) 2019-2023 ………………………………………………………………………….. 3
1.8 Realisasi Prioritas Nasional (PN) 2022 s.d 2023 …………………………………………………………………………….. 3
1.9 Persentase Realisasi Bulanan 2019-2023 (akumulatif) …………………………………………………………………. 4
1.10 Realisasi Bulanan Per Jenis Belanja TA 2023 ………………………………………………………………………………….. 4
1.11 Pergerakan Realisasi Per Fungsi 2023 …………………………………………………………………………………………….. 5
1.12 Pergerakan Belanja K/L TA Per Kewenangan TA 2023 …………………………………………………………………… 6
1.13 Pergerakan Realisasi Per Sumber Dana TA 2023 ……………………………………………………………………………. 7
1.14 Pergerakan Pagu dan Realisasi Bulanan BA 033 …………………………………………………………………………….. 7
1.15 Pergerakan Pagu dan Realisasi Bulanan BA 023 …………………………………………………………………………… 8
1.16 Pergerakan Pagu dan Realisasi Bulanan BA 024 …………………………………………………………………………….. 9
1.17 Pergerakan Pagu dan Realisasi Bulanan BA 012 …………………………………………………………………………….. 10
1.18 Pergerakan Pagu dan Realisasi Bulanan BA 060 …………………………………………………………………………….. 11
1.19 Pergerakan Pagu dan Realisasi Bulanan BA 025 …………………………………………………………………………….. 12
1.20 Pergerakan Pagu dan Realisasi Bulanan BA 059 …………………………………………………………………………….. 13
1.21 Pergerakan Pagu dan Realisasi Bulanan BA 076 …………………………………………………………………………….. 14
1.22 Pergerakan Pagu dan Realisasi Bulanan BA 013 …………………………………………………………………………….. 15
1.23 Pergerakan Pagu dan Realisasi Bulanan BA 006 16
2.1 Perbandingan Nilai IKPA Triwulan III dan IV pada Kanwil DJPb Provinsi D I Yogyakarta selaku 17
BUN TA 2023 ………………………………………………………………………………………………………………………………………….
2.2 Persentase Data Kontrak periode Semester II 2023 Lingkup Kanwil DJPb Prov DIY …………………. 20
2.3 Jumlah Satker lingkup Kanwil DJPb Provinsi DIY periode Semester II TA 2023 ………………………… 22
3.1 Pemrosesan Revisi DIPA Kanwil DJPb DIY 2023 ……………………………………………………………………………… 27
3.2 Pergerakan Blokir Kewenangan Dekosentrasi/Tugas Pembantuan 2023 ……………………………………. 28
3.3 Deviasi Halaman III DIPA ……………………………………………………………………………………………………………………… 28
3.4 Realisasi dan Jumlah Kontrak Per Jenis Belanja 2022-2023’ ………………………………………………………… 32
3.5 Alokasi Belanja APBN 2023 Per Jenis Belanja ………………………………………………………………………………… 37
3.6 Kinerja Belanja Pegawai Tahun 2023 ………………………………………………………………………………………………… 38
3.7 Pola Penyerapan Belanja Pegawai Per Bulan Tahun 2023 ……………………………………………………………… 38
3.8 Sebaran Belanja Operasional pada K/L Tahun 2023 ………………………………………………………………………. 38
3.9 Kinerja Belanja Operasional Tahun 2023-2022 ………………………………………………………………………………… 39
3.10 Pola Penyebaran Belanja Operasional Per Bulan …………………………………………………………………………….. 39
3.11 Pagu dan Realisasi Belanja Banpem 2023………………………………………………………………………………………… 42
4.1 Hasil Prediksi Realisasi Belanja Tahun 2024 Metode SARIMA ……………………………………………………… 62
5.1 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja PN dan Non PN Tahun 2023 …………………………………….. 64
5.2 Kinerja K/L Pendukung PN 04 ……………………………………………………………………………………………………………. 68
5.3 Kinerja K/L Pendukung PN 07 ……………………………………………………………………………………………………………. 72
3.1 Siklus APBN ………………………………………………………………………………… 24
3.2 Kekeringan Tanah Dampak Elnino ……………………………………………… 46
RPA SEMESTER II TAHUN 2023

Bandara YIA - Kulon Progo


Foto: Humas Kanwil DJPb DIY

BAB I

Kinerja Realisasi Belanja K/L


Kanwil DJPb Provinsi DI Yogyakarta
2023
Kinerja Realisasi Belanja K/L
01 Kanwil DJPb Provinsi D.I Yogyakarta

1.1 Kinerja Belanja K/L Wilayah Antar Tahun


1.1.1 Pergerakan Pagu K/L 5 Tahun Terakhir
Dalam 5 tahun terakhir, pagu belanja K/L di D.I. Yogyakarta mengalami kenaikan rata-rata 3,23
persen per tahun. Meskipun demikian, terjadi penurunan tertinggi sebesar -11,96 persen pada tahun
2020 dibandingkan tahun 2019 dari Rp12.056,5 miliar menjadi Rp10.614,5 miliar sebagai dampak
kebijakan pencegahan dan penanganan pandemi. Kenaikan pagu tertinggi terjadi pada tahun 2021
sebesar 14,98 persen sejalan dengan ekspansi belanja pemerintah untuk percepatan pemulihan
ekonomi nasional dan semakin terkendalinya pandemi.
Terdapat empat jenis belanja K/L di Provinsi D.I. Yogyakarta, yaitu Belanja Pegawai (51), Belanja
Barang (52), Belanja Modal (53) dan Belanja Bansos (57). Belanja pegawai masih menjadi
kontributor utama dalam 5 tahun terakhir dengan rata-rata porsi 38,58 persen dari total pagu.
Belanja Barang memiliki rata-rata porsi 37,32 persen, belanja modal 23,97 persen, sedangkan
belanja bansos sebagai yang terkecil yaitu 0,14 persen dari total pagu.

Grafik 1.1 Grafik 1.2


Tren Pagu 2019-2023 Tren Pagu Jenis Belanja 2019-2023

12.909,6 4.624,3 4.711,0 4.603,3 4.595,4 4.610,4


12.204,5 12.515,0
Miliar Rupiah

12.056,5 5.223,3
10.614,5 4.582,4
4.427,2 4.023,9 4.256,7
14,98%
1.865,6 3.328,4 3.319,4
7,42% 2.990,8 3.056,0
2,54% 3,15%
14,2 14,1 16,1 17,8 19,8
-11,96%

2019 2020 2021 2022 2023 2019 2020 2021 2022 2023
51 52
Sumber: SINTESA % kenaikan/penurunan YOY Sumber: SINTESA 53 57

Belanja Bansos menjadi belanja dengan rata-rata persentase kenaikan pagu tertinggi, 8,8 persen
dalam 5 tahun terakhir yang meningkat dari Rp14,2 miliar pada tahun 2019 menjadi Rp19,8 miliar
pada tahun 2023. Meskipun terdapat peningkatan pagu yang cukup signifikan di tahun 2021, pagu
belanja modal mengalami kecenderungan penurunan dari Rp3.328,4 miliar di tahun 2021 menjadi
Rp3.056,0 miliar di tahun 2023. Pagu Belanja Barang mengalami rata-rata kenaikan yang cukup
moderat, 4,6 persen dalam lima tahun. Namun demikian, pagu Belanja Barang mengalami kenaikan
yang cukup signifikan di tahun 2023, 14,0 persen, sejalan kebijakan pembangunan infrastruktur
seperti fasilitas pendidikan, kawasan permukiman, dan jalan yang diserahkan kepada
masyarakat/pemda. Belanja pegawai memiliki rata-rata kenaikan terendah yaitu 0,71 persen dari
sebesar Rp4.624 miliar di tahun 2019 menjadi Rp4.610 miliar pada tahun 2023.

1
Program Dukungan Manajemen (Dukman/ WA) Grafik 1.3 Pagu Dukman dibanding Total
memperoleh proporsi pagu yang cukup besar, Pagu 2019-2023
yaitu rata-rata 35,15 persen per tahun, dengan 15.000
proporsi terendah pada tahun 2020 Rp2,43 miliar

Miliar rupiah
41,16% 39,02% 38,24%
dan meningkat hingga mencapai Rp4.936,9 miliar 10.000 34,43%
pada tahun 2023. Dalam tiga tahun terakhir 22,91%
proporsi tersebut mengalami penurunan 1,5 5.000
persen seiring dengan kebijakan Auto Adjustment
yang dilakukan K/L/Satker pada Program WA. 0
2019 2020 2021 2022 2023
Komponen terbesar Program WA terdapat pada
Pagu Dukman
belanja pegawai dengan porsi rata-rata sebesar Pagu Total
81,45 persen per tahun. Sumber: SINTESA % Dukman banding Pagu total

1.1.2 Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja K/L Pada 5 Tahun Terakhir
Dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022, realisasi Belanja Pegawai Tahun 2023
meningkat 0,53 persen dengan nilai Rp4.551,4 miliar. Realisasi tahun 2023 tersebut sejalan dengan
penyerapan Belanja Pegawai pada 5 tahun terakhir yang tercatat sebesar rata-rata 98,84 persen.
Tren 5 tahun terakhir menunjukkan penyerapan belanja barang rata-rata sebesar 92,56 persen. Di
Tahun 2023, realisasi Belanja Barang secara signifikan melampaui rata-rata dengan capaian 97,07
persen dengan nilai Rp5.070,1 miliar, atau meningkat 21,14 persen dibanding Tahun 2022. Capaian
ini selaras dengan kebijakan pemerintah agar K/L melakukan langkah-langkah strategis
pelaksanaan anggaran 2023.
Grafik 1.4 Tren Penyerapan Grafik 1.5 Tren Penyerapan
Belanja Pegawai (51) 2019-2023 Belanja Barang (52) 2019-2023
4.800 6.000 97,07%
100,01%
Miliar rupiah
Miliar rupiah

99,39%
4.700
98,52% 98,72% 4.000 92,85%
91,49% 91,33%
4.600 97,55% 90,06%
2.000
4.500

4.400 -
2019 2020 2021 2022 2023 2019 2020 2021 2022 2023

Pagu Realisasi Pagu Realisasi


Sumber: SINTESA Penyerapan Sumber: SINTESA Penyerapan

Meskipun dari jumlah pagu trennya menurun, kinerja penyerapan Belanja Modal pada 3 tahun
kebelakang lebih tinggi dibanding rata-rata serapan 2019-2023 yang sebesar 92,76 persen. Pada
Tahun 2021 realisasi mencapai 96,87 persen, kemudian turun menjadi 94,38 persen di tahun 2022
dan pada tahun 2023 kembali mengalami kenaikan 97,41 persen dengan realisasi Rp2.976 miliar.
Rata-rata tingkat penyerapan Belanja Bansos di pada 5 tahun terakhir adalah 99,41 persen. Jika
dibandingkan dengan jenis belanja lainnya, tingkat penyerapan belanja bansos ini relatif stabil dari
tahun ke tahun dikarenakan mekanisme penyaluran bansos yang tahapannya sudah ditentukan dan
tidak ada perubahan peraturan. Pada 2 tahun terakhir penyerapan mencapai 100%, dengan
Realisasi senilai Rp17,8 miliar di tahun 2022 dan Rp19,8 miliar di tahun 2023.

2
Grafik 1.6 Tren Penyerapan Grafik 1.7 Tren Penyerapan
Belanja Modal (53) 5 2019-2023 Belanja Bansos (57) 5 2019-2023

4.000 96,87% 97,41%


94,38% 25
99,71% 100,00%100,00%
Miliar rupiah

Miliar rupiah
3.000 89,43% 20 99,27%
85,71% 15
2.000 98,07%
10
1.000 5
- -
2019 2020 2021 2022 2023 2019 2020 2021 2022 2023
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
Sumber: SINTESA Penyerapan Sumber: SINTESA Penyerapan

1.1.3 Pergerakan Pagu dan Realisasi Belanja Strategis Prioritas Nasional di D.I. Yogyakarta
Terdapat tujuh belanja strategis yang merupakan Program Prioritas Nasional di D.I. Yogyakarta
yaitu PN 01: Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas dan
Berkeadilan; PN02: Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin
Pemerataan; PN03: Meningkatkan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Berdaya Saing; PN 04:
Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan; PN05: Memperkuat Infrastruktur untuk
Mendukung Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar; PN06: Membangun Lingkungan Hidup,
Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim; serta PN07: Memperkuat Stabilitas
Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik.
PN 05 memiliki alokasi belanja tertinggi Rp1.182,2 miliar dengan realisasi 94,82 persen, lebih rendah
dari serapan tahun 2022 dan setingkat diatas PN 03 yang memiliki serapan terendah 94,17 persen
dengan realisasi Rp721,46 miliar.
Grafik 1.8 Realisasi Prioritas Nasional (PN)
Pada tahun 2023, PN07 memiliki pagu Rp280,16 2022 s.d. 2023
miliar atau naik lima kali lipat dibanding tahun
2022. Peningkatan tersebut terjadi karena sudah
dimulainya proses persiapan Pelaksanaan
99,7%

Tahapan Pemilu Serentak tahun 2024, dengan


98,4%
98,0%

96,1%

95,6%
94,8%
94,2%

99,0%
95,6%

98,2%

90,0%

98,3%

95,6%

88,4%
85,1 persen dari alokasi terbesar pagu PN 07
terdapat pada tiga Kementerian yaitu KPU,
Bawaslu dan Kepolisian RI. Realisasi PN 07 PN01 PN02 PN03 PN04 PN05 PN06 PN07
senilai Rp267,7 miliar, atau 95,6 persen, Realisasi 2022 Realisasi 2023
Sumber: SINTESA
meningkat 7,5 persen lebih tinggi dibanding
realisasi tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, Program Prioritas Nasional (PN) pada tahun 2023 menunjukkan kinerja yang
baik dengan rata-rata realisasi 96,7 persen. Rekomendasi untuk tahun anggaran selanjutnya, agar
K/L melakukan identifikasi program/kegiatan Prioritas Nasional yang harus diselesaikan pada
tahun 2024 dan melakukan akselerasi agar Program PN dapat diselesaikan paling lambat Triwulan
III Tahun Anggaran 2024.

1.2 Kinerja Belanja K/L Wilayah Tahun 2023


1.2.1 Realisasi Belanja K/L 2023 Total
Realisasi belanja K/L di D.I. Yogyakarta pada Tahun 2023 mencapai Rp12.618 miliar atau 97,74
persen dari pagu sebesar Rp12.909,58 miliar, tumbuh 6,36 persen (yoy).

3
Pola penyerapan belanja bulanan Tahun 2019-2023 memperlihatkan tren serapan rendah pada awal
tahun kemudian meningkat secara pesat di akhir tahun. Pada Bulan Januari-Maret 2019-2023
(Triwulan I), dari target realisasi 20 persen hanya tercapai 14,4 persen. Kondisi serupa terjadi di
bulan April-Juni 2019-2023 (Triwulan II) yang memiliki realisasi 37,7 persen dari target 50 persen.
Pada Juli-September (Triwulan III) Tahun 2019-2023,
realisasi tercapai 61,4 persen, masih dibawah target Grafik 1.9 Persentase Realisasi Bulanan
73,3 persen. Mulai bulan September hingga Desember 2019-2023 (akumulatif)
97,7%
2019-2023 atau Triwulan IV, terjadi akselerasi
sehingga mencapai realisasi rata-rata 95,1 persen dari 61,7% 94,79%
target 93,39 persen. Pola peningkatan tersebut terlihat
38,4%
konsisten dalam kurun 5 tahun terakhir, tanpa ada 59,40%
14,3% 35,67%
rentang variasi yang signifikan. Meskipun terdapat 3,4%
14,77%
kebijakan spesifik pada era pandemi dan pasca 1,99%
pandemi pada tahun 2020-2022 dimana Satker Mar Jun Sep Des
diharapkan untuk dapat mengakselerasi belanja Sumber: SINTESA
2019 2020 2021
2022 2023
sebagai dukungan pemulihan ekonomi, namun kinerja
realisasi cenderung stagnan.

1.2.2 Realisasi Belanja K/L TA 2023 per Jenis Belanja


Belanja Pegawai pada tahun 2023 menunjukkan kinerja baik dengan capaian 98,72 persen, atau
melampaui target IKPA 95 persen. Meskipun secara keseluruhan realisasi Belanja Pegawai telah
berkinerja baik, namun pada komponen yang terkait penyaluran gaji dan tunjangan pegawai PPPK
hanya terealisasi rata-rata sebesar 68,9 persen. Hal tersebut karena terdapat perubahan kebijakan
di K/L terkait pengangkatan pegawai PPPK yang semula dijadwalkan akan diangkat pada akhir
Tahun 2023, digeser jadwalnya menjadi Tahun 2024.
Belanja Barang dengan realisasi Rp5.070,1
Grafik 1.10
miliar, meskipun memiliki penyerapan 97,1 Realisasi Bulanan Per Jenis Belanja TA 2023
persen yang melebihi target tahunan 90 persen, 100,0%
merupakan Jenis Belanja yang penyerapannya 98,7%
paling rendah. Pola penyerapan belanja barang
97,4%
operasional ditahun 2023 relatif stabil pada
74,0% 97,1%
Triwulan I s.d III, namun cenderung meningkat 51,8%
47,0% 57,9%
pada triwulan IV. Belanja barang kontraktual 47,0% 49,6%
senilai Rp1.533,95 miliar atau 27,2 persen dari 47,0%
19,3%
alokasi belanja barang tahun 2023, memiliki 34,2%
25,5%
tanggal jatuh tempo kontrak pada Bulan 12,9%
9,2%
Desember 2023. Hal ini karena sebagian besar
Satker mengeksekusi kegiatan pemeliharaan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Gedung dan bangunan (selain jasa petugas 51 52


kebersihan) pada triwulan IV. Sumber: SINTESA 53 57

Belanja Modal pada tahun 2023 memiliki nilai kinerja dengan kategori Baik. Dari target sebesar 95
persen, terealisasi sebesar 97,4 persen dengan nilai Rp2.976,73 miliar. Peningkatan realisasi
Belanja Modal terjadi pada Triwulan IV. Kontrak Belanja Modal dengan total nilai Rp1.795,89 miliar
atau sejumlah 58,7 persen dari alokasi belanja modal tahun 2023, memiliki tanggal jatuh tempo
kontrak 31 Desember 2023. Hal ini menunjukkan bahwa belum terjadi akselerasi realisasi Belanja
Modal pada Triwulan I, II dan III.

4
Realisasi Belanja Bantuan Sosial (Bansos) pada tahun 2023 mencapai Rp19,8 miliar atau tercapai
100 persen, berupa Belanja Bantuan Sosial Untuk Perlindungan Sosial Dalam Bentuk Uang bagi
Mahasiswa Penerima KIP UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Realisasi dilaksanakan sesuai petunjuk
teknis pengelolaan Belanja Bansos dari K/L yaitu pada bulan April, Oktober, November dan
Desember 2023.
Beberapa rekomendasi antara lain untuk Jenis Belanja Pegawai, agar Kementerian/Lembaga lebih
cermat dalam melakukan perencanaan pengangkatan pegawai PPPK terutama jadwal yang terkait
dengan perubahan tahun anggaran, sehingga resiko gap yang besar antara rencana dan realisasi
pada tahun berjalan bisa dimitigasi. Untuk jenis Belanja Barang dan Modal, satker agar melakukan
percepatan eksekusi kegiatan/belanja dan proses pengadaan barang/jasa sehingga realisasi lebih
merata, tidak terakumulasi pada akhir tahun anggaran.

1.2.3 Realisasi Belanja K/L TA 2023 Per Fungsi


Belanja K/L terbagi dalam 11 Fungsi pemerintahan, dengan proporsi belanja terbesar pada Fungsi
Pendidikan sebesar 15,5 persen dan fungsi Ekonomi sebesar 13,9 persen. Penyerapan terbesar
terdapat pada Fungsi Pertahanan sebesar 99,77 persen, penyerapan pada fungsi ini meningkat
dibanding tahun sebelumnya sebesar 99,55 persen. Kontribusi terbesar realisasi pada fungsi
Pertahanan bersumber dari penyaluran Belanja Pegawai dengan proporsi 72,53 persen dari pagu
keseluruhan.
Tabel 1.1 Pagu Realisasi Belanja K/L per Fungsi Tahun 2023 (dalam Miliar Rupiah)
Kode Fungsi Pagu Realisasi Blokir % Penyerapan
01 Pelayanan Umum 11.005,43 10.882,56 0,00 98,88%
02 Pertahanan 1.265,88 1.262,97 0,00 99,77%
03 Ketertiban Dan Keamanan 1.656,29 1.638,68 0,00 98,94%
04 Ekonomi 3.229,20 3.165,75 0,00 98,03%
05 Lingkungan Hidup 215,18 213,08 0,00 99,03%
06 Perumahan & Fasilitas Umum 371,36 360,05 0,00 96,96%
07 Kesehatan 1.682,32 1.612,83 0,00 95,87%
08 Pariwisata Dan Budaya 1,08 1,05 0,00 97,57%
09 Agama 185,36 181,34 0,00 97,83%
10 Pendidikan 3.601,77 3.508,05 0,05 97,40%
11 Perlindungan Sosial 33,17 32,41 0,00 97,72%
Sumber: Sintesa

Fungsi Pariwisata dan Budaya (08) merupakan Grafik 1.11 Pergerakan Realisasi
fungsi yang baru memperoleh alokasi Per Fungsi 2023
anggaran di D.I. Yogyakarta Tahun 2023,
dengan pagu Rp1,08 miliar dan realisasi 97,6
persen.
Seluruh fungsi menunjukkan kinerja 07;
95,9%
penyerapan diatas 95 persen, dengan kinerja
terbaik pada Fungsi Pertahanan (02) dengan
61,3%
realisasi 99,8 persen senilai Rp1.262,97 miliar,
sedangkan penyerapan terendah pada Fungsi 35,3%
02;
Kesehatan (07) sebesar 95,9 persen atau 73,4% 99,8%
10,6% 49,5%
senilai Rp1.612,83 miliar. Rendahnya 19,0%
0,9% 3,9%
penyerapan pada Fungsi Kesehatan karena Jan Mar Jun Sep Des
terdapat kebijakan efisiensi dalam pembelian 11 10 09 08
07 06 05 04
barang habis pakai, peralatan medis dan Sumber: SINTESA 03 02 01
nonmedis pada output Manajemen

5
Operasional Sarana Kesehatan, melalui penyesuaian kebutuhan selama setahun serta
pencadangan kebutuhan mendesak hingga akhir tahun.
Agar kualitas penyerapan lebih baik, Satker diminta untuk mengidentifikasi kebutuhan belanja yang
bisa diefisiensikan berdasar pada data series tahun-tahun sebelumnya, serta menyusun langkah
strategis terkait eksekusi belanja dana cadangan dengan menyusun rencana realisasi akhir tahun
apabila tidak diperlukan lagi realisasi dana cadangan.

1.2.4 Realisasi Belanja K/L TA 2023 Per Kewenangan


Secara keseluruhan realisasi per kewenangan
Grafik 1.12 Pergerakan Belanja K/L
menunjukkan realisasi baik diatas 95 persen. Porsi per Kewenangan TA 2023
terbesar alokasi belanja K/L per kewenangan 98%
terdapat pada belanja dengan kewenangan Kantor
Daerah (KD) dengan nilai Rp8.512 miliar. 77%
67%
Penyerapan tertinggi terdapat pada belanja dengan 97%
55%
Kewenangan KP dengan realisasi 98,07 persen. 47% 80%
Sedangkan tingkat penyerapan terendah terdapat 40% 68% 98%
pada Kewenangan Dekonsentrasi (DK) dengan 55%
41% 83%
74%
realisasi 97,06 persen. Penyebab rendahnya 33% 65%
57% 98%
penyerapan pada Kewenangan DK antara lain 50%
74%
55%64%
karena pada output Pelatihan Bidang Kesehatan 39%48%
terdapat pegawai yang mendapatkan pelatihan
dari sumber dana yang lain, misalnya tugas belajar Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
dari Kementerian. Sumber: SINTESA
KP KD
DK TP
Tabel 1.2 Pagu Realisasi Belanja K/L per
Kewenangan Tahun 2023 (miliar rupiah)
No Kewenangan Pagu Realisasi Blokir Penyerapan (%)
1 Kantor Pusat (KP) 4.304,08 4.221,23 0,00 98,07%
2 Kantor Daerah (KD) 8.512,23 8.305,66 0,05 97,57%
3 Dekonsentrasi (DK) 34,61 33,59 0,00 97,06%
4 Tugas Pembantuan (TP) 58,66 57,53 0,00 98,07%
Sumber: Sintesa

Rekomendasi yang diberikan agar Satker melakukan koordinasi dengan instansi pusat
sehingga tidak terjadi duplikasi dalam objek pelaksanaan pelatihan dengan sumber dana yang
berbeda.

1.2.5 Realisasi Belanja K/L TA 2023 Per Sumber Dana


Berdasarkan sumber dana, alokasi belanja terbesar terdapat pada belanja Sumber Dana Rupiah
Murni (RM) yang menempati 84,6 persen dari total pagu belanja K/L di D.I. Yogyakarta, alokasi
tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mempunyai proporsi 73,84 persen dari
total pagu.
Tabel 1.3 Pagu Realisasi Belanja K/L per Sumber Dana Tahun 2023 (miliar rupiah)
Kode Sumber Dana Pagu Realisasi Blokir Penyerapan (%)
01 Rupiah Murni (RM) 19.665,98 19.430,02 0,05 98,80%
02 Pinjaman Luar Negeri (PLN) 595,47 572,80 0,00 96,19%
04 Penerimaan Bukan Pajak (PNP) 302,62 286,69 0,00 94,73%
06 Badan Layanan Umum (BLU) 1.931,82 1.840,82 0,00 95,29%

6
Kode Sumber Dana Pagu Realisasi Blokir Penyerapan (%)
08 Hibah Dalam Negeri (HDN) 0,00 0,43 0,00 -
09 Hibah Luar Negeri (HLN) 2,95 2,93 0,00 99,22%
10 Hibah Langsung Dalam Negeri (HLD) 6,77 6,32 0,00 93,42%
19 Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) 741,41 718,79 0,00 96,95%

Sumber: Sintesa

Satker dengan sumber dana HLN yaitu Balai Grafik 1.13 Pergerakan Realisasi Per Sumber
Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Dana TA 2023
110%
Wilayah Jawa merupakan Satuan Kerja baru 100%
yang pada Semester 1 masih berfokus pada 90%
80%
penunjukan pejabat perbendaharaan, namun 70%
pada Semester II tahun 2023 telah mencatatkan 60%
50%
akselerasi realisasi hingga mencapai persentase 40%
realisasi tertinggi dengan penyerapan mencapai 30%
20%
99,22 persen atau senilai Rp2,95 miliar. Secara 10%
nominal, kontribusi realisasi terbesar berasal 0%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
dari RM dengan realisasi mencapai Rp19.430
miliar dan penyerapan 98,8 persen. PNP BLU SBSN
RM PLN HLD
Sumber: SINTESA HDN HLN

1.3 Kinerja Belanja K/L Tahun 2023


1.3.1 Realisasi Belanja Kementerian PUPR (K/L Pagu Terbesar 1)
Kementerian PUPR mengelola pagu belanja sebesar Rp3.742,27 miliar yang tersebar pada 16 satker
dengan capaian realisasi sebesar Rp3.678,88 miliar atau 98,31 persen dan berada di atas target
capaian 90%. K/L ini memiliki alokasi terbesar Grafik 1.14
(56,58 persen) berupa belanja modal. Pergerakan Pagu dan Realisasi Bulanan BA 033
4.000 26%
Pergerakan realisasi bulanan menunjukkan tren
penyerapan yang menumpuk di akhir tahun
3.734

3.000
anggaran disebabkan dampak pelambatan
miliar rupiah

2.799

eksekusi kegiatan di semester I karena faktor 2.000 11%


cuaca seperti tingginya curah hujan dan 9% 7% 8% 9%
6% 7%
tingginya debit air pada DAS yang dilalui 1.000 5% 4%
3% 3%
pembangunan. Pagu belanja juga menunjukkan
0
tren meningkat pada pertengahan tahun a.l jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des
untuk alokasi anggaran tambahan pengadaan
Sumber: SINTESA pagu realisasi
lahan pengendali banjir.
Tabel 1.4 Informasi Kinerja Kementerian PUPR
No Sub Tema Uraian
1 Realisasi Bagus Berdasarkan tracking level output pada tiga program yang ada (selain program WA),
realisasi optimal sebesar 100 persen terdapat pada Satker Pelaksanaan Jalan
Nasional Wilayah Provinsi DIY (498622) KRO :
• Prasarana Bid Konektivitas Darat (Jalan) (GA.2409.RBC)
• Prasarana Bid Konektivitas Darat (Jembatan) (GA.2409.CBF)
• OM Prasarana Bid Konektivitas Darat (Jembatan) (GA.2409.RDF)
2 Realisasi Buruk Berdasarkan tracking level output pada program dengan kinerja realisasi terendah,
realisasi kurang optimal dan di bawah target penyerapan 90%, terdapat pada satker :

7
• SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Serayu-Opak (498177) KRO
Prasarana Bidang SDA dan Irigasi (FC.5040.RBG) realisasi 90,11%
• Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi D.I. Yogyakarta (631127) KRO
Prasarana Bidang Perumahan dan Pemukiman (IA.4971.CBB) realisasi 12,07%
3 Permasalahan • Kurangnya optimalisasi sisa kontrak pada output PN menyebabkan realisasi tidak
Struktural optimal, a.l terjadi pada pembangunan embung.
• Rendahnya realisasi disebabkan tidak mencukupinya waktu untuk mengeksekusi
kegiatan disebabkan blokir anggaran yang baru dibuka pada Oktober 2023 dan
gagal lelang pada bulan November 2023 karena adanya sanggah, terjadi pada
pembangunan Kampus Widya Mataram.
4 Rekomendasi Pada ketentuan Pasal 162 ayat (2) huruf b PP 45 Tahun 2015 tentang Tata Cara
(Regulasi) Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara disebutkan “Sisa pagu DIPA
dapat digunakan pada tahun anggaran berikutnya untuk membiayai kegiatan tertentu
lainnya yang merupakan Kegiatan prioritas nasional sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan”. Maka diusulkan penetapan Peraturan Pelaksanaan
oleh Menkeu yang mengatur lebih lanjut kriteria kegiatan tertentu yang mendukung
prioritas nasional, beserta tata cara penggunaannya.
Rekomendasi • Satker mengindentifikasi pagu yang tidak terserap agar dapat segera direalokasi.
(Non Regulasi)
• Satker berkoordinasi dengan Satker lain/Balai/K/L Pusat agar optimalisasi sisa
lelang dapat dimanfaatkan.
• Satker memperhitungkan dengan baik ketersediaan waktu dalam eksekusi kegiatan,
termasuk pencadangan waktu apabila kemungkinan terjadinya gagal lelang.
• Satker menginformasikan kepada eselon satu terkait tahapan kegiatan yang bisa
dilaksanakan di sisa waktu tahun anggaran berkenaan agar pembukaan blokir
dilakukan sebagian sesuai dengan tahapan kegiatan yang dapat dieksekusi.

1.3.2 Realisasi Belanja Kemendikbud Ristek (K/L Pagu Terbesar 2)


Kemendikbud Ristek mengelola pagu belanja sebesar Rp1.699,4 miliar yang tersebar pada 13 satker
dengan capaian realisasi sebesar Rp1.636,2 miliar atau 96,28 persen. Sampai dengan akhir tahun
2023, masih terdapat pagu blokir sebesar Grafik 1.15
Rp48,23 juta dari belanja barang. Pergerakan Pagu dan Realisasi Bulanan BA 023
1.800 19%
Pergerakan pagu bulanan menunjukkan
kecenderungan menurun mulai bulan Mei 2023 1.750
1.764
miliar rupiah

terutama dari pengurangan alokasi belanja 1.700 10% 9%


barang pada satker UNY karena perubahan 8% 8% 7% 7% 8%
7% 7%
status dari BLU menjadi PTN-BH. Tren realisasi 1.650
4%
belanja tidak menunjukkan kecenderungan 3%
1.629

1.600
serupa, melainkan masih menumpuk di akhir
tahun anggaran terutama. Dari alokasi belanja 1.550
jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des
modal sebesar Rp236,8 miliar, 58 persen
Sumber: SINTESA pagu realisasi
direalisasikan di bulan Desember 2023.
Tabel 1.5 Informasi Kinerja Kemendikbud Ristek
No Sub Tema Uraian
1 Realisasi Bagus Berdasarkan tracking level output pada empat program yang ada (selain program
WA) realisasi optimal terdapat pada satker :
• UPN Veteran Yogyakarta (677505) KRO Sarana Bidang Pendidikan (DK.4471.RAA)
realisasi 99,998%
• BBPPMPV Seni dan Budaya (352671) KRO Kerja Sama (DL.4468.PEC) realisasi
99,96%
• Balai Bahasa DIY (414562) KRO Data dan Informasi Publik (DH.6702.BMA)
realisasi 99,77%

8
No Sub Tema Uraian
2 Realisasi Buruk Berdasarkan tracking level output pada program dengan kinerja realisasi terendah,
realisasi kurang optimal dan di bawah target penyerapan 93,13% terdapat pada
satker :
• BB Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Seni & Budaya (352671)
KRO Pelatihan Bidang Pendidikan (DL.4468.SCI) realisasi 91,82%
• Institut Seni Indonesia Yogyakarta (677539) KRO Pendidikan Tinggi
(DK.4471.DBA) realisasi 76,42%
3 Permasalahan • Ketidaktepatan dalam penganggaran yang berdampak pada overstate anggaran
Struktural dana DIPA, a.l terdapat pada belanja perjalanan dinas dan penggunaan bahan
pada kegiatan diklat.
• Terdapat anggaran yang bersifat perkiraan dengan realisasi belum maksimal,
seperti honor kelebihan jam mengajar dosen yang dibayarkan setelah perhitungan
kelebihan jam mengajar, bantuan Jurnal terindeks Scopus untuk dosen, bantuan
studi lanjut untuk dosen dan tenaga kependidikan serta Diklat untuk
pengembangan SDM.
4 Rekomendasi • Satker dalam membuat perhitungan standar biaya/ SBK agar melakukan survey
(Non Regulasi) untuk mendapatkan harga pasar yang tepat untuk dijadikan sebagai acuan
dalam perencanaan anggaran.
• Satker menjadikan volume kegiatan yang terealisasi sebagai rujukan
penyusunan anggaran dengan memperhitungkan standar biaya untuk tahun
anggaran yang direncanakan.
• Satker membuat rencana berdasarkan base line tahun tahun sebelumya dengan
mempertimangkan rencana kegiatan tahun berjalan.
• Satker agar melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran secara
periodik, agar sisa pagu yang tidak terserap dapat segera direalokasi.

1.3.3 Realisasi Belanja Kementerian Kesehatan (K/L Pagu Terbesar 3)


Kementerian Kesehatan mengelola pagu belanja sebesar Rp1.649,19 miliar yang tersebar pada 5
satker dengan capaian realisasi sebesar Rp1.579,07 miliar atau 95,75 persen. Porsi terbesar (70,59
persen) berupa belanja barang dan mayoritas (95,06 persen) sejumlah Rp1.164,12 miliar berasal
dari sumber dana BLU.
Grafik 1.16
Hal tersebut juga mempengaruhi tren 1.700 Pergerakan Pagu dan Realisasi Bulanan BA 024
realisasi bulanan sepanjang tahun 2023. 15%
1.650
Penumpukan realisasi masih terjadi di 11% 11% 11%
akhir tahun anggaran terutama pada 1.600 8% 8% 9% 9%
miliar rupiah

8%
belanja barang yang dipengaruhi 1.550
pengesahan belanja BLU di Desember 2%
1.500
2023 oleh satker RSU Dr Sardjito 1% 1%
Yogyakarta (415582). Pergerakan pagu
1.505

1.592

1.450
bulanan juga cenderung meningkat pada
1.400
semua jenis belanja terutama belanja jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des
modal dengan peningkatan terbesar dari Pagu Realisasi
Sumber: SINTESA
sumber dana BLU. Realisasi 52 BLU

Tabel 1.6 Informasi Kinerja Kementerian Kesehatan


No Sub Tema Uraian
1 Realisasi Bagus Berdasarkan tracking level output pada 5 program yang ada (selain program WA)
terdapat 7 output yang memiliki realisasi optimal sebesar 100% pada satker :
• KKP Kelas III Yogyakarta (40005) KRO Pelayanan Publik kepada masyarakat
(DO.4249.QAA) dan Sarana Bidang Kesehatan (DO.4249.RAB)

9
No Sub Tema Uraian
• Poltekes Jogyakarta (632263) KRO Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi
(DL.5034.BEJ), Penyediaan dan Peningkatan Kualifikasi Tenaga Kesehatan
(DL.6823.QEJ), Penyediaan dan Peningkatan Kualifikasi Tenaga Kesehatan
(DL.6823.DDC), Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi (DL.5034.EBC)
• RSU Dr Sardjito (415582) KRO Pemantauan dan Evaluasi serta Pelaporan
(DG.6388.FAE)
2 Realisasi Buruk Berdasarkan tracking level output pada program dengan kinerja realisasi terendah,
realisasi kurang optimal terdapat pada satker :
• RSU Dr Sardjito (415582) KRO Sarana Bidang Kesehatan (DG.6388.CCB) realisasi
90,9% realisasi 90,9% dan KRO Pelatihan Bidang Kesehatan (DG.6388.SCM) realisasi
9,75%.
3 Permasalahan • Perencanaan dan eksekusi dana cadangan yang kurang optimal. Realisasi
Struktural pemenuhan operasional rumah sakit disesuaikan kebutuhan selama 1 tahun dan
terdapat efesiensi belanja untuk mencadangkan kebutuhan mendesak s.d akhir
tahun sehingga realisasi kurang optimal.
• Terjadi overlapping dalam penganggaran peningkatan kapasitas SDM. Hal tersebut
terjadi pada pelatihan bidang Kesehatan yang telah terselenggara namun capaian
realisasinya rendah karena terdapat pegawai yang mendapatkan pelatihan dari
sumber dana yang lain, misalnya tugas belajar dari Kementerian
4 Rekomendasi • Satker agar menetapkan besarnya dana yang di cadangkan pada awal tahun
(Non Regulasi) didasarkan pada data series tahun tahun sebelumnya.
• Satker agar menyusun langkah strategis terkait eksekusi belanja dana cadangan
dengan menyusun rencana realisasi akhir tahun apabila tidak diperlukan lagi
realisasi dana cadangan.
• Satker agar merencanakan dengan baik kebutuhan belanja selama satu tahun dan
mengidentifikasi sedini mungkin belanja yang dapat diefisiensikan.
• Satker agar melakukan koordinasi dengan instansi pusat sehingga tidak terjadi
duplikasi dalam objek pelaksanaan pelatihan dengan sumber dana yang berbeda.
• Satker agar tidak menggabungkan realisasi output yang didanai dengan anggaran
satker dan anggaran pusat.
• Satker perlu memperbaiki target volume pelatihan atau menambah peserta
pelatihan sesuai dengan yang dianggarkan.

1.3.4 Realisasi Belanja Kementerian Pertahanan (K/L Pagu Terbesar 4)


Kementerian Pertahanan mengelola pagu belanja sebesar Rp1.265,88 miliar yang tersebar pada 7
satker dengan capaian realisasi sebesar Rp1.262,97 miliar atau 99,77 persen. Kinerja belanja
tersebut merupakan yang tertinggi dari 10 K/L pagu terbesar.
Pergerakan realisasi bulanan telah menunjukkan
realisasi yang cenderung merata dan tidak terjadi Grafik 1.17
Pergerakan Pagu dan Realisasi Bulanan BA 012
penumpukan di akhir tahun anggaran meskipun 1.300 11% 11%
belum mampu mengakselerasi belanja di awal 10%
9% 9% 9% 8%
tahun. Persentase tertinggi pada bulan April dan 1.250
8%
7%
8%
Juni 2023 berupa pembayaran THR dan gaji ke-
miliar rupiah

6%
13. Hal tersebut disebabkan mayoritas alokasi 1.200
4%
belanja pada Kementerian Pertahanan berupa
belanja pegawai (72,53 persen). Pergerakan 1.150
1.183

1.197

pagu belanja cenderung meningkat dengan


1.100
kenaikan tertinggi di akhir tahun terutama berupa jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des
penambahan belanja pegawai pada satker Sumber: SINTESA pagu realisasi
Korem-072/PMK DAM IV/DIP (344249).

10
Tabel 1.7 Informasi Kinerja Kementerian Pertahanan
No Sub Tema Uraian
1 Realisasi Bagus Berdasarkan tracking level output pada 4 program yang ada (selain program WA) dari
total 34 output yang ada, terdapat 26 output yang memiliki realisasi optimal sebesar
100% a.l pada satker :
• AAU (344800) dan Lanud Adisutjipto (344858) KRO Pelatihan Bidang Pertahanan
dan Keamanan (AC.1537.DCG) serta KRO Prasarana Bidang Pertahanan dan
Keamanan (AF.1532.CBM)
• Lanal Jogja (344647 KRO OM Prasarana Bidang Pertahanan dan Keamanan
(AF.6519.CDM)
• Korem-072/PMK DAM IV/DIP (344249) dan Kodim 0734 / Kota Yogyakarta
(685053) KRO Pelatihan Bidang Pertahanan dan Keamanan (AC.1466.DCG)
2 Realisasi Buruk Berdasarkan tracking level output pada program dengan kinerja realisasi terendah,
maka realisasi tidak optimal atau 0% terdapat pada satker :
• AAU (344800) KRO: Sarana Bidang Kesehatan (AC.1544.CAB) dan OM Sarana
Bidang Kesehatan (AC.1544.CCB)
3 Permasalahan Belanja PNBP yang tidak optimal. KRO menggunakan sumber dana PNBP. Kurangnya
Struktural pemahaman dan lemahnya koordinasi internal satker menyebabkan pengajuan
Maksimum Pencairan (MP) PNBP hanya s.d Tahap II (80%) meskipun penerimaan
PNBP melebihi MP yang diajukan. Hal tersebut menyebabkan KRO tidak dapat
terealisasi
4 Rekomendasi Satker agar menerbitkan SOP terkait tugas masing-masing bidang/ bagian terutama
(Regulasi) yang terkait pelaksanaan anggaran
Rekomendasi • Satker agar melakukan monitoring atas realisasi penerimaan PNBP maupun
(Non Regulasi) realisasi belanja tahun anggaran berjalan agar belanja PNBP optimal namun tidak
menyebabkan kelebihan belanja.
• Satker agar meningkatkan koordinasi internal agar tugas dan fungsi antar bagian
dapat dilaksanakan dengan baik sehingga mendukung kinerja organisasi.

1.3.5 Realisasi Belanja Kepolisian Negara RI (K/L Pagu Terbesar 5)


Polri mengelola pagu belanja sebesar Rp1.176,28 miliar yang tersebar pada 30 satker dengan
capaian realisasi sebesar Rp1.172,64 miliar atau 99,69 persen.
Pergerakan pagu belanja cenderung meningkat Grafik 1.18
namun kemudian menurun pada akhir tahun Pergerakan Pagu dan Realisasi Bulanan BA 060
pada belanja pegawai yang digunakan untuk 11% 11%
1.182
penyelesaian pagu minus. Pergerakan realisasi 9% 9%
1.180 8% 8%
bulanan tidak menunjukkan penumpukan di 7% 8% 7%
8%
miliar rupiah

1.178 7%
akhir tahun anggaran dan relatif terdistribusi 6%
secara merata per bulannya. Namun apabila 1.176

dicermati pada jenis belanja modal, maka masih 1.174


1.181
1.174

terjadi penumpukkan di akhir tahun anggaran 1.172


sebesar 21 persen dari total pagu belanja 1.170
tersebut yang sejumlah Rp39,97 miliar. jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des
Sumber: SINTESA pagu realisasi

Tabel 1.8 Informasi Kinerja Kepolisian Negara RI


No Sub Tema Uraian
1 Realisasi Bagus Berdasarkan tracking level output pada 4 program yang ada (selain program WA) dari
total 42 output yang ada, terdapat 7 output yang memiliki realisasi optimal sebesar
100% a.l pada satker :

11
• Ditintelkam Polda DIY (643700) KRO Kebijakan Bidang Pertahanan dan Keamanan
(BQ.3150.ABE)
• Ditresnarkoba Polda D.I.Y (669165) KRO Penanganan Perkara (BI.3144.QEC)
• Satbrimob Polda DIY (643791) KRO Operasi Bidang Keamanan (BQ.5087.BHB)
• Ditreskrimum Polda DIY (643717), Ditresnarkoba Polda D.I.Y (669165), Ditreskrimsus
Polda Yogyakarta (679592) KRO Layanan Manajemen Kinerja Internal (BI.5086.EBD)
2 Realisasi Buruk Berdasarkan tracking level output, didapati seluruh output yang ada telah melampaui
target penyerapan 93,49% dengan penyerapan terendah 94,89% pada satker SPN
POLDA DIY (643770) KRO Pelatihan Bidang Pertahanan dan Keamanan
(BD.3100.SCG).
3 Permasalahan Kurang optimalnya pemanfaatan sisa kontrak. Capaian output (RO) berupa Pelatihan
Struktural Penanganan Konflik Secara Humanis FT SABHARA (PN) telah dilaksanakan dan tidak
optimalnya realisasi berasal dari sisa kontrak makan yang tidak dilakukan revisi.
4 Rekomendasi Satker agar melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran secara periodik,
(Non Regulasi) agar sisa pagu yang tidak terserap dapat segera direalokasi

1.3.6 Realisasi Belanja Kementerian Agama (K/L Pagu Terbesar 6)


Kementerian Agama mengelola pagu belanja sebesar Rp1.139,34 miliar yang tersebar pada 82
satker dengan capaian realisasi sebesar Rp1.113,92 miliar atau 97,77 persen. Capaian tersebut
mampu melampaui target penyerapan 93,33 persen. Berbeda dengan K/L lain, Kementerian Agama
mengelola belanja bantuan sosial senilai Rp19,81 miliar berupa beasiswa Bidik Misi dan beasiswa
KIP Kuliah untuk 1.909 mahasiswa.
Grafik 1.19
Pergerakan realisasi bulanan cenderung Pergerakan Pagu dan Realisasi Bulanan BA 025
fluktuatif namun relatif merata ditunjukkan 1.160
12%
dengan capaian realisasi yang cukup berimbang 11%
10%
pada semester I sebesar 46,13 persen dan 1.140
9% 9%
miliar rupiah

semester II sebesar 51,64 persen. Sementara 8% 8%


7%
1.120
untuk pergerakan pagu bulanan mengalami 6%
4%
peningkatan tertinggi (2,52 persen) pada
1.100 2%
1.141

1.147
pertengahan tahun berasal dari penggunaan
saldo awal satker UIN Sunan Kalijaga 1.080
Yogyakarta (423755). jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des
Sumber: SINTESA pagu realisasi

Tabel 1.9 Informasi Kinerja Kementerian Agama


No Sub Tema Uraian
1 Realisasi Bagus Berdasarkan tracking level output pada 4 program yang ada (selain program WA) dari
total 88 output yang ada, terdapat 32 output yang memiliki realisasi optimal sebesar
100% a.l pada satker :
• UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (423755) KRO Bantuan Pendidikan Tinggi
(DK.2132.QEJ)
• Kanwil Kemenag DIY (417597) KRO Bantuan Lembaga (DF.2128.QEI), dan KRO
Bantuan Pendidikan Dasar dan Menengah (DI.4433.QEK)
• Kanwil Kemenag DIY (417598) KRO Fasilitasi dan Pembinaan Masyarakat
(DC.2137.QDC)
2 Realisasi Buruk Berdasarkan tracking level output pada program dengan kinerja realisasi terendah,
realisasi kurang optimal dan di bawah target penyerapan 93,33% terdapat pada satker
• Satker : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (423755) KRO : Tata Kelola Kelembagaan
Publik Bidang (DK.2132.BGC) Realisasi 90,23%

12
• Satker : Kanwil Kementerian Agama D.I. Yogyakarta (417596) KRO : Peningkatan
Manajemen Lembaga Pemerintahan (DC.2104.UAI) Realisasi 80,50%
3 Permasalahan • Kurang akuratnya penganggaran perjadin. Penganggaran belanja perjadin yang
Struktural terlalu besar dan/atau kesulitan satker untuk memprediksi target volume sehingga
tidak sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan:
• Beberapa perjalanan dinas luar negeri tidak terlaksana karena tidak terbit ijin dan
alasan lain.
• Anggaran utk pengembalian biaya Pendidikan/UKT bagi mahasiswa hanya terserap
74,66% dari alokasi Rp1,6 miliar untuk 1.000 mahasiswa
• KRO Peningkatan Manajemen Lembaga Pemerintahan menggunakan sumber dana
PNBP dan target penerimaan tidak terpenuhi sehingga realisasi rendah.
4 Rekomendasi • Dalam menganggarkan perjadin perlu diperhatikan baseline dana perjadin tahun
(Non Regulasi) tahun sebelumnya dan perlu dilakukan review tarif perjadin dengan memedomani
SBM, SBK dan kebijakan perjadin internal K/L
• Satker memastikan pemenuhan persyaratan kegiatan yang direncanakan dan
mengevaluasi sisa pagu anggaran yang tidak terserap untuk direalokasi pada
kegiatan lain.
• Satker mengevaluasi rata-rata volume mahasiswa yang mengajukan permohonan
pengembalian dalam tiga tahun sebelumnya untuk dijadikan pertimbangan sehingga
perkiraan target volume menjadi lebih realistis.
• Untuk pengelolaan PNBP terpusat, Satker berkoordinasi dengan Unit Eselon I terkait
optimalisasi pagu belanja PNBP.
• Unit Eselon I melakukan evaluasi penetapan target PNBP dan pagu belanja PNBP
agar dapat ditetapkan dengan lebih realistis.

1.3.7 Realisasi Belanja Kementerian Komunikasi Dan Informatika (K/L Pagu Terbesar 7)
Kementerian Kominfo mengelola pagu belanja
sebesar Rp180,47 miliar yang tersebar pada 3 Grafik 1.20
satker dengan capaian realisasi sebesar Rp168,51 Pergerakan Pagu dan Realisasi BA 059
300
miliar atau 93,37 persen. Porsi alokasi terbesar 39%
250
pagu belanja pada K/L ini berupa belanja modal
miliar rupiah

239

sebesar Rp93,35 miliar atau 57,74 persen. 200


Pergerakan pagu bulanan sangat tidak merata dan
182
181

150
menumpuk pada akhir tahun anggaran. Hal
100 11%
tersebut disebabkan kendala pengadaan barang 5% 4% 7% 6% 7%
3% 4% 4%
dan jasa berupa keterlambatan pelaksanaan lelang 50
1% 3%
serta keterlambatan pengadaan karena terkendala 0
jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des
pemenuhan komponen TKDN. Pergerakan pagu
Sumber: SINTESA Pagu Realisasi
menunjukkan penurunan pada pertengahan tahun
berasal dari pengurangan pagu belanja modal.
Tabel 1.10 Informasi Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika
No Sub Tema Uraian
1 Realisasi Bagus Berdasarkan tracking level output pada 2 program yang ada (selain program WA),
realisasi optimal terdapat pada satker :
• STMM Media (MMTC) Yogyakarta (432722) KRO Sarana Bidang Pendidikan
(GB.4500.CAA) realisasi 99,95%
• Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas I Yogyakarta (613462) KRO Sarana
Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (GE.6492.CAN) realisasi 99,85% dan
KRO Pelayanan Publik Lainnya (GE.6492.BAH) realisasi 99,64%
2 Realisasi Buruk Berdasarkan tracking level output pada program dengan kinerja realisasi terendah,
realisasi kurang optimal dan di bawah target penyerapan 90,88% terdapat di satker :

13
• STMM Media (MMTC) Yogyakarta (432722) KRO: Prasarana Bidang Pendidikan
Tinggi (GB.4495.CBJ) Realisasi 72,48% dan KRO: Prasarana Bidang Pendidikan
Tinggi (GB.4500.CBJ) Realisasi 79,32%
3 Permasalahan • Penawaran Lelang jauh di bawah HPS dan Risiko rendahnya kualitas PBJ.
Struktural Rendahnya realisasi disebabkan tidak terserapnya seluruh pagu untuk Pembangunan
Gedung Transformasi Digital Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta (multi years)
yang untuk tahun 2023 dianggarkan Rp40,78 miliar, karena pemenang lelang
menawar dibawah HPS.
4 Rekomendasi • Satker mengevaluasi kegiatan lelang, perlu dipahami bahwa dalam menentukan
(Non Regulasi) pemenang lelang PBJ tidak hanya berpatokan pada penawaran paling rendah namun
demikian kualitas PBJ juga harus menjadi perhatian
• Satker agar melakukan optimalisasi sisa dana lelang.

1.3.8 Realisasi Belanja Komisi Pemilihan Umum (K/L Pagu Terbesar 8)


KPU mengelola pagu belanja sebesar Rp166,29
miliar yang tersebar pada 6 satker dengan capaian Grafik 1.21
realisasi sebesar Rp162,98 miliar atau 98,01 200 Pergerakan Pagu dan Realisasi BA 076
21%
persen. Pagu tersebut meningkat hampir lima kali
150 17%
lipat dibandingkan tahun 2022, karena berbagai miliar rupiah
tahapan yang harus dilaksanakan menjelang 12%
100 9%
Pemilu tahun 2024. Pergerakan pagu bulanan 6%
6% 5% 6% 5%
menunjukkan kecenderungan meningkat 50
5% 4%
terutama pada bulan November 2023, sehingga 1%
107

166
menempatkan KPU dalam 10 K/L dengan pagu 0
terbesar. Sedangkan realisasi bulanan cenderung jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des

fluktuatif karena mengikuti tahapan Pemilu yang Sumber : SINTESA Pagu Realisasi
telah diatur dalam Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 3 tahun 2022.
Tabel 1.11 Informasi Kinerja Komisi Pemilihan Umum
No Sub Tema Uraian
1 Realisasi Bagus Berdasarkan tracking level kegiatan1 pada program Penyelenggaraan Pemilu dalam
Proses Konsolidasi (hanya satu program selain program WA) realisasi optimal
terdapat pada Kegiatan Pembentukan Badan Adhoc (CQ.6867) di satker :
• KPU Kab Kulonprogo (657605) realisasi 99,93%
• KPU Kab Sleman (657630) realisasi 99,87%
• KPU Kab Gunungkidul (657626) realisasi 99,87%
• KPU Kota Yogyakarta (657647) realisasi 99,81%
2 Realisasi Buruk Berdasarkan tracking level kegiatan, terdapat enam kegiatan yang realisasinya buruk
karena berada di bawah target penyerapan 90,58% dan terjadi merata di seluruh
satker KPU di wilayah DIY yaitu :
• Kegiatan Pengelolaan, Pengadaan, Laporan, dan Dokumentasi Logistik (CQ.6638)
realisasi 89,83%.
• Kegiatan Pemungutan dan Penghitungan Suara (CQ.6872) realisasi 87,30%
• Kegiatan Masa Kampanye Pemilu (CQ.6870) realisasi 81,32%
• Kegiatan Penguatan Kualitas Peraturan Perundang-Undangan (CQ.3363) realisasi
77,3%
• Kegiatan Penetapan Peserta Pemilu (CQ.6888) realisasi 61,83%
• Kegiatan Pengelolaan, Pengadaan, Laporan, dan Dokumentasi Logistik (CQ.3356)
realisasi 59,88%

1
Program terbagi dalam 15 kegiatan dengan jumlah output lebih sedikit (enam output), sehingga tracking
dilakukan pada level kegiatan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih detil.

14
3 Permasalahan • Terdapat Anggaran Belanja Tambahan (ABT) pada akhir tahun. Terdapat
Struktural penambahan pagu terpusat pada akhir tahun anggaran terkait dengan persiapan
pemilu 2024. Satker kesulitan dalam pengelolaan tambahan pagu tersebut karena
terbatasnya waktu dalam merencanakan kegiatan dan menyelaraskan kegiatan
secara inline dengan unit kerja di atasnya
• Terdapat mekanisme revisi yang tidak diatur secara khusus dalam PMK 62 Th 2023
yang memerlukan waktu dalam mendapatkan penegasan kewenangan revisi
tersebut
4 Rekomendasi • Mengatur kewenangan revisi dalam 1 RO PN dalam perubahan PMK 62 Tahun 2023.
(Regulasi)

Rekomendasi • Satker agar melakukan koordinasi secara intensif dengan unit Eselon I di atasnya
(Non Regulasi) untuk mendapatkan informasi lebih dini terkait waktu penggunaan anggaran.
• Eselon I perlu memperhatikan ketersediaan waktu bagi satker dalam mengeksekusi
tambahan pagu.

1.3.9 Realisasi Belanja Kementerian Hukum Dan HAM RI (K/L Pagu Terbesar 9)
Kementerian Hukum dan HAM RI mengelola pagu
Grafik 1.22
belanja sebesar Rp163,44 miliar yang tersebar Pergerakan Pagu dan Realisasi BA 013
pada 25 satker dengan capaian realisasi sebesar 11%
165 11% 10%
Rp162,62 miliar atau 99,5 persen. Pergerakan pagu
9% 9%
bulanan cenderung meningkat, dengan 160 8% 8%
miliar rupiah

7% 7% 7% 7%
peningkatan tertinggi pada bulan Juli berupa 155
penambahan pagu belanja sumber dana PNBP 4%
150
pada satker Kantor Imigrasi Kelas I TPI Yogyakarta
(407995). Tren pagu belanja tidak berpengaruh 145
148

159
pada realisasi bulanan. Pergerakan realisasi 140
belanja telah menunjukkan kecenderungan merata jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des
selama satu tahun anggaran namun masih perlu Sumber: SINTESA Pagu Realisasi
mengakselerasi belanja pada awal tahun.
Tabel 1.12 Informasi Kinerja Hukum dan HAM RI
No Sub Tema Uraian
1 Realisasi Bagus Berdasarkan tracking level output pada 3 program yang ada (selain program WA) dari
total 29 output yang ada, terdapat 9 output yang memiliki realisasi optimal sebesar
100% a.l pada satker :
• Kanwil Kemenkumham DIY (409187) KRO Layanan Bantuan Hukum Kelompok
Masyarakat (BF.4841.QBC), KRO Fasilitasi dan Pembinaan Kelompok Masyarakat
(BF.4841.BDD), dan KRO Fasilitasi dan Pembinaan Lembaga (BB.5256.BDB)
• Kanwil Kemenkumham DIY (409185) KRO Kebijakan Bidang Hukum dan HAM
(BB.5250.ABD)
2 Realisasi Buruk • Berdasarkan tracking level output, didapati seluruh output yang ada telah melampaui
target penyerapan 92,68% dengan penyerapan terendah 97,43% pada Satker Kantor
Imigrasi Kelas I TPI Yogyakarta (407995) KRO Pengawasan dan Pengendalian
Masyarakat (BF.5254.BIB).
• Lebih lanjut dilakukan tracking pada Program WA didapati realisasi kurang optimal
terdapat pada Satker Kantor Imigrasi Kelas I TPI Yogyakarta (407995) KRO Output
Layanan Manajemen Kinerja Internal (WA. 6232.EBD) realisasi 81,94% dengan
sumber dana PNBP.
3 Permasalahan • Kurangnya optimalisasi belanja sumber dana PNBP sebagai akibat dari rendahnya
Struktural penyerapan pada belanja perjalanan dinas karena banyak perjalanan dinas yang
dibiayai oleh DIPA Pusat.
4 Rekomendasi • Satker agar melakukan berkoordinasi dengan K/L Pusat agar tidak terjadi duplikasi
(Non Regulasi) alokasi anggaran, dan melakukan optimalisasi pada belanja yang tidak terserap.

15
• Satker melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang melibatkan perjalanan dinas dan
mengidentifikasi belanja yang dapat dilakukan efisiensi.

1.3.10 Realisasi Belanja Kejaksaan Republik Indonesia (K/L Pagu Terbesar 10)
Kejaksaan RI mengelola pagu belanja sebesar Rp154,64 miliar yang tersebar pada 6 satker dengan
capaian realisasi sebesar Rp143,99 miliar atau 93,11 persen. Kinerja belanja tersebut berada di
bawah target capaian 94,32 persen dan merupakan yang terendah dari 10 K/L pagu terbesar.
Penyumbang ketidakserapan terbesar (6 persen) Grafik 1.23
adalah belanja pegawai yang hanya terealisasi Pagu Realisasi BA 006
180
92,56 persen. Realisasi belanja pegawai pada 5 11% 12%
satker di bawah Kejaksaan RI berada di bawah 170 9% 9%

miliar rupiah
target capaian belanja pegawai yang sebesar 95 7% 7% 7% 7% 7% 7% 7%
160
persen, terendah pada Kejaksaan Negeri 4%
Kulonprogo (005697) dengan realisasi 88,82 150

170

154
persen. Hal tersebut disebabkan kebijakan dari
140
Eselon I agar tunjangan kinerja Bulan Desember di jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des
bayarkan di Bulan Januari mengunakan anggaran Sumber: SINTESA Pagu Realisasi
2024, agar tidak terjadi pagu minus.
Besarnya alokasi pagu belanja pegawai sangat mempengaruhi pergerakan belanja bulanan
yang menunjukkan peningkatan pada bulan April dan Juni 2023 berupa pembayaran THR dan gaji
ke-13. Pergerakan pagu bulanan memiliki tren penurunan pada pagu belanja pegawai.
Tabel 1.13 Informasi Kinerja Kejaksaan RI
No Sub Tema Uraian
1 Realisasi Bagus Berdasarkan tracking level output pada Program Penegakan dan Pelayanan Hukum
(hanya satu program selain program WA), realisasi optimal terdapat pada :
• KRO Pelayanan Publik kepada masyarakat (BF.1103.QAA) Satker : Kejari Gunung
Kidul (005676) realisasi 100%, Kejari Kulonprogo (005697) realisasi 99,85%, dan
Kejati DIY (005655) realisasi 98,89%
2 Realisasi Buruk Berdasarkan tracking level output pada program dengan kinerja realisasi terendah,
maka realisasi kurang optimal terdapat pada :
• KRO : Penanganan Perkara (BF.6582.BCE) Satker : Kejaksaan Negeri Bantul (005702)
Realisasi 86,37%; Kejaksaan Negeri Kulonprogo (005697) Realisasi 94,10%;
Kejaksaan Negeri Gunung Kidul (005676) Realisasi 87%.
3 Permasalahan • Rendahnya realisasi dikarenakan target anggaran minimize. Jumlah perkara tindak
Struktural pidana khusus yang ditangani di bawah target yang ditetapkan. Realisasi tidak
optimal karena di pelaksanaan banyak saksi sidang tidak hadir pada tahap
penuntutan dan jarak tempat persidangan yang terlalu dekat sehingga biaya
transport tidak terserap maksimal.
• Tidak dilakukan revisi realokasi anggaran, antara lain dari alokasi belanja pegawai
yang memiliki porsi terbesar (86,39%) memiliki realisasi rendah, sehingga
mempengaruhi kinerja penyerapan.
4 Rekomendasi • Satker mengindentifikasi pagu yang tidak terserap dapat segera direalokasi, dan
(Non Regulasi) mengidentifikasi dana yang masih belum teralokasi serta melakukan proyeksi alokasi
dana sampai dengan akhir tahun.
• Satker melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang melibatkan biaya transport dan
mengidentifikasi belanja yang dapat dilakukan efisiensi.

16
RPA SEMESTER II TAHUN 2023

Jalur Jalan Lintas Selatan - Gunung Kidul


Foto: Humas Kanwil DJPb DIY

BAB II

Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran


Kanwil DJPb Provinsi DI Yogyakarta
2023
Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran
02 Kanwil DJPb Provinsi D.I Yogyakarta

2.1. Nilai IKPA Kanwil DJPb Provinsi D.I.Yogyakarta


2.1.1. Nilai IKPA TA 2023
Sampai dengan tahun anggaran 2023 berakhir, nilai IKPA Grafik. 2.1
Perbandingan Nilai IKPA Kanwil DJPb
pada Kanwil DJPb Provinsi D.I. Yogyakarta mencapai Provinsi DIY Tahun 2023 dan Tahun 2022
nilai 95,06 dan masuk dalam kategori Sangat Baik.
95,06
Capaian ini mengalami perbaikan 0,05 poin jika 95,01
2022
dibanding nilai IKPA tahun 2022 yang sebesar 95,01. 2023

Beberapa indikator yang mendapatkan nilai maksimal


(98-100) diantaranya adalah Revisi DIPA, Penyelesaian
Tagihan, Pengelolaan UP dan TUP, dan Capaian Output.
Namun demikian, terdapat beberapa indikator yang
masih memerlukan perhatian yaitu Deviasi Halaman III 2022 2023
DIPA (83,66), Belanja Kontraktual (88,75), dan Dispensasi Sumber : OMSPAN

SPM (85,00).
Perbandingan capaian nilai IKPA pada Kanwil DJPb Provinsi DIY tahun 2023 dengan nilai IKPA
tahun 2022 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Nilai IKPA Kanwil Prov. D.I. Yogyakarta sampai dengan semester II TA 2023
Nilai IKPA
Aspek +/-
Indikator 2022 2023
Revisi DIPA 100,00 99,96 -0,04
Kualitas Perencanaan Anggaran
Deviasi Halaman III DIPA 83,74 83,66 -0,08
Penyerapan Anggaran 95,89 94,41 -1,48
Belanja Kontraktual 88,75 89,73 0,98
Kualitas Pelaksanaan Anggaran Penyelesaian Tagihan 98,53 98,93 0,40
Pengelolaan UP/TUP 95,57 97,17 1,60
Dispensasi SPM 85,00 85,00 0,00
Kualitas Hasil Pelaksanaan Anggaran Capaian Output 99,70 99,93 0,23
TOTAL 95,06 95,01 0,05
Sumber: Aplikasi OMSPAN 2024

Nilai IKPA tahun 2023 yang meningkat cukup signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2022 yaitu
sebesar 1,60 poin , yaitu pada indikator Pengelolaan UP TUP. Peningkatan lainnya terdapat pada
indikator Belanja Kontraktual, Penyelesaian Tagihan dan Dispensasi SPM, masing-masing sebesar
0,98 poin, 0,40 poin dan 0,23 poin. Indikator Dispensasi SPM tercatat stabil pada angka 85. Sementara
itu, indikator yang menunjukkan penurunan terdapat pada Revisi DIPA, Deviasi Halaman III DIPA dan
Penyerapan Anggaran, dengan penurunan masing-masing 0,04 poin, 0,08 poin dan 1,48 poin.
Penurunan paling signifikan terjadi pada indikator Penyerapan Anggaran mencapai 1,48 poin. Masih
adanya blokir Automatic Adjustment (AA) yang belum dibuka serta penambahan pagu anggaran yang
diberikan mendekati akhir tahun anggaran, ditengarai menjadi hambatan utama pada capaian
indikator ini.

17
Pada penurunan Indikator Deviasi Halaman III DIPA diperkirakan karena adanya pergeseran
pelaksanaan kegiatan atau bahkan tidak dapat dilaksanakan, sedangkan untuk Indikator Belanja
Kontraktual, penurunan disebakan oleh belanja kontraktual khususnya belanja modal gedung dan
bangunan baru dilaksanakan pada semester II khususnya pada triwulan IV.

2.2. Kinerja Indikator IKPA 1: Revisi DIPA


2.2.1. Data Revisi
Peraturan Menteri Keuangan nomor 62 tahun 2023 tentang Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan
Anggaran, serta Akuntansi dan Pelaporan Keuangan sebagai acuan pelaksanaan revisi DIPA. Dalam
PMK tersebut telah menambahkan pengaturan mengenai pemisahan dan penyerahan kewenangan
revisi, mekanisme, ketentuan serta batas waktu penyampaian revisi, dimana dalam PMK sebelumnya
terdapat beberapa hal yang masih belum diatur. PMK ini juga bersifat long lasting yang artinya dapat
digunakan secara terus-menerus. Pengaturan lebih lanjut mengenai petunjuk teknis revisi DIPA yang
menjadi kewenangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal
nomor PER-9/PB/2023 tentang Petunjuk Teknis Revisi Anggaran yang menjadi kewenangan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Revisi yang termasuk dalam objek perhitungan adalah Revisi
yang tidak mengakibatkan perubahan pagu (pagu tetap) di tingkat Satker.
Hasil penilaian IKPA Semester II 2023, nilai Indikator Revisi DIPA Kanwil DJPb DIY adalah 99,96 yang
masuk dalam kategori Sangat Baik. Nilai capaian pada triwulan IV ini mengalami peningkatan
dibandingkan pada triwulan III sebesar 0,01 poin, namun sedikit menurun dibanding tahun 2022 (yoy)
yang mencapai poin 100. Hal ini berarti bahwa ada satuan kerja dalam lingkup Kanwil DJPb Provinsi
DIY melakukan revisi DIPA lebih dari 1 kali dalam 1 triwulan. Sampai dengan akhir tahun anggaran
2023, tercatat sebanyak 892 revisi DIPA Satker yang termasuk dalam perhitungan penilaian IKPA.
Tabel 2.2
Data Revisi DIPA Satker lingkup Kanwil DJPb Provinsi D.I.Yogyakarta Semester Il TA 2023
Periode/ Jenis Revisi Jumlah
Bulan 201 211 212 213 217 220 221 222 226 236 239
7 3 9 1 1 2 10 23 2 2 11 27 91
8 8 10 2 5 7 13 27 0 3 4 24 103
9 2 21 3 0 0 8 39 0 0 7 34 114
10 33 42 7 4 2 8 39 2 3 38 44 222
11 16 37 4 9 6 18 54 5 1 27 37 214
12 6 15 29 0 1 5 11 3 0 5 73 148
Total 68 134 46 19 18 62 193 12 9 92 239 892
Sumber: Aplikasi OMSPAN 2024, diolah

Secara bulanan pada semester II tahun 2023, frekuensi revisi mencapai puncaknya pada bulan
Oktober berkaitan dengan batas akhir revisi Halaman III DIPA triwulan IV. Satker memanfaatkan
relaksasi pemutakhiran Halaman III DIPA sejak diterbitkannya Perdirjen Perbendaharaan nomor Per-
5/PB/2022.
2.2.2. Permasalahan Terkait Revisi
Secara umum tidak ditemui permasalahan yang berarti dalam revisi DIPA, namun demikian terdapat
beberapa hambatan yang dihadapi oleh Satker dalam revisi DIPA:
1. Proses revisi memerlukan waktu yang lama penyelesaiannya ditingkat pusat/eselon I/DJA.
2. Satker melakukan revisi POK yang terlalu sering/berdekatan dengan revisi POK sebelumnya.
3. Pemahaman dan kesadaran Satker yang belum merata mengenai aplikasi SAKTI.

18
2.3. Kinerja Indikator IKPA 2: Deviasi Halaman III DIPA
2.3.1. Data Halaman III DIPA
Indikator Deviasi Halaman III DIPA merupakan indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur
kualitas perencanaan anggaran berdasarkan rata-rata kesesuaian antara realisasi anggaran
terhadap RPD bulanan. Berdasarkan PER-5/PB/2022, nilai RPD yang diperhitungkan adalah RPD
yang dikunci setiap awal triwulan berdasarkan tanggal posting DIPA hasil revisi pada sistem. Batas
akhir pemutakhiran RPD pada Halaman III DIPA sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja pertama
pada setiap triwulan, dan khusus untuk triwulan I batas akhirnya sampai dengan 10 (sepuluh) hari
kerja pertama bulan Februari. Penguncian data RPD pada Halaman III DIPA dilakukan berdasarkan
tanggal posting DIPA hasil revisi pada sistem. Nilai deviasi bulanan maksimum sebesar 100,00
persen dan ambang batas rata-rata deviasi bulanan yang diperkenankan untuk mencapai nilai
optimum (100,00) adalah 5,00 persen. Deviasi dihitung pada tiap jenis belanja dan tidak terjadi
saling mengkompensasi.
Periode sampai dengan triwulan IV 2023, capaian nilai IKPA untuk indikator Deviasi Halaman III
DIPA tercatat sebesar 83,66, menurun 0,08 poin jika dibanding dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Capaian tersebut merupakan capaian terendah diantara indikator lainnya.
Tabel 2.3
Data Deviasi bulanan Halaman III DIPA semester II TA 2023 Kanwil DJPb DIY
Periode % deviasi % deviasi rata-rata % % rata-rata deviasi Nilai IKPA
total deviasi Total kumulatif
51 52 53 57
7 8,73 14,11 27,7 0 50,54 12,64 19,59 80,41
8 10,2 8,15 32,22 0 50,57 12,64 18,72 81,28
9 2,73 1,21 12,06 0 16 4 17,08 82,92
10 0,85 13,07 29,19 0 43,11 10,78 16,45 83,55
11 1,65 19,3 39,82 0 60,77 15,19 16,34 83,66
12 1,65 19,3 39,82 0 60,77 15,19 16,34 83,66
Sumber: OMSPAN, diolah

Selama semester II 2023, nilai indikator Deviasi Halaman III DIPA selalu mengalami
peningkatan dari periode Juli sampai dengan Desember 2023, dan peningkatan terbesar terjadi
antara bulan Agustus ke September yaitu sebesar 1,64 poin.
2.3.2. Permasalahan Terkait Deviasi Halaman III DIPA
Terdapat beberapa permasalahan terkait Deviasi Halaman III DIPA, antara lain :
1. Perencanaan hal III DIPA kurang berkualitas dan belum mencerminkan kegiatan yang akan
dilaksanakan secara riil. Hal ini dikarenakan dalam penyusunannya tidak/kurang koordinasi
antara unit teknis selaku pelaksana kegiatan dengan para pengelola anggaran .
2. Satker tidak disiplin merealisasikan kegiatan yang direncanakan pada halaman III DIPA.
3. Masih adanya blokir anggaran baik blokir AA maupun non-AA sehingga Satker belum bisa
merencankan kapan pelaksanaan kegiatan dan pencairan dananya
4. Keterlambatan dimulainya pekerjaan pada awal tahun anggaran (deviasi sejak awal tahun) yang
disebabkan terlambatnya terbitnya loan effective (Untuk Satker PJPN)
5. Perubahan rencana kegiatan dalam bentuk revisi DIPA terpusat sehingga banyak kegiatan yang
harus disusun ulang rencana penarikan dananya.
2.4. Kinerja Indikator IKPA 3: Belanja Kontraktual
2.4.1. Data Belanja Kontraktual
Dalam PER-5/PB/2022, indikator Belanja Kontraktual merupakan indikator kinerja yang digunakan
untuk mengukur ketepatan waktu penyampaian data kontrak dan upaya akselerasi belanja

19
kontraktual pada K/L/Unit Eselon I/Satker. Indikator ini dihitung berdasarkan nilai komposit antara
nilai kinerja komponen ketepatan waktu (40%), komponen akselerasi kontrak dini (30%), dan
komponen akselerasi belanja modal (30%). Komponen ketepatan waktu dihitung berdasarkan
jumlah poin yang diperoleh dari kontrak tepat waktu dibagi jumlah data kontrak yang didaftarkan ke
KPPN. Kontrak tepat waktu apabila didaftarkan ke KPPN dalam rentang waktu 5 hari kerja setelah
penandatangan kontrak mendapat poin 100 apabila terlambat disampaikan ke KPPN maka bernilai
0 (nol).
Nilai IKPA untuk Indikator Belanja Kontraktual adalah 89,73 dalam kategori baik. Capaian ini
terendah ketiga setelah indikator Deviasi Halaman III DIPA dan Dispensasi SPM. Meski demikian,
capaian ini meningkat 0,98 poin jika dibanding tahun 2022,
Grafik 2.2 Persentase Data Kontrak periode Penyampaian data kontrak ke KPPN sejumlah 2.956.
semester II 2023 Lingkup Kanwil DJPb Prov.
DIY
Adapun jumlah kontrak selama periode semester II
125; 8,16%
tahun 2023 adalah sebanyak 1.532 kontrak dengan
rincian data kontrak berdasarkan tingkat ketepatan
waktu dapat dilihat dalam diagram disamping.
Terdapat kontrak terlambat yang disampaikan ke
KPPN sebanyak 125 kontrak ( 3,70 persen dari total
Tepat
waktu kontrak) yang berdampak pada penurunan nilai
Terlambat indikator Belanja Kontraktual pada Kanwil DJPb
1407; 91,84%
Provinsi DIY belum optimal.

2.4.2. Permasalahan Terkait Belanja Kontraktual


1. Percepatan kontrak Pra DIPA
a. Masih sedikitnya Satker lingkup DIY melakukan kontrak PRA-DIPA dan minimnya
pemahaman tentang pelaksanaan kontrak PRA-DIPA.
b. Masih rendah komitmen dan dukungan K/L kepada Satker lingkup kerjanya untuk
melaksanakan kontrak Pra DIPA, seperti belum tersedianya dana untuk lelang PRA-DIPA
pada tahun anggaran sebelumnya.
c. Katalog jenis barang pada e-catalog belum lengkap, sehingga Satker masih menunggu
kontrak dilakukan sampai dengan jenis barang sudah ada dan lengkap di e-catalog.
d. Paket pekerjaan fisik (belanja modal) dilaksanakan secara berurutan/bertahap sehingga
sulit memperkirakan kapan setiap tahapan akan dilaksanakan (tidak dapat diakselerasi).
e. Pengadaan barang modal dan bangunan dengan spesifikasi khusus tidak memungkinkan
dilakukan kontrak Pra DIPA.
f. Adanya faktor alam dan perubahan iklim musim kemarau dan penghujan menjadi faktor
penentu kegiatan pada Satker Kementerian tertentu, misal Kementerian PUPR.
2. Ketepatan waktu penyampaian diantaranya sebagai berikut: Koordinasi antara Satker dan
rekanan belum berjalan baik sehingga dokumen yang diperlukan tidak tersedia tepat waktu,
koordinasi antara pelaksana kegiatan dan PPK belum maksimal.

2.5. Kinerja Indikator IKPA 4: Penyelesaian Tagihan


2.5.1. Data Penyelesaian Tagihan
Tagihan negara muncul sebagai akibat pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA
oleh Satker. Dalam rangka membayar tagihan tersebut Satker menerbitkan Surat Perintah Membayar
atau SPM sebagai dokumen untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA. Pencairan tersebut
dapat dilakukan dengan berbagai cara yang salah satunya adalah dengan mekanisme langsung

20
menggunakan SPM LS. Berdasarkan PER-5/PB/2022, indikator penyelesaian tagihan negara
merupakan indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur ketepatan waktu penyampaian SPM LS
Kontraktual pada K/L/Unit Eselon I/Satker.
Tabel 2.4 Nilai IKPA untuk indikator Penyelesaian Tagihan
Data Penyelesaian Tagihan periode semester II TA 2023
Kanwil DJPb Provinsi DIY adalah 98,93 yang
Jumlah Nilai
Bulan
Tagihan
Tepat Terlambat
IKPA
masuk dalam kategori Sangat Baik. Apabila
7 539 531 8 98,62 dibandingkan dengan periode yang sama tahun
8 587 574 13 98,41 sebelumnya, capaian tersebut mengalami
9 591 577 14 98,34 peningkatan 0,59 poin dari 98,34. Pada semester
10 638 634 4 98,51 II tahun 2023 jumlah tagihan selalu mengalami
11 703 703 0 98,72
peningkatan. Adapun jumlah tagihan yang
12 1167 1166 1 98,93
Total 4225 4185 40 terlambat mengalami penurunan sampai dengan
Persentase 99,05% 0,95% akhir semester II sehingga memberikan kontribusi
Sumber: OMSPAN, diolah nilai membaiknya indikator Penyelesaian
Tagihan.

2.5.2. Permasalahan Terkait Penyelesaian Tagihan


Permasalahan yang terjadi terkait penyelesaian tagihan adalah sebagai berikut:
1. Rekanan/pihak ketiga masih belum memahami tentang urgensi pemenuhan dokumen
persyaratan pembayaran tagihan, sehingga masih terdapat tagihan yang terlambat diajukan.
2. Masih belum optimalnya sistem pengendalian internal dalam proses penyelesaian tagihan.
3. Koordinasi yang kurang baik antar pengelola anggaran (KPA, PPK, Pejabat Pengadaan Barang
dan PPSPM)
4. Terdapat kesalahan dalam pengajuan SPM ke KPPN yang mengakibatkan penolakan SPM,
misalnya kesalahan pada akun, uraian SPM, dan lain-lain.

2.6. Kinerja Indikator IKPA 5: Pengelolaan UP TUP


2.6.1. Data Pengelolaan UP TUP
Indikator Pengelolaan UP dan TUP merupakan indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur
ketepatan waktu pertanggungjawaban UP (GUP) dan pertanggungjawaban TUP (PTUP) serta efisiensi
besaran UP dan TUP yang dikelola. Indikator ini hanya menghitung UP Tunai dan TUP Tunai yang
dananya bersumber dari Rupiah Murni. Nilainya bersifat komposit antara nilai kinerja komponen
ketepatan waktu (50%), komponen persentase GUP (25%), dan komponen setoran TUP (25%).
Komponen ketepatan waktu diukur berdasarkan waktu penyampaian pengisian UP berikutnya
(revolving) dan SP2D GUP/GTUP Nihil. Dikatakan tepat waktu apabila revolving yang dilakukan dalam
rentang waktu sebulan sejak revolving terakhir.
Pada Indikator Pengelolaan UP TUP , capaian nilai IKPA yang diperoleh triwulan IV 2023 sebesar 97,17
(Sangat Baik). Capaian tersebut meningkat sebesar 0,4 poin dibanding triwulan IV 2022. Nilai
indikator Pengelolaan UP TUP mengalami fluktuasi sepanjang semester II tahun 2023. Nilai indikator
Pengelolaan UP TUP mengalami penurunan signifikan dari bulan Juli sampai dengan September
dengan mencatatkan nilai akhir 98,53, dan cukup signifikan akhir periode semester II tahun 2023.
2.6.2. Permasalahan Terkait Pengelolaan UP TUP
1. Satuan kerja belum sepenuhnya mampu mengidentifikasi besaran UP ideal
2. Penggunaan UP dengan mekanisme KKP masih rendah.
3. Permasalahan Satker dengan BPP yang luas cakupannya berakibat pada keterlambatan
penyampaian GUP (menunggu kelengkapan dokumen pembayaran dari pelaksana kegiatan).
4. Kecenderungan Satker mengajukan SPM GUP ke KPPN pada akhir periode revolving dengan

21
resiko penolakan karena kesalahan dan melebihi jam operasional harian KPPN sehingga SP2D
terbit pada hari berikutnya dan revolving GUP menjadi terlambat.

2.7. Kinerja Indikator IKPA 6: Capaian Output


2.7.1. Data Capaian Output

Pengukuran aspek kualitas hasil pelaksanaan anggaran merupakan penilaian terhadap kemampuan
Satker dalam pencapaian output sebagaimana ditetapkan pada DIPA. Indikator kinerja pada
pengukuran aspek kualitas hasil pelaksanaan anggaran adalah berupa Capaian Output.
Nilai akhir IKPA untuk Indikator Capaian Output adalah sebesar 99,93 (Sangat Baik), meningkat 0,23
poin dibanding tahun 2022. Nilai indikator ini senantiasa mengalami kenaikan sehingga trend yang
terlihat mengalami peningkatan mulai dari bulan Juli sampai dengan Desember 2023.
Seluruh Satker lingkup Kanwil DJPb Provinsi DIY di masing-masing KPPN mitra kerjanya telah
melaporkan data capaian output dengan status 100 persen terkonfirmasi dengan tepat waktu,
meliputi : (i) KPPN Yogyakarta, jumlah satker 274, jumlah R0 sebanyak 3.103, (ii) KPPN Wonosari,
jumlah satker 29, jumlah RO sebanyak 335 dan (iii) KPPN Wates, jumlah satker 29, jumlah RO
sebanyak 312.
Sampai dengan semester lI tahun 2023, dari 3.750 RO sebanyak 90,58 persen RO (3.397 RO) telah
mencapai target 100 persen, dan sebanyak 353 RO mencapai target kurang dari 100 persen.
2.7.2. Permasalahan Capaian Output
Permasalahan terkait Capaian Output :
1. Kesalahan penginputan data capaian output, perlu dilakukan koreksi kembali sebelum
dilakukan konfirmasi oleh KPPN sebelum batas akhir penginputan data capaian output.
2. Terdapat satuan kerja yang belum memahami dalam menetapkan standar pengukuran atas
progress capaian output kegiatan.
3. Terdapat blokir baik AA dan non-AA, sehingga kegiatan belum dapat dilaksanakan dan belum
dapat dipastikan akan dilaksanakan, maka capaian output belum terdapat nilai/progres.
4. Pengisian RO dengan polarisasi minimize belum didukung oleh aplikasi. Capaian 0 (nol) yang
semestinya mendapat nilai maksimal justru mendapat nilai buruk karena terbaca oleh aplikasi
tidak menghasilkan output.
5. Kurangnya koordinasi antara pelaksana kegiatan dan pengelola keuangan dalam updating
progres capaian kegiatan.
6. Mutasi di level operator yang tidak dipersiapkan dengan transfer knowledge. Hal ini berpotensi
terjadinya kesalahan kesalahan teknis dalam pengisian capaian output dan ketepatan
pengiriman data capaian output pada aplikasi SAKTI.

2.8. Analisis Klastering Penanganan Satker


Grafik 2.3.
Berdasarkan bedah IKPA 2023, telah Jumlah Satker lingkup Kanwil DJPb Provinsi DIY periode Semester
dilakukan klustering penanganan khusus II TA 2023
1; 0%
terhadap Satker dengan indikator tertentu. 42; 13%

Pada aplikasi OMSPAN per 31 Desember


2023 dari 332 Satker di wilayah DIY dapat
dikelompokkan menjadi Satker dengan nilai
IKPA sangat baik sejumlah 172 Satker, nilai 172; 52%

IKPA baik sejumlah 117 Satker, nilai IKPA 117; 35%

cukup sejumlah 42 Satker dan nilai IKPA


kurang sejumlah 1 Satker.

22
Secara keseluruhan kendala utama yang menjadi penghambat tidak optimalnya capaian IKPA
adalah deviasi halaman III DIPA, penyerapan anggaran, belanja kontraktual dan dispensasi SPM
yang tidak proporsional dalam rentang satu tahun anggaran. Untuk mempertajam intervensi KPPN
dan Kanwil DJPb dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan anggaran Satker, maka dilakukan
pengklasteran kondisi Satker menjadi Satker dengan risiko tinggi, Satker dengan risiko sedang dan
Satker dengan risiko rendah, sebagai berikut:
(i) Satker dengan risiko Tinggi apabila nilai deviasi halaman III DIPA dan nilai penyerapan
anggaran dibawah 70, nilai belanja kontraktual dibawah 90 dan nilai dispensasi SPM dibawah
100. (ada lebih besar sama dengan 2 nilai tidak terpenuhi)
(ii) Satker dengan risiko Sedang adalah Satker yang salah satu nilai tidak terpenuhi.
(iii) Selanjutnya Satker dengan kondisi risiko Rendah apabila nilai deviasi halaman III DIPA dan
penyerapan anggaran diatas 70, nilai belanja kontraktual diatas 90 dan nilai dispensasi SPM
100.
Dari klastering tersebut terdapat 58 satker (17,47%) berisiko tinggi, 115 Satker (34,63%) berisiko
sedang, dan 159 Satker(47,89%) berisiko rendah. Selanjutnya perlu dilakukan langkah-langkah
intervensi kepada Satker guna meningkatkan kualitas pelaksanaan anggaran di wilayah DIY.
Langkah intervensi dimaksud dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 2.5
Langkah-Langkah Intervensi Penanganan IKPA Satker

Risiko tinggi Risiko sedang Risiko rendah


• Pendampingan secara khusus • Dilakukan FGD secara • Dilakukan FGD secara
melalui kelas/kelompok kecil tematik sesuai dengan tematik sesuai dengan
dengan periode tertentu kebutuhan Satker periode kebutuhan Satker
(disesuaikan kebutuhan Satker, triwulan periode semester
bisa lebih dari satu kali dalam
• Pemantauan secara intens • Pemantauan secara
satu triwulan)
periode triwulan intens periode triwulan
• Dilakukan FGD secara tematik
• Memberikan feedback atas • Memberikan feedback
sesuai dengan kebutuhan
capaian IKPA per Satker atas capaian IKPA per
Satker
untuk periode Triwulan Satker untuk periode
• Pemantauan secara intens Triwulan
setiap bulan
• Memberikan feedback atas
capaian IKPA per Satker untuk
periode bulanan

23
RPA SEMESTER II TAHUN 2023

Jembatan Kretek 2 - Bantul


Foto: Humas Kanwil DJPb DIY

BAB III

DEBOTTLENECKING PERMASALAHAN
BELANJA
Debottlenecking
03 Permasalahan Belanja

:
A. Permasalahan Pengangaran
3.1 Hubungan Penganggaran dan Pelaksanaan Anggaran
3.1.1 Siklus Belanja (Budget Cycle)
Efektivitas APBN sebagai instrumen fiskal Gambar 3.1
Siklus APBN
Pemerintah dalam mendanai pembangunan
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
sangat bergantung pada siklus belanja sebagai
bagian dari APBN. Siklus belanja dimulai pada
saat komponen-komponen APBN disusun.
Anggaran belanja disusun dan dibahas secara
berjenjang di K/L, trilateral meeting, rapat
terbatas dan DPR dengan didasari agar setiap
rupiah yang dialokasikan membawa dampak
kepada peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Dalam tahap Perencanaan dan Penganggaran, keselarasan program, kegiatan
komponen rincian output dan rincian output dijaga untuk pencapaian sasaran-sasaran program dan
kegiatan yang ingin dicapai. APBN kemudian ditetapkan Pemerintah dan DPR sebagai landasan
konstitusi bagi Pemerintah dalam menarik sumber-sumber pendapatan dan pembiayaan, serta,
pengeluaran belanja. Konsistensi dan prinsip belanja berkualitas menjadi alat pelaksanaan
anggaran untuk menjaga ketercapaian target APBN. Sebagai akuntabilitas Pemerintah kepada
masyarakat atas penggunaan sumber daya dan pencapaian pembangunan, APBN pada akhirnya
dipertanggungjawabkan dengan melalui penetapan undang-undang pertanggungjawaban APBN
yang juga ditetapkan dengan DPR.
3.1.2 Kondisi Pandemi dan Ketidakpastian Global
Tahun 2023 menjadi momentum pemulihan ekonomi nasional pascacovid, namun dibayangi
gejolak ekonomi global sebagai dampak perang Ukraina dan Rusia yang berimbas kepada ancaman
krisis energi dan krisis pangan. APBN 2023 diarahkan untuk mengoptimalkan peran sebagai shock
absorber dalam merespon kenaikan harga komoditas, menjaga daya beli masyarakat, serta
momentum pemulihan ekonomi. Sebagai antisipasi ketidakpastian tersebut, Pemerintah kembali
melaksanakan kebijakan Automatic Adjustment yang merupakan makanisme pencadangan belanja
Kementerian/Lembaga (K/L) dengan menerapkan blokir sementara pada Pagu Belanja K/L TA 2023.
3.1.3 Perubahan Di Tahapan Pelaksanaan Anggaran
Pelaksanaan Automatic Adjustment Belanja K/L TA 2023 sebagaimana tertuang dalam surat
Menteri Keuangan nomor S-1040/MK.02/2022, dilakukan melalui pengusulan
Kegiatan/KRO/RO/akun yang akan diblokir pada catatan halaman IV A DIPA dan ditandai dengan
memilih kode 9 pada aplikasi SAKTI oleh Kementerian/Lembaga paling lambat tanggal 23
Desember 2022. Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran secara mandiri akan
mencantumkan dalam catatan halaman IV A DIPA jika Kementerian/Lembaga belum mengusulkan
revisi sampai batas waktu tersebut. Kebijakan ini berdampak siginifikan bagi K/L hingga tingkat
satker untuk merekondisikan kegiatan-kegiatan yang harus diblokir, Menyusun ulang rencana,
dengan ketidakpastian apakah belanja yang dicadangkan akan dapat digunakan kembali.

24
3.1.4 Perubahan Di Tahapan Pelaksanaan Anggaran
Pada akhir Juni 2023, Menteri Keuangan menetapkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
62 tahun 2023 tentang Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran, serta Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan. PMK ini menjadi peraturan yang bersifat omnibus dengan menggabungkan
peraturan penganggaran mulai dari penyusunan RKA beserta petunjuk penelaahannya, revisi
anggaran, tata cara pembayaran, monitoring dan evaluasi beserta pemberian penghargaan dan
sanksi. Salah satu perubahan besar di PMK ini adalah mengalihkan kewengan revisi kepada K/L.
Kesiapan infrastruktur serta beberapa landasan hukum yang tidak diatur jika dibandingkan
peraturan sebelumnya memberi pengaruh kepada kemapanan proses penyelesaian revisi di tingkat
Kanwil DJPb.

3.2 Permasalahan Penganggaran 1: Automatic Adjustment


3.2.1 Automatic Adjustment (AA)
Sebagaimana dikutip dari siaran pers Kementerian Keuangan (20/02/2023), Menteri Keuangan
menegaskan bahwa Automatic Adjustment bukan merupakan pemotongan anggaran, melainkan
strategi antisipatif terhadap ketidakpastian perekonomian global dan kondisi geopolitik saat
melalui prioritas belanja. Selain melalui surat Menteri Keuangan pada akhir tahun 2023,
pelaksanaan Automatic Adjustment dikuatkan melalui pengaturan pada PMK 62 tahun 2023.
Berdasarkan pasal 157 PMK 62 tahun 2023, automatic adjustment menjadi bagian dari kewenangan
kebijakan Penyesuaian Belanja Negara melalui pengutamaan penggunaan anggaran yang
disesuaikan secara otomatis berupa pencadangan anggaran pada DIPA Kementerian/Lembaga.
Mekanisme yang perlu dilakukan menindaklanjuti kebijakan ini selanjutnya diatur dalam pasal 158,
di mana Kementerian/Lembaga wajib melakukan pencadangan anggaran dalam jumlah tertentu
dan menyampaikan usulan pencadangan kepada Menteri Keuangan; atau Kementerian Keuangan
c.q. Direktorat Jenderal Anggaran melakukan pemblokiran DIPA Kementerian/Lembaga secara
otomatis melalui Sistem Informasi.
3.2.2 Tantangan dan Hambatan Dalam Implementasi AA
Mengingat sifatnya adalah pencadangan, ketersediaan anggaran yang sudah diblokir untuk
automatic adjustment menjadi sangat bergantung kepada “kondisi yang terindikasi stabil”. Oleh
karena itu, satker dan K/L menghadapi ketidakpastian waktu pembukaan blokir. Untuk dapat
melakukan pembukaan blokir, K/L harus mengajukan argumentasi urgensi penggunaan anggaran
sehingga data dukung yang diminta lebih detail. Untuk menguatkan argumentasi bahwa anggaran
sangat dibutuhkan, beberapa satker menerapkan strategi dengan mengusulkan anggaran-anggaran
yang bersifat prioritas untuk dimasukkan sebagai Automatic Adjusment.
Proses ini akan memiliki efek domino kepada proses revisi yang melibatkan seluruh satuan kerja di
lingkup K/L, ketergantungan pelaksanaan anggaran kepada pembukaan blokir, yang pada akhirnya
mengakibatkan alokasi belanja tambahan pada periode-periode yang rentan dalam pelaksanaan
anggaran, seperti triwulan IV. Ketersediaan anggaran yang tidak pasti akibat automatic adjustment
cukup berdampak kepada kegiatan-kegiatan pada K/L yang mengemban banyak program penting
seperti Kementerian PUPR, Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian
Kesehatan, Kementerian Agama, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
3.2.3 Rekomendasi Non Regulasi
• Satker perlu mengoptimalkan belanja yang tidak terkena automatic adjustment dalam rangka
menjaga kinerja pelaksanaan anggaran satker;
• Satker dan Eselon I tidak mengusulkan program dan kegiatan prioritas untuk automatic
adjustment, sehingga tidak mengganggu pelaksanaan capaian sasaran program dan kegiatan

25
apabila cadangan tersebut benar-benar harus digunakan.
3.2.4 Rekomendasi Terkait Regulasi

• Pemerintah, khususnya Menteri Keuangan, menetapkan batasan kondisi stabil yang dapat
menjadi indikator bahwa automatic adjustment dapat digunakan kembali.
• Penerapan kebijakan AA diselaraskan pada saat proses penyusunan APBN tahun anggaran
yang direncanakan, terutama pada forum penelaahan RKA K/L.

3.3 Permasalahan Penganggaran 2: Revisi Anggaran


3.3.1 Revisi
Sejak awal semester II tahun 2023, revisi diatur dalam PMK Nomor 62 tahun 2023 dengan
pengaturan Petunjuk Teknis Revisi Anggaran yang Menjadi Kewenangan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan yang diatur melalui Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-
9/PB/2023 yang ditetapkan pada bulan September 2023. Berdasarkan kewenangan yang diatur
dalam Perdirjen Nomor Per-9/PB/2023, Kanwil DJPb berwenang memproses usulan Revisi
Anggaran dalam 1 (satu) Program, 1 (satu) unit eselon I, terdiri atas : (i) Revisi Anggaran dalam hal
pagu anggaran berubah, (ii) Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran tetap, dan (iii) Revisi
administrasi. Selain itu, sebagai peraturan pelaksanaan PP 62 tahun 2023, Per-9/PB/2023 juga
mengatur kewenangan Revisi Anggaran pada Kementerian/Lembaga yang mengakibatkan
perubahan DIPA yang memerlukan pengesahan Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Mekanisme revisi anggaran yang menjadi kewenangan Kanwil DJPb dilakukan melalui
penyampaian usulan oleh Kuasa Pengguna Anggaran di tingkat satker dengan melalui system
informasi dengan disertai arsip data komputer, surat persetujuan eselon I untuk revisi yang antara
lain berkaitan Pergeseran anggaran yang mengakibatkan penambahan kegiatan baru untuk Satker
yang bersangkutan pada DIPA Petikan Satker, pergeseran anggaran antar-Satker, dan/atau
pergeseran antar-kegiatan, serta pemanfaatan sisa anggaran belanja kontraktual. Dokumen
pendukung juga disertakan untuk revisi yang terkait dengan sumber pendanaan pinjaman dan hibah
luar negeri dan dalam negeri. Kanwil DJPb melakukan penelitian dan mengembalikan melalui
sistem informasi jika surat usulan belum lengkap atau menetapkan surat pengesahan revisi
anggaran dalam hal pengusulan telah sesuai.
Sementara itu, mekanisme revisi anggaran pada K/L yang mengakibatkan perubahan DIPA yang
memerlukan pengesahan DJPb dilakukan secara berjenjang oleh KPA, Pejabat Eselon I, atau
Setjen/Sestama sesuai kewenangannya menggunakan sistem informasi setelah dokumen
pendukung dipenuhi. Kanwil DJPb melakukan penelitian, pengesahan, dan penolakan melalui
sistem informasi. Setelah ADK RKA-Kementerian/Lembaga DIPA divalidasi oleh sistem, secara
otomatis akan diterbitkan notifikasi dan kode digital stamp baru sebagai tanda pengesahan revisi
anggaran. Kanwil DJPb/Direktorat Pelaksanaan Anggaran menyelesaikan status revisi anggaran
melalui sistem informasi.
3.3.2 Tantangan dan Hambatan Dalam Implementasi Revisi
Kewenangan revisi yang diberikan kepada KPA dalam tahapan pelaksanaan anggaran pada
dasarnya merupakan diskresi dari aspek penganggaran untuk menyesuaikan pelaksanaan kegiatan
lebih riil sesuai kondisi di tahun anggaran berjalan. Namun demikian, komitmen pimpinan satker
dalam melaksanakan fungsi pengelolaan anggaran sebagai implementasi let the manager manage
belum optimal.
Sepanjang tahun 2023 total terdapat 3.686 pengesahan revisi kewenangan Kanwil DJPb. Sebanyak
3.247 atau 88,09 persen di antaranya merupakan revisi administrasi berupa penyesuaian halaman
III DIPA dan POK. Revisi administrasi ini tidak didukung komitmen menyelaraskan eksekusi

26
Grafik 3.2
kegiatan yang sesuai dengan perencanaan di halaman
Pemrosesan Revisi DIPA Kanwil DJPb DIY 2023 III DIPA. Komitmen juga diperlukan dalam proses revisi
1171 yang dilakukan secara terpusat. Karena revisi ini
melibatkan seluruh satker di lingkup eselon I,
731 742
603 keselarasan jadwal dan proses penyelesaian revisi
masih memerlukan waktu yang berdampak kepada
216
45 83 66 pelaksanaan kegiatan, terutama pada saat kegiatan
7 4 3 50 tersebut perlu dilakukan penyesuaian di tingkat satker.
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 Kewenangan revisi melalui sistem informasi juga
Penambahan/Pengurangan Pagu memerlukan penyempurnaan. Misalnya, aplikasi SAKTI
Pergeseran Anggaran Pagu Anggaran Tetap
Revisi Administrasi belum memfasilitasi validasi/filtrasi terhadap revisi
Sumber: monitoring revisi Kanwil DJPb DIY
yang bukan menjadi kewenangan KPA/Kanwil DJPb,
sementara pemahaman satker terkait kewenangan masih belum optimal. Kewenangan revisi yang
didelegasikan kepada K/L juga tidak sejalan dengan kesiapan aplikasi pada saat peraturan
diterbitkan, sehingga menimbulkan kekosongan pengaturan karena tidak ada aturan transisi dalam
hal sistem belum tersedia. Otomasi dan integrasi sistem diperlukan antara tahapan revisi dengan
modul komitmen untuk pengisian capaian output agar target dan realisasi volume RO setelah revisi
DIPA tidak kembali menjadi 0 (nol).
Selain sistem, pengaturan kewenangan revisi juga perlu penyesuaian karena terdapat kewenangan
revisi yang sebelumnya diatur dalam PMK 199/PMK.02/2021 tentang Tata Cara Revisi Anggaran,
revisi anggaran dalam 1 RO Prioritas Nasional (PN). Kewenangan yang tidak diatur ini membuat
keraguan kepada Kanwil DJPb untuk melakukan eksekusi kegiatan. Di tahun 2023, Direktorat
Pelaksanaan Anggaran meminta pendapat kepada Direktorat Sistem Perbendaharaan, DJA, dan
menyampaikan arahan tersebut melalui ND-1782/PB.2/2023 tanggal 24 November 2023 hal
Kewenangan Revisi Antar Jenis Belanja Dalam Satu RO Prioritas Nasional bahwa usulan revisi
anggaran antar jenis belanja dalam satu RO Prioritas Nasional dapat di proses di Kanwil DJPb
dengan memperhatikan batas kewenangan dan batas waktu pengajuan revisi, maka usulan
tersebut dapat disahkan oleh Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan.
3.3.3 Rekomendasi Penyelesaian (Dari Sisi Non Regulasi)
• Satker meningkatkan komitmen pelaksana kegiatan untuk menjadikan halaman III DIPA sebagai
acuan eksekusi anggaran dan kegiatan.
• Eselon I memperhitungkan jadwal revisi secara terpusat sehingga bisa selaras dengan jadwal
revisi hal III DIPA.
3.3.4 Rekomendasi Terkait Regulasi
• DJA dan DJPb melakukan identifikasi ketentuan revisi yang belum diatur dalam PMK 62 tahun
2023 dan mulai menyusun perubahan PMK 62 tahun 2023, di antaranya pengaturan
kewenangan revisi dalam 1 RO PN.

• Penyesuaian sistem untuk:

- Otomasi sistem untuk memvalidasi/filtrasi revisi yang bukan kewenangan KPA/Kanwil DJPb
dan agar setiap revisi menyelaraskan dengan volume RO di DIPA petikan baru.
- Memberikan tools monitoring dan pencegahan agar tidak terjadi pagu minus pada belanja
non 51
- Kesiapan sistem bersamaan dengan penerbitan peraturan.

27
3.4. Permasalahan Penganggaran 3: Blokir Anggaran
3.4.1 Kondisi

Grafik 3.3 Blokir Anggaran banyak terjadi pada pagu


Pergerakan Blokir Kewenangan satker dengan kewenangan Dekonsentrasi
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan, 2023
dan Tugas Pembantuan, bahkan sejak awal
10,00
DIPA diserahkan kepada satker. Catatan pada
miliar Rp

8,00
6,00 halaman IV B antara lain sebagai berikut,
4,00 untuk satker di bawah Kementerian Pertanian
2,00
(018) (049028, 049087, 049088, 049089,
0,00
jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des
049090, 049094) alokasi masih memerlukan
018 '024 '026 '032 '067 '090 persetujuan DPR RI. Satker di bawah
Kementerian Kesehatan (024) perlu
sumber: https://ditpa.kemenkeu.go.id
dilengkapi rekomendasi dari Ditjen Nakes.
Satker di bawah Kementerian Ketenagakerjaan (026) dikarenakan Permen Dekon TP masih dalam
proses harmonisasi Kemenkumham. Satker di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (032)
belum dilengkapi Permen KP terkait pengalokasian. Satker di bawah Perpustakaan Nasional RI (067)
terdapat catatan belum dilengkapi Perka Perpusnas terkait Pendelegasian Kewenangan
Dekonsentrasi.
3.4.2 Permasalahan Struktural
Blokir karena belum terpenuhinya dokumen pada satker dengan kewenangan Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan berlangsung sampai dengan semester II tahun 2023. Sedangkan alokasi
anggaran untuk kewenangan ini merupakan amanat undang-undang sebagai pengejewantahan
penugasan konkuren Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Keterlambatan ini jelas
menunda pelaksanaan anggaran yang mengakibatkan dampak alokasi anggaran tersebut tidak
dapat segera dirasakan kemanfaatannya.
3.4.3 Rekomendasi Non Regulasi
Satker berkoordinasi dengan eselon I untuk segera menerbitkan juknis dan kelengkapan anggaran
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
3.4.4 Rekomendasi Terkait Regulasi
K/L menetapkan Juknis dan peraturan kementerian terkait kewenangan Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan segera setelah anggaran dialokasikan.

3.5 Permasalahan Penganggaran 4: Halaman III DIPA


3.5.1 Kondisi
Grafik 3.4
Deviasi Halaman III DIPA
Berdasarkan monitoring halaman III DIPA,
40,0%
rata-rata jenis belanja satker di lingkup
20,0%
Kanwil DJPb Provinsi DIY masih 0,0%
mengalami deviasi yang cukup besar -20,0%
dengan rata-rata deviasi tertinggi 24,6 -40,0% -28,9%
-60,0%
persen di bulan Oktober, di mana realisasi -39,4%
-80,0% -62,1%
belanja lebih rendah dari rencana. Belanja jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des
dengan deviasi terbesar adalah belanja
Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal
modal yang sempat mencapai 62,1 persen Belanja Bansos rata-rata
di bulan Mei. Masing-masing kondisi sumber: https://ditpa.kemenkeu.go.id
deviasi terbesar untuk belanja barang dan

28
belanja modal adalah 28,9 persen di bulan November dan 39,4 persen di bulan Oktober. Keseluruhan
deviasi yang cukup besar tersebut bertanda negatif yang mencerminkan realisasi belanja lebih
rendah jika dibandingkan dengan rencana.
3.5.2 Permasalahan Struktural
Halaman III DIPA tidak hanya mencerminkan konsistensi antara perencanaan dengan pelaksanaan
anggaran. Lebih dari itu, Halaman III DIPA merupakan instrumen penting bagi Bendahara Umum
Negara (BUN) dalam melakukan perencanaan ketersediaan dana. Kebutuhan belanja setiap bulan
akan dibandingkan dengan perkiraan penerimaan, jika terdapat potensi kekurangan (defisit) BUN
harus mengadakan pendanaan berupa penerbitan Surat Utang Negara yang membawa konsekuensi
beban bunga utang dan pelunasan di kemudian hari. Realisasi belanja yang tidak konsisten antara
perencanaan menyebabkan pengadaan utang yang sebenarnya tidak diperlukan.
3.5.3 Rekomendasi Non Regulasi
Komitmen pimpinan/pejabat perbendaharaan untuk mendorong dan mengawal pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan halaman III DIPA, yang diiringi oleh komitmen pelaksana teknis kegiatan
untuk menjadikan halaman III DIPA sebagai acuan dalam mengeksekusi belanja.
3.5.4 Rekomendasi Terkait Regulasi
Tidak terdapat rekomendasi terkait regulasi.

3.6. Permasalahan Penganggaran 5: Sumber Dana SBSN


3.6.1. Kondisi
Penyediaan dana untuk pembayaran kegiatan dengan sumber dana reksus SBSN dilakukan secara
bulanan berdasarkan RPD yang diajukan oleh satker kepada DJPPR. Satker dapat mengajukan
pencairan dana kepada KPPN, maksimal sebesar nilai RPD bulanan yang telah diajukan. Pencairan
dana melebihi RPD oleh satker akan berdampak kepada saldo rekening khusus SBSN yang tidak
mencukupi untuk pelaksanaan pembayaran di bulan berkenaan. Di lingkup Kanwil DJPb Provinsi
DIY terdapat 10 satker dari 4 K/L yang mendapat alokasi sumber dana SBSN di tahun 2023 untuk
belanja modal dan belanja barang diserahkan kepada masyarakat yang bersifat fisik (berupa
infrastruktur).
3.6.2 Permasalahan Struktural
Permasalahan struktural yang terjadi pada semua satker adalah kesulitan merencanakan pencairan
dana yang dapat ditepati dalam pelaksanaannya. Hal ini karena sumber dana SBSN biasanya untuk
belanja modal, yang pembayarannya menunggu perhitungan fisik, monthly clearance (pengecekan
kesesuaian progress fisik). Selain itu, proses pemanfaatan sisa anggaran kontraktual dari sumber
dana SBSN yang harus melalui revisi di DJA dan memerlukan persetujuan Bappenas mengingat
pekerjaan tersebut merupakan Prioritas Nasional.
3.6.3 Rekomendasi Non Regulasi
• Satker berkoordinasi dengan penyedia jasa untuk mengupayakan kemajuan progress dan
perhitungan monthly clearance sesuai dengan pencatuman RPD pada aplikasi RPD sumber dana
SBSN.

• Satker melakukan perhitungan secara akurat kebutuhan dana sumber SBSN dan sisa anggaran
kontraktual yang dapat dimanfaatkan untuk segera mengajukan optimalisasi kepada eselon I.

29
3.6.4 Rekomendasi Terkait Regulasi
Dalam ketentuan pembayaran kegiatan yang dibiayai SBSN, agar diberikan kepada satker untuk
melakukan pengkinian perhitungan pada waktu yang lebih dekat dengan hasil perhitungan
pekerjaan fisik.

3.7 Permasalahan Penganggaran 6: Anggaran Belanja Tambahan


3.7.1 Kondisi
Sampai dengan triwulan IV, masih terdapat K/L yang mengalokasikan Anggaran Belanja Tambahan
(ABT) untuk satker di bawahnya, dengan argumentasi yang berbeda. Kementerian PUPR banyak
mendapatkan anggaran belanja tambahan sebagai implementasi Instruksi Presiden nomor 3 tahun
2023 dalam rangka percepatan peningkatan konektivitas jalan daerah. Sementara itu, Bawaslu
mendapatkan ABT karena awalnya anggaran dialokasikan sesuai pelaksanaan tahapan Pemilu, di
mana masa krusial adalah saat dimulainya kampanye pada bulan November 2023. Sementara itu,
ABT juga lazimnya dilakukan dari hasil identifikasi alokasi-alokasi yang tidak terserap di seluruh
satker dan dikoordinir oleh eselon I untuk kemudian direalokasi kepada satker-satker yang pada
awalnya mengusulkan anggaran, namun belum mendapat ketersediaan dana karena pertimbangan
prioritas. Sebagai contoh, Kanwil Kemenkumham yang sejak tahun 2022 telah mengajukan alokasi
untuk renovasi rumah dinas namun tidak mendapat alokasinya pada tahun 2023, dan alokasi
tersebut baru didapatkan melalui ABT di triwulan III.
3.7.2 Permasalahan Struktural
Permasalahan struktural yang terjadi pada K/L yang melakukan ABT, anggaran ini dialokasikan
pada triwulan III dan IV dengan sebagian besar diperuntukkan untuk belanja modal yang
memerlukan persiapan pengadaan sehingga waktu pelaksanaan sangat terbatas. Seringkali,
eksekusi ABT tidak selaras dengan jadwal revisi untuk menyesuaikan halaman III DIPA.
Kemungkinan terdapat sisa anggaran dikarenakan nilai kontrak dibawah alokasi, sehingga tidak
dapat dioptimalkan.
3.7.3 Rekomendasi Non Regulasi
• Eselon I mengidentifikasi kebutuhan sampai dengan akhir tahun dan membuat penjadwalan
revisi ABT untuk memberikan kesempatan satker menyelaraskan hal III DIPA dengan
memperhitungkan pelaksanaan eksekusi kegiatan.
• ABT yang dialokasikan memperhitungkan kualitas output belanja yang dihasilkan
3.7.4 Rekomendasi Terkait Regulasi
Alokasi Anggaran Belanja Tambahan yang dilakukan agar dapat dijadikan pertimbangan efisiensi
pada saat penyusunan anggaran dalam forum penelaahan atau trilateral meeting.

3.8 Permasalahan Penganggaran 7: Inefisiensi dari Penggunaan Standar Biaya Tertinggi


dan Overlapping Penganggaran Peningkatan Kapasitas SDM
3.8.1 Kondisi
Penyusunan APBN yang dimulai satu tahun sebelum tahun anggaran berjalan memberi konsekuensi
kepada perkiraan-perkiraan yang menjadi dasar pengalokasian anggaran seperti target volume
output dan penerapan standar biaya pada batas tertinggi. Hasilnya, terjadi ketidaktepatan dalam
penganggaran seperti Penganggaran belanja perjadin yang terlalu besar. Di beberapa satker, terjadi
overlapping dalam penganggaran peningkatan kapasitas SDM. Meskipun satker telah
menganggarkan dan menargetkan volume kegiatan pelatihan, namun ada pegawai yang ditugaskan
melalui pendanaan dari kantor pusat. Meskipun secara target volume tercapai, namun

30
mengakibatkan penyerapan anggaran pada satker tidak maksimal.
3.8.2 Permasalahan Struktural
Kondisi yang terjadi pada Kemdikbudristek, antara lain karena pada proses penganggaran
perjalanan dinas, satker menggunakan standar SBK/SBM tertinggi tidak memperhatikan harga
aktual. Demikian juga, proyeksi perhitungan realisasi belanja belum memperhitungkan tren data
realisasi belanja tahun sebelumnya dan rencana kegiatan dalam satu tahun ke depan. Sementara
itu, duplikasi kegiatan antara satker dan eselon I terjadi di Kemenkes dan Kemenkumham sehingga
output tercapai namun secara realisasi belanja rendah
3.8.3 Rekomendasi Non Regulasi
• Satker memperhitungkan harga aktual disesuaikan dengan SBM/SBK dalam penyusunan
RKA/KL
• Satker melaksanakan proyeksi realisasi belanja dengan memperhitungkan data-data historis
dan rencana kegiatan tahun berjalan
• Satker berkoordinasi dengan eselon I untuk meminimalkan duplikasi kegiatan
• Satker mengoptimalkan sisa dana yang tidak terserap dikarenakan duplikasi kegiatan untuk
kegiatan lainnya
3.8.4 Rekomendasi Terkait Regulasi
Inefisiensi dari perjadin dan overlapping penganggaran peningkatan kapasitas SDM ini dapat
dijadikan pertimbangan pada saat penyusunan anggaran dalam forum penelaahan.

B. Permasalahan Pengadaan Barang dan Jasa


3.1 Hubungan Pengadaan Barang dan Jasa dengan Pelaksanaan Anggaran
3.1.1 Penjelasan Pengadaan Barang dan Jasa
Negara Indonesia sebagai salah satu negara berkembang akan senantiasa melaksanakan
pembangunan antara lain berupa pembangunan sarana maupun prasarana sebagai penunjang
perekonomian dan pelayanan kepada masyarakat. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat baik berupa barang, jasa maupun infrastruktur sebagai bentuk
perwujudan tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam Alinea ke-4 UUD Negara Republik
Indonesia tahun 1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum yang berkeadilan sosial. Dalam upaya
memenuhi kebutuhan barang dan jasa tersebut diperlukan suatu kegiatan berupa pengadaan
barang dan jasa pemerintah (PBJ).
PBJ yang seluruh/sebagian pendanaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah (APBN/D) akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dari pelaksanaan APBN/D
dalam satu tahun anggaran. Hampir sebagian besar belanja pemerintah yang dialokasikan dalam
APBN dilaksanakan melalui PBJ, seperti belanja barang, belanja modal, serta sebagian belanja
bantuan sosial dan belanja hibah. Belanja barang yang dialokasikan merupakan pengeluaran
pemerintah dalam rangka PBJ non investasi guna mendukung kegiatan operasional pemerintah.
Sedangkan belanja modal adalah belanja pemerintah pusat yang dilakukan dalam rangka
pembentukan modal/investasi dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,
jaringan, serta dalam bentuk fisik lainnya. Belanja modal dialokasikan untuk mendukung
pembiayaan bagi kegiatan-kegiatan pembangunan infrastruktur yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, menciptakan kesempatan kerja, dan mengentaskan kemiskinan.
3.1.2 Kondisi Pandemi dan Geografis Kewilayahan Terhadap Proses PBJ
Status pandemi di Indonesia telah resmi dicabut per 21 Juni 2023 melalui Keputusan Presiden
Republik Indonesia (Keppres) Nomor 17 Tahun 2023 tentang Penetapan Berakhirnya Status

31
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia. Harapan Presiden setelah memasuki
masa endemi adalah perekonomian nasional akan bergerak semakin baik dan meningkatkan
kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
APBN telah menjalani complete journey setelah periode pandemi dengan baik sehingga ekonomi
kembali pulih yang ditandai dengan kinerja APBN 2023 yang terjaga kuat dan sehat yang menjadi
modal positif untuk mengawali tahun 2024.
3.1.3 Kondisi Pengadaan Barang dan Jasa Lingkup Kanwil DJPb Provisi D.I.Yogyakarta
Selaras dengan kondisi APBN tersebut, kondisi Grafik 3.5
PBJ di Provinsi DIY tahun 2023 juga mengalami Realisasi dan Jumlah Kontrak Per Jenis Belanja, 2022-
2023
peningkatan dibandingkan tahun 2022, dengan 3.000 2.745 2500

Miliar Rp
jumlah kontrak PBJ sebanyak 3.131 kontrak 2.487
2.500 Juml 2000
dengan nilai total sebesar Rp4,22 triliun. Nilai Kontrak
2.000 52; 2231
tersebut meningkat sebesar 20,91 persen 1500
1.500
dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Juml
Kontrak 1000
Rp3,49 triliun. Dari peningkatan tersebut 1.000 52; 1808
Juml Juml
menunjukkan bahwa kondisi PBJ di wilayah 500 Kontrak Kontrak
500
744 1.733
Provinsi DIY dapat dikatakan sudah pulih dari -
53; 698 53; 900
0
dampak pandemi dengan harapan akan terus 2022 2023
Sumber : OMSPAN Kontrak 52 Kontrak 53
membaik di tahun 2024 ini.

Berdasarkan Jenis Belanjanya, kontrak Tahun 2023 terdiri dari kontrak belanja barang (52) sebesar
41,07 persen atau senilai Rp1,73 triliun dan kontrak belanja modal (53) sebesar 58,93 persen atau
senilai Rp2,49 triliun. Dari sisi jumlah kontrak yang didaftarkan, dari 3.131 kontrak sebanyak 71,26
persen merupakan kontrak belanja barang (52), dan 28,74 persen merupakan kontrak belanja modal
(53).

Walaupun cenderung membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun masih banyak
permasalahan yang terjadi terkait dengan PBJ di wilayah Provinsi DIY yang berpengaruh terhadap
pelaksanaan anggaran. Seiring dengan meningkatnya capaian tersebut, baik dari jumlah maupun
nilai, maka kompleksitas permasalahan pengadaan barang/jasa tahun 2023 juga akan meningkat
dibandingkan tahun 2022. Beberapa permasalahan tersebut memengaruhi nilai deviasi pada
halaman III DIPA serta penyerapan yang bermuara pada akhir tahun anggaran. Permasalahan-
permasalahan tersebut meliputi: (i) Akselerasi PBJ di Awal Tahun Anggaran, (ii) Proses Lelang dan
Gagal Lelang; (iii) Kewajiban Dalam Pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN); (iv) PBJ
dengan mempergunakan Kartu Kredit Pemerintah (KKP); (v) Digitalisasi Dokumen Pengadaan; dan
(vi) Kompetensi dan Komitmen dari Pejabat PBJ. Uraian dan penjelasan dari permasalahan-
permasalahan tersebut akan disampaikan pada sub bab selanjutnya.

3.2. Permasalahan PBJ 1 : Proses Lelang dan Gagal Lelang


3.2.1 Kondisi
Proses lelang merupakan salah satu tahapan awal dalam pelaksanaan PBJ untuk memilih penyedia
barang/jasa. Dalam proses ini terjadi tawar menawar atas Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang
ditawarkan PPK. Proses lelang ini merupakan proses yang sangat penting dalam PBJ, karena
melalui proses ini akan ditentukan kualitas dari pelaksanaan PBJ. Melalui tahapan ini pula nantinya
akan dipilih pemenang lelang yaitu penyedia barang/jasa yang dianggap paling sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan oleh PPK. Dalam pelaksanaan proses lelang ini sering terjadi
kegagalan, yang menyebabkan tertundanya proses pelaksanaan anggaran yang nantinya akan
berdampak pada penyerapan anggaran.

32
Peristilahan Tender Gagal terdapat pada Pasal 9 Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang
Perubahan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(PS 12/21), disebutkan bahwa salah satu tugas dan kewenangan Pengguna Anggaran (PA) adalah
menyatakan Tender Gagal. Selanjutnya pada ayat 2 Pasal 51 PS 12/21 disebutkan bahwa Tender
dinyatakan Gagal dalam hal: (i) terdapat kesalahan dalam proses evaluasi; (ii) tidak ada peserta
yang menyampaikan dokumen penawaran setelah ada pemberian waktu perpanjangan; (iii) tidak
ada peserta yang lulus evaluasi penawaran; (iv) ditemukan kesalahan dalam Dokumen Pemilihan
atau tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden ini; (v) seluruh peserta terlibat
korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme; (vi) seluruh peserta terlibat persaingan usaha tidak sehat; (vii)
seluruh penawaran harga Tender Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya di atas HPS; (viii)
negosiasi biaya pada Seleksi tidak tercapai; dan/atau (ix) korupsi, kolusi, dan/atau nepotisme
melibatkan Pokja Pemilihan/ PPK. Lebih lanjut, sebagai pelaksanaan dari PS 12/21, LKPP telah pula
mengeluarkan Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah nomor 12 tahun
2021 tentang Pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah melalui penyedia (PLKPP
12/21). Terkhusus pekerjaan Konstruksi, pada umumnya pemilihan untuk pedoman pekerjaan
pelaksana konstruksi biasa maupun pelaksana konstruksi rancang bangun (lampiran 2 dan 3
PLKPP 12/21) memiliki kebijakan yang sama terkait pengaturan masalah Tender Gagal.
3.2.2 Permasalahan Struktural
Untuk wilayah Provinsi DIY permasalahan dalam proses lelang ini dialami oleh satuan kerja secara
merata, dengan jenis dan kompleksitas permasalahan masing-masing sesuai dengan karakteristik
tiap-tiap satuan kerja. Salah satu contohnya adalah permasalahan proses lelang yang dialami oleh
Kementerian Pertanian yaitu untuk pelaksanaan proses lelang berupa hewan/tanaman.
Permasalahan ini terkait dengan potensi HPS yang ditetapkan secara nasional lebih tinggi dari
harga pasar, yang mengakibatkan sisa pagu anggaran menjadi terlalu besar sehingga dana tidak
bisa terserap dikarenakan tidak dapat dilakukan penambahan volume untuk menyesuaikan dengan
HPS tersebut. Hal lain yang banyak terjadi yang mengakibatkan terjadinya gagal lelang di wilayah
Provinsi DI Yogyakarta adalah rendahnya komitmen dari penyedia barang/jasa dalam pemenuhan
dokumen persyaratan (kualifikasi).
Faktor-faktor penyebab gagal lelang antara lain disebabkan oleh: (i) Keterlambatan jadwal
pelelangan yang disebabkan adanya perubahan dalam dokumen perencanaan, (ii) Penyedia
barang/jasa yang memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) tertentu jumlahnya sangat terbatas, (iii)
Terbatasnya penyedia barang/jasa yang memiliki dukungan bahan dan peralatan dari distributor,
(iv) Terbatasnya waktu pelaksanaan pekerjaan, (v) Paket pekerjaan pernah mengalami gagal lelang,
dan (vi) Paket pengadaan barang/jasa kurang diminati.

3.2.3 Rekomendasi Penyelesaian (Non Regulasi)


Untuk sisi non regulasi peningkatan pemahaman maupun pengetahuan akan regulasi PBJ oleh
pejabat ULP merupakan suatu hal yang wajib dipenuhi, selain itu hal lain yang perlu dilakukan adalah
menginventarisir hal-hal yang menyebabkan terjadinya gagal lelang sebagai bentuk upaya antisipasi
agar hal tersebut tidak terulang lagi. Kemudian yang tidak kalah penting adalah diperlukannya
koordinasi antara satuan kerja dengan unit Eselon I terkait agar pelaksanaan proses PBJ dapat
berjalan lancar.
3.2.4 Rekomendasi Terkait Regulasi
Dari sisi regulasi rekomendasi yang dapat diberikan untuk satuan kerja/kementerian/lembaga atas
permasalahan di atas adalah diperlukannya juknis yang dibuat pada akhir tahun anggaran/awal
tahun anggaran berupa Surat Edaran maupun Nota Dinas yang dapat dijadikan pedoman
memudahkan pelaksanaan kegiatan lelang. Selanjutnya juknis tersebut seyogyanya tidak sering

33
berubah dalam tahun berjalan karena akan menyulitkan bagi pelaksana kegiatan dan akan
mengganggu proses PBJ itu sendiri.

3.3 Permasalahan PBJ 2 : Akselerasi PBJ di Awal Tahun Anggaran


3.3.1 Kondisi
Akselerasi PBJ di awal tahun anggaran pada wilayah Provinsi DIY identik dengan kontrak pra DIPA
yang dalam pelaksanaannya masih rendah. Kontrak Pra DIPA dapat diartikan sebagai pelaksanaan
pengadaan barang/jasa dimana proses awal pengadaan hingga penandatanganan kontraknya
dilaksanakan sebelum periode tahun anggaran berjalan setelah DIPA disahkan, dan periode
pekerjaan kontrak paling cepat dimulai setelah DIPA berlaku efektif (Januari). Pelaksanaan kontrak
Pra DIPA pada satker dapat mendorong percepatan penyerapan anggaran, dengan anggaran yang
diserap lebih cepat maka diharapkan capaian output juga lebih optimal dan dapat lebih cepat
memberikan manfaat bagi publik. Meskipun demikian belum banyak K/L mendorong implementasi
kontrak Pra DIPA pada satker vertikalnya. Hal tersebut tercermin dari masih rendahnya nilai Kontrak
Pra DIPA pada 2023.
3.3.2 Permasalahan Struktural
Penyebab dari rendahnya pelaksanaan kontrak pra DIPA antara lain : (i) perencanaan pengadaan
yang belum matang yang berakibat tidak sesuainya perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, (ii)
belum adanya dana untuk melaksanakan kontrak pra DIPA termasuk masih adanya blokir pagu
anggaran pada awal tahun, (iii) kekhawatiran adanya pengaruh kontrak pra DIPA terhadap capaian
IKPA, dan (iv) permasalahan cuaca/iklim yang berpengaruh terhadap distribusi material fisik serta
tahapan pelaksanaan yang tertunda untuk jenis pekerjaan konstruksi.
3.3.3 Rekomendasi Penyelesaian (Non Regulasi)
Dari sisi Kementerian Keuangan hal yang bisa dilakukan untuk mendorong adanya akselerasi PBJ
di awal tahun adalah dengan ditingkatkannya bobot penilaian untuk pelaksanaan kontrak pra DIPA
pada unsur belanja kontraktual dalam Indikator Kualitas Pelaksanaan Anggaran (IKPA).
Rekomendasi lain yang dapat dilakukan untuk mendongkrak tingkat akselerasi PBJ di awal tahun
anggaran adalah KPPN/Kanwil DJPb senantiasa menghimbau agar satker tidak ragu-ragu untuk
mempergunakan fasilitas berupa mekanisme kontrak pra DIPA, sedangkan untuk
Kementerian/Lembaga hendaknya sudah menginformasikan pada kesempatan pertama apabila
ada rencana untuk memberikan Anggaran Biaya Tambahan (ABT) kepada satuan kerja daerah.

3.3.4 Rekomendasi Terkait Regulasi


Rekomendasi dari sisi regulasi atas permasalahan ini dari sisi Kementerian/Lembaga adalah
dengan lebih memperhatikan perencanaan pada tahun anggaran sebelumnya dengan
memperhatikan faktor-faktor baik internal berupa rentang kendali dari tingkat pusat ke daerah
ataupun memitigasi risiko dari faktor eksternal antara lain iklim dan cuaca ekstrim yang memiliki
siklus tahunan yang kesemuanya memiliki peluang akan menimbulkan permasalahan dalam
pelaksanaan kegiatan terutama untuk proyek fisik. Perencanaan dan mitigasi risiko ini selanjutnya
dituangkan dalam bentuk juknis maupun rekomendasi baik dalam bentuk peraturan maupun surat
edaran dengan memperhatikan efisiensi dan efektivitas waktu dalam pembentukan dan
implementasinya. Atas juknis maupun rekomendasi ini selanjutnya dapat dipergunakan oleh satuan
kerja dalam melakukan koordinasi internal contohnya adalah koordinasi antar PPK untuk satuan
kerja dengan PPK lebih dari satu dengan tujuan akhir optimalisasi pencapaian output kegiatan.

34
3.4 Permasalahan PBJ 3 : Kewajiban Dalam Pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN)
3.4.1 Kondisi
Penerapan kebijakan terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam proses PBJ bertujuan
antara lain untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing industri nasional dalam rangka
persaingan dalam perdagangan global. Namun dalam pelaksanaannya sering terjadi permasalahan
dalam penerapan kebijakan ini antara lain ketersediaan sumber daya lokal yang kurang memadai,
kurangnya kemutakhiran teknologi, serta keterbatasan anggaran yang tersedia.

3.4.2 Permasalahan Struktural


Dari uraian diatas, beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam pemenuhan TKDN di lingkup
Provinsi DI Yogyakarta adalah : (i) ketersediaan barang yang dibutuhkan oleh satuan kerja belum
dapat terpenuhi dari dalam negeri, dan (ii) kualitas/spesifikasi dari barang yang tersedia di dalam
negeri belum sepenuhnya sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan.

3.4.3 Rekomendasi Penyelesaian (Non Regulasi)


Rekomendasi diluar regulasi adalah diperlukannya identifikasi oleh satuan kerja dalam upaya
pemenuhan unsur-unsur TKDN dalam proses PBJ.

3.4.4 Rekomendasi Terkait Regulasi


Rekomendasi terkait regulasi yang berhubungan dengan TKDN antara lain perlunya diatur
substansi pengaturan dalam peraturan perundang-undangan yang diinisiasi oleh Kementerian
Perindustrian terkait dengan mekanisme/prosedur dalam pengajuan izin kegiatan PBJ yang tidak
memenuhi syarat TKDN. Kemudian diperlukan tambahan substansi pengaturan dalam regulasi PBJ
atas interkoneksi data dalam rangka percepatan sertifikasi TKDN oleh penyedia barang dan jasa
dalam e-katalog.

3.5. Permasalahan PBJ 4 : PBJ dengan mempergunakan Kartu Kredit Pemerintah (KKP)
3.5.1 Kondisi
Kartu Kredit Pemerintah (KKP) merupakan metode pembayaran baru yang dapat dipergunakan oleh
satuan kerja untuk memudahkan proses belanja barang/jasa untuk mendukung program cashless
dan optimalisasi kas negara, sekaligus salah satu bentuk upaya dalam peningkatan transparansi
belanja yang dilakukan oleh kementerian lembaga. Namun menurut penelitian penggunaan KKP ini
belum berpengaruh signifikan optimalisasi kas karena sampai dengan tahun 2019, KKP masih
belum menjadi pilihan utama satker dalam membiayai kegiatan operasionalnya.

3.5.2 Permasalahan Struktural


Dari fakta diatas beberapa permasalahan utama dalam impelementasi KKP lingkup Provinsi DIY
antara lain meliputi:
1) Masih terbatasnya nilai transaksi dari KKP dikarenakan merupakan bagian dari UP;
2) Pemahaman dan kebiasaan satuan kerja dalam mempergunakan KKP sebagai salah satu tools
dalam pelaksanaan PBJ yang masih belum memadai yang mengakibatkan keengganan dalam
optimalisasi penggunaan KKP;
3) Hal lain yang sering diutarakan oleh satuan kerja adalah adanya stigma sulit dan “repot” atas
penggunaan KKP ini;

35
4) Permasalahan lain adalah terkait dengan ketersediaan mesin EDC yang belum merata oleh
penyedia barang dan jasa sehingga KKP tidak dapat dipergunakan, selain itu adanya biaya
tambahan yang akan membebani penggunan KKP juga mengakibatkan dihindarinya
penggunaan KKP ini oleh satuan kerja.
3.5.3 Rekomendasi Penyelesaian (Non Regulasi)
Dari sisi non regulasi rekomendasi yang perlu dilakukan untuk optimalisasi penggunaan KKP adalah
tiap-tiap kementerian/ lembaga/ Unit Eselon I hendaknya mengawal optimalisasi dalam
penggunaan KKP di unit vertikalnya. Kemudian diperlukannya sosialisasi menyeluruh mengenai
kemudahan dan keunggulan atas mekanisme pengadaan barang dan jasa melalui KKP termasuk
penggunaan digipay, lalu perlunya koordinasi lingkup pusat DJPb dengan K/L untuk mengawal
implementasi KKP di level K/L sampai dengan unit vertikalnya termasuk pemberian reward bagi
satuan kerja yang telah optimal mempergunakan KKP.

3.5.4 Rekomendasi Terkait Regulasi


Rekomendasi di sisi regulasi untuk peningkatan penggunaan KKP ini meliputi: (1) Pembatasan
penggunaan UP Tunai berupa peningkatan porsi UP KKP; (2) Perluasan penggunaan KKP selain
belanja dengan mekanisme UP; (2) Penggunaan UP KKP digunakan sebagai salah satu indikator
penilaian untuk IKPA UP/TUP, (3) Kolaborasi dengan pihak Perbankan khususnya HIMBARA untuk
memberikan benefit tambahan/reward bagi pengguna KKP.

3.6 Permasalahan PBJ 5 : Digitalisasi Dokumen Pengadaan


3.6.1 Kondisi
Semakin berkembangnya ilmu pengetahun dan teknologi yang sangat pesat dewasa ini
mengakibatkan diperlukannya adaptasi ataupun penyesuaian bagi kegiatan ataupun tata kerja
pemerintah termasuk digitalisasi atas dokumen pengadaan. Tujuan awal dari adanya digitalisasi
dokumen pengadaan ini adalah untuk semakin memudahkan pihak-pihak penyelenggara PBJ
sekaligus mendukung program paperless.

3.6.2 Permasalahan Struktural


Permasalahan yang dihadapi atas program ini antara lain adalah aplikasi portal PBJ belum
mengakomodir dilakukannya kontrak Pra DIPA dan hanya bisa mengakomodir tahun kontrak sama
dengan tahun anggaran DIPA. Hal lain yang perlu diperbaiki adalah terkait dengan sinkronisasi
kebijakan yang hendaknya diakomodir dalam aplikasi interkoneksi yang berhubungan dengan
kontrak pra DIPA, termasuk perluasan penggunaan digital signature.

3.6.3 Rekomendasi Penyelesaian (Non Regulasi)


Kementerian Keuangan/LKPP:
Perluasan penggunaan DS dan digitalisasi dokumen pengadaan.
3.6.4 Rekomendasi Terkait Regulasi
Kementerian Keuangan/LKPP:
Aplikasi interkoneksi yang berhubungan dengan kontrak pra DIPA

3.7 Permasalahan PBJ 6 : Kompetensi dan Komitmen dari Pejabat PBJ.


Dari seluruh permasalahan diatas faktor utama yang harus diperbaiki dalam proses PBJ yaitu
kompetensi dan komitmen dari pejabat PBJ. Selain komitmen diperlukan prinsip kehati-hatian oleh
PPK dalam menilai dokumen penawaran yang ditawarkan oleh penyedia BJ, selain itu track record

36
penyedia barang dan jasa juga perlu diperhatikan yang nantinya akan berpengaruh dalam
pelaksanaan proses pelaksanaan PBJ.

Kemudian untuk mendukung hal-hal di atas diperlukan tambahan dalam muatan materi dalam
proses sertifikasi PBJ antara penguatan integritas yang akan sangat berpengaruh bagi PPK maupun
pejabat perbendaharaan yang nantinya akan melakukan perikatan dengan penyedia barang dan jasa
agar terhindar dari muatan kepentingan pribadi.

C. Permasalahan Eksekusi Belanja


3.1 Eksekusi Belanja Rutin (Belanja Pegawai dan Belanja Operasional)
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi, satker memiliki program/kegiatan
yang bersifat rutin atau operasional yang dilaksanakan di sepanjang tahun anggaran. Kegiatan-
kegiatan yang bersifat rutin atau operasional tersebut dibiayai dengan menggunakan belanja
pegawai dan belanja barang. Kegiatan yang bersifat rutin tidak memerlukan petunjuk teknis
kegiatan atau persyaratan tertentu dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, dengan memperhatikan
tingginya tingkat kepastian penyelenggaraan kegiatan, seharusnya dalam pelaksanaan anggaran
tidak ditemukan kesultan yang berarti.
3.1.1 Kondisi
Belanja pegawai
Belanja Pegawai adalah kompensasi terhadap pegawai, baik dalam bentuk uang atau barang, yang
harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah dalam maupun luar negeri baik kepada pejabat
negara, pegawai negeri sipil, dan pegawai yang dipekerjakan oleh Pemerintah yang belum berstatus
pegawai negeri sipil sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam rangka untuk
mendukung tugas fungsi unit organisasi pemerintah selama periode tertentu, kecuali pekerjaan
yang berkaitan dengan pembentukan modal1
Di tahun 2023, belanja pegawai merupakan jenis belanja
Grafik 3.6
Alokasi Belanja APBN 2023 Per Jenis dengan komposisi terbesar kedua setelah Belanja Barang
Belanja (40,46 persen), yaitu sebesar Rp4,61 triliun atau 35,71
Belanja Belanja persen dari total alokasi belanja K/L yang sebesar
Modal Bansos Rp12,91 triliun. Alokasi belanja pegawai ini tersebar
23,67% 0,15%
pada sebagian besar K/L, yaitu pada 36 K/L dari 46 K/L
di wilayah DIY.
Alokasi terbesar terdapat pada K/L Kementerian
Belanja
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang
Barang Belanja memiliki pagu belanja pegawai di atas Rp1 triliun atau
40,46% Pegawai mencapai 2,78 persen dari total alokasi belanja pegawai.
35,71%
Sebanyak 16,67 persen merupakan K/L dengan pagu
Sumber : Apilkasi Sintesa (Diakses tgl 20 Feb 2024)
belanja pegawai antara Rp100 miliar sampai dengan Rp1
triliun, sebanyak 50 persen merupakan K/L dengan pagu antara Rp10 miliar sampai dengan Rp100
miliar, dan sebanyak 30,56 persen sisanya merupakan K/L dengan pagu belanja pegawai di bawah
Rp10 miliar.
Kinerja penyerapan belanja pegawai hingga Semester II 2023 mencapai Rp4,53 triliun atau 98,72
persen dari pagu sebesar Rp4,61 triliun. Selain telah melampaui target yang ditetapkan, yaitu
sebesar 95 persen, dibandingkan capaian tahun 2022, kinerja belanja pegawai tersebut tercatat

1
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 62/Tahun 2023 Tentang Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran, Serta
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

37
mengalami peningkatan baik secara nominal maupun persentase.

Grafik 3.7 Grafik 3.8


Kinerja Belanja Pegawai Tahun 2023 (Miliar) Pola Penyerapan Belanja Pegawai Per Bulan Tahun
Pagu Realisasi 2023 (Miliar)

4.610
4.595

4.551
4.527

Mar

Nov
Ags

Okt
Jan

Apr

Des
Mei

Sept
Feb

Jun

Jul
2023 2022
Sumber : Aplikasi Sintesa (Diakses tgl 20 Feb 2024) Sumber : Aplikasi Sintesa (Diakses Tgl 20 Feb 2024)

Sesuai dengan sifatnya, pola penyerapan belanja pegawai relatif stabil di setiap bulannya. Namun
demikian, tingkat penyerapan tersebut akan mengalami kenaikan pada bulan tertentu selaras
dengan periode penyaluran Tunjangan Hari Raya (April) serta gaji dan tunjangan kinerja ketiga belas
(Juni).
Belanja Operasional
Belanja Operasional merupakan belanja barang untuk pembelian barang dan/atau jasa yang
habis pakai yang dipergunakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar suatu satuan kerja dan
umumnya pelayanan yang bersifat internal, meliputi antara lain: belanja keperluan perkantoran,
belanja pengadaan bahan makanan, belanja penambah daya tahan tubuh, belanja bahan,
pengiriman surat dinas, belanja honor operasional satker, belanja langganan daya dan jasa (Listrik,
telepon dan air), belanja pemeliharaan gedung dan bangunan (gedung operasional sehari-hari
berikut halaman gedung operasional), belanja barang operasional kepada BLU, Belanja dan barang
operasional lainnya yang diperlukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar lainnya .
Total alokasi belanja barang operasional 2023 Grafik 3.9
Sebaran Belanja Operasional pada K/L
di wilayah DIY sebesar Rp604,76 miliar, atau 11,58 Tahun 2023
persen dari total alokasi belanja barang. Alokasi
tersebut meningkat 3,61 persen dibandingkan tahun 34 K/L Dikbudristek
2022 yang sebesar Rp583,68 miliar. Alokasi belanja Lainnya 12%
52%
barang operasional ini tersebar pada 39 K/L di
Provinsi D.I. Yogyakarta dengan alokasi terbesar
pada (i) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset
PUPR
dan teknologi (023) yaitu sebesar Rp71,23 miliar Pertahanan 11%
(11,42 persen), (ii) Kementerian PUPR (033) sebesar 9%
POLRI
11,37 persen, (iii) POLRI (060) sebesar 9,40 persen, 9%
Agama
(iv) Kementerian Pertahanan (012) sebesar 8,77 7%
persen dan (v) Kementerian Agama (025) sebesar
6,60 persen. Sumber : Apilkasi Sintesa (Diakses tgl 20 Feb 2024)

Kinerja penyerapan belanja operasional sampai dengan Semester II 2023 mencapai Rp595,73
miliar atau 98,51 persen dari total alokasi belanja operasional. Penyerapan tersebut tercatat lebih
tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 97,76 persen. Tingginya
tingkat penyerapan belanja barang operasional menunjukkan bahwa satker mampu mengeksekusi
kegiatan operasional sesuai jadwal kegiatan yang telah disusun di awal tahun dan tidak ditemui
kendala yang berarti dalam pelaksanaan kegiatan operasional.

38
Grafik 3.10 Grafik 3.11
Kinerja Belanja Operasional Tahun 2023-2022 Pola Penyerapan Belanja Operasional Per Bulan
(Dalam Rupiah)

Pagu Realisasi
605
596
584
571

Ags
Apr
Feb

Mei

Jul

Sep
Jun
Mar

Nov
Okt
Jan

Des
2023 2022
Sumber : Apilkasi Sintesa (Diakses tgl 20 Feb 2024) Sumber : Apilkasi Sintesa (Diakses Tgl 20 Feb 2024)

Pola penyerapan belanja barang operasional ditahun 2023 relatif stabil pada triwulan I s.d III, namun
cenderung meningkat pada triwulan IV. Hal ini ditengarai karena sebagian besar satker dalam
mengeksekusi kegiatan pemeliharaan Gedung dan bangunan (di luar jasa kebersihan) dilaksanakan
pada triwulan IV.
3.1.2 Permasalahan Struktural
Sampai saat ini, penyelesaian pagu minus masih menjadi isu disetiap akhir tahun anggaran pada
eksekusi Belanja Pegawai. Berdasarkan data pengawasan revisi pada Kanwil DJPb DIY, di tahun
2023 masih terdapat satker-satker dari 6 K/L yang mengajukan revisi pagu minus. Sebagian besar
satker berasal dari satker K/L Kementerian Agama (025), kemudian satker dari K/L Kementerian
Pertahanan (012) , POLRI (060), BPK (004), Kementerian Transmigrasi dan Tenaga Kerja (0260 dan
Badan Pangan Nasional (125). Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pagu minus
tersebut antara lain : (i) Adanya mutasi pegawai yang relatif cepat dan dalam jumlah besar,
termasuk pensiun, (ii) Adanya kenaikan jabatan/pangkat yang menyebabkan kenaikan gaji dan
tunjangan yang melekat pada gaji, (iii) revisi dari kanwil/eselon I satker terkait yang menyebabkan
pagu berkurang.
Sedangkan pada eksekusi Belanja Operasional, selain isu permasalahan SDM yang mengakibatkan
keterlambatan pembayaran belanja, permasalahan pada eksekusi Belanja Operasional yang
cenderung berulang adalah pada beberapa satker K/L tertentu masih enggan menggunakan Kartu
Kredit Pemerintah (KKP) dengan alasan antara lain: (i) keterbatasan merchant yang menyediakan
mesin EDC, (ii) beberapa merchant masih mengenakan surcharge , dan (iii) belum ada arahan untuk
menggunakan KKP (satker lingkup TNI dan Polri).
3.1.3 Rekomendasi Non Regulasi
Satker :
• Dalam rangka penyelesaian pagu minus, satker agar melakukan koordinasi dengan Kantor
Wilayah dan Eselon I K/L terkait dengan revisi anggaran sesuai dengan PMK 62 Tahun 2023.

• Akselerasi belanja operasional mempertimbangkan kebutuhan


• KPA memastikan dan memfasilitasi adanya transfer ilmu antara operator lama dan operator
baru sebelum adanya pergantian, serta berkoordinasi dengan KPPN setempat untuk
permasalahan yang tidak dapat diselesaikan.
• Satker agar secara pro aktif menghubungi bank penerbit KKP apabila terdapat kendala terkait
penggunaan KKP dan penyediaan mesin EDC.

• Satker agar meningkatkan koordinasi dengan Eselon I K/L terkait arahan penggunaan KKP
KPPN/Kanwil DJPb :

• KPPN/Kanwil DJPb melakukan koordinasi dengan satker dan bank penerbit KKP dalam rangka

39
mendorong penggunaan KKP

• KPPN/Kanwil berkoordinasi dengan kantor pusat DJPb untuk mendorong penggunaan KKP pada
K/L
3.1.4 Rekomendasi Terkait Regulasi
Kantor Pusat DJPb :

• Batas waktu pengajuan revisi pagu minus belanja pegawai di tingkat K/L agar ditetapkan di bulan
November.
• Mempertimbangkan Kinerja KKP sebagai komponen perhitungan nilai IKPA.
Kementerian/Lembaga (K/L) :
Agar dipertimbangkan implementasi belanja pegawai secara terpusat (terintegrasi). Dengan system
terpusat, maka data terkait kepegawaian menjadi terpusat dalam satu database, sehingga tidak
terdapat masalah apabila terdapat kenaikan pangkat/jabatan, mutasi pegawai, pension maupun
penambahan pegawai baru.

3.2 Eksekusi Kegiatan Bersifat Infrastruktur & yang Membutuhkan PBJ

3.2.1 Kondisi
Menurut Gregory Mankiw (2003) dalam Teori Ilmu Ekonomi, infrastruktur diartikan sebagai wujud
modal publik (public capital) yang dibangun sebagai investasi yang dilakukan oleh pemerintah.
Secara umum, arti infrastruktur seringkali dikaitkan struktur fasilitas dasar untuk kepentingan
umum. Beberapa contoh infrastruktur dalam bentuk fisik antara lain jalan, jalan tol, stadion,
jembatan, konstruksi bangunan, jaringan listrik, bendungan, dan sebagainya. Dengan demikian
kegiatan bersifat infrastruktur adalah kegiatan yang terkait dengan pengadaan barang/jasa (hanya
sedikit yang dilakukan dengan swakelola), pembangunan infrastruktur fisik untuk mendukung
pelayanan bagi masyarakat dan perekonomian. Sedangkan kegiatan terkait pengadaan barang/jasa
memang tidak selalu dalam rangka pembangunan infrastruktur. Jenis belanja barang untuk
operasional dan non operasional juga banyak yang menggunakan mekanisme pengadaan
barang/jasa.
Alokasi belanja infrastruktur di wilayah D.I. Yogyakarta di tahun 2023 mencapai Rp2,12 triliun
tersebar pada K/L Kementerian PUPR (99,72 persen), Badan SAR Nasional (0,27 persen) dan
Kementerian Perhubungan (0,01 persen). Secara agregat, sampai dengan semester II 2023,
realisasi belanja infrastruktur mencapai Rp2,07 triliun atau 97,74 persen dari total alokasi.
Pada kegiatan bersifat infrastruktur dan yang membutuhkan PBJ, kualitas perencanaan sangat
menentukan kualitas eksekusi nantinya. Melihat karakteristiknya, kegiatan bersifat infrastruktur dan
kegiatan yang membutuhkan PBJ cenderung memiliki tingkat kesulitan dan potensi permasalahan
yang tinggi, dikarenakan : (i) kegiatan berpedoman pada juknis kegiatan yang seringkali terlambat
diterima, (ii) dalam proses PBJ terkait pelaksanaan lelang, adanya potensi sanggah atas penetapan
hasil pemenang lelang yang menyebabkan proses pengadaan semakin panjang, (iii) desain
konstruksi yang memerlukan persetujuan Eselon I, (iv) pekerjaan yang sangat dipengaruhi oleh
cuaca, (v) adanya potensi adendum kontrak di sepanjang masa kontrak, (vi) memerlukan koordinasi
yang baik antar instansi, dan (vii) potensi pekerjaan tidak selesai sampai dengan akhir tahun
anggaran. Oleh karena itu, untuk meminimalisir permasalahan, satker bukan hanya harus didukung
dengan kualitas perencanaan yang baik, personal yang memiliki kompetensi memadai di bidang
teknis dan koordinasi, namun juga di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah.

40
3.2.2 Permasalahan Struktural
Permasalahan pada eksekusi kegiatan Belanja Infrastruktur & yang Membutuhkan PBJ pada
Semester II 2023 antara lain:

1. Keterlambatan penyampaian data kontrak ke KPPN. Sebagaimana tercantum dalam PMK 62


Tahun 2023, data/Perjanjian Kontrak disampaikan kepada KPPN paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah ditandatanganinya perjanjian/kontrak untuk dicatatkan ke dalam Kartu Pengawasan
Kontrak KPPN. Sepanjang tahun 2023, dari hasil monitoring terhadap pengajuan data kontrak
satuan kerja hingga menjelang berakhirnya Tahun Anggaran 2023, terdapat data keterlambatan
pengajuan data kontrak ke KPPN lingkup DIY sebanyak 389 data atau 12,72 persen dari total
kontrak yang didaftarkan (3.057 Kontrak). Untuk akhir tahun anggaran, keterlambatan
pendaftaran kontrak di akhir tahun, mengakibatkan banyaknya surat permintaan dispensasi
pendaftaran kontrak di luar batas waktu. Tercatat sebanyak 16 surat persetujuan/dispensasi
pengajuan data kontrak di luar batas waktu untuk 28 kontrak yang telah diterbitkan Kanwil DJPb
DIY.

2. Keterlambatan penyampaian tagihan dari rekanan yang berdampak pada keterlambatan proses
penyelesaian tagihan, sehingga banyak satker mengajukan dispensasi pengajuan SPM diluar
batas waktu di akhir tahun anggaran. Pada tahun 2023, Kanwil DJPb Provinsi DIY tercatat telah
menerbitkan 59 Surat persetujuan/Dispensasi SPM diluar batas waktu untuk 116 SPM senilai
Rp55,48 miliar. Mayoritas alasan pengajuan surat permohonan oleh satker karena
keterlambatan pengajuan tagihan oleh rekanan.

3. Beberapa satker K/L (Kementerian PUPR dan Kemenristekdikbud) mendapatkan tambahan


alokasi anggaran pada Belanja Modal di triwulan IV, sehingga waktu untuk eksekusi kegiatan
terbatas.
3.2.3 Rekomendasi Non Regulasi
Satker :
▪ Satker agar segera melakukan koordinasi dengan rekanan, sehingga pertanggungjawaban
belanja tidak terhambat.
▪ Satker agar memastikan data dokumen pendukung kontrak sudah lengkap sebelum proses
penandatanganan serta memastikan keakurasian input data identitas supplier pada aplikasi di
satker sehingga saat kontrak sudah ditandatangani bisa segera dilakukan proses pendaftaran di
KPPN.
KPPN :
KPPN agar memberikan edukasi kepada satker, terhadap satuan kerja terutama yang memiliki track
record kurang bagus di tahun tahun sebelumnya dalam pengajuan data kontrak untuk segera
melengkapi dokumen dan menyampaikan data kontrak sebelum 5 Hari Kerja setelah kontrak
ditandatangani.
K/L :
Penambahan pagu anggaran di tengah tahun berjalan agar mempertimbangkan jenis belanja,
kebutuhan proses pengadaan, ketersediaan waktu dan kemampuan satker dalam mengeksekusi
kegiatan tersebut.
3.2.4 Rekomendasi Terkait Regulasi
Tidak terdapat rekomendasi terkait regulasi.

41
3.3 Eksekusi Kegiatan Bersifat Bersifat Bantuan Sosial/Bantuan Pemerintah
3.3.1 Kondisi
Bantuan sosial (bansos) sebagaimana dimaksud dalam PMK Nomor 62 Tahun 2023 diartikan
sebagai pengeluaran berupa transfer uang, barang atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah kepada
masyarakat miskin atau tidak mampu guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya
risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi dan/ atau kesejahteraan masyarakat. Jenis
Bansos antara lain Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), PIP
Kemendikbudristek, PIP Kemenag, serta Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Selain bansos, pemerintah juga melaksanakan program bantuan pemerintah. Sedikit berbeda
dengan bansos, bantuan pemerintah diartikan sebagai bantuan yang tidak memenuhi kriteria
bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah kepada perseorangan, masyarakat, atau lembaga
pemerintah/non pemerintah. Baik bansos maupun bantuan pemerintah merupakan kebijakan yang
bertujuan sebagai upaya untuk mengatasi kerentanan sosial di masyarakat.
Penyaluran bansos oleh K/L di Provinsi D.I. Yogyakarta hanya berupa bantuan pendidikan BIDIK
MISI (on going 2019) dan KIP Kuliah pada K/L Kemenag (Satker UIN Sunan Kalijaga). Di tahun 2023,
alokasi bansos tersebut sebesar Rp19,81 miliar, dan telah terserap 100 persen.
Alokasi Banpem di DIY tahun 2023 tercatat sebesar Rp1,39
Grafik 3.12 Pagu dan realisasi belanja
Banpem 2023 (Miliar Rupiah) trilun yang tersebar pada 10 K/L. Alokasi terbesar terdapat
Pagu Realisasi pada Kementerian PUPR yang mencapai Rp1,34 triliun
(96,68 persen) yang digunakan untuk Pembangunan
Pertanian 30,26 30,00
Gedung Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM,
Dikbudristek 0,40 0,40
Penataan Kawasan UGM dan Kawasan UII Yogyakarta,
PUPR 1.340,91 1.330,55 Pembangunan Rumah Susun Tenaga Pendidik UGM (MYC),
LHK 2,41 2,41 Pembangunan Gedung UNY, dan lain-lain. Alokasi banpem
Kop & UKM 8,17 7,65 terbesar kedua diampu oleh Kementerian Pertanian. Di
ESDM 0,04 0,01 tahun 2023, Kementerian Pertanian mendapat alokasi
Desa & PDTT 0,01 0,01 sebesar Rp30,26 miliar (2,18 persen) yang digunakan untuk
Agama 0,99 0,85 Pengadaan Ternak Sapi Potong, Pengadaan Ternak
Pangan Nas 0,15 0,15 Kambing/ Domba Potong Lokal, Pengadaan Ternak Ayam
BKKBN 3,69 3,69 (26.000 ekor), Pengadaan Sapi Perah, Penyaluran Sarana
0% 50% 100% UPH Tanaman Pangan, Mitigasi dan Adaptasi Dampak
Sumber : Apilkasi Sintesa (Diakses tg 21-02-2024) Perubahan Iklim 20 Ha. Sedangkan 1,14 persen sisanya,
dialokasikan pada BKKBN, Kementerian Agama, Kemendes PDTT, Kemenkop dan UKM,
Kementerian LHK, Kementerian ESDM, Kemendikbudristek dan Badan Pangan Nasional.
Secara agregat, realisasi belanja Banpem sampai dengan akhir tahun 2023 sebesar Rp1,38 triliun
atau 99,18 persen dari total alokasi.
3.3.2 Permasalahan Struktural
Hasil tracking analysis dan indepth interview permasalahan struktural yang berdampak pada
eksekusi kegiatan terkait belanja banper/bansos di wilayah D.I. Yogyakarta pada Semester II 2023
sebagai berikut:
• Tidak ditemukan kendala yang berarti pada penyaluran bansos. Penyaluran bansos oleh K/L di
Provinsi D.I. Yogyakarta hanya berupa bantuan Bantuan Sosial Untuk Perlindungan Sosial Dalam
Bentuk Uang yang diberikan kepada mahasiswa (KIP Kuliah). Penyaluran Bansos dilaksanakan
menyesuaikan kalender Akademik, yaitu pada bulan April/Mei dan bulan September/Oktober.

42
• Kendala terkait penyaluran Banpem berupa Bantuan Hewan Ternak, Pengadaan Disinfektan dan
kegiatan vaksinasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak di K/L Kementerian
Pertanian adalah : (i) Keterlambatan penerbitan Juknis oleh Eselon I pada kegiatan bantuan
disinfektan kepada para peternak, (ii) masih terdapat CPCL (Calon Penerima/Petani/Peternak
Calon Lokasi) yang belum terdaftar dalam SIMLUHTAN (Sistem Informasi Manajemen
Penyuluhan Pertanian) sehingga masih menunggu penentuan CPCL dari pusat, (iii) Serapan
Biaya Operasional Petugas (BOP) vaksinasi PMK rendah karena banyak ternak yang menjadi
target vaksinasi PMK terinfeksi penyakit LSD (Lumpy Skin Desease), sedangkan pada hewan
sakit, hewan yang pernah sakit, dan hewan yang sekandang dengan hewan sakit tidak boleh di
Vaksin, (iv) Terdapat potensi anggaran tidak terserap terkait Banper dikarenakan alokasi
anggaran melebihi kebutuhan sebagai dampak penganggaran dengan tarif seragam pada
pengadaan hewan ternak/unggas.
3.3.3 Rekomendasi Non Regulasi
Satker :
1. Meningkatkan koordinasi dengan K/L agar juknis tidak terlambat dan kegiatan dapat dimulai
segera diawal tahun
2. Aktif melakukan koordinasi dengan Eselon I dalam hal ini Direktorat Perbibitan dan Produksi
Ternak untuk mempercepat turunnya data nama Kelompok Ternak Calon Penerima Bantuan
Pemerintah di lokasi yang telah ditetapkan
3. Satker agar berkoordinasi kepada Eselon I sehubungan dengan kemungkinan tidak terserapnya
BOP vaksinasi PMK.
4. Segera mengajukan usul revisi anggaran untuk mengoptimalisasi alokasi anggaran berpotensi
tidak terserap.
3.3.4 Rekomendasi Terkait Regulasi
• Tidak terdapat rekomendasi terkait regulasi.

3.4 Eksekusi Kegiatan Bersifat Bersifat Pelayanan/Pelaksanaan Tugas Fungsi


3.4.1 Kondisi
Dalam UU nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, khususnya pada pasal 11 ayat (5) dan
dalam keputusan Mahkamah Konstitusi nomor 35/PUU-XI/2013, dinyatakan bahwa belanja
pemerintah pusat dapat diklasifikasikan menjadi per fungsi dan organisasi. Pengklasifikasian
berdasarkan fungsi dibagi menjadi 11 fungsi yang menyangkut beberapa aspek dalam pelayanan
publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ke 11 fungsi tersebut adalah 1) fungsi layanan
publik; 2) fungsi pertahanan; 3) fungsi ketertiban umum dan keselamatan; 4) fungsi ekonomi; 5)
fungsi lingkungan; 6) fungsi perumahan dan fasilitas umum; 7) fungsi pelayanan kesehatan umum;
8) fungsi pariwisata; 9) fungsi keagamaan; 10) fungsi pendidikan publik; dan 11) fungsi
perlindungan sosial dan keadilan. Satker K/L bertugas untuk melaksanakan kegiatan pelayanan dan
menghasilkan output yang meliputi terkait dengan fungsi-fungsi pemerintahan tersebut.
Alokasi belanja terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi serta layanan tersebar pada hampir
seluruh satker K/L. Alokasi tertinggi terdapat pada K/L Kesehatan yang memiliki pagu belanja
terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi serta layanan di atas Rp1 triliun, sebanyak 13,95
persen merupakan K/L dengan pagu antara Rp100 miliar sampai dengan Rp1 triliun, sebanyak 37,21
persen merupakan K/L dengan pagu antara Rp10 miliar sampai dengan Rp100 miliar, dan sebanyak
46,51 persen merupakan K/L dengan pagu di bawah Rp10 miliar.

43
Karakteristik kegiatan yang bersifat pelayanan atau pelaksanaan tugas dan fungsi hampir mirip
dengan kegiatan rutin yang bersifat operasional atau dukungan manajemen, hanya saja stakeholder
yang dilayani adalah pihak eksternal. Tingkat kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan layanan atau
pelaksanaan tugas dan fungsi relatif rendah dikarenakan kegiatan bersifat berulang (kecuali apabila
terjadi perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kerja) dan satker sudah memiliki banyak
pengalaman untuk mengeksekusi kegiatan tersebut.
3.4.2 Permasalahan Struktural
Selama Semester II 2023 permasalahan yang berhasil diidentifikasi sebagai berikut :

• Terdapat realisasi anggaran yang tertunda berkaitan dengan adanya kontrak pengadaan barang
dan jasa yang dibatalkan yang bersumber dari alokasi dana belanja kontijensi (pada satker K/L
Kepolisian Negara RI), Alokasi dana belanja kontijensi yang digunakan sebagai dana
pengamanan dalam rangka pelaksanaan pengamanan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pemilihan umum.
• Pada satker pada K/L KPU, tingginya dinamika perubahan alokasi anggaran dan kegiatan yang
ditentukan oleh unit kerja eselon I dalam rangka pelaksanaan tahapan pemilihan umum,
membutuhkan ekstra effort dari satuan kerja KPU terkait dalam merealisasikan anggaran dan
menyelaraskan kegiatan secara inline dengan unit kerja di atasnya.

• Lambatnya penyerapan anggaran yang bersumber dana PNBP pada satker K/L BPN disebabkan
oleh penerbitan Surat Keputusan Penetapan Hak Atas Tanah Perorangan dan Badan Hukum
yang Sementara proses dan Penetapan target dalam rangka proses penerbitan Surat
Keputusan Penetapan Hak Atas Tanah Perorangan dan Badan Hukum melalui proses yang
panjang dan melibatkan beberapa pihak eksternal, sedangkan alokasi anggaran berdasarkan
capaian realisasi penerbitan surat keputusan.

• Terjadi pada beberapa satker pada K/L tertentu Keterlambatan penyampaian


pertanggungjawaban pengeluaran/ kuitansi dari pelaksana kegiatan kepada bendahara
pengeluaran.
3.4.3 Rekomendasi Non Regulasi
Satker :
• Agar melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Kepolisian Daerah dan Eselon I K/L yang
bersangkutan, dan melakukan revisi anggaran apabila diperlukan sesuai dengan PMK 62 Tahun
2023.

• Agar melakukan koordinasi secara intensif dengan unit kerja di atasnya untuk mendapatkan
informasi lebih dini terkait waktu penggunaan anggaran

• Agar melakukan koordinasi secara intensif dengan unit kerja di atasnya untuk mendapatkan
informasi lebih dini terkait waktu penggunaan anggaran yang bersumber dari PNBP
• Agar melakukan koordinasi yang intensif antara pelaksana kegiatan dengan bendahara
pengeluaran, sehingga pertanggungjawaban belanja tidak terhambat dan operasional satker
dapat berjalan dengan lancar
3.4.4 Rekomendasi Terkait Regulasi
• Tidak terdapat rekomendasi terkait regulasi.

44
3.5 Kekurangan Prasyarat ( Ijin, AMDAL, Dokumen Lain, Ketersediaan Lahan, dan Prasyarat
Lain)
3.5.1 Kondisi
Berdasarkan hasil one on one meeting evaluasi pelaksanaan anggaran tahun 2023, terdapat
program yang sempat terkendala dengan kekurangan prasyarat ( Ijin, AMDAL, Dokumen Lain,
Ketersediaan Lahan, dan Prasyarat Lain) pada K/L Kementeriaan PUPR yaitu pada : (i) Program
Infrastruktur Konektivitas, Kegiatan Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan
Nasional dan (ii) P rogram Ketahanan Sumber Daya Air pada Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan
Sarana Prasarana SDA serta Penanggulangan Darurat Akibat Bencana, kegiatan Pengembangan
Bendungan, Danau, dan Bangunan Penampung Air Lainnya, kegiatan Pengembangan Jaringan Air
Tanah dan Air Baku, Pengembangan Jaringan Irigasi Permukaan, Rawa, dan Non-Padi.
3.5.2 Permasalahan Struktural
Pada kegiatan Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional antara lain:

• Keterlambatan penerbitan loan effective ISDB menyebabkan tertundanya pekerjaan ruas jalan
Kretek - Girijati;

• Terdapat kontrak MYC yang baru ditandatangani 15 September senilai Rp2,67 M terkait dengan
pembangunan jembatan Pandan Simo (ruas JJLS);
• Sulitnya mencari konsultan dikarenakan pekerjaan dilakukan menjelang akhir tahun anggaran
sementara di saat bersamaan kebutuhan jasa ini juga meningkat signifikan.
Pada kegiatan Pembangunan Bendungan Bener yang direncanakan akan selesai di TA 2024, yaitu:
• Volume disposal yang tersedia kurang untuk menampung hasil galian;
• Ada beberapa bidang di area quarry yang belum dibebaskan
Pembangunan Prasarana Jaringan Sumber Daya Air beberapa kendala yang ditemui adalah:
• Masih ada beberapa titik lokasi yang menjadi sengketa peradilan, sedangkan proyek MYC di
jadwalkan selesai Tahun 2024;

• Proses pembebasan tanah yang masih berjalan;


• masih terkendala ketersediaan lahan untuk bangunan bak pengendapan sedimen pada
Pekerjaan Penyediaan Air Baku Berbah Taman Kalasan Pendukung KSPN Borobudur yang
dibangun karena sudah bersertifikat hak milik dan persil;
• Pada pekerjaan air baku banyak trase yang melewati jalan nasional maupun jalan kota sehingga
diperlukan koordinasi tambahan ke banyak stakeholder.
3.5.3 Rekomendasi Non Regulasi
Bagi satker:
1. Melakukan monitoring secara berkala terkait dengan penyelesaian pekerjaan
2. Segera berkoordinasi dengan eselon I, DJA, dan DJPPR terkait dengan Penerbitan Loan
Effective oleh ISDB;
Bagi K/L:
1. Meningkatkan kualitas perencanaan; dan
2. Mempertimbangkan keistimewaan D.I. Yogyakarta khususnya terkait dengan sejarah dan
tanah dengan kreteria tertentu dalam menyusun rencana kegiatan khususannya yang
melibatkan pengadaan lahan.

45
3.5.4 Rekomendasi Terkait Regulasi
• Tidak terdapat rekomendasi terkait regulasi.

3.6 Faktor Luar (Cuaca, Lokasi, Keamanan, Dll)


3.6.1 Kondisi
Gambar 3.2
Musim kemarau di tahun 2023 lebih kering Kekeringan Tanah Dampak Elnino
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini
terjadi karena adanya fenomena El Nino dan
Indian Ocean Dipole (IOD) yang terjadi di
samudra. El Nino adalah fenomena pemanasan
Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi
normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik
bagian tengah. Pemanasan SML ini
meningkatkan potensi pertumbuhan awan di
Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah
hujan di wilayah Indonesia. El Nino memicu
terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah
Indonesia secara umum. Sedangkan Indian Sumber : Google Search

Ocean Dipole (IOD) sendiri didefinisikan sebagai perbedaan suhu permukaan laut antara dua
wilayah, yaitu di Laut Arab (Samudera Hindia bagian barat) dan Samudera Hindia bagian timur di
selatan Indonesia.
El Nino dapat berdampak terhadap sektor pertanian dan kehutanan. Dampak El Nino adalah :
Kekeringan karena penurunan curah hujan, banyaknya penyakit dan hama tanaman, penurunan
jumlah produksi dan kualitas tanaman serta ketidakstabilan harga produk pertanian. Secara parsial,
fenomena El Nino dan IOD berpengaruh pada pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada Program
Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas dan Program Pengelolaan Hutan
Berkelanjutan.
Program Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas merupakan salah satu program
pada Prioritas Nasional (PN 1) : Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang
Berkualitas dan Berkeadilan. Pada tahun 2023 di Wilayah DIY, alokasi program ini sebesar Rp74,46
miliar pada 2 K/L yaitu Kementerian Pertanian (95,79 persen) dan Badan Pangan Nasional (4,21
persen). Secara agregat, sampai dengan akhir Semester II 2023 realisasi belanja program tersebut
mencapai Rp73,84 miliar atau 99,17 persen.
Sedangkan Program Pengelolaan Hutan Berkelanjutan merupakan salah satu program pada
Prioritas Nasional (PN 6) : Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan
Perubahan Iklim. Di tahun 2023 alokasi dana program ini sebesar Rp54,19 miliar dan diampu oleh
Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan. Penyerapan hingga akhir Semester II 2023
mencapai 99,60 persen.
3.6.2 Permasalahan Struktural
Fenomena El Nino berdampak besar pada sejumlah kegiatan diantaranya : (i) Kegiatan Pengelolaan
Produksi Tanaman Serealia Tanaman Pangan, berupa Kawasan Padi dan Kawasan Padi Kaya Gizi
(Biofortifikasi), (ii) Kegiatan Pengelolaan Sistem Perbenihan Tanaman Pangan berupa Benih
sumber padi yang dihasilkan, Sertifikat Benih padi, Area penyaluran benih padi Sertifikat Benih
jagung, Sertifikat Benih kedelai dan Benih sumber kedelai yang dihasilkan, (iii) Kegiatan Rehabilitasi
Hutan berupa Rehabilitasi Hutan dan Lahan secara Vegetatif dan (iv) Pengembangan Perbenihan
Tanaman Hutan berupa Bibit Berkualitas dan Bibit Produktif.

46
Berdasarkan hasil indepht interview dengan satker terkait, permasalahan mendasarkan yang timbul
adalah mundurnya musim tanam terutama pada komoditas padi. Pada perencanaannya awal
musim penghujan tahun 2023 diprediksikan dimulai pada bulan September (mulai musim tanam) ,
namun ternyata sampai dengan bulan Desember curah hujan masih sedikit, sehingga apabila
dipaksakan tanam dengan intensitas curah hujan yg masih sedikit, dikawatirkan bibit-bibit tersebut
mati. Di tahun ini, para petani rata-rata baru tanam atau persiapan menanam padi di Desember
hingga Januari , sehingga panen raya diperkirakan baru terjadi pada akhir bulan April atau Mei.
3.6.3 Rekomendasi Non Regulasi
Satker :

• Mengintensifkan kegiatan pendampingan kepada petani , termasuk edukasi untuk


mengoptimalkan pemanfaatan sumber air di lahan pertanian sudah dibangun pemerintah
seperti embung, dam parit, dan irigasi perpipaan/perpompaan untuk daerah terdampak
(mitigasi bencana).
• Mendorong para petani untuk mengikuti program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
• Meningkatkan koordinasi dengan satker Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
di daerah dalam rangka pemantauan perkembangan iklim dan prediksi curah hujan salah
satunya dengan mengoptimalkan Climate Early Warning System (CEWS).
K/L :

• Mengupayakan penambahan alokasi rehabilitasi jaringan irigasi dan rehabilitasi embung/dam


• Mengupayakan penambahan alokasi Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP)
• Meningkatkan Subsidi Pupuk
3.6.4 Rekomendasi Non Regulasi
Tidak terdapat rekomendasi terkait regulasi.

D. Permasalahan SDM
3.1 Hubungan Kapasitas Organisasi (SDM) dan Pelaksanaan Anggaran
Pengelolaan keuangan negara memiliki keterkaitan yang erat dengan kebutuhan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang terlatih dan memiliki pemahaman yang mendalam
tentang prinsip-prinsip keuangan publik, regulasi keuangan negara, serta keterampilan analitis yang
tinggi sangat penting dalam menjalankan tugas-tugas pengelolaan anggaran, perencanaan
keuangan, dan pelaksanaan belanja pemerintah pusat.
Pengelolaan Sumber Daya Manusia, menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya manusia
dalam organisasi untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas. Dalam konteks pelaksanaan
anggaran, kinerja anggaran dapat ditingkatkan melalui pengembangan kompetensi, motivasi, dan
kepuasan kerja pegawai. Peningkatan kemampuan dan keterampilan pegawai melalui pelatihan dan
pengembangan dapat memperkuat kapasitas organisasi dalam merencanakan,
mengimplementasikan, dan memonitor anggaran secara efektif.
3.1.1 Penjelasan Teori Kapasitas Organisasi (SDM)
Kapasitas Organisasi, berfokus pada kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya. Dalam
konteks anggaran, hal ini menekankan pentingnya memiliki kapasitas organisasi yang memadai,
yang mencakup sumber daya manusia, sumber daya keuangan, proses-proses organisasi, dan
teknologi. Kapasitas ini memungkinkan organisasi untuk merespons secara efektif terhadap
tantangan eksternal dan internal, mengelola sumber daya secara efisien, dan mengelola anggaran
dengan sukses. Pengembangan kapasitas organisasi, termasuk pelatihan SDM, peningkatan proses
manajemen, dan penggunaan teknologi informasi, dianggap kritis dalam meningkatkan kinerja

47
pelaksanaan anggaran.
Dalam hal kepemimpinan, peran penting pemimpin dalam mempengaruhi kapasitas organisasi dan
kinerja anggaran. Pemimpin yang efektif dapat menginspirasi dan memotivasi pegawai,
mengarahkan strategi organisasi, dan menciptakan budaya yang mendukung inovasi dan
akuntabilitas. Dalam konteks pelaksanaan anggaran, kepemimpinan yang baik diperlukan untuk
memastikan bahwa anggaran diarahkan dan dikelola sesuai dengan tujuan organisasi. Pemimpin
yang efektif juga memainkan peran kunci dalam mengkomunikasikan visi, mengatur prioritas, dan
memastikan penggunaan sumber daya yang efisien dan efektif.
Hubungan antara kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kualitas keuangan negara sangatlah
erat dan saling memengaruhi. Kualitas SDM yang terlibat dalam pengelolaan keuangan negara
memiliki dampak signifikan terhadap bagaimana keuangan negara dikelola dan diatur. Ketika SDM
yang terlibat memiliki kualitas tinggi, seperti keahlian yang mendalam dalam bidang keuangan
publik, integritas yang kuat, dan komitmen terhadap etika dalam pengelolaan keuangan, maka
kualitas keuangan negara cenderung meningkat. SDM yang berkualitas tinggi mampu menjalankan
tugas-tugas mereka dengan efisien, mencegah penyalahgunaan dana publik, dan meningkatkan
transparansi serta akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran.
3.1.2 Kondisi Kapasitas Organisasi (SDM) K/L
Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Kementerian/Lembaga seringkali dihadapkan pada
berbagai tantangan yang membuat pengelolaan keuangan negara belum optimal. Kapasitas
Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pengelolaan keuangan negara di Kementerian/Lembaga
menghadapi tantangan yang kompleks dan beragam, yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan negara. Secara umum kondisi
kapasitas SDM di K/L lingkup Kanwil DJPb Provinsi DIY mengalami kondisi sebagai berikut:
1) Keterbatasan Kompetensi dan Keahlian : SDM di beberapa Kementerian/Lembaga mungkin
tidak memiliki kompetensi dan keahlian yang memadai dalam hal pengelolaan keuangan dan
anggaran. Banyak pegawai di Kementerian/Lembaga yang tidak memiliki latar belakang
pendidikan atau kualifikasi yang sesuai untuk peran mereka dalam pengelolaan keuangan.
2) Rendahnya Motivasi dan Kepuasan Kerja : Motivasi dan kepuasan kerja yang rendah dapat
mempengaruhi kinerja pegawai dalam mengelola keuangan negara. Kurangnya sistem insentif
yang efektif dan pengakuan terhadap kinerja individu dapat menurunkan motivasi pegawai
untuk berprestasi lebih baik.
3) Kekurangan SDM : Beberapa Kementerian/Lembaga mengalami kekurangan pegawai yang
memiliki spesialisasi dalam pengelolaan keuangan. Hal ini, terjadi karena alokasi pegawai yang
terbatas serta kesulitan menarik talenta yang berkualitas dan mau menjadi pengelola
keuangan.
4) Masalah Kepemimpinan dan Budaya Organisasi : Kepemimpinan yang lemah dan budaya
organisasi yang tidak mendukung transparansi dan akuntabilitas dapat menghambat inisiatif
untuk meningkatkan pengelolaan keuangan.
5) Resistensi terhadap Perubahan : Dalam beberapa kasus, ada resistensi terhadap perubahan
dari dalam organisasi, yang dapat menghambat upaya untuk meningkatkan praktik
pengelolaan keuangan dan penggunaan teknologi baru.
3.1.3 Kondisi Kapasitas Organisasi (SDM) KPPN/Kanwil DJPb
Kantor Wilayah DJPb Provinsi DIY dan KPPN lingkup Kanwil DJPb Provinsi DIY sering menghadapi
tantangan signifikan terkait dengan kapasitas SDM yang mempengaruhi efektivitas operasional dan
pengelolaan keuangan negara. Tantangan SDM yang dihadapi oleh Kanwil DJPb, khususnya terkait

48
dengan jumlah pegawai yang masih belum mencukupi, variasi dalam pengetahuan, kurangnya
pelatihan, dan banyak pegawai yang menjelang pensiun.
Dalam hal kompetensi, tidak semua pegawai memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sama,
yang dapat menyebabkan inkonsistensi dalam pelaksanaan kebijakan dan prosedur pengelolaan
keuangan. Tanpa pelatihan berkelanjutan, pegawai mungkin tidak memperbarui keterampilan
mereka atau mempelajari best practice baru. Banyaknya pegawai pensiun atau menjelang pensiun
di Kanwil DJPb Provinsi DIY juga memperburuk kekurangan SDM, meninggalkan kekosongan yang
sulit diisi, terutama dalam posisi yang memerlukan pengetahuan spesifik atau keterampilan teknis.

3.1.4 Analisis Permasalahan Metode Fishbone


Untuk mempermudah analisis permsalahan SDM digunakan metode analisis fishbone. Analisis
Fishbone, juga dikenal sebagai diagram Ishikawa atau diagram tulang ikan, adalah alat yang
digunakan untuk mengidentifikasi dan memvisualisasikan berbagai faktor yang dapat
menyebabkan masalah atau permasalahan tertentu. Hasil analisis fishbone selanjutnya dibahas
dalam poin-poin lanjutan di bawah.

3.2 Permasalahan terkait Pergantian Pejabat Perbendaharaan


3.2.1 Kondisi
Berdasarkan hasil analisis banyak K/L di lungkup Kanwil DJPb DIY yang mengalami permasalahan
ketika terjadi permasalahan pergantian pejabat. Banyak kondisi dimana ketika pejabat berganti,
tidak ada proses transfer knowledge baik dari segi pengetahuan maupun transfer status kondisi
pengelolaan keuangan. Spesifik pada satker lingkup TNI dimana ketika terjadi pergantian pejabat,
pengelola keuangan juga ikut berganti menyesuaikan pergantian pejabat tersebut.
3.2.2 Permasalahan
Permasalahan ini mencakup keterlambatan dalam penetapan pejabat perbendaharaan, terutama di
satuan kerja Kementerian Pertahanan (Kemenhan), seperti pada Direktorat Keuangan/Tata Usaha
Pembantu (DK/TP). Pergantian pimpinan atau kepala satuan kerja juga dapat mengakibatkan
pergantian pengelola keuangan, yang mempengaruhi stabilitas dan kontinuitas dalam pengelolaan
keuangan.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab pergantian pejabat perbendaharaan antara lain:
• Faktor Manajemen: Kurangnya perencanaan dan pengawasan terhadap rotasi pejabat.
• Faktor Sumber Daya Manusia: Keterbatasan dalam peningkatan kapasitas dan pelatihan
pegawai baru.
• Faktor Kebijakan: Kebijakan rotasi yang tidak mempertimbangkan stabilitas dan kontinuitas
dalam pengelolaan keuangan.
3.2.3 Rekomendasi (Non Regulasi)
Rekomendasi perbaikan yang dapat dilakukan yaitu perbaikan kebijakan SDM. Mendorong
pembaharuan kebijakan SDM yang memberikan insentif bagi pegawai untuk mengembangkan
kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam pengelolaan keuangan. Misalnya,
memberikan insentif tambahan bagi mereka yang memperoleh sertifikasi atau menyelesaikan
pelatihan tertentu.
3.2.4 Rekomendasi Terkait Regulasi
Dari sisi regulasi atau peraturan mengenai pengelolaan keuangan, berikut adalah beberapa
rekomendasi perbaikan yang dapat dilakukan yaitu penyempurnaan kebijakan rotasi
pejabat.Menerapkan kebijakan rotasi pejabat yang lebih terukur dan terarah, dengan
mempertimbangkan stabilitas dan kontinuitas dalam pengelolaan keuangan. Kebijakan ini harus

49
memperhatikan pemilihan pejabat yang memiliki kompetensi dan pengalaman yang relevan dalam
bidang keuangan.
3.3 Permasalahan terkait Kapasitas Pengetahuan SDM
3.3.1 Kondisi
Kapasitas skill pegawai menjadi salah satu hal yang menjadi permasalahan di banyak K/L.
Perbedaan kemampuan dan kurangnya pegawai yang memiliki pengetahuan mengenai pengelolaan
keuangan menjadi salah satu hal yang menghambat efektivitas dan efiensi pengelolaan keuangan.
3.3.2 Permasalahan
Permasalahan terkait dengan kapasitas pengetahuan SDM menyoroti kekurangan pelatihan dan
pendidikan yang memadai dalam pengelolaan keuangan. Seringnya pengelolaan keuangan
diserahkan kepada pegawai baru/honorer dengan pengetahuan yang belum memadai dapat
mengakibatkan ketidakpastian dan risiko dalam pengelolaan keuangan.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kurangnya kapasitas pengetahuan SDM antara lain:
• Faktor Pendidikan: Kurangnya pelatihan dan pendidikan yang memadai dalam pengelolaan
keuangan.
• Faktor Organisasi: Kebijakan yang tidak mendorong atau memfasilitasi pengembangan
keterampilan dan pengetahuan.
• Faktor Budaya Organisasi: Kurangnya budaya pembelajaran dan berbagi pengetahuan di antara
pegawai.
3.3.3 Rekomendasi (Non Regulasi)
1) Peningkatan Pelatihan dan Pendidikan:
Menyediakan pelatihan dan pendidikan yang lebih intensif dan berkelanjutan bagi SDM yang terlibat
dalam pengelolaan keuangan negara. Pelatihan tersebut harus mencakup pemahaman yang
mendalam tentang kebijakan, prosedur, dan aplikasi yang digunakan dalam pengelolaan keuangan.
2) Pengembangan Knowledge Base:
Membangun dan memanfaatkan Knowledge Base System yang memungkinkan SDM untuk berbagi
informasi, pengalaman, dan praktik terbaik dalam pengelolaan keuangan. Sistem ini dapat berupa
knowledge database, forum diskusi online, atau platform kolaborasi lainnya.
3.3.4 Rekomendasi Terkait Regulasi
Menyediakan panduan dan pedoman yang jelas dan mudah dimengerti tentang tata cara
pengelolaan keuangan negara. Panduan ini harus mencakup langkah-langkah praktis dan contoh-
contoh kasus untuk membantu SDM dalam menjalankan tugasnya dengan benar dan efisien.
3.4 Permasalahan terkait SDM Bersertifikat
3.4.1 Kondisi
Beberapa satker di satuan kerja mengalami kondisi dimana jumlah SDM pengelola keuangan yang
tersertifikasi terbatas. Hal ini berakibat pada menumpuknya beban kerja dan juga proses regenerasi
SDM. Sedangkan untuk mendapatkan sertifikasi memerlukan prosedur dan waktu sehingga
ketersediaan SDM yang tersertifikasi dalam beberapa waktu kedepan sangat tergantung dari jadwal
pelatihan dan ujian dari KPPN.
3.4.2 Permasalahan
Permasalahan ini berkaitan dengan sertifikasi kompetensi SDM dalam pengelolaan keuangan
satuan kerja. Batasan jumlah dan waktu pelaksanaan uji kompetensi yang kaku menjadi

50
penghambat bagi satuan kerja yang memerlukan SDM dengan sertifikasi yang diperlukan.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya jumlah SDM yang bersertifikat antara lain:
• Faktor Regulasi: Persyaratan yang kaku dan sulit untuk mendapatkan sertifikasi kompetensi.
• Faktor Akses: Kurangnya akses terhadap program sertifikasi atau pelatihan yang diperlukan.
• Faktor Motivasi: Kurangnya insentif atau penghargaan untuk memperoleh sertifikasi.
3.4.3 Rekomendasi Terkait Regulasi
Mengatur persyaratan sertifikasi kompetensi dan pelatihan dengan lebih fleksibel, agar
memungkinkan SDM untuk memperoleh kualifikasi yang diperlukan tanpa terkendala oleh batasan-
batasan yang kaku. Ini dapat membantu dalam meningkatkan jumlah SDM yang bersertifikat dan
memiliki keterampilan yang relevan.
3.5 Permasalahan terkait Pemahaman Aplikasi
3.5.1 Kondisi
Penggunaan teknologi yang semakin massif dalam pengelolaan keuangan negara mendorong SDM
K/L untuk dapat mengoperasikan aplikasi dengan lancar. Namun, tidak semua SDM di K/L paham
dalam pengoperasian aplikasi. Banyak diantara mereka yang belum pernah mendapatkan pelatihan
penggunaan aplikasi. Pada beberapa satker juga menyampaikan bahwa alur aplikasi yang terlalu
Panjang menyulitkan mereka dalam mengoperasikan aplikasi.
3.5.2 Permasalahan
Kurangnya pemahaman mengenai penggunaan aplikasi dalam pengelolaan keuangan juga
merupakan permasalahan yang signifikan. Alur aplikasi yang rumit dan kurangnya pemahaman
mengenai penggunaan aplikasi secara efektif dapat menghambat efisiensi dan akurasi dalam
pelaksanaan kegiatan keuangan.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kurangnya pemahaman mengenai aplikasi antara lain desain
aplikasi yang kompleks atau kurang user-friendly dan kurangnya pelatihan atau bimbingan dalam
penggunaan aplikasi.
3.5.3 Rekomendasi (Non Regulasi)
Memastikan SDM memiliki akses dan pemahaman yang cukup terhadap teknologi informasi yang
digunakan dalam pengelolaan keuangan. Selain itu, memastikan bahwa sistem dan aplikasi yang
digunakan user-friendly dan mendukung efisiensi dalam pekerjaan sehari-hari.
3.5.4 Rekomendasi Terkait Regulasi
Menyederhanakan prosedur administrasi dan penggunaan aplikasi dalam pengelolaan keuangan,
agar lebih mudah dipahami dan diakses oleh SDM yang terlibat. Hal ini dapat mengurangi
kemungkinan kesalahan dan meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan tugas keuangan.
3.6 Permasalahan terkait Komitmen SDM
3.6.1 Kondisi
Komitmen SDM sangat penting dalam efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan negara.
Namun, pada beberapa satker, khususnya satker DK/TP banyak diantara mereka yang tidak
memiliki komitmen dalam pelaksanaan anggaran dikarenakan lebih mementingkan anggaran yang
berasal dari APBD dikarenakan TPP sangat tergantung dari capaian pagu anggaran APBD. Hal ini
berakibat pada kurang diperhatikannya pelaksanaan anggaran dari sumber dana APBN.
3.6.2 Permasalahan
Permasalahan ini mencakup kurangnya komitmen SDM pengelola dana, terutama di DK/TP, yang

51
dapat mengganggu pelaksanaan anggaran APBN dan mengurangi efektivitas pengelolaan
keuangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya komitmen SDM antara lain:
• Faktor Motivasi: Kurangnya insentif atau motivasi bagi SDM untuk melaksanakan tugas dengan
penuh dedikasi.
• Faktor Budaya Organisasi: Budaya kerja yang tidak mendukung atau memperkuat komitmen dan
tanggung jawab.
• Faktor Keseimbangan Kerja: Beban kerja yang berlebihan atau kurangnya keseimbangan antara
pekerjaan dan kehidupan pribadi.
3.6.3 Rekomendasi (Non Regulasi)
Mendorong keterlibatan aktif SDM dalam proses pengambilan keputusan terkait pengelolaan
keuangan negara. Hal ini dapat dilakukan melalui forum partisipatif, survei kepuasan pegawai, atau
mekanisme umpan balik yang terbuka.
3.6.4 Rekomendasi Terkait Regulasi
Dari sisi regulasi atau peraturan mengenai pengelolaan keuangan, berikut adalah beberapa
rekomendasi perbaikan yang dapat dilakukan yaitu:
1) Penguatan Penegakan Aturan dan Standar:
Memperkuat penegakan aturan dan standar dalam pengelolaan keuangan negara, termasuk dalam
hal transparansi, akuntabilitas, dan integritas. Ini termasuk penerapan sanksi yang tegas terhadap
pelanggaran aturan serta pemberian penghargaan bagi mereka yang mematuhi aturan dengan baik.
2) Pemberdayaan Badan Pengawas:
Memberikan dukungan yang lebih besar kepada badan pengawas atau lembaga audit independen
dalam mengawasi dan mengevaluasi pengelolaan keuangan negara.
3) Penguatan Sistem Pelaporan dan Evaluasi:
Memperkuat sistem pelaporan dan evaluasi kinerja dalam pengelolaan keuangan negara, sehingga
memungkinkan pemantauan yang lebih efektif terhadap pengelolaan keuangan dan memberikan
dasar yang lebih kuat untuk pengambilan keputusan yang tepat.
3.7 Permasalahan terkait Komunikasi Antar SDM Pengelola Keuangan
3.7.1 Kondisi
Beberapa K/L memiliki tim pengelola keuangan yang terpisah-pisah unit/bagian terkait dengan
perencaaan, pelaksanaan dan pelaporan. Hal ini menyebabkan komunikasi antar pengelola
keuangan menjadi tidak efektif sehingga menyebabkan siklus pengelolaan keuangan tidak sinkron
satu sama lain.
3.7.2 Permasalahan
Kurangnya komunikasi antar SDM pengelola keuangan, baik dari tingkat perencanaan hingga
pelaporan, juga menjadi permasalahan yang signifikan. Kurangnya koordinasi dan kolaborasi antar
unit atau satuan kerja dapat mengakibatkan kurangnya keselarasan dan efisiensi dalam
pengelolaan keuangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya komunikasi antar SDM antara lain:
• Faktor Struktur Organisasi: Struktur organisasi yang kompleks atau terfragmentasi.
• Faktor Komunikasi: Kurangnya saluran komunikasi yang efektif antara unit atau satuan kerja.
• Faktor Budaya Organisasi: Kurangnya budaya kolaborasi dan koordinasi antar tim atau

52
departemen.
3.7.3 Rekomendasi (Non Regulasi)
1) Pengembangan Budaya Organisasi yang Mendukung:
Membangun budaya organisasi yang mendorong pembelajaran, kolaborasi, dan inovasi dalam
pengelolaan keuangan. Hal ini melibatkan pembentukan norma-norma dan nilai-nilai yang
menekankan pentingnya kualitas, akuntabilitas, dan integritas dalam setiap aspek pekerjaan.
2) Peningkatan Pengawasan dan Evaluasi:
Memperkuat mekanisme pengawasan dan evaluasi kinerja SDM dalam pengelolaan keuangan. Hal
ini melibatkan penetapan indikator kinerja yang jelas, pelaporan berkala, dan tindak lanjut terhadap
hasil evaluasi untuk memastikan perbaikan berkelanjutan.
3.8 Kesimpulan Analisis
Berdasarkan analisis Fishbone yang telah dilakukan terhadap permasalahan-permasalahan SDM
dalam pengelolaan keuangan negara di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1) Permasalahan dalam pengelolaan keuangan negara melibatkan berbagai faktor yang kompleks,
termasuk faktor manajemen, sumber daya manusia, kebijakan, teknologi, dan budaya organisasi.
2) Faktor-faktor yang ditemukan dalam analisis Fishbone saling terkait dan saling memengaruhi.
3) Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, diperlukan tindakan terpadu yang
mencakup berbagai aspek, termasuk perubahan kebijakan, peningkatan kapasitas SDM,
pengembangan teknologi informasi, dan pembentukan budaya organisasi yang mendukung.
4) Implementasi solusi-solusi yang diusulkan perlu didukung oleh mekanisme pemantauan dan
evaluasi yang efektif.
5) Pentingnya partisipasi dan keterlibatan berbagai pihak terkait, termasuk pemerintah, lembaga
swadaya masyarakat, sektor swasta, dan masyarakat umum, dalam mengatasi permasalahan
dalam pengelolaan keuangan negara.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan upaya yang berkelanjutan untuk meningkatkan
kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan yang berkualitas, serta menerapkan sistem
penghargaan dan insentif yang memadai. Selain itu, penting untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara melalui penerapan praktik terbaik dan penguatan
lembaga pengawasan serta audit. Upaya kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan
masyarakat sipil juga dapat berperan dalam meningkatkan efisiensi dan integritas pengelolaan
keuangan negara serta pembangunan sumber daya manusia yang berkelanjutan.
Selain itu, perlu juga diperhatikan faktor-faktor motivasi dan insentif bagi SDM yang terlibat.
Penghargaan yang tepat, kompensasi yang adil, dan peluang pengembangan karir yang jelas dapat
membantu meningkatkan motivasi dan keterlibatan SDM dalam menjalankan tugas-tugas mereka
dengan baik. Dengan memperkuat hubungan antara kualitas SDM dan kualitas keuangan negara,
pemerintah dapat meningkatkan efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan publik, yang pada akhirnya akan mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
dan inklusif.
Dengan menerapkan rekomendasi-rekomendasi baik perbaikan dari sisi regulasi atau peraturan
seperti yang disebutkan di atas maupun perbaikan dari sisi non regulasi, diharapkan pengelolaan
SDM dalam pengelolaan keuangan negara dapat ditingkatkan secara signifikan, yang pada
gilirannya akan membawa manfaat bagi efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan secara
keseluruhan, sehingga dapat mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan.

53
RPA SEMESTER II TAHUN 2023

Underpass Bandara YIA - Kulon Progo


Foto: Humas Kanwil DJPb DIY

BAB IV

Evaluasi Akhir Tahun 2023 dan


Rencana Pengawalan Belanja 2024
EVALUASI AKHIR TAHUN DAN
04 RENCANA PENGAWALAN BELANJA 2024

4.1. Langkah-Langkah Akhir Tahun 2023


4.1.1. Pengaturan LLAT 2023
Langkah-langkah akhir tahun 2023 diatur dalam Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Nomor PER-10/PB/2023 tentang Langkah-langkah Dalam Menghadapi Akhir Tahun 2023 menjadi
pedoman bagi seluruh K/L dalam pelaksanaan anggaran di akhir tahun 2023. Secara garis besar
Perdirjen ini mengatur Penerimaan Negara, Pengeluaran Negara dan Akuntansi Pelaporan atas
pelaksanaan anggaran Tahun 2023. Terkait Pengeluaran Negara diatur rencana penarikan dana
dan menyusun rencana penarikan dana harian untuk semua transaksi dengan pemutakhiran jatuh
tempo RPD harian menjadi 2 hari kerja; pengaturan pendaftaran data kontrak; pengaturan
pengajuan SPM; pengaturan penyelesaian pekerjaan atas penyampaian SPM melalui RPATA;
pengaturan pembayaran biaya pemeliharaan (retensi); penyelesaian retur; dan pengaturan
persetujuan pengajuan data kontrak/perubahan data kontrak dan/ atau SPM di luar batas waktu.
Selain itu juga diatur Penyelesaian UP/TUP, SP3B BLU, Hibah Langsung dan Pengesahan Belanja
Modal Tanah.
Dari hasil pemantauan implementasi langkah-langkah akhir tahun telah dilaksanakan dengan baik
walaupun masih dijumpai beberapa kendala, diantaranya ketidakpatuhan satker memedomani
batas waktu penyampaian SPM dan Kontrak; masih kurangnya pemahaman satker terhadap
penggunaan RPATA; dan kurangnya pemahaman satker akan pengadministrasian hibah.
4.1.2. Evaluasi pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2023
4.1.2.1. Peningkatan Kinerja APBN 2023
Kinerja APBN Tahun 2023 menunjukkan peningkatan dari tahun 2022, baik dari sisi Pendapatan
Negara dan Belanja Negara. Kinerja Pendapatan Negara s.d 31 Desember 2023 sebesar
Rp9.128,28 miliar atau 103,63 persen dari pagu, tumbuh positif 5,37 persen (yoy), didorong oleh
pemulihan aktivitas ekonomi masyarakat yang menguat serta dampak reformasi perpajakan.
Penerimaan Perpajakan tumbuh hingga 12,55 persen dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi
masyarakat, penyesuaian tarif PPN serta pemberlakuan PMK-59 tahun 2022 pada sektor
adminsitrasi pemerintahan. Penerimaan PNBP terkontraksi 8,81 persen dipengaruhi oleh
penurunan realisasi Pendapatan BLU khususnya pendapatan jasa pelayanan Pendidikan yang
disebabkan beralihnya status Satker BLU pendidikan menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN).
Kinerja Belanja Negara sebesar Rp 22.858,79 miliar atau sebesar 98,33 persen dari pagu dan
tumbuh 6,47 persen. Seluruh komponen Belanja Negara mengalami pertumbuhan positif. Belanja
Pemerintah Pusat (BPP) tumbuh 6,36 persen ditopang oleh kinerja Belanja Barang tumbuh
signifikan dipengaruhi oleh realisasi belanja barang untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda,
belanja barang operasional dan belanja perjalanan dinas dalam negeri. Transfer Ke Daerah dan
Dana Desa tumbuh positif 6,59 persen. Seluruh komponen TKD mengalami pertumbuhan positif
kecuali DAK Fisik terkontraksi karena adanya penurunan alokasi DAK Fisik Tahun 2023 sebesar
38,97 persen.
Realisasi Belanja APBN tahun 2023 regional Yogyakarta yang ter-tagging untuk penanganan inflasi
memiliki realisasi sebesar Rp2.204 miliar atau 92,35 persen dari pagu sebesar Rp2.386 miliar,
untuk penangan stunting memiliki realisasi sebesar Rp63,68 miliar atau 93,33 persen dari pagu
sebesar Rp68,23 miliar, untuk penanganan kemiskinan memiliki realisasi sebesar Rp928,52 miliar

54
atau 97,30 persen dari pagu sebesar Rp954,26 miliar, sedangkan yang digunakan untuk investasi
memiliki realisasi sebesar Rp0,88 miliar atau 91,98 persen dari pagu sebesar Rp0,96 miliar.
Realisasi belanja berdasarkan fungsinya selama tahun 2023, untuk infrastruktur terealisasi
sebesar Rp3.686 miliar atau 98,31persen dari pagu sebesar Rp3.749,70 miliar, untuk fungsi
Kesehatan terealisasi Rp1.684,24 miliar atau 95,99 persen dari pagu sebesar Rp1.754,48 miliar,
untuk fungsi Pendidikan terealisasi sebesar Rp2.918,90 miliar atau 96,67 persen dari pagu sebesar
Rp3.019,47 miliar, untuk fungsi hukum dan hankam terealisasi sebesar Rp2.883,98 miliar atau
99,30 persen dari pagu sebesar Rp2.904,33 miliar, sedangkan untuk fungsi ketahanan pangan
sebesar Rp158,98 miliar atau 99,10 persen dari pagu sebesar Rp160,43 miliar.
4.1.2.2. Permintaan dispensasi keterlambatan penyampaian SPM dan Kontrak pada akhir tahun
anggaran 2023 yang cukup tinggi
Pada akhir tahun 2023 terjadi peningkatan jumlah Kontrak dan SPM yang diajukan diluar batas
waktu dengan intensitas yang cukup tinggi. Berdasarkan data pada aplikasi sintesa jumlah total
59 SPM, dengan rincian dispensasi Kanwil sebesar 58 dan dispensasi Dit. PA sebesar 1 SPM.
Sementara untuk dispensasi kontrak sebesar 16 dispensasi.
4.1.2.3. Capaian IKPA tahun 2023 Kanwil mencapai 95,06 (sangat baik)
Dari 8 indikator IKPA, empat indikator berada pada kriteria “Sangat Baik”, sementara dua indikator
dalam kategori “Baik” yaitu Penyerapan Anggaran (94,41) dan Belanja Kontraktual (89,73), dua
dalam kategori “Cukup” yaitu Deviasi Halaman III DIPA (83,66) dan Dispensasi SPM (85,00).
4.1.2.4. Penggunaan KKP sebagai fasilitas atau kemudahan yang diberikan pemerintah dalam
pelaksanaan belanja APBN yang belum optimal
Satuan kerja yang telah memiliki KKP di wilayah DIY mencapai 193 satker dari 251 satker yang
wajib KKP (76,89 persen). Sementara satker yang menggunakan KKP Domestik mencapai 100 dari
193 satker (51,81 persen). Untuk satker pengguna KKP non domestik hanya terdapat 9 satker.
Sedangkan penggunaan KKP lebih banyak untuk belanja barang terutama pembayaran belanja
operasional dan perjalanan dinas.
4.1.2.5. Pengajuan Revisi DIPA sepanjang Tahun 2023 yang cukup tinggi
Pengajuan Revisi DIPA sepanjang Tahun 2023 total terdapat 3.686 pengesahan revisi kewenangan
Kanwil DJPb DIY yang tersebar di seluruh. Porsi terbesar sejumlah 3.247 (88,1 persen) merupakan
revisi administrasi berupa penyesuaian halaman III DIPA. Revisi yang dilakukan satker
menunjukkan bahwa satuan kerja belum cukup konsisten untuk menjadikan halaman III DIPA
sebagai acuan pelaksanaan kegiatan, yang tercermin pada belum optimalnya nilai indikator Deviasi
halaman III DIPA.

4.1.2.6. Penerimaan PNBP tahun 2023 melebihi target secara nominal


Realisasi penerimaan PNBP tahun 2023 secara nominal melebihi target, namun demikian secara
prosentase terkontraksi 10,98 persen dibandingkan tahun 2022. Pada tahun 2023 terdapat 3
satker dengan realisasi belanja melebihi MP PNBPnya yaitu Satker Pusat Pengembangan Sumber
Daya Menuasia Regional di Yogyakarta (027114), Kanwil Kementerian Agama DIY (417602) dan
Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta (677642).
Tabel 4.1.
Kinerja PNBP Di Wilayah DIY Tahun 2023 (Dalam Miliar)
Jumlah Penerimaan PNBP Belanja PNBP
Uraian
Satker Target Realisasi %Realisasi Pagu Realisasi %Realisasi
Satker PNBP Terpusat 55 121,23 451,61 372,52 166,31 159,69 96,02
Satker PNBP Tidak Terpusat 23 144,79 172,72 119,29 136,31 127 93,17
Total 78 266,02 624,33 234,69 302,62 286,69 94,74

55
4.1.2.7. Kanwil DJPb membina 6 BLU dengan pagu yang dikelola sebesar Rp1,93 Triliun
Kanwil DJPb Provinsi DIY membina 6 BLU, 3 BLU dengan cluster Pendidikan (UPN, UIN, dan
Poltekes), dan 3 BLU cluster Kesehatan (RS dr. Sardjito, RSPAU Hardjolukito dan RS. Bhayangkara),
dengan total pagu yang dikelola sebesar Rp1,93 triliun. RS. Dr. Sardjito merupakan BLU yang
mempunyai tingkat maturity paling tinggi yaitu sebesar 4,05 (Predictable) dimana dalam level ini RS.
Dr. Sardjito telah mampu mendefiisikan, mengendalikan dan memprediksi proses untuk menjaga
kualitas layanan maupun output yang diberikan kepada publik. Sementara untuk 5 BLU yang lainnya
masih perlu didorong untuk meningkatkan capaian maturity ratingnya.
4.1.2.8. Penyelesaian pembayaran pada akhir TA menggunakan mekanisme RPATA
Mekanisme RPATA menjadi salah satu solusi penyelesaian pembayaran pada akhir tahun 2023. Di
wilayah DIY terdapat 139 kontrak dengan nilai SP2D sebesar Rp228,01 miliar yang menggunakan
mekanisme RPATA yang tersebar di beberapa satker pada beberapa K/L. Sampai dengan tanggal
22 Januari 2023 terdapat 122 SP2D Pembayaran RPATA sebesar Rp.206,13 miliar dan 9 SP2D
Penihilan RPATA sebesar Rp8,32 miliar. Sehingga menyisakan 8 kontrak dengan nilai sebesar
Rp13,56 miliar yang masih dalam proses penyelesaian. Hasil monitoring per tanggal 23 Februari
2023 terkonfirmasi masih terdapat 2 satker, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi DIY
(1 kontrak, diberi kesempatan sd akhir Maret 2023) dan satker Sekolah Tinggi Multi Media
Yogyakarta (MMTC) (3 kontrak, diberi kesempatan 26 Februari 2024).
4.1.2.9. Permohonan Register Hibah Langsung Dalam Negeri
Sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2023 terdapat 84 register Hibah Langsung di kanwil DJPb
DIY yang terdiri dari Hibah Langsung Barang sebanyak 30 register dengan nilai Rp23,82 miliar dan
54 register Hibah Langsung Uang dengan nilai Rp256,19 miliar. Sementara hibah uang, terdapat 10
register hibah langsung kepada satker KPU dan Bawaslu untuk Pilkada belum melakukan revisi
penambahan pagu sumber dana hibah karena menunggu tahapan Pilkada dimulai.
4.1.2.10. Penyaluran Bantuan Sosial di Wilayah D.I. Yogyakarta
Realisasi penyaluran bantuan sosial pada tahun 2023 yang disalurkan langsung oleh K/L
(Kemensos, Kemenakertrans) di Jakarta untuk wilayah DIY senilai Rp1,54 triliun yang terdiri dari
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) sebesar Rp888,96 miliar kepada 2.222.402 penerima, Program
Keluarga Harapan (PKH) sebesar Rp600,38 miliar kepada 963,925 penerima, POS Sembako sebesar
Rp49,72 miliar kepada 91.551 penerima, dan Program Prakerja sebesar Rp53,63 miliar kepada
12.768 penerima. Jumlah penerima merupakan total jumlah penerima yang sifatnya dapat berulang
untuk masing-masing penerima dan beberapa periode untuk masing-masing jenis bantuan.
4.1.2.11. Kanwil DJPB Provinsi D.I. Yogyakarta telah aktif melaksanakan peran dalam TREFA
Kanwil DJPB Prov. DI. Yogyakarta telah aktif melaksanakan peran dalam TREFA (Treasurer
Regional Chief Economist dan Financial Advisor). Sebagai representasi pemerintah pusat di daerah,
Kanwil DJPb Prov. D.I. Yogyakarta melaksanakan peran TREFA melalui Pelaksanaan ALCo, aktif
dalam keanggotaan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), aktif dalam keanggotaan Tim Percepatan
Akses Keuangan Daerah (TPAKD), aktif dalam High Level Meeting, aktif dalam forum diskusi
bersama Pemda membahas peluang investasi daerah dan berbagai aktivitas di regional Yogyakarta.

4.2. Permasalahan
4.2.1. Permasalahan Akhir Tahun
Permasalahan akhir tahun yang dihadapi dalam pelaksanaan anggaran sebagai berikut :
a. Menurunnya pendapatan negara yang bersumber dari PNBP sebesar 10,98 persen dikarenakan
beralihnya status Satker BLU pendidikan menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN).

56
b. Masih rendahnya komitmen dan kesungguhan satker untuk menyampaikan SPM dan
pendaftaran kontrak tepat waktu sesuai dengan jadwal yg ditetapkan dalam LLAT. Kurangnya
koordinasi/komunikasi antara satker dengan penyedia barang/jasa terkait dengan pemenuhan
dokumen sebagai syarat pengajuan SPM.
c. Belum optimalnya capaian IKPA Satuan Kerja di Wilayah DIY, dimana indikator Deviasi halaman
III DIPA dan dispensasi SPM merupakan indikator dengan katagori capaian cukup (75≤ nilai
IKPA < 89).
d. Penggunaan KKP masih terdapat permasalahan sebagai berikut: (i) masih terdapat K/L atau
eselon I yang belum mewajibkan satker di lingkup kerjanya untuk menggunakan KPP sebagai
alternatif pembayaran, (ii) masih ada satker yang merasa tidak nyaman dengan penggunaan
KKP dikarenakan jejak digital dari transaksi lebih akuntabel, (iii) faktor kebiasaan para pejabat
perbendaharaan yang belum terbiasa menggunakan kartu kredit sehingga ada kekuatiran
terjadi kendala atau kesalahan dalam penggunaan KKP, (iv) vendor/ rekanan satker belum
memiliki mesin EDC yang dapat digunakan untuk menerima pembayaran KKP, (v) masih ada
pihak yang memungut biaya administrasi KKP sehingga membuat satker enggan untuk
menggunakan KKP, (vi) Satker tidak dapat memantau penggunaan KKP secara real time.
e. Besarnya porsi revisi DIPA pada revisi administrasi berupa deviasi halaman III DIPA yang
disebabkan: (i) belum semua satker merencanakan kegiatan secara triwulanan melalui
halaman III DIPA; (ii) Satker belum menggunakan halaman III DIPA sebagai acuan pelaksanaan
kegiatan; (iii) masih kurangnya pemahaman satker terkait pengaturan pelaksanaan revisi DIPA.
f. Beberapa satker PNBP realisasi belanja melebihi MP yang diijinkan, hal ini dimungkinkan terjadi
karena nilai pagu belanja PNBP pada aplikasi sakti berdasarkan target penerimaan PNBP bukan
berdasarkan penerimaan riil PNBP.
g. Terdapat 5 Satker BLU (UPN, UIN, Poltekes, RSPAU Hardjolukito dan RS Bhayangkara) masih
perlu ditingkatkan capaian nilai MATRAT-nya. 3 Satker BLU masih pada level initial/ad-hoc pada
aspek inovasi dan 2 satker BLU yang masih pada level initial/adhoc pada aspek lingkungan.
h. Penyelesaian pembayaran menggunakan mekanisme RPATA, sampai dengan 31 Januari 2023
masih 2 satker belum melakukan pembayaran/penihilan atas kontrak menggunakan RPATA.
i. Masih ada satker yang belum melaksanakan administrasi hibah secara tertib, tidak segera
melaksanakan revisi penambahan pagu setelah menerima hibah uang.

4.3. Rekomendasi dan Pembelajaran Terkait Akhir Tahun Anggaran 2023


4.3.1. Rekomendasi Terkait Regulasi
Usulan rekomendasi terkait regulasi untuk penyelesaian masalah pelaksanaan anggaran pada akhir
Tahun Anggaran disampaikan sebagai berikut:
a. Terhadap tingginya permohonan dispensasi atas keterlambatan pengajuan SPM dan Kontrak
pada akhir tahun anggaran agar mempertimbangkan pengaturan/kebijakan pemberian
dispensasi lebih selektif, agar dapat memberikan efek jera yang konstruktif bagi satker, eselon
I dan K/L untuk lebih disiplin dalam pelaksanaan anggaran.
b. Optimalisasi capaian IKPA yang dapat mengakomodir seluruh karakteristik satker melalui
penyesuaian formulasi IKPA khususnya dalam hal Deviasi Halaman III DIPA, sebagai contoh
karakteristik pada satker lingkup Kementerian yang sangat berbeda dengan satker lain.
c. Optimalisasi penggunaan KKP dapat tercapai perlu adanya penegasan bagi K/L hingga level
satker yang wajib KKP agar segera mengajukan penggunaan KKP dan aktif menggunakan KKP
dengan pilihan KKP domestik atau non domestik sesuai kebutuhan.

57
4.3.2. Rekomendasi Non Regulasi
Rekomendasi non regulasi terhadap permasalan akhir tahun 2023 sebagai berikut:
a. Penurunan Penerimaan PNBP pada satker BLU dapat dilakukan melalui optimalisasi PNBP
melalui peningkatan layanan kepada masyarakat.
b. Kurang patuhnya satker dalam mentaati ketentuan penyampaian SPM dan Kontrak pada akhir
tahun dapat diatasi melalui: (i) peningkatan komitmen satker dan rekanan dalam mematuhi
ketentuan penyampaian tagihan; (ii) membentuk forum komunikasi dengan satuan kerja
sebagai sarana menyampaikan informasi terkait batas waktu penyampaian SPM dan Kontrak,
peraturan dan informasi lainnya; (iii) mendorong satker meningkatkan koordinasi antara
penyedia barang/jasa, pengelola keuangan dan pelaksana teknis.
c. Terhadap belum optimalnya capaian IKPA satuan kerja terutama pada indikator deviasi
halaman III DIPA dan dispensasi SPM dapat dilakukan upaya sebagai berikut: (i) mendorong
satker untuk merencanakan belanja lebih akurat dan disiplin melaksanakan yang direncanakan
sebagaimana tercantum pada Halaman III DIPA; (ii) mendorong satker untuk memedomani
Halaman III DIPA dalam pelaksanaan kegiatan; Satker agar melakukan revisi halaman III DIPA
apabila terdapat perubahan rencana kegiatan dalam rentang periode triwulan; (iii) memberikan
edukasi berkelanjutan kepada satker terkait revisi DIPA dan kewenangannya; (iv) memberi
pemahaman satker untuk merubah mindset bahwa dengan disiplin dalam memenuhi ketentuan
yang telah ditentukan dalam LLAT akan memperlancar proses pencairan dana serta
meningkatkan indikator Dispensasi SPM.
d. Belum optimalnya penggunaan KKP perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut: (i) secara masif
melakukan sosialisasi untuk meningkatkan minat satker dalam menggunakan KKP dengan
menginformasikan kelebihan dan kemudahan penggunaan KKP serta keuntungan satker dalam
mendapatkan nilai IKPA penyelesaian UP/TUP yang maksimal; (ii) mendorong Bank untuk
dapat menyediakan mesin EDC kepada pelaku usaha; (iii) meningkatkan koordinasi
penggunaan KKP antara satker dengan masing-masing bank penerbit untuk menyamakan
persepsi; serta (iv) intensifikasi penggunaan CMS KKP untuk monitoring realtime penggunaan
KKP.
e. Langkah-langkah yang diambil untuk menekan tingginya revisi DIPA pagu tetap pada Deviasi
halaman III DIPA yang disebabkan oleh kurangnya kemampuan satker dalam perencanaan
kegiatan melalui Halam III DIPA adalah: (i) memberikan edukasi kepada satker terkait tata cara
pelaksanaan revisi DIPA serta kewenangan revisi; (ii) memberi edukasi perencanaan belanja
yang dituangkan dalam halaman III DIPA; (iii) Wajib sertifikasi bagi pengelola keuangan.
f. Untuk mencegah adanya realisasi belanja satker PNBP yang melebihi MP yang diijinkan dapat
dilakukan melalui peningkatan edukasi terkait pemahaman tata Kelola PNBP, pelaksanaan
belanja dan tata cara revisi sebagai upaya optimalisasi PNBP.
g. Terhadap 5 BLU binaan Kanwi DJPb Prov. D.I. Yogyakarta yang masih rendah capaian nilai
Maturity Ratingnya, dimana masih terdapat 3 Satker BLU masih pada level initial/ad-hoc pada
aspek inovasi dan 2 satker BLU yang masih pada level initial/adhoc pada aspek lingkungan,
Langkah yang dapat dilakukan adalah: melakukan monitoring dan evaluasi BLU secara berkala;
melakukan edukasi tata Kelola keuangan BLU; serta mendorong BLU untuk melakukan tata
Kelola dengan benchmarking BLU yang memiliki capaian maturity rating yang tinggi.
h. Belum terselesaikannya pembayaran pada 2 satker melalui mekanisme RPATA perlu dilakukan
Langkah sebagai berikut: melakukan monitoring penyelesaian pembayaran menggunakan
RPATA secara ketat; melakukan koordinasi dengan satker terkait; mendorong satker agar
berkoordinasi dengan pihak rekanan dan memonitor progress penyelesaian pekerjaan; serta
mendorong satker untuk selalu mengingatkan rekanan untuk segera melengkapi dokumen
tagihan setelah pekerjaan selesai.

58
i. Rekomendasi untuk permasalahan K/L yang tidak tertib dalam melaksanakan tata Kelola hibah
dapat dilakukan Langkah sebagai berikut: meningkatkan edukasi kepada satker terkait tata
Kelola hibah sebagaimana diatur pada PMK 99/PMK/2017; dan mendorong satker untuk
segera melakukan revisi DIPA untuk menambah pagu DIPA setelah memperoleh hibah uang.
4.3.3. Pembelajaran Akhir Tahun
Pelaksanaan Anggaran tahun 2023 yang dalam implementasinya memedomani PER-
10/PB/2023 terdapat beberapa pembelajaran sebagai berikut :
a. Pengelola Perbendaharaan yang kompeten telah tersertifikasi dan ditetapkan di awal Tahun
Anggaran sangat mendukung peningkatan pelaksanaan anggaran yang berkualitas, efektif,
efisien dan akuntabel.
b. Perlunya review DIPA dan perencanaan sejak awal DIPA diterima oleh satuan kerja.
c. Mendorong K/L agar menetapkan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan di awal tahun
anggaran.
d. Perlu pemetaan atas pekerjaan kontraktual agar dapat dilakukan kontrak Pra DIPA dan
akselerasi kontrak di Triwulan I untuk pekerjaan kontraktual sampai dengan 200 juta.
e. Pengawalan pelaksanaan anggaran melakukan sosialisasi tentang Langkah-langkah Strategis
Pelaksanaan Anggaran.
f. Mendorong satker agar melakukan pengawalan pelaksanaan anggaran sejak awal tahun
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun pada Halaman III DIPA.
g. Mendorong satker agar memperhatikan penyerapan anggaran sesuai dengan ketentuan
penyerapan untuk masing-masing jenis belanja pada tiap triwulan.
h. Mendorong satker untuk memperkuat koordinasi baik dengan Eselon I maupun antar pengelola
keuangan, pelaksana kegiatan, pengawas dan penanggung jawab kegiatan, serta koordinasi
antara satker dengan rekanan.
i. Koordinasi dengan satker dilakukan secara intensif melalui berbagai sarana seperti WAG forum
komunikasi.
j. Perlunya intensifikasi saluran konsultasi bagi satuan kerja baik melalui layanan konsultasi
online (LAKON) maupun layanan konsultasi tatap muka.
k. Penyampaian peraturan/kebijakan/informasi pelaksanaan anggaran dengan sarana tercepat.
l. Melaksanakan edukasi kepada satker secara berkala terkait peraturan, kebijakan dan informasi
pelaksanaan anggaran.

4.4. Rencana Pengawalan Belanja 2024


4.4.1. Evaluasi LLSPA 2023
Perencanaan anggaran adalah penjelasan rencana yang terperinci mengenai pemasukan dan
pembiayaan organisasi, agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada
publik (Bastian, 2010). Dalam pemerintahan, perencanaan kegiatan dan anggaran dilakukan oleh
Kementerian Negara/Lembaga (K/L). Perencanaan dalam pelaksanaan anggaran belum optimal
pada hampir seluruh satker K/L lingkup Kanwil DJPb Provinsi DIY. Hal ini dapat dilihat dari nilai IKPA
TA 2023 Kanwil sebagai BUN pada indikator deviasi halaman III DIPA dalam kategori “cukup” dengan
nilai 83,66. Rendahnya nilai mencerminkan masih terjadi ketidaksesuaian antara rencana kegiatan
dengan realisasi anggarannya. Oleh karena itu perlu mendorong peningkatan kualitas perencanaan
satker dengan cara satker agar melakukan reviu DIPA dengan seksama di awal tahun dan konsisten
dalam melaksanakan kegiatan. Halaman III DIPA sebagai acuan KPA dalam pelaksanaan anggaran,
untuk itu dibutuhkan komitmen tinggi para pimpinan/pejabat perbendaharaan untuk mengawal
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan halaman III DIPA.

59
Akselerasi pelaksanaan program/kegiatan/proyek belum terlaksana dengan baik. Masih banyak
satker K/L yang melaksanakan kegiatan pada pertengahan tahun dan menumpuk menjelang akhir
tahun anggaran serta minimnya satker yang melaksanakan kontrak Pra-DIPA tahun 2023. Demikian
pula pada proses pengadaan barang/jasa, masih ada pekerjaan tahun 2023 yang diberikan
kesempatan dan belum selesai serta adanya kendala TKDN. Akselerasi kegiatan akan berjalan
dengan tepat apabila dilakukan dengan sinergi dan kolaborasi semua pihak yang terlibat baik dari
faktor internal maupun eksternal.
• Faktor internal dapat dari satker sendiri sampai unit vertikal diatasnya. Sinergi berupa
dukungan untuk saling mengingatkan dan koordinasi intensif antara satker dengan Eselon 1-
nya agar segera menetapkan pejabat perbendaharaan awal Tahun Anggaran dan menetapkan
pedoman umum/petunjuk teknis/petunjuk operasional kegiatan paling lambat 1(satu) bulan
setelah DIPA diterima. Satker mengoptimalkan penggunaan KKP dan mendukung penggunaan
produk dalam negeri. Satker segera menyelesaikan pertanggungjawaban UP/TUP sumber dana
PNBP terutama satker yang membutuhkan penyesuaian realisasi belanja dalam hal terdapat
potensi realisasi penerimaan PNBP tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Masih
rendahnya komitmen dan dukungan K/L kepada satker lingkup kerjanya untuk melaksanakan
kontrak PRADIPA yang dapat diwujudkan melalui instruksi dan dukungan dana.
• Faktor eksternal dapat dari rekanan/pihak ketiga yang belum memahami tentang urgensi
pemenuhan dokumen persyaratan pembayaran tagihan, sehingga masih ada tagihan yang
terlambat diajukan. Koordinasi antara satker dan rekanan belum berjalan baik sehingga
dokumen yang diperlukan untuk tidak tersedia tepat waktu.
Satker K/L agar meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan dan pertanggungjawaban Hibah
Langsung dalam negeri dalam bentuk uang dengan segera melakukan penyesuaian pagu belanja
dalam DIPA (revisi DIPA) atas dana hibah yang diterima. Pada tahun 2023, satker KPU dan Bawaslu
lingkup Provinsi DIY telah memperoleh Hibah Langsung dalam negeri dalam bentuk uang dari
pemerintah daerah, namun belum dilakukan penyesuaian estimasi Pendapatan dan Pagu Belanja
yang bersumber dari Hibah dalam DIPA 2023. Konfirmasi dari satker KPU dan Bawaslu bahwa revisi
akan dilakukan pada tahun anggaran 2024 dan telah dilakukan pengesahan pendapatan sesuai
realisasi penerimaan hibahnya. Berdasarkan PMK 99/PMK.05/2017 pasal 28 (3) bahwa “Untuk
pendapatan Hibah yang penarikannya tidak melalui Kuasa BUN yang bersifat tahun jamak (multi years),
pelaksanaan revisi penambahan pagu DIPA sebagaimana dimaksud ayat (1), dapat digabungkan
dengan revisi penambahan pagu DIPA dari rencana penerimaan Hibah yang penarikannya tidak melalui
Kuasa BUN tahun anggaran berikutnya”. Satker penerima hibah Pilkada sebagai berikut:
Tabel 4.2 Satker Penerima Hibah Pilkada pada Tahun 2023

Kode Nomor Jenis Jumlah Hibah Pengesahan


No Nama Satker Tanggal Revisi DIPA
Satker Register Hibah (rupiah) Pendapatan 2023

1 657605 KPU KABUPATEN KULONPROGO 26L9U8FA 26 Oktober 2023 Uang 32.381.341.000 12.980.000.000 Belum
melakukan
2 657612 KPU KABUPATEN BANTUL 2QH7V7NA 16 Nov 2023 Uang 38.699.411.000 15.479.734.400 revisi atas
3 657626 KPU KABUPATEN GUNUNGKIDUL 2VQ1P68A 16 Nov 2023 Uang 38.035.443.000 15.214.177.000 hibah langsung
dalam negeri
4 657630 KPU KABUPATEN SLEMAN 2YM15T4A 26 Oktober 2023 Uang 44.750.000.000 17.900.000.000 dalam bentuk
uang
5 657647 KPU KOTA YOGYAKARTA 2WNA63FA 16 Nov 2023 Uang 33.940.735.550 33.940.735.550
SEKRETARIAT BAWASLU
2BDT928A 24 Oktober 2023 Uang
6 419656 KABUPATEN SLEMAN 13.750.000.000 4.155.742.000
28CH7SRA 3 Nov 2023 Uang 12.171.632.000 4.870.000.000
SEKRETARIAT BAWASLU PROVINSI
7 686332 2RCL7DDA 16 Nov 2023 Uang 11.790.846.000 11.790.846.000
D.I. YOGYAKARTA
2J8RGR6A 16 Nov 2023 Uang 10.389.356.000 5.499.970.000
SEKRETARIAT BAWASLU
8 686507 2JAYFF9A 17 Nov 2023 Uang
KABUPATEN BANTUL 13.522.385.000 5.408.924.000
Total Hibah Pilkada 249.431.149.550 127.240.128.950

Pembinaan ke satker dengan penekanan agar satker melaksanakan program/kegiatan secara


akuntabel sesuai dengan maksud dan tujuan pemberi hibah dan melakukan pengesahan atas
pendapatan hibah sebesar yang telah diterima serta melakukan pengesahan atas belanja yang telah

60
dilaksanakan. Komitmen satker untuk percepatan program/ kegiatan Prioritas Nasional lebih
diintensifkan agar tetap memprioritaskan dan mengawal penyelesaian program dimaksud. Satker
melakukan identifikasi program/kegiatan Prioritas Nasional dan/atau Proyek Strategis Nasional
yang harus diselesaikan pada tahun 2024 dan akselerasi penyelesaian pekerjaan/pembangunan
atas program/kegiatan Prioritas Nasional dan/atau Proyek Strategis Nasional segera diselesaikan
paling lambat pada Triwulan III Tahun Anggaran 2024.
Realisasi belanja operasional yang rendah urgensinya masih ditemukan pada satker K/L sehingga
berdampak kualitas belanja yang tidak efisien dan efektif. Oleh karena itu perlu mendorong satker
K/L agar membatasi belanja operasional yang urgensinya rendah seperti perjalanan dinas,
konsinyering dan honor tim. Satker agar mengutamakan pencapaian output dan outcome kegiatan,
mengutamakan digitalisasi pembayaran untuk meningkatkan akuntabilitas pembayaran,
mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dalam pelaksanaan kegiatan, dan meningkatkan
kepatuhan terhadap regulasi pelaksanaan anggaran. Satker melakukan monitoring evaluasi dan
mendorong peningkatan pengendalian internal. Evaluasi dilakukan atas kendala dalam pelaksanaan
kegiatan yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan dan menyiapkan strategi untuk memitigasi dan
mengatasi kendala tersebut. Satker juga melibatkan Unit Kepatuhan Internal (UKI) dan APIP
menjalankan fungsi pengendalian atas kegiatan yang dilaksanakan agar sejalan dengan kebijakan
dan standar prosedur manajemen risiko. Serta segera menindaklanjuti rekomendasi temuan
pemeriksaan yang dilakukan oleh aparat pemeriksa.
4.4.2 Telaah DIPA dan Kegiatan Prioritas 2024

Pada APBN 2024, alokasi Belanja Negara di Provinsi


DIY sebesar Rp 25,82 triliun meningkat 12,08 persen
dibandingkan APBN 2023. Belanja Negara tersebut
terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat (belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal dan bansos)
sebesar Rp 15,298 triliun dan Transfer ke Daerah
(DAU, DBH,DAK, DAIS dan Dana Desa) sebesar
Rp10,522 triliun.

APBN 2024 memberikan support fiskal di


wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui
belanja pemerintah pusat pada bidang
infrastruktur sebesar Rp5,91 triliun, bidang
Pendidikan sebesar Rp3,11 triliun, bidang
Kesehatan sebesar Rp1,87 triliun, bidang
ketahanan pangan sebesar Rp0,2 triliun serta
bidang hukum dan pertahanan keamanan
sebesar Rp2,86 triliun.

Belanja Pemerintah Pusat akan diarahkan untuk:


Penguatan kualitas SDM dengan penghapusan
kemiskinan ekstrem, penurunan stunting,
perbaikan sistem perlindungan sosial, dan sistem
kesehatan; Penuntasan infrastruktur prioritas
antara lain perkuatan jalan daerah, bendungan, dan
irigasi; Transformasi ekonomi melalui hilirisasi
SDA dan revitalisasi industri; Reformasi birokrasi
dan aparatur negara, termasuk perbaikan gaji dan

61
pensiun; serta Pelaksanaan Pemilu dan dukungan untuk Pilkada.

Pagu 2024 terbesar pada 10 K/L dibandingkan dengan pagu 2023, bterjadi peningkatan
yang signifikan terutama pagu di Kementerian PUPR. Pada Kementerian PUPR belanja modal
digunakan untuk pembangunan dan rehabilitasi pasar Godean, stadion Maguwoharjo dan
pembangunan pengaman pantai di Cilacap serta melanjutkan KDP di ISI. Sedangkan di K/L lain
banyak digunakan untuk langganan daya, jasa serta kontrak tenaga outsourcing serta belanja bahan
konsultan pemeliharaan.

4.4.3. Ide Pengawalan Belanja dan Timeline

Pengawalan belanja dijabarkan dalam analisis Prediksi Belanja Berdasarkan Jenis Melalui Analisis
Data Statistik. Dalam rangka mengoptimalkan pengambilan keputusan dan perencanaan keuangan,
dilakukan analisis prediktif atas data belanja historis dari tahun 2019 hingga 2023. Analisis ini
bertujuan untuk memprediksi belanja tahun 2024 berdasarkan empat kategori utama: Belanja
Barang, Belanja Pegawai, Belanja Modal, dan Belanja Bansos, menggunakan model SARIMA
(Seasonal AutoRegressive Integrated Moving Average).
Prediksi belanja tahun 2024, berdasarkan analisis model SARIMA untuk setiap jenis belanja,
memberikan wawasan tentang bagaimana pola belanja diperkirakan akan berubah dari tahun 2023
ke tahun 2024. Berikut adalah rangkuman hasil prediksi per jenis belanja dibandingkan dengan data
terakhir yang tersedia untuk tahun 2023.
Hasil prediksi pada grafik dibawaih ini menunjukkan dinamika yang beragam di antara jenis-jenis
belanja untuk tahun 2024 dibandingkan dengan tahun 2023. Beberapa area seperti Belanja Bansos
dan Belanja Barang diperkirakan akan terus mengalami peningkatan, Belanja Modal menunjukkan
potensi penurunan, yang bisa menandakan perubahan prioritas atau siklus investasi. Belanja
Pegawai terus menunjukkan tren kenaikan yang stabil, mencerminkan biaya operasional yang
meningkat
Grafik 4.1. Hasil Prediksi Realisasi Belanja Tahun 2024 Metode SARIMA

Belanja Pegawai: pada tahun 2023 kondisinya stabil dengan kenaikan moderat, menunjukkan
kenaikan gaji standar atau penambahan kecil dalam jumlah pegawai. Sedangkan pada tahun 2024,
diperkirakan meningkat menjadi sekitar Rp4,54 triliun. Hal ini menunjukkan pertumbuhan biaya
pegawai yang konsisten dan dimungkinkan karena inflasi, penyesuaian gaji, atau peningkatan
jumlah pegawai

62
Belanja Barang: tahun 2023 mengalami kenaikan yang signifikan, mencerminkan ekspansi atau
peningkatan kebutuhan pengadaan barang. Tahun 2024, diprediksi ada kenaikan lebih lanjut
menjadi sekitar Rp6, 59 triliun. Kenaikan ini menunjukkan adanya tren belanja meningkat,
dimungkinkan karena inflasi, pertumbuhan ekonomi, atau peningkatan kebutuhan barang
Belanja Modal: tahun 2023 kondisi belanja modal tetap tinggi yang mencerminkan investasi
berkelanjutan dalam infrastruktur, peralatan, atau aset lainnya. Sedangkan tahun 2024, prediksi
mengindikasikan penurunan menjadi sekitar Rp3,06 triliun. Penurunan ini dapat mencerminkan
penyelesaian proyek besar atau pengalihan fokus ke jenis belanja lain, menunjukkan siklus belanja
modal yang kemungkinan telah mencapai puncaknya.
Belanja Bansos: tahun 2023 terdapat peningkatan signifikan dalam belanja bansos dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya, mencerminkan respons terhadap kebutuhan sosial yang meningkat atau
perubahan kebijakan. Pada tahun 2024, diprefikai adanya kenaikan moderat dari tahun 2023,
dengan prediksi sekitar Rp21,72 miliar. Ini menunjukkan tren peningkatan belanja sosial yang
berkelanjutan, meskipun dengan laju pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan peningkatan
tahun sebelumnya.
Pertimbangan ketidakpastian dalam perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan
dinilai penting untuk mempertimbangkan interval kepercayaan dan ketidakpastian prediksi.
Disarankan untuk mengembangkan strategi yang tangguh dan fleksibel dan mempersiapkan
potensi variasi dalam realisasi belanja. Evaluasi Model Berkelanjutan menyatakan bahwa hasil
menekankan pentingnya evaluasi model yang berkelanjutan dan eksplorasi model alternatif yang
mungkin lebih cocok untuk data khusus ini. Pengayaan Data untuk meningkatkan akurasi prediksi
di masa depan, disarankan agar mengintegrasikan data tambahan dengan frekuensi yang lebih
tinggi (misalnya, bulanan atau kuartalan) dan mempertimbangkan variabel eksternal yang mungkin
mempengaruhi belanja.
Berdasarkan hasil evaluasi 2023 dan telaah DIPA 2024, Kanwil DJPb Provinsi D.I. Yogyakarta
telah merencanakan dan melaksanakan beberapa kegiatan sebagai upaya mendorong satker
bersama-sama meningkatkan kinerja pelaksanaan anggarannya sebagai berikut:

63
RPA SEMESTER II TAHUN 2023

Buk Renteng Van Der Wijck - Sleman


Foto: Humas Kanwil DJPb DIY

BAB V

EVALUASI TEMATIK
(BELANJA PN)
Evaluasi Tematik Belanja
05 Prioritas Nasional
5.1. Belanja Prioritas Nasional
5.1.1. Profil Belanja PN Wilayah
Program Prioritas Nasional (PN) merupakan program/kegiatan/proyek untuk pencapaian Sasaran
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan kebijakan Presiden lainnya. Belanja
Prioritas Nasional ditujukan untuk proyek atau program yang memiliki dampak signifikan terhadap
pembangunan ekonomi dan sosial berbeda dengan belanja non prioritas nasional yang merupakan
pengeluaran yang lebih rutin dan administratif, seperti gaji pegawai, pemeliharaan gedung
pemerintah, dan lain-lain. Tujuh agenda pembangunan dalam RPJMN Tahun 2O2O-2O24 tetap
dipertahankan menjadi Prioritas Nasional (PN) dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2023.
Ini dilakukan sebagai upaya menjaga kesinambungan RKP dengan RPJMN, serta mengoptimalkan
efektivitas pengendalian pembangunan.
Belanja Prioritas Nasional lingkup Kanwil DJPb Provinsi DIY memiliki pagu sebesar Rp2,25 Triliun,
sampai dengan Semester II 2023 realisasi sebesar Rp2,19 Triliun atau 97,45 persen dari pagu.
Tabel 5.1.
Pagu dan Realisasi Program Prioritas Nasional (PN) Lingkup Kanwil DJPb Provinsi DIY Tahun 2023
Kode
Nama PN Pagu (Rp) Realisasi (Rp) %
PN

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan


01 623.665.308.000 611.104.729.307 97,99%
yang Berkualitas dan Berkeadilan

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi


02 8.334.010.000 8.310.114.205 99,71%
Kesenjangan dan Menjamin Pemerataan

Meningkatkan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan


03 827.843.983.000 779.578.435.210 94,17%
Berdaya Saing

04 Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan 134.119.109.000 128.951.462.222 96,15%

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung


05 1.182.200.426.000 1.120.922.470.014 94,82%
Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar

Membangun Lingkungan Hidup Meningkatkan Ketahanan


06 33.677.106.000 33.150.584.824 98,44%
Bencana dan Perubahan Iklim

Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi


07 280.157.470.000 267.728.609.162 95,56%
Pelayanan Publik

TOTAL 2.252.028.556.000 3.089.997.412.000 95,46%

Sumber: Sintesa

Grafik 5.1 Apabila dibandingkan dengan Prioritas Nasional secara


Perbandingan Pagu dan Realisasi Belanja PN
dan Non PN Tahun 2023 nasional, PN di Provinsi DIY memiliki pagu 0,43 persen
22.000,00 98,42% 99,00%
dari seluruh total pagu PN nasional. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai PN di Provinsi DIY masih sangat rendah
12.000,00 97,45% 98,00% dibandingkan dengan daerah lain. Sedangkan secara
capaian output, PN di Provinsi DIY memiliki capaian lebih
2.000,00 97,00%
dari target yaitu 103,68 persen. Anggaran PN di Kanwil
-8.000,00
Non PN PN
96,00%
DJPb Provinsi DIY apabila dibandingkan dengan anggaran
Pagu Realisasi Persentase Non PN adalah sebesar 10,73 persen.

64
5.1.2. Kinerja belanja PN 01 : Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan Berkualitas
dan Berkeadilan
Tujuan utama dari PN 01 ini adalah menciptakan ekosistem ekonomi yang kuat, berkelanjutan, dan
inklusif, yang mampu mendukung kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh serta memberikan
perlindungan terhadap risiko-risiko yang mungkin timbul baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam
konteks PN 01 ini, ada beberapa poin yang menjadi tujuan utama yaitu: (1) Memperkuat Ketahanan
Ekonomi, (2) Pertumbuhan Berkualitas dan (3) Pertumbuhan Berkeadilan. PN 01 ini diharapkan dapat
berdampak signifikan terhadap penguatan ekonomi, peningkatan kesejahteraan dan reduksi
Ketimpangan
Alokasi belanja PN 01 di K/L lingkup Kanwil DJPb Provinsi DIY tercatat sebesar Rp527,11 miliar
yang terdiri dari 170 Rincian Output (RO). Hingga Semester II 2023, realisasi belanja mencapai
Rp515,66 miliar (97,83 persen dari pagu). Capaian output untuk PN 01 di Provinsi DIY sebesar 101,48
persen. Secara umum PN 01 di Provinsi DIY terkait dengan Program Peningkatan Nilai Tambah dan
Daya Saing Industri, Program Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas, Program
Ketahanan Sumber Daya Air, serta Program Pengelolaan Perikanan dan Kelautan.
Beberapa program belanja Pemerintah Pusat di K/L lingkup Provinsi DIY tahun 2023 terkait dengan
PN 01 yang berdampak positif yang signifikan bagi masyarakat, antara lain sebagai berikut:
1. Bantuan Hewan Ternak Ruminansia Potong (018.HA.1785.QEL.003)
RO PN 01 Pengembangan Kawasan Pertanian berupa Kawasan pertanian kedelai di Provinsi DIY
memiliki pagu sebesar Rp13,407 milyar dengan realisasi Rp13,403 milyar (99,97 persen dari
pagu) dengan capaian output 100 persen dengan jumlah ternak yang dibagikan 1475 ekor.
Program ini merupakan program pembagian bantuan hewan ternak ruminansia potong bagi
seluruh penerima bantuan hewan yang terpilih di seluruh Indonesia yang dilaksanakan oleh
satker Balai Besar Veteriner (BBVET) Wates. Program bantuan hewan diharapkan membantu
mengurangi ketimpangan ekonomi antara kelompok masyarakat, karena memberikan
kesempatan kepada petani yang kurang mampu untuk meningkatkan pendapatan mereka
melalui usaha pertanian.
2. Pembangunan Irigasi di Daerah Irigasi Slinga (Tahap II) (033.FC.5036.RBS.119)
RO PN 01 Pengembangan Kawasan Pertanian berupa Kawasan pertanian kedelai di Provinsi DIY
memiliki pagu sebesar Rp150,354 milyar dengan realisasi Rp148,336 milyar (98,66 persen dari
pagu) dengan capaian output 100 persen dengan irigasi yang dibangun sepanjang 2 km.
Program ini merupakan program pembangunan daerah irigasi di Kawasan Irigasi Primer Slinga
di Purbalingga, Jawa Tengah. Pembangunan infrastruktur irigasi akan meningkatkan
produktivitas pertanian dan ketersediaan pangan di wilayah tersebut sehingga berdampak
langsung pada pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dan menurunkan tingkat kelaparan
serta kekurangan gizi. Dengan adanya akses yang lebih baik terhadap air irigasi, petani akan
memiliki kepastian dalam merencanakan penanaman dan meminimalkan risiko gagal panen
akibat kekurangan air.
3. Pengembangan Kawasan Pertanian Kedelai (018.HA.1761.RAI.611)
RO PN 01 Pengembangan Kawasan Pertanian berupa Kawasan pertanian kedelai di Provinsi DIY
memiliki pagu sebesar Rp8,398 Milyar dengan realisasi Rp8,377 milyar (99,74 persen dari pagu)
dengan capaian output sebesar 100 persen. Program ini berhasil melakukan pembangunan
Kawasan pertanian kedelai di Provinsi DIY sebanyak 5000 hektar yang dilaksanakan oleh satker
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY. Program pengembangan kawasan pertanian akan
meningkatkan ketersediaan pangan lokal dan mendukung ketahanan pangan, produktivitas dan
diversifikasi produksi pertanian di wilayah tersebut.

65
5.1.3. Kinerja belanja PN 02 : Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan
Menjamin Pemerataan
Pembangunan kewilayahan merupakan salah satu prioritas nasional dalam RPJMN 2020-2024 yang
diarahkan untuk menyelesaikan isu strategis utama yaitu ketimpangan antar wilayah dengan sasaran
antara lain: (i) meningkatnya pemerataan antarwilayah (KBI-KTI, Jawa-luar Jawa); (ii) meningkatnya
keunggulan kompetitif pusat-pusat pertumbuhan wilayah; (iii) meningkatnya kualitas dan akses
pelayanan dasar, daya saing serta kemandirian daerah; (iv) meningkatnya sinergi pemanfaatan ruang
wilayah.
Program PN 02 di Lingkup Kanwil DJPb Provinsi DIY terdiri dari 53 Rincian Output (RO) dengan pagu
sebesar Rp8,33 miliar dan realisasi mencapai 99,71 persen dari pagu atau sebesar Rp8,31 milyar.
Satker di lingkup Kanwil DJPb Provinsi DIY yang memiliki PN 02 sebanyak 12 satker yang ada pada
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/BPN. Realisasi tertinggi yaitu
pada Satker Kantor Pertanahan Kab. Gunung Kidul sebesar Rp0,74 miliar atau 100 persen dari pagu.
Sedangkan realisasi terendah yaitu pada Satker Inspektorat Provinsi DIY sebesar 92,4 persen
(Rp128,29 juta) dari pagu sebesar Rp138,82 juta.
Secara umum PN 02 di Provinsi DIY terkait dengan Program Pembinaan Kapasitas Pemerintahan
Daerah dan Desa, Program Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan, serta Program Penyelenggaraan
Penataan Ruang. Kinerja RO Utama pada PN 02 dijabarkan sebagai berikut:
1. RO Pelatihan Aparat Pemerintahan Desa dan Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa Lingkup
Regional pada Program Pembinaan Kapasitas Pemerintahan Daerah dan Desa
(010.1248.UAC.004)
Alokasi pagu pada RO ini sebesar Rp3,00 miliar dengan realisasi 99,96 persen dari total pagu atau
sebesar Rp2,99 miliar. Sedangkan capaian output sebesar 100 persen dari target berupa
pelatihan kepada Aparat Pemerintahan Desa dan Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa
sebanyak 900 orang. Pelatihan dan bimtek yang diberikan berupa pelatihan bagi aparatur desa
dan Lembaga Kemasyarakatan..
2. RO PBT PTSL (Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap) Desa Lengkap Jawa Bali pada Program
Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan (056.6413.QAB.U16)
Alokasi pagu pada RO ini sebesar Rp1,14 miliar dengan realisasi 99,62 persen dari total pagu atau
sebesar Rp1,13 miliar. Sedangkan capaian output sebesar 100 persen dari target berupa
pendaftaran tanah sistematis yang dilaksanakan di seluruh desa di wilayah kabupaten dan
seluruh kelurahan di wilayah Provinsi DIY seluas 6269 Hektar. Pendaftaran tanah sistematis ini
meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran
tanah.
3. RO Pelaksanakan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dengan
kinerja baik pada Program Pembinaan Kapasitas Pemerintahan Daerah dan Desa
(010.1237.PBL.001)
Alokasi pagu pada RO ini sebesar Rp0,99 miliar dengan realisasi 98,77 persen dari total pagu atau
sebesar Rp0,98 miliar. Sedangkan capaian output sebesar 100 persen dari target berupa
penyusunan sebanyak 21 Rekomendasi Kebijakan terkait peran Gubernur dalam memberikan
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. RO ini bertujuan
untuk memperkuat hubungan antar tingkatan pemerintahan yaitu dalam pelaksanaan peran
Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dan hubungan antara Gubernur dengan
Bupati/Walikota bersifat bertingkat.
Namun demikian untuk non RO Utama pada PN 02, terdapat 2 RO yang realisasi dan capaian
outputnya dibawah 80 persen, yaitu RO PBT BMN Luas 25.000 -100.000 M2 Kategori 5 dengan

66
realisasi sebesar 78,73 persen (Rp5,83 juta) dan capaian output sebesar 75 persen (6 Bidang)
dan RO SHAT BMN (25.000 s.d. 100.000 m2) Kategori 5 dengan realisasi sebesar 73,30 persen
(Rp3 juta) dan capaian output sebesar 71,43 persen (5 Bidang). Realisasi dan capaian output
pada RO tersebut tidak mencapai target karena terdapat bidang tanah yang setelah diukur
luasnya kurang dari 25.000 m2 dan terdapat bidang tanah yang masih dalam sengketa batas.
Tabel. 5.2.
Pagu-Realisasi dan Ketercapaian Output RO Utama
CAPAIAN
NO K/L GIAT OUTPUT RO PAGU REALISASI VOL
OUTPUT

1 010 1248 UAC 004. Pelatihan Aparat Rp 3,00 M Rp 2,99 M 900 Orang 900 Orang
Pemerintahan Desa dan (100%)
Pengurus Lembaga (99,96%)
Kemasyarakatan Desa
Lingkup Regional

2 056 6413 QAB U16. PBT PTSL Desa Rp 1,14 M Rp 1,13 M 6269 Hektar 6269 Hektar
Lengkap Jawa Bali
(99.62%) (100%)

3 010 1237 PBL 001. Pelaksanakan Tugas Rp 0,99 M Rp 0,98 M 21 21


dan Wewenang Gubernur Rekomendasi Rekomendasi
sebagai wakil pemerintah (98.77%) (100%)
pusat dengan kinerja baik

Sumber : Aplikasi Sintesa V3 Dit.PA

5.1.4. Kinerja belanja PN 03 : Meningkatkan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Berdaya
Saing
Prioritas Nasional 03 (PN 03) Meningkatkan Sumber Daya Manusia Berkualitas Dan Berdaya Saing
merupakan salah satu arah kebijakan dan strategi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun (RPJMN) 2020-2024 yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing
manusi yang sehat dan cerdas, adaptif dan inovatif terampil dan berkarakter untuk menuju
pembangunan yang yang inklusif dan merata di seluruh wilayah yang diwujudkan melalui: (1)
Pengendalian penduduk dan penguatan tata Kelola kependudukan; (2) Penguatan pelaksanaan
perlindungan sosial; (3) Peningkatan pelayanan Kesehatan menuju cakupan Kesehatan semesta; (4)
Peningkatan pemerataan layanan Pendidikan berkualitas; (5) Peningkatan kualitas anak, perempuan
dan pemuda; (6) Pengentasan kemiskinan; dan (7)Peningkatan produktivitas dan daya saing
Alokasi dana pada tahun anggaran 2023 di wilayah Provinsi DIY untuk pelaksanaan program prioritas
nasional Meningkatkan Sumber Daya Manusia Berkualitas Dan Berdaya Saing tersebar pada 98
satuan kerja yang ada pada 17 Kementerian/Lembaga dengan total pagu dana sebesar Rp827,84
miliar atau 36,75 persen dari dana keseluruhan pagu dana prioritas nasional sebesar Rp2,25 triliun.
Sedangkan untuk realisasi pelaksanaan anggaran pada PN 03 adalah sebesar Rp769,49 miliar atau
94,26 persen dari pagu keseluruhan yang terdapat pada PN 03 ini. Dari semua satker yang
mendapatkan alokasi PN 03 ini hampir semua realisasinya di atas 90 persen.
Dari dana tersebut di atas, alokasi terbesar terdapat pada 3 program yaitu Program Pelayanan
Kesehatan dan JKN sebesar Rp146,32 miliar (17,67 persen) pada satker Rumah Sakit Umum DR
Sardjito dan Dinas Kesehatan Provinsi DIY, Program Perumahan dan Kawasan Permukiman sebesar
Rp108,62 miliar (13,12 persen) pada satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi DIY dan
Program Pendidikan Tinggi sebesar Rp99,82 miliar (12,05 persen) pada satker Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
Sedangkan untuk realisasi pada RO utama pada PN 03 yaitu:
1. Program Pelayanan Kesehatan dan JKN untuk RO Gedung Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(IsDB) – LR (024.DG.6388.RBV.002)

67
Alokasi dana pagu pada rincian output ini adalah sebesar Rp110,58 miliar dengan realisasi
sebesar Rp105,30 miliar atau 95,22 persen dari total pagu. Peruntukan alokasi dana ini
dipergunakan untuk pembangunan Gedung Ibu dan Anak Terpadu yang dananya berasal dari
Pinjaman Luar Negeri. Pembangunan Gedung Ibu dan Anak Terpadu ini sudah selesai 100 persen
namun masih terdapat sisa dana yang tidak digunakan dan akan diluncurkan pada alokasi DIPA
tahun anggaran 2024
2. Program Pelayanan Kesehatan dan JKN untuk RO Alat Kesehatan Pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak (IsDB) – LR (024.DG.6388.RAB.003)
Sedangkan untuk rincian output ini mendapatkan alokasi dana sebesar Rp24,47 miliar yang
rencananya akan dipergunakan untuk pengadaan alat kesehatan ibu dan anak berupa belanja
modal peralatan dan mesin antara lain: Pendant, X-Ray Mobile, NIRS lengkap dengan SpMet,
Spirometry Pediatric, USG dengan Probe 4D Transvaginal, Pasteurisasi ASI, HFC Ventilator with
Piston, dan Mesin Echocardiograph 2D TEE dengan Probe. Namun demikian sampai dengan akhir
tahun anggaran 2023 belum dapat direalisasikan dikarenakan menunggu konsultan peralatan
yang ada di kantor pusat. Pagu dana ini juga berasal dari Pinjaman Luar Negeri dan direncanakan
akan direalisasikan pada Tahun 2024
3. Program Perumahan dan Kawasan Permukiman untuk RO Pembangunan, Rehabilitasi dan
Renovasi Sarana Prasarana Pasar (033.IA.4253.RBB.012)
Pelaksanaan kegiatan pada rincian output ini dipergunakan untuk membiayai Pembangunan
Pasar Godean dengan alokasi sebesar Rp45,58 miliar dan realisasi sebesar Rp45,56 miliar (99,96
persen) yang selanjutnya diserahkan kepada Masyarakat/Pemda. Tujuan dari pembangunan
revitalisasi pasar godean ini untuk memberikan ruang lebih untuk transaksi jual beli produk pasar
dengan aman dan nyaman selain untuk meningkatkan kinerja pedagang di pasar godean baru
yang dilengkapi dengan banyak fasilitas baru seperti foodcourt, ruang terbuka hijau, hingga
tempat kreatif bagi anak-anak muda di rooftop.

5.1.5. Kinerja belanja PN 04 : Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan


Masyarakat Indonesia merupakan agen pembangunan yang merupakan pendukung utama yang
menggerakan sumber daya lainya dalam pelaksanaan pembangunan nasional, sehingga perlu untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui berbagai jalur baik melalui Pendidikan dan
Kebudayaan. Pembangunan mental dan budaya ini
Grafik. 5.2. memiliki tujuan untuk membentuk manusia yang sehat,
Kinerja K/L Pendukung PN 04 cerdas, berakhlak, berbudaya dan berkarakter.
120,00
100,00 98,40 Untuk tujuan tersebut, pemerintah mengalokasikan
80,00 dana untuk mendukung Revolusi Mental dan
90,12
60,00 Pembangunan Manusia (PN) pada 4 kementerian
40,00 99,45 99,78
dengan total pagu sebesar Rp134,12miliar. Empat K/L
20,00 tersebut adalah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
0,00 Riset dan Teknologi (023) dengan pagu sebesar
023 025 068 090 Rp96,29 Miliar yang telah terealisasi sebesar Rp94,75
pagu realisasi %realisasi miliar (98,40 persen); Kementerian Agama (025)
dengan pagu sebesar Rp36,69 miliar dan realisasi
sebesar Rp33,07 miliar (90,12 persen); Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional/BKKBN (068) dengan pagu sebesar Rp0,14 miliar dan realisasi sebesar Rp0,14 Miliar (99,45
persen); dan Kementerian Perdagangan dengan pagu sebesar Rp1 miliar dengan realisasi sebesar
Rp1 miliar (99,78 persen). Dari keempat K/L tersebut alokasi terbesar dimiliki oleh Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Alokasi terendah pada Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana nasional. Sementara untuk kinerja anggarannya, dari 4 K/L tersebut, 3 K/L

68
memiliki penyerapan yang sangat baik (≥95 persen) hanya Kementerian Agama yang penyerapannya
memiliki katagori baik (< 95 persen). Rendahnya penyerapan pada Kementerian agama dikarenakan
pagu anggaran sumber dana PNBP tidak dapat direalisasikan secara maksimal karena penerimaan
PNBP yang tidak tercapai sesuai target PNBP yang ditetapkan.

5.1.6. Kinerja belanja PN 05 : Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan


Ekonomi dan Pelayanan Dasar
Prioritas Nasional 05 (PN 05) yaitu Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan
Ekonomi dan Pelayanan Dasar, memiliki sasaran antara lain (1)Meningkatnya penyediaan
infrastruktur layanan dasar, (2) Meningkatnya konektivitas untuk mendukung kegiatan ekonomi dan
akses menuju pelayanan dasar, (3) Meningkatnya layanan infrastruktur perkotaan, (4) Meningkatnya
layanan energi dan ketenagalistrikan, (5) Meningkatnya layanan infrastruktur Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) melalui peningkatan persentase populasi yang dijangkau oleh jaringan bergerak
pita lebar (4G).
Secara total belanja kementerian /lembaga terkait dengan PN 05 di K/L lingkup Kanwil DJPb Provinsi
DIY sebanyak 25 Rincian Output (RO) dengan pagu sebesar Rp1.614,07 miliar dengan realisasi
mencapai 95,91 persen dari pagu atau sebesar Rp1.548,1 miliar. Secara umum PN 05 di Provinsi DIY
terkait dengan Program Ketahanan Sumber Daya Air, Program Infrastruktur Konektivitas, Program
Perumahan dan Kawasan Permukiman, Program Pelayanan Kesehatan dan JKN, dan Program
Kesehatan Masyarakat.
Beberapa program belanja Pemerintah Pusat di K/L lingkup Provinsi DIY tahun 2023 terkait dengan
PN 05 dengan pagu terbesar dan berdampak signifikan bagi masyarakat, antara lain sebagai berikut:
1. Program Ketahanan Sumber Daya Air
Program Ketahanan Sumber Daya Air memiliki pagu terbesar dengan jumlah Rp993,18 miliar
dengan realisasi sebesar 97,98 persen (dari pagu). Kegiatan dengan penyerapan tertinggi ada
pada kegiatan Pembangunan Bendungan Bener dengan output prasarana bidang sumber daya
air dengan pagu sebesar Rp359,3 miliar dengan realisasi sebesar 99,9 persen.
Kegiatan pengendalian banjir, lahar, pengelolaan drainase utama perkotaan dan pengamanan
pantai menjadi kegiatan dengan penyerapan terendah yaitu sebesar 89,5 persen dari pagu
sebesar Rp368,3 miliar. Menurut penuturan pelaksana kegiatan yaitu satuan kerja SNVT
Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Serayu Opak (406937) rendahnya penyerapan dikarenakan
cuaca yang tidak menentu yang menghambat distribusi material fisik sehingga menghambat
proses pembangunan tanggul pengendali banjir, serta kurangnya komitmen dari penyedia barang
dan jasa untuk penyelesaian pekerjaan.
2. Program Infrastruktur Konektivitas
Program Infrastruktur Konektivitas ini memiliki jumlah pagu terbesar kedua pada PN 05 namun
dengan tingkat penyerapan yang tergolong rendah yaitu sebesar 89,4 persen dari pagu yang
berjumlah Rp368,32 miliar. Adapun kegiatan yang memberikan sumbangsih penyerapan rendah
adalah kegiatan pelaksanaan preservasi dan peningkatan kapasitas jalan nasional yang terserap
hanya sebesar 79 persen dari pagu Rp186,8 miliar. Dengan terlaksananya program ini diharapkan
konektivitas jalan untuk mendukung kegiatan ekonomi akan semakin meningkat, serta akses
menuju pelayanan dasar dapat berjalan lancar.
3. Program Perumahan dan Kawasan Permukiman
Program ini ditujukan untuk meningkatkan kebermanfaatan dan efektivitas pembangunan
infrastruktur perumahan permukiman, air minum, dan sanitasi, serta memperluas akses
mayarakat terhadap permukiman dan perumahan yang layak dan terjangkau. Penyerapan
terbesar dalam program ini adalah kegiatan penyelenggaraan air minum yang layak yaitu sebesar

69
96,7 persen dari jumlah pagu sebesar Rp87,03 miliar. Tujuan kegiatan ini adalah agar terwujud
layanan sanitasi berkelanjutan, serta mempercepat pembangunan sanitasi melalui peningkatan
akses layanan sanitasi.
Dengan terselesaikannya Prioritas Nasional 05, maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan segera
terwujud karena sektor pertanian (food estate), industri, pariwisata, dan kawasan strategis telah
terhubung.

5.1.7. Kinerja belanja PN 06 : Membangun Lingkungan Hidup: Meningkatkan Ketahanan


Bencana, dan Perubahan Iklim
Pembangunan lingkungan hidup, ketahanan bencana, dan perubahan iklim dalam RKP Tahun 2023
difokuskan pada upaya menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk
menopang produktivitas dan kualitas kehidupan masyarakat dalam rangka menuju transformasi
ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan serta pembangunan yang berorientasi pada
pencegahan, pengurangan risiko, dan tangguh bencana.
Prioritas Nasional 06 di wilayah DIY tersebar pada 4 K/L yang membawahi 9 satker dengan sebaran
sebagai berikut :
Tabel 5.3.
Pagu dan Realisasi PN 06 di wilayah DIY Tahun 2023 (Dalam Miliar Rupiah)
Sisa
KEMENTERIAN/LEMBAGA/SATKER PAGU REALISASI % Undish
Pagu

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA (075) 3,99 3,68 92,24% 0,31 0,92%
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN (032) 0,08 0,08 100,00% 0,00 0,00%
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN (029) 29,56 29,35 99,27% 0,22 0,64%
LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA (116) 0,05 0,05 98,29% 0,00 0,00%
RRI YOGYAKARTA (700172) 0,05 0,05 98,29% 0,00 0,00%
Grand Total 33,68 33,15 98,44% 0,53 1,56%
Sumber : Aplikasi Sintesa (Diakses tgl 22 Feb 2024)

Sampai dengan akhir Semester II 2023, PN 06 mencatatkan kinerja penyerapan anggarannya


mencapai 98,44 persen. Penyerapan terendah terdapat pada K/L BMKG, dari pagu sebesar Rp3,99
miliar telah terserap 92,24 persen atau sebesar Rp3,68. Satker dengan penyumbang ketidakserapan
tertinggi adalah Stasiun Geofisika Sleman (663885), yaitu pada kegiatan Pengelolaan Gempa Bumi
dan Tsunami BMKG pada RO Pemeliharaan operasional layanan informasi gempabumi dan
peringatan dini tsunami yang berkualitas.
Pada level Program/ Kegiatan/ Rincian Output, PN 06 terinci dalam 5 Program, 15 Kegiatan dan 25
Rincian Output. Alokasi terbesar pada Program Pengelolaan Hutan Berkelanjutan yaitu sebesar
Rp27,65 miliar (82 persen dari total alokasi), sampai dengan akhir Semester II 2023 realisasi
mencapai Rp27,45 miliar (99,29 persen), kemudian Program Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
dengan alokasi sebesar Rp3,99 miliar (11,83 persen), realisasi sebesar Rp3,68 (92,24 persen), dan
Program Kualitas Lingkungan Hidup sebesar Rp1,92 miliar (5,69 persen), realisasi sebesar Rp1,90
miiar (98,97 persen).
Secara umum kinerja belanja pada RO utama tercatat sangat baik, mencapai 98,84 persen. Namun
demikian, terdapat satu RO utama yaitu RO Pemeliharaan operasional layanan informasi gempabumi
dan peringatan dini tsunami yang berkualitas berkinerja cukup (83,61 persen). Berdasarkan
konfirmasi dari satker terkait, kurang optimalnya penyerapan tersebut karena kegiatan dimaksud
merupakan kegiatan limpahan/penugasan dari Eselon I dimana alokasi dananya baru diterima di awal
triwulan II 2023, serta kurangnya sosialisasi SOP kegiatan tersebut kepada satker sehingga terlambat
untuk dieksekusi.

70
Adapun kegiatan dan RO Utama pada program-program tersebut sebagai berikut :

Tabel 5.4.
Kinerja Belanja dan Capaian Output pada Program/Keg/Rincian Output Utama PN 06 Tahun 2023
Kinerja Belanja (Miliar) Capaian Output
No Program/Kegiatan RO Utama
Pagu Realisasi % Target Satuan Realisasi %

1 Program Pengelolaan RO 1 : REA.001. 16,32 16,24 99,53% 420 Hektar 420 100,00%
Hutan Berkelanjutan Rehabilitasi Hutan
(FF) dan Lahan secara
Kegiatan Rehabilitasi Vegetatif
Hutan (6736)

2 Program Pengelolaan RO 2 : RBK.002 8,62 8,58 99,57% 1065000 Unit 1113620 104,57%
Hutan Berkelanjutan Bibit Berkualitas
(FF) dan Bibit Produktif
Kegiatan Rehabilitasi
Hutan (6736)

3 Program Meteorologi, RO 3 : RCG.001. 1,18 0,99 83,61% 1 Uniit 1 100,00%


Klimatologi, dan Pemeliharaan
Geofisika (GJ) operasional
Kegiatan Pengelolaan layanan informasi
Gempa Bumi dan gempabumi dan
Tsunami BMKG (3345) peringatan dini
tsunami yang
berkualitas

4 Program Pengelolaan RO 4 : RAG.001. 0,96 0,95 99,20% 65 Unit 65 100,00%


Hutan Berkelanjutan Rehabilitasi Hutan
(FF) dan Lahan secara
Kegiatan Konservasi Sipil Teknis
Tanah dan Air (6734)

Total 27,08 26,76 98,84% Rata-rata Capaian Output 101,14%

Non RO Utama 6,60 6,39 96,80% Rata-rata Capaian Output 100,19%

Sumber : Aplikasi Sintesa (Diakses tgl 22 Feb 2024)

Capaian output RO utama rata-rata mencapai 101,14 persen dengan penjelasan sebagai berikut :
• Pada RO 1 Rehabilitasi Hutan dan Lahan secara Vegetatif capaian output sebesar 100 persen.
Pada RO ini telah dilakukan penanaman seluas 420 di KPH Yogyakarta dan KPHK Bunder,
pemeliharaan tanaman RHL seluas 1.690 hektar dan pembuatan KBR sebanyak 56 unit serta
penanaman bibit hasil KBR.
• Pada RO 2 Bibit Berkualitas dan Bibit Produktif Telah tersedia bibit berkualitas capaian output
mencapai 104,57 persen. Pada RO ini telah tersedia berhasil menyediakan bibit tanaman
produktif sebanyak 913.620 batang dan telah digunakan untuk kegiatan RHL dan didistribusikan
kepada masyarakat.
• Pada RO 3 Pemeliharaan operasional layanan informasi gempa bumi dan peringatan dini
tsunami yang berkualitas capaian output mencapai 100 persen. Pada RO ini telah dilakukan
kegiatan pemeliharaan, perjalanan dinas dan pembelian suku cadang peralatan gempabumi dan
peringatan dini tsunami sebanyak 1 unit.
• Pada RO 4 Rehabilitasi Hutan dan Lahan secara Sipil Teknis capaian output sebesar 100 persen.
Pada RO ini telah terbangun Gully Plug (GP) sebanyak 60 unit dan Dam Penahan (DPn) sebanyak
5 unit, dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat.
Dari tabel diatas dikethui bahwa alokasi RO Utama mencapai 80,40 persen dari total pagu PN 06,
jauh lebih besar dibanding non RO Utama. Alokasi belanja program non RO Utama hanya sebesar

71
Rp6,6 miliar dengan realisasi sebesar Rp6,39 miliar (96,80 persen), lebih rendah dibanding kinerja RO
Utama.
5.1.8 Kinerja belanja PN 07 : Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi
Pelayanan Publik
Isu strategis bidang Polhukhankam di tahun 2023 adalah persiapan penyelenggaraan pemilihan
umum (pemilu) 2024. Hal ini menjadi tantangan dalam upaya meningkatkan kualitas demokrasi
Indonesia dan memperkuat tata kelola pemilu. PN 07 didukung oleh 89 satker dari 12 K/L dengan
total pagu di tahun 2023 sejumlah Rp280,16 miliar, merupakan 2,1 persen dari total pagu Belanja K/L
di Provinsi DIY. Total realisasi Rp267,72 miliar atau 95,6 persen dari pagu. Pagu terbesar dialokasikan
untuk KPU (076) sejumlah Rp144,52 miliar, dan terbesar kedua untuk Bawaslu sejumlah Rp86,47
miliar.
Sebagai pendukung pelaksanaan pesta demokrasi yang menjadi belanja penting di tahun 2023,
kinerja realisasi KPU sangat baik dengan mencapai 98,1 persen, sementara Bawaslu cukup rendah
dengan capaian 90,7 persen.

Grafik 5.3.
Kinerja K/L Pendukung PN 07
miliar rupiah

99,3% 98,8% 99,5% 99,9% 99,5% 99,8%


97,1% 98,1%
96,5%
93,1%
90,7%
87,3%

'005 '006 '013 '059 '060 '066 '076 '089 '104 '115 '116 '117

pagu real % penyerapan


sumber : Sintesa
Dua RO yang menyumbang kinerja belanja yang rendah di Bawaslu adalah:
1. Operasional Pengawas Ad-Hoc (115.01.CQ.6661.QIC.002) dengan pagu Rp16.016.163.000,00
dan realisasi Rp14.658.857.918,00 (91,5 persen pagu); serta
2. Seleksi Anggota Badan Pengawas Pemilu dan Pengawas Pemilu Ad-Hoc.
(115.01.CQ.6661.QIC.002) dengan pagu Rp1.628.270.000,00 dan realisasi Rp1.405.462.000,00
(86,3 persen pagu).

5.2. Permasalahan Spesifik


5.2.1. PN 01 : Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan Berkualitas dan
Berkeadilan.
1. Permasalahan terkait PBJ : Permasalahan utama yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
bantuan hewan antara lain keterlambatan dalam penentuan penerima bantuan hewan
dikarenakan belum turunnya juknis dalam penentuan penerima bantuan dari Kementerian
Pertanian serta kasus hukum yang menimpa pucuk pimpinan K/L menyebabkan moratorium
proses pengadaan barang dan jasa di seluruh K/L. Hal tersebut berdampak pada jadwal
pelaksanaan kegiatan baru dapat dilaksanakan di akhir tahun anggaran sehingga dampak
pelaksanaan program kepada masyarakat tidak langsung dirasakan oleh Masyarakat (Program
Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas dengan RO berupa Bantuan Hewan
(018.HA.1785.QEL.003)
2. Permasalahan terkait Eksekusi Kegiatan : (i) kondisi cuaca ekstrem dan suhu panas
menyebabkan kendala keterlambatan pembangunan irigasi sehingga penyelesaian
pembangunan melebihi jadwal yang sudah direncanakan (Program Ketahanan Sumber Daya Air

72
dengan RO berupa Pembangunan Irigasi (033.FC.5036.RBS.119), sedangkan pada Program
Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas dengan RO berupa Pengembangan
Kawasan Pertanian (018.HA.1761.RAI.611) kondisi cuaca ekstrem berdampak pada rusaknya
tanaman sehingga berakibat pada menurunnya tingkat produktivitas kawasan pertanian.

5.2.2. PN 02 : Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin


Pemerataan
Meskipun realisasi dan capaian output pada RO Utama telah mencapai target, namun dalam
perjalanannya terdapat permasalahan yang terjadi, yaitu :
1. Permasalahan Terkait Perencanaan : (i) Terdapat perubahan nomenklatur OPD di awal tahun
sehingga perlu mengajukan revisi DIPA dan virtual account, (ii) Terdapat optimalisasi sisa
anggaran pada RO PN sehingga harus mengajukan revisi dengan persetujuan eselon I.
2. Permasalahan Terkait Eksekusi Kegiatan: (i) Terdapat beberapa bidang tanah yang tidak
diketahui pemiliknya atau pemiliknya berada diluar kota atau luar pulau, (ii) Kesulitan dalam
proses pengukuran dan pemetaan lokasi PTSL yang berupa area pertanian sawah yang
disebabkan oleh : Karakteristik sawah memanjang (lebar hanya 5-10 meter namun panjang
ratusan meter) dengan tampilan objek sawah di foto udara yang mirip sehingga relatif sulit untuk
diidentifikasi dan perlu didukung cek lokasi ke lapangan; kemudian Batas pemilikan/penguasaan
bidang tanah sawah tidak mengikuti pematang sawah, sehingga harus melakukan konfirmasi ke
pemilik/perangkat desa; dan Terdapat Sawah Surjan yang merupakan suatu metode tanam yang
unik di daerah tersebut dimana satu bidang tanah memiliki ketinggian dan jenis tanaman yang
berbeda. Hal ini juga menyulitkan untuk identifikasi bidang tanah melalui foto udara. Selain itu
Ketersediaan sarana dan prasarana di seksi survei dan pemetaan tidak memadai. Mayoritas
komputer yang tersedia merupakan pengadaan sebelum tahun 2015, sedangkan software yang
digunakan (AutoCAD MAP 3D) memerlukan komputer dengan processor terbaru dengan RAM
yang lebih tinggi.
3. Permasalahan Terkait SDM yang Menghambat : (i) Bendahara dan operator hanya satu orang,
sehingga bendahara merangkap di semua jabatan, (ii) Pemahaman petugas ukur terhadap alat
survei khususnya yang berbasis Pengamatan Satelit (seperti GNSS RTK) belum memadai, dan
(iii) Satker yang membawahi banyak OPD mengalami kesulitan dalam pengisian capaian output.

5.2.3. PN 03 : Meningkatkan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Berdaya Saing


Permasalahan yang terjadi pada PN 03 adalah :
Permasalahan terkait PBJ : Pengadaan alat Kesehatan Ibu dan Anak berupa belanja modal peralatan
dan mesin berasal dari sumber dana pinjaman luar negeri. Pengadaan ini menunggu konsultan
peralatan yang ada di kantor pusat oleh Project Management Unit di Eselon I sehingga pengadaan
masih belum bisa dilakukan (pada Program Pelayanan Kesehatan dan JKN untuk RO Alat Kesehatan
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (IsDB) – LR (024.DG.6388.RAB.003).
5.2.4. PN 04 : Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan
Permasalahan pelaksanaan PN 04 Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan dapat
disampaikan sebagai berikut :
1. Permasalahan terkait Penganggaran : Kegiatan bersumber Dana PNBP N/R (PNBP
Nikah/Rujuk) Bimbingan Masyarakat Islam diatur secara terpusat di Direktorat Bimbingan
Masyarakat Islam Kemenag RI. Realisasi penerimaan PNBP yang tidak mencapai target secara
nasional, mengakibatkan anggaran bersumber dana PNBP (terpusat) tidak dapat dilaksanakan
secara maksimal. Selain itu untuk Revitalisasi KUA untuk anggaran sarana dan prasarana KUA

73
sangat minim ( Pada RO DC. 2104. UAI. 001 KUA yang direvitalisasi).
2. Permasalahan terkait Eksekusi Kegiatan yaitu belum adanya komunitas daerah yang melakukan
pembinaan lanjutan terhadap peserta bengkel bahasa dan sastra sementara untuk peningkatan
literasi kepada generasi muda sangat dibutuhkan dukungan semua unsur masyarakat yang
dapat dimulai pada komunitas di masing-masing daerah ( RO DH.2022.QDC.003 Generasi Muda
Terbina Literasi )
3. Permasalahan terkait SDM : Pemahaman masyarakat terhadap kegiatan tera dan tera ulang
UTTP yang dimiliki masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah anggapan bahwa biaya yang
ditimbulkan terlalu tinggi; Kurang pahamnya pelaku usaha BDKT terhadap aturan mengenai
kemasan produk yang dihasilkan; dan Evaluasi nilai Indeks Tertib Ukur tidak tepat dikarenakan
adanya bias aturan (Pada RO EF.3726.QDC.021 Masyarakat yang Diedukasi).

5.2.5. PN 05 : Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan


Pelayanan Dasar
Permasalahan yang terjadi pada PN 05 terdapat pada klaster Eksekusi Kegiatan, yaitu :

- Rendahnya penyerapan pada Satker SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Serayu Opak
(406937) dikarenakan cuaca yang tidak menentu yang menghambat distribusi material fisik
sehingga menghambat proses pembangunan tanggul pengendali banjir, serta kurangnya
komitmen dari penyedia barang dan jasa untuk penyelesaian pekerjaan.

- Permasalahan yang dialami oleh Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi DI Yogyakarta
(498622) adalah terkait dengan pembebasan lahan untuk pembangunan ruas Jalan Prambanan-
Gayamharjo yang mengakibatkan keterlambatan penyelesaian pekerjaan.

- Penyerapan rendah pada kegiatan penyelenggaraan sanitasi yang layak dengan output system
pengelolaan persampahan skala kawasan dikarenakan penyediaan sarana dan prasarana
pengelolaan sampah belum dapat terpenuhi.

5.2.6. PN 06 : Membangun Lingkungan Hidup: Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan


Perubahan Iklim
Tidak terdapat hambatan yang berarti baik dalam perencanaan, PBJ, maupun SDM-nya. Namun
pada Eksekusi Kegiatan sempat terhambat karena Faktor Cuaca atau terjadinya Elnino yang
menyebabkan pelaksanaan distribusi bibit-bibit untuk siap tanam menjadi mundur semua dari yang
dijadwalkan.

5.2.7. PN 07 : Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik


Permasalahan yang terjadi pada PN 07 terdapat pada klaster Penganggaran, yaitu :

- Masih adanya blokir anggaran sejumlah Rp610,06 juta sampai dengan bulan Oktober 2023.
Blokir tersebut di antaranya sejumlah Rp317,88 juta merupakan blokir AA.

- Anggaran dialokasikan sesuai dengan tahapan Pemilu, sedangkan Belanja Pegawai yang
anggarannya sudah habis sejak triwulan ke III TA 2023. Oleh karena itu, perlu melakukan
pengajuan usulan revisi untuk alokasi belanja tambahan. Selain revisi untuk alokasi belanja
tambahan, juga terdapat proses revisi secara terpusat Rp49,22 miliar yang membutuhkan waktu
yang lama karena secara nasional melibatkan Satker Bawaslu se-Indonesia.

74
5.3. Rekomendasi
5.3.1. Rekomendasi Terkait Regulasi
Prioritas Nasional (PN) Rekomendasi
PN.07 : Memperkuat Stabilitas 1. Dalam peraturan penganggaran ditegaskan agar belanja
Polhukhankam dan Transformasi yang diusulkan untuk AA tidak berkarakteristik mendesak
Pelayanan Publik dan bukan prioritas nasional.
2. Eselon I membuat juknis/SOP revisi terpusat dengan
memberikan kerangka waktu penyelesaian kepada satker.

5.3.2. Rekomendasi Terkait Non Regulasi


Prioritas Nasional (PN) Rekomendasi
PN 01 : Memperkuat Ketahanan 1. Dalam rangka mempercepat pelaksanaan kegiatan, satuan
Ekonomi untuk Pertumbuhan kerja dapat berkoordinasi dengan kantor pusat K/L untuk
Berkualitas dan Berkeadilan mempercepat penerbitan aturan mengenai kriteria
penerima bantuan serta untuk memastikan bahwa proses
pengadaan berjalan sesuai peraturan satuan kerja dapat
melibatkan APIP dan APH untuk memastikan pelaksanaan
PBJ berjalan sesuai dengan peraturan dan tanpa KKN.
2. Untuk mengatasi permasalahan tersebut satuan kerja perlu
meningkatkan penggunaan teknologi terkini dalam
pelaksanaan pekerjaan sehingga tidak terpengaruh dengan
cuaca ekstrem serta dapat lebih cepat selesai dengan
bantuan teknologi serta pelaksanaan kegiatan perlu
memperhitungkan prakiraan kondisi cuaca tahunan
khususnya pada bulan-bulan pelaksanaan kegiatan yang
bisa didapatkan melalui BMKG.
3. Untuk mengurangi dampak dari kondisi cuaca ekstrem
tersebut, pelaksanaan kegiatan perlu memperhitungkan
prakiraan kondisi cuaca tahunan khususnya pada bulan-
bulan pelaksanaan kegiatan yang bisa didapatkan melalui
BMKG.
PN 02 : Mengembangkan Wilayah Terkait Perencanaan :
untuk Mengurangi Kesenjangan dan - Meningkatkan koordinasi dengan Unit Eselon I K/L dalam
Menjamin Pemerataan proses pengajuan revisi DIPA.
Terkait Eksekusi Kegiatan :
- Meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait baik pemda,
tokoh adat dan masyarakat setempat.
- Menyelenggarakan pelatihan untuk peningkatan
kompetensi pegawai terkait metode survei, pemetaan dan
penggunaan alat survei berbasis satelit.
- Meningkatkan koordinasi dengan Unit Eselon I K/L untuk
pemenuhan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan dan
tuntutan perkembangan teknologi.
Terkait SDM yang Menghambat :
- Pemetaan kompetensi SDM sehingga dapat diberikan
pelatihan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tusi
masing-masing.
- Melaksanakan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
SDM secara berkelanjutan dan diikuti dengan monitoring
capaian hasil pelatihan.

75
Prioritas Nasional (PN) Rekomendasi
- Koordinasi dengan unit pengelola SDM masing-masing K/L
untuk penambahan jumlah pegawai yang menangani
anggaran.
PN 03 : Meningkatkan Sumber Daya Satuan kerja harus terus memantau perkembangan proses
Manusia Berkualitas dan Berdaya pengadaan dan seyogyanya alokasi dana untuk pelaksanaan
Saing kegiatan yang terpusat dialokasi pada DIPA Kantor Pusat
PN 04 : Revolusi Mental dan 1. Kemendikbudristek Perlu meningkatkan sosialisasi dan
Pembangunan Kebudayaan koordinasi dengan komunitas daerah di wilayahnya dan
memantau aktivitas daerah sebagai kelanjutan kegiatan
pembelajaran, sebagaimana telah dilakukan koordinasi
dengan komunitas sastra Regas (Kab Kulonprogo) untuk
melakukan pembinaan lanjutan dan monitoring pasca
peserta mengikuti kegiatan bengkel bahasa dan sastra
2. Kementerian Agama RI perlu menyusun pedoman teknis
revitalisasi KUA sehingga bisa menjadi acuan dan
pedoman bagi KUA dalam perencanaan dan pelaksanaan
program revitalisasi. Dukungan anggaran untuk revitalisasi
KUA perlu ditingkatkan.
3. Kementerian Perdagangan perlu meningkatkan sosialisasi
dan edukasi secara lebih luas untuk memberikan
pemahaman kepada Wajib Tera Ulang bahwa kerangka
pembiayaan terdiri dari retribusi dan reparasi. Edukasi
terkait pendampingan pelaku UMKM tentang mekanisme
legalisasi produk yang dihasilkan. Edukasi kemetrologian
melalui konten-konten yang menarik melalui media sosial.
PN 05 : Memperkuat Infrastruktur 1. Satuan kerja harus sudah mempersiapkan perencanaan
untuk Mendukung Pengembangan pelaksanaan dengan baik termasuk perkiraan cuaca pada
Ekonomi dan Pelayanan Dasar tahun berjalan, selanjutnya bagi pejabat ULP maupun PPK
agar selalu memperhatikan reputasi penyedia barang dan
jasa dalam berkomitmen atas kontrak serta kualitas
pekerjaan selain harga dan dokumen penawaran.
2. Satker hendaknya dapat melaksanakan koordinasi dengan
pihak-pihak ataupun instansi terkait yang terlibat dengan
proses pembebasan lahan, sebagai contohnya Badan
Pertanahan Nasional (BPN).
PN 06 : Membangun Lingkungan 1. Pemilihan jenis bibit tanaman dalam kegiatan rehabilitasi
Hidup: Meningkatkan Ketahanan hutan hendaknya memperhatikan kondisi biofisik lahan
Bencana, dan Perubahan Iklim serta prediksi iklim ke depan. Tanaman yang dipilih
hendaknya yang adaptif terhadap kekeringan, mampu
menyimpan lebih banyak air, serta meminimalisasi
penguapan yang menyebabkan tanaman menjadi kering.
2. Meningkatkan koordinasi dengan satker Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di daerah
dalam rangka pemantauan perkembangan iklim dan
prediksi curah hujan salah satunya dengan
mengoptimalkan Climate Early Warning System (CEWS).
3. Menyusun mitigasi risiko dalam pelaksanaan pekerjaan
dengan berbagai alternatif kondisi cuaca
PN 07 : Memperkuat Stabilitas 1. Meskipun kebijakan pengalokasian anggaran disesuaikan
Polhukhankam dan Transformasi dengan tahapan Pemilu, pemberian ABT oleh eselon I harus
Pelayanan Publik memperhitungkan pelaksanaan eksekusi kegiatan
2. Satker menghitung secara akurat kebutuhan penganggaran
untuk setiap tahapan Pemilu.

76
RPA SEMESTER II TAHUN 2023

Bandara YIA - Kulon Progo


Foto: Humas Kanwil DJPb DIY

RPA SEMESTER II 2023

Lampiran I
Clustering Penanganan Satker
LAMPIRAN BAB 2:

Capaian IKPA tingkat Kantor Wilayah DJPB Provinsi D.I. Yogyakarta tidak terlepas dari
kontribusi capaian IKPA dari setiap KPPN sebagai Bendahara Umum Negara yang menjadi instansi
vertikal, yang terdiri dari: KPPN Tipe A1 Yogyakarta (030), KPPN Tipe A2 Wonosari (149), dan
KPPN Tipe A2 Wates (176). Pada 2023, total Satker di wilayah kerja Kanwil DJPb Provinsi D.I.
Yogyakarta berjumlah 332 dengan Satker di bawah koordinasi KPPN Yogyakarta berjumlah 274, di
bawah KPPN Wonosari berjumlah 29, dan KPPN Wates berjumlah 29.
Sampai dengan akhir periode semester II Tahun 2023 (Desember 2023) terdapat
perbedaan kategori capaian nilai IKPA pada tiga KPPN yang berada pada lingkup Kantor Wilayah
DJPB Provinsi D.I. Yogyakarta. Dari ketiga KPPN, hanya KPPN Yogyakarta yang masuk dalam
kategori “Baik” dengan nilai 94,61. Sementara KPPN Wonosari dan KPPN Wates masing-masing
memperoleh nilai sebesar 97,40 dan 96,17 atau dalam kategori “Sangat Baik”. Indikator yang
belum memberikan kontribusi nilai pada ketiga KPPN tersebut merupakan cermin dari capaian
IKPA Kanwil DJPb Provinsi DIY. Capaian IKPA masing-masing KPPN dapat dilihat seperti pada
tabel berikut:

Berdasarkan tabel di atas, indikator yang mempunyai nilai belum memberikan kontribusi
optimal adalah Deviasi Halaman III DIPA. Deviasi halaman III DIPA ini dihitung berdasarkan rasio
antara nilai penyimpangan/deviasi realisasi anggaran terhadap Rencana Penarikan Dana pada
setiap jenis belanja yang telah dimutakhirkan. Satker K/L dapat melakukan pemutakhiran
Rencana Penarikan Dana bulanan paling lambat pada hari kerja kesepuluh pada setiap triwulan.
Meskipun pada periode semester II tahun 2023 mulai bulan Juli sampai dengan Desember tahun
2023 nilai IKPA untuk indikator ini senantiasa mengalami peningkatan, namun masih belum
mendapatkan hasil nilai yang optimal. Rendahnya nilai indikator Deviasi Halaman III DIPA
mencerminkan bahwa masih terjadi ketidaksesuaian antara rencana kegiatan dengan
realisasinya. Nilai tersebut merupakan kontribusi dari Satker-Satker yang berada di lingkup
wilayah Kanwil DJPb Provinsi D.I. Yogyakarta.
Berdasarkan data pada aplikasi OMSPAN per 31 Desember 2023 dari 332 Satker di wilayah
DIY dapat dikelompokkan menjadi Satker dengan nilai IKPA “Sangat Baik” sejumlah 172 Satker,
nilai IKPA “Baik” sejumlah 117 Satker, nilai IKPA “Cukup” sejumlah 42 Satker, dan nilai IKPA
“Kurang” sejumlah 1 Satker.

Jumlah Satker lingkup Kanwil DJPb


Provinsi DIY periode Semester II TA 2023
1; 0%
42; 13%

172; 52%
117; 35%

Secara keseluruhan kendala utama yang menjadi penghambat tidak optimalnya capaian
IKPA 2023 adalah deviasi halaman III DIPA, penyerapan anggaran, belanja kontraktual dan
dispensasi SPM. Ditemukan banyak satker yang deviasi halaman III DIPA dan penyerapan
anggaran tidak proporsional dalam rentang satu tahun anggaran. Terdapat 132 Satker dengan
nilai deviasi halaman III DIPA dibawah 70 dan 32 Satker dengan nilai penyerapan anggaran di
bawah 70. Nilai kedua indikator yang dibawah 70 ini mengindikasikan bahwa Satker belum
mampu menghadirkan belanja yang berkualitas. Perencanaan hal III DIPA yang kurang
berkualitas dan belum mencerminkan kegiatan akan dilaksanakan secara riil. Hal ini dikarenakan
dalam penyusunannya tidak/kurang koordinasi antara unit teknis selaku pelaksana kegiatan
dengan para pengelola anggaran. Satker tidak disiplin merealisasikan kegiatan yang
direncanakan pada halaman III DIPA.
Terdapat 54 satker dengan nilai belanja kontraktual kurang dari 90. Hal ini
mengindikasikan masih banyak satker yang kurang memperhatikan komponen yang ada pada
nilai belanja kontraktual, nilai komposit antara nilai kinerja komponen ketepatan waktu (40%),
komponen akselerasi kontrak dini (30%), dan komponen akselerasi belanja modal (30%). Satker
hanya fokus pada ketepatan waktu penyampaian data kontrak ke KPPN. Sehingga masih sedikit
Satker lingkup DIY melakukan kontrak PRA-DIPA dan minimnya pemahaman tentang
pelaksanaan kontrak PRA-DIPA. Juga didukung masih rendah komitmen dan dukungan K/L
kepada Satker lingkup kerjanya untuk melaksanakan kontrak Pra DIPA, seperti belum tersedianya
dana untuk lelang PRA-DIPA pada tahun anggaran sebelumnya. Masih ditemukan pula satker
yang ketepatan waktu penyampaian tidak optimal, yang menggambarkan koordinasi antara
Satker dan rekanan belum berjalan dengan baik sehingga dokumen yang diperlukan tidak
tersedia tepat waktu, serta koordinasi antara pelaksana kegiatan dan PPK belum maksimal.
Dispensasi halaman III DIPA selama 2 periode tahun 2022 - 2023 dengan nilai yang sama
belum optimal. Pada akhir tahun 2023, terjadi peningkatan jumlah Kontrak dan SPM yang
diajukan diluar batas waktu dengan intensitas yang cukup tinggi. Berdasarkan data pada aplikasi
sintesa jumlah total 59 SPM, dengan rincian dispensasi Kanwil sebesar 58 dan dispensasi
Direktorat PA sebesar 1 SPM. Sementara untuk dispensasi kontrak sebesar 16 dispensasi. Hal
ini mengindikasikan bahwa masih banyak satker yang abai terhadap batas-batas waktu
penyampaian pekerjaan akhir tahun yang telah ditetapkan dalam ketentuan Langkah-Langkah
Akhir Tahun.

2
Tabel Deviasi Halaman III DIPA kurang dari 70
Deviasi Deviasi
Halaman Halaman
Uraian III DIPA Uraian III DIPA
1 643700 DITINTELKAM POLDA DIY 69 67 505101 BALAI PRASARANA PERMUKIMAN WILAYAH DI YOGYAKARTA 42,43
2 344858 LANUD ADISUTJIPTO 68,39 68 '049090 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 32,33
3 643806 DITPOLAIRUD POLDA DIY 66,91 69 640004 DINAS PARIWISATA PROVINSI D. I. YOGYAKARTA 19,78
4 417684 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BANTUL 69,77 70 417600 KANWIL KEMENTERIAN AGAMA D.I. YOGYAKARTA 63,37
5 417685 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BANTUL 60,03 71 '049088 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 12,03
6 643873 POLRESTA SLEMAN 67,77 72 536739 BIDKUM POLDA 62,07
7 643827 BIDDOKKES POLDA DIY 65,71 73 424503 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 4 BANTUL 58,05
8 686507 SEKRETARIAT BAWASLU KABUPATEN BANTUL 62,43 74 308700 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 6 BANTUL 58,26
9 643721 DITSAMAPTA POLDA DIY 52,87 75 547658 PENGADILAN TINGGI AGAMA YOGYAKARTA 55,47
10 '017972 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL 68,16
D.I. YOGYAKARTA
76 417692 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 3 BANTUL 55,72
11 417632 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SLEMAN 51,06 77 633975 BALAI PENERAPAN STANDAR INSTRUMEN PERTANIAN DI 65,46YOGYAKARTA
12 651088 BID TIK POLDA DIY 50,79 78 417615 MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 SLEMAN 49,76
13 419656 SEKRETARIAT BAWASLU KABUPATEN SLEMAN 63,65 79 '099128 PENGADILAN NEGERI YOGYAKARTA 66,65
14 657647 KPU KOTA YOGYAKARTA 61,34 80 417661 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 3 SLEMAN 39,86
15 417610 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA YOGYAKARTA 64,31 81 '049062 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 68,13
16 574316 BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI 69,86 82 400173 PENGADILAN NEGERI BANTUL 39,28
17 417728 MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BANTUL 45,28 83 417598 KANWIL KEMENTERIAN AGAMA D.I. YOGYAKARTA 68,16
18 613462 BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO KELAS I YOGYAKARTA 69,2 84 425642 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 9 SLEMAN 34,38
19 417611 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA YOGYAKARTA 44,24 85 663293 PENGADILAN MILITER II - 11 DI YOGYAKARTA 63,17
20 '049087 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 49,03 86 424528 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 4 SLEMAN 35,33
21 417602 KANWIL KEMENTERIAN AGAMA D.I. YOGYAKARTA 55,7 87 417703 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 BANTUL 33,92
22 643759 RO SDM POLDA DIY 68,58 88 417652 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 SLEMAN 29,07
23 417631 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SLEMAN 53,74 89 417646 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 SLEMAN 26,62
24 657612 KPU KABUPATEN BANTUL 67,89 90 '049058 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROV. D.I. 53,98
YOGYAKARTA
25 419520 BPMP PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 65,64 91 598504 MADRASAH ALIYAH NEGERI 5 SLEMAN 21,06
26 '019255 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA YOGYAKARTA 67,41 92 '099131 PENGADILAN NEGERI SLEMAN 55,22
27 344647 LANAL JOGJA 38,5 93 417601 KANWIL KEMENTERIAN AGAMA D.I. YOGYAKARTA 53,03
28 308628 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 YOGYAKARTA 60,78 94 '049033 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI YOGYAKARTA 47,72
29 407995 KANTOR IMIGRASI KELAS I TPI YOGYAKARTA 67,24 95 '049057 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DIY 63,47
30 344800 AAU 58,49 96 '049031 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI YOGYAKARTA 42,51
31 677642 AKADEMI KOMUNITAS NEGERI SENI DAN BUDAYA YOGYAKARTA 59,9 97 598499 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 BANTUL 30,5
32 613150 BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM D.I YOGYAKARTA 55,65 98 '049034 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI YOGYAKARTA 21,63
33 401667 PENYEDIAAN PERUMAHAN PROVINSI DI YOGYAKARTA 39,67 99 '049131 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DIY 32,48
34 567322 BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II YOGYAKARTA 62,65 100 '049032 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI YOGYAKARTA 45,74
35 417596 KANWIL KEMENTERIAN AGAMA D.I. YOGYAKARTA 50,5 101 '049012 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI YOGYAKARTA
35,82
36 633863 BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI SERAYU-OPAK 60,07 102 484149 DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU 57,11PINTU DIY
37 414583 KANTOR PENCARIAN DAN PERTOLONGAN YOGYAKARTA 58,74 103 '049001 DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU 41,08PINTU PROVINSI DAERAH IS
38 412571 BALAI PENYELIDIKAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KEBENCANAAN GEOLOGI 66,92 104 '049061 SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI DI YOGYAKARTA 51,44
39 498171 SNVT PELAKSANAAN JARINGAN SUMBER AIR SERAYU-OPAK 58,13 105 '040069 Bappeda Provinsi DIY 38,82
40 424483 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 7 BANTUL 26,53 106 415582 RUMAH SAKIT UMUM DR SARDJITO YOGYAKARTA 68,05
41 '098082 PENGADILAN NEGERI SLEMAN 51,43 107 350107 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI YOGYAKARTA
64,31
42 677539 INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 69,61 108 '040093 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI YOGYAKARTA17,9
43 649877 BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DAN TATA LINGKUNGAN WILAYAH XI 57,64D.I YOGYAKARTA
109 679986 RUMKIT BHAYANGKARA YOGYAKARTA 64,19
44 498177 SNVT PELAKSANAAN JARINGAN PEMANFAATAN AIR SERAYU-OPAK 58,92 110 '040008 DINAS KESEHATAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 43,68
45 117109 GEDUNG KEUANGAN NEGARA YOGYAKARTA 64,98 111 '049055 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI YOGYAKARTA
54,57
46 '049059 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 37,96 112 423755 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 62,43
47 417597 KANWIL KEMENTERIAN AGAMA D.I. YOGYAKARTA 57,29 113 '049028 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 56,95
48 631166 BALAI PELAKSANA PEMILIHAN JASA KONSTRUKSI WILAYAH DI YOGYAKARTA 34,95 114 484150 BAPPEDA PROVINSI DI YOGYAKARTA 45,43
49 418104 STASIUN KLIMATOLOGI DI YOGYAKARTA 48,9 115 '049094 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 47,44
50 '049029 DINAS PEKERJAAN UMUM, PERUMAHAN DAN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL 36,71
PROVINSI 116
D.I. YOGYAKARTA
'040063 DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DIY 33,23
51 643784 ROLOG POLDA DIY 58,41 117 '040082 DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH DIY 30,5
52 352671 BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN VOKASI SENI54,54 DAN BUDAYA118 677505 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 52,02
53 631127 PELAKSANAAN PRASARANA PERMUKIMAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 57,78 119 '049019 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN 38,05
54 '040100 OPERASI DAN PEMELIHARAAN SUMBER DAYA AIR SERAYU OPAK 22,56 120 344809 RSPAU DR. S. HARDJOLUKITO 46,87
55 690491 POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA 68,06 121 417771 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 GUNUNG KIDUL 67,97
56 690661 BALAI PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN WILAYAH JAWA 63,2 122 417766 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. GUNUNG KIDUL 67,44
57 498622 PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 50,76 123 598478 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 9 GUNUNG KIDUL 65,7
58 427798 BALAI PELESTARIAN KEBUDAYAAN WILAYAH X 57,63 124 401232 PENGADILAN AGAMA WONOSARI 69,43
59 420107 BALAI TEKNIK SABO 45,53 125 417796 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 GUNUNG KIDUL 30,74
60 663885 STASIUN GEOFISIKA SLEMAN 62,68 126 657605 KPU KABUPATEN KULONPROGO 54,8
61 344881 RUMKIT TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO YOGYAKARTA KESDAM IV/DIP 54,19 127 239544 BALAI BESAR VETERINER WATES YOGYAKARTA 67,34
62 '049035 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI YOGYAKARTA 25,14 128 675671 STASIUN METEOROLOGI YOGYAKARTA 36,32
63 432722 SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA (MMTC) YOGYAKARTA 68,27 129 417740 MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KULON PROGO 52,39
64 '049025 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 31,46 130 423761 MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KULON PROGO 52,07
65 406937 SNVT PEMBANGUNAN BENDUNGAN BBWS SERAYU OPAK 37,49 131 598482 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 6 KULON PROGO 42,39
66 '049089 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROV. D.I. YOGYAKARTA 32,72 132 553366 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 5 KULON PROGO 43,04
Tabel Penyerapan Anggaran kurang dari 70
Penyerapan Anggaran
1 '049009 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI YOGYAKARTA61,86
2 690491 POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA 63,99
3 690661 BALAI PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN WILAYAH
63,86JAWA
4 498622 PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
65,93
5 427798 BALAI PELESTARIAN KEBUDAYAAN WILAYAH X 62,97
6 '049035 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI YOGYAKARTA 52,95
7 432722 SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA (MMTC) YOGYAKARTA 55,66
8 '049025 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 53,53
9 '049089 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROV. D.I. YOGYAKARTA
67,65
10 '049090 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 44,29
11 640004 DINAS PARIWISATA PROVINSI D. I. YOGYAKARTA 41,43
12 '049102 DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH D.I. YOGYAKARTA53,27
13 '049088 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 52,13
14 484151 INSPEKTORAT PROVINSI DI YOGYAKARTA 65,65
15 '049057 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DIY 67,96
16 '049032 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI YOGYAKARTA 66,45
17 '049012 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI YOGYAKARTA68,04
18 484149 DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU 56,63
DIY
19 '049001 DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU 65,59
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
20 '049061 SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI DI YOGYAKARTA 56,32
21 '040069 Bappeda Provinsi DIY 60,29
22 350107 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI YOGYAKARTA44,03
23 '040093 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI YOGYAKARTA 66,71
24 '040008 DINAS KESEHATAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 51,44
25 '049055 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI YOGYAKARTA48,02
26 '049028 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 42,48
27 484150 BAPPEDA PROVINSI DI YOGYAKARTA 49,27
28 '049094 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 46,23

29 '040063 DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DIY 57,4


30 690642 DITJEN DIKTIRISTEK (PTN BH - UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA)
67,01
31 '040082 DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH DIY 51,83
32 '049019 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN 56,55

Tabel Deviasi Halaman III DIPA dan Penyerapan Anggaran kurang dari 70
Deviasi Halaman Penyerapan
III DIPA Anggaran
1 690491 POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA 68,06 63,99
2 690661 BALAI PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN WILAYAH JAWA 63,2 63,86
3 498622 PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 50,76 65,93
4 427798 BALAI PELESTARIAN KEBUDAYAAN WILAYAH X 57,63 62,97
5 '049035 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI YOGYAKARTA 25,14 52,95
6 432722 SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA (MMTC) YOGYAKARTA 68,27 55,66
7 '049025 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 31,46 53,53
8 '049089 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROV. D.I. YOGYAKARTA 32,72 67,65
9 '049090 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 32,33 44,29
10 640004 DINAS PARIWISATA PROVINSI D. I. YOGYAKARTA 19,78 41,43
11 '049088 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 12,03 52,13
12 '049057 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DIY 63,47 67,96
13 '049032 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI YOGYAKARTA 45,74 66,45
14 '049012 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI YOGYAKARTA 35,82 68,04
15 484149 DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DIY57,11 56,63
16 '049001 DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI
41,08 DAERAH ISTIMEWA
65,59 YOGYAKARTA
17 '049061 SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI DI YOGYAKARTA 51,44 56,32
18 '040069 Bappeda Provinsi DIY 38,82 60,29
19 350107 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI YOGYAKARTA 64,31 44,03
20 '040093 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI YOGYAKARTA 17,9 66,71
21 '040008 DINAS KESEHATAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 43,68 51,44
22 '049055 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI YOGYAKARTA 54,57 48,02
23 '049028 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 56,95 42,48
24 484150 BAPPEDA PROVINSI DI YOGYAKARTA 45,43 49,27
25 '049094 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 47,44 46,23
26 '040063 DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DIY 33,23 57,4
27 '040082 DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH DIY 30,5 51,83
28 '049019 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN 38,05 56,55

4
Tabel Belanja Kontraktual kurang dari 90
INDIKATOR PELAKSANAAN ANGGARAN Belanja Kontraktual
1 29 401200 PENGADILAN AGAMA SLEMAN 87,14
2 37 678590 RORENA POLDA DIY 87,14
3 53 401225 PENGADILAN AGAMA BANTUL 87,14
4 61 506322 KANTOR PERTANAHAN KOTA YOGYAKARTA 87,14
5 78 350482 BALAI BESAR PELATIHAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA,80,95 DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRA
6 84 663292 PENGADILAN MILITER II - 11 DI YOGYAKARTA 87,14
7 85 426370 BALAI PELAYANAN PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA (BP3MI) 80 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
8 87 700172 RRI YOGYAKARTA 87,14
9 92 657647 KPU KOTA YOGYAKARTA 87,3
10 101 613462 BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO KELAS I YOGYAKARTA 90
11 103 400573 PUSAT PENGELOLAAN EKOREGION JAWA 61,9
12 107 432665 BALAI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENELITIAN KOMUNIKASI
71,43 DAN INFORMATIKA YOGYAKA
13 110 657612 KPU KABUPATEN BANTUL 86,56
14 112 '019255 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA YOGYAKARTA 71,43
15 115 417407 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN (POLBANGTAN)YOGYAKARTA 89,77- MAGELANG KAMPUS YOGYAKARTA
16 120 417595 KANWIL KEMENTERIAN AGAMA D.I. YOGYAKARTA 86,67
17 123 654411 KPU PROVINSI DI YOGYAKARTA 85,12
18 125 567322 BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II YOGYAKARTA 75
19 126 417596 KANWIL KEMENTERIAN AGAMA D.I. YOGYAKARTA 82,57
20 128 633863 BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI SERAYU-OPAK 87,63
21 129 '005702 KEJAKSAAN NEGERI BANTUL 62,86
22 130 401226 PENGADILAN AGAMA BANTUL 42,86
23 131 643738 DITLANTAS POLDA DIY 83
24 133 412571 BALAI PENYELIDIKAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KEBENCANAAN 85,45 GEOLOGI
25 136 '098082 PENGADILAN NEGERI SLEMAN 74
26 140 649877 BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DAN TATA LINGKUNGAN WILAYAH 88,51 XI D.I YOGYAKARTA
27 141 498177 SNVT PELAKSANAAN JARINGAN PEMANFAATAN AIR SERAYU-OPAK77,55
28 146 657630 KPU KABUPATEN SLEMAN 53,25
29 147 417597 KANWIL KEMENTERIAN AGAMA D.I. YOGYAKARTA 84,26
30 150 418104 STASIUN KLIMATOLOGI DI YOGYAKARTA 87,14
31 155 643784 ROLOG POLDA DIY 88,33
32 156 352671 BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN VOKASI 74,16 SENI DAN BUDAYA
33 157 631127 PELAKSANAAN PRASARANA PERMUKIMAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 66,92
34 160 690661 BALAI PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN WILAYAH 87,14
JAWA
35 162 427798 BALAI PELESTARIAN KEBUDAYAAN WILAYAH X 88
36 163 420107 BALAI TEKNIK SABO 73,33
37 164 663885 STASIUN GEOFISIKA SLEMAN 42,45
38 165 344881 RUMKIT TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO YOGYAKARTA KESDAM IV/DIP87,14
39 166 401202 PENGADILAN AGAMA SLEMAN 42,86
40 168 432722 SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA (MMTC) YOGYAKARTA 73,83
41 169 '049025 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 87,5
42 171 '049089 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROV. D.I. YOGYAKARTA 71,43
43 172 505101 BALAI PRASARANA PERMUKIMAN WILAYAH DI YOGYAKARTA 82,86
44 173 '049090 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 90
45 211 '049088 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 57,14
46 261 679986 RUMKIT BHAYANGKARA YOGYAKARTA 85,71
47 264 423755 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 87,65
48 271 677505 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 83,24
49 10 657626 KPU KABUPATEN GUNUNGKIDUL 84,33
50 12 '098078 PENGADILAN NEGERI WONOSARI 87,14
51 15 401231 PENGADILAN AGAMA WONOSARI 87,14
52 9 506361 KANTOR PERTANAHAN KAB. KULON PROGO 87,14
53 13 417742 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. KULON PROGO 86
54 14 675671 STASIUN METEOROLOGI YOGYAKARTA 90
Tabel Dispensasi SPM kurang dari 100

Dispensasi SPM
1 447775 BALAI STANDARDISASI METROLOGI LEGAL REGIONAL II 80
2 409181 KANWIL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM YOGYAKARTA 80
3 '017241 KANTOR REGIONAL I BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA YOGYAKARTA 80
4 401199 PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA 80
5 678605 DITBINMAS POLDA DIY 80
6 400342 PENGADILAN TINGGI YOGYAKARTA 80
7 '019241 BADAN PUSAT STATISTIK KAB. BANTUL 80
8 524465 SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL YOGYAKARTA 80
9 '017972 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL80D.I. YOGYAKARTA
10 419656 SEKRETARIAT BAWASLU KABUPATEN SLEMAN 80
11 247199 BALAI BESAR STANDARDISASI DAN PELAYANAN JASA INDUSTRI KULIT, KARET, DAN
80 PLASTIK
12 613462 BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO KELAS I YOGYAKARTA 80
13 506141 KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROP. DI YOGYAKARTA 85
14 657612 KPU KABUPATEN BANTUL 80
15 690593 BBGP PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 80
16 417407 POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN (POLBANGTAN)YOGYAKARTA - MAGELANG 80 KAMPUS YOGYAKARTA
17 407995 KANTOR IMIGRASI KELAS I TPI YOGYAKARTA 80
18 344800 AAU 85
19 654411 KPU PROVINSI DI YOGYAKARTA 80
20 633863 BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI SERAYU-OPAK 90
21 643738 DITLANTAS POLDA DIY 80
22 412571 BALAI PENYELIDIKAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KEBENCANAAN GEOLOGI 85
23 424483 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 7 BANTUL 80
24 690551 BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (BBPPKS) DI80YOGYAKARTA
25 '040060 DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 80
26 427180 BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI SERAYU OPAK PROGO 80
27 657630 KPU KABUPATEN SLEMAN 80
28 417597 KANWIL KEMENTERIAN AGAMA D.I. YOGYAKARTA 85
29 418104 STASIUN KLIMATOLOGI DI YOGYAKARTA 80
30 631127 PELAKSANAAN PRASARANA PERMUKIMAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 80
31 690491 POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA 80
32 498622 PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 80
33 427798 BALAI PELESTARIAN KEBUDAYAAN WILAYAH X 85
34 663885 STASIUN GEOFISIKA SLEMAN 80
35 401202 PENGADILAN AGAMA SLEMAN 80
36 432722 SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA (MMTC) YOGYAKARTA 80
37 '049102 DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH D.I. YOGYAKARTA 80
38 417630 KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SLEMAN 85
39 '049088 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 80
40 677548 DITJEN DIKTIRISTEK (PTN BH - UNIVERSITAS GADJAH MADA) 85
41 417599 KANWIL KEMENTERIAN AGAMA D.I. YOGYAKARTA 80
42 423755 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 85
43 677505 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 80

6
Tabel Deviasi Halaman III DIPA dan Penyerapan Anggaran kurang dari 70, Belanja Kontraktual
kurang dari 90 dan Dispensasi SPM kurang dari 100

Kode Deviasi Hal III Penyerapan Belanja Dispensasi


No Satker Uraian DIPA Anggaran kontraktual SPM
1 '017972 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA 68,16NASIONAL D.I.
100YOGYAKARTA94 80
2 613462 BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO KELAS I YOGYAKARTA 69,2 99,71 90 80
3 657612 KPU KABUPATEN BANTUL 67,89 100 86,56 80
4 '019255 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA YOGYAKARTA 67,41 99,89 71,43 100
5 407995 KANTOR IMIGRASI KELAS I TPI YOGYAKARTA 67,24 93,3 91,15 80
6 344800 AAU 58,49 100 100 85
7 654411 KPU PROVINSI DI YOGYAKARTA 75,07 90,62 85,12 80
8 567322 BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II YOGYAKARTA 62,65 94,19 75 100
9 417596 KANWIL KEMENTERIAN AGAMA D.I. YOGYAKARTA 50,5 98,31 82,57 100
10 633863 BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI SERAYU-OPAK 60,07 92,18 87,63 90
11 643738 DITLANTAS POLDA DIY 75,12 88,53 83 80
12 412571 BALAI PENYELIDIKAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KEBENCANAAN 66,92 GEOLOGI
92,57 85,45 85
13 424483 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 7 BANTUL 26,53 100 100 80
14 '098082 PENGADILAN NEGERI SLEMAN 51,43 99,1 74 100
15 649877 BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DAN TATA LINGKUNGAN 57,64
WILAYAH XI D.I
85,01
YOGYAKARTA
88,51 100
16 498177 SNVT PELAKSANAAN JARINGAN PEMANFAATAN AIR SERAYU-OPAK 58,92 90,15 77,55 100
17 657630 KPU KABUPATEN SLEMAN 70,52 100 53,25 80
18 417597 KANWIL KEMENTERIAN AGAMA D.I. YOGYAKARTA 57,29 86,51 84,26 85
19 418104 STASIUN KLIMATOLOGI DI YOGYAKARTA 48,9 88,48 87,14 80
20 643784 ROLOG POLDA DIY 58,41 72,01 88,33 100
21 352671 BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN 54,54
VOKASI SENI83,55
DAN BUDAYA74,16 100
22 631127 PELAKSANAAN PRASARANA PERMUKIMAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 57,78 91,13 66,92 80
23 690491 POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA 68,06 63,99 90,9 80
24 690661 BALAI PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN WILAYAH 63,2 JAWA 63,86 87,14 100
25 498622 PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
50,76 65,93 90,67 80
26 427798 BALAI PELESTARIAN KEBUDAYAAN WILAYAH X 57,63 62,97 88 85
27 420107 BALAI TEKNIK SABO 45,53 71,85 73,33 100
28 663885 STASIUN GEOFISIKA SLEMAN 62,68 90,74 42,45 80
29 344881 RUMKIT TK. III 04.06.03 DR. SOETARTO YOGYAKARTA KESDAM IV/DIP
54,19 99,01 87,14 100
30 401202 PENGADILAN AGAMA SLEMAN 100 100 42,86 80
31 '049035 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI YOGYAKARTA 25,14 52,95 100 100
32 432722 SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA (MMTC) YOGYAKARTA 68,27 55,66 73,83 80
33 '049025 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 31,46 53,53 87,5 100
34 '049089 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROV. D.I. YOGYAKARTA32,72 67,65 71,43 100
35 505101 BALAI PRASARANA PERMUKIMAN WILAYAH DI YOGYAKARTA 42,43 96,2 82,86 100
36 '049090 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 32,33 44,29 90 100
37 640004 DINAS PARIWISATA PROVINSI D. I. YOGYAKARTA 19,78 41,43 100 100
38 '049088 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 12,03 52,13 57,14 80
39 '049057 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DIY 63,47 67,96 0 100
40 '049032 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI YOGYAKARTA 45,74 66,45 0 100
41 '049012 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI YOGYAKARTA 35,82 68,04 0 100
42 484149 DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU 57,11 DIY 56,63 0 100
43 '049001 DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU 41,08 PROVINSI65,59
DAERAH ISTIMEWA
0 YOGYAKARTA
100
44 '049061 SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI DI YOGYAKARTA 51,44 56,32 0 100
45 '040069 Bappeda Provinsi DIY 38,82 60,29 0 100
46 350107 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI YOGYAKARTA 64,31 44,03 0 100
47 '040093 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI YOGYAKARTA 17,9 66,71 0 100
48 679986 RUMKIT BHAYANGKARA YOGYAKARTA 64,19 92,9 85,71 100
49 '040008 DINAS KESEHATAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 43,68 51,44 0 100
50 '049055 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI YOGYAKARTA 54,57 48,02 0 100
51 423755 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 62,43 91,84 87,65 85
52 '049028 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 56,95 42,48 0 100
53 484150 BAPPEDA PROVINSI DI YOGYAKARTA 45,43 49,27 0 100
54 '049094 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DIY 47,44 46,23 0 100
55 '040063 DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DIY 33,23 57,4 0 100
56 '040082 DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH DIY 30,5 51,83 0 100
57 677505 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 52,02 73,92 83,24 80
58 '049019 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN 38,05 56,55 0 100
Untuk mempertajam intervensi KPPN dan Kanwil DJPb dalam meningkatkan kualitas
pelaksanaan anggaran Satker, maka dilakukan pengklasteran kondisi Satker menjadi Satker
dengan risiko tinggi, Satker dengan risiko sedang dan Satker dengan risiko rendah, sebagai
berikut:
i. Satker dengan risiko Tinggi apabila nilai deviasi halaman III DIPA dan nilai penyerapan
anggaran dibawah 70, nilai belanja kontraktual dibawah 90 dan nilai dispensasi SPM dibawah
100. (ada lebih besar sama dengan 2 nilai terpenuhi)
ii. Satker dengan risiko Sedang adalah Satker yang salah satu nilai terpenuhi.
iii. Satker dengan kondisi risiko Rendah apabila nilai deviasi halaman III DIPA dan penyerapan
anggaran diatas 70, nilai belanja kontraktual di atas 90 dan nilai dispensasi SPM 100.
Dari klastering di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kategori Jumlah
Risiko Satker Persentase
Tinggi 58 17,47%
Sedang 115 34,63%
Rendah 159 47,89%
332
KLASTERING KATEGORI RISIKO SATKER
Tinggi
58 :
17,47%

Sedang Rendah
115: 159 :
34,63% 47,89%

Rendah Sedang Tinggi

Kategori risiko tinggi dengan nilai deviasi halaman III DIPA dan penyerapan anggaran
kurang dari 70, belanja kontraktual kurang dari 90 dan dispensasi SPM kurang dari 100 terdapat
58 satker atau 17,47 %. Sebagian besar adalah Satker dari pemerintah daerah atau dinas dengan
kode kewenangan dekonsentrasi (dk). Permasalahan klasik yang sering terjadi adalah para
pengelola keuangannya merangkap jabatan dan/atau mengelola beberapa sumber anggaran.
Seperti anggaran dari dana DIPA/APBN, DPA/APBD, dan DAIS. Hasil one on one meeting evaluasi
pelaksanaan anggaran, salah satu Satker mengakui bahwa konsentrasi/fokus pengerjaan
anggaran pada sumber dana dari DPA/APBD karena bersentuhan langsung dengan tugas fungsi
Satker dinas tersebut. Sehingga anggaran yang diterima dari APBN seringkali terlambat
pertanggungjawabannya. Kendala lain yang tak kalah penting adalah keterlambatan penetapan
pengelola keuangan atau pejabat perbendaharaan oleh Kepala Daerah, terlambatnya petunjuk
teknis/petunjuk pelaksanaan dari Kementerian Negara/Lembaga terkait, dan pergantian
pegawai/pejabat pengelola keuangan yang tidak diikuti dengan transfer knowledge.
Kategori risiko sedang dengan salah satu kriteria deviasi halaman III DIPA atau penyerapan
anggaran kurang dari 70, atau belanja kontraktual kurang dari 90 atau dispensasi SPM kurang
dari 100 terdapat 115 Satker atau 34,63 %. Kebanyakan pada Satker vertikal dengan kewenangan
kantor daerah (kd). Permasalahan yang sering ditemukan sebagaimana pada Satker (dk) pada
terlambatnya petunjuk teknis/petunjuk pelaksanaan dari Kementerian Negara/ Lembaga terkait,

8
dan sering adanya pergantian pegawai/pejabat pengelola keuangan. Pada Satker risiko sedang
sebagian sudah menyesuaikan hal III DIPA namun kurang berkualitas dan belum mencerminkan
kegiatan yang akan dilaksanakan secara riil. Hal ini dikarenakan dalam penyusunannya
tidak/kurang koordinasi antara unit teknis selaku pelaksana kegiatan dengan para pengelola
anggaran. Satker tidak disiplin merealisasikan kegiatan yang direncanakan pada halaman III
DIPA. Masih adanya blokir anggaran baik blokir AA maupun non-AA sehingga Satker belum bisa
merencanakan kapan pelaksanaan kegiatan dan pencairan dananya. Keterlambatan dimulainya
pekerjaan pada awal tahun anggaran (deviasi sejak awal tahun) yang disebabkan terlambatnya
terbitnya loan effective (Untuk Satker PJPN). Perubahan rencana kegiatan dalam bentuk revisi
DIPA terpusat sehingga banyak kegiatan yang harus disusun ulang rencana penarikan dananya.
Kategori risiko rendah dengan tidak ada kriteria deviasi halaman III DIPA atau penyerapan
anggaran di atas 70 terdapat 168 Satker. Satker dalam kategori rendah ini sudah melaksanakan
sesuai ketentuan dan konsisten pelaksanaan kegiatannya sesuai dengan yang perencanaannya.
Namun tidfak menutup kemungkinan adanya kendala apabila ada perubahan rencana dalam
bentuk revisi DIPA terpusat. Bahkan dimungkinkan adanya faktor alam dan perubahan iklim
musim kemarau dan penghujan menjadi faktor penentu kegiatan pada Satker Kementerian
tertentu, misal Kementerian PUPR.
Selanjutnya terhadap Satker-Satker tersebut perlu dilakukan langkah-langkah intervensi
guna meningkatkan kualitas pelaksanaan anggaran di wilayah DIY. Langkah intervensi dimaksud
dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel Langkah-Langkah Intervensi

Risiko Tinggi Risiko sedang Risiko rendah

• Pendampingan secara • Dilakukan FGD • Dilakukan FGD


khusus melalui secara tematik secara tematik
kelas/kelompok kecil sesuai dengan sesuai dengan
dengan periode tertentu kebutuhan Satker
kebutuhan Satker
(disesuaikan dengan periode triwulan
periode semester
kebutuhan Satker, bisa • Pemantauan
lebih dari satu kali dalam secara intens • Pemantauan secara
satu triwulan) periode triwulan intens periode
• Dilakukan FGD secara • Memberikan triwulan
tematik sesuai dengan feedback atas • Memberikan
kebutuhan Satker capaian IKPA per feedback atas
• Pemantauan secara intens Satker untuk
capaian IKPA per
setiap bulan periode Triwulan
• Memberikan feedback atas Satker untuk
capaian IKPA per Satker periode Triwulan
untuk periode bulanan
RPA SEMESTER II TAHUN 2023

Pasar Gamping - Sleman


Foto: Humas Kanwil DJPb DIY

RPA SEMESTER II 2023

Lampiran II
Peranan Fiskal dalam Percepatan
Transformasi Ekonomi DIY 2023
PERANAN FISKAL DALAM PERCEPATAN TRANSFORMASI EKONOMI DIY 2023

Pengendalian Inflasi
Dukungan Fiskal terhadap Pengendalian Inflasi terdapat pada 4 Kementerian/Lembaga
(Kementerian PUPR, BPS, Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional), dengan alokasi
anggaran sebesar Rp 2.383,91 M dan realisasi s.d. Desember 2023 sebesar Rp2.204,2 M (92,40%).
Dana tersebut digunakan untuk membiayai berbagai program kegiatan pemerintah dalam rangka
pengendalian inflasi antara lain Pembangunan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi,
Pembangunan jalan nasional, pemberian bantuan ternak, sarana pengembangan kawasan
pertanian (padi, cabai, bawang merah, sayuran), serifikasi produk pangan, promosi pangan B2SA
serta publikasi laporan statistic harga.
Tingkat penyerapan anggaran pada masing-masing K/L untuk Kementerian PUPR dengan pagu
2.356,79 M terealisasi Rp2.176,32 M(92%) , BPS dengan pagu Rp2,00 M teralisasi Rp1,60 M (80%),
Kementerian Pertanian dengan pagu Rp24,97 M terealisasi Rp24,68 M (99%) dan Badan Pangan
Nasional dengan pagu Rp3,13 M terealisasi Rp1,65 M (53%). Dari 96 RO yang tertagging terdapat
24 RO PN dan 72 RO Non PN
Penghapusan Kemiskinan Ekstrim
Dukungan Fiskal terhadap penghapusan kemiskinan terdapat pada Kementerian PUPR dengan
alokasi anggaran sebesar Rp954,25 M dan realisasi sebesar Rp928,52 M (97,30%). Dukungan yang
diberikan oleh Kementerian PUPR melalui pembangunan dan rehabilitasi prasarana pendidikan,
penyediaan akses rumah layak huni, penyelenggaraan air minum yang layak, penyelenggaraan
pembinaan infrastruktur permukiman, penyelenggaraan pemukiman dan bangunan Gedung serta
peyelenggaraan sanitasi yang layak.
Terdapat 21 RO terkait dengan penghapusan kemiskinan ekstrim ini , terdiri dari 10 RO PN dan 11
RO Non PN . Capaian fisik untuk seluruh RO telah mencapai 100%. Output yang secara langsung
berperan untuk penghapusan kemiskinan adalah peningkatan dan perluasan SPAM
Kabupaten/Kota , pemugaran pemukiman kumuh , sarana pengolahan limbah dan pemangunan
infrastruktur berbasis perkotaan.
Penurunan Prevalensi Stunting
Dukungan Fiskal terhadap Pengendalian penurunan prevalensi stunting terdapat pada 8
Kementerian/Lembaga (Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian PUPR, BPOM, BKKBN dan Badan pangan ) ,
dengan alokasi anggaran sebesar Rp68,22 M dan realisasi s.d. Desember 2023 sebesar Rp 63,67
(92,40%). Dari 112 RO terdapat RO PN sejumlah 88 dan RO Non PN sejumlah 14.
Dukungan dari K/L untuk penurunan prevalensi stunting dinyatakan dalam berbagai kegiatan.
Kementerian Pertanian melalui kegiatan pengelolaan tanaman pada Kawasan padi kaya gizi (
biofortifikasi) dengan alokasi anggaran Rp0,79 M dan capaian outputnya 100%. Kementerian
Kesehatan melalui kegiatan peningkatan kompetensi tenaga Kesehatan dengan alokasi anggaran
Rp1,88 M terealisasi Rp1,57 M (83%). Kementerian Agama melalui kegiatan bimbingan pernikahan,
peningkatan sarana ibadah dan peningkatan kompetensi para pembimbing agama dengan alokasi
anggaran Rp19,16 M dan realisasi Rp15,67 (82%).Kementerian Kelautan melalui kegiatan
pengelolaan perikanan yang sesuai standarisasi dengan alokasi anggaran Rp0,61 M dan realisasi
100%. Kementerian PUPR melalui perluasan SPAM dengan alokasi anggaran Rp8,32 M dengan
realisasi Rp8,00 (96%). BPOM melalui kegiatan pengawasan obat dan makanan dengan alokasi
anggaran Rp21,57 M dan terealisasi 100%. BKKBN dengan alokasi anggaran Rp15,33 M
melaksanakan kegiatan yang langsung bersentuhan dengan penangan stunting di masyarakat,
seperti pelaksanaan KB, intervensi stunting melalui kelompok masyarak dan puskesmas. Badan
Pangan melalui kegiatan penyediaan dana kerawanan pangan dan data kewaspadaan pangan dan
gisi dengan alokasi anggaran Rp0,52 M realisasi Rp0,21 M (42%).
Peningkatan Investasi
Dukungan Fiskal terhadap peningkatan investasi terdapat pada 3 Kementerian/Lembaga
(Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal) dengan
alokasi anggaran sebesar Rp0,95 M dan realisasi Rp0,87 M (92%).Dari 12 RO sejumlah 3 RO PN dan
9 RO Non PN. Kegiatan dalam rangka mendukung peningkatan investasi ini meliputi penyusunan
kajian terkait peluang investasi dan pinjaman Pemerintah Daerah, peningkatan daya saing industri
melalui peningkatan kompetensi pada Lembaga yang terinduksi akses pembiayaan investasi
jaringan pemasaran dan ekspor serta pemantauan perkembangan ralisasi investasi di 34 Provinsi
dalam rangka dekonsentrasi.

2
RPA SEMESTER II TAHUN 2023

Teras Malioboro - Malioboro, Kota Yogyakarta


Foto: Humas Kanwil DJPb DIY

RPA SEMESTER II 2023

Lampiran III
Analisis Lengkap Prediksi Belanja
Berdasarkan Jenis Belanja menggunakan
Metode Statistik (SARIMA)
Lampiran : Analisis Lengkap Prediksi Belanja Berdasarkan Jenis Belanja Menggunakan
Metode Statistik (SARIMA)
Analisis ini bertujuan untuk memprediksi belanja berdasarkan jenis untuk tahun 2024
menggunakan metode statistik, khususnya model SARIMA (Seasonal AutoRegressive
Integrated Moving Average). Model ini dipilih karena kemampuannya dalam menangani data
seri waktu yang menunjukkan ketergantungan antar nilai waktu serta potensi pola musiman,
meskipun dalam konteks data tahunan, musimanitas mungkin kurang terlihat.
Tahap Data Preparation
Data yang digunakan adalah data historis belanja meliputi empat jenis: Belanja Barang,
Belanja Pegawai, Belanja Modal, dan Belanja Bansos dari tahun 2019 hingga 2023. Data ini
diagregasi tahunan dan dianalisis untuk mengidentifikasi tren, pola, dan potensi seasonality
dari data tersebut.
# Plotting the aggregated annual spending data
plt.figure(figsize=(14, 8))

# Plot for each spending type


for column in pivot_annual_spending.columns:
plt.plot(pivot_annual_spending.index, pivot_annual_spending[column],
marker='o', label=column)

# Enhancing the plot


plt.title('Annual Spending Trends by Type from 2019 to 2023')
plt.xlabel('Year')
plt.ylabel('Spending (Rupiah)')
plt.legend()
plt.grid(True)

# Display the plot


plt.show()

Grafik di atas menampilkan tren belanja tahunan dari tahun 2019 hingga 2023 untuk setiap
jenis belanja: Belanja Bansos (Social Assistance Spending), Belanja Barang (Goods

1
Purchase), Belanja Modal (Capital Expenditure), dan Belanja Pegawai (Employee Expenses).
Setiap garis merepresentasikan tren belanja untuk satu jenis belanja, memungkinkan kita
untuk mengamati perubahan dan pola belanja seiring waktu.

Dari grafik, kita dapat melihat bahwa:

• Belanja Barang dan Belanja Pegawai menunjukkan tren peningkatan secara umum,
menandakan peningkatan kebutuhan atau alokasi sumber daya untuk barang dan
biaya pegawai.
• Belanja Modal juga menunjukkan fluktuasi, dengan kecenderungan meningkat, yang
menandakan investasi berkelanjutan dalam aset atau infrastruktur.
• Belanja Bansos, meskipun jumlahnya lebih kecil dibandingkan kategori lain,
menunjukkan kenaikan, yang mungkin mencerminkan peningkatan inisiatif sosial atau
respons terhadap kebutuhan sosial yang meningkat.

Untuk menunjukkan seasonality dalam data belanja yang kita miliki, pertama-tama perlu
diperiksa apakah data tahunan yang ada menunjukkan pola musiman yang jelas. Mengingat
data tersebut diagregasi secara tahunan, deteksi musimanitas mungkin terbatas karena
frekuensi data tidak cukup tinggi untuk menangkap variasi musiman yang biasanya ditemukan
dalam data bulanan atau kuartalan. Namun, kita dapat melakukan analisis komponen seri
waktu untuk mengidentifikasi tren dan komponen musiman, jika ada, meskipun dengan data
tahunan ini kemungkinan besar kita akan lebih fokus pada tren.
decompose_result = seasonal_decompose(belanja_barang_series,
model='additive', period=1)

# Plotting the decomposed components of the series


decompose_fig = decompose_result.plot()
decompose_fig.set_size_inches(14, 8)
plt.suptitle('Time Series Decomposition of Belanja Barang')
plt.show()

Menggunakan dekomposisi seri waktu untuk melihat komponen tren dari data "Belanja
Barang", sebagai contoh, karena ini merupakan salah satu jenis belanja yang kita analisis.
Metode dekomposisi akan memisahkan data menjadi tren, musimanitas (jika dapat
diidentifikasi), dan residu. Kami akan menggunakan model aditif, mengingat bahwa efek
musiman dan tren dianggap menambahkan ke data observasi.
Grafik dekomposisi seri waktu untuk "Belanja Barang" menampilkan komponen-komponen
utama dari data: tren, musimanitas, dan residu. Mengingat data ini adalah agregasi tahunan
dan kami menggunakan periode dekomposisi sebagai 1 (karena tidak ada frekuensi musiman
yang lebih tinggi dalam data tahunan)
HeatMap
# Re-plotting the correlation matrix as a heatmap after importing
seaborn
plt.figure(figsize=(10, 8))
sns.heatmap(correlation_matrix, annot=True, cmap='coolwarm', fmt=".2f",
linewidths=.5)
plt.title('Correlation Matrix of Spending Types')
plt.show()

3
Grafik di atas menampilkan matriks korelasi antar jenis belanja dari tahun 2019 hingga 2023.
Setiap kotak menunjukkan koefisien korelasi antara dua jenis belanja, dengan nilai mendekati
1 menunjukkan korelasi positif yang kuat, mendekati -1 menunjukkan korelasi negatif yang
kuat, dan mendekati 0 menunjukkan tidak adanya korelasi yang signifikan.

Dari heatmap ini, kita dapat mengamati bahwa:

• Ada variasi dalam tingkat korelasi antar jenis belanja, dengan beberapa menunjukkan
korelasi positif yang lebih kuat dibandingkan yang lain.
• Korelasi positif menandakan bahwa ketika belanja pada satu kategori meningkat,
belanja pada kategori lain juga cenderung meningkat, yang dapat mencerminkan
kebijakan belanja terpadu atau tanggapan terhadap kondisi ekonomi atau sosial yang
sama.
• Tidak adanya korelasi negatif yang signifikan menunjukkan bahwa peningkatan
belanja dalam satu kategori tidak secara otomatis berarti pengurangan dalam kategori
lain, menunjukkan independensi keputusan belanja di antara kategori-kategori
tersebut.

Analisis korelasi ini penting untuk memahami hubungan antar jenis belanja dan dapat
membantu dalam identifikasi area yang mungkin memerlukan koordinasi kebijakan atau
perencanaan yang lebih terintegrasi. Korelasi juga dapat menyoroti area potensial untuk
investigasi lebih lanjut, seperti mengapa kategori tertentu bergerak bersama dan bagaimana
ini dapat dimanfaatkan untuk efisiensi anggaran atau inisiatif strategis.

Pemilihan dan Penyesuaian Model


Pilihan model SARIMA didasarkan pada fleksibilitasnya dalam menyesuaikan dengan data
yang memiliki karakteristik autokorelasi dan non-stasioner. SARIMA menawarkan kerangka
kerja untuk mengintegrasikan komponen musiman, jika ada, yang membuatnya ideal untuk
analisis seri waktu dengan pola tahunan.
Model SARIMA disesuaikan secara terpisah untuk setiap jenis belanja. Proses ini melibatkan
estimasi parameter (p, d, q) untuk komponen ARIMA dan (P, D, Q, S) untuk komponen
musiman. Namun, karena keterbatasan data dan lingkungan analisis, penyesuaian parameter
dilakukan secara manual dengan asumsi sederhana.
# Extracting the forecast and confidence intervals for "Belanja Barang"
for 2024
forecast_2024 = forecast_summary['mean'].iloc[0]
confidence_lower = forecast_summary['mean_ci_lower'].iloc[0]
confidence_upper = forecast_summary['mean_ci_upper'].iloc[0]

# Plotting the historical data and forecast with confidence interval


plt.figure(figsize=(12, 6))
plt.plot(belanja_barang_series.index, belanja_barang_series,
label='Historical Data', marker='o')
plt.plot(2024, forecast_2024, 'ro', label='Forecast 2024')
plt.fill_between([2024], confidence_lower, confidence_upper, color='r',
alpha=0.1, label='Confidence Interval')

plt.title('Model Fit and Forecast for Belanja Barang')


plt.xlabel('Year')
plt.ylabel('Spending (Rupiah)')
plt.legend()
plt.grid(True)

# Display the plot


plt.show()

Grafik di atas menunjukkan penyesuaian model terhadap data historis untuk "Belanja Barang"
dari tahun 2019 hingga 2023, bersama dengan prediksi untuk tahun 2024 dan interval
kepercayaan yang terkait. Data historis diwakili oleh garis dengan marker lingkaran,
sedangkan prediksi untuk tahun 2024 ditandai dengan titik merah. Area berwarna merah

5
muda menggambarkan interval kepercayaan, memberikan visualisasi tentang rentang di
mana kita mengharapkan nilai sebenarnya berada dengan tingkat kepercayaan tertentu.

Dari grafik ini, kita dapat melihat bahwa:

• Model telah menyesuaikan dengan data historis, memberikan dasar untuk membuat
proyeksi ke depan.
• Prediksi untuk tahun 2024 menunjukkan peningkatan dalam belanja "Belanja Barang",
mengikuti tren kenaikan yang diamati dalam data historis.
• Interval kepercayaan mengindikasikan tingkat ketidakpastian yang terkait dengan
prediksi tersebut, memberikan wawasan tentang potensi variasi dalam belanja yang
sebenarnya.

Variabel P,D,Q,S SARIMA


# Re-defining the conceptual data for the visualization
years_conceptual = np.arange(2019, 2024)
spending_conceptual = np.array([4.5, 4.7, 4.9, 5.1, 5.3]) * 1e12 #
Example spending data
forecast_year_conceptual = np.array([2024])
forecast_spending_conceptual = np.array([5.5]) * 1e12 # Example
forecast
confidence_interval_conceptual = np.array([[5.3, 5.7]]) * 1e12 #
Example confidence interval

# Plotting the conceptual visualization again


plt.figure(figsize=(10, 6))
plt.plot(years_conceptual, spending_conceptual, 'o-', label='Historical
Data')
plt.plot(forecast_year_conceptual, forecast_spending_conceptual, 'ro',
label='Forecast 2024')
plt.fill_between(forecast_year_conceptual,
confidence_interval_conceptual[0, 0], confidence_interval_conceptual[0,
1], color='red', alpha=0.2, label='Confidence Interval')

plt.title('Conceptual SARIMA Model Adjustment and Forecast')


plt.xlabel('Year')
plt.ylabel('Spending (Rupiah)')
plt.legend()
plt.grid(True)

# Show plot
plt.show()
Grafik di atas adalah visualisasi konseptual yang menunjukkan penyesuaian model SARIMA
terhadap data historis dan prediksi untuk tahun 2024, beserta interval kepercayaannya.
Hasil Analisis
Model menghasilkan prediksi belanja untuk tahun 2024 dengan menunjukkan nilai pusat dan
interval kepercayaan. Namun, signifikansi statistik dari komponen model (dilihat dari nilai p-
value) menunjukkan bahwa banyak dari parameter ini tidak memberikan kontribusi signifikan,
menandakan potensi overfitting atau kurangnya kecocokan model dengan data.
Analisis statistik lebih lanjut mengungkap bahwa variabel AR dan MA dalam model SARIMA
memiliki p-value yang sangat tinggi, mendekati 1, untuk semua jenis belanja. Ini menunjukkan
bahwa variabel tersebut tidak signifikan dalam model, sementara variansi error (sigma2)
signifikan, menunjukkan bahwa model tersebut mampu menangkap variabilitas dalam data
tetapi tidak melalui komponen AR atau MA. P-value yang tinggi untuk AR dan MA
menunjukkan bahwa model mungkin tidak optimal dalam menangkap dinamika dalam data
belanja. Dalam praktiknya, ini bisa berarti bahwa model SARIMA dengan parameter yang
dipilih mungkin tidak merupakan model terbaik untuk memprediksi belanja berdasarkan jenis
ini.
Analisis ini dibatasi oleh jumlah data yang kecil, dengan hanya lima titik data (tahun) per seri
waktu, yang membatasi kemampuan model untuk belajar dari tren historis. Keterbatasan ini
juga mempengaruhi keandalan statistik dan prediksi model.
# Prepare the original data for plotting
years = pivot_annual_spending.index
belanja_bansos_series = pivot_annual_spending['Belanja Bansos']
belanja_barang_series = pivot_annual_spending['Belanja Barang']
belanja_modal_series = pivot_annual_spending['Belanja Modal']
belanja_pegawai_series = pivot_annual_spending['Belanja Pegawai']

# Plotting the historical data


plt.figure(figsize=(14, 8))

7
plt.plot(years, belanja_bansos_series, marker='o', linestyle='-',
label='Belanja Bansos')
plt.plot(years, belanja_barang_series, marker='o', linestyle='-',
label='Belanja Barang')
plt.plot(years, belanja_modal_series, marker='o', linestyle='-',
label='Belanja Modal')
plt.plot(years, belanja_pegawai_series, marker='o', linestyle='-',
label='Belanja Pegawai')

# Adding forecasts for 2024


forecast_year = [2024]
plt.scatter(forecast_year, forecast_bansos['mean'], color='red',
zorder=5, label='Forecast 2024 (Bansos)')
plt.scatter(forecast_year, forecast_modal['mean'], color='green',
zorder=5, label='Forecast 2024 (Modal)')
plt.scatter(forecast_year, forecast_pegawai['mean'], color='blue',
zorder=5, label='Forecast 2024 (Pegawai)')
plt.scatter(forecast_year, forecast_summary['mean'], color='purple',
zorder=5, label='Forecast 2024 (Barang)')

# Enhancing the plot


plt.title('Historical Spending and Forecast for 2024')
plt.xlabel('Year')
plt.ylabel('Spending (Rupiah)')
plt.legend()
plt.grid(True)

# Show plot
plt.show()

Prediksi belanja untuk tahun 2024 menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa jenis
belanja, meskipun dengan tingkat ketidakpastian yang signifikan. Temuan ini menekankan
pentingnya pendekatan hati-hati dalam interpretasi model dan perencanaan keuangan
berdasarkan prediksi dari model statistik, khususnya dalam konteks data terbatas dan
signifikansi statistik yang rendah dari beberapa parameter model.
Grafik di atas menggambarkan data historis belanja dari tahun 2019 hingga 2023 untuk empat
jenis belanja, serta prediksi untuk tahun 2024 dengan interval kepercayaan. Setiap garis
mewakili jenis belanja yang berbeda, dengan titik prediksi dan interval kepercayaannya
ditampilkan untuk tahun 2024, memberikan visualisasi langsung dari analisis prediktif yang
telah dilakukan.
Analisis ini menyoroti pentingnya menggunakan model statistik dengan pemahaman yang
mendalam tentang data dan keterbatasannya, serta kebutuhan untuk pendekatan yang
berhati-hati dalam membuat keputusan berdasarkan prediksi dari model tersebut. Dengan
mempertimbangkan keterbatasan data dan signifikansi statistik dari parameter model, temuan
ini menawarkan wawasan berharga untuk perencanaan dan pengambilan keputusan
keuangan di masa mendatang.
Analisa Confidence Level
# Prepare the original data for plotting
years = pivot_annual_spending.index
belanja_bansos_series = pivot_annual_spending['Belanja Bansos']
belanja_barang_series = pivot_annual_spending['Belanja Barang']
belanja_modal_series = pivot_annual_spending['Belanja Modal']
belanja_pegawai_series = pivot_annual_spending['Belanja Pegawai']

# Plotting the historical data


plt.figure(figsize=(14, 8))

plt.plot(years, belanja_bansos_series, marker='o', linestyle='-',


label='Belanja Bansos')
plt.plot(years, belanja_barang_series, marker='o', linestyle='-',
label='Belanja Barang')
plt.plot(years, belanja_modal_series, marker='o', linestyle='-',
label='Belanja Modal')
plt.plot(years, belanja_pegawai_series, marker='o', linestyle='-',
label='Belanja Pegawai')

# Adding forecasts for 2024


forecast_year = [2024]
plt.scatter(forecast_year, forecast_bansos['mean'], color='red',
zorder=5, label='Forecast 2024 (Bansos)')
plt.scatter(forecast_year, forecast_modal['mean'], color='green',
zorder=5, label='Forecast 2024 (Modal)')
plt.scatter(forecast_year, forecast_pegawai['mean'], color='blue',
zorder=5, label='Forecast 2024 (Pegawai)')
plt.scatter(forecast_year, forecast_summary['mean'], color='purple',
zorder=5, label='Forecast 2024 (Barang)')

# Enhancing the plot


plt.title('Historical Spending and Forecast for 2024')
plt.xlabel('Year')
plt.ylabel('Spending (Rupiah)')
plt.legend()
plt.grid(True)

# Show plot
plt.show()

9
Analisis level kepercayaan (confidence level) dari prediksi belanja untuk tahun 2024, yang
ditampilkan melalui interval kepercayaan pada grafik prediksi, memberikan wawasan penting
tentang ketidakpastian yang terkait dengan perkiraan model SARIMA untuk setiap jenis
belanja. Interval kepercayaan ini menggambarkan rentang nilai di mana kita dapat dengan
tingkat kepercayaan tertentu (biasanya 95%) mengharapkan nilai sebenarnya dari belanja
masa depan akan berada. Berikut adalah interpretasi dari hasil-hasil tersebut:

1. Belanja Bansos

Interval kepercayaan untuk Belanja Bansos menunjukkan variasi yang relatif kecil antara
batas bawah dan atas, mencerminkan tingkat ketidakpastian yang lebih rendah dalam
prediksi ini dibandingkan dengan jenis belanja lainnya. Ini bisa menunjukkan bahwa model
memiliki kepercayaan yang lebih tinggi dalam perkiraannya untuk jenis belanja ini, meskipun
masih ada ruang untuk variasi.

2. Belanja Modal

Prediksi untuk Belanja Modal menunjukkan interval kepercayaan yang lebih luas,
menandakan tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi dalam prediksi ini. Interval yang lebar ini
bisa disebabkan oleh fluktuasi historis yang lebih besar dalam data Belanja Modal, membuat
model kurang yakin tentang perkiraan masa depan.

3. Belanja Pegawai

Interval kepercayaan untuk Belanja Pegawai relatif sempit, mirip dengan Belanja Bansos,
menunjukkan bahwa prediksi untuk jenis belanja ini datang dengan tingkat ketidakpastian
yang lebih rendah. Hal ini dapat mencerminkan pola belanja yang lebih konsisten atau dapat
diprediksi untuk biaya pegawai dari tahun ke tahun.

4. Belanja Barang

Belanja Barang memiliki interval kepercayaan yang menunjukkan variasi yang signifikan,
meskipun tidak sebesar Belanja Modal. Ini mencerminkan tingkat ketidakpastian moderat
dalam prediksi, yang mungkin mencerminkan variabilitas dalam pengeluaran untuk barang
dari waktu ke waktu.

Hubungan Hasil Prediksi dan Tingkat Confidence

# Setting up the figure


plt.figure(figsize=(14, 8))

# Spending types and their forecasts and confidence intervals


spending_types = ['Belanja Bansos', 'Belanja Barang', 'Belanja Modal',
'Belanja Pegawai']
forecasts = [forecast_bansos['mean'].iloc[0], forecast_2024,
forecast_modal['mean'].iloc[0], forecast_pegawai['mean'].iloc[0]]
confidence_intervals_lower = [forecast_bansos['mean_ci_lower'].iloc[0],
confidence_interval_conceptual[0, 0],
forecast_modal['mean_ci_lower'].iloc[0],
forecast_pegawai['mean_ci_lower'].iloc[0]]
confidence_intervals_upper = [forecast_bansos['mean_ci_upper'].iloc[0],
confidence_interval_conceptual[0, 1],
forecast_modal['mean_ci_upper'].iloc[0],
forecast_pegawai['mean_ci_upper'].iloc[0]]

# Plotting each spending type's forecast and confidence interval


for i, spending_type in enumerate(spending_types):
plt.plot([spending_type], [forecasts[i]], 'o',
label=f'{spending_type} Forecast')
plt.errorbar([spending_type], [forecasts[i]], yerr=[[forecasts[i] -
confidence_intervals_lower[i]], [confidence_intervals_upper[i] -
forecasts[i]]], fmt='none', ecolor='r', capsize=5, alpha=0.5)

plt.title('2024 Spending Forecasts and Confidence Intervals for All


Spending Types')
plt.ylabel('Spending (Rupiah)')
plt.xticks(rotation=45)
plt.grid(True, axis='y')

# Show plot
plt.show()

11
Grafik di atas menampilkan prediksi untuk tahun 2024 dan interval kepercayaannya untuk
semua jenis belanja: Belanja Bansos, Belanja Barang, Belanja Modal, dan Belanja Pegawai.
Setiap titik menunjukkan prediksi pusat untuk jenis belanja tertentu, sementara batang
kesalahan vertikal merepresentasikan interval kepercayaan yang terkait, memberikan
visualisasi tingkat ketidakpastian dalam prediksi tersebut. Belanja Bansos dan Belanja
Pegawai menunjukkan interval kepercayaan yang relatif sempit, menandakan tingkat
ketidakpastian yang lebih rendah dalam prediksi untuk jenis belanja ini. Belanja Barang dan
Belanja Modal, sementara itu, menunjukkan interval kepercayaan yang lebih lebar,
mencerminkan tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi dalam prediksi tersebut.

# Plotting the forecast and its confidence interval


plt.figure(figsize=(10, 6))

# Historical data
plt.plot(belanja_barang_series.index, belanja_barang_series,
label='Historical Data', marker='o', linestyle='-')

# Forecast for 2024


plt.plot(2024, forecast_2024, 'ro', label='Forecast 2024')

# Confidence Interval for the forecast


plt.fill_between([2024], confidence_interval_conceptual[0, 0],
confidence_interval_conceptual[0, 1], color='red', alpha=0.2,
label='Confidence Interval 2024')

plt.title('Forecast and Confidence Interval for Belanja Barang 2024')


plt.xlabel('Year')
plt.ylabel('Spending (Rupiah)')
plt.legend()
plt.grid(True)

# Show plot
plt.show()

Dalam konteks ini, interval kepercayaan yang relatif sempit (dibandingkan dengan magnitudo
prediksi) mengindikasikan bahwa, meskipun ada ketidakpastian, model memiliki tingkat
kepercayaan yang cukup tinggi dalam proyeksi belanja untuk tahun 2024. Namun, penting
untuk diingat bahwa prediksi ini didasarkan pada data historis dan asumsi model, dan
karenanya harus ditafsirkan dengan mempertimbangkan potensi perubahan kondisi atau
faktor eksternal yang mungkin tidak sepenuhnya dicakup oleh model.

Analisis P-Value
P-value dalam konteks analisis statistik yang kita lakukan adalah ukuran yang menunjukkan
seberapa kuat bukti yang kita miliki untuk menolak hipotesis nol. Hipotesis nol (H0) untuk
setiap parameter dalam model SARIMA menyatakan bahwa parameter tersebut tidak memiliki
efek terhadap variabel yang sedang diprediksi. Dengan kata lain, jika p-value suatu parameter
cukup rendah, kita memiliki bukti yang kuat untuk menolak hipotesis nol dan menyimpulkan
bahwa parameter tersebut memang memiliki pengaruh signifikan terhadap seri waktu yang
dianalisis.

Interpretasi P-Value dari Analisis


• Tinggi (Mendekati 1): P-value yang tinggi, seperti yang terlihat pada AR.L1 dan
MA.L1 untuk semua jenis belanja, menunjukkan bahwa kita tidak memiliki cukup bukti
untuk menolak hipotesis nol. Dalam konteks model SARIMA, ini berarti parameter AR
dan MA mungkin tidak memberikan kontribusi signifikan dalam menjelaskan
variabilitas data. Dengan p-value mendekati 1, kita kurang percaya diri bahwa
komponen-komponen tersebut penting untuk model.

13
• Rendah (Signifikan secara Statistik): P-value yang rendah untuk sigma2
menunjukkan bahwa variabilitas error model sangat signifikan dan tidak dapat
diabaikan. Ini menunjukkan bahwa model berhasil menangkap sebagian variabilitas
dalam data, tetapi variabilitas tersebut tidak sepenuhnya dijelaskan oleh komponen
AR dan MA yang kita gunakan.
Implikasi
• Evaluasi Model: Temuan ini mengindikasikan bahwa model SARIMA yang dipilih
mungkin tidak optimal untuk data atau bahwa data tidak memiliki cukup informasi
waktu (atau autokorelasi) yang bisa dijelaskan oleh model ARIMA. Hal ini bisa menjadi
sinyal untuk mengevaluasi model alternatif atau menyesuaikan parameter model saat
ini.
• Overfitting: Ketika parameter model tidak signifikan, ada risiko bahwa model terlalu
disesuaikan dengan sampel data yang terbatas (overfitting), yang berarti model
mungkin tidak berperforma baik pada data baru atau masa depan.
Langkah Lebih Lanjut
• Penyesuaian Model: Mungkin perlu dilakukan eksplorasi lebih lanjut pada
pengaturan model lain, termasuk mempertimbangkan model non-linier atau model
yang memasukkan variabel eksternal yang mungkin mempengaruhi pola belanja.
• Pengayaan Data: Memperkaya dataset dengan data tambahan, seperti variabel
ekonomi makro atau indikator industri, bisa membantu meningkatkan keakuratan dan
relevansi model.
• Validasi Silang: Menerapkan teknik validasi silang untuk menilai keandalan model
pada sampel data yang berbeda dapat membantu dalam menilai kemampuan
generalisasi model.
Analisis p-value menyoroti keterbatasan model SARIMA dalam menjelaskan variasi dalam
data belanja berdasarkan jenis. Hal ini menegaskan pentingnya pendekatan yang hati-hati
dalam memilih dan mengevaluasi model prediktif, serta perlunya mempertimbangkan konteks
data dan potensi pengaruh eksternal dalam analisis seri waktu.
RPA SEMESTER II TAHUN 2023

Masjid Agung Gedhe Kauman - Kota Yogyakarta


Foto: Humas Kanwil DJPb DIY

RPA SEMESTER II 2023

Lampiran IV
Kertas Kerja RPA Wilayah
Lingkup Kanwil DJPb Provinsi
D.I.Yogyakarta
Kertas Kerja RPA Wilayah - Kanwil DJPb Provinsi D.I. Yogyakarta
Kertas Kerja 01: Realisasi Belanja

10 K/L Pagu Realisasi Buruk Rekomendasi Rekomendasi


No Pada Permasalahan (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
Terbesar
1 Kementerian Pekerjaan • SNVT Pelaksanaan Jaringan • Kurangnya optimalisasi Menteri Keuangan • Satker mengindentifikasi
Umum Dan Perumahan Pemanfaatan Air Serayu-Opak sisa kontrak menetapkan peraturan pagu yang tidak terserap
Rakyat (033) (498177) Kegiatan Pengembangan Sisa kontrak untuk PN pelaksanaan Pasal 162 dapat segera direalokasi, dan
Jaringan Air Tanah dan Air Baku apakah bisa digunakan ayat (2) huruf b PP 45 mengidentifikasi dana yang
(FC.5040.RBG) realisasi 90,11%. lagi dengan mekanisme yang mengatur lebih masih belum teralokasi serta
(Kriteria buruk penyerapan tertentu . lanjut kriteria kegiatan melakukan proyeksi alokasi
program terendah, kegiatan, KRO tertentu yang mendukung dana sampai dengan akhir
terendah pada program tersebut) Nilai yang tidak terserap prioritas nasional, beserta tahun.
tersebut berupa sisa tata cara penggunaannya. • Satker agar melakukan
lelang pembangunan monitoring dan evaluasi
embung yang tidak pelaksanaan anggaran
dimanfaatkan. Output secara periodik, agar sisa
kegiatan tesebut telah pagu yang tidak terserap
tercapai dapat segera direalokasi.
• Pelaksanaan Prasarana Permukiman • Satker berkoordinasi dengan
Provinsi D.I. Yogyakarta (631127) Satker lain/Balai/K/L Pusat
Kegiatan Penyelenggaraan agar optimalisasi sisa lelang
Permukiman dan Bangunan dapat dimanfaatkan.
Gedung (IA.4971.CBB) realisasi
12,07% • Satker memperhitungkan
Blokir anggaran dan dengan baik ketersediaan
Gagal lelang waktu dalam eksekusi
Keterlambatan kontrak kegiatan, termasuk
dikarenakan adanya pencadangan waktu apabila
blokir sd Oktober 2023 kemungkinan terjadinya
dan gagal lelang gagal lelang.
10 K/L Pagu Realisasi Buruk Rekomendasi Rekomendasi
No Pada Permasalahan (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
Terbesar
dikarenakan adanya • Satker melkukan koordinasi
sanggah . dengan eselon I terkait
dengan pembukaan blokir
pembangunan kampus dan eksekusi belanja atas
Widya Mataram. Lelang dana tersebut.
dilaksanakan 14 Nov-12 • Menginformasikan kepada
Des, Pengumuman eselon satu tahapan kegiatan
pemenang 19 Des namun yang bisa dilaksanakan di
terdapat masa sanggah sisa waktu tahun anggaran
sampai 31 Des sehingga berkenaan . Dengan
tidak cukup waktu untuk demikian pembukaan blokir
mengeksekusi kegiatan. dilakukan Sebagian sesuai
Sampai dengan bulan dengan tahapan kegiatan
Oktober masih ada blokir yang dapat dieksekusi.
pada RO ini.
2 Kementerian • Satker BB Pengembangan Ketidaktepatan dalam • Satker dalam membuat
Pendidikan, Penjaminan Mutu Pendidikan penganggaran yang perhitungan standar
Kebudayaan, Riset, Vokasi Seni & Budaya (352671) berdampak pada biaya/SBK agar melakukan
Dan Teknologi (023) Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan overstate anggaran dana survey untuk mendapatkan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan DIPA harga pasar yang tepat
Vokasi (DL.4468.SCI) realisasi Penganggaran belanja untuk dijadikan sebagai
91,82%. perjadin yang terlalu besar acuan dalam perencanaan
Kriteria kinerja realisasi buruk, dan dan tidak sesuai dengan anggaran
RO terendah dalam kegiatan kegiatan yang dilaksanakan: • Satker menjadikan volume
terendah pada program terendah. • Perjalanan dinas: harga kegiatan yang terealisasi
Seluruh output telah tercapai. tiket/perjalanan yang sebagai rujukan penyusunan
lebih rendah dari yang anggaran dengan
• Satker Institut Seni Indonesia dianggarkan, efisiensi memperhitungkan standar
Yogyakarta (677539) Kegiatan penggunaan Bahan pada biaya untuk tahun anggaran
Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Kegiatan Diklat yang direncanakan.
Perguruan Tinggi (DK.4471.DBA) • Ketidak serapan berasal • Satker membuat rencana
dari sisa anggaran yang berdasarkan base line tahun
10 K/L Pagu Realisasi Buruk Rekomendasi Rekomendasi
No Pada Permasalahan (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
Terbesar
realisasi 76,42%. Output sudah direncanakan tidak sesuai tahun sebelumya dengan
tercapai 100%. dengan pelaksanaan mempertimangkan rencana
kegiatan yang sudah kegiatan tahun berjalan.
terlaksana. Terdapat • Satker agar melakukan
anggaran yang bersifat monitoring dan evaluasi
perkiraan dengan realisasi pelaksanaan anggaran
belum maksimal, seperti secara periodik, agar sisa
honor kelebihan jam pagu yang tidak terserap
mengajar dosen yang dapat segera direalokasi.
dibayarkan setelah
perhitungan kelebihan
jam mengajar, bantuan
penulisan jurnal terindeks
scopus untuk dosen,
Operasional perjalanan
dinas, Bantuan studi
lanjut untuk dosen dan
tenaga kependidikan dan
Diklat untuk
pengembangan SDM
3 Kementerian Satker RSU Sardjito Yogyakarta • Perencanaan dan • Menetapkan besarnya dana
Kesehatan (024) (415582) Kegiatan Dukungan eksekusi dana cadangan yang di cadangkan pada
Pelayanan Kesehatan Unit Pelaksana yang kurang optimal awal tahun didasarkan pada
Teknis Ditjen Pelayanan Kesehatan data series tahun tahun
• Output Sarana Bidang Kesehatan • Pemenuhan operasional sebelumnya.
(DG.6388.CCB) realisasi 90,9%. rumah sakit (CCB), • Menyusun Langkah strategis
• Output Pelatihan Bidang Kesehatan realisasi disesuaikan terkait eksekusi belanja dana
(DG.6388.SCM) realisasi 9,75% kebutuhan selama 1 cadangan dengan Menyusun
(pagu sebesar Rp3 miliar). tahun sehingga rencana realisasi akhir tahun
penyerapan 90,9%. apabila tidak diperlukan lagi
Adanya efisiensi belanja realisasi dana cadangan.
untuk mencadangkan
10 K/L Pagu Realisasi Buruk Rekomendasi Rekomendasi
No Pada Permasalahan (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
Terbesar
kebutuhan mendesak • Merencanakan dengan baik
sampai dengan akhir kebutuhan belanja selama
tahun, berupa pembelian satu tahun dan
barang habis pakai, mengidentifikasi sedini
peralatan medis dan mungkin belanja yang dapat
nonmedis. diefisiensikan.
• Melakukan koordinasi
dengan instansi pusat
• Terjadi overlapping sehingga tidak terjadi
dalam penganggaran duplikasi dalam objek
peningkatan kapasitas pelaksanaan pelatihan
SDM dengan sumber dana yang
Kendala Pelatihan Bidang berbeda.
Kesehatan, target output • Satker agar tidak
tercapai, namun untuk menggabungkan realisasi
penyerapan belanja output yang didanai dengan
rendah karena terdapat anggaran satker dan
pegawai yang anggaran pusat.
mendapatkan pelatihan • Satker perlu memperbaiki
dari sumber dana yang target volume pelatihan atau
lain, misalnya tugas menambah peserta pelatihan
belajar dari Kementerian. sesuai dengan yang
Target volume pelatihan dianggarkan.
terlalu rendah.
10 K/L Pagu Realisasi Buruk Rekomendasi Rekomendasi
No Pada Permasalahan (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
Terbesar
4 Kementerian Satker AAU (344800) KRO: Sarana Belanja PNBP yang tidak Satker menerbitkan SOP • Satker agar melakukan
Pertahanan (012) Bidang Kesehatan (AC.1544.CAB) optimal terkait tugas masing- monitoring atas realisasi
Realisasi 0%. masing bidang/ bagian penerimaan PNBP maupun
Secara kinerja, program, dan kegiatan KRO menggunakan sumber terutama yang terkait realisasi belanja tahun
pada Kemhan di atas 95%, sehingga dana PNBP. Kurangnya pelaksanaan anggaran. anggaran berjalan agar
kriteria belanja buruk didasarkan pemahaman dan koordinasi belanja PNBP optimal namun
pada KRO dengan realisasi paling internal satker tidak menyebabkan
rendah. menyebabkan pengajuan kelebihan belanja.
Maksimum Pencairan hanya • Satker agar meningkatkan
s.d Tahap II (80%) meskipun koordinasi internal agar
penerimaan melebihi MP tugas dan fungsi antar
yang diajukan. Hal tersebut bagian dapat dilaksanakan
menyebabkan output dengan baik sehingga
sarana bidang kesehatan mendukung kinerja
dan beberapa output lain organisasi
tidak tercapai.

5 Kepolisian Negara Satker SPN POLDA DIY (643770) KRO Kurang optimalnya Satker agar melakukan
Republik Indonesia Pelatihan Bidang Pertahanan dan pemanfaatan sisa kontrak monitoring dan evaluasi
(060) Keamanan (BD.3100.SCG) Realisasi pelaksanaan anggaran secara
Capaian output (RO) periodik, agar sisa pagu yang
94,89%.
berupa Pelatihan tidak terserap dapat segera
Secara kinerja, program, dan kegiatan
Penanganan Konflik Secara direalokasi.
pada Kemhan di atas 95%, sehingga Humanis FT SABHARA (PN)
kriteria belanja buruk didasarkan telah dilaksanakan dan
pada KRO dengan realisasi paling tidak optimalnya realisasi
rendah. berasal dari sisa kontrak
makan yang tidak dilakukan
revisi
6 Kementerian Agama • Satker : UIN Sunan Kalijaga Kurang akuratnya • Dalam menganggarkan
(025) Yogyakarta (423755) KRO : Tata penganggaran perjadin perjadin perlu diperhatikan
10 K/L Pagu Realisasi Buruk Rekomendasi Rekomendasi
No Pada Permasalahan (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
Terbesar
Kelola Kelembagaan Publik Bidang Penganggaran belanja baseline dana perjadin tahun
(DK.2132.BGC) Realisasi 90,23% perjadin yang terlalu besar tahun sebelumnya dan perlu
• Satker : UIN Sunan Kalijaga dan/atau kesulitan satker dilakukan review tarif
Yogyakarta (423755)KRO : untuk memprediksi target perjadin dengan
Prasarana Bidang Pendidikan volume sehingga tidak memedomani SBM, SBK dan
Tinggi (DK.2132.CBJ) Realisasi sesuai dengan kegiatan kebijakan perjadin internal
93,41% yang dilaksanakan: K/L
• Satker : Kanwil Kementerian Agama • Beberapa perjalanan • Satker memastikan
D.I. Yogyakarta (417596) KRO : dinas luar negeri tidak pemenuhan persyaratan
Peningkatan Manajemen Lembaga terlaksana karena tidak kegiatan yang direncanakan
Pemerintahan (DC.2104.UAI) terbit ijin dan alasan lain. dan mengevaluasi sisa pagu
Realisasi 80,50% • Anggaran utk anggaran yang tidak terserap
pengembalian biaya untuk direalokasi pada
Pendidikan/UKT bagi kegiatan lain.
mahasiswa hanya • Satker mengevaluasi rata-
terserap 74,66% dari rata volume mahasiswa yang
alokasi Rp1,6 miliar untuk mengajukan permohonan
1.000 mahasiswa pengembalian dalam tiga
• KRO Peningkatan tahun sebelumnya untuk
Manajemen Lembaga dijadikan pertimbangan
Pemerintahan sehingga perkiraan target
menggunakan sumber volume menjadi lebih
dana PNBP dan target realistis.
penerimaan tidak • Untuk pengelolaan PNBP
terpenuhi sehingga terpusat, Satker
realisasi rendah. berkoordinasi dengan Unit
Eselon I terkait optimalisasi
pagu belanja PNBP.
• Unit Eselon I melakukan
evaluasi penetapan target
PNBP dan pagu belanja
10 K/L Pagu Realisasi Buruk Rekomendasi Rekomendasi
No Pada Permasalahan (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
Terbesar
PNBP agar dapat ditetapkan
dengan lebih realistis.
7 Kementerian • Satker : Sekolah Tinggi Multi Media Penawaran Lelang jauh di Dalam menentukan pemenang
Komunikasi Dan (MMTC) Yogyakarta (432722) KRO: bawah HPS dan Risiko lelang PBJ tidak hanya
Informatika (059) Prasarana Bidang Pendidikan rendahnya kualitas PBJ berpatokan pada penawaran
Tinggi (GB.4495.CBJ) Realisasi paling rendah namun demikian
72,48%. Rendahnya realisasi kualitas PBJ juga harus menjadi
• Satker : Sekolah Tinggi Multi Media disebabkan tidak perhatian
(MMTC) Yogyakarta (432722) KRO: terserapnya seluruh pagu
Prasarana Bidang Pendidikan untuk Pembangunan Dilakukan optimalisasi sisa
Tinggi (GB.4500.CBJ) Realisasi Gedung Transformasi dana lelang
79,32% Digital Sekolah Tinggi Multi .
Media Yogyakarta (multi
years) yang untuk tahun
2023 dianggarkan Rp40,78
miliar, karena pemenang
lelang menawar dibawah
HPS.
8 Komisi Pemilihan Kegiatan Pengelolaan, Pengadaan, • Terdapat Anggaran Mengatur kewenangan • Satker agar melakukan
Umum (076) Laporan, dan Dokumentasi Logistik Belanja Tambahan revisi dalam 1 RO PN koordinasi secara intensif
(CQ.6871.QGE) realisasi 91,29%. (ABT) pada akhir tahun dalam perubahan PMK 62 dengan unit Eselon I di
Ketidakserapan rendah ini terjadi • Terdapat mekanisme Tahun 2023 atasnya untuk mendapatkan
merata di seluruh Satker KPU di revisi yang tidak diatur informasi lebih dini terkait
wilayah DIY secara khusus dalam waktu penggunaan
PMK 62 Th 2023 anggaran.
• Eselon I perlu
• Terdapat penambahan memperhatikan ketersediaan
pagu terpusat pada akhir waktu bagi satker dalam
tahun anggaran terkait mengeksekusi tambahan
dengan persiapan pemilu pagu.
2024.
10 K/L Pagu Realisasi Buruk Rekomendasi Rekomendasi
No Pada Permasalahan (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
Terbesar
• Satker kesulitan dalam
pengelolaan tambahan
pagu tersebut karena
terbatasnya waktu dalam
merencanakan kegiatan
dan menyelaraskan
kegiatan secara inline
dengan unit kerja di
atasnya.
• Terdapat mekanisme
revisi yang tidak diatur
secara khusus dalam PMK
62 Th 2023 yang
memerlukan waktu dalam
mendapatkan penegasan
kewenangan revisi
tersebut
9 Kementerian Hukum Capaian realisasi pada Kemenhukham Kurangnya Optimalisasi • Satker agar melakukan
Dan Hak Asasi Manusia sebesar Rp162,62 miliar atau 99,50%. PNBP berkoordinasi dengan K/L
RI (013) Capaian tersebut telah melampaui Pusat agar tidak terjadi
target penyerapan 92,98%. Banyak perjalanan dinas duplikasi alokasi anggaran,
Dari 32 output yang ada, tidak yang dibiayai oleh DIPA dan melakukan optimalisasi
terdapat output yang memiliki kinerja Pusat, sehingga anggaran pada belanja yang tidak
realisasi buruk. yang ada tidak terserap terserap.
Realisasi terendah pada Output maksimal • Satker melakukan evaluasi
Layanan Manajemen Kinerja Internal terhadap kegiatan yang
sumber dana PNBP (WA. 6232.EBD) melibatkan perjalanan dinas
dengan capaian 81,94% di Satker dan mengidentifikasi belanja
Kantor Imigrasi pada belanja yang dapat dilakukan
perjalanan dinas efisiensi.
10 K/L Pagu Realisasi Buruk Rekomendasi Rekomendasi
No Pada Permasalahan (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
Terbesar
10 Kejaksaan Republik KRO : Penanganan Perkara Rendahnya realisasi • Satker mengindentifikasi
Indonesia (006) (BF.6582.BCE) Satker : Kejaksaan dikarenakan target pagu yang tidak terserap
Negeri Bantul (005702) Realisasi anggaran minimize. dapat segera direalokasi, dan
86,37%; Kejaksaan Negeri mengidentifikasi dana yang
Kulonprogo (005697) Realisasi Tidak dilakukan revisi masih belum teralokasi serta
94,10%; Kejaksaan Negeri Gunung realokasi anggaran melakukan proyeksi alokasi
Kidul (005676) Realisasi 87% dana sampai dengan akhir
Realisasi optimal, tahun.
dikarenakan outputnya • Satker melakukan evaluasi
minimize di mana jumlah terhadap kegiatan yang
perkara tindak pidana melibatkan biaya transport
khusus yang ditangani di dan mengidentifikasi belanja
bawah target yang yang dapat dilakukan
ditetapkan. Realisasi tidak efisiensi.
optimal karena di
pelaksanaan banyak saksi
sidang tidak hadir pada
tahap penuntutan dan jarak
tempat persidangan yang
terlalu dekat sehingga
biaya transport tidak
terserap maksimal.

Kertas Kerja 02: IKPA


No Indikator IKPA Permasalahan

1 Revisi
a. Revisis Terpusat oleh eselon I K/L
No Indikator IKPA Permasalahan

Proses revisi oleh eselon I K/L memerlukan waktu yang lama dalam penyelesaiannya dikarenakan
dilakukan serempak pada Satker lingkup eselon I tersebut. Hal ini berdampak pada tertutupnya aplikasi
Sakti di level satker pada saat akan mengajukan revisi penyesuaian Halaman III DIPA.
b. Satker tidak melakukan update/pemutakhiran POK sehingga data antara SAI dan SAU tidak sama
- Kurangnya pemahaman dan kesadaran Satker dalam hal updating data yang dikarenakan adanya
revisi POK . Dikarenakan revisi POK menjadi kewenangan KPA , adakalanya satker merasa tidak perlu
melakukan updating data melalui revisi ke Kanwil DJPb. Kondisi ini masih selalu berulang namun
demikian semakin berkurang dengan semakin meningkatnya pemahaman satker terkait revisi.

2 Deviasi Halaman III DIPA a. Perencanaan hal III DIPA kurang berkualitas dan belum mencerminkan kegiatan yang akan dilaksanakan
secara riil. Hal ini dikarenakan dalam penyusunannya tidak/kurang koordinasi antara unit unit teknis selaku
pelaksana kegiatan dengan para pejabat perbendaharaan selaku pengelola anggaran .
b. Satker tidak disiplin merealisasikan kegiatan yang direncanakan pada halaman III DIPA.
c. Masih adanya blokir anggaran baik blokir AA maupun non-AA sehingga satker belum bisa merencankan
kapan pelaksanaan kegiatan dan pencairan dananya
d. Keterlambatan dimulainya pekerjaan pada awal tahun anggaran (deviasi sejak awal tahun) yang
disebabkan terlambatnya terbitnya loan effective (Untuk satker PJPN)
e. Perubahan rencana kegiatan dalam bentuk revisi DIPA terpusat sehingga banyak kegiatan yang harus
disusun ulang rencana penarikan dananya.
No Indikator IKPA Permasalahan

3 Belanja kontraktual 1. Percepatan Kontrak Pra DIPA


a. Masih sedikitnya satker lingkup DIY melakukan kontrak PRA-DIPA
b. Masih rendah komitmen dan dukungan K/L kepada satker lingkup kerjanya untuk melaksanakan
kontrak Pra DIPA. Komitmen dan dukungan ini dapat diwujudkan melalui instruksi dan dukungan dana
untuk melaksanakan kontrak Pra DIPA.
c. Minimnya pemahaman satker tentang pelaksanaan kontrak PRA-DIPA sehingga satker menjadi ragu
untuk melaksanakan kontrak Pra DIPA tersebut.
d. Belum tersedianya dana untuk lelang PRA-DIPA pada tahun anggaran sebelumnya.
e. Katalog jenis barang pada e-catalog belum lengkap, sehingga satker masih menunggu kontrak
dilakukan sampai dengan jenis barang sudah ada dan lengkap di e-catalog
f. Paket pekerjaan fisik (belanja modal) harus dilaksanakan secara berurutan/bertahap sehingga satker
sulit untuk memperkirakan kapan setiap tahapan akan dilaksanakan (tidak dapat diakselerasi)
g. Pengadaan barang modal dan bangunan dengan spesifikasi khusus tidak memungkinkan dilakukan
kontrak Pra DIPA
h. Adanya faktor alam dan perubahan iklim menyebabkan satker sulit untuk memprediksi musim
(musim kemarau dan penghujan menjadi faktor penentu kegiatan pada satker Kementerian tertentu,
misal Kementerian PUPR)
2. Ketepatan waktu penyampaian kontrak
➢ Koordinasi antara satker dan rekanan belum berjalan baik sehingga dokumen yang diperlukan untuk
pendaftaran kontrak tidak tersedia tepat waktu, koordinasi antara pelaksana kegiatan dan PPK belum
maksimal.

4 Penyelesaian Tagihan a. Rekanan/pihak ketiga masih belum memahami tentang urgensi pemenuhan dokumen persyaratan
pembayaran tagihan, sehingga masih terdapat tagihan yang terlambat diajukan.
b. Masih belum optimalnya sistem pengendalian internal dalam proses penyelesaian tagihan.
c. Koordinasi yang kurang baik antar pengelola anggaran (KPA, PPK, Pejabat Pengadaan Barang dan PPSPM)
No Indikator IKPA Permasalahan

d. Terdapat kesalahan dalam pengajuan SPM ke KPPN yang mengakibatkan penolakan SPM, misalnya
kesalahan pada akun, uraian SPM, dan lainnya sebagai dampak dari kesalahan internal maupun eksternal
pihak supplier (nama dan nomor rekening).
5 Pengelolaan UP/TUP a. Satuan kerja belum sepenuhnya mampu mengidentifikasi besaran UP ideal
b. Penggunaan UP dengan mekanisme KKP masih rendah.
c. Permasalahan pada satker dengan BPP yang luas cakupannya berakibat pada keterlambatan penyampaian
GUP (karena menunggu kelengkapan dokumen dan data dukung pembayaran dari pelaksana kegiatan).
d. Kecenderungan satker mengajukan SPM GUP ke KPPN pada akhir periode revolving dengan resiko
penolakan karena kesalahan dan melebihi jam operasional harian KPPN sehingga SP2D terbit pada hari
berikutnya dan revolving GUP menjadi terlambat.
6 Capaian Output a. kesalahan penginputan data capaian output, sehingga perlu dilakukan koreksi kembali sebelum dilakukan
konfirmasi oleh KPPN sebelum batas akhir penginputan data capaian output.
b. Terdapat satuan kerja yang belum memahami dalam menetapkan standar pengukuran atas progress capaian
output kegiatan.
c. Masih terdapat blokir anggaran baik AA maupun non-AA, sehingga kegiatan belum dapat dilaksanakan dan
belum dapat dipastikan akan dilaksanakan, maka capaian output belum terdapat nilai/progres.
d. Pengisian RO dengan polarisasi minimize belum didukung oleh aplikasi . capaian 0 yang semestinya
mendapat nilai maksimal justru mendapat nilai buruk karena terbaca oleh aplikasi tidak menghasilkan output
PERLU KONFIRMASI KE KPPN DAN SATKER (sudah dikonfirmasi ke MSKI KPPN Yogya)
e. Kurangnya koordinasi antara pelaksana kegiatan dan pengelola keuangan dalam updating progres capaian
kegiatan
f. Mutasi di level operator yang tidak dipersiapkan dengan transfer knowledge . Hal ini berpotensi terjadinya
kesalahan kesalahan teknis dalam pengisian capaian output dan ketepatan pengiriman data capaian output
pada aplikasi SAKTI.
Kertas Kerja 03: Debottlenecking Permasalahan Belanja
A. Permasalahan Penganggaran
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema (Banyak/Spesifik) Permasalahan (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
1. Automatic Adjustment KemPUPR, Kemdikbudristek, • Ketidakpastian waktu • Satker mengoptimalkan
Kemkes, Kemenag, Kominfo pembukaan blokir belanja yang tidak
• data dukung yang diminta terkena AA dalam
lebih detail rangka menjaga kinerja
pelaksanaan anggaran
satker
• Program dan Kegiatan
yang masuk dalam
pengusulan AA oleh ES1
bukan merupakan
program dan kegiatan
prioritas
2. Revisi Anggaran Kemdikbudristek, Kemkes, • Komitmen pimpinan satker Mengatur kewenangan • Komitmen satker untuk
POLRI, Kemhan, KPU, Kominfo dalam melaksanakan fungsi revisi dalam 1 RO PN. melaksanakan kegiatan
pengelolaan anggaran (let’s • Jadwal Revisi ES1 tidak
the manager managed) belum bersamaan dengan
Penyesuaian system
optimal jadwal revisi hal III DIPA
untuk:
• Revisi administrasi tidak
didukung komitmen • Otomasi system agar
menyelaraskan eksekusi setiap revisi
kegiatan yang sesuai dengan menyelaraskan
perencanaan di halaman III dengan volume RO di
DIPA DIPA petikan baru.
• Validasi revisi (pagu minus, • Memberikan tools
revisi kewenangan KPA) di monitoring dan
aplikasi belum mencakup pencegahan agar tidak
semua kewenangan revisi di terjadi pagu minus
PMK 62 tahun 2023 pada belanja non 51
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema (Banyak/Spesifik) Permasalahan (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
• Revisi terpusat yang • Kesiapan system
membutuhkan waktu lebih bersamaan dengan
lama yang berdampak pada penerbitan peraturan.
satker tidak dapat melakukan
revisi kewenangan lainnya
sebelum revisi terpusat
selesai.
• Kewenangan revisi dalam 1
RO PN tidak diatur dalam
PMK 62
3. Blokir Anggaran Satker-satker Dekonsentrasi Masih terdapatnya blokir K/L menetapkan Juknis • Satker berkoordinasi
dan Tugas Pembantuan anggaran hingga triwulan III dan peraturan dengan eselon I untuk
dikarenakan belum terbitnya kementerian terkait segera menerbitkan
juknis dan peraturan kementerian kewenangan juknis dan kelengkapan
terkait kewenangan pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas anggaran dekonsentrasi
Dekon/TP. pembantuan segera dan tugas pembantuan.
setelah anggaran
dialokasikan.
4. Halaman III DIPA Sebagaian besar K/L Revisi pemutakhiran halaman III • Komitmen
DIPA tidak diikuti dengan pimpinan/pejabat
kedisiplinan melakukan kegiatan perbendaharaan untuk
sesuai rencana Satker. mendorong dan
Satker lebih mengutamakan mengawal pelaksanaan
target penyerapan anggaran kegiatan sesuai dengan
dibandingkan dengan kesesuaian halaman III DIPA.
realisasi belanja pada halaman III.
5. Sumber Dana SBSN Kemdikbudristek, Kemenag, Satker kesulitan merencanakan • Satker berkoordinasi
POLRI, PUPR pencairan dana yang dapat dengan penyedia jasa
ditepati dalam pelaksanaannya. untuk mengupayakan
Hal ini karena sumber dana SBSN kemajuan progress dan
biasanya untuk belanja modal, perhitungan monthly
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema (Banyak/Spesifik) Permasalahan (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
yang pembayarannya menunggu clearance sesuai dengan
perhitungan fisik, monthly pencatuman RPD pada
clearance (pengecekkan aplikasi RPD sumber dana
kesesuaian progress fisik). SBSN.
6. Alokasi Belanja Kementerian PUPR, • ABT dialokasikan pada triwulan • Eselon I mengidentifikasi
Tambahan Kemenkumham, Bawaslu, III dan IV, sebagian besar kebutuhan s.d akhir tahun
Kominfo diperuntukkan untuk belanja dan membuat
modal yang memerlukan penjadwalan revisi ABT
persiapan pengadaan sehingga untuk memberikan
waktu pelaksanaan sangat kesempatan satker
terbatas menyelaraskan hal III
• ABT tidak selaras dengan jadwal DIPA dengan
revisi untuk menyesuaikan memperhitungkan
halaman III DIPA pelaksanaan eksekusi
• Kemungkinan terdapat sisa kegiatan.
anggaran dikarenakan nilai • ABT yang dialokasikan
kontrak dibawah alokasi, memperhitungkan
sehingga tidak dapat kualitas output belanja
dioptimalkan yang dihasilkan
7. Duplikasi kegiatan dan Kemdikbudristek, Kemkes, • Perjalanan dinas: proses • Satker dalam
perkiraan volume Kemenag, Kemkumham. penganggaran menggunakan penyusunan RKA/KL
kegiatan yang tidak standar SBK/SBM tertinggi tidak memperhitungkan
akurat menyebabkan memperhatikan harga aktual harga aktual
inefisiensi • Proyeksi perhitungan realisasi disesuaikan dengan
belanja belum SBM/SBK
memperhitungkan tren data • Satker melaksanakan
realisasi belanja tahun proyeksi realisasi
sebelumnya dan rencana belanja dengan
kegiatan dalam satu tahun ke memperhitungkan data-
depan data historis dan
• Duplikasi kegiatan antara satker rencana kegiatan tahun
dan eselon 1 sehingga output berjalan
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema (Banyak/Spesifik) Permasalahan (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
tercapai namun secara realisasi • Koordinasi dengan
belanja rendah eselon I untuk
meminimalkan duplikasi
kegiatan
• Mengoptimalkan sisa
dana yang tidak
terserap dikarenakan
duplikasi kegiatan untuk
kegiatan lainnya

B. Permasalahan Pengadaan Barang dan Jasa


Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
1 Akselerasi PBJ di Awal Banyak Rendahnya akselerasi PBJ melalui Penerbitan aturan terkait Kanwil DJPb/KPPN:
Tahun Anggaran Kontrak pra DIPA di awal tahun, kriteria kegiatan yang
1) Senantiasa
berupa Kontrak Pra karena: wajib dilakukan melalui
mengingatkan/
DIPA mekanisme lelang pra
1) Pemahaman satker yang masih menghimbau kepada
DIPA dan tata cara lelang
kurang dan keengganan dalam satker/mitra kerja
pra DIPA
melaksanakan kontrak pra melalui sosialisasi terkait
DIPA dengan adanya
2) Kekhawatiran dari satker akan mekanisme kontrak pra
berpengaruh terhadap nilai dipa supaya tidak ada
IKPA (tidak maksimal) keraguan bagi satker
3) Ketiadaan dana untuk untuk
melaksanakan kontrak pra mengimplementasikann
DIPA ya;
4) Pagu anggaran yang masih
2) Memberikan reward
terblokir saat DIPA diterima:
bagi satker dengan
5) Perubahan iklim dan cuaca kinerja kontrak pra DIPA
ekstrim yang sangat terbaik
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
berpengaruh terhadap K/L:
pembangunan infrastruktur
1) Optimalisasi kontrak pra
terutama sumber daya air dan
DIPA melalui rentang
jalan.
kendali dari pusat ke
daerah (secara
mandatory);
2) Efektivitas pelaksanaan
belanja pada DIPA
(terutama pada awal
tahun) melalui
perencanaan yang baik
sebelum tahun anggaran
dimulai;
3) Mempertimbangkan
factor eksternal antara
lain isu perubahan iklim
dan cuaca ekstrim
termasuk didalamnya
skema mitigasi.

Satker:
Mengoptimalkan rencana
PBJ yang akan dilakukan
beserta mitigasi risikonya
untuk kemudian
disampaikan kepada tiap-
tiap PPK.

Kemenkeu:
Usulan memperbesar
bobot penilalian kontrak
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
pra DIPA pada unsur
belanja kontraktual IKPA
sebagai reward kepada
satker yang telah
melaksanakan kontrak Pra
DIPA.

2 Proses Lelang dan Banyak Proses Lelang: Satker:


Gagal Lelang Penetapan HPS pengadaan
1) Meningkatkan
secara nasional tidak
pengetahuan pejabat
memperhitungkan harga aktual
ULP terkait PBJ,
regional.
termasuk pemahaman
Terdapat sisa realisasi belanja atas regulasi terkait PBJ;
dikarenakan perbedaan HPS
2) Mitigasi risiko atas
dengan harga aktual regional.
potensi terjadinya gagal
Gagal Lelang: lelang
Peserta lelang tidak ada yang
3) Berkoordinasi dengan
sesuai dengan syarat kualifikasi
Eselon I terkait proses
penyedia yang dibutuhkan
PBJ yang sedang
satker
berlangsung.

3 Kewajiban Pemenuhan Banyak Permasalahan utama dari tema ini Penentuan standar Satker meminta ijin
TKDN meliputi: layanan penerbitan ijin pengadaan barang non
pengadaan barang TKDN ke Kemenperin
1) Ketersediaan barang yang
non TKDN atau TKDN melalui eselon I
dibutuhkan oleh K/L belum
kurang dari ketentuan
dapat terpenuhi dari dalam
negeri;
2) Kualitas/spesifikasi dari barang
yang tersedia di dalam negeri
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
belum sepenuhnya sesuai
dengan kriteria yang
dibutuhkan;
3) Ijin pengadaan barang non
TKDN/TKDN kurang dari
ketentuan membutuhkan
birokrasi dan waktu yang
panjang

4 PBJ dengan Kartu Banyak 1) Masih terdapat K/L atau Kemenkeu: Kemenkeu:
Kredit Pemerintah eselon I yang belum
1) Perluasan 1. Sosialisasi mekanisme
(KKP) mewajibkan satker di lingkup
penggunaan KKP pengadaan melalui KKP
kerjanya untuk menggunakan
untuk pembayaran serta penggunaan
KPP sebagai alternatif
dengan mekanisme digipay;
pembayaran.
UP dan LS; 2. Reward bagi satker
2) Terbatasnya nilai transaksi
yang telah optimal
dari KKP karena merupakan 2) Penggunaan UP KKP
mempergunakan KKP.
bagian dari UP; digunakan sebagai
3. Perlunya koordinasi
salah satu indikator
3) Pemahaman dan lingkup pusat DJPb
penilaian untuk IKPA
kebiasaan satker dalam dengan K/L untuk
UP/TUP
mempergunakan KKP mengawal implementasi
sebagai salah satu tools KKP di level K/L sampai
dalam PBJ yang berakibat dengan unit vertikalnya.
keengganan dalam 4. Kolaborasi dengan
mengoptimalkan pihak Perbankan
penggunaan KKP karena khususnya HIMBARA
adanya stigma sulit/repot; untuk memberikan
benefit
4) Belum semua Penyedia BJ
tambahan/reward bagi
memiliki mesin EDC
pengguna KKP.
sebagai sarana utama
pelaksanaan PBJ dengan
K/L:
KKP, kemudian adanya
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
biaya tambahan dalam K/L/Unit Eselon I
penggunaan KKP. hendaknya mengawal
5) KKP saat ini hanya terbatas optimalisasi dalam
pada proses PBJ dengan penggunaan KKP di unit
mekanisme penunjukan vertikalnya;
langsung

5 Digitalisasi Dokumen Banyak 1) Belum ada nterkoneksi data Kemenkeu/LKPP:


Pengadaan supplier dan lelang antara Interkoneksi antara system
aplikasi PBJ (LPSE) dengan pengadaan LKPP dengan
aplikasi (SAKTI) SAKTI terkait data supplier
dan data hasil lelang.
Data supplier digunakan
sebagai validasi data
supplier SAKTI serta data
hasil lelang digunakan
sebagai dasar pembayaran
SPM di modul pembayaran
SAKTI

6 Kompetensi Pejabat Kementerian PUPR 1) Kurangnya ketelitian pejabat KPPN:


PBJ (ULP) dan PBJ dalam validasi dan Memastikan semua pejabat
komitmen Penyedia BJ pemilihan penyedia pada saat PBJ satker telah
lelang berpotensi tersertifikasi, apabila belum
menyebabkan permasalahan tersertifikasi agar difasilitasi
pada saat pelaksanaan pendaftaran dan proses
pekerjaan pelatihan untuk ujian
2) Komitmen Penyedia untuk sertifikasi
menjamin ketersediaan bahan Satker:
fisik pembangunan proyek Memperhatikan kapasitas
dan track record dari
penyedia BJ.
C. Permasalahan Eksekusi Belanja

Rekomendasi (Sisi Rekomendasi (Non


No Tema Sebaran K/L (Banyak/Spesifik) Permasalahan
Regulasi) Regulasi)

1 Belanja Rutin ▪ Alokasi belanja pegawai ▪ Pada kasus tertentu alokasi - Satker :
(belanja Pegawai tersebar pada 36 K/L dari 46 belanja pegawai yang tidak
▪ Satker agar melakukan
dan Operasional) K/L yang ada di wilayah DIY. memperhitungkan cukup
koordinasi dengan
Total alokasi Belanja Pegawai tingginya mobilitas pegawai (a.l
Kantor Wilayah dan
di tahun 2023 sebesar Rp4,61 mutasi) dalam jumlah besar
Eselon I K/L terkait
Triliun, Tiga K/L dengan alokasi pada K/L POLRI dan
dengan revisi anggaran
tertinggi terdapat pada Kementerian Agama berpotensi
sesuai dengan PMK 62
Kemendikbudristek (023) yang menyebabkan pagu minus
Tahun 2023.
memiliki pagu belanja pegawai belanja pegawai setiap tahun,
▪ Akselerasi belanja
di atas Rp1 triliun, kemudian
▪ Pola penyerapan belanja barang operasional
Kemenhan (012), dan
operasional ditahun 2023 mempertimbangkan
Kepolisian Negara RI (060)
relatif stabil pada triwulan I s.d kebutuhan
▪ Alokasi belanja barang III, namun cenderung sedikit ▪ KPA memastikan dan
operasional tersebar pada 39 meningkat pada triwulan IV. memfasilitasi adanya
K/L dari 46 K/L di Provinsi D.I. Hal ini karena sebagian besar transfer ilmu antara
Yogyakarta dengan total satker dalam mengeksekusi operator lama dan
alokasi mencapai Rp606,37 kegiatan pemeliharaan Gedung operator baru sebelum
Miliar. Alokasi terbesar pada dan bangunan (di luar jasa adanya pergantian,
Kemendikbudristek (023) , kebersihan) dilaksanakan pada serta berkoordinasi
Kepolisian Negara RI (060), dan triwulan IV. dengan KPPN setempat
Kementerian PUPR (033). untuk permasalahan
▪ Pergantian pengelola keuangan
yang tidak dapat
dan operator yang tidak diikuti
diselesaikan.
dengan transfer knowledge ke
▪ Satker agar secara pro
pengelola/operator yang baru,
aktif menghubungi
sehingga terjadi perlambatan
bank penerbit KKP
proses eksekusi pembayaran
apabila terdapat
belanja.
Rekomendasi (Sisi Rekomendasi (Non
No Tema Sebaran K/L (Banyak/Spesifik) Permasalahan
Regulasi) Regulasi)

▪ Pada beberapa satker K/L kendala terkait


tertentu masih enggan penggunaan KKP dan
menggunakan Kartu Kredit penyediaan mesin EDC
Pemerintah (KKP) dengan ▪ Satker agar
alasan antara lain: (1) meningkatkan
keterbatasan merchant yang koordinasi dengan
menyediakan mesin EDC, (2) Eselon I K/L terkait
beberapa merchant masih arahan penggunaan
mengenakan surcharge , dan (3) KKP
belum ada arahan untuk
Kanwil/KPPN :
menggunakan KKP (satker
lingkup TNI dan Polri) ▪ KPPN/Kanwil DJPb
melakukan koordinasi
dengan satker dan
bank penerbit KKP
dalam rangka
mendorong
penggunaan KKP
▪ KPPN/Kanwil
berkoordinasi dengan
kantor pusat DJPb
untuk mendorong
penggunaan KKP pada
K/L

2 Belanja Alokasi belanja infrastruktur di ▪ Keterlambatan penyampaian Satker :


Infrastruktur & wilayah D.I. Yogyakarta tersebar tagihan dari rekanan yang
▪ Satker agar segera
Yang di Kementerian PUPR (033), berdampak pada keterlambatan
melakukan koordinasi
MembutuhkanPBJ Kementerian Kesehatan (024) dan proses penyelesaian tagihan,
dengan rekanan,
Badan SAR Nasional (107). sehingga banyak satker
sehingga
Alokasi belanja terbesar terdapat mengajukan dispensasi
pada Kementerian PUPR, yaitu
Rekomendasi (Sisi Rekomendasi (Non
No Tema Sebaran K/L (Banyak/Spesifik) Permasalahan
Regulasi) Regulasi)

mencapai 99% dari total alokasi pengajuan SPM diluar batas pertanggungjawaban
belanja infrastruktur. waktu di akhir tahun anggaran. belanja tidak terhambat.
▪ Keterlambatan penyampaian KPPN :
data kontrak ke KPPN, yang
▪ KPPN agar memberikan
juga berdampak dengan
edukasi kepada satker
banyaknya surat permintaan
untuk segera
dispensasi pendaftaran kontrak
melengkapi dokumen
di luar batas waktu.
dan menyampaikan
▪ Beberapa satker K/L data kontrak sebelum 5
(Kementerian PUPR dan Hari Kerja setelah
Kemenristekdikbud) kontrak ditandatangani
mendapatkan tambahan alokasi
K/L :
anggaran pada Belanja Modal
di triwulan IV, sehingga waktu ▪ Penambahan pagu
untuk eksekusi kegiatan anggaran di tengah
terbatas. tahun berjalan agar
mempertimbangkan
jenis belanja, kebutuhan
proses pengadaan,
ketersediaan waktu dan
kemampuan satker
dalam mengeksekusi
kegiatan tersebut

3 Belanja Bansos ▪ Penyaluran bansos di Provinsi D.I. ▪ Tidak ditemukan kendala yang • Meningkatkan
dan Banpem Yogyakarta secara spesifik hanya berarti pada penyaluran bansos. koordinasi dengan K/L
disalurkan oleh Kementerian Penyaluran bansos oleh K/L di agar juknis tidak
Agama (025). Provinsi D.I. Yogyakarta hanya terlambat dan kegiatan
berupa bantuan Bantuan Sosial dapat dimulai segera
Untuk Perlindungan Sosial Dalam diawal tahun
Rekomendasi (Sisi Rekomendasi (Non
No Tema Sebaran K/L (Banyak/Spesifik) Permasalahan
Regulasi) Regulasi)

▪ Bantuan pemerintahan Bentuk Uang yang diberikan • Aktif melakukan


(Banpem) disalurkan oleh 10 K/L kepada mahasiswa (KIP Kuliah) koordinasi dengan
yaitu: Eselon I dalam hal ini
▪ Kendala terkait penyaluran
Direktorat Perbibitan
1. Kementerian Pertanian (018); Banpem berupa Bantuan Hewan
dan Produksi Ternak
2. Kementerian Agama (025); Ternak, Pengadaan Disinfektan
untuk mempercepat
3. Kementerian Pendidikan, dan kegiatan vaksinasi Penyakit
turunnya data nama
Kebudayaan, Riset, dan Mulut dan Kuku (PMK) pada
Kelompok Ternak Calon
Teknologi (023); hewan ternak di K/L Kementerian
Penerima Bantuan
4. Kementerian Pertanian adalah :
Pemerintah di lokasi
Ketenagakerjaan (026);
- Keterlambatan penerbitan yang telah ditetapkan
5. Kementerian Lingkungan
Juknis oleh Eselon I
Hidup Dan Kehutanan (029); • Satker agar
6. Kementerian PUPR (033); - Menunggu Data Calon berkoordinasi kepada
7. Kementerian Desa, Penerima Bantuan/CPCL yang Eselon 1 sehubungan
Pembangunan Daerah ditentukan secara terpusat dengan kemungkinan
Tertinggal dan Transmigrasi oleh Eselon I tidak terserapnya BOP
(067); - Serapan Biaya Operasional vaksinasi PMK.
8. BKKBN (068); Petugas (BOP) vaksinasi PMK
9. Kementerian Perdagangan rendah karena banyak ternak
(090) dan yang menjadi target vaksinasi
10. Badan Pangan Nasional PMK terinfeksi penyakit LSD
(125). (Lumpy Skin Desease),
sedangkan pada hewan sakit,
hewan yang pernah sakit, dan
hewan yang sekandang
dengan hewan sakit tidak
boleh di Vaksin.
Rekomendasi (Sisi Rekomendasi (Non
No Tema Sebaran K/L (Banyak/Spesifik) Permasalahan
Regulasi) Regulasi)

4 Belanja Untuk Alokasi belanja terkait dengan Selama Semester II 2023 ▪ Satker agar melakukan
Kegiatan Bersifat pelaksanaan tugas dan fungsi permasalahan yang berhasil koordinasi lebih lanjut
Pelayanan dan serta layanan tersebar pada diidentifikasi sebagai berikut : dengan Kepolisian
Pelaksanaan hampir seluruh satker K/L. Daerah dan Eselon I K/L
▪ Terdapat realisasi anggaran
Tugas Alokasi tertinggi terdapat pada yang bersangkutan, dan
yang tertunda berkaitan dengan
K/L Pendidikan. Kebudayaan , melakukan revisi
adanya kontrak pengadaan
Riset dan Teknologi (023). anggaran apabila
barang dan jasa yang dibatalkan
diperlukan sesuai
yang bersumber dari alokasi
dengan PMK 62 Tahun
dana belanja kontijensi (pada
2023.
satker K/L Kepolisian Negara RI),
Alokasi dana belanja kontijensi ▪ Satuan kerja melakukan
yang digunakan sebagai dana koordinasi secara
pengamanan dalam rangka intensif dengan unit
pelaksanaan pengamanan yang kerja di atasnya untuk
berkaitan dengan pelaksanaan mendapatkan informasi
pemilihan umum. lebih dini terkait waktu
penggunaan anggaran
▪ Pada satker pada K/L KPU,
tingginya dinamika perubahan ▪ Satuan kerja melakukan
alokasi anggaran dan kegiatan koordinasi secara
yang ditentukan oleh unit kerja intensif dengan unit
eselon I dalam rangka kerja di atasnya untuk
pelaksanaan tahapan pemilihan mendapatkan informasi
umum, membutuhkan ekstra lebih dini terkait waktu
effort dari satuan kerja KPU penggunaan anggaran
terkait dalam merealisasikan yang bersumber dari
anggaran dan menyelaraskan PNBP
kegiatan secara inline dengan
▪ Agar dilakukan
unit kerja di atasnya.
koordinasi yang intensif
▪ Lambatnya penyerapan antara pelaksana
anggaran yang bersumber dana kegiatan dengan
Rekomendasi (Sisi Rekomendasi (Non
No Tema Sebaran K/L (Banyak/Spesifik) Permasalahan
Regulasi) Regulasi)

PNBP pada satker K/L BPN bendahara pengeluaran,


disebabkan oleh penerbitan sehingga
Surat Keputusan Penetapan Hak pertanggungjawaban
Atas Tanah Perorangan dan belanja tidak terhambat
Badan Hukum yang Sementara dan operasional satker
proses dan Penetapan target dapat berjalan dengan
dalam rangka proses penerbitan lancar
Surat Keputusan Penetapan Hak
Atas Tanah Perorangan dan
Badan Hukum melalui proses
yang panjang dan melibatkan
beberapa pihak eksternal,
sedangkan alokasi anggaran
berdasarkan capaian realisasi
penerbitan surat keputusan.
▪ Terjadi pada beberapa satker
pada K/L tertentu
Keterlambatan penyampaian
pertanggungjawaban
pengeluaran/ kuitansi dari
pelaksana kegiatan kepada
bendahara pengeluaran.

D. Permasalahan SDM
No Tema Sebaran K/L Permasalahan Rekomendasi Rekomendasi
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
1 Pergantian Banyak Keterlambatan penetapan pejabat Penetapan pejabat
Pejabat perbendaharaan khususnya pada perbendaharaan
Perbendaharaan satker DK/TP dilakukan pada
kesempatan pertama di
Spesifik (Kemenhan) Pergantian pimpinan/kepala satuan Pengaturan penggantian awal tahun
kerja dikarenakan mutasi berimbas pengelola keuangan yang
pada pergantian pengelola keuangan lebih rigid Pemberian pemahaman
dan pengertian kepada
pimpinan K/L atau satuan
kerja dalam penunjukan
pejabat pengelola
keuangan agar
memperhatikan
kompetensi bukan
kedekatan
2 Kapasitas Banyak Seringnya pengelola keuangan • Pengaturan • Memperbanyak
Pengetahuan SDM diserahkan kepada pegawai penyediaan pelatihan workshop dan
baru/honorer. dan workshop pelatihan bagi SDM
pengelola keuangan pengelola keuangan
• Pengaturan • Memperbanyak
penyediaan knowledge channel pelatihan dan
management system knowledge
yang wajib disediakan management
dalam rangka sehingga mudah
peningkatan kapasitas diakses oleh SDM
pengetahuan SDM pengelola keuangan
pengelola keuangan

3 SDM Bersertifikat Banyak Kurangnya Jumlah pegawai yang Batasan jumlah minimal Pelaksanaan uji
memiliki Sertifikasi Kompetensi dan waktu pelaksanaan uji kompetensi dapat
pengelola keuangan pada satuan kompetensi di KPPN di dilakukan secara mandiri
kerja. atur lebih fleksibel oleh APIP K/L
No Tema Sebaran K/L Permasalahan Rekomendasi Rekomendasi
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
Ditinjau kembali besaran
honorarium pengelola
keuangan sehingga dapat
menarik minat pegawai
untuk menjadi pengelola
keuangan bersertifikat

4 Pemahaman Banyak Alur aplikasi yang terlalu banyak Simplifikasi alur proses
Aplikasi mengakibatkan pengguna aplikasi bisnis di aplikasi
kesulitan memahami penggunaan Perbaikan User Interface
aplikasi secara lengkap Aplikasi
5 Komitmen SDM Spesifik SDM Pengelola dana DK/TP kurang Pengaturan pemisahan Pemberian insentif non
memiliki komitmen dalam SDM pengelola APBN dan finansial lain bagi
pelaksanaan anggaran APBN APBD di satuan kerja pengelola dana DK/TP
dikarenakan alokasi APBD lebih khususnya pelaksanaan agar dapat mendorong
tinggi dan lebih berpengaruh anggaran peningkatan komitmen
terhadap THP SDM bersangkutan dalam pengelolaan
keuangan DK/TP
6 Komunikasi antar Banyak Kurangnya komunikasi antar SDM • Meningkatkan
SDM pengelola pengelola keuangan mulai dari kompetensi seluruh
keuangan tingkat perencanaan, pelaksanaan lini SDM pengelola
sampai dengan pelaporan sehingga keuangan
berpengaruh pada kualitas • Meningkatkan
pelaksanaan anggaran komunikasi antas lini
pengelolaan APBN
agar proses
perencanaan,
pelaksanaan dan
pelaporan keuangan
dapat efektif dan
berkualitas
No Tema Sebaran K/L Permasalahan Rekomendasi Rekomendasi
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
• Pembentukan forum
antar SDM pengelola
keuangan negara di
K/L atau satker

Kertas Kerja 04: Evaluasi Akhir Tahun dan Rencana Pengawalan 2024
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
Evaluasi Akhir Tahun
1 Pada tahun 2023 Kementerian Menurunnya pendapatan negara Optimalisasi PNBP melalui
Pendapatan negara tumbuh penyumbang pendapatan yang bersumber dari PNBP (-10,98) peningkatan layanan
positif 4,95% yang didorong negara, Kementerian dikarenakan beralihnya status Satker kepada masyarakat.
oleh peningkatan aktivitas dengan pagu belanja BLU pendidikan menjadi Badan
perekonomian masyarakat. yang besar dan Usaha Milik Negara (BHMN)
Demikian juga dengan Kementerian pengelola
belanja negara mengalami PNBP
peningkatan sebesar 12,45%
.
2 Permintaan dispensasi Beberapa K/L Masih rendah komitmen dan Kebijakan pemberian Peningkatan komitmen
keterlambatan penyampaian kesungguhan satker untuk dispensasi perlu lebih satker dan rekanan dalam
SPM dan Kontrak pada akhir menyampaikan SPM dan pendaftaran selektif dengan demikian mematuhi ketentuan
tahun anggaran 2023 yang kontrak tepat waktu sesuai dengan mampu memberikan efek penyampaian tagihan.
cukup tinggi. jadwal yg ditetapkan dalam LLAT. jera yang konstruktif bagi
satker, eselon I dan K/L Perlu adanya koordinasi
Kurangnya koordinasi/komunikasi untuk lebih disiplin dalam antara penyedia
antara satker dengan penyedia pelaksanaan anggaran barang/jasa , pengelola
barang/jasa terkait dengan keuangan satker dan
pemenuhan dokumen sebagai syarat pelaksana teknis.
pengajuan SPM.
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)

3 Capaian IKPA tahun 2023 K/L di wilayah DI. Indikator Deviasi halaman III DIPA Reformulasi perhitungan Perlu mendorong satker
Kanwil mencapai 95,04 Yogyakarta dan dispensasi merupakan 2 IKPA dengan klusterisasi untuk merencanakan
(sangat baik). indikator dengan katagori capaian penilaian IKPA yang belanja dengan lebih
Dari 8 indikator IKPA, empat cukup (75≤ nilai IKPA < 89) bersifat umum (semua akurat dan disiplin
indikator berada pada K/L) dan khusus (K/L melaksanakan apa yang
kriteria “Sangat Baik”, tertentu) telah direncanakan.
sementara dua indikator
dalam kategori “Baik”, dan Mendorong satker
dua dalam kategori melakukan revisi halaman
“Cukup” III DIPA apabila terdapat
perubahan rencana
kegiatan dalam rentang
periode triwulan

Memberi pemahaman
satker untuk merubah
mindset bahwa dengan
disiplin dalam memenuhi
ketentuan yang telah
ditentukan dalam LLAT
akan memperlancar
proses pencairan dana

4 Penggunaan KKP yang Hampir semua satker - Masih terdapat K/L atau eselon I Perlu adanya peraturan 1. Secara masif
belum optimal sebagai pengguna KKP yang belum mewajibkan satker di yang mewajibkan satker melakukan sosialisasi
fasilitas atau kemudahan lingkup kerjanya untuk menggunakan KKP untuk meningkatkan
yang di berikan pemerintah menggunakan KPP sebagai dengan pilihan KKP minat satker dalam
dalam pelaksanaan belanja alternatif pembayaran. domestic atau KKP non menggunakan KPPN
APBN. dengan
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
- Masih ada satker yang merasa domestic sesuai menginformasikan
tidak nyaman dengan kebutuhan. kelebihan dan
penggunaan KKP dikarenakan kemudahan
jejak digital dari transaksi lebih penggunaan KKP serta
akuntabel. keuntungan satker
- Faktor kebiasaan para pejabat dalam mendapatkan
perbendaharaan yang nilai IKPA penyelesaian
diantaranya belum terbiasa UP/TUP yang
menggunakan kartu kredit maksimal.
sehingga ada kekuatiran terjadi 1. Mendorong Bank
kendala atau kesalahan dalam untuk dapat
penggunaan KKP. menyediakan mesin
vendor rekanan satker belum EDC kepada pelaku
memiliki mesin EDC yang dapat usaha
digunakan untuk menerima 2. Koordinasi
pembayaran KKP penggunaan KKP
- Masih ada pihak yang memungut dengan satker dan
biaya administrasi KKP sehingga masing-masing bank
membuat satker enggan untuk penerbit untuk
menggunakan KKP. menyamakan persepsi.
- Satker tidak dapat memantau 3. Intensifikasi
penggunaan KKP secara real penggunaan CMS KKP
time. untuk monitoring
realtime penggunaan
KKP
5 Sepanjang Tahun 2023 total Seluruh satker di wilayah - satker belum mampu Sudah cukup jelas diatur - Perlu ditingkatkan
terdapat 3.686 pengesahan DIY merencanakan kegiatan secara edukasi kepada satker
revisi kewenangan Kanwil triwulanan melalui halaman III terkait tata cara
DJPb DIY. Porsi terbesar DIPA. Selanjutnya satker belum pelaksanaan revisi
(88,1%) merupakan revisi konsisten untuk menjadikan beserta kewenangan
administrasi berupa halaman III DIPA sebagai acuan revisi serta terkait
pelaksanaan kegiatan perencanaan belanja
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
penyesuaian halaman III yang dituangkan
DIPA - Kurangnya pemahaman satker dalam halaman III
terkait pengaturan pelaksanaan DIPA.
revisi DIPA

6 MP PNBP Spesifik Satker MP PNBP Beberapa satker PNBP realisasi Sudah jelas diatur pada - Peningkatan edukasi
. belanja melebihi MP yang diijinkan , PER-2/PB/2023 terkait pemahaman
hal ini dimungkinkan karena nilai PNBP dalam
pagu belanja PNBP pada aplikasi pelaksanaan belanja
sakti berdasarkan target penerimaan dan tata cara revisi
PNBP bukan berdasarkan dalam optimalisasi
penerimaan riil PNBP. PNBP
-
7 Pengelolaan BLU - 3 BLU cluster Pendidikan 5 BLU (UPN, UIN, Poltekes, RSPAU Sudah jelas diatur pada - Pelaksanaan monev
Terdapat 6 BLU binaan (RS dan 2 BLU cluster Hardjolukito dan RS Bhayangkara) PER-11/PB/2021 BLU
dr. Sardjito, UPN, UIN, Kesehatan masih perlu ditingkatkan nilai - Pelaksanaan edukasi
Poltekes, RSPAU MATRAT-nya. tata Kelola keuangan
Hardjolukito dan RS 3 Satker BLU masih pada level satker BLU
Bhayangkara) yang berada initial/ad-hoc pada aspek inovasi
di wilah DIY, dengan total dan 2 satker BLU yang masih pada
pagu yang dikelola sebesar level initial/adhoc pada aspek
Rp1,93 T lingkungan.
8 Penyelesaian pembayaran Terdapat 139 kontrak Terdapat 2 satker (sd 31 Januari Sudah diatur …… Perlu pengawalan
pada akhir TA yang menggunakan 2023) yang masih belum penyelesaian
menggunakan mekanisme mekanisme RPATA yang melakukan pembayaran/penihilan pembayaran
RPATA dimana tersebar di beberapa atas kontrak yang menggunakan menggunakan RPATA
pembayarannya berdasar satker, RPATA secara ketat
prestasi yang diterima Perlu peningkatan
pemahaman terkait
pembayaran
menggunakan RPATA
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
9 Terdapat 84 register Hibah Ada pada 8 K/L Terdapat K/l yang tidak segera Telah diatur pada PMK Meningkatkan
Langsung di kanwil DJPb melaksanakan revisi penambahan 99/PMK/2017 ketertiban satker untuk
DIY yang terdiri dari Hibah pagu setelah menerima hibah uang melaksanakan
Langsung Barang sebanyak administrasi hibah
30 register dengan nilai sesuai peraturan yang
23,82 miliar dan 54 register berlaku.
hibah Uang dengan nilai
256,19 miliar

10 Kanwil DJPB Pyov. DI. Pelaksanaan ALCo , Aktif Keterbatasan kompetensi SDM Telah diatur dalam KMK Perlu ditingkatkan
Yogyakarta telah aktif dalam keanggotaan TPID, Nomor 264 tahun 2023 kemampuan olah
melaksanakan peran dalam Tergabung dalam tentang Program data,analitik, penulisan
TREFA (Treasurer, Regional keanggitaan TPAKD, Aktif Penguatan RCE kajian ilmiah, design
Chief Economist dan dalam High Level grafis dengan
Financial Advisor) Meeting, Aktif dalam melibatkan narasumber
forum diskusi Bersama baik dari kantor pusat,
Pemda membahas BDK, akademisi serta
peluang investasi daerah Local Expert.
dll.

Rencana Pengawalan 2024

1 Mendorong peningkatan Seluruh K/L Perencanaan dalam rangka PMK Nomor 62 Tahun Satker agar melakukan
. kualitas perencanaan pelaksanaan anggaran belum 2023 reviu DIPA dengan
optimal seksama di awal tahun

Halam III DIPA agar


dapat dijadikan acuan
KPA dalam pelaksanaan
anggaran
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
2 Mendorong akselerasi Seluruh K/L Pelaksanaan program/kegiatan PMK Nomor 62 Tahun 1. Mendorong penetapan
pelaksanaan /proyek baru banyak dilaksanakan di 2023 pejabat perbendaharaan
program/kegiatan/proyek pertengahan tahun dan menumpuk di awal TA
di akhir TA 2. Mendorong satker agar
berkoordinasi dengan
Es-1 nya untuk segera
menetapkan pedoman
umum/petunjuk
teknis/petunjuk
operasional kegiatan
paling lambat 1(satu)
bulan setelah DIPA
diterima
3. Mengoptimalkan
penggunaan KKP dan
mendukung
penggunaan produk
dalam negeri.
4. Segera menyelesaikan
pertanggungjawaban
UP/TUP sumber dana
PNBP Tahun Anggaran
2023.
5. Melakukan penyesuaian
realisasin belanja dalam
hal dari hasil monitoring
terdapat potensi
realisasi penerimaan
PNBP tidak sesuai
dengan target yang
telah ditetapkan.
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)

3 Mendorong percepatan Seluruh K/L Masih adanya pekerjaan tahun 2023 - 1. Satker agar
pelaksanaan pengadaan yang diberikan kesempatan dan memastikan
barang/jasa (PBJ) belum selesai pelaksanaan
Pengadaan barang dan jasa yang pekerjaan pengadaan
terkendala TKDN barang/jasa TA 2023
yang diberikan
kesempatan
penyelesaian dapat
diselesaikan dan
dibayarkan dendanya
2. Mendorong satker
untuk ber koordinasi
dengan Eselon I K/L
terkait kebijakan
internal Pengadaan
Barang/Jasa (PBJ),
termasuk pemenuhan
ketentuan Tingkat
Komponen Dalam
Negeri (TKDN).
3. Mendorong PBJ
dilaksanakan sebelum
tahun anggaran,
sehingga kontrak
dapat ditandatangani
dan pekerjaan
dilaksanakan awal
tahun anggaran.
4. Mendorong satker
agar pengadaaan
barang/jasa yang
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
sifatnya sekaligus dan
nilainya sampai
dengan Rp200 juta
diselesaikan di TW I
TA 2024.
5. Memastikan seluruh
pengadaan barang
dan jasa dapat
diselesaikan paling
lambat pada TW III TA
2024.

4 Mendorong akurasi dan Seluruh K/L 1. Data penerima bansos/banper - 1. Mendorong


percepatan penyaluran tidak valid percepatan
Dana Bansos dan Banper 2. Rekening penerima penyelesaian verifikasi
bansos/banper yang tidak dan validasi penerima
terverifikasi dengan baik bantuan/KPM,
3. Keterlambatan penetapan SK termasuk pemadanan
Penerima data dengan data
4. Keterlambatan juknis penyaluran kependudukan untuk
bantuan penerima individu dan
validasi rekening
penerima bantuan.
2. K/L agar memastikan
penetapan surat
keputusan penerima
bantuan atau KPM.
3. Mendorong K/L agar
memastikan akurasi
ketepatan sasaran
penyaluran bantuan
kepada Penerima
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
Bansos dan Banper
menggunakan sistem
monitoring yang
terintegrasi dengan
basis data registrasi
sosial ekonomi.

5 Mendorong K/L untuk Seluruh K/L Penerimaan hibah yang tidak segera PMK 99 Tahun 2017 Mendorong satker untuk:
meningkatkan akuntabilitas diikuti dengan langkah-langkah 1. Segera mengajukan
pelaksanaan dan pengadministrasian sesuai permohonan nomor
pertanggungjawaban hibah ketentuan register hibah ke
langsung dalam negeri Kanwil DJPb setelah
dalam bentuk uang dilakukan
penandatanganan
naskah perjanjian
hibah.
2. Melakukan
pembukaan dan
pengelolaan rekening
hibah setelah
mendapatkan
persetujuan Kuasa
BUN daerah.
3. Melakukan
penyesuaian pagu
belanja dalam DIPA
(revisi DIPA) atas dana
hibah yang diterima.
4. Melaksanakan
program/kegiatan
secara akuntabel
sesuai dengan
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
maksud dan tujuan
pemberi hibah.
5. Segera melakukan
pengesahan atas
pendapatan hibah
sebesar yang telah
diterima dan
melakukan
pengesahan atas
belanja yang telah
dilaksanakan.

6 Mendorong K/L untuk Seluruh K/L Komitmen satker untuk Percepatan - Mendorong K/L agar :
memprioritaskan dan program/kegiatan Prioritas nasional 1. Melakukan identifikasi
mengawal penyelesaian program/kegiatan
program/kegiatan Prioritas Prioritas Nasional
nasional dan/atau Proyek
Strategis Nasional
yang harus
diselesaikan pada
tahun 2024.
2. Melakukan akselerasi
penyelesaian
pekerjaan/pembangu
nan atas
program/kegiatan
Prioritas Nasional
dan/atau Proyek
Strategis Nasional
agar segera
diselesaikan paling
lambat pada Triwulan
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
III Tahun Anggaran
2024.

7 Mendorong peningkatan Seluruh K/L Masih dijumpai realisasi belanja - Mendorong K/L agar
kualitas belanja melalui operasional yang rendah tingkat 1. Membatasi belanja
peningkatan efisiensi urgensinya operasional yang
dan efektivitas belanja urgensinya rendah
(value for money) seperti perjalanan
dinas dan
konsinyering serta
honor tim.
2. Mengutamakan
pencapaian output
dan outcome
kegiatan.
3. Mengutamakan
digitalisasi
pembayaran untuk
meningkatkan
akuntabilitas
pembayaran.
4. Mengoptimalkan
pemanfaatan
teknologi informasi
dalam pelaksanaan
kegiatan.
5. Meningkatkan
kepatuhan terhadap
regulasi pelaksanaan
anggaran.
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)
8 Mendorong ditingkatkannya Seluruh K/L Penyusunan perencanaan yang tidak - Mendorong K/L untuk
monitoring dan evaluasi optimal 1. Melakukan evaluasi
serta pengendalian internal Belum adanya budaya mitigasi risiko atas kendala-kendala
gagalnya pelaksanaan dalam pelaksanaan
program/kegiatan/proyek kegiatan yang selalu
muncul dalam
pelaksanaan kegiatan
dan menyiapkan
strategi untuk
memitigasi dan
mengatasi kendala
tersebut
2. Melibatkan Unit
Kepatuhan Internal
(UKI) dan APIP
menjalankan fungsi
pengendalian atas
kegiatan yang
dilaksanakan agar
sejalan dengan
kebijakan dan standar
prosedur manajemen
risiko.
3. Segera
menindaklanjuti
rekomendasi temuan
pemeriksaan yang
dilakukan oleh
apparat pemeriksa
Kertas Kerja 05: Pengawalan Belanja 2024
No Permasalahan Akar permasalahan Ide Pengawalan Periode Pelaksanaan Indikator Keberhasilan

1. Revisi administrasi • Belum semua satker Kanwil DJPb Provinsi D.I. Januari - Desember • Update Hal III DIPA / revisi
dan/atau revisi POK yang telah melakukan Yogyakarta : 2024 administrasi/ revisi POK
(pemutakhiran) revisi POK melakukan tepat waktu (sebelum
• Melakukan forum Diskusi Kamis
Pemutakhiran DIPA ke batasnya)
Pahingan
Kanwil. • Tidak terjadi penumpukan
• Konsultasi online melalui LAKON
pengajuan revisi triwulan I
• Kurang adanya • One on One meeting dengan
2024
koordinasi Automatic satker tertentu.
• Seluruh satker melakukan
Adjusment yang • Terlibat langsung dalam
reviu DIPA dan melakukan
dilakukan K/L dengan kegiatan LLSAP pada KPPN
revisi administrasi DIPA
satker di bawahnya. lingkup Kanwil DJPb DIY

2. IKPA yang tidak optimal Sebagian besar satker lingkup Kanwil DJPb Provinsi D.I. Yogyakarta : Januari – Maret 2024 • Capaian IKPA Tahun 2024
(indikator Deviasi Hal III Kanwil DJPb DIY nilai IKPA dapat optimal dengan
• Melakukan forum Diskusi Kamis
DIPA, Penyerapan Indikator Deviasi Hal III DIPA masing2 Indikator
Pahingan
anggaran, Kontraktual, memperoleh nilai cukup dan memperoleh nilai Baik dan
• One on One meeting dengan satker
Dispensasi) masih ada nilai kurang Sangat Baik.
tertentu
(dibawah 70) • Melaksanakan kegiatan
• Sosialisasi dan pemeberiaan
sesuai dengan yang
penghargaan IKPA Award bagi satker
direncanakan sebagaimana
dengan IKPA terbaik.
tercantum dalam Halaman
III DIPA
KPPN
• Mobile Service Area (MSA)
No Permasalahan Akar permasalahan Ide Pengawalan Periode Pelaksanaan Indikator Keberhasilan

• Deviasi antara pelaksanaan


dengan rencana yang
tercantum pada
Halaman III DIPA terjaga
tidak melebihi 5% (lima
persen).
3. Monitoring dan Evaluasi • Belum ada mekanisme Kanwil DJPb Provinsi D.I. Februari 2024 • Permasalahan terkait
Pelaksanaan Pekerjaan pemberian kesempatan Yogyakarta dan KPPN lingkup RPATA dapat
pada Akhir Tahun Melalui baik sebelum dan kerjanya disesuaikan dengan
Mekanisme RPATA sesudah periode tuntas, tidak
bersinergi dengan Direktorat
RPATA, meninggalkan PR untuk
Sistem Perbendaharaan
tahun berjalan.
• Pembayaran pekerjaan melaksanakan Monev RPATA sesuai
konsultan perencana dengan PMK 109 Tahun 2023 • Seluruh tagihan RPATA
dan pengawasan dapat diselesaikan
pembangunan gedung dengan tepat waktu
negara,
• Penyempurnaan PMK
• Penyelesaian pekerjaan 109 tahun 2023 dapat
dengan sumber dana segera terwujud pada
SBSN dan PHLN yang bulan Januari 2024.
tidak selesai di RPATA
• Batas waktu
penyampaian SPM
Penampungan, SPM
Pembayaran, SPM
Penihilan
• Kendala perekaman
BAST /BAPP/SPP
Pembayaran per 31
Desember 2023 untuk
pekerjaan yang
No Permasalahan Akar permasalahan Ide Pengawalan Periode Pelaksanaan Indikator Keberhasilan

diberikan kesempatan
ketahun berikutnya,
• Kendala perekaman
pemberian kesempatan
pekerjaan dengan
tagging PN
4 Hibah Langsung uang TA • Penggunaan dana Hibah Kanwil DJPb Provinsi D.I. Maret 2024 sd selesai • KPU dan Bawaslu melakukan
2023 pada satker KPU dan lebih besar pada tahun Yogyakarta revisi hibah langsung pada
Bawaslu dalam rangka 2024 sehingga satker Semester I 2024
• Pembinaan dan pengarahan kepada
PILKADA belum melakukan KPU dan Bawaslu
satker KPU dan Bawaslu secara • Meningkatkan akuntabilitas
Revisi DIPA melakukan revisi setelah
intensif pelaksanaan dan
diyakini ada realisasi
pertanggungjawaban hibah
belanja. • Sinergi Bidang PPA I dan PAPK
langsung dalam negeri
dalam pelaporan penyelesaian
• Dana Hibah langsung dalam bentuk uang
Hibah langsung
yang sudah diterima /
masuk ke rekening pada
tahun 2023 telah
dilakukan pengesahan
pendapatan melalui
KPPN setempat namun
belum dilakukan revisi
DIPA

5 Realisasi Belanja PNBP • Beberapa satker PNBP Kanwil DJPb Provinsi D.I. Februari 2024 • Satker PNBP dapat
minus (melebihi MP riil) lingkup Kanwil DJPb DIY Yogyakarta memahami dan
realisasi belanjanya melaksanakan ketentuan MP
• Sosialisasai PNBP refreshment
melebihi MP riilnya PNBP dengan proyeksi yang
Mekanisme Pengajuan MP PNBP
sehingga MP TAYL dapat dicapai sehingga dapat
dan Reformulasi Persetujuan MP
bersaldo minus dan memitigasi kelebihan belanja
PNBP.
No Permasalahan Akar permasalahan Ide Pengawalan Periode Pelaksanaan Indikator Keberhasilan

berpengaruh pada MP dibandingkan riil MP PNBP di


PNBP tahun berikutnya. tahun 2024
• Satker tidak dapat • Reformulasi persetujuan MP
memenuhi target dapat dilaksanakan dengan
pendapatan yang dibuat baik
sebagai proyeksi dalam
• Konsep riil MPPNBP dan
perhitungan pengajuan
kewenangan Kanwil DJPb
MP triwulan I
dalam emmnerikan
persetujuan berdasarkan
hasil monev dapat terinfokan
dan dipahami oleh satker.
6 Akselerasi pelaksanaan • Belum adanya petunjuk Kanwil DJPb Provinsi D.I. Januari 2024 • Data kontraktual telah
program/kegiatan/proyek teknis pelaksanaan Yogyakarta terdaftar pada KPPN .
untuk Belanja Modal pada program/kegiatan/ proyek • Ketersediaan dana dapat
• Melakukan forum Diskusi Kamis
Triwulan I belum shingga belum melakukan dipastikan sesuai jadwal yang
Pahingan
sepenuhbya dapat perikatan dengan pihak terdaftar pada data kontrak.
• Konsultasi online melalui LAKON
dilakukan oleh satker ketiga.
• One on One meeting dengan satker
• Adanya blockir belanja tertentu.
modal pada satker yang
menyebabkan tidak dapat
segera membuat perikatan
• Penunjukkan pejabat
pengelola keuangan yang
terlambat.

7 Penggunaan KKP pada • Satker lebih banyak Kanwil DJPb Provinsi D.I. Maret 2024 • Satker lingkup Kanwil DJPb
satker lingkup Kanwil memilih menggunakan Yogyakarta dan KPPN lingkup DIY menggunakan KKP
DJPb Provinsi D.I. KKP Reguler kerjanya dalam transaksi UP sesuai
Yogyakarta kurang dibandingkan KKP ketentuan yang berlaku
optimal Domestik dikarenakan
No Permasalahan Akar permasalahan Ide Pengawalan Periode Pelaksanaan Indikator Keberhasilan

cakupan pembayaran • Melakukan forum Diskusi dengan • Peningkatan jumlah


KKP Reguler yang lebih KPPN dan Perbankan transaksi UP yang
luas dibandingkan KKP • Sosialisasi dan pemberian menggunakan KKP
Domestik pengghargaan pengguna KKP
terbaik
• Beberapa satker belum
menggunakan KKP untuk
transaksi.
8 Laporan pada periode yang • Sinkronisasi data antar Kanwil DJPb Provinsi D.I. Januari 20424 • Laporan yang disajikan
sama namun ada aplikasi (SAKTI/SPAN/ Yogyakarta bersinergi dengan dalam periode yang sama
perbedaan data yang SPAN-CW/Aplikasi lain) Direktorat SITP dapat diyakini validitas
disajikan sehubungan yang belum realtime/ datanya. .
• Pelatihan penggunaan data dalam
dengan penggunaan minimal lag time • Mudah dalam penarikan data
penyajian dashboard dengan
aplikasi yang beragam. menyebabkan pengawasan setiap dibutuhkan oleh
Tableu. (Training tableau public)
dan monitoring pengguna yang
pelaksanaan anggaran berkepentiangan.
antara SAI dan SAU • Infografis laporan semakin
berbeda yang tajam dan meyakinkan
menyebabkan •
perbedanaan persepsi
dalam pelaksanaan
anggaran dengan satker.
• Laporan yang disusun
masih memberikan celah
perbedaaan signifikan
sehngga kurang diyakini
validitasnya.
• Penyajian
infografs/dashboard
perkembangan regional
No Permasalahan Akar permasalahan Ide Pengawalan Periode Pelaksanaan Indikator Keberhasilan

chief economis perlu


ditingkatkan.
• Belum tersedianya standar
tagging tematik

9 Satker BLU belum seluruhnya • Sebagian besar satker nilai Kanwil DJPb Provinsi D.I. Maret 2024 • Tingkat maturitas BLU untuk
memenuhi kriteria penilaian maturity rating pada BIOS Yogyakarta bersinergi dengan satker-satker BLU lingkup
tingkat maturitas BLU yang menunjukkan warna Direktorat PKBLU dan PEMDA Provinsi DIY meningkat
baik, dimana hal ini merah. Hanya Politeknik lmenjadi lebih baik
• FGD dengan seluruh satker BLU
merupakan tingkat Kesehatan Yogyakarta
kedewasaan/ kematangan dan BLUD lingkup DIY
yang tidak ada warna
manajemen dalam mengelola • On on one meeting pada satker
merah namun Sebagian
BLU untuk mencapai tujuan BLU tertentu.
besar masih berwarna
dan menyelenggarakan tata kuning. Hal ini
kelola yang baik pada BLU. menunjukkan bahwa
satker BLU lingkup DIY
belum ada yang benar2
telah dewasa dalam
menjalankan pengelolaan
BLU.
• Pengelolaan kas dan
rekening serta optimalisasi
kas pada Sebagian satker
BLU belum dikelola
dengan baik dan sesuai
ketentuan yang berlaku.
No Permasalahan Akar permasalahan Ide Pengawalan Periode Pelaksanaan Indikator Keberhasilan

10 RPD yang disampaikan oleh • Ada blockir pada pagu • Kanwil DJPb Provinsi D.I. Marte 2024 • Pada triwulan I satker sudah
satker belum untuk belanja yang Yogyakarta bersinergi dengan KPPN dapat melakukan identifikasi
menggambarkan optimalisasi mengawal penyelesaian dan PEMDA program/kegiatan Prioritas
dukungan K/L untuk prioritas program kegiatan yang • FGD highlevel mendukung Nasional dan/atau Proyek
kegiatan dan mengawal mendukung pencapaian penyelesaian program kegiatan Strategis Nasional yang harus
penyelesaian program RPJMN pencapaian RPJMN diselesaikan pada tahun 2024
kegiatan yang mendukung • One on One meeting satker • akselerasi penyelesaian
• Penyusunan RPD halaman
pencapaian RPJMN 2020- tertentu pendukung PN/PS/PJMN pekerjaan/ pembangunan
III DIPA belum sepenuhnya
2024 atas program/kegiatan
terupdate untuk
Prioritas Nasional dan/atau
menggambarkan dukungan
Proyek Strategis Nasional agar
penyelesaian RPJMN
segera diselesaikan paling
• Belum disusun mitigasi lambat pada Triwulan III
risiko tidak Tahun Anggaran 2024
terselesaikannya PN untuk
tahun 2024 dan identifikasi
program/kegiatan Prioritas
Nasional dan/atau Proyek
Strategis Nasional yang
harus diselesaikan pada
tahun 2024.
• Tidak semua satker
melakukan akselerasi
penyelesaian pekerjaan/
pembangunan atas
program/kegiatan Prioritas
Nasional dan/atau Proyek
Strategis Nasional agar
segera diselesaikan paling
lambat pada Triwulan III
Tahun Anggaran 2024.
Kertas Kerja 06: Evaluasi Tematik Belanja PN
Kinerja Rekomendasi Rekomendasi
No PN Permasalahan
RO Utama (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)

1 PN 01 : Memperkuat RO1 : 018.HA.1761.RAI.611 RO1 : Kondisi cuaca RO1 dan RO3: Penentuan jadwal
Ketahanan Ekonomi (Pengembangan Kawasan Kedelai) ekstrem menjadi hambatan pelaksanaan kegiatan pada saat
untuk Pertumbuhan dalam pengembangan perencanaan
Pagu 8,398 Milyar,
Berkualitas dan kawasan kedelai dan mempertimbangkan kondisi
Realisasi 8,377 milyar
Berkeadilan mengurangi kualitas panen iklim ke depan
kedelai
RO2 : 018.HA.1785.QEL.003 RO2 : Pengatuan RO 2: Koordinasi dengan kantor
RO2 : Keterlambatan dalam percepatan penerbitan pusat K/L untuk mempercepat
Pagu 13,407 milyar
penentuan penerima regulasi kriteria penerbitan aturan mengenai
Realisasi 13,403 milyar
bantuan hewan penentuan penerima kriteria penerima bantuan
(Bantuan Hewan Ruminansia Potong)
dikarenakan belum bantuan RO 2 : Pembukaan moratorium
RO3 : 033.FC.5036.RBS.119 turunnya juknis dalam
dengan melibatkan APIP dan
Pagu 150,354 milyar penentuan penerima
APH untuk memastikan
Realisasi 148,336 milyar bantuan dari Kementerian
pelaksanaan PBJ berjalan sesuai
(Pembangunan Irigasi Kawasan) Pertanian
dengan peraturan dan tanpa
RO2 : Kasus hukum yang KKN
menimpa pucuk pimpinan
RO3 : Penggunaan teknologi
K/L menyebabkan
dalam pelaksanaan pekerjaan
moratorium proses
sehingga tidak terpengaruh
pengadaan barang dan jasa
dengan cuaca ekstrem dan
di seluruh K/L
dapat lebih cepat selesai
RO3 : Cuaca ekstrem dan
suhu panas menyebabkan
kendala keterlambatan
pembangunan irigasi
2 PN 02 : RO1 Pelatihan Aparat 1. Terdapat perubahan • Peningkatan kompetensi
Mengembangkan Pemerintahan Desa dan Pengurus nomenklatur OPD di aparat perlu dilakukan secara
Wilayah Untuk Lembaga Kemasyarakatan Desa awal tahun sehingga berkelanjutan dan diikuti
Mengurangi perlu mengajukan
Kinerja Rekomendasi Rekomendasi
No PN Permasalahan
RO Utama (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)

Kesenjangan dan Lingkup Regional revisi dipa dan virtual dengan monitoring capaian
Menjamin (010.CM.1248.UAC.004). account. hasil pelatihan
Pemerataan 2. Satker yang
• Perlu dilakukan pemetaan
membawahi banyak
Pagu sebesar Rp3 miliar dan realisasi kemampuan aparat
OPD mengalami
Rp2,99 miliar (99,96%). Sedangkan pemerintah desa agar
kesulitan dalam
realisasi capaian output sebesar 900 sumber SDM dapat
pengisian capaian
orang (100%) dikembangkan pelatihan
output.
yang tepat
3. Keterbatasan SDM;
Bendahara dan semua
• Menyelenggarakan pelatihan
operator hanya satu
untuk peningkatan
orang, sehingga
bendahara merangkap kompetensi pegawai terkait
di semua jabatan. pengisian capaian output

• Koordinasi dengan unit


pengelola SDM untuk
penambahan jumlah
pegawai yang menangani
1. Terdapat optimalisasi anggaran
R02 Pelaksanakan Tugas dan sisa anggaran pada
Wewenang Gubernur sebagai RO PN sehingga harus 1. Koordinasi dengan Es I untuk
wakil pemerintah pusat dengan mengajukan revisi mempermudah proses
kinerja baik dengan persetujuan persetujuan revisi optimalisasi
(010.CM.1237.PBL.001) eselon I. sisa anggaran

Pagu sebesar Rp0,99 miliar dan 2. Terdapat beberapa 2. Peningkatan koordinasi


realisasi Rp0,98 miliar (98,77%). bidang tanah yang dengan pihak terkait baik
Sedangkan realisasi capaian output tidak diketahui pemda, tokoh adat dan
sebesar 21 rekomendasi (100%) pemiliknya/pemiliknya masyarakat setempat.
Kinerja Rekomendasi Rekomendasi
No PN Permasalahan
RO Utama (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)

berada diluar kota 3. Menyelenggarakan pelatihan


atau luar pulau. atau In House Training untuk
peningkatan kompetensi
3. Kesulitan dalam
pegawai terkait metode
proses pengukuran
survei, pemetaan dan
dan pemetaan lokasi
penggunaan alat survei
PTSL yang berupa area
berbasis satelit
pertanian sawah
4. Koordinasi dengan Es I untuk
4. Terkait SDM,
R03 PBT (Peta Bidang Tanah) PTSL pemenuhan sarana dan
pemahaman petugas
(Pendaftaran Tanah Sistematis prasarana sesuai kebutuhan
ukur terhadap alat
Lengkap) Desa Lengkap Jawa Bali dan tuntutan perkembangan
survei khususnya yang
(056.CS.6413.QAB.U16) teknologi
berbasis Pengamatan
Satelit (seperti GNSS
Pagu sebesar Rp1,14 miliar dan RTK) belum memadai.
realisasi Rp1,13 miliar (99,62%).
Sedangkan realisasi capaian output 5. Ketersediaan sarana
sebesar 6.269 Hektar (100%) dan prasarana di seksi
survei dan pemetaan
tidak memadai.

3 PN 03 : Meningkatkan RO 1 : Prasarana Bidang Kesehatan Gedung Kesehatan Ibu dan Berkoordinasi dengan Eselon I
Sumber Daya Manusia Berupa Pembangunan Gedung Anak merupakan dalam mempercepat prosesnya
Berkualitas dan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak pembangunan Gedung
berdaya Saing (IsDB) – LR di RSU DR Sardjito yang dibiayai dari dana
pinjaman luar negeri IsDB
Pagu : Rp.110.588.027.000
dengan multi years.
Realisasi : Rp 105.303.375.070
Kontrak berakhir bulan
Kinerja Rekomendasi Rekomendasi
No PN Permasalahan
RO Utama (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)

(95,22%) November 2024 Sisa dana


menjadi dana luncuran
yang menambah dana
Tahun 2024

Sumber Dana berasal dari


RO 2 : Sarana Bidang Kesehatan Pinjaman Luar Negeri dan
Berupa Pengadaan Alat Kesehatan multi year
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Pengadaan menunggu
(IsDB) – LR di RSU DR Sardjito konsultan peralatan yang
Pagu :Rp24.474.240.000 ada di kantor pusat oleh
Realisasi : Rp 0 Project Manangement Unit
(0%) di Eselon I

RO 3 : Prasarana Bidang Pendidikan


Tinggi
Berupa Pembangunan Gedung
Laboratorium Riset Terpadu di UPN
Veteran Yogyakarta
Pagu : Rp.59.999.413.000
Realisasi : Rp 56.740.724.000
(94,56%)

4 PN 04 : Revolusi RO 1 Masyarakat yang Diedukasi


Mental dan
1. Pemahaman masyarakat 1. Sosialisasi Undang- 1. Memberikan pemahaman
Pembangunan Pagu Rp. 1.000.000.000,-
terhadap kegiatan tera Undang Nomor 1 kepada Wajib Tera Ulang
Kebudayaan Realisasi Rp. 997.817.421,-
dan tera ulang UTTP Tahun 2022 tentang bahwa kerangka
yang dimiliki masih Hubungan Keuangan pembiayaan terdiri dari
rendah. Salah satu Pusat dan Daerah retribusi dan reparasi.
penyebabnya adalah
Kinerja Rekomendasi Rekomendasi
No PN Permasalahan
RO Utama (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)

anggapan bahwa biaya 2. Sosialisasi Peraturan 2. Edukasi terkait


yang ditimbulkan terlalu Menteri pendampingan pelaku
tinggi. Perdagangan Nomor UMKM tentang mekanisme
31 Tahun 2011 legalisasi produk yang
2. Kurang pahamnya
tentang Barang dihasilkan.
pelaku usaha BDKT
Dalam Keadaan
terhadap aturan 3. Edukasi kemetrologian
Terbungkus
mengenai kemasan melalui konten-konten yang
produk yang dihasilkan 3. Justifikasi evaluasi menarik melalui media
menggunakan PP 29 social
3. Evaluasi nilai Indeks
Tahun 2021 tentang
Tertib Ukur tidak tepat
Penyelenggaraan
dikarenakan adanya
Bidang Perdagangan
bias aturan.

1. Kesulitan menentukan
kesepakatan waktu
RO 2 (2022 QDC 001) Penutur 1. Meningkatkan koordinasi
pelaksanaan evaluasi
Bahasa Terbina dengan dinas terkait
dengan dinas terkait.
Pagu Rp381.660.000,- 2. Melakukan koordinasi kepada
2. Kurang sinkronnya
Realisasi Rp 364.400.533,- peserta dan pendamping
jadwal pembinaan
antara tim muspus dan lomba musikalisasi
pembina (Dewan Juri) 3. Meningkatkan koordinasi
Apakah ini hambatan dengan sekolah
UKBI? (menyesuaikan jadwal
sekolah).

Koordinasi dengan komunitas


sastra Regas (Kab Kulonprogo)
Kinerja Rekomendasi Rekomendasi
No PN Permasalahan
RO Utama (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)

Belum adanya komunitas untuk melakukan pembinaan


daerah yang melakukan lanjutan, pasca peserta
RO 3 (2022 QDC QDC 003) Generasi pembinaan lanjutan mengikuti kegiatan bengkel
Muda Terbina Literasi terhadap peserta bengkel bahasa dan sastra
bahasa dan sastra.
Pagu Rp540.476.000,-
Realisasi Rp484,959,243,-
5 PN 05 : Memperkuat 1. RO 1: Prasarana Jaringan Sumber A. Internal: K/L: Kanwil DJPb/KPPN:
Infrastruktur untuk Daya Air;
1. Rendahnya akselerasi Juknis kegiatan 1. Mengingatkan/menghimbau
Mendukung Pagu: 551.287.932.000,00
PBJ melalui kontrak pra hendaknya sudah ada melalui sosialisasi terkait
Pengembangan Real: 536.548.539.275,00
DIPA di awal tahun di akhir/awal TA baik mekanisme kontrak pra dipa
Ekonomi dan (97,32% pagu)
karena: dalam bentuk regulasi supaya tidak ada keraguan
Pelayanan Dasar
maupun SE sehingga bagi satker untuk
2. RO 2: Prasarana Bidang Sumber a) Perencanaan PBJ
memudahkan mengimplementasikannya;
Daya Air dan Irigasi yang belum matang,
pelaksanaan kegiatan,
Pagu: 441.894.789.000,00 berpengaruh ke 2. Memberikan reward bagi
menghindari revisi
Real: 436.567.610.633,00 tahapan pengadaan satker dengan kinerja kontrak
juknis di pertengahan
98,8% pagu) selanjutnya; pra DIPA terbaik
kegiatan.
b) Keengganan 3. Himbauan agar
3. RO 3: Prasarana Bidang Kemenkeu/LKPP:
melaksanakan memperhatikan kualitas SDM
Konektivitas Darat kontrak pra DIPA 1. Peningkatan yang akan ditunjuk sebagai
Pagu: Rp 368.324.006.000,00 karena masih kompetensi dari pejabat perbendaharaan/ULP
Real: Rp 329.146.403.040,00 rendahnya pejabat serta kapasitas dan komitmen
(89,4% pagu) pemahaman; perbendaharaan/ULP dari penyedia BJ.
melalui diklat/sarana
c) Masih adanya blokir K/L:
lain termasuk proses
pagu di awal tahun
sertifikasi PBJ; Penambahan pagu anggaran
anggaran, yang
2. Punishment secara pada tahun berjalan hendaknya
berakibat tidak
tegas bagi penyedia memperhatikan kemampuan
optimalnya realisasi
BJ yang secara satker dan ketersediaan waktu
di awal tahun;
jelas/berniat dalam mengeksekusi kegiatan
melakukan
Kinerja Rekomendasi Rekomendasi
No PN Permasalahan
RO Utama (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)

2. Kompetensi pejabat ULP wanprestasi


yang masih rendah pelanggaran kontrak
sehingga seringkali salah PBJ.
dalam menjatuhkan
pilihan pada penyedia BJ
(tergiur nilai penawaran
yang rendah dan
dokumen lelang tanpa
melihat reputasi
penyedia BJ).
B. Eksternal:
1. Perubahan iklim dan
cuaca ekstrim yang
berpengaruh terhadap
supply dan distribusi
material fisik;
2. Permasalahan dalam
pembebasan lahan
yang berdampak
terhadap deviasi
halaman III;
3. Komitmen penyedia BJ
yang masih rendah
dalam mematuhi
klausul kontrak.
6 PN 06 : Membangun RO 1 : Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Lingkungan Hidup, secara Vegetatif
Meningkatkan Dalam Menyusun Managemen
Pagu : Rp16,32 Miliar
Ketahanan Bencana, Tidak terdapat hambatan Risiko, satker dapat
Realisasi : Rp16,24 Miliar (99,53%)
dan Perubahan Iklim yang berarti dalam
Kinerja Rekomendasi Rekomendasi
No PN Permasalahan
RO Utama (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)

Volume : 420 Hektar eksekusi kegiatannya. menambahkan mitigasi risiko


Capaian Output : 420 Hektar (100%) Hanya saja Faktor Cuaca dalam menghadapi
atau terjadinya Elnino keadan/kondisi diluar kendali
yang menyebabkan (force majeur)
RO 2 : Bibit Berkualitas dan Bibit
pelaksanaan distribusi
Produktif
bibit-bibit untuk siap
Pagu : Rp8,62 Miliar tanam menjadi mundur
Realisasi : Rp8,58 Miliar (99,57%) semua dari yang
dijadwalkan.
Volume : 1.065.000 Unit
Capaian Output : 1.113.620 Unit
(100%)

7 PN 07 : Memperkuat RO1 : Operasional Pengawas Ad-Hoc • Terdapat Blokir AA: • Mengidentifikasi Eselon I melakukan ABT dengan
Stabilitas (115.01.CQ.6661.QIC.002) Rp317.875.000; belanja dengan memperhitungkan pelaksanaan
Polhukhankam dan Pagu Rp16.016.163.000,00 anggaran dialokasikan karakteristik yang eksekusi kegiatan.
Transformasi Realisasi Rp 14.658.857.918,00 (91,5% sesuai dengan Tahapan tidak mendesak dan
Pelayanan Publik pagu) Pemilu, sehingga perlu bukan menjadi
melakukan pengajuan prioritas untuk dapat
RO2: Seleksi Anggota Badan usulan revisi untuk dilakukan blokir AA.
Pengawas Pemilu dan Pengawas alokasi belanja
Pemilu Ad-Hoc. tambahan. • K/L memberikan
(115.01.CQ.6661.QIC.002 kerangka waktu
• Terdapat proses revisi
Pagu Rp1.628.270.000,00 penyelesaian revisi
secara terpusat
realisasi Rp1.405.462.000,00 (86,3% kepada satker untuk
Rp49.221.340.000;
pagu) revisi terpusat.
membutuhkan waktu
yang lama karena
secara nasional
melibatkan Satker
Bawaslu se Indonesia;
Kinerja Rekomendasi Rekomendasi
No PN Permasalahan
RO Utama (Sisi Regulasi) (Non Regulasi)

• Deviasi Hal III DIPA dan


Pengelolaan UP TUP,
dikarenakan adanya
ABT pada Bulan
November 2023 dan
Belanja Pegawai yang
anggarannya sudah
habis sejak triwulan ke
III TA 2023.
Kertas Kerja RPA Wilayah KPPN Yogyakarta

Kertas Kerja 01: Tantangan Penyesuaian Rencana Belanja


Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi (Non
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) Regulasi)
1 Blokir DIPA Spesifik Masih terdapat Memberikan Segera melengkapi
dana dalam DIPA tenggang waktu dokumen yang diperlukan
yang diblokir yang cukup untuk membuka Blokir
karena kurangnya untuk DIPA melalui proses
perencanaan. penyelesaian Revisi.
buka blokir
2 Automatic Banyak Proses automatic Dispensasi Mempercepat proses
Adjusment adjustment jadwal automatic adjustment
menyebabkan pemutakhiran
keterlambatan halaman III DIPA
proses pencairan setiap triwulan
3 Deviasi Hal. III Banyak a. Realisasi Dispensasi Mensinkronisasi
DIPA anggaran yang jadwal pelaksanaan kegiatan
lebih pemutakhiran dengan rencana, termasuk
mementingkan halaman III DIPA rencana penarikan dana
nilai realisasi setiap triwulan serta rencana pembayaran
namun termasuk pengajuan SPM
mengabaikan ke KPPN tidak dalam
rencana waktu kritis pergantian
penarikan dana bulan untuk menghindari
yang tertuang penerbitan SP2D pada
dalam bulan yang berbeda
Halaman III a. Untuk belanja pegawai
DIPA. dengan
b. Automatic memperhatikan
Adjustment jumlah pegawai
belum selesai termasuk kapan
sampai pegawai pensiun, tidak
menjelang adanya pembayaran
pemutakhiran uang makan, lembur
DIPA dan tunjangan yang
c. Melesetnya tidak terikat pada gaji
jumlah di Bulan Januari
Halaman III kecuali jika terdapat
DIPA tunggakan maupun
dikarenakan kekurangan,
ada mutasi pembayaran THR dan
pegawai dan gaji 13 berdasarkan
kesalahan data historis tahun-
perhitungan tahun anggaran yang
uang makan lalu, pembayaran
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi (Non
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) Regulasi)
dan uang belanja pegawai pada
lembur Desember yang
dibayarkan juga pada
Desember tahun
anggaran yang sama.
b. Untuk selain belanja
pegawai dengan
memperhatikan
pelaksanaan kegiatan,
rencana pembayaran
sampai dengan
tanggal SP2D
diperkirakan terbit.
4 RPD Banyak - Terjadinya a. Satker agar
deviasi RPD menyesuaikan
- Tanggal jatuh pemroresan OTP
tempo SP2D dengan tanggal jatuh
tidak tempo SPM.
diperhatikan b. Satker diimbau agar
oleh satker Mengajukan SPM
dengan
memperhatikan
antara kesesuaian
Halaman III DIPA
dengan Scheduled
Payment Date yaitu
untuk SPM LS baik
kontraktual maupun
non kontraktual
dengan sumber dana
kecuali SBSN tanggal
SP2D terbit H+5
setelah SPP disetujui
atau H+2 setelah SPM
disetujui
c. Satker diimbau agar
mengajukan SPM
maksimal H-5 untuk
menghindari terbitnya
SP2D melewati batas
waktu guna
mengantisipasi
kondisi force majour
d. Satker diimbau agar
selalu melakukan
monitoring atas SPM
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi (Non
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) Regulasi)
yang diajukan untuk
mengatahui status
SPM
e. Satker diimbau agar
segera melakukan
langkah-langkah
perbaikan untuk
mengajukan kembali
atas SPM yang ditolak
5 Pemutakhiran Banyak Update revisi POK Satker mengajukan
POK belum diajukan pemutakhiran segera
menyebabkan SPM setelah revisi POK
tidak dapat
diproses oleh
KPPN.

Kertas Kerja 02: Tantangan Pengadaan Barang dan Jasa


Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi (Non
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) Regulasi)
1 Penetapan Spesifik a. Keterlambatan a. Penetapan pejabat
pejabat penetapan perbendaharaan
perbendaharaa pejabat dilakukan pada hari
n perbendaharaa kerja pertama tahun
n khususnya berjalan
pada satker DK b. Mengusulkan agar
dan TP status PBJ tersebut
b. Status pejabat sebagai pegawai
fungsional diperbantukan di
pengadaan satker walaupun
barang dan jasa statusnya pegawai
di kantor pusat kantor pusat
c. Terdapat c. Melakukan
pejabat pendampingan
perbendaharaa intensif pada
n belum pengelola keuangan
memiliki belum BNT dan
sertifikasi Koordinasi dengan
KPPN dalam
keikutsertaan pada
diklat teknis
2 Proses tender a. Keterlambatan a. Percepatan proses
proses tender tender
b. Kegagalan b. Kecermatan persiapan
prose tender proses tender
3 Pengadaan a. Terdapat a. Agar berkoordinasi ke
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi (Non
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) Regulasi)
Fisik kegiatan eselon I terkait
pengadaan regulasi teknis
fisik yang tidak pelaksanaan
terserap pengadaan kegiatan
(realisasi nihil) dimaksud dari kantor
karena belum pusat
terdapat juknis
dari kantor
pusat/es-1

Kertas Kerja 03: Tantangan Eksekusi Kegiatan


Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi (Non
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) Regulasi)
1 Belanja Belanja Rutin (Belanja Pegawai dan Operasional)
a Penggunaan Spesifik a. Keterbatasan a. Menghimbau kepada
Kartu Kredit merchant yang satker untuk secara
Pemerintah menyediakan pro aktif
mesin EDC menghubungi bank
b. Beberapa penerbit KKP apabila
merchant terdapat kendala
mengenakan terkait penggunaan
surcharge untuk KKP dan penyediaan
pembayaran mesin EDC
menggunakan b. Mengadakan
KKP sosialisasi kepada
c. Terdapat unsur satker bekerjasama
perjalanan dinas dengan bank untuk
yang tidak bisa mendorong satker
dibayarkan menggunakan KKP
dengan KKP c. konfirmasi mengenai
(uang harian, arahan penggunaan
transport lokal) KKP yang satker yang
d. Belum ada pada lingkup kerjanya
arahan untk belum
menggunakan memerintahkan untuk
KKP (satker menggunakan KKP
lingkup TNI AU)
b Implementasi Spesifik Implementasi a. Dalam rangka
Digipay Satu Digipay Satu kurang mengoptimalkan
memiliki daya tarik implementasi DigiPay
bagi vendor Satu, KPPN Yogyakarta
(pembayaran selain memberikan
terlambat, transaksi sosialisasi juga
dengan kartu kredit membuat inovasi
dibebankan ke terbaru dalam bentuk
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi (Non
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) Regulasi)
surcharge sebesar website dan video yang
2.3%, tidak semua dapat membantu
vendor memiliki Satker dan vendor
tenaga sebagai dalam penggunaan
admin untuk DigiPay Satu yang
mengoperasikan dapat diakses pada
aplikasi digipay tautan webiste Literasi
satu/vendor perlu DigiPay : bit.ly/literasi-
merekrut tenaga digipay dan Ngopi
kerja baru sebagai Santey "Semakin Dekat
admin digipay satu) dengan DigiPay" :
bit.ly/EdukasiDigiPay
b. KPPN menginisiasi
adanya kolaborasi
antara satker dengan
KPPN untuk merekrut
vendor (dalam hal ini
satker diminta untuk
mengajak vendor
bergabung dalam
sistem
digipay/marketplace
sedangkan KPPN
melakukan
sosialisasi/asistensi/pe
ndampingan kepada
vendor)
2 Belanja Infrastruktur dan/ Belanja Dengan Mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa
a Penyampaian Spesifik Keterlambatan Satker agar segera
tagihan dari penyampaian tagihan melakukan koordinasi
rekanan dari rekanan, dengan rekanan, sehingga
sehingga pertanggungjawaban
menyebabkan belanja tidak terhambat
keterlambatan proses
penyelesaian tagihan
b Penyampaian Spesifik Keterlambatan KPPN Yogyakarta
data kontrak penyampaian data memberikan edukasi
ke KPPN kontrak ke KPPN kepada satker agar segera
melengkapi dokumen dan
menyampaikan data
kontrak sebelum 5 Hari
Kerja setelah kontrak
ditandatangani
c Ketersediaan Spesifik Untuk beberapa Pentingnya perencanaan
barang satker yang memiliki sejak awal menjadi
tertentu tupoksi yang terkait langkah utama untuk
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi (Non
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) Regulasi)
erat dengan menghindari gagalnya
kebutuhan barang- pengadaan atas barang
barang spesifik yang spesifik karena tidak setiap
tidak mudah saat bisa didapatkan.
didapatkan hanya Sebagai alternatif satker
sedikit penyedia dapat mencari penyedia
barang yang mampu barang lain untuk menjaga
memenuhi adanya pasokan yang
(mayoritas barang diperlukan dan sebagai
import) cadangan yaitu barang
substitusi yang memiliki
fungsi yang sama dengan
barang yang diperlukan
d. Tambahan Spesifik Satker Dilakukan koordinasi
alokasi mendapatkan antara K/L dengan DJA
anggaran tambahan alokasi agar Proses Revisi DIPA,
anggaran pada jika terdapat
akun 53 di akhir penambahan pagu
tahun. khususnya 53 dapat
dilakukan pada
Semester I tahun
berjalan
3 Belanja Bansos dan Banpem
a Juknis banpem Spesifik Juknis banpem tidak Juknis banpem
sejalan dengan agar direviu
peraturan mengenai terlebih dulu
pelaksanaan APBN oleh Dit PA atau
yang terkait
4 Belanja Untuk Aktifitas Pelayanaan dan Untuk Pelaksanaan Tugas Fungsi Satker
a Penyampaian Spesifik Keterlambatan Agar dilakukan koordinasi
pertanggungja penyampaian yang solid antara
waban pertanggungjawaban pelaksana kegiatan
pengeluaran/k pengeluaran/ kuitansi dengan bendahara
uitansi dari pelaksana pengeluaran, sehingga
kegiatan kepada pertanggungjawaban
bendahara belanja tidak terhambat
pengeluaran dan operasional satker
dapat berjalan dengan
lancar
Kertas Kerja 04: Tantangan Penyaluran Belanja
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi (Non
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) Regulasi)
1 Ketersediaan Spesifik Jaminan Pemblokiran pembuatan
dana dalam ketersediaan dana SPP di SAKTI apabila pagu
DIPA dalam DIPA dana SBSN serta RPD
terutama yang bulanan tidak tersedia
sumber dananya
berasal dari SBSN
2 Kelancaran Banyak Kendala kelancaran Peningkatan bandwidth
sistem akses pada Aplikasi terutama pada waktu
pencairan SAKTI kepadatan penggunaan
aplikasi SAKTI sedang
tinggi
3 Kelancaran Banyak Kendala Meningkatkan keandalan
aplikasi Gaji operasional aplikasi aplikasi gaji web
Web gaji web terutama
saat pengajuan
kekurangan gaji
bertingkat
4 Kelancaran Banyak Kendala saat Kesiapan penyedia jasa
proses TTE proses TTE pada TTE elektronik
aplikasi SAKTI

Kertas Kerja 05: Tantangan Akhir Tahun


Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi (Non
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) Regulasi)
1 Peraturan terkait Spesifik Implementasi pada Sosialisasi dan Sosialisasi kepada satker
RPATA terlalu satker tidak Perbaikan RPATA yang memiliki kontrak
cepat direlease berjalan dengan lebih awal waktu
baik
2 Penyelesaian Spesifik Keterlambatan Perbaikan juknis Percepatan proses
pekerjaan penyelesaian mengenai pekerjaan kontraktual
kontraktual di pekerjaan pekerjaan
akhir tahun kontraktual di akhir kontraktual di
tahun akhir tahun
3 Penyampaian Banyak Maintenance Maintenance Satker melakukan
SPM ke KPPN Aplikasi di waktu- Aplikasi tidak monitoring terhadap
waktu kritis dilakukan di proses SPM yang dijaukan
mengakibatkan akhir tahun dan ke KPPN dan segera
Keterlambatan penyempurnaan melakukan perbaikan jika
penyampaian SPM peraturan terdapat penolakan.
melebihi batas terkait LLAT
waktu sehingga
harus mengajukan
dispensasi ke
Sebaran K/L Rekomendasi Rekomendasi (Non
No Tema Permasalahan
(Banyak/Spesifik) (Sisi Regulasi) Regulasi)
Kanwil
4 Batas akhir izin Banyak Batas akhir Adanya Sosialisasi kepada satker
TUP pengajuan surat ketentuan yang agar mengajukan izin TUP
izin TUP terlalu mengatur jeda minimal lima hari sebelum
dekat dengan waktu yang batas waktu pengajuan
batas akhir cukup antara SPM TUP
pengajuan SPM batas akhir
TUP pengajuan surat
izin TUP dengan
batas akhir
pengajuan SPM
TUP (minimal
tiga hari kerja)

Kertas Kerja 06: Pengawalan Belanja 2024


Penyebab/Latar Periode
No Ide Dasar Hukum Keterangan
Belakang Pelaksanaan
1 Pemantauan Beberapa nilai PER-5/PB/2022 Triwulanan a. Seksi MSKI bersama
Beberapa indicator tidak PTPN melakukan
Indikator IKPA maksimal pemantauan setiap
awal triwulan
mengenai nilai IKPA
khususnya pada
indicator yang
nilainya tidak
maksimal
b. Melakukan
pendampingan secara
khusus satker yang
terpantau tidak
maksimal melalui
kegiatan Mobile
Service Area
c. Penyampain
penghargaan satker
paling tinggi nilai
IKPA
2 Pengawalan Belanja nontunai a. PMK Triwulanan a. Kewajiban melakukan
belanja melalui UP 162/PMK.05/20 transaksi dengan KKP,
nontunai dengan 13 jo PMK CMS, dan Digipay
melalui UP mekanisme KKP, 230/PMK.05/20 minimal sekali
Digipay, dan 16 sebulan
CMS masih b. PMK b. Penyampain
belum optimal 182/PMK.05/20 penghargaan satker
16 paling aktif KKP dan
Penyebab/Latar Periode
No Ide Dasar Hukum Keterangan
Belakang Pelaksanaan
c. PMK Digipay
183/PMK.05/20
19
d. PMK
196/PMK.05/20
18 jo PMK
97/PMK.05/202
1
e. PER-7/PB/2022
f. PER-
12/PB/2022
3 Penyampaian Keterlambatan PMK 62 Tahun Bulanan a. Sosialisasi dan
data kontrak penyampaian 2023 mengingatkan
data kontrak mengenai pentingnya
penyampaian data
kontrak tepat waktu
b. Penyampaian rapor
atas penyampaian
data kontrak bulanan
ke satker
4 RPD Deviasi RPD PMK 155 Tahun Bulanan a. Sosialisasi dan
2023 mengingatkan
mengenai pentingnya
RPD
b. Penyampaian rapor
atas deviasi RPD
bulanan ke satker

Plh. Kepala Kantor,

Ditandatangani secara elektronik


Abdul Rosyid
Kertas Kerja RPA KPPN Wonosari
Kertas Kerja 01: Tantangan Penyesuaian Rencana Belanja
Sebaran K/L
No Tema Permasalahan Rekomendasi (Sisi Regulasi) Rekomendasi (Non Regulasi)
(banyak/Spesifik)
1 Revisi Anggaran Beberapa K/L Automatic Adjustment menyebabkan beberapa Melakukan koordinasi lebih lanjut dengan eselon I Satuan kerja melakukan koordinasi secara intensif dengan
rencana belanja tidak dapat dieksekusi sesuai yang bersangkutan dan melakukan revisi anggaran unit kerja di atasnya untuk mendapatkan informasi lebih
perencanaan awal apabila diperlukan sesuai dengan PMK 62 Tahun dini terkait waktu penggunaan anggaran yang terdampak
2023. Automatic Adjustment.

Terdapat penambahan kegiatan maupun realokasi Melakukan koordinasi lebih lanjut dengan eselon I Berkoordinasi lebih intens dengan masing-masing unit
anggaran yang dilakukan secara terpusat. Hal ini yang bersangkutan dan melakukan revisi anggaran Eselon I
menyebabkan satker perlu melakukan penyesuaian apabila diperlukan sesuai dengan PMK 62 Tahun
kembali rencana kegiatan yang sebelumnya telah 2023.
ditetapkan timeline nya

Kurangnya koordinasi dengan unit vertikal (eselon I) Melakukan koordinasi lebih lanjut dengan eselon I Melakukan koordinasi lebih lanjut dengan eselon I apabila
terkait revisi anggaran yang dilakukan satker yang bersangkutan dan melakukan revisi anggaran hendak melakukan revisi anggaran.
sehingga revisi terkadang berkali-kali yang apabila diperlukan sesuai dengan PMK 62 Tahun
mengakibatkan pelaksanaan kegiatan menjadi 2023.
terhambat

2 Deviasi Halaman II Beberapa K/L Terdapat banyak satker dengan nilai indikator Deviasi Satker agar mempedomani PMK Nomor Satker agar menyusun rencana kegiatan selama satu
DIPA Halaman III DIPA yang sangat rendah. Hal tersebut 210/PMK.05/2022 yang telah diubah dengan Nomor tahun anggaran dan berkomitmen untuk melaksanakan
dikarenakan satker tidak melakukan pemutakhiran 62 Tahun 2023 tentang Perencanaan Anggaran, anggaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
Halaman III DIPA serta kurang memperhatikan Pelaksanaan Anggaran, serta Akuntansi dan dan meningkatkan koordinasi antar pengelola keuangan
rencana kegiatan yang telah disusun. Pelaporan Keuangan dan Perdirjen Nomor PER- dan operator SAKTI.
5/PB/2022 dalam pelaksanaan anggarannya dan
melakukan pemutakhiran halaman III DIPA pada
awal triwulan apabila terdapat perubahan pada
Halaman III DIPA-nya atau terdapat deviasi yang
tinggi.

Pengajuan revisi yang harus mendapat persetujuan Agar mengkaji ulang pemberian approval di tingkat Menghimbau satker yang mengharuskan approval wilayah
(approval) dari tingkat wilayah (kanwil) satker yang wilayah karena mengakibatkan keterlambatan agar mengajukan revisi lebih cepat beberapa hari sebelum
terkadang membutuhkan waktu yang lama. Bahkan satker dalam melakukan revisi khususnya RPD tanggal deadline.
beberapa satker terlambat mengajukan revisi RPD Triwulanan.
Halaman III DIPA triwulanan ke kanwil.

RPD Halaman III yang diajukan tidak melalui - Menghimbau satker untuk mendiskusikan dan membahas
pembahasan di bidang/bagian pelaksana kegiatan. perencanaan kegiatan dengan Bidang/Bagian teknis
Hanya disusun oleh bagian perencanaan saja. satker masing-masing agar ada komitmen di setiap
Sehingga sering sekali pelaksanaan tidak sesuai Bidang/Bagian untuk melaksanakan kegiatan sesuai yang
dengan yang direncanakan. telah direncanakan.
Sebaran K/L
No Tema Permasalahan Rekomendasi (Sisi Regulasi) Rekomendasi (Non Regulasi)
(banyak/Spesifik)
Kejaksanaan Negeri Satker Kejari memiliki kegiatan rutin berupa Dengan mempedomani Perdirjen Perbendaharaan Satker agar meningkatkan koordinasi antar pengelola
Gunungkidul penyelesaian kasus/perkara yang pelaksanaan Nomor PER-5/PB/2022, satker diharapkan dapat keuangan dan berkomitmen melaksanakan anggaran
kegiatannya tidak dapat diprediksikan. Penyelesaian melakukan pemutakhiran halaman III DIPA-nya sesuai dengan yang direncanakan serta rutin melakukan
kasus/perkara ini berdasarkan keterjadian secara rutin pada awal triwulan. pemutakhiran halaman III DIPA di awal triwulan.
kasus/perkara, hal tersebut menjadi tantangan bagi
satker untuk merencanakan deviasi halaman III DIPA
yang akurat.

Kertas Kerja 02: Tantangan Pengadaan Barang dan Jasa


Sebaran K/L
No Tema Permasalahan Rekomendasi (Sisi Regulasi) Rekomendasi (Non Regulasi)
(banyak/Spesifik)
1 Pendaftaran data KPU Kabupaten Untuk periode tahun 2023, terdapat 1 pendaftaran Satker agar memperhatikan pendaftaran kontraknya Satker meningkatkan koordinasi antar pengelola
kontrak ke KPPN Gunungkidul kontrak yang terlambat didaftarkan ke KPPN. Sejauh ke KPPN untuk pengadaan barang/jasa diatas 50 keuangannya dan segera mendaftarkan kontrak setelah
ini proses pendaftaran kontrak ke KPPN tidak juta dengan mempedomani PMK Nomor 62 Tahun kontrak tersebut ditandatangani.
mengalami kendala yang berarti. 2023 dan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-
58/PB/2013.
2 Proses Pengadaan Polres Gunungkidul Adanya intruksi dan arahan dari unit vertikal terkait Satker agar memperhatikan pendaftaran kontraknya Satker berkoordinasi dengan unit vertikal di atasnya untuk
Barang dan Jasa proses pengadaan barang dan jasa menggunakan ke KPPN untuk pengadaan barang/jasa diatas 50 menggunakan mekanisme uang persediaan dalam
dokumen kontrak , yang sebenarnya bisa dilakukan juta dengan mempedomani PMK Nomor 62 Tahun pengadaan rang dan jasa dengan nilai s.d 50 juta.
dengan menggunakan mekanisme uang persediaan 2023 dan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-
dikarenakan nilai pengadaan barang dan jasa 58/PB/2013.
dibawah 50 juta

Kertas Kerja 03: Tantangan Eksekusi Kegiatan


Sebaran K/L
No Tema Permasalahan Rekomendasi (Sisi Regulasi) Rekomendasi (Non Regulasi)
(banyak/Spesifik)
Belanja Rutin (Belanja Pegawai dan Belanja Operasional)
1 Alokasi dana Kementerian Agama Perpindahan pegawai dalam jumlah banyak Melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Kantor KPA agar segera melakukan identifikasi kebutuhan
khususnya di satker dengan jumlah pegawai yang Wilayah dan Eselon I K/L yang bersangkutan dan anggaran setelah adanya perubahan komposisi pegawai
banyak, mengakibatkan sulitnya memprediksi melakukan revisi anggaran apabila diperlukan dan segera ditindaklanjuti dengan penyesuaian alokasi
kebutuhan belanja pegawai setiap bulannya serta sesuai dengan PMK 62 Tahun 2023. anggaran dengan mekanisme revisi
dimungkinkan adanya deviasi belanja yang besar

2 Keterlambatan Kementerian Agama Pergantian pengelola keuangan dan operator - KPA memastikan dan memfasilitasi adanya transfer ilmu
realisasi anggaran terkadang tidak diikuti dengan transfer ilmu ke antara operator lama dan operator baru sebelum adanya
operator yang baru. Akibatnya terjadi perlambatan pergantian, serta berkoordinasi dengan KPPN setempat
proses eksekusi pembayaran belanja untuk permasalahan yang tidak dapat diselesaikan

Belanja Infrastruktur dan/ Belanja Dengan Mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa
NIHIL
Belanja Bansos dan Banpem
NIHIL
Sebaran K/L
No Tema Permasalahan Rekomendasi (Sisi Regulasi) Rekomendasi (Non Regulasi)
(banyak/Spesifik)
Belanja Untuk Aktifitas Pelayanan dan Untuk Pelaksanaan Tugas Fungsi Satker
1 Belanja Kontijensi Polres Gunungkidul Realisasi anggaran yang tertunda berkaitan dengan Melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Satuan kerja melakukan koordinasi secara intensif dengan
adanya kontrak pengadaan barang dan jasa yang Kepolisian Daerah dan Eselon I K/L yang unit kerja di atasnya untuk mendapatkan informasi lebih
dibatalkan yang bersumber dari alokasi dana belanja bersangkutan dan melakukan revisi anggaran dini terkait waktu penggunaan anggaran
kontijensi. Alokasi dana belanja kontijensi yang apabila diperlukan sesuai dengan PMK 62 Tahun
digunakan sebagai dana pengamanan dalam rangka 2023.
pelaksanaan pengamanan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pemilihan umum.

2 Keselarasan KPU Kabupaten Dinamika perubahan alokasi anggaran dan kegiatan Melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Satuan kerja melakukan koordinasi secara intensif dengan
kegiatan dan Gunungkidul yang ditentukan oleh unit kerja eselon I dalam rangka Kepolisian Daerah dan Eselon I K/L yang unit kerja di atasnya untuk mendapatkan informasi lebih
alokasi anggaran pelaksanaan tahapan pemilihan umum membutuhkan bersangkutan dan melakukan revisi anggaran dini terkait waktu penggunaan anggaran
usaha ekstra dari satuan kerja KPU Kabupaten apabila diperlukan sesuai dengan PMK 62 Tahun
Gunungkidul dalam merealisasikan anggaran dan 2023.
menyelaraskan kegiatan secara inline dengan unit
kerja di atasnya.

3 Belanja yang Kantor Pertanahan Penetapan target dalam rangka proses penerbitan Melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Kantor Satuan kerja melakukan koordinasi secara intensif dengan
bersumber dari Kabupaten Surat Keputusan Penetapan Hak Atas Tanah Wilayah dan Eselon I K/L yang bersangkutan dan unit kerja di atasnya untuk mendapatkan informasi lebih
PNBP Gunungkidul Perorangan dan Badan Hukum melalui proses yang melakukan revisi anggaran apabila diperlukan dini terkait waktu penggunaan anggaran yang bersumber
panjang dan melibatkan beberapa pihak eksternal, sesuai dengan PMK 62 Tahun 2023. dari PNBP
sedangkan alokasi anggaran berdasarkan capaian
realisasi penerbitan surat keputusan

Kertas Kerja 04: Tantangan Penyaluran Belanja


Sebaran K/L
No Tema Permasalahan Rekomendasi (Sisi Regulasi) Rekomendasi (Non Regulasi)
(banyak/Spesifik)
1 Sertifikasi bagi Beberapa K/L Serifikat Kompetensi bagi pengelola keuangan Satuan kerja agar berpedoman pada Peraturan Satuan kerja agar memanfatkan periode pelaksanaan
pegawai/pejabat satuan kerja (PPK/ PPSPM/ Bendahara Pengeluaran/ Menteri Keuangan Nomor 128/PMK.05/2017 pelatihan pengelola keuangan dan pelaksanaan serifikasi
perbendaharaan Bendahara Pengeluaran Pembantu/ Bendahara tentang Perubahan atas Peraturan Menteri sesuai dengan informasi yang telah disampaikan oleh
pengelola Penerimaan/ Bendahara Penerimaan Pembantu) Keuangan Nomor 126/PMK.05/2016 tentang Tata KPPN dan senantiasa berkoordinasi dengan KPPN
keuangan Cara Pelaksanaan Sertifikasi Bendahara pada sehingga dapat diberikan pendampingan dan kegiatan
Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan diskusi yang berkaitan dengan materi pembelajaran
Belanja Negara diatur ketentuan bahwa Unit pelatihan pengelola keuangan APBN
Penyelenggara menetapkan dan menyampaikan
pengumuman rencana pelaksanaan/jadwal
Sertifikasi Bendahara pada Satuan Kerja pengelola
APBN, dengan melakukan relaksasi terhadap
persyaratan jangka waktu menduduki jabatan
khusus PPK/PPSPM

2 Pemanfaatan Beberapa K/L Pemanfaatan Kartu Kredit Pemerintah dan KKP Adanya regulasi dengan pihak perbankan untuk Satuan kerja agar berkoordinasi dengan pihak perbankan
KKP/KKP Domestik belum maksimal dikarenakan masih dalam mempercepat atau mempermudah kepemilikan untuk mengetahui sejauh mana progres pengajuan
Domestik proses kepemilikan pada Bank penerbit KKP/KKP KKP/KKP Domestik yang diajukan oleh satuan kerja KKP/KKP Domestik yang diajukan
Domestik serta mewajibkan satuan kerja untuk mengambil
porsi UP-KKP dalam pengajuan uang persediaan
Sebaran K/L
No Tema Permasalahan Rekomendasi (Sisi Regulasi) Rekomendasi (Non Regulasi)
(banyak/Spesifik)
3 Pemanfaatan Beberapa K/L Pemanfaatan Digipay belum maksimal dikarenakan Pengunaan Digipay menjadi salah satu indikator Mendorong satuan kerja untuk memanfaatkan fasilitas
Digipay bendahara pengeluaran satuan kerja masih enggan dalam penilaian IKPA sebagai unsur pengunaan Digipay yang sudah ada
menggunakan Digipay dan masih nyaman uang persediaan
bertransaksi secara tunai serta ada kendala dalam
pelaksanaan belanja yang sudah dilakukan secara
kontraktual

Kertas Kerja 05: Tantangan Akhir Tahun

No Tema Unit Permasalahan Rekomendasi (Sisi Regulasi) Rekomendasi (Non Regulasi)

1 Penambahan pagu KPU Kabupaten Penambahan Alokasi Pagu pada akhir tahun Melakukan koordinasi lebih lanjut dengan KPU Satuan kerja melakukan penyesuaian rencana kerja begitu
alokasi anggaran Gunungkidul anggaran. Beberapa Satuan Kerja mendapatkan Provinsi dan Sekretariat KPU dalam melakukan terdapat informasi adanya perubahan alokasi anggaran
penambahan pagu anggaran baik belanja Barang revisi anggaran apabila diperlukan sesuai dengan pada satuan kerja
maupun Modal pada akhir tahun anggaran yang tidak PMK 62 Tahun 2023.
disertai dengan kesiapan satker dan rencana Hal III
DIPA yang memadai.

2 Nilai IKPA yang Beberapa satuan kerja Perubahan nilai IKPA akibat revisi pagu minus yang Pagu minus disebabkan oleh pembayaran belanja Satuan kerja melakukan koordinasi dengan Kanwil dan
berubah-ubah dilakukan lewat tahun anggaran gaji dan tunjangan yang melekat gaji dan belanja Eselon I K/L untuk memastikan kevalidan data dan
pegawai lainnya. Secara bertahap dapat ditarik informasi pagu akhir sehingga nilai IKPA menjadi lebih
secara terpusat bagi seluruh K/L sehingga fixed.
mengurangi revisi pagu minus belanja pegawai.
Kertas Kerja RPA Semester II 2023 KPPN Wates

Kertas Kerja 01: Tantangan Penyesuaian Rencana Belanja


Rekomendasi
No. Permasalahan Rekomendasi Umum
(Peraturan/Regulasi)
1 RPD halaman III DIPA tidak 1. Satker agar meningkatkan Kantor Pusat DJPb
selaras dengan rencana koordinasi antara bagian agar menyediakan
kegiatan dan Satker tidak perencanaan anggaran, fasilitas:
melakukan pemutakhiran pelaksana kegiatan, dan 1. menu monitoring
RPD halaman III DIPA untuk keuangan untuk melakukan RPD halaman III
menyesuaikan dengan reviu dan menentukan DIPA pada aplikasi
rencana kegiatan: jadwal kegiatan, serta OMSPAN/ Mon-
- Biaya kegiatan lebih rencana penarikan dana SAKTI pada level
besar atau lebih kecil minimal 1 bulan 1 kali dan KPPN agar dapat
dari RPD diupdate/ dimutakhirkan memberikan
- Pelaksanaan kegiatan pada tiap awal triwulan. warning atau
lebih cepat atau lebih 2. Satker disiplin melaksanakan informasi kepada
lambat dari RPD kegiatan dan penarikan dana Satker terkait sisa
Ketidakselarasan ini sesuai yang dijadwalkan RPD yang belum
berdampak pada tingginya pada halaman III DIPA setiap direalisasikan
deviasi RPD halaman III bulan dan memastikan pada bulan
deviasi tidak lebih dari 5%. bersangkutan.
DIPA.
3. Meningkatkan peran KPA 2. menu sinkronisasi
sebagai role model dan revisi yang
penentu kebijakan dalam dilaksanakan pada
perencanaan anggaran dan tingkat eselon I
pelaksanaan kegiatan. K/L terutama pada
halaman III DIPA.
2 Pagu yang telah diajukan 1. Satker mengoptimalkan Ketentuan yang
TUP pada akhir tahun, kegiatan pada triwulan I – III mengatur revisi DIPA
direvisi (berkurang) oleh 2. Menyampaikan rencana penambahan atau
Eselon I, berdampak pada kegiatan dan RPD triwulan IV pemotongan DIPA
batalnya kegiatan dan ke Eselon I sebagai bahan terakhir pada bulan
pengelolaan UP/TUP yang pertimbangan Eselon I November.
tidak optimal. melakukan pemotongan
pagu pada akhir tahun.
3 Satker tidak dapat Pada bulan Juli, Satker
mengajukan revisi DIPA menghitung kebutuhan belanja
untuk memotong pagu pegawai dalam enam bulan
belanja pegawai pada akhir dengan cadangan 5% dan
tahun karena terdapat mengusulkan revisi DIPA
kelebihan anggaran pada pemotongan anggaran belanja
K/L. Hal ini berdampak pegawai untuk menyesuaikan
pada rendahnya kebutuhan Satker.
penyerapan anggaran.
Rekomendasi
No. Permasalahan Rekomendasi Umum
(Peraturan/Regulasi)
4 Setiap Revisi DIPA dari Satker berkoordinasi dengan Kantor pusat DJPb/
Eselon I K/L, RPD Halaman Eselon I agar dalam melakukan DJA agar memfasilitasi
III DIPA kembali ke RPD revisi DIPA, tidak menghapus peraturan & aplikasi:
awal. Hal ini berdampak RPD bulan sebelumnya. 1. Revisi DIPA pusat
pada tingginya deviasi RPD mengunci RPD hal
dan Satker tidak dapat III DIPA pada
mengupdate kembali bulan sebelumnya
rencana dan realisasi bulan- 2. Terdapat
bulan sebelumnya. dispensasi RPD
halaman III DIPA
setelah revisi
Eselon I/pusat
3 Penambahan pagu PNBP Satker mengajukan usulan Sebelum memberikan
tidak disertai penambahan pemotongan pagu DIPA PNBP. tambahan pagu
Maksimum Pencairan PNBP PNBP, Eselon I K/L
(MP) berdampak pada berkoordinasi dengan
deviasi tinggi, penyerapan DJPb dalam
kurang, dan capaian output menerbitkan MP.
tidak sesuai target.
6 Penambahan pagu DIPA Aktif menjalin koordinasi Kewajiban K/L
pada triwulan III dan IV yang dengan eselon I untuk kegiatan menerbitkan juknis
tidak segera diikuti juknis yang memerlukan juknis dan kegiatan pada saat
kegiatan berdampak pada mengoptimalkan kegiatan non mengajukan
menumpuknya kegiatan juknis setelah menerima tambahan pagu DIPA.
dan penyerapan anggaran penambahan anggaran.
yang tidak optimal.

Kertas Kerja 02: Tantangan Pengadaan Barang dan Jasa


Rekomendasi
No. Permasalahan Rekomendasi Umum
(Peraturan/Regulasi)
1 Keterlambatan proses 1. Pimpinan Satker menunjuk Penegasan ketentuan
pengadaan barang dan jasa pejabat/ pegawai yang Satker dengan pagu
karena ketiadaan Pejabat berkompeten untuk belanja modal wajib
Pengadaan sehingga mengikuti pelatihan PBJ. mempunyai Pejabat
kontrak baru dapat 2. Setelah DIPA diterima, Pengadaan.
ditandatangani pada Satker segera melakukan
triwulan III. koodinasi dengan Satker lain
dalam satu unit vertikal
(bulan Desember) untuk
membantu proses lelang.
2 Kegagalan lelang karena 1. Satker segera melakukan Dalam hal peraturan
pemenang lelang/ rekanan proses ulang lelang dan pelaksanaan lelang,
jauh dari lokasi pekerjaan dalam menentukan calon Regulasi terkait
Rekomendasi
No. Permasalahan Rekomendasi Umum
(Peraturan/Regulasi)
mengakibatkan dana pemenang lelang dilakukan spesifikasi untuk
membengkak dan verifikasi dan pengujian rekanan pemenang
pekerjaan mundur. secara menyeluruh; lelang agar
2. Satker agar memblacklist diperketat, sehingga
rekanan yang mundur untuk potensi rekanan
pekerjaan tahun berikutnya; pemenang lelang
yang tidak kredibel
semakin kecil
3 Kesulitan penyedia barang Satker berkoordinasi dengan
dan jasa (rekanan) untuk Eselon I atau Satker lain dengan
pekerjaan pemeliharaan pekerjaan yang sama untuk
radar yang tenaga dan suku memperoleh rekomendasi
cadangnya harus rekanan yang sudah teruji/
didatangkan dari luar tersertifikasi melaksanakan
negeri. pekerjaan pemeliharaan radar.

Kertas Kerja 03: Tantangan Eksekusi Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa
Rekomendasi
Karakter
No. Permasalahan Rekomendasi Umum (Peraturan/
Belanja
Regulasi)
1 Belanja Rutin Tunjangan kinerja Koordinasi dengan Kebijakan bagi seluruh
(Belanja tidak dapat diberikan eselon I K/L masing- K/L terkait
Pegawai dan pada hari pertama atau masing terkait penyeragaman range
Belanja hari kerja pertama dengan kebijakan tanggal kehadiran
Operasional) setiap bulan karena absensi pegawai sebagai dasar
dasar perhitungan untuk perhitungan pembayaran tunkin.
absensi menggunakan tunjangan kinerja.
range tanggal 1
sampai akhir bulan.
Rekapitulasi absen
dilaksanakan bulan
berikutnya.
Tunjangan Profesi Satker agar dapat Kebijakan terkait
Guru (TPG) pada menyampaikan pembayaran TPG
Kemenag terlambat kendala dan dibayar bulanan atau
dibayarkan karena permasalahan melekat pada gaji
keterlambatan juknis pembayaran TPG ke (include pada
pembayaran TPG dan Eselon I K/L untuk komponen gaji),
data penerima TPG penyempurnaan selama persyaratan
yang harus unduh dari peraturan dan sertifikat profesi dan
aplikasi SIAGA dan aplikasi pembayaran jam mengajar sudah
SIMPATIKA setiap TPG. terpenuhi.
semester.
Rekomendasi
Karakter
No. Permasalahan Rekomendasi Umum (Peraturan/
Belanja
Regulasi)
Retur SP2D tunjangan 1. Satker MoU KPPN agar menjadi
kinerja dan TPG pada dengan Bank fasilitator antara
Bank BSI karena terkait rekening Satker dan Bank
rekening tidak aktif pegawai untuk dalam pengelolaan
(saldo rekening pembayaran gaji rekening gaji dan
dibawah saldo dan tunjangan. tunjangan pegawai.
minimal, rekening akan 2. Satker membuat
ditutup otomatis by edaran kepada
system). seluruh pegawai
untuk
menyisakan saldo
rekening minimal
Proses pembayaran Satker melakukan Kantor Pusat DJPb
gaji, uang makan, dan proses melalui gaji agar meningkatkan
lembur terkendala web di luar jam sibuk. bandwith dan
aplikasi gaji web yang kestabilan aplikasi
tidak stabil, sering gaji web, serta
gangguan dan maintenance di luar
maintenance. jam kerja.
Kewajiban 1. Satker dapat Kementerian terkait
penggunaan produk melakukan Revisi agar dapat
dengan TKDN minimal POK dengan memberikan
25% yang lebih mahal menyesuaikan kemudahan produk
dari barang impor, sisa pagu dan produsen dalam
serta belum semua komponen lain. memperoleh sertifikat
produk dan produsen 2. Satker TKDN.
memiliki sertifikat mengoptimalkan
TKDN yang pembelian
mengakibatkan harga produk UMKM
melebihi dari pagu
atau barang yang
diperoleh lebih sedikit
dari target.
Belanja dengan KKP 1. Satker dapat Kantor Pusat DJPb
terkendala minimnya menggunakan agar dapat
vendor yang mem- KKP Domestik melakukan MoU
punyai mesin EDC. yang tidak dengan Bank Penerbit
Sedangkan proses memerlukan KKP terkait jangka
perubahan limit KKP mesin EDC. waktu penerbitan
dan KKP Domestik di 2. Pengajuan KKP KKP.
Bank memerlukan agar bypass/
waktu berbulan-bulan. langsung ke
Kanwil Bank.
Rekomendasi
Karakter
No. Permasalahan Rekomendasi Umum (Peraturan/
Belanja
Regulasi)
Kendala proses 1. Satker dengan Kantor Pusat DJPb:
pengadaan barang SDM atau pegawai
1. Kebijakan terkait
dan jasa melalui terbatas, dapat minimal
Digipay Satu: menggunakan penggunaan
1. Secara system, satu user untuk Digipay bagi
aplikasi masih lebih dari satu Satker dalam 1
sering error, alur/ kewenangan tahun.
proses panjang 2. Satker dan vendor 2. Penyempurnaan
yang terkendala
(banyak user yang aplikasi Digipay
digunakan) kesulitan aplikasi Satu.
2. Keterbatasan SDM dapat ber-
di vendor maupun konsultasi di KPPN
satker dan tidak 3. Vendor yang
familiar dengan keberatan dibayar
KKP dapat dibayar
aplikasi Digipay
menggunakan
3. Ketidakamanan
virtual account
pembayaran
dengan KKP 4. Satker untuk
4. Satker belum segera meng-
aktifkan CMS.
mengaktifkan CMS.
2 Belanja Penyedia barang dan 1. Komitmen Satker Dalam hal peraturan
Infrastruktur jasa (Rekanan) tidak dan rekanan untuk pelaksanaan lelang,
dan Belanja dapat menjamin melakukan add. Regulasi terkait
Modal kelanjutan pekerjaan kontrak; spesifikasi untuk
karena tidak 2. Satker agar mem- rekanan pemenang
mempunyai cadangan blacklist rekanan lelang agar
dana sebagaimana tersebut untuk diperketat, sehingga
tercantum dalam pekerjaan tahun potensi rekanan
kontrak. Jika diputus berikutnya; pemenang lelang
kontrak, mengakibat- 3. Dalam melakukan yang tidak kredibel
kan kerugian waktu lelang, dipastikan semakin kecil.
dan biaya pada Satker rekanan dapat
karena harus lelang memberikan
ulang dan membuat jaminan
kontrak baru. pelaksana-an
yang dapat
dicairkan.
Pekerjaan pembangun Satker secara rutin Penyediaan dana
an gedung yang melakukan evaluasi sudah diberikan dari
dikontrakkan pada tw pekerjaan dan awal tahun anggaran.
III dikhawatirkan hasil pengawasan.
pekerjaan tidak sesuai
spesifikasi dan tidak
Rekomendasi
Karakter
No. Permasalahan Rekomendasi Umum (Peraturan/
Belanja
Regulasi)
selesai sampai akhir
tahun.
Pekerjaan 1. Satker & penyedia Untuk pekerjaan
pemeliharaan dengan segera melakukan dengan kekhususan
suku cadang dan addendum tertentu agar
tenaga dari luar negeri kontrak sebelum diberikan dispensasi
membutuhkan jangka batas akhir terkait regulasi
waktu lama dalam kontrak. penyelesaian
proses keluar masuk 2. Apabila belum pekerjaan, sehingga
barang yang berakibat dialokasikan pada tidak berpotensi
pekerjaan tidak dapat DIPA tahun berikut merugikan semua
selesai sampai batas nya, pada bulan pihak.
akhir kontrak (31 Januari, Satker
Desember). Apabila segera mengaju-
diperpanjang, rekanan kan usulan tambah
tidak bersedia an pagu DIPA
dikenakan denda untuk penyelesai-
karena akan an pekerjaan
menurunkan pemeliharaan.
kredibilitasnya sebagai 3. Apabila sudah ada
penyedia barang dan alokasi DIPA untuk
jasa. pekerjaan yang
sama, Satker
melakukan
kontrak pada
bulan Januari
untuk memberi-
kan space waktu
penyelesaian
pekerjaan.
3 Belanja Verifikasi daftar 1. Satker berkoor- 1. Penyaluran belanja
Bansos dan penerima bantuan dinasi dengan bantuan
Belanja hewan ternak (sapi/ Eselon I mengusul pemerintah agar
Banpem kambing/ ayam) harus kan penetapan disesuaikan
menunggu juknis dan penerima bantuan dengan Tusi
bersifat politis karena pemerintah oleh satker.
menunggu K/L agar dilakukan 2. Penetapan
persetujuan DPR pada awal tahun bantuan
(paling cepat bulan anggaran pemerintah
Juni). Paling cepat sehingga satker berdasarkan data
bulan Agustus, Satker penyalur bantuan sensus BPS.
harus mencari rekanan mempunyai waktu
pengadaan hewan yang cukup untuk
ternak. menyusun
rencana kegiatan,
Rekomendasi
Karakter
No. Permasalahan Rekomendasi Umum (Peraturan/
Belanja
Regulasi)
penetapan
pemenang lelang
pengadaan/proses
lelang.
2. Secara aktif satker
berkoordinasi
dengan eselon I
untuk
mempercepat
juknis Banpem.
4 Belanja Ketidaksinkronan Satker diberikan Peninjauan kembali
untuk antara target fleksibelitas dalam peraturan terkait
Pelaksanaan penyerapan anggaran menyusun target dan perhitungan indikator
Berbagai setiap triwulan dengan realisasi penyerapan pola penyerapan.
Layanan dan waktu pelaksanaan untuk kegiatan-
Tusi kegiatan yang lintas kegiatan yang tidak
tiwulan. Seperti sensus bisa dipecah dan
pertanian dilaksanakan periode pelaksanaan
mulai bulan Mei s.d. kegiatan lintas
Juli 2023. BPS triwulan.
kesulitan memecah
pembayaran kegiatan
lintas triwulan demi
mencapai target
penyerapan anggaran
ideal.

Kertas Kerja 04: Tantangan Akhir Tahun


Rekomendasi
No. Permasalahan Rekomendasi
(Peraturan/ Regulasi)
1 RPATA PPK dan Penyedia dapat
Pemberian kesempatan mengkalkulasi atau
penyelesaian pekerjaan membuat estimasi
sampai tahun berikutnya penyelesaian pekerjaan.
tidak digunakan oleh PPK
dan penyedia, karena
belum ada kepastian
pekerjaan akan selesai
sampai 90 hari masa
perpanjangan dan tetap
tetap
dikenai denda.
Rekomendasi
No. Permasalahan Rekomendasi
(Peraturan/ Regulasi)
2 Pembayaran Uang Makan 1. Sebelum pengajuan TUP, Ketentuan pembayaran
dan lembur dengan TUP Satker memper- Uang Makan dan Lembur
tidak dapat diestimasi hitungkan pegawai yang Desember dibayar secara LS
secara akurat yang akan cuti tahunan dan dengan SPTJM.
berdampak pada dinas luar.
pengelolaan UP/TUP yang 2. Sisa TUP UM, dapat
tidak optimal. dialokasikan untuk
pembayaran lembur
pegawai (jika pagu
lembur masih tersedia).
3 Ketentuan rekon gaji 1. Satker agar tidak 1. KPPN menjaga
Januari 2024 paling mengakses aplikasi kondusifitas dan
lambat tanggal 5 pada saat jam sibuk. kerjasama dengan
Desember 2023 tapi tidak 2. Satker selalu komunikasi satker mitra kerja, terus
didukung dengan dan koordinasi dengan memberikan update dan
kelancaran aplikasi Gaji KPPN terkait kendala informasi terkini terkait
Web. Satker sulit untuk aplikasi untuk segera adanya kendala aplikasi.
akses, error, dan dapat disampaikan ke 2. Kantor Pusat DJPB agar
maintenance yang Kantor Pusat. meningkatkan kesiapan
menghambat proses aplikasi sebelum
rekon. Satker dibuat diberlakukan ketentuan
cemas dan galau. LLAT.
4 Dukungan aplikasi SAKTI 1. Satker agar tidak KPPN membuka
pada akhir tahun yang mengakses aplikasi perpanjangan jam layanan
tidak optimal, lambat, pada saat jam sibuk. OTP SPM/Supplier/TUP
maintenance, dan susah 2. Satker selalu komunikasi
diakses berdampak pada dan koordinasi dengan
penurunan kepercayaan KPPN terkait kendala
Satker pada layanan KPPN. aplikasi untuk segera
dapat disampaikan ke
Kantor Pusat.
5 Ketidakpastian
rekomendasi pelaksanaan
penyaluran kurang bayar
dan penyelesaian lebih
Bayar Dana Bagi Hasil
(DBH) pada akhir tahun
dan aplikasi (SAKTI dan
OMSPAN) yang masih
dalam tahap
pengembangan lambat
dan tidak stabil
berdampak pada tingkat
stres pegawai KPPN.
Wates, 15 Februari 2024
Kepala Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Wates,

Ditandatangani secara elektronik


Ririn Mardiyani
Azwar, Peran Alokatif Pemerintah melalui Pengadaan Barang/Jasa dan
Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia, Kajian Ekonomi dan Keuangan,hlm. 153-
154.

Buku II Nota Keuangan Beserta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2023 Bab 3-2.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan. http://10.242.231.247:81/

Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Percepatan Peningkatan


Penggunaan Produk Dalam Negeri dan Produk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi Dalam
Rangka Menyukseskan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia pada Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. https://spanint.kemenkeu.go.id/

Pane, Musa Darwin, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Suatu
Tinjauan Yuridis Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, Media Hukum Vol.2
Desember 2017, hlm 148-149.

Sekretariat Negara. Sambutan Presiden pada Acara Penyerahan Daftar Isian


Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Buku Daftar Alokasi Transfer ke Daerah Tahun Anggaran
2023. Diambil dari
https://www.setneg.go.id/baca/index/sambutan_presiden_pada_acara_penyerahan_daftar_i
sian_pelaksanaan_anggaran_dipa_dan_buku_daftar_alokasi_transfer_ke_daerah_tahun_angg
aran_2023

Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2022 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja


Negara Tahun 2023.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2023 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan


atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2022 tentang Rencana
Kerja Pemerintah Tahun 2023.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 196/PMK.05/2018 tentang


Tata Cara Pembayaran dan Penggunaan Kartu Kredit Pemerintah.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 6 /PMK.05/2019 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran Kegiatan yang Dibiayai Melalui Penerbitan Surat
Berharga Syariah Negara.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2023 tentang


Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran, serta Akuntansi dan Pelaporan.

Surat Menteri Keuangan Nomor S-1040/MK.02/2022 tanggal 9 Desember 2022,


perihal Automatic Adjustment Belanja Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2023.

Surat Menteri Keuangan Nomor S-1047/MK.05/2022 tanggal 14 Desember 2022 hal


Langkah-Langkah Strategis Pelaksanaan Anggaran (LLSPA) TA 2023.

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-5/PB/2022 tentang


Petunjuk Teknis Penilaian Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian
Negara/Lembaga.

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-9/PB/2023 tentang


Petunjuk Teknis Revisi Anggaran yang Menjadi Kewenangan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.

Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 12


Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui
Penyedia.

2
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Provinsi D.I. Yogyakarta
Jalan Solo Km. 8,6, Nayan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta
© 2024

Anda mungkin juga menyukai