DI SUSUN OLEH:
ii
INTISARI
Permasalahan terkait kepadatan arus lalu lintas ini menjadi salah satu
masalah yang harus segera ditangani dikarenakan permasalahan kepadatan arus
lalu lintas tidak terjadi di ibukota saja, melainkan sudah mulai terjadi di kota-kota
besar lainnya, salah satunya adalah Daerah Istimewa Yogyakarta. Ruas Jalan Kota
Bantul – Srandakan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah merupakan
salah satu ruas penghubung dari kota Bantul menuju Srandakan, sehingga jumlah
kendaraan yang melintasi ruas tersebut sangat padat pada jam-jam sibuk.
Ditambah lagi pada ruas tersebut terdapat penyempitan jalan (BottleNeck) yang
secara langsung mempengaruhi kecepatan pengguna jalan sehingga
mengakibatkan kepadatan arus lalulintas. Perubahan pada ruas jalan yang tiba-tiba
menyempit (BottleNeck) mempunyai pengaruh terhadap hubungan antara
kecepatan, aliran dan kerapatan.
Dari hasil penelitian ini diketahui Penyempitan jalan berpengaruh pada
nilai kapasitas yaitu sebesar, Ruas I (lebar jalan 11 meter) nilai Kapasitas (C) =
2.356,63 smp/jam dan Ruas II (lebar jalan 6 meter) nilai Kapasitas (C) = 2.371,62
smp/jam. Selisih nilai kapasitas Ruas I dan Ruas II sebesar = 14,99 smp/jam.
Sedangkan volume maksimal dari Ruas I dan Ruas II, yaitu untuk Arah ke-Bantul
Ruas I = 14.067,59 smp/jam, Ruas II = 31.335,63 smp/jam dengan selisih =
17.268,04 smp/jam. Pada arah ke-Srandakan Ruas I = 21.026,01 smp/jam, Ruas II
= 32.258,52 smp/jam dengan selisih = 11.232,51 smp/jam.
Nilai kapasitas secara empiris yang lazim untuk tipe jalan 2/2 UD adalah
berkisar 2.900 smp/jam (MKJI 1997) itu artinya jalan ruas II yang mengalami
penyempitan nilai kapasitas lebih besar 14,99 smp/jam atau 0,67 %. Hubungan
arus lalulintas pada lokasi studi diantara tiga model (Greenshield, Greenberg, dan
Underwood) yang paling sesuai yaitu model hubungan linier Greenshield.
v
ABSTRACT
The problems that related to the density of this traffic flow into one of
the problems that must be addressed because of the problem of traffic flow
density does not occur in the capital alone, but also it occur in other major cities,
one of which is the Special Region of Yogyakarta. Bantul City Road - Srandakan
Province Special Province of Yogyakarta is one of connecting road from Bantul
city to Srandakan, so the number of vehicles passing through the road is very
crowded especially in busy time. In addition, there is a narrowing of the road
(BottleNeck) that directly affects the speed of road users resulting in traffic
density. The change of narrowing of the road (BottleNeck) have they effects on
the relationship of speed, traffic flow and density.
The result of this research are, the narrowing of the road have the effects
on the capacity value such as follows: Segment I (the wide of road 11 meter)
Capacity value (C) = 2,356,63 smp / hour and Segment II (the wide of road 6
meter) Capacity value (C) = 2,371 , 62 smp / hour. The difference in the capacity
value of segments I and II are equal to 14.99 smp / hour. While the maximum
volume of the first and second segment, namely for the Direction-Bantul Segment
I = 14,067,59 smp / hour, Segment II = 31.335,63 smp / hour with difference =
17.268,04 smp / hour. In the direction of Srandakan Segment I = 21.026.01 smp /
hour, Segment II = 32.258.52 smp / hour with difference = 11.232.51 smp / hour.
The usual empirical capacity value of 2/2 UD type of road is about
2,900 smp / hour (MKJI 1997), that means the road of segment II that has
narrowed the value of the larger capacity 14.99 smp / hour or 0.67%. The relation
of the traffic flow to the study site between the three models (Greenshield,
Greenberg, and Underwood) is the most appropriate ie the Greenshield linear
relationship model.
vi
Motto
keberhasilan.
vii
Persembahanku
everything…
mengerjakan tesis.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang mengambil
judul “Pengaruh Penyempitan Jalan (Bottleneck) Terhadap Karakteristik Lalu
Lintas Pada Ruas Jalan Kota Bantul – Srandakan KM. 2,8 Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta”. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Master Teknik (M.T) di Program Magister Pengelolaan Sarana
Prasarana Program Studi S2 Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Dalam penyusunan tesis ini penyusun banyak mendapat bimbingan, saran,
kritikan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Imam Basuki, M.T. selaku dosen pembimbing pertama.
2. Bapak Dr. Ir. Dwijoko Ansusanto, M.T. selaku dosen pembimbing
pendamping.
3. Bapak Ir. Hendra Suryadharma, M.T. selaku dosen penguji.
4. Seluruh dosen pengajar Magister Teknik Sipil, beserta seluruh staff dan
karyawan progam Magister Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
5. Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atas kesempatan yang
diberikan untuk mengikuti pendidikan di Universitas Atma Jaya Yogyakarta..
6. Bapak Devi Alcitra Candra, ST, MT, PPK Bts. Jatim – Giriwoyo – Duwet di
Satuan Pelaksana Jalan Nasional Wilayah II Jawa Tengah beserta staf dan
karyawan atas bantuan yang diberikan selama mengikuti pendidikan di
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
7. Keluarga tercinta, Bapak Supardi dan Ibu Yuhartini atas doa, perhatian,
penyemangat, motivasi dan dukungan yang telah diberikan selama mengikuti
pendidikan magister di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
ix
8. Rekan seperjuangan Magister Teknik Sipil 2014 untuk persaudaraan yang
terjalin selama ini.
9. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung berperan dalam
penyelesaian tesis ini, yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.
Tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran untuk
untuk menjadaikan lebih baik, dengan senang hati penyusun akan menerimanya.
Akhir kata, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penyusun
x
DAFTAR ISI
xi
3.4. Kerapatan ............................................................................................15
3.5. Aliran Lalulintas .................................................................................16
3.6. Perhitungan Kapasitas ........................................................................22
3.7. Metode Trend Regresi ........................................................................25
BAB IV. METODELOGI PENELITIAN ........................................................26
4.1. Bagan Alir Penelitian .........................................................................26
4.2. Pengumpulan Data .............................................................................27
4.3. Metode Perhitungan ...........................................................................27
BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................33
5.1. Analisis Data ......................................................................................33
5.1.1. Aliran Lalulintas .......................................................................34
a. Perhitungan Volume Lalulintas ...............................................35
b. Perhitungan Volume Lalulintas dalam SMP............................39
c. Prosentase Jumlah Volume Lalulintas Berdasarkan
Jenis Kendaraaan .....................................................................43
d. Perhitungan Aliran Kendaraan ................................................45
5.1.2. Kecepatan Lalulintas.................................................................50
5.2. Pembahasan.........................................................................................63
5.2.1. Hubungan antara Kecepatan, Kerapatan dan Aliran.................63
a. Lalulintas Ruas I ke Arah Bantul.............................................63
b. Lalulintas Ruas II ke Arah Bantul............................................66
c. Lalulintas Ruas I ke Arah Srandakan.......................................68
d. Lalulintas Ruas II ke Arah Srandakan.....................................71
5.2.2. Pemilihan Model Terbaik............................................................73
5.2.3. Perhitungan Kapasitas.................................................................75
5.2.4. Pengaruh Penyempitan Jalan Terhadap Kecepatan.....................77
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................80
6.1. Kesimpulan..........................................................................................80
6.2. Saran....................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................83
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
Gambar 5.17. Grafik Hubungan Kecepatan (Us) dan Aliran Lalulintas (Q) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................65
Gambar 5.18. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dan Aliran Lalulintas (Q) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................65
Gambar 5.19. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dengan Kecepatan (Us) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................67
Gambar 5.20. Grafik Hubungan Kecepatan (Us) dan Aliran Lalulintas (Q) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................67
Gambar 5.21. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dan Aliran Lalulintas (Q) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................68
Gambar 5.22. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dengan Kecepatan (Us) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................69
Gambar 5.23. Grafik Hubungan Kecepatan (Us) dan Aliran Lalulintas (Q) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................70
Gambar 5.24. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dan Aliran Lalulintas (Q) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................70
Gambar 5.25. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dengan Kecepatan (Us) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................72
Gambar 5.26. Grafik Hubungan Kecepatan (Us) dan Aliran Lalulintas (Q) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................72
Gambar 5.27. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dan Aliran Lalulintas (Q) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................73
Gambar 5.28. Grafik Perbandingan Vmaks antara Ruas I dan Ruas II
Lalulintas Arah Bantul dan Srandakan .................................................77
Gambar 6.1. Grafik Hubungan Kecepatan (Us) dan Aliran Lalulintas (Q)
Model Greenshield, Ruas I dan II arah ke Bantul .................................80
Gambar 6.2. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dan Aliran Lalulintas (Q)
Model Greenshield, Ruas I dan II arah ke Bantul .................................80
xiv
Gambar 6.3. Grafik Hubungan Kecepatan (Us) dan Aliran Lalulintas (Q)
Model Greenshield, Ruas I dan II arah ke Srandakan ..........................81
Gambar 6.4. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dan Aliran Lalulintas (Q)
Model Greenshield, Ruas I dan II arah ke Srandakan ..........................81
xv
DAFTAR TABEL
xvi
Tabel 5.17. Grafik Hubungan Kecepatan (Us) dan Aliran Lalulintas (Q) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................65
Tabel 5.18. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dan Aliran Lalulintas (Q) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................65
Tabel 5.19. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dengan Kecepatan (Us) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................67
Tabel 5.20. Grafik Hubungan Kecepatan (Us) dan Aliran Lalulintas (Q) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................67
Tabel 5.21. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dan Aliran Lalulintas (Q) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................68
Tabel 5.22. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dengan Kecepatan (Us) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................69
Tabel 5.23. Grafik Hubungan Kecepatan (Us) dan Aliran Lalulintas (Q) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................70
Tabel 5.24. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dan Aliran Lalulintas (Q) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................70
Tabel 5.25. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dengan Kecepatan (Us) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................72
Tabel 5.26. Grafik Hubungan Kecepatan (Us) dan Aliran Lalulintas (Q) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................72
Tabel 5.27. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dan Aliran Lalulintas (Q) Model
Greenshield, Greendberg, dan Underwood ..........................................73
Tabel 5.28. Grafik Perbandingan Vmaks antara Ruas I dan Ruas II
Lalulintas Arah Bantul dan Srandakan .................................................77
Tabel 6.1. Grafik Hubungan Kecepatan (Us) dan Aliran Lalulintas (Q)
Model Greenshield, Ruas I dan II arah ke Bantul .................................80
Tabel 6.2. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dan Aliran Lalulintas (Q)
Model Greenshield, Ruas I dan II arah ke Bantul .................................80
xvii
Tabel 6.3. Grafik Hubungan Kecepatan (Us) dan Aliran Lalulintas (Q)
Model Greenshield, Ruas I dan II arah ke Srandakan ..........................81
Tabel 6.4. Grafik Hubungan Kerapatan (K) dan Aliran Lalulintas (Q)
Model Greenshield, Ruas I dan II arah ke Srandakan ..........................80
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat ini kemacetan sering kali timbul di kota-kota besar di negara kita
dari kapasitas jalan yang direncanakan sebelumnya. Kepadatan arus lalu lintas
akhir akhir ini sering ditemui di kota-koata besar di Indonesia, dan permasalahan
terkait kepadatan arus lalu lintas ini menjadi salah satu masalah yang harus segera
ibukota saja, melainkan sudah mulai terjadi di kota-kota besar lainnya, salah
Yogyakarta adalah merupakan salah satu ruas penghubung dari kota Bantul
sangat padat pada jam-jam sibuk. Ditambah lagi pada ruas tersebut terdapat
Pada tahun 2015 ruas jalan Kota Bantul – Srandakan mengalami pelebaran
badan jalan dari 6 meter menjadi 11 meter yang bertujuan untuk meningkatkan
sistem jaringan jalan yang mantap dan meningkatkan pelayanan terhadap lalu-
lintas serta memperlancar sarana transportasi barang dan jasa. Akan tetapi
pelebaran tersebut belum mencapai panjang seluruh ruas jalan Kota Bantul –
Srandakan, pelebaran tersebut hanya sepanjang 2,8 Km dari kota Bantul karena
1
terbatas dengan usulan penganggaran pada tahun tersebut. Keadaan inilah yang
menjadi permasalahan dimana terjadi kepadatan arus lalulintas yang cukup tinggi
dengan demikian dari data yang diperoleh dari penelitian ini bisa diketauhi nilai
pedoman untuk menentukan nilai matematis dari kapasitas jalan untuk kondisi
ideal, serta dipakai sebagai dasar dalam penerapan manajemen lalulintas (trafic
2
1.3. Tujuan Penelitian
tetapkan.
penyempitan (Bottleneck).
penyempitan.
3
1.5. Batasan Masalah
1. Lokasi penelitian yang ditetapkan adalah ruas jalan Bantul - Srandakan pada
4. Komposisi lalu lintas mengikuti MKJI 1997 untuk jalur luar kota, yaitu
kendaraan ringan, kendaraan berat, menengah, truk besar, bis besar dan
sepeda motor
Tahun 1997 untuk jalur luar kota, yaitu kendaraan ringan, kendaraan berat,
4
1.6. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada pada ruas jalan Bantul - Srandakan pada KM 2,8 di
LOKASI PENILITIAN
JL. BANTUL – SRANDAKAN
KM 2+800
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kapasitas dan tingkat pelayanannya saat dibebani arus lalu lintas disebutkan
a. Geometrik jalan
Tipe jalan
Tipe jalan disini adalah jalan terbagi dan tak terbagi (divided dan undivided
Hal ini terkait dengan free flow speed atau kecepatan arus bebas dan
Kerb
Besarnya kapasitas jalan yang dilengkapi dengan kerb atau trotoar, akan lebih
kecil bila dibandingkan dengan jalan yang dilengkapi dengan bahu jalan.
Adanya bahu jalan biasanya akan menimbulkan side friction seperti kegiatan
Median Jalan
6
Alinemen Jalan
mengurangi free flow speed suatu jalan. Namun terkait dengan jalan di
jalan dua arah saat directional splitnya 50-50, hal ini menunjukkan adanya
arus yang sama di kedua arah untuk satuan periode waktu analisis.
besarnya rasio sepeda motor atau kendaraan berat dalam arus tersebut).
Dan bila besarnya arus dinyatakan dalam satuan kendaraan penumpang per
c. Kontrol Lalu Lintas Batas kecepatan sangat jarang digunakan dalam rambu
lalu lintas di jalan perkotaan di Indonesia, karena hal ini hanya mempunyai
efek yang kecil pada free flow speed-nya. Peraturan lalu lintas yang cukup
memberikan efek pada kondisi lalu lintas adalah pelarangan parkir dan
7
d. Kegiatan Jalan yang Menimbulkan Gangguan (Side Friction)
Side friction atau gangguan samping yang ditetapkan untuk urban roads di
- Pejalan kaki
kendaraan (seperti usia dan kondisi kendaraan, sebagai suatu batasan dalam
faktor ukuran kota (city size). Untuk kota kecil dapat dilihat bahwa perilaku
jumlahnya akan lebih sedikit sehingga kapasitasnya pun akan berkurang. Hal
ini sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan kota besar yang tingkat arus
8
2.2 Pengertian Kapasitas Jalan
Menurut Oglesby dan Hicks (1993), kapasitas suatu rusas jalan dalam suatu
sistem jalan adalah jumlah kendaraan maksimum yang memiliki kemungkinan yang
cukup untuk melewati ruas jalan tersebut (dalam satu maupun dua arah) dalam
periode waktu tertentu dan di bawah kondisi jalan dan lalu lintas yang umum.
Untuk jalan dua jalur dua arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi
dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan per arah dan
kapasitas ditentukan per lajur. Kapasitas merupakan salah satu ukuran kinerja lalu
lintas pada saat arus lalu lintas maksimum dapat dipertahankan (tetap) pada suatu
atau kendaraan masih cukup layak untuk memindahkan sesuatu, atau keseragaman
segmen jalan selama spesifikasi waktu di bawah lalu litnas dan jam sibuk.
hubungan volume, kecepatan, dan kerapatan yang sesuai yaitu model linier
Greenshield. Menunjukan adanya kemacetan tertinggi pada pagi dan siang hari
9
dengan selisih kecepatan rata-rata sebesar 10,43 km/jam dan kecepatan sockwave
bagian jalan dengan kondisi kapasitas lalu lintas sesudahnya lebih kecil dari bagian
masuk. Pada saat terjadi penyempitan jalan terjadi pengurangan arus yang
menyebabkan kecepatan kendaraan menurun dan kepadatan pada ruas jalan tersebut
meningkat. Definisi dari gelombang kejut (shock wave) adalah gerakan pada arus
lalu lintas akibat adanya perubahan nilai kepadatan, kecepatan dan arus lalu lintas.
Jalan Raya Palur ini merupakan jalan akses yang menghubungkan Solo dengan
daerah Sragen, Karang Anyar dan Jawa Timur. Pada umumnya jalan perkotaan,
khususnya pada Jalan Raya Palur harus melayani arus lalu lintas yang cukup besar.
Oleh karena itu ruas jalan harus mampu beroperasi secara maksimal.. Sedangkan
saat ini sedang dilakukan pembangunan Fly Over Palur yang menyebabkan
penyempitan jalan yaitu pengurangan lajur dari 3 lajur menyempit menjadi 1 lajur
sehingga kecepatan arus lalu lintas dan kapasitas arus lalu lintas yang melewati
ini diperlukan manajemen lalu lintas yang terencana dan terarah agar solusi pada
satu titik tidak menyebabkan konflik pada titik-titik lain. Untuk melakukan
manajemen lalu lintas yang komprehensif, terpadu, dan terencana tersebut, terlebih
10
dahulu perlu diketahui perilaku karakteristik arus lalu lintas seperti Volume,
Kecepatan, dan Kepadatan. Survei data primer pada ruas jalan Perintis
Kemerdekaan dilakukan selama satu minggu mulai hari Sabtu hingga hari Jumat
dengan metode manual count. Data yang diambil langsung dari lapangan meliputi
data Volume, Kecepatan, dan Kepadatan lalu lintas. Analisis data didasarkan pada
lunak Microsoft Excel. Adapun analisa hubungan karakteristik lalu lintas pada
yaitu dengan model Greenshield, model Greenberg, dan model Underwood. Dari
hasil analisis diketahui bahwa model hubungan yang sesuai pada ruas jalan Perintis
Yupiter Indrajaya (2003) Kondisi penyempitan jalan dapat terjadi pada saat
memasuki jembatan, terjadinya suatu kecelakaan, pada saat terjadi perbaikan jalan.
dibandingkan dengan kondisi jalan menyempit dan pertemuan jalan normal dan
menyempit, hal ini disebabkan perbedaan karakteristik geometrik jalan, dari kondisi
jalan 2 lajur menjadi 1 lajur. i hasil analisa dan perhitungan pada kondisi jalan
menyempit diperoleh analisa regresi untuk koefisien determinasi, baik pada metode
11
Greenshield (R2 = 0.5519), Greenberg (R2 = 0.5415), and Underwood (R2 =
= 0.4999, and Underwood R2 = 0.4182). Ini artinya pasangan data arus dan
kerapatan dari yang kecil hingga yang besar. Kerapatan ruang rata-rata pada arus
bebas pada model Greenshield dan model Underwood memberikan hasil yang
hampir sama pada kondisi penggal jalan yang sama meskipun terjadi selisih pada
nilai arus maksimum dan kerapatan, hal ini disebabkan karakteristik lokasi lebih
model Greenberg.
12
BAB III
LANDASAN TEORI
melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya pada suatu ruas jalan dan
sifat yang berbeda maka perilaku kenderaan arus lalu lintas tidak dapat
diseregamkan lebih lanjut, arus lalu lintas akan mengalami perbedaan karakteristik
akibat dari perilaku pengemudi yang berbeda yang dikarenakan oleh oleh
karakteristik lokal dan kebiasaan pengemudi. Arus lalu lintas pada suatu ruas jalan
karakteristiknya akan bervariasi baik berdasar waktunya. Oleh karena itu perilaku
menggambarkan arus lalu lintas secara kuantitatif dalam rangka untuk mengerti
suatu parameter. Parameter tersebut harus dapat didefenisikan dan diukur oleh
3.2 Volume
tertentu dari suatu ruas jalan selama rentang waktu tertentu. Volume lalu lintas
13
biasanya dinyatakan dengan satuan kenderaan/jam atau kenderaan/hari. (smp/jam)
Volume harian ini digunakan sebagai dasar perencanaan jalan dan observasi
umum tentang trend pengukuran volume pengukuran volume harian ini dapat
dibedakan:
a. Average Annual Daily Traffic (AADT), yakni volume yang diukur selama 24
jam dalam kurun waktu 365 hari, dengan demikian total kenderaan yang di
b. Average Daily traffic (ADT), yakni volume yang diukur selama 24 jam penuh
dalam periode waktu tertentu yang dibagi dari banyaknya hari tersebut.
yakni suatu pengamatan terhadap arus lalu lintas untuk untuk menentukan jam
puncak selama periode pagi dan sore. Dari pengamatan tersebut dapat diketahui
arus paling besar yang disebut arus pada jam puncak. Arus pada jam puncak ini
dipakai sebagai dasar untuk desain jalan raya dan analisis operasi lainnya yang
dipergunakan seperti untuk analisa keselamatan. peak hour factor (PHF) merupakan
perbandingan volume lalu lintas per jam pad saat jam puncak dengan 4 kali rate of
dari jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu pada suatu lajur/segmen
14
3.3 Kecepatan
dalam jarak per satuan waktu. Dalam pergerakan arus lalu lintas, tiap kendaraan
berjalan pada jalan yang berbeda. Dengan demikian dalam arus lalu lintas tidak
rata-rata atau nilai tipikal dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik dari arus
lalu lintas.
segmen jalan, karena mudah dimengerti dan diukur dan merupakan masukan yang
penting untuk biaya pemakai jalan dalam analisa ekonomi. Kecepatan tempuh
didefinisika dalam MKJI 1997 sebagai kecepatan rata – rata ruang dari kendaraan
V = L/TT , dimana:
V : Kecepatan tempuh yaitu kecepatan rata – rata (km/jam) arus lalu lintas
dihitung dari panjang jalan dibagi waktu tempuh rata – rata kendaraan yang
3.4 Kerapatan
panjang jalan atau lajur, secara umum diekspresikan dalam kendaraan per
15
kilometer. Kerapatan sulit di ukur secara langsung di lapangan, melainkan dihitung
q = k . U8 ...……………………….................................................3.2
k = q / U8 ……………………………………………………………..3.3
Dimana:
q = arus
U8 = space mean speed
k = kerapatan
Aliran lalulintas tersusun oleh macam-macam kendaraan yang berbeda tipe, tahun,
ukuran dan berjalan dengan berbeda kecepatan dan jarak antara dengan tipe fasilitas
Ada tiga elemen dasar aliran lalu lintas yang mempunyai hubungan antara
elemen yaitu :
1. Kecepatan (speed)
3. Kerapatan (density)
16
Gambar 3.1. Hubungan Volume, Kecepatan , dan Kerapatan Model Greenshields
elemen, atau dalam elemen itu sendiri. Hal ini penting untuk diketauhi persamaan
17
kecepatan dari kendaraan secara individu. Model yang paling umum menggunakan
q = k . Ūs ...................................................................................................3.4
Dengan :
Hubungan ketiga variabel Ūs, k dan q disebut sebagai model teoritis arus
lalu lintas. Secara umum dikatakan bahwa kerapatan akan bertambah apabila aliran
(volume) juga bertambah, sehinngga tercapai kapasitas dari lajur jalan yang
Us = Uf . (Uf/Kj) . k ...................................................................3.5
Dengan :
Subtitusi ke persamaan (1) didapat model hubungan antara volume (aliran) dan
18
Volume maksimum model persamaan Greenshield adalah
U = Um . In(kj/k) .................................................................3.8
Dengan :
Dari penerapan pada kondisi sesungguhnya, model Greenberg ini lebih sesuai untuk
kondisi lalulintas padat dan tidak sesuai untuk kondisi lalulintas yang kurang/tidak
Saat aliran mencapai maksimum, gelombang akan statis, namun apabila gelombang
19
Dengan :
U = kecepatan gelombang
Teori Lighthill dan Witham ini banyak digunakan dalam analisa Shock Wave
batas pada persamaan dasar variabel lalulintas. Hipotesis hubungan kecepatan dan
Us = Uf .𝑒 −𝑘/𝑘𝑚 ...............................................................................3.11
Dengan :
Model ini cocok untuk diterapkan pada lalulintas yang tidak/kurang padat
Us = Uf (1-k/kj)ⁿ........................................................................3.13
20
Sedang Drake (1965) mengusulkan penggunaan bell-shape model, dengan
persamaan
U = Ut . 𝑒 −1/2 𝑘/𝑘𝑚 2
........................................................................3.15
persamaan (3.10) untuk daerah dengan lalulintas kurang padat. Hal ini merupakan
Multiregim model.
yang didapatkan lebih mendekati bentuk kurva S yang terbalik. Kemudian model
suatu hipotesis bahwa hubungan antara kecepatan dan kerapatan adalah merupakan
Dimana:
berbeda.
21
ln Us = ln Uf – ½ (D/Dm)² ..........................................................3.17
misalkan : y = ln Us ; a = ln Uf ; x = D² ; b = -1/(2Dm²)
optimum (optimum density), juga kecepatan tidak akan sama dengan nol ketika
Dimana :
C = Kapasitas (smp/jam)
( 2900 smp/jam
22
FCsp = Faktor penyesuaian pemisah arah
Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) Faktor – faktor yang
23
3. Faktor penyesuaian hambatan samping (FCsf) jalan dengan bahu
Tabel 3.3. Faktor penyesuaian hambatan samping (FCsf) jalan dengan bahu
24
3.7 Metode Trend Regresi
• Trend regresi eksponensial Dari ketiga jenis trend ini akan dicari
trend yang terjadi, garis ini merupakan garis best fit. Prinsip least square
adalah menentukan garis best fit sehingga trend yang digambarkan oleh
garis itu merupakan garis yang paling dekat dengan trend sebenarnya.
25
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
60
50
Kecepatan
40
30
20 Ruas I
10 Ruas II
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000
Aliran Laulintas
Gambar 6.1. Grafik Hubungan kecepatan (Us) dan Aliran lalulintas (Q)
Model Greenshield, Ruas I dan II arah ke Bantul.
40.000
Aliran Lalulintas
30.000
20.000
Ruas I
10.000
Ruas II
-
- 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000
Kepadatan
Gambar 6.2. Grafik Hubungan kerapatan (K) dan Aliran lalulintas (Q)
Model Greenshield Ruas I dan II arah ke Bantul.
80
60
50
Kecepatan
40
30
20 Ruas I
10 Ruas II
0
0 5000 10000 15000 20000 25000
Aliran Laulintas
Gambar 6.3. Grafik Hubungan kecepatan (Us) dan Aliran lalulintas (Q)
Model Greenshield, Ruas I dan II arah ke Srandakan
25.000
Aliran Lalulintas
20.000
15.000
10.000 Ruas I
5.000 Ruas II
-
- 500 1.000 1.500 2.000
Kepadatan
Gambar 6.4. Grafik Hubungan kerapatan (K) dan Aliran lalulintas (Q)
Model Greenshield Ruas I dan II arah ke Srandakan.
81
Sedangkan volume maksimal dari Ruas I dan Ruas II, yaitu :
Arah ke-Bantul
Arah ke-Srandakan
Nilai kapasitas secara empiris yang lazim untuk tipe jalan 2/2 UD adalah
berkisar 2.900 smp/jam (MKJI 1997) itu artinya jalan ruas II yang
0,67 %.
6.2. Saran
Karena tidak ada suatu lokasi jalan yang mempunyai karakteristik
lalulintas yang sama meskipun kondisi lingkunganya sangat mirip, maka dalam
2. Perlu dilakukan penelitian kembali dengan jumlah sampel dan waktu lebih
banyak.
82
DAFTAR PUSTAKA
83