Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG
Jantung memiliki peranan yang besar dalam mengatur siklus kehidupan
manusia. Apabila adanya gangguan terhadap sirkulasi kerja jantung, maka
akan mengganggu kehidupan manusia. Gejala yang ditimbulkan juga tidak
semuanya dapat terlihat sehingga sulit untuk mendiagnosis. Angina pectoris
merupakan salah satu gejala yang sering ditemui, dengan gejala nyeri dada di
sebelah kiri yang menjalar hingga ke rahang dan lengan

Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan penyakit yang masih menjadi


masalah baik di negara maju maupun negara berkembang (Rima Melati,
2008). Menurut WHO, 7.254.000 kematian di seluruh dunia (12,8% dari
semua kematian) disebabkan oleh SKA pada tahun 2008 (Hausenloy, 2013).
Di USA setiap tahun 550.000 orang meninggal karena penyakit ini. Di Eropa
diperhitungkan 20 –40.000 orang dari 1 juta penduduk menderita SKA (Rima
Melati, 2008). Di Indonesia SKA masih dianggap sebagai penyumbang angka
kematian tertinggi dengan angka prevalensi 7,2% pada tahun 2007 (Isman
Firdaus, 2012). Survei yang dilakukan Departemen Kesehatan RI menyatakan
prevalensi SKA di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat (Rima
Melati, 2008).
SKA umumnya terjadi pada pasien dengan usia diatas 40 tahun (Heru
Sulastomo, 2010). SKA tidak hanya menyerang laki-laki saja, wanita juga
berisiko terkena SKA meskipun kasusnya tidak sebesar pada laki-laki (Mamat
Supriyono, 2008). Insidensi SKA tercatat lebih rendah pada wanita
dibandingkan pria sebelum usia 50 tahun (Anand, 2008). Sebelum berusia 40
tahun, perbedaan kejadian SKA antara pria dan wanita adalah 8 : 1. Satu dari
empat laki-laki dan satu dari lima perempuan meninggal setiap tahun karena
SKA. Sampai dengan saat ini SKA juga merupakan penyebab utama kematian
dini pada sekitar 40% dari sebab kematian laki-laki usia menengah di
Indonesia (Mamat Supriyono, 2008).

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Menjelaskan tentang pengertian dan etiologi dari SKA
1.2.2 Menjelaskan tentang faktor resiko dan manifestasi klinik
1.2.3 Menjelaskan tentang Pemeriksaan diagnostik dan komplikasi
1.2.4 Menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan

1.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian,
etiologi, faktor resiko, manifestasi, pemeriksaan diagnostik dan komplikasi
dari sindrom koroner akut.

1.4 MANFAAT
1.4.1 Dapat mengetahui tentang pengertian dan etiologi dari SKA
1.4.2 Dapat mengetahui tentang faktor resiko dan manifestasi klinik
1.4.3 Menjelaskan tentang Pemeriksaan diagnostik dan komplikasi
1.4.4 Menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan

2
BAB II
ISI

2.1. DEFINISI
Sindrom Koroner Akut (SKA) yang biasa dikenal dengan penyakit
jantung koroner adalah suatu kegawatdaruratan pembuluh darah koroner yang
terdiri dari infark miokard akut dengan gambaran elektrokardiografi (EKG)
elevasi segmen ST (ST Elevation Myocard Infark/ STEMI), infark miokard
akut tanpa elevasi segmen ST (NonSTEMI) dan angina pektoris tidak stabil
(APTS). Penyakit ini timbul akibat tersumbatnya pembuluh darah koroner
yang melayani otot-otot jantung oleh atherosclerosis yang terbentuk secara
progresif dari masa kanak-kanak. (Kalim, H et al, 2004).

2.2. ETIOLOGI
Angina pectoris disebabkan karena berkurangnya aliran darah koroner,
sehingga akan menyebabkan suplay oksigen ke jantung tidak adekuat.
Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan
oksigen jantung.
Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokonstruksi dan
peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
Makan-makanan yang berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah
mesentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah
untuk suplai jantung ( pada jantung yang parah, pintasan darah untuk
pencernaan membuat nyeri angina semakin memburuk).(Joewono B,.P,
2003).
Stress / berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan menyebabkan
frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya
tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.

3
Beberapa kasus non aterosklerotik Sindrom Koroner Akut (SKA) dapat
disebabkan oleh:
Arteritis
Trauma
Diseksi
Tromboemboli
Kelainan kongenital
Kokain
Komplikasi tindakan kateterisasi jantung.

2.3. FAKTOR-FAKTOR RESIKO


1. Diet (hiperlipidemia)
2. Rokok
3. Hipertensi
4. Stress
5. Obesitas
6. Kurang aktifitas
7. Diabetes Mellitus
8. Pemakaian kontrasepsi oral
9. Usia
10. Jenis Kelamin
11. Ras
12. Herediter Kepribadian tipe A

2.4. MANIFESTASI KLINIS


Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadang kala di
epigastrium (dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan
terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan), Durasi nyeri
berlangsung 1 sampai 5 menit dan tidak lebih dari 30 menit, Nyeri hilang
(berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin, Gambaran EKG :
depresi segmen ST dan terlihat gelombang T terbalik, gambaran EKG

4
seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan menjadi presentasi gejala
yang sering ditemukan pada NSTEMI. (Pratanu,S ,2000)

2.5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Pemeriksaan Elektro Kardiogram (EKG)
2. Pemeriksaan Laboratorium

2.6. KOMPLIKASI
1. Gagal jantung kongestif
2. Defek septum ventrikel
3. Ruptur jantung
4. Ruptur septal
5. Ruptur otot papilaris

2.7 PATOFISIOLOGI
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh
darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan
komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut.
Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur
koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white thrombus).
Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara
total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh
koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang
menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran
darah koroner. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia
miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang-lebih 20 menit
menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark miokard).
Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah
koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis
dapat menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung
(miokard). Akibat dari iskemia, selain nekrosis, adalah gangguan kontraktilitas
Miokardi. (PERKI, 2009)

5
2.8 PATHWAYS

(PERKI, 2009)

6
2.9. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Dx: Nyeri dada berhubungan dengan penurunan aliran darah
koroner
Tujuan : nyeri dada hilang
Kriteria hasil :
a. Laporkan nyeri dada mulai berkurang dengan segera
b. Tampak nyaman dan bebas nyeri
c. Cukup istirahat; kecepatan napas, frekuensi jantung, dan tekanan
darah kembali ke tingkat sebelum nyeri
d. Curah jantung adekuat, dibuktikan dengan: frekuensi dan irama
jantung, tekanan darah, mental yang baik, haluaran urin, BUN dan
kreatinin serum, warna, suhu, dan kelembaban kulit
Intervensi :

a. Kaji, dokumentasi dan laporkan hal-hal berikut:


a) Keluhan pasien mengenai nyeri dada yang meliputi lokasi,
radiasi, durasi nyeri, dan faktor yang mempengaruhinya
b) Efek nyeri dada pada perfusi hemodinamik kardiovaskuler
terhadap jantung, otak, ginjal, dan kulit
Rasional :
Data tersebut membantu penyebab dan efek nyeri dada serta
merupakan garis besar untuk membandingkan gejala pasca
terapi
Terdapat berbagai kondisi yang berhubungan dengan nyeri
dada. Terdapat temuan klinis yang khas pada nyeri iskemik
Infark miokardium menurunkan kontraktilitas jantung dan
compliance ventrikel dan dapat menimbulkan disritmia. Curah
jantung menurun, mengakibatkan tekanan darah dan perfusi
jaringan menurun. Frekuansi kerja jantung meningkat sebagai
kompensasi untuk mempertahankan curah jantung
b. Lakukan pencatatan EKG 12 lead selama nyeri, sesuai yang
diresepkan untuk menenyukan luasnya infark

7
Rasional :
Pemeriksaan EKG selama nyeri berguna dalam mendiagnosa
luasnya infark miokardium atau adanya infark angina
c. Beri oksigen sesuai yang diresepkan
Rasional :
Terapi oksigen dapat meningkatkan suplai oksigen ke jantung bila
saturasi oksigen sebenarnya di bawah normal
d. Beri terapi obat sesuai resep dan evaluasi respon pasien terus
menerus
Rasional :
Terapi obat merupakan pertahanan petama untyk menjaga jaringan
jantung, dan efek obat sangat berbahaya maka respon pasien harus
dikaji
e. Pastikan istirahat pasien cukup: gunakan pegangan pada sisi tempat
tidur; tinggikan tempat tidur bagian kepala untuk menambah
kenyamanan; diit cair bila dapat ditoleransi; sokong lengan selama
melakukan aktivitas ekstremitas atas; beri pencahar untuk
mencegah mengejan saat buang air besar; beri suasana tenang dan
hilangkan ketakutan serta kecemasan dengan selalu siap
membantu, tenang, dan kompeten, kunjungan kerabat tidak sama
bagi setiap pasien tergantung respon pasien.
Rasional :
Istirahat fisik dapat mengurangi konsumsi oksigen jantung.
Ketakutan dan kecemasan dapat menyebabkan stres; berakibat
mencetuskan katekolamin endogen, yang dapat menyebabkan
peningkatan konsumsi jantung. Dengan meningkatnya epinefrin
ambang nyeri jugan akan menurun dan akan meningkatkan
konsumsi jantung

f. Tingkatkan kenyamanan fisik dengan menyediakan asuhan


keperawatan dasar kepada pasien
Rasional :

8
Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien dan
mengurangi kecemasan.

2. Dx: Potensial pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan


kelebihan cairan
Tujuan : tidak terjadi kesulitan pernapasan
Kriteria hasil :
a) Tidak merasakan napas pendek, dispnea ketika latihan, ortopnea,
atau dispnea proksimal nocturnal
b) Kecepatan pernapasan dibawah 20/menit ketika aktivitas fisik dan
16 napas/menit pada saat istirahat
c) Warna kulit PaCO2 normal
d) PaO2 dan normal
e) Frekuensi jantung 60-100 kali/menit dengan tekanan darah normal
f) Foto dada normal
g) Pasien melaporkan nyeri dada hilang
h) Nampak nyaman: Nampak cukup istirahat, frekuensi napas,
frekuensi jantung, dan tekanan darah kembali ke tingkat sebelum
nyeri, kulit hangat dan kering
Intervensi

a) Kaji, dokumentasi, dan laporkan kepada dokter adanya bunyi


jantung abnormal (terutama S dan S4 galop dan murmur
holosistolik akibat disfungsi otot papile ventrikel kiri), bunyi napas
tidak normal (terutama krekel), dan intoleransi pasien terhadap
aktivitas tertentu, setiap 4 jam sekali dan setiap nyeri dada
Rasional :
Data tersebut berguna dalam mendiagnosa gagal jantung kiri.
Bunyi pengisian diastolik (galop S3 dan S4) akibat turunnya
compliance ventrikel yang berhubungan dengan infark miokard.
Disfungsi otot papiler (karena infark otot papiler) dapat
mengakibatkan regurgitasi mitral dan penurunan volume sekuncup,
mengakibatkan gagal jantung kiri. Adanya krekel (biasanya di

9
dasar paru) merupakan indikasi kongesti paru akibat peningkatan
tekanan jantung. Hubungan gejala dan aktivitas dapat digunakan
sebagai panduan untuk aktivitas berikutnya dan dasar untuk
penyuluhan pasien.
b) Perbaiki kenyamanan fisik dengan memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien
Rasional :
Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien dan
mengurangi kecemasan
c) Ajarkan pasien:
Mematuhi diit yang dianjurkan (misalnya : jelaskan mengenai diit
rendah garam, rendah kalori)
Rasional :
Diit rendah garam dapat mengurangi cairan ekstraseluler, sehingga
mengurangi preload dan afterload, dan konsumsi oksigen jantung.
Pada pasien obesitas penurunan berat badan dapat mengurangi
kerja jantung dan menaikkan volume tidal
d) Mematuhi aktivitas yang dianjurkan
Rasional :
Aktivitas yang dianjurkan disesuaikan secara individual untuk
mempertahankan frekuensi jantung dan tekanan darah dalam batas
aman

3. Dx: Potensial perfusi jaringan tidak adekuat berhubungan dengan


penurunan curah jantung
Tujuan : mempertahankan atau mencapai perfusi jaringan yang
adekuat
Kriteria hasil :
a) Tekanan darah normal
b) Idealnya, irama sinus normal tanpa disritmia harus dipertahankan,
atau irama dasar pasien dipertahankan antara 60-100 kali/menit
tanpa disritmia

10
c) Tidak ada keluhan kelelahan dengan aktivitas yang dianjurkan
d) Tetap sadar penuh dan tertoleransi dan tanpa perubahan kepibadian
e) Tampak nyaman : tampak cukup istirahat, frekuensi napas,
frekuensi jantung, dan tekanan darah kembali ke tingkat sebelum
nyeri, kulit hangat dan kering
f) Haluaran urin lebih dari 40ml/jam
g) Ekstermitas tetap hangat dan kering dengan warna yang normal
Intervensi

a) Kaji, dokumentasi dan laporkan hal-hal berikut kepada dokter


setiap 4 jam:
a. Hipotensi
b. Takikardi dan disritmia lainnya
c. Mudah lelah
d. Perubahan mental (dengan input dari keluarganya)
e. Penurunan haluaran urin (kurang dari 250 ml/8 jam)
f. Ektremitas dingin, lembab, dan sianosis
Rasional :
Data tersebut berguna dalam menentukan keadaan curah jantung
yang rendah. Pemeriksaan EKG pada saat nyeri sangat berguna
untuk mendiagnosa luasnya iskemia, cedera, dan infark
miokardium, dan varian angina
b) Beri kenyaman dan istirahat pada pasien dengan memberikan
asuhan keperawatan individual
Rasional :
Kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien dan
mengurangi kecemasan. Istirahat mengurangi konsumsi oksigen
miokard.

4. Dx: Kecemasan berhubungan dengan ketakutan akan kematian


Tujuan : menghilangkan kecemasan
Kriteria hasil :

11
a. Kecemasan berkurang
b. Pasien dan keluarga mendiskusikan kecemasan mereka tentang
kematian
c. Kecemasan pasien dan keluarga berkurang
d. Nampak cukup istirahat, kecepatan napas kurang dari 16/menit,
frekuensi jantung kurang dari 100/ menit tanpa denyut ektopik,
tekanan darah dalam batas normal pasien, kulit hangat dan kering
e. Berpartisipasi secara aktif dalam program rehabilitasi yang
progresif
f. Mempraktekkan teknik pengurangan stres
Intervensi
a. Kaji, dokumentasi, dan laporkan kepada dokter tingkat kecemasan
pasien dan keluarganya, serta mekanisme koping
Rasional :
data tersebut memberikan data informasi mengenai perasaan sehat
secara umum dan psikologis sehingga gejala pasca terapi dapat
dibandingkan. Penyebab kecemasan sangat bervariasi dan
individual, dan meliputi sakit akut, pemondokan di rumah sakit,
nyeri, penghentian kegiatan sehari-hari di rumah dan pekerjaan,
perubahan peran dan citra diri akibat penyakit kronis, dan
berkurangnya dukungan financial. Karena anggota keluarga yang
cemas dapat menularkan kecemasan kepada pasien, maka perawat
harus mengurangi tingkat kecemasan keluarga
b. Kaji kebutuhan bimbingan spiritual dan rujuklah bila perlu
Rasional :
Jika pasien memerlukan dukungan keagamaan, konseling agama
akan membantu mengurangi kecemasan dan rasa takut
c. Biarkan pasien (dan keluarganya) mengespresikan kecemasan dan
ketakutannya:
Dengan memperlihatkan ketertarikan dan keprihatinan yang asli
Dengan mempermudah komunikasi (mendengarkan,
mencerminkan, membimbing)

12
Dengan menjawab pertanyaan
Rasional :
Kecemasan yang tidak dapat dihilangkan meningkatkan konsumsi
oksigen jantung
d. Manfaatkan waktu kunjungan yang fleksibel untuk membantu
menurunkan tingkat kecemasan pasien
Rasional :
Kehadiran dukungan anggota keluarga dapat mengurangi
kecemasan pasien maupun keluarga
e. Dukung partisipasi aktif dalam program rehabilitasi jantung
Rasional :
Rehabilitasi jantung yang diresepkan dapat membantu
menghilangkan ketakutan akan kematian, dapat mengurangi
kecemasan dan dapat mningkatkan persaan sehat
f. Ajarkan teknik pengurangan stres
Rasional:
Pengurangan stres dapat membantu mengurangi konsumsi oksigen
jantung dan meningkatkan perasaan sehat

5. Dx: Intoleransi aktivitas akibat ketidakseimbangan intake oksigen


dengan kebutuhan
Tujuan: aktivitas klien dapat meningkat tanpa adanya nyeri dada
Kriteria hasil:
a. klien dapat mendemonstrasikan penigkatan toleransi aktivitas
dengan frekuensi
b. jantung dan tekanan darah dalam batas normal klien.
c. Klien tidak mengeluh adanya nyeri dada saat beraktivitas

13
Intervensi :
a. Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen
misalnya mengejan saat defekasi
Rasional :
Aktivitas yang memerlukan menahan nafas dan menunduk
(maneuver valsava) dapat mengakibatkan bradikardi juga
menurunkan curah jantung dan takikardi dengan peningkatan
tekanan darah.
b. Latih klien untuk menerapkan pola peningkatan bertahap dari
tingkat aktivitas, seperti bangun dari kursi bila tidak ada nyeri,
ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah makan
Rasional :
Aktivitas yang meningkat dapat memberikan kontrol jantung,
meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas berlebihan
c. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Rasional :
Memberikan pengawasan ketat untuk proses penyembuhan

6. DX : Potensial ketidakpatuhan dengan program perawatan diri


berhubungan dengan penolakan terhadap diagnosa infark
miokardium
Tujuan : mematuhi asuhan kesehatan di rumah, memperpanjang dan
memperbaiki kualitas hidup
Hasil yang diharapkan :
Pasien menyesuaikan kegiatannya selama masa penyembuhan sampai
benar-benar sembuh
Masa enyembuhan jantung berbeda-beda, biasanya 6-8 minggu
Infark miokardium biasanya memerlukan berbagai penyesuaian gaya
hidup; adaptasi terhadap serangan jantung merupakan proses yang teus
berlangsung
a) Menghindari aktivitas yang menyebabkan nyeri dada, dispnu, atau
kelelahan yang luar biasa

14
b) Menghindari panas dingin yang berlebihan dan berjalan melawan
angin
c) Menurunkan berat badan bila perlu
d) Berhenti merokok
e) Aktivitas harus diselingi dengan aistirahat yang cukuo. Kelelahan
yang ringan itu normal dan biasa dijumpai pada masa
penyembuhan
f) Menggunakan kekuatan diri untuk melakukan kompensasi terhadap
keterbatasan
g) Mengembangkan pola makan yang teratur
a. Menghindari makan besar dan makan tergesa-gesa
b. Membatasi minuman yang mngandung kafein, karena dapat
mempengaruhi frekuensi,irama jantung, dan tekanan darah
c. Mematuhi diit yang dianjurkan, menyesuaikan kalori, lemak,
natrium yang dianjurkan
d. Berusaha mematuhi aturan pengobatan khususnya dalam hal
minum obat
e. Melakukan aktivitas yang dapat membebaskan dari tekanan
Pasien menjalani program yang teratur dalam meningkatkan
aktivitas dan latihan dalam jangka panjang
Melakukan penyesuaian fisik dengan peningkatan bertahap tingkat
aktivitas sesuai peraturan :
1. Berjalan-jalan setiap hari, dengan meningkatkan jarak dan
lamanya yang sesuai dianjurkan
2. Memantau denyut nadi selama aktivitas fisik sampai tercapai
tingkat aktivitas maksimal
3. Menghindari aktivitas yang menegangkan otot; latihan
isometrik, angkat berat setiap aktivitas yang memerlukan
energy mendadak
4. Menghindari aktivitas fisik segea setelah makan
5. Menyingkat waktu kerja saat pertama kali kembali ke
pekerjaan

15
6. Berpartisipasi dalam program latihan harian yang dapat
dilanjutkan ke program latihan teratur selama hidup
7. Menangani timbulnya gejala
8. Melaporkan diri ke fasilitas darurat terdekat bila terasa tekanan
atau nyeri dada yang tidak hilang selama 15 menit dengan
nitrogliserin
9. Menghubungi dokter bila terjadi hal berikut :
1) Napas pendek
2) Pingsan
3) Denyut jantung yang cepat atau lambat
4) Bengkak pada kaki atau tumit

16
BAB III
STUDI KASUS
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Hari/tanggal/jam : Rabu, 9 maret 2016 / 07:00 WIB
Metode : Anamnesa,pemeriksaan fisik dan observasi
Sumber informasi : istri klien dan klien
Tempat : RSUD dr.Soeselo-slawi (Ruang ICU)

Data Utama Pasien


Data Pasien
Nama : Tn. T
No RM : 443231
Tgl MRS : 08- 03 - 2016
Tgl Lahir : 25- 06 -1954 (61th)
Sex : Laki-laki
Pekerjaan : Wirausaha
Agama :Islam
Suku :jawa
Status :Kawin
Jaminan :JKN
Alamat :Kagok
Pendidikan :SMA

17
3.1. RIWAYAT PENYAKIT
Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keluhan utama MRS : sesak nafas, nyeri dada
2. Cara Datang : Sendiri bukan rujukan
3. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Keluhan Pertama Kali : Pasien kiriman dari IGD masuk ke ICU
jam 23.00 WIB tanggal 08 maret 2016 dengan keluhan nyeri dada
sebelah kiri menjalar ke punggung dan lengan kiri di sertai sesak
nafas.
b. Tindakan yang dilakukan di IGD : Pasien datang ke IGD tanggal
08 maret 2016 jam 22.00 WIB dilakukan tindakan pertama kali di
IGD yaitu
a) Pasang O2 Kanul 4 lpm
b) Pemasangan infus : RL 15 Tpm
c) Pemberian terapi injeksi :
Omz 1x 40mg,
Ondansetron 2x4mg, Ceftriaxon 2x1gr, tramadol
100mg/drip
c. Kondisi saat masuk RS : pasien dalam keadaan sadar
d. Penggunaan alat bantu : O2 4 lpm, IVFD RL 15 tpm (45cc/jam)

3.2. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Riwayat penyakit yang pernah di derita : Hipertensi, Asma.
2. Riwayat Pengobatan : Hanya Membeli Obat
Hipertensi di apotik
3. Faktor Resiko : Hipertensi

3.3. PENGKAJIAN PRIMER


Respon : Sadar Penuh
1. Airway/Jalan nafas : Bebas, Suara nafas wheezing, tidak terpasang
collar neck, mayo / gudel ataupun ETT

18
2. Breathing : pernafasan spontan frekuensi 27 x / menit, irama nafas
teratur, bunyi nafas wheezing, posisi semi fowler, pola napas dispnea
3. Cirkulation : akralnya hangat, tidak sianosis, ekstremitas tidak pucat,
wpk <2 detik, frekuensi nadi 124x/menit, teratur dan lemah, terpasang
iv jenis RL 15 tpm, tidak ada perdarahan, urin output <30 ml/jam
4. Disability :
1) GCS : 14 (Eyes= 4, Verbal= 4, Motorik= 6)
2) Pupil : isokor,
3) Reflek cahaya : Ada
4) Kekuatan 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5
5 4 3 2 1 1 2 3 4 5

Gerak Bebas- terbatas Bebas-terbatas


Bebas-terbatas Bebas-terbatas
Keterangan:
0 = paralisis total
1 = tidak ada gerakan, teraba atau terlihat adanya kontraksi oto
2 = gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan sokongan
3 = gerakan normal menentang gravitasi
4 = gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit
penahanan
5 = gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan penahanan
penuh
- Ekstremitas atas : Tidak bergerak bebas karna ada infus, kulit
pucat dan dingin.
- Ekstremitas bawah : lemas, dan edema
5) Eksposure :
Nyeri
Penyebab : iskemia miokard
Skala nyeri :3
a) Karakteristik nyeri : dapat ditunjuk

19
b) Area nyeri : Nyeri dada menjalar ke punggung
dan lengan kiri
c) Penyebaran nyeri : menyebar
d) Keparahan nyeri : mual, kringat dingin
e) Waktu nyeri : ketika beraktifitas
f) Durasi : setiap saat
6) Luka Bakar : Tidak ada

3.4. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Compos mentis
3. GCS : 14 (E= 4 V=4 M=6)
4. TTV :
TD = 104/68 mmHg
HR = 124x/menit
SpO2 = 94%
S = 36,8˚ C
RR = 27x/menit
5. Kepala dan Leher :
Bentuk Mesosepal, tidak ada jejas, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
6. Torak :
Simetris, tidak ada retraksi dada, pengembangan dada sama, vokal
fremitus normal, perkusi paru sonor, auskultasi whezing.
7. Abnomen :
Dinding abdomen supel, perkusi tympani, turgor elastis.
8. Genitalia :
Bersih, tidak terpasang chateter urine

20
3.5. DIAGNOSA DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Diagnosa medis saat masuk ICU:
N-STEMI (ST Depresi V2, V3, V4, V5)
2. Indikasi masuk ICU :
Sesak nafas dan resiko syok kardiogenik
3. Pemeriksaan Penunjang di ICU
a. Pemeriksaan Rontgen : terdapat pembesaran jantung
(kardiomegali)
b. Pemeriksaan EKG : ST depresi v2, v3, v4, v5
c. Pemeriksaan Lab darah : 10 maret 2016
JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL

HEMATOLOGI

Trombosit 14,9 x 10^3 3,6-11,0

Eritrosit 4,7 x 106/uL 4,40 – 5,90

Hemoglobin 14,5 g/dL 13,2 – 17,3

Hematokrit 40 % 40 – 52

MCV 85fL 80 – 100

MCH 31pg 26 – 34

MCHC 37 g/dL 32 – 36

DIFF COUNT

Eosinofil 0,20 % 2,00 – 4,00

Netrofil 80,80 % 50 – 70

Limfosit 13,90 % 25 – 40

KIMIA KLINIK

Ureum 38,2 mg/dL 17,1 – 42,8

Creatinin 1,8 mg/dL 0,40 – 1,00

SGOT 24 U/L 13 - 32

SGPT 31 U/L 6,0 - 30

21
d. Obat oral dan Injeksi yang di berikan.
a) Parenteral :
1) Lovenox 2 x 0,6cc
2) Omeperazole 2 x 40mg
3) Ondansetron 2 x 4mg
4) Ceftriaxon 2 x 1gr
5) Furosemid 2 x 20 ml
b) Oral :
1) Aspilet 1 x 160 mg
2) CPG 1 x 75 mg
3) Concor 1 x 2,5 mg
4) Aforvastatin 1 x 40 mg
5) ISDN 3 x 5mg
c) Siringpump :
Nitrat 1,5 cc/jam
d) Supositoria :
Dulcolax 1 x 5 mg

22
ANALISA DATA

TGL DX DATA PROBLEM ETIOLOGI

9/3/16 1 DS : Pasien mengatakan merasa Penurunan Penurunan


sesak nafas Curah kontraktilitas
Jantung miokardia
DO :
- EKG :
ST Depresi V2, V3, V4, V5
- GCS :
14 ( E = 4, V = 4, M = 6)
- TTV :
TD = 104/68 mmHg
HR = 124x/menit
RR = 27x/menit
S = 36,80 C
SpO2 = 94 %
- Keadaan Umum :
Sedang
- Tingkat Kesadaran:
Compos Mentis
- Terpasang O2 = 4 lpm
(nasal kanul)
- Ekstremitas bawah (kedua
kaki) terdapat edema
2 DS : Pasien mengatakan jika Intoleransi Ketidakseim
banyak bergerak nafasnya aktifitas bangan
semakin sesak suplai O2 ke
jaringan
DO :

- TTV :
TD= 104/68 mmHg
HR= 124x/menit
RR= 27 x/menit
S= 36,80 C
SPO2 = 94 %

23
- Keadaan Umum: Sedang
- Tingkat Kesadaran :
Compos Mentis
- GCS = 14
- Pasien terlihat sering
mengeluh
- Aktifitas dibantu oleh
perawat dan keluarga
- Kekuatan :
54321 12345
54321 12345
Ket:
4 = mampu menggerakkan
persendian dengan gaya
gravitasi,mampu melawan
dengan tahanan sedang
- Gerak :
bebas-terbatas bebas-terbatas

bebas-terbatas bebas-terbatas

24
INTERVENSI KEPERAWATAN

Tgl Dx Diagnosa Tujuan / KriteriaHasil Intervensi

9/03/ 1 Penurunan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi Keadaan Umum


2016 curah jantung keperawatan selama 2x 24 pasien
jam diharapkan tidak terjadi 2. Monitoring hemodinamik
b.d Penurunan
penurunan curah jantung pasien
kontraktilitas ditandai dengan kriteria hasil 3. Lakukan pemeriksaan
miokardia EKG/hari
- Tidak ada edema 4. Lakukan pemeriksaan
- Tidak ada disritmia auskultasi pada bagian
- Hemodinamik rentang dada
normal 5. Motivasi pasien agar tidak
(TD = 130/90 mmHg mengejan
RR = 22 x /menit 6. Monitoring balance cairan
HR = 95 x/menit 7. Kolaborasi dengan tim
S = 36,50C) medis untuk pemberian
obat
2 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi keadaan umum
aktifitas b.d keperawatan selama 2x24 jam pasien
Ketidakseimb diharapkan pasien dapat
2. Monitoring
angan suplai meningkatkan ambulasi /
O2 kejaringan aktifitas ditandai dengan Hemodinamik pasien
kreteria hasil : 3. Anjurkan pasien untuk
- Keadaan umum pasien istirahat
baik 4. Bantu klien untuk
- Hemodinamik dalam batas
memenuhi kebutuhan
normal
(TD = 130/90 mmHg dasar manusia seperti
RR = 22 x /menit makan, minumdan
HR = 95 x/menit
personal hygiene.
S = 36,50C )
- Klien tidak mengeluh
nyeri dada
- Klien dapat beristirahat

25
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO
TGL JAM IMPLEMENTASI RESPON PARAF
DX
9 maret 1.2 08.00 Mengobservasi keadaan umum Do : ku sedang Bram
2016
pasien

pemberian terapi pengobatan


1.2 08.30 Do : tidak ada
sesuai program tanda-tanda
alergi
Parenteral :
Omeperazole 40 mg
Ondansetron 4 mg
Ceftriaxon 1 gr
Furosemid 20 mg
*Oral :
ISDN 5 mg
*Siringpump :
Nitrat 1,5 cc/jam

1 09.30 Memonitoring hemodinamik os. DO:


TD :
101/72mmHg
HR : 66 x/m
SPO2 : 96 %

1 09.45 Melakukan pemeriksaan EKG DO : st depresi

2 10.00 Melakukan pemeriksaan DO : terdengar


suara wheezing
auskultasi Pada bagian dada

Memotivasi pasien agar tidak


1.2 13.00 DO : pasien
mengejan mengerti apa
yang dianjurkan
oleh peraawat

26
1.2 Balance cairan :
Memonitoring balance cairan
+ 100,5cc
pasien

Iix Siwi
Operan dinas sore
14.00

1.2 14.30 Monitoring ku Ku = sedang

Monitoring haemodinamik
2 14.45 Td = 104/68
N = 100x/m
Rr=27x/m
S= 36,8 derajat
celcius

Melakukan personal hygine


1.2 15.00 Do = klien
tampak bersih

1.2 20.00 Memberikan obat sesuai advis Do= tidak ada


dokter : tanda-tanda
alergi
Omeperazole 40 mg/iv
Ondansetron 4 mg/iv
Ceftriaxon 1 gr/iv
Furosemid 20 mg/iv

Anita

1.2 20.30 Menghitung balance cairan Balance cairan


150 cc

27
21.00 Operan dinas malam

1.2 21.30
Observasi ku
Do=
Ku : sedang

1.2 23.00 Monitoring infus Do: RL 15 TPM

Do :
1.2 05.30 Monitoring haemodinamik TD : 105/70
mmHg
Rr : 26 x/m
S : 36,2 C

1.2 06.00 Menghitung balance cairan Balance cairan


+ 128cc

07.00 Operan dinas pagi

28
EVALUASI
Hari ke 1

TANGGAL/ NO. EVALUASI PARAF


JAM DX
9 maret 2016 S = Klien masih mengeluh sesak nafas Bram
O=
13.30
- EKG :
ST depresi
- Keadaan umum :
sedang
- Kesadaran :
Composmentis
- Pasien tampak menahan rasa sakit.
- GCS = 14
- Hemodinamik =
TD : 112/72 mmHg
HR :122 x/ menit
RR : 28 x / menit
Spo2 : 96 % )
- O2 = 4 lpm
- Balance cairan
- Intake :
Makanminum = 250 cc/ 7
jam
infus :
45 cc x 7 jam = 315 cc
obat = 13,1 cc
Output :
Urine = 150 cc
IWL =
15 x 75 kg / 24 x 7 jam = 327,6
- input-output =
578,1-477,6= +100,5 cc
A = masalah belum teratasi
P= lanjutkan intervensi
1,2,3,4,5,6,7

29
13.30 2 S = klien mengatakan masih lemas Anita
O=
- Keaaan umum : lem
- GCS : 15
- TTV :
TD : 112/72 mmHg
HR : 122
- Klien dapat tidur
- Klien dapat minum sendiri
A = masalah belum teratasi
P = lanjutkan intervensi
1,2,3,4
9 maret 2015 1 S = Klien masih mengeluh sesak nafas Tria
20.30
O=
- Keadaan umum :
- sedang
- Kesadaran :
Composmentis
- Pasien tampak menahan rasa sakit.
- GCS = 14
- Hemodinamik =
TD : 104/68
mmHg
N : 100 x/m
RR : 27 x/m
S : 36,8 C
- Balance cairan =
Intake
Makan minum : 300 cc/ 7
jam
infus :
45 cc x 7 jam : 315 cc
obat : 13 cc
Output
Urine : 150 cc
IWL :

30
15 x 75 kg / 24 x 7 jam : 327
- input-output =
628,1-477,6 = +150 cc
A = masalah belum teratasi
P= lanjutkanintervensi
1,2,3,4,5,6,7

2. S = klien mengatakan masih lemas Aji


O=
- Keadaan umum : lemah
- GCS : 15
- TTV :
Td : 104/68 mmHg
N = 100 x/m
Rr=27 x/m
S= 36,8 c

- Klien dapat minum sendiri


A = masalah belum teratasi
P = lanjutkan intervensi
1,2,3,4
10 maret 1 S = Klien masih mengeluh sesak nafas Imtad
2016
O=
06.00 -Keadaan umum : sedang
-Kesadaran : Composmentis
-Pasien tampak menahan rasa sakit.
-GCS = 14
- Hemodinamik :
TD : 105/70 mmhg
RR : 26 x/m
S : 36,2 c
- Balance cairan
- Intake =
Makan minum = 270 cc/ 7 jam
infus =

31
45 cc x 7 jam = 315 cc
Output =
Urine = 130 cc
IWL = 15 x 75 kg / 24 x 7 jam = 327
- input-output =
585-457= +128
A = masalah belum teratasi
P = lanjutkanintervensi
1,2,3,4,5,6,7
06.30 2 S = klien mengatakan masih lemas Iix siwi
O=
- Keadaan umum = lemah
- GCS = 15
TD : 105/70 mmHg
RR : 26 x/m
S : 36,2 c

- Klien dapat minum sendiri


A = masalah belum teratasi
P = lanjutkan intervensi
1,2,3,4

32
IMPLEMENTASI

Hari ke-2

Tanggal NO JAM IMPLEMENTASI RESPON


DX
10 `07.00 Operan dinas pagi
maret
2016

1.2 07.30 Mengobservasi keadaan umum Do : ku sedang


pasien

08.00
pemberian terapi pengobatan sesuai
1.2 Do :
program Tidak ada tanda-
tanda alergi
Parenteral :
Omeperazole 40 mg
Ondansetron 4 mg
Ceftriaxon 1gr
Furosemid 20 mg
Oral :
ISDN 5mg
iringpump :
Nitrat 1,5 cc/jam

09.00
Memonitoring hemodinamik pasien
1 Do:
TD :100/60
mmHg
HR : 67 x /m
Spo2 : 96 %
RR : 30x/m
S : 37 c

1 09.15 Melakukan pemeriksaan EKG Do : ST


DEPRESI

2 09.20 Melakukanpemeriksaanauskultasi
Do : terdengar
Padabagian dada
suara wheezing

Memotivasi pasien agar tidak


1.2 09.20 Do : pasien
mengerti apa

33
mengejan yang dianjurkan
oleh peraawat

1 Balance cairan :
Memonitoring balance cairan pasien
13.00 + 120,5

1.2 14.00 Operan dinas sore

1.2 15.00 Monitoring ku Ku = sedang

15.00 Monitoring haemodinamik TD = 104/68


2 mmHg
N = 100x/m
RR =30x/m
S = 36,8 c

15.00 Melakukan personal hygine Do = klien


1.2 tampak bersih

Do =
2 16.00 Memberikan obat sesuai advis dokter tidak ada tanda-
 Omeperazole 40mg/iv tanda alergi
 Ondansetron 4mg/iv
 Ceftriaxon 1gr/iv
 Furosemid 20 mg/iv

1.2 20.00 Balance cairan


Menghitung balance cairan +200

21.00 Operan dinas malam

Do=
1.2 Observasi ku Ku : sedang

34
`1.2 22.00 Monitoring infus Do: RL 15 TPM

Do :
1.2 22.00 Monitoring haemodinamik TD = 100/60
mmHg
RR : 30 x/m
S: 3,7 c

1.2 04.00 Memonitor TTV klien DO =


TD: tidak terkaji
N :tidak terkaji
RR : tidak terkaji
Pupil :medriasis
maksimal
Pernapasan :
apnea

1.2 04.30 Melakukan rjp

04.45 Perawatan jenazah

07.00 Operan dinas pagi

35
EVALUASI

Hari ke-2

Tanggal/ No. EVALUASI PARAF


jam dx
10 S = Klien masih mengeluh sesak nafas
maret
2016
O=
- EKG ST depresi
13.30 - Keadaan umum : lemah
- Kesadaran : Composmentis
- GCS :14
- Hemodinamik :
\TD :100/60 mmhg
HR : 67 x /m
Spo2 : 96%
- RR : 30x/m
- S : 37 c
- O2 :8 lpm
- Balance cairan
- Intake :
Makanminum = 250 cc/ 7 jam
infus =
45 cc x 7 jam = 315 cc
obat = 13,1 cc
Output
Urine = 130 cc
IWL =
15 x 75 kg / 24 x 7 jam = 327,6
- input-output =
578,1-450,5 = 120,5 cc
A = masalah belum teratasi
P= lanjutkanintervensi
1,2,3,4,5,6,7
13.30 2 S= klien mengatakan masih lemas
O=
- Keadaan umum = lemah

36
- GCS = 14
- TTV:
TD :100/60 mmHg
HR : 67x /m
Spo2 : 96%
Rr : 30x/m
S : 37 c

- Klien dapat tidur


- Klien dapat minum sendiri
A = masalah belum teratasi
P = lanjutkan intervensi
1,2,3,4
9 maret 1 S = Klien masih mengeluh sesak nafas
2015
20.30
O=
- Keadaan umum : lemah
- Kesadaran : Composmentis
- Pasien tampak menahan rasa sakit.
- GCS : 14
- Hemodinamik :
- Td : 104/68 mmHg
- N : 100 x/m
- RR : 30 x/m
- S :36,8 c

- Balance cairan
- Intake :
Makan minum : 100 cc/ 7 jam
infus : 45 cc x 7 jam = 315 cc
obat : 13 cc
Output :
Urine :70 cc
IWL : 15 x 75 kg / 24 x 7 jam : 327
input-output :
428-397= +31 cc
A = masalah belum teratasi
P= lanjutkanintervensi

37
1,2,3,4,5,6,7
2. S = klien mengatakan masih lemas
O=
- Keadaan umum = lemah
- GCS = 15
TD = 104/68 mmHg
N = 100 x/m
RR =30 x/m
S = 36,8 c

- Klien dapat minum sendiri


A = masalah belum teratasi
P = lanjutkan intervensi
1,2,3,4
10 1 S=-
maret
2016
O=
- Keadaan umum : lemah
04.30 - Kesadaran : coma
- Pasien tampak menahan rasa sakit.
- GCS = 3
- Hemodinamik
- TD : tidak terkaji
- RR : tidak terkaji
- S : tidak terkaji

A = masalah tidak teratasi


P= pasien dinyatakan meninggal dunia

04.30 2 S=-
O=
- Keadaan umum : lemah
- Kesadaran : coma
- Pasien tampak menahan rasa sakit.
- GCS = 3
- Hemodinamik
- TD = tidak terkaji
- RR = tidak terkaji
- S = terkaji

38
A = masalah tidak teratasi
P= pasien dinyatakan meninggal dunia

39
BAB IV

PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Infark jantung adalah nekrosis sebagai otot jantung akibat
berkurangnya suplai darah ke bagian otot tersebut akibat oklusi atau trombosis
arteria koronaria atau dapat juga akibat keadaan syock atau anemia akut.
Apabila seseorang mengalami nyeri dada tiba-tiba berlangsung terus-menerus,
terletak dibagian bawah sternum dan perut atas harus dilakukan tindakan
segera yaitu EKG, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan darah, dan
pemeriksaan enzim serum setelah diagnosis infark miokard akut ditegakkan
maka selanjutnya dilakukan obstruksi. Klasifikasi SKA dibagi menjadi 3,
infrak miokat dengan ST elevasi, Nstemi dan UAP(un angina pektoris. Nstemi
disebabkan oleh penurunan suplai O2 dan peningkatan kebutuhan O2 miokar
yang di perberat oleh trombus, obstruksi mekanik, dinamik, inflamasi dan
infeksi. penyakit ini di ditandai adanya nyeri dada, sesak nafas, Gangguan
gastrointertinal serta gejala lainnya.

3.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa
saran :
Saran untuk perawat :
a. Diharapkan seorang perawat agar dapat lebih profesional dengan
pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakukan
penatalaksanaan penyakit jantung dengan efektif, cepat dan tepat.
b. Diharapkan seorang perawat harus lebih terampil dan selalu siap dalam
memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam mendiagnosa suatu
masalah yang di hadapi pasienya agar tindakan dan pengobatan cepat dan
tepat sesuai kebutuhan klien
c. Diharapkan seorang perawat dalam melaksaakan tugasnya di perlukan
adanya kerjasama antar tim dan diperlukan ketersediaan prasarana yang
memadai dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan pada klien.

40
DAFTAR PUSTAKA

Joewono B,. P. (2003). Ilmu Penyakit Jantung. Airlangga University Press :


Surabaya

Kalim, H et al. (2004). Tatalaksana Sindrom Koroner Akut Tanpa ST Elevasi.


Perki

Pratanu,S .(2000). Kursus EKG. PT Karya Pembina Swajaya: Surabaya

Ruhyanudin, F. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. UMM Press : Malang

Woods S,. L. (2005). Cardiac Nursing. 5 th edition. Lippincott Williams and


Walkins : USA

Pedoman Tatalaksana : Penyakit Kardiovaskuler di Indonesia. Perhimpunan


Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2009

Brunner & Suddartth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC

41

Anda mungkin juga menyukai