Anda di halaman 1dari 6

CARA MENDIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

Disusun untuk memenuhi tugas Komunitas


Dosen Pembimbing Ns. Pera Putra Bungsu., M.Kep., Sp.Kep.Kom

Oleh

Muhamad Fadli Fajar (1718144010072)

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI


2020
A. Pengkajian Keperawatan Komunitas (SMD)

Pada tahap pengkajian ini perlu didahului dengan sosialisasi program perawatan
kesehatan komunitas serta program apa saja yang akan dikerjakan bersama-sama dalam
komunitas tersebut. Sasaran dari sosialisasi ini meliputi tokoh masyarakat baik formal
maupun informal, kader masyarakat, serta perwakilan dari tiap elemen di masyarakat
(PKK, karang taruna, dan lainnya). Setelah itu, kegiatan dianjurkan dengan
dilakukannya Survei Mawas Diri (SMD) yang diikuti dengan kegiatan Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD).
Survei Mawas Diri adalah kegiatan perkenalan, pengumpulan, dan pengkajian
masalah kesehatan oleh tokoh masyarakat dan kader setempat di bawah bimbingan
petugas kesehatan atau perawat di desa (Depkes RI, 2007).
Tujuan Survei Mawas diri adalah sebagai berikut.
1. Masyarakat mengenal, mengumpulkan data, dan mengkaji masalah kesehatan yang
ada di desa
2. Timbulnya minat dan kesadaran untuk mengetahui masalah kesehatan dan pentingnya
permasalahan tersebut untuk diatasi
Cara pelaksanaan Survei Mawas Diri adalah sebagai berikut.
1. Perawat komunitas dan kader yang ditugaskan untuk melakukan survey mawas diri
meliputi :
 Penentuan sasaran, baik jumlah KK maupun lokasinya
 Penentuan jenis informasi masalah kesehatan yang akan dikumpulkan dalam
mengenal masalah kesehatan
 Penentuan cara memperoleh informasi kesehatan, misalnya apakah akan
mempergunakan cara pengamatan atau wawancara. Cara memperoleh informasi dapat
dilakukan dengan kunjungan dari rumah ke rumah atau melalui pertemuan kelompok
sasaran
 Pembuatan instrument atau alat untuk memperoleh informasi kesehatan. Misalnya
dengan menyusun daftar pertanyaan (kuesioner) yang akan dipergunakan dalam
wawancara atau membuat daftar hal-hal yang akan dipergunakan dalam pengamatan.
2. Kelompok pelaksanaan SMD dengan bimbingan perawat di desa mengumpulkan
informasi masalah kesehatan sesuai dengan yang direncanaakan
3. Kelompok pelaksanaan SMD dengan bimbingan perawat di desa mengolah informasi
masalah kesehatan yang telah dikumpulkan sehingga dapat diperoleh perumusan
masalah kesehatan dan prioritas masalah kesehatan di wilayahnya.
B. Metode / Instrumen Pengkajian Komunitas

1. Windshield Survery
Windshield survery dilakukan dengan berjalan-jalan di lingkungan komunitas untuk
menentukan gambaran tentang kondisi dan situasi yang terjadi di komunitas, lingkungan
sekitar komunitas, kehidupan komunitas, dan karakteristik penduduk yang ditemui di
jalan saat survai dilakukan.

2. Informant Interview
Sebelum terjun ke masyarakat, instrument pengkajian sebaiknya dikembangkan dan
dipersiapkan terlebih dahulu. Instrument yang perlu dikembangkan untuk melakukan
pengkajian terhadap masyarakat antara lain kuesioner, pedoman wawancara, dan
pedoman observasi. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan agar masyarakat membina
rasa percaya (trust) dengan perawat diperlukan kontak yang lama dengan komunitas.
Perawat juga harus menyertakan lembar persetujuan (informed consent) komunitas yang
dibubuhi tanda tangan atau cap jempol akan melakukan tindakan yang membutuhkan
persetujuan komonitas. Informed consent juga mencantumkan jaminan kerahasian
terhadap isi persetujuan dan dapat yang telah disampaikan. Wawancara dilakukan
kepada key informant atau tokoh yang menguasai program.

3. Observasi Partisipasi 
Setiap kegiatan kehidupan di komunitas perlu diobservasi. Tentukan berapa lama
observasi akan dilakukan, apa, dimana, waktu, dan tempat komunitas yang akan di
observasi. Kegiatan observasi dapat dilakukan menggunakan format observasi yang
sudah disiapkan terlebih dahulu, kemudian catat semua yang terjadi, dengan tambahan
penggunaan kamera atau video. Informasi yang penting diperoleh menyangkut aktivitas
dan arti sikap atau tampilan yang ditemukan di komunitas. Observasi dilakukan terhadap
kepercayaan komunitas, norma, nilai, kekuatan, dan proses pemecahan masalah di
komunitas.

4. Focus Group Discussion (FGD)


FGD merupakan diskusi kelompok terarah yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi yang mendalam tentang perasaan dan pikiran mengenai satu topic melaui
proses diskusi kelompok, berdasarkan pengalaman subjektif kelompok sasaran terhadap
satu institusi/produk tertentu
FGD bertujuan mengumpulkan data mengenai persepsi terhadap sesuatu, misalnya,
pelayanan yang dan tidak mencari consensus serta tidak mengambil keputusan menganai
tindakan yang harus dilakukan.
Peserta FGD terdiri dari 6-12 orang dan harus homogen, dikelompokkan berdasarkan
kesamaan jenis kelamin, usia, latar belakang social ekonomi (pendidikan,suku, status
perkawinan, dsb).  Lama diskusi maksimal 2 jam. Lokasi FGD  harus memberikan situasi
yang  aman dan nyaman sehingga menjamin narasumber berbicara terbuka dan wajar
Perekam jalannya diskusi yang paling utama adalah pengamat merangkap pencatat
(observer dan recorder) hal yang perlu dicatat adalah tanggal diskusi, waktu diskusi
diadakan, tempat diskusi, jumlah peserta, tingkat partisipasi peserta, gangguan selama
proses diskusi, pendapat peserta apa yang membuat peserta menolak menjawab atau
membaut peserta tertawa, kesimpulan  diskusi , dan sebagainya. Pengguanaan alat
perekam saat SGD berlangsung harus mendapat  izin dari responden terlebih dahulu.
Sebelum membuat instrument pengkajian keperawatan komunitas seperti kuisioner,
pedoman wawancara, pedomanobservasi, atau windshield survey, kisi-kisi instrument
pengkajian sebaiknya dibuat terlebih dahulu, agar data yang akan ditanyakan dan dikaji
kepada komunitas tidak tumpang tindih sehingga waktu yang digunakan lebih efektif dan
efisian.

Table kisi-kisi instrument pengkajian komunitas

N variabel Sub- Item Sumber strategi


o variabel pertanyaan data
1 Core demografi Nama Data kuisioner
Usia primer
Jenis
kelamin
2 Lingkungan
fisik
3 Pendidikan
4 Komunikasi
5 Layanan
kesehatan dan
social
6 Keamanan
dan
transportasi
7 Ekonomi
8 Politik dan
pemerintahan
9 rekreasi

C. Diagnosis Keperawatan Komunitas


Selain data primer,  data skunder yang diperoleh melalui laporan/dokumen
yang sudah dibuat di desa/kelurahan puskesmas, kecamatan, atau dinas kesehatan,
musalnya laporan tahunan puskesmas, monografi desa, profil kesehatan, dsb, juga
perlu dikumpulkan dari komunitas. Setelah dikumpulkan melalui pengkajian, data
selanjutnya dianalisis, sehingga perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan.
Diagnosis dirumuskan terkait garis pertahanan yang mengalami kondisi
terancam. Ancaman terhadap garis pertahanan fleksibel memunculkan diagnosis
potensial; terhadap garis normal memunculkan diagnosis resik; dan terhadap garis
pertahanan resisten memunculkan diagnosis actual/gangguan. Analisis data dibuat
dalam bentuk matriks

Diagnosis keperawatan komunitas disusun berdasarkan jenis diagnosis sebagai


berikut.
1) Diagnosis sejahtera
Diagnosis sejahtera/ wellness digunakan bila komunitas mempunyai potensi untuk
ditingkatkan, belum ada data maladapti. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas
potensial, hanya terdiri dari komponen problem (p) saja, tanpa komponen etiologi (e).
Contoh diagnosis sejahtera/ wellness:
Potensial peningkatan tumbuh kembang pada balita dir t 05 rw 01 desa x
kecamatan A, ditandai dengan cakupan imunisasi 95% (95%), 80% berat badan balita
di atas garis merah KMS, 80% pendidikan ibu adalah SMA, cakupan posyandu 95%.

2) Diagnosis ancaman ( risiko) 


Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, tetapi
sudah ditemukan beberapa data maladaptive yang memungkinkan timbulnya gangguan.
Perumusan diagnosis keperawatan komunitas risiko terdiri atas problem (p), etiologi (e) ,
dan symptom/ sign (s).
Contoh diagnose risiko:
Resiko terjadinya konflik psikologis pada warga RT 05, RW 01 desa x
kecamatan A yang berhubungan dengan koping masyarakat yang tidak efektif
ditandai dengan pernah terjadi perkelahian antar- RT, kegiatan gotonbg royong , dan
silaturahmi, rutin rw jarang dilakukan, penyuluhan kesehatan terkait kesehatan jiwa
belum pernah dilakukan, masyarakat sering berkumpul dengan melakukan kegiatan
yang tidak positif seperti berjudi.

3) Diagnosis actual/ gangguan


Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan/ masalah kesehatandi
komunitas, yang didukung oleh beberapa data maladaptive. Perumusan diagnosis
keperawatan komunitas actual terdiri atas problem (p), etiologi (e), dan symptom/sign (s)
Contoh diagnosis actual:
gangguan/masalah kesehatan reproduksi pada agregat remaja yang
berhubungan dengan kurangnya kebiasaan hygiene Personal, ditandai dengan 92%
remaja mengatakan mengalami keputihan patologis, upaya yang dilakukan remaja
dalam mengatasi keputihan 80% didiamkan saja, 92% remaja mengatakan belum
pernah memperoleh informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan.
Tingginya kasus diare di wilayah RW 5 kelurahan X yang berhubungan
dengan tidak adekuatnya penggunaan fasilitas layanan kesehatan untuk
penanggulangan diare, keterbatasan, dan kualitas sarana pelayanan diare.

Anda mungkin juga menyukai