Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TENTANG CONTOH DARI STRATEGI INTERVENSI

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Disusun untuk memenuhi tugas Komunitas


Dosen Pembimbing Ns. Pera Putra Bungsu., M.Kep., Sp.Kep.Kom

Oleh

Muhamad Fadli Fajar (1718144010072)

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI


2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini, yang mana makalah ini merupakan Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Komunitas mengenai Contoh Dari strategi Intervensi Keperawatan Komunitas.
Makalah yang penulis buat ini mudah-mudahan dapat menambah wawasan
penulis dan pembaca, serta dapat memenuhi tugas Keperawatan Komunitas yang
diberikan dosen.
Penulis menyadari makalah ini banyak kekurangan dan belum sempurna
serta memuaskan, namun demikian penulis mengharapkan sekali kritik dan saran
untuk kesempurnaan di masa mendatang.

Payakumbuh, 02 April 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Para ahli mendefenisikan komunitas atau masyarakat dari berbagai
sudut pandang, WHO (1974) mendefenisikan sebagai kelompok sosial yang
ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang
sama serta adanya saling mengenal dan berinteraksi antara anggota
masyarakat yang satu dengan yang lainnya, sedangkan Spradley (1985)
mendefenisikan komunitas sebagai sekumpulan orang yang saling bertukar
pengalaman penting dalam hidupnya. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ckomunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah
tertentu, yang memiliki nilai-nilai keyakinan minta relatif sama serta ada
interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan.
Dalam pelaksanaannya Asuhan Keperawatan komunitas diupayakan
dekat dengan komunitas, sehingga strategi pelayanan kesehatan utama
merupakan pendekatan yang juga menjadi acuan. Artinya upaya pelayanan
atau asuhan yang diberikan merupakan upaya essensial atau sangat dibutuhkan
komunitas secara universal upaya tersebut mudah dijangkau.
Dengan demikiaan di dalam keperawatan komunitas penggunaan
teknologi tepat guna, tumbuh kembang pada balita di wilayah binaannya,
seyogyanya ia bisa memilih alat permainan edukatif sederhana yang tersedia
di wilayah tersebut.Bantuan yang diberikan karena ketidakmampuan,
ketidaktahuan dan ketidakmauan dengan menggunakan potensi lingkungan
untuk mendirikan masyarakat, sehingga pengembangan wilayah setempat
(Locality Development) merupakan bentukpengorganisasian yang tepat
digunakan.
Implementasi keperawatan dilakukan haruslah yang dapat dilakukan
oleh perawat secara mandiri, maupun dengan berkolaborasi dengan tim
kesehatan lain melalui lintas program atau lintas sektoral. Pada kenyataannya
belum semua tenaga keperawatan komunitas memberikan pelayanan sesuai
konsep.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Contoh Dari strategi Intervensi Keperawatan Komunitas?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan menjelaskan Contoh Dari strategi Intervensi
Keperawatan Komunitas.

2. Tujuan Khusus
Mampu memahami dan menjelaskan proses Contoh Dari strategi
Intervensi Keperawatan Komunitas.

D. Manfaat

Terkait dengan tujuan maka makalah pembelajaran ini diharapkan dapat


memberi manfaat.

1. Dari segi akademis, merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan


khususnya dalam asuhan keperawatan komunitas dalam bidang sistem
Komunitas.
2. Dari segi praktis, makalah pembelajaran ini bermanfaaat bagi :
a. Bagi mahasiswa Stikes Yarsi Sumbar Bkt
Hasil makalah pembelajaran ini dapat menjadi masukkan bagi
mahasiswa Stikes Yarsi Sumbar Bkt lainnya dalam intervensi
keperawatan komunitas.
b. Untuk Penulis

Hasil penulisan makalah ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis
berikutnya yang akan melakukan penulisan intervensi keperawatan komunitas
dalam bidang sistem Komunitas.
BAB II
PEMBAHASAN

INTERVENSI/ RENCANA KEPERAWATAN

A. Defenisi

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana


tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis eperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien (Pusdiklat DJJ Keperawatan). Jadi
perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat
disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah
ditetapkan dan rencana keperawatan.
 

B. Strategi intervensi dan pengorganisasian


masyarakat

Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah


(1) kemitraan (partnership), (2) pemberdayaan
(empowerment), (3) pendidikan kesehatan, dan (4) proses
kelompok (Hitchcock, Schubert, & Thomas 1999; Helvie,
1998). Strategi intervensi pendidikan kesehatan dalam
pengelolaan diabetes secara mandiri juga diuraikan pada
bagian berikut:

1) Kemitraan

Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja


sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Perawat
spesialis komunitas perlu membangun dukungan,
kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme
peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi
implementasi PKP. Anderson dan McFarlane (2000)
dalam hal ini mengembangkan model keperawatan
komunitas yang memandang masyarakat sebagai mitra
(community as partner model). Fokus dalam model
tersebut menggambarkan dua prinsip pendekatan
utama keperawatan komunitas, yaitu (1) lingkaran
pengkajian masyarakat pada puncak model yang
menekankan anggota masyarakat sebagai pelaku
utama pembangunan kesehatan, dan (2) proses
keperawatan.
Asumsi dasar mekanisme kolaborasi perawat
spesialis komunitas dengan masyarakat tersebut adalah
hubungan kemitraan yang dibangun memiliki dua
manfaat sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif
masyarakat dan keberhasilan program kesehatan
masyarakat (Kreuter, Lezin, & Young, 2000).
Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif
mereka dalam pembangunan kesehatan dapat
meningkatkan dukungan dan penerimaan terhadap
kolaborasi profesi kesehatan dengan masyarakat
(Schlaff, 1991; Sienkiewicz, 2004). Dukungan dan
penerimaan tersebut dapat diwujudkan dengan
meningkatnya sumber daya masyarakat yang dapat
dimanfaatkan, meningkatnya kredibilitas program
kesehatan, serta keberlanjutan kemitraan perawat
spesialis komunitas dengan masyarakat (Bracht, 1990).
Kemitraan dalam PKP dapat dilakukan perawat
komunitas melalui upaya membangun dan membina
jejaring kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait
(Robinson, 2005) dalam upaya penanganan pada baik di
level keluarga, kelompok, maupun komunitas. Pihak-
pihak tersebut adalah profesi kesehatan lainnya, stakes
holder (Puskesmas, Dinas Kesehatan Kota, Departemen
Kesehatan, Departemen Sosial, Pemerintah Kota),
donatur/sponsor, sektor terkait, organisasi masyarakat
(TP-PKK, Lembaga Indonesia/LLI, Perkumpulan , atau
Klub Jantung Sehat Yayasan Jantung Indonesia), dan
tokoh masyarakat.setempat.

2) Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara


sederhana sebagai proses pemberian kekuatan atau
dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif
kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan
mandiri untuk membentuk pengetahuan baru
(Hitchcock, Scubert, & Thomas, 1999). Pemberdayaan,
kemitraan dan partisipasi memiliki inter-relasi yang kuat
dan mendasar. Perawat spesialis komunitas ketika
menjalin suatu kemitraan dengan masyarakat maka
dirinya juga harus memberikan dorongan kepada
masyarakat. Kemitraan yang dijalin memiliki prinsip
“bekerja bersama” dengan masyarakat bukan “bekerja
untuk” masyarakat, oleh karena itu perawat spesialis
komunitas perlu memberikan dorongan atau
pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul
partisipasi aktif masyarakat (Yoo et. al, 2004).
Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari
upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas,
kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Nies &
McEwan, 2001).
Kemandirian agregat dalam PKP berkembang melalui
proses pemberdayaan. Tahapan pemberdayaan yang
dapat dilalui oleh agregat (Sulistiyani, 2004), yaitu:

a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku


menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa
membutuhkan kemampuan dalam mengelola secara
mandiri. Dalam tahap ini, perawat komunitas
berusaha mengkondisikan lingkungan yang kondusif
bagi efektifitas proses pemberdayaan agregat .

b. Tahap transformasi kemampuan berupa


pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan
secara mandiri agar dapat mengambil peran aktif
dalam lingkungannya. Pada tahap ini agregat
memerlukan pendampingan perawat komunitas.

c. Tahap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan


sehingga terbentuk inisiatif dan kemampuan inovatif
untuk mengantarkan pada kemandirian mengelola.
Pada tahap ini dapat melakukan apa yang diajarkan
secara mandiri.

3) Pendidikan Kesehatan
Strategi utama upaya prevensi terhadap kejadian
adalah dilakukannya kegiatan pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan mengurangi disabilitas serta
mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki
oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
(Swanson & Nies, 192011). Pendidikan kesehatan dapat
dikatakan efektif apabila dapat menghasilkan
perubahan pengetahuan, menyempurnakan sikap,
meningkatkan ketrampilan, dan bahkan mempengaruhi
perubahan di dalam perilaku atau gaya hidup individu,
keluarga, dan kelompok (Pender, Murdaugh, & Parsons,
2002). Pendidikan kesehatan diharapkan dapat
mengubah perilaku untuk patuh terhadap saran
pengelolaan.secara.mandiri.
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara
individu, kelompok, maupun komunitas. Upaya
pendidikan kesehatan di tingkat komunitas penting
dilakukan dengan beberapa alasan, yaitu: individu akan
mudah mengadopsi perilaku sehat apabila
mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya
terutama dukungan keluarga, intervensi di tingkat
komunitas dapat mengubah struktur sosial yang
kondusif terhadap program promosi kesehatan, unsur-
unsur di dalam komunitas dapat membentuk sinergi
dalam upaya promosi kesehatan (Meillier, Lund, &
Kok,.1996).
Intervensi keperawatan melalui pendidikan
kesehatan untuk menurunkan risik dan komplikasinya
dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1)
pencegahan primer, (2) pencegahan sekunder, dan (3)
pencegahan tersier. Pendidikan kesehatan dalam tahap
pencegahan primer bertujuan untuk menurunkan risiko
yang dapat mengakibatkan . Pendidikan kesehatan
dalam tahap pencegahan sekunder bertujuan untuk
memotivasi kelompok berisiko melakukan uji skrining
dan penatalaksanaan gejala yang muncul, sedangkan
pada tahap pencegahan tersier, perawat dapat
memberikan pendidikan kesehatan yang bersifat
readaptasi, pendidikan kesehatan untuk mencegah
komplikasi terulang dan memelihara stabilitas
kesehatan .

4) Proses Kelompok
Proses kelompok merupakan salah satu strategi
intervensi keperawatan yang dilakukan bersama-sama
dengan masyarakat melalui pembentukan sebuah
kelompok atau kelompok swabantu (self-help group).
Intervensi keperawatan di dalam tatanan komunitas
menjadi lebih efektif dan mempunyai kekuatan untuk
melaksanakan perubahan pada individu, keluarga dan
komunitas apabila perawat komunitas bekerja bersama
dengan masyarakat. Berbagai kelompok di masyarakat
dapat dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan
kebutuhan masyarakat setempat, misalnya Posbindu,
Bina Keluarga , atau Karang. Kegiatan pada kelompok
ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai oleh agar dapat mencapai masa tua yang sehat,
bahagia, berdaya guna, dan produktif selama mungkin
(Depkes RI,1992).
Menurut penelitian, yang mengikuti secara aktif
sebuah kelompok sosial dan menerima dukungan dari
kelompok tersebut akan memperlihatkan kondisi
kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada
yang lebih sedikit mendapatkan dukungan kelompok
(Krause,2011). Bentuk dukungan kelompok ini juga
terkait dengan rendahnya risiko morbiditas dan
mortalitas (Berkman, Leo-Summers, & Horwitz, 1992).
Meskipun penjelasan risiko morbiditas dan mortalitas
tersebut tidak lengkap dikemukakan, beberapa laporan
menekankan bahwa dukungan yang diterimadapat
meningkatkan pemanfaatan dan kepatuhan individu
terhadap pelayanan yang diinginkan dengan mengikuti
informasi yang diberikan, ikut serta dalam kelompok
dan meningkatkan perilaku mencari bantuan kesehatan.
(Cohen,.1988).
Berdasarkan strategi intervensi yang telah
ditentukan oleh perawat komunitas seperti tersebut di
atas, selanjutnya dilakukan pengorganisasian
masyarakat. Pengorganisasian masyarakat sebagai
suatu proses merupakan sebuah perangkat perubahan
komunitas yang memberdayakan individu dan kelompok
berisiko (agregat) dalam menyelesaikan masalah
komunitas dan mencapai tujuan yang diinginkan
bersama. Menurut Helvie (1998), terdapat tiga model
pengorganisasian masyarakat yaitu:
I. Model Pengembangan Masyarakat (Locality
Development)
Model pengembangan masyarakat
didasarkan pada upaya untuk memaksimalkan
perubahan yang terjadi di komunitas, di mana
masyarakat dilibatkan dan berpartisipasi aktif
dalam menentukan tujuan dan pelaksanaan
tindakan. Tujuan dari model pengembangan
masyarakat adalah (1) agar individu dan
kelompok-kelompok di masyarakat dapat
berperan-serta aktif dalam setiap tahapan proses
keperawatan, dan (2) perubahan perilaku
(pengetahuan, sikap dan tindakan) dan
kemandirian masyarakat yang dibutuhkan dalam
upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan
status kesehatannya di masa mendatang (Nies &
McEwan, 2001; Green & Kreuter, 1991). Sejalan
dengan Mapanga dan Mapanga (2004) tujuan dari
proses keperawatan komunitas pada adalah
meningkatkan kemampuan dan kemandirian
fungsional agregat melalui pengembangan kognisi
dan kemampuan merawat dirinya sendiri.
Pengembangan kognisi dan kemampuan agregat
difokuskan pada dayaguna aktifitas kehidupan,
pencapaian tujuan, perawatan mandiri, dan
adaptasi terhadap permasalahan kesehatan
sehingga akan berdampak pada peningkatan
partisipasi aktif .

II. Model.Perencanaan.Sosial.(Social.Planning)
Model perencanaan sosial dalam pengelolaan
agregat lebih menekankan pada teknik
menyelesaikan masalah kesehatan agregat dari
pengelola program di birokrasi, misalnya Dinas
Kesehatan atau Puskesmas. Kegiatan bersifat
kegiatan top-down planning. Tugas perencana
program kesehatan adalah menetapkan tujuan
kegiatan, menyusun rencana kegiatan, dan
mensosialisasikan rencana tindakan kepada
masyarakat. Perencana program harus memiliki
kemampuan dan ketrampilan untuk
menyelesaikan permasalahan yang kompleks
termasuk kemampuan untuk mengorganisasikan
lintas sektor terkait.

III. Model.Aksi.Sosial.(Social.Action)
Model aksi sosial menekankan pada
pengorganisasian masyarakat untuk
memperjuangkan isu-isu tertentu terkait dengan
permasalahan yang sedang dihadapi agregat ,
misalnya kampanye gaya hidup sehat untuk
mencegah penyakit diabetes. Tingkat dan bentuk
intervensi keperawatan komunitas.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson dan McFarlane .2000 .Buku ajar kepeawatan komunitas .Jakarta:EGC

Achjar,komang ayu henny .2011.Asuhan keperawatan komunitas teori dan


praktik .Jakarta:EGC

Stanhope dan Lancaster.2000.Keperawatan komunitas .Jakarta:EGC

Mubarak,wahid iqbal dan nurul chayatin. 2009 . Ilmu kesehatan masyarakat:teori


dan aplikasi.Jakarta :Salemba medika

Anda mungkin juga menyukai