Anda di halaman 1dari 4

Judul

Perubahan Sosial Budaya (Studi Kasus: Perubahan Gaya Hidup Anak Muda di Desa
Wironanggan Sukoharjo)

Peneliti

Kris Cahyani Ermawati dan Judith Aditya Sari (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid
Surakarta)

Analisis

Sesuai dengan judul penelitian, para peneliti melakukan studi kasus mengenai perubahan
sosial, tepatnya perubahan gaya hidup anak muda di Desa Wironanggan Sukoharjo, yang
terletak sekitar 12 km dari pusat kota Solo, 6 km ke arah Selatan dari Bandara Adi Sumarmo
Solo. Terpilihnya Desa Wironanggan oleh peneliti dikarenakan desa ini merupakan desa yang
tidak terlalu besar, namun banyak sekali anak muda yang sudah terpengaruh akibat budaya
globalisasi.

Penelitian ini di latar belakangi oleh fenomena globalisasi yang berkembang begitu pesat
serta pengaruhnya yang dapat dengan cepat terlihat di masyarakat. Dimana pengaruh unsur-
unsur budaya global dapat memasuki dunia lokal dengan sangat intensif. Pengaruh tersebut
dapat dianggap sebagai serangan atas identitas suatu bangsa, yaitu budaya yang merupakan
inti dari kehidupan berbangsa.Peneliti menyebutkan gaya hidup kongko-kongko di kafe
menjadi trend dalam masyarakat kita, yang tanpa kita sadari sebagai salah satu contoh dari
pengaruh globalisasi.

Menurut peneliti, perkembangan suatu daerah tidak dapat dipisahkan dari peran serta anak
muda dalam kaitannya dengan pengaruh globalisasi. Salah satunya adalah perubahan gaya
hidup anak muda di desa yang mengalami pergeseran. Yang mana hal serupa pun terjadi di
Desa Wironanggan. Misalnya, para pemuda yang mulanya hanya nongkrong di poskamling,
kini memilih kafe demi mengikuti trend agar mereka menjadi anak modern lewat pembelian
pola dan gaya hidup. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi
dengan lingkungan, sehingga peneliti menyimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup
seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat, dan pendapatnnya dalam membelanjakan
uang dan mengalokasikan waktu. Selain perubahan dalam cara berbicara ataupun cara
berpakaian, perubahan lain yang terjadi adalah munculnya sifat konsumtif terhadap produk
bermerek, juga seringnya pergi keluar di malam hari seperti clubbing, nge-mall, atau jalan-
jalan (hangout).

Perubahan budaya anak muda di Desa Wironanggan menyebabkan mereka bersifat kekotaan,
dan hal tersebut baik langsung maupun tidak memiliki kaitan dengan urbanisasi. Urbanisasi
merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota, yang pada hakikatnya terkait erat
dengan persoalan tradisi dan modernitas. Tak hanya itu, masyarakat urban juga identik
dengan industrilisasi dan konsumsi gaya hidup telah menyuburkan keberadaan “anggota
masyarakat modern khususnya anak muda” atau sosialita. Yang dimaksud dengan sosialita
oleh para peneliti disini adalah fenomena gemerlap.

Peneliti sampai pada kesepakatan bahwa perubahan gaya hidup terjadi akibat urbanisasi
masyarakat dan globalisasi. Dikatakan demikian sebab anak muda yang pernah tinggal di
kota dan kembali kedesanya akan membawa dampak perubahan gaya hidup di lingkungan
anak muda di desa. Seperti yang Zelinsky dan Lewis katakan bahwa mobilitas penduduk
memegang peranan penting dalam perubahan sosial budaya dengan cara membaa masyarakat
dari kehidupan tradisional ke suasana dan cara hidup modern yang dibawa dari luar. Dan hal
tersebut dianggap sebagai pergeseran nilai dan norma serta jaringan dan pola hubungan
kekerabatan di pedesaan (Haryono, 2010).

Dari uraian latar belakang yang dinyatakan oleh peneliti, dapat ditarik rumusan permasalahan
yaitu “Bagaimana perubahan gaya hidup anak muda di Desa Wironanggan?”, yang tentunya
bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan gaya hidup anak muda di desa tersebut.
Dan para peneliti juga berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca baik secara akademis, sebagai tambahan informasi atau referensi.

Sebagai penulis, saya setuju dengan apa yang dinyatakan peneliti dalam tulisannya. Peneliti
menggunakan teori gaya hidup sebagai tinjauan pustaka dan dua teori sebagai sebuah
landasan. Teori pertama yang peneliti gunakan adalah teori modernisasi. Dalam tulisannya,
peneliti menjelaskan bahwa lewat asumsinya teori modernisasi adalah teori yang paling
dominan dalam menentukan perubahan gaya hidup. Pertama, modernisasi merupakan proses
bertahap, yang diawali dengan tahap primitif hingga modern. Dalam kasus ini, dapat kita tahu
bahwa anak-anak muda atau bahkan seluruh warga di Desa Wironanggan ini mulanya adalah
adalah masyarakat yang terisolir dan tertutup, hingga akhirnya mencapai suatu masa dimana
perkembangan teknologi mulai masuk dan diterima oleh masyarakat. Setelah masyarakat
dapat menerima kehadiran teknologi, tentunya masyarakat akan menggunakan teknologi
tersebut demi kepentingan pribadi. Lewat penggunaan teknologi itulah, masyarakat
khususnya anak muda di Desa Wironanggan mendapatkan berbagai macam informasi secara
cepat, baik lewat penggunaan teknologi media massa ataupun media sosial. Informasi yang
didapatkan pasti memiliki pengaruh terhadap penerimanya, baik pengaruh baik ataupun
buruk. Hal tersebut yang menjadi awal munculnnya gejala perubahan sosial pada anak muda
di Desa Wironanggan, khususnya pada era globalisasi seperti ini. Sebagai contoh, melalui
teknologi seperti handphone dan penggunaan sosial media yang dimiliki oleh setiap anak
muda. Maka, ketika mereka melihat sesuatu yang sedang menjadi trend dan dianggap keren,
mereka akan mengikuti trend tersebut agar tidak kelihatan ketinggalan zaman. Misalnya,
anak muda yang sekarang lebih sering menghabiskan waktu di dalam kafe, seperti Starbucks,
KFC atau tempat karaoke.

Kedua, modernisasi merupakan proses homogenisasi, yang merupakan proses menuntut


kesamaan dan kemiripan. Seperti yang dituliskan oleh peneliti bahwasanya perubahan gaya
hidup terjadi akibat globalisasi dan urbanisasi. Adanya proses urbanisasi memegang penting
peranan dalam perubahan sosial budaya dengan membawa masyarakat dari kehidupan
tradisional ke suasana dan cara hidup modern yang dibawa dari luar. Oleh sebab itu, anak
muda di Desa Wironanggan rela mengeluarkan biaya di waktu luangnya untuk nongkrong di
kafe atau mengubah cara bicaranya menjadi lebih gaul agar terlihat lebih modern. Sehingga
dengan pola dan gaya hidup seperti itu membuat mereka kelihatan memiliki jiwa kekotaan
yang setara dengan masyarakat urban yang pernah tinggal di kota.

Ketiga, modernisasi merupakan proses Eropanisasi dan Westernisasi. Untuk proses tersebut,
seperti apa yang sudah disebutkan peneliti jika pengaruh budaya global dapat memasuki
budaya lokal dengan begitu cepat. Terbukti dengan anak-anak muda Desa Wironanggan yang
mulai merubah cara mereka berbicara menjadi seperti kebarat-baratan dan perlahan
meninggalkan logat adat mereka. Mereka mulai menggunakan bahasa gaul seperti ”Ok bro”
atau “kepo” dalam pembicaraan sehari-hari yang berakhir menjadi sebuah kebiasaan. Selain
itu, perilaku hidup konsumtif dengan membeli barang-barang yang bermerek juga merupakan
salah satu pengaruh dari proses Westernisasi yang terjadi di Desa ini.

Keempat, modernisasi merupakan proses yang tidak berjalan mundur. Tentunya ketika proses
modernisasi sudah berlangsung, proses tersebut pun tak dapat dihentikan. Seiring dengan
berjalannya waktu, kebutuhan manusia pun semakin meningkat sehingga memungkinkan
terjadinya perkembangan teknologi berikut dengan pengaruh yang dihasilkannya. Diawali
dengan perubahan gaya hidup anak-anak muda di Desa Wironanggan yang kini lebih suka
nongkrong di kafe. Lalu, merambat kepada perubahan gaya hidup dalam cara berpakaian,
berbicara dan sikap maupun perilaku.

Kelima, modernisasi merupakan perubahan progesif. Perubahan gaya hidup yang terjadi pada
Desa Wironanggan menjadi bukti nyata bahwa modernisasi merupakan sebuah proses yang
meningkat dan terjadi dengan cepat. Yang mulanya Desa Wironanggan jauh dari jangkauan
teknologi, dimana anak-anak muda disana masih bersifat sangat tradisional, kini sudah mulai
meninggalkan ketradisionalan mereka menjadi kebarat-baratan seiring dengan masuknya
pengaruh globalisasi tanpa kita sadari.

Keenam, modernisasi memerlukan waktu panjang. Seperti yang sudah disebutkan diawal,
perubahan gaya hidup di Desa Wironanggan terjadi secara bertahap. Mulai dari masyarakat
yang awalnya tradisonal, lalu mulai mentransisikan dirinya untuk menerima kehadiran
teknologi hingga akhirnya kini menggunakan teknologi sebagai bagian dalam kehidupan.
Dan tentunya perubahan tersebut memakan waktu yang tidak sebentar, sebab masyarakat
butuh waktu lebih untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi yang ada. Belum
lagi, dengan pengaruh yang dibawa oleh perubahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai