Anda di halaman 1dari 5

MESOPOTAMIA

a. Ziggurat

Ziggurat Besar Ur yang baru direkonstruksi di Irak.

Ziggurat (bahasa Akadia: ziqqurat, D-stem zaqāru "dibangun di daerah yang tinggi") adalah
monumen besar yang dibangun di lembah Mesopotamia Kuno dan dataran tinggi Iran bagian
barat, yang berbentuk piramida berundak yang tersusun atas kisah atau tingkat yang mundur.
Terdapat 32 ziggurat di dan dekat Mesopotamia yang diketahui. 28 terletak di Irak, dan 4 ada di
Iran. Ziggurat yang terkenal termasuk Ziggurat Besar Ur dekat An-Nashiriyah, Irak; Ziggurat
Aqar Quf dekat Baghdad, Irak; Chogha Zanbil di Khūzestān, Iran; Tappeh Sialk dekat Kashan,
Iran, yang paling akhir ditemukan; dan lain-lain.

b. Babilonia
Taman Gantung Babilonia

Lukisan Taman Gantung Babilonia pada abad 16. Oleh seniman Jerman bernama Martin Heemskerck

Taman Gantung Babilonia (dikenal pula sebagai Taman Tergantung Semiramis) dan
tembok-tembok Babylon adalah salah satu di antara Tujuh Keajaiban Dunia Kuno yang terletak
di Al-Hillah, 50 kilometer selatan Baghdad, Irak di sebelah tebing timur Sungai Euphrates.

Taman Tergantung sebenarnya tidaklah betul-betul "tergantung" seperti terikat dengan tali.
Namanya berasal dari terjemahan kata Yunani Kremastos atau kata Latin pensilis, yang
bermaksud bukan hanya "tergantung” tetapi "anjung," seperti terletak di atas berandah atau suatu
teras.
Catatan sejarah
Taman ini dibangun oleh Nebukadnezar II, cucu Raja Hammurabi yang terkenal, sekitar tahun 600 SM
sebagai hadiah untuk istrinya yang merindukan rumahnya, Amyitis. Amytis merindukan pohon-pohon
dan tanaman wanginya di Persia, sedangkan dalam tulisan lain dikatakan bahwa istri Nebukadnezar II
bernama Amuhia dan ia berasal dari Nusantara.[1] Taman ini diperkirakan hancur sekitar 2 abad sebelum
masehi. Kemudian Taman gantung ini di dokumentasikan oleh sejarawan Yunani seperti Strabo dan
Diodorus Circulus.

c. Assyria

Relief Iamassu, banteng bersayap berkepala manusia dari periode Assyria Baru

Kekaisaran Assyria Baru adalah sebuah kekaisaran dalam sejarah Mesopotamia yang berdiri
pada tahun 934 SM dan berakhir pada tahun 609 SM.[1] Pada periode ini, Assyria mencapai
posisi seabgai negara paling kuat di dunia, berhasil melampaui Babilonia, Mesir,
Urartu/Armenia[2] dan Elam dalam hal dominasi atas Timur Dekat, Asia Kecil, Kaukasus, Afrika
Utara, dan Mediterania timur, meskipun baru setelah adanya reformasi oleh Tiglath-Pileser III
pada abad ke-8 SM,[3][4] Assyria menjadi kekaisaran yang amat besar. Assyria pada awalnya
adalah sebauh kerajaan Akkad yang berkembang pada abad ke-25 dan ke-24 SM. Para raja awal
Assyria, misalnya Tudiya, merupakan penguasa kecil, dan setelah pendirian Kekaisaran Akkad,
yang bertahan dari tahun 2334 SM hingga 2154 SM, para raja Assyria menjadi bawahan Sargon
dari Akkad, yang menyatukan semua penutur bahasa Akkad dan Sumer di Mesopotamia di
bawah kekuasaan tunggal.

d. Persia
Kekaisaran Persia (Persia: ‫ )امپراتوری ایران‬adalah sejumlah kekaisaran bersejarah yang berkuasa
di Dataran Tinggi Iran, tanah air asal Bangsa Persia, dan sekitarnya termasuk Asia Barat, Asia
Tengah dan Kaukasus. Saat ini, istilah Persia sering merujuk kepada Iran; Persia digunakan
untuk isu sejarah, dan kebudayaan, dan Iran digunakan untuk isu politik. Bangsa yang
dikemudian hari memproklamirkan diri sebagai Republik Islam Iran ini didominasi oleh Syi'ah.

Ibukotanya adalah Persepolis. Persia didirikan oleh Cyrus yang Agung dan masa kejayaannya dipimpin
oleh Darius yang Agung. Persia diajar oleh Zarathustra dimana ajarannya disebut Zoroantriasme. Inti
ajarannya adalah ritual menyembah api. Orang Persia percaya akan keberadaan seorang Dewa yang
baik bernama Ahura Mazda dan Dewa Jahat bernama Angro Mainyu. Di dunia akhirat mereka percaya
bahwa Ahura Mazda akan mengalahkan Angro Mainyu.

e. Mesir

 Terletak di Lembah Sungai Nil


 Dikatakan merupakan ‘Hadiah dari Sungai Nil’ ( Oleh Herodotus )
 Hidup dengan prinsip Challenge and Respond. Challengenya adalah banjir yang datang terus
menerus pada jangka waktu yang sama. Sebagai Respond, rakyat Mesir membangun bendungan
untuk menghindari hal yang lebih buruk terjadi.

Hasil Budaya

1. Piramida, seperti Piramida Jozer yang didirikan di Sekkarah. Struktur bangunannya masih
primitif dan tampak kuno. Piramida terbesar adalah Piramida Giza / Gizeh yang didirikan oleh
Firaun Chufu, Chefren / Chevren, dan Menkaure.
2. Kuil, untuk tempat pemujaan seperti Rhamsesseum dan Kuil Abu Simbel untuk Ramses 2
3. Sphinx, yang melambangkan kekuatan dan kecerdasan otak manusia
4. Obelisk, tugu-tugu pemujaan

KepercayaanBersifat Politeisme. Mesir Kuno menyembah Dewa Matahari, yaitu Dewa Ra.
Mesir Pertengahan menyembah Dewa Osiris, yaitu Dewa yang menjadi Hakim di Akhirat, Mesir
Baru menyembah dwidewa yaitu Amon-Ra, gabungan dari Dewa Bulan dan Dewa Matahari.
Dikatakan bahwa Dewi Isis / Dewi Sungai Nil adalah istri dari Dewa Osiris.
ARSITEKTUR KLASIK YUNANI

adalah karya arsitektur yang dihasilkan oleh orang berbahasa Yunani (orang Helenik) yang
budayanya berkembang di daratan Yunani dan Peloponnesos, Kepulauan Aegea, serta koloni-
koloninya di Anatolia dan Italia sepanjang suatu periode dari kr. 900 SM sampai abad ke-1 M,
yang mana karya-karya arsitektural paling awal yang masih terlestarikan berasal dari sekitar
tahun 600 SM.[1]

Arsitektur Yunani Kuno terkenal karena kuil-kuilnya, banyak diantaranya yang ditemukan di
seluruh wilayah tersebut, kebanyakan berupa reruntuhan tetapi banyak yang pada dasarnya utuh.
Jenis bangunan penting kedua yang bertahan sepanjang dunia Helenik adalah teater ruang
terbuka, dengan tarikh tertua sekitar tahun 350 SM. Bentuk-bentuk arsitektural lainnya yang
dapat menjadi bukti adalah gerbang prosesional (propylaea), alun-alun publik (agora) yang
dikelilingi deretan pilar bertingkat (stoa), gedung dewan kota (bouleuterion), monumen publik,
makam monumental (mausoleum), dan stadium.

Arsitektur Yunani Kuno dapat dibedakan dari karakteristiknya yang sangat formal, baik struktur
maupun dekorasi. Hal ini khususnya terjadi dalam kasus kuil-kuil di mana masing-masing
bangunan tampaknya dipahami sebagai suatu entitas pahatan di dalam lanskapnya, kebanyakan
dibangun di dataran tinggi sehingga keanggunan proporsinya dan efek cahaya pada
permukaannya dapat terlihat dari semua sudut.[2] Nikolaus Pevsner menunjuk pada "bentuk
plastis dari kuil [Yunani] tersebut.....ada di hadapan kita dengan suatu kehadiran secara fisik
yang lebih intens, lebih hidup daripada bangunan apapun di kemudian hari".[3]

ARSITEKTUR KLASIK ROMAWI KUNO

Anda mungkin juga menyukai