Anda di halaman 1dari 10

Lampiran

Peraturan Direktur
RS Mitra Keluarga Bekasi Timur
Nomor :
A05/PER/DIR/RSMKBT/VI/2018
Tanggal 05 Juni 2018

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI


RUMAH SAKIT MITRA KELUARGA BEKASI TIMUR

1. Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari pelayanan Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur
secara utuh, karenanya disebut sebagai Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mitra
Keluarga Bekasi Timur
2. Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur menerapkan sistem
satu pintu dan tersedia selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Karena sistem 1
pintu tersebut, maka penyediaan barang farmasi di Rumah Sakit Mitra Keluarga
Bekasi Timur, semua harus melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mitra Keluarga
Bekasi Timur. Termasuk depo farmasi di kamar operasi, semua sediaan farmasinya
berasal dari instalasi farmasi.
3. Tujuan Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur adalah
memenuhi kebutuhan pasien, baik rawat jalan maupun rawat inap, akan keperluan
terhadap barang farmasi yang berkualitas baik, setiap saat pada waktu yang
diperlukan, baik untuk kebutuhan mendesak maupun terencana, yang dijalankan
berdasarkan Standar Prosedur Operasional Kefarmasian dan etika profesi serta
aturan yang berlaku.
4. Instalasi farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi/ perbekalan
farmasi yang beredar di Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur, dari segala
aspek, mulai dari seleksi, perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan,
distribusi atau penyaluran, pelayanan farmasi itu sendiri, sampai pada pemantauan
/ pengawasan, baik dalam hal kualitas maupun kuantitas serta ketepatan

1
penyerahan barang farmasi dan identifikasi pasien yang diberi obat sesuai aturan
yang berlaku.
5. Yang dimaksud dengan barang farmasi / sediaan farmasi / perbekalan farmasi
terdiri dari obat, bahan obat dan alat kesehatan.
6. Pelayanan farmasi di Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur menerapkan apa
yang menjadi Visi dan Misi Rumah Sakit dalam bidang kefarmasian, dengan cara,
antara lain namun tidak terbatas pada :
a. Penyediaan barang farmasi yang kualitasnya dapat dipertanggung jawabkan
(asli, melalui distributor/ Pedagang Besar Farmasi resmi / dapat dipertanggung
jawabkan, tidak kadaluarsa).
b. Ketersediaan barang farmasi yang konsisten, terutama barang farmasi
yang telah tercantum dalam formularium rumah sakit dan barang – barang life
saving.
c. Jaminan cara penyimpanan dan distribusi sesuai dengan kebutuhan barang
farmasi tersebut, misalnya sesuai ketentuan suhu yang dibutuhkan (rantai
dingin, monitoring suhu ruangan dan suhu lemari pendingin, dll). Penyimpanan
produk nutrisi dan obat radioaktif harus disesuaikan seperti yang tertera pada
kemasan (rekomendasi pabrik).
d. Jumlah persediaan yang efektif dan efisien, dengan tidak mengurangi kualitas
pelayanan, misalnya dengan penerapan Formularium Rumah Sakit Mitra
Keluarga Bekasi Timur, yang mengacu pada ketentuan dari Mitra Keluarga Grup.
Karenanya, Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur tidak memperkenankan
adanya sampel – sampel obat beredar di luar instalasi farmasi. Bila ada sampel,
maka sampel tersebut harus langsung dimasukkan ke dalam stok persediaan
barang farmasi.
e. Sumber daya manusia yang terlatih, berpengetahuan, dan bertanggung jawab,
serta dapat diandalkan.
f. Selalu mengikuti aturan perundang- undangan yang berlaku.
g. Menerapkan prinsip – prinsip keselamatan pasien dan menjalankan prinsip –
prinsip keselamatan kerja karyawan RS.

2
h. Dalam penerapan farmasi klinik di RS Mitra Keluarga Bekasi Timur, Apoteker
berhak untuk menganalisa pemberian resep dari aspek kefarmasian.
i. Implementasi perkembangan dalam dunia kefarmasian untuk kemajuan
bersama misalnya:
1) Resep yang mengggunakan sistem electronic prescription untuk mencegah
kesalahan baca resep
2) Penerapan program drug checker untuk mengurangi kesalahan pemakaian
obat
3) Proses penyerahan obat ke pasien rawat jalan yang dilakukan oleh
Penanggung Jawab Farmasi Klinik dan Mutu, dalam hal ini seorang Apoteker
dan dibantu oleh Asisten Apoteker . Untuk pasien rawat inap dilakukan oleh
perawat yang telah diberikan SK pendelegasian wewenang untuk
menyerahkan obat.
7. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur dipimpin oleh seorang
Apoteker, berijasah Sarjana Farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker, yang telah memiliki Surat Tanda
Registrasi Apoteker (STRA) dan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA).
8. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan
peraturan-peraturan farmasi, baik terhadap administrasi sediaan farmasi ataupun
pengawasan distribusi dan persediaan serta perencanaan sampai pelaksanaan dan
pengawasan pelayanan kefarmasian, termasuk farmasi klinik dan mensupervisi
semua aktifitas pelayanan farmasi baik dilingkup farmasi maupun diruangan
secara terjadwal untuk melihat kondisi obat, penyimpanan dan pelayanan lain yang
berhubungan dengan penggunaan bahan-bahan obat
9. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Instalasi dapat dibantu oleh Apoteker
Pendamping dan atau tenaga teknis kefarmasian.
10. Dalam rangka penerapan prinsip keselamatan pasien, ditetapkan bahwa obat
hanya dapat diberikan berdasarkan resep dokter, baik obat yang ditulis
menggunakan kertas resep yang menggunakan kop Rumah Sakit Mitra Keluarga
Bekasi Timur maupun resep yang menggunakan electronic prescription. Pada
sistem electronic prescription, pemakaian password dianggap sebagai penanda

3
unik seorang dokter, termasuk untuk resep narkotika, sehingga dalam hal ini,
tanda tangan dokter tidak diperlukan lagi, karena setiap dokter mempunyai
password sendiri.
11. Dalam hal dokter menulis resep menggunakan kertas, maka resep harus ditulis
dengan jelas untuk menjaga agar tidak terjadi kesalahan.
12. Selain penulisan yang jelas dan lengkap, suatu resep perlu identifikasi pasien yang
akurat. Dalam hal resep tidak lengkap dan atau tidak terbaca dan atau tidak jelas
dan atau terdapat dosis tidak lazim, maka petugas farmasi wajib menkonfirmasi
resep tersebut kepada dokter yang bersangkutan.
13. Yang dimaksud resep lengkap adalah resep yang mencantumkan:
a. Tanggal penulisan resep.
b. Ada keterangan alergi terhadap obat tertentu
c. Ada tanda R/
d. Ada nama obat yang jelas, terutama obat- obatan yang termasuk dalam
kategori
e. NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip).
f. Ada bentuk sediaan obat dan dosis yang dikehendaki.
g. Ada jumlah sediaan yang diminta.
h. Bila obat berupa racikan, maka masing – masing bahan obat, jumlah dan
satuannya (mg, gram, mcg, tetes, ml, l) harus ditulis dengan jelas.
Pencampuran beberapa obat jadi dalam 1 sediaan tidak dianjurkan, kecuali
sediaan dalam bentuk campuran tersebut telah terbukti aman dan efektif
i. Aturan pakai (frekuensi sampai ke waktu pemberian obat, dosis, rute
pemberian), dalam hal aturan pakai ‘jika perlu’ atau ‘prn’ atau ‘pro re nata’
harus dituliskan dosis maksimal dalam 1 hari.
j. Nama lengkap pasien.
k. Nomor rekam medik.
l. Tanggal lahir atau umur pasien.
m. Berat badan, khusus untuk pasien anak(sampai dengan umur 12 tahun).

4
14. Demi keselamatan pasien, maka untuk pasien rawat inap, di label obatnya, harus
tercantum: identitas pasien, nama obat, dosis, rute dan waktu pemberian, tanggal
kadaluarsa. Label obat minum berwarna putih dan label obat yang tidak diminum
berwarna biru.
15. Pengaturan waktu pemberian obat harus dilakukan tepat waktu, terutama untuk
obat-obat yang waktu pemberiannya berpengaruh terhadap efektivitas kerjanya,
seperti obat golongan antibiotik, antiviral, antidiabetik, antihipertensi.

16. Pada obat-obat tertentu, jadwal pemberian obat dapat disesuaikan dengan kondisi
pasien dengan sepengetahuan DPJP, seperti obat golongan antihipertensi, diuretik,
pemberiannya disesuaikan dengan hasil tekanan darah. Obat golongan
antidiabetik, pemberiannya disesuaikan dengan hasil pemeriksaan gula darah.
Obat yang perlu pengaturan waktu pemberian secara ketat adalah golongan
Antibiotik dan Antiviral, yang diatur sebagai berikut :
a. Pemberian obat 2 kali sehari : pukul 07.00 dan 19.00
b. Pemberian obat 3 kali sehari : pukul 07.00, 15.00 dan 23.00
c. Pemberian obat 4 kali sehari : pukul 07.00, 13.00, 19.00 dan 01.00

Untuk pasien rawat inap, pemberian obat disesuaikan dengan jam masuk pasien di
ruang keperawatan.
17. Penelaahan resep yang efektif, perlu dilakukan pada pasien anak dan geriatri serta
obat-obatan yang mempunyai indeks terapi sempit.
18. Telaah resep atau pengkajian resep harus sesuai Persyaratan Administrasi (nama,
umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien ; nama, nomor ijin,
alamat dan paraf dokter ; tanggal resep dan ruangan/unit asal resep), Persyaratan
Farmasetik (nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan ; dosis dan jumlah obat ;
stabilitas dan aturan serta cara penggunaan), dan Persyaratan Klinis (ketepatan
indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat ; duplikasi pengobatan ; alergi dan
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki/ROTD ; kontra indikasi dan interaksi obat).

5
19. Bila ada permintaan obat yang disampaikan lisan atau via telpon, maka petugas
farmasi wajib melakukan hal sebagai berikut:
a. Tulis (Write back)
b. Baca ulang (Read back)
c. Konfirmasi ulang (Reconfirmation)
20. Untuk menjaga kualitas obat, diupayakan agar setiap barang farmasi yang baru
dibeli mempunyai tanggal kadaluarsa masih jauh / lebih dari 1 tahun. Penerimaan
barang farmasi dengan tanggal kadaluarsa yang kurang dari 1 tahun , hanya untuk
barang farmasi yang mendesak dan harus segera dipakai.
21. Metode penyimpanan yang digunakan adalah FEFO (First Expired First Out),
dengan memperhatikan suhu penyimpanan yang tepat, di tempat yang rapi dan
terkelola baik, sesuai dengan kebutuhan produk masing – masing, dan sistem
informasi yang juga akurat / menjamin ketersediaan barang farmasi yang
dibutuhkan. Khusus obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan dalam
lemari khusus yang terkunci.
22. Pada prinsipnya semua pasien rawat inap harus membeli obat – obatnya melalui
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur. Dalam hal ada pasien
yang membawa obatnya dari rumah, maka obat tersebut harus dicatat dan diserah
terimakan kepada petugas farmasi dan diketahui oleh petugas keperawatan.
Kemudian obat disimpan dan didistribusikan oleh Instalasi Farmasi apabila obat
tersebut masih dipakai oleh pasien atas instruksi dokter yang merawat, namun bila
obat tersebut ternyata tidak dipakai atau masih ada sisa, maka dikembalikan
kepada keluarga pasien untuk dibawa pulang disertai dengan bukti serah terima.
23. Untuk pelayanan resep rawat inap, Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur
menggunakan sistem One Day Dose yaitu obat diserahkan sesuai kebutuhan
selama 1 hari dengan tujuan untuk menghindari atau mengurangi proses
pengembalian/retur obat.
24. Obat yang dapat dikembalikan ke instalasi farmasi hanyalah obat yang diperoleh
dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur dan masih dalam
kemasan utuh

6
25. Bila terjadi efek samping suatu obat, maka bagian keperawatan harus melaporkan
kejadian tersebut dalam waktu 2x24 jam. Adapun bentuk pelaporan dengan
mengisi Formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO) yang telah tersedia di
setiap ruang keperawatan dan dilengkapi dengan nama dan tanda tangan petugas
pelapor, kemudian formulir diserahkan ke bagian instalasi farmasi untuk
ditindaklanjuti oleh Kepala Instalasi Farmasi. Hasil dari pelaporan MESO tersebut
akan diteruskan ke tim keselamatan pasien rumah sakit dan MESO Nasional.
26. Bila terjadi KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) dan KNC (Kejadian Nyaris Cedera)
akibat kesalahan obat, maka harus dilaporkan kepada tim KPRS dalam waktu 2x24
jam.
27. Dalam rangka pemberian informasi yang baik, maka jika harga obat/alkes diatas
Rp 500.000,-, diperlukan persetujuan tertulis dari pasien/keluarganya.
28. Dalam rangka menjaga persediaan barang farmasi agar tepat jumlah dan jenisnya,
serta diberikan kepada pasien yang tepat pula, maka di setiap ruang keperawatan
perlu mempunyai penanggung jawab obat.
29. Obat- obat dan alat kesehatan emergensi tersedia di setiap lantai, agar dapat
segera dipakai bila ada kebutuhan. Obat dan alat kesehatan emergensi disimpan di
troli emergensi dilengkapi dengan kunci yang menggunakan nomor register,
dengan memperhatikan kualitas dan jumlahnya, agar selalu tersedia saat
dibutuhkan, namun juga terpelihara dari kondisi kadaluarsa.
30. Pengecekan obat dan alat kesehatan yang ada di ruang keperawatan
dilakukan satu kali seminggu dan Instalasi Gawat Darurat, Poliklinik dan non
keperawatan dilakukan satu kali sebulan (untuk yang tersimpan di troli lemari
obat). Sedangkan untuk yang tersimpan di dalam troli emergensi, pengecekan
dilakukan jika ada pemakaian obat dan alat kesehatan oleh ruangan tersebut, jika
tidak ada pemakaian obat dan alat kesehatan, maka pengecekan dilakukan setiap
3 bulan sekali.
31. Obat yang kadaluarsa harus dimusnahkan di bawah pengawasan instalasi farmasi.
Untuk mencegah terjadinya kadaluarsa obat, 3 bulan sebelum tanggal kadaluarsa,

7
obat tersebut ditarik dari ruangan untuk ditukarkan ke distributor bila
memungkinkan, atau dimusnahkan pada waktunya.
32. Dalam pemberian obat ke pasien, harus menggunakan prinsip 7 Benar (Benar Obat
yang diberikan, Benar Dosis, Benar Aturan Minum, Benar Cara Pakai, Benar Fungsi
Obat, Benar Cara Penyimpanan, Efek Samping Obat).
33. Pengecekan ganda diperlukan sebelum memberikan High Alert Medications.
Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang berwenang untuk
menginstruksikan, meresepkan, atau memberikan obat-obatan, antara lain
perawat, petugas farmasi dan dokter. Pengecekan kedua akan dilakukan oleh
petugas yang berwenang atau perawat lainnya (petugas tidak boleh sama dengan
pengecekan pertama).
34. Penyimpanan obat golongan High Alert khususnya cairan konsentrat pekat hanya
disimpan di ruangan khusus (Kamar Operasi, ICU, IMC, IGD, Hemodialisa, NICU dan
Angiografi).
35. Penyimpanan obat-obat jenis LASA (Look Alike Sound Alike) di ruangan instalasi
farmasi dilakukan dengan sistem penamaan Tallman Lettering, dengan maksud
untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengambilan obat.
36. Prinsip yang mendasari adanya proses untuk menyetujui pemberian obat non
formularium adalah pada keadaan dimana penderita sangat memerlukan terapi
obat yang tidak tercantum di formularium, obat-obat yang sangat mahal,
perkembangan terapi yang sangat memerlukan adanya obat baru yang belum
terakomodir dalam formularium.
37. Dalam rangka meningkatkan Patient Safety, program komputer Rumah Sakit
Mitra Keluarga Bekasi Timur (Poliklinik Spesialis, Poliklinik Umum, IGD dan Rawat
Inap) telah disediakan program Drug Checker, yang berguna untuk mengetahui
adanya sinergi atau interaksi, kontra indikasi, reaksi alergi atau efek dari obat-obat
yang diresepkan oleh dokter. Program Drug Checker tersebut diperbaharui secara
berkala.
38. Untuk memberikan informasi obat secara akurat, tidak bias dan terkini kepada
pasien, maka apoteker melakukan Pelayanan Informasi Obat (PIO) pada saat

8
menyerahkan obat kepada pasien/keluarga pasien rawat jalan dan menerima
konseling bagi pasien yang akan konsultasi mengenai obat baik secara langsung
(tatap muka) atau tidak langsung (melalui telephon).
39. Dalam rangka pengendalian dan pengawasan limbah khusus vaksin maka limbah
dikumpulkan di instalasi farmasi dan setiap 3 hari sekali dilakukan penimbangan,
kemudian penghancuran oleh bagian housekeeping yang disaksikan oleh petugas
farmasi kemudian dikumpulkan ke TPS RS Mitra Keluarga Bekasi Timur yang
selanjutnya akan dimusnahkan oleh pihak ketiga yang telah memiliki perjanjian
kerjasama dengan rumah sakit dan berizin resmi dari kementrian lingkungan hidup.
40. Untuk memastikan kebersihan, kesetaraan dan kelengkapan timbangan dan anak
timbangan maka dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi timbangan obat secara
rutin di instalasi farmasi.
a. Setiap peracikan obat yang berbeda (jenis, warna) petugas farmasi wajib
melakukan pembersihan alat racik pada saat selesai meracik obat. Untuk
peracikan jenis obat yang sama dapat dilakukan tiga kali pakai.
41. Agar setiap kegiatan pelayanan farmasi tercatat dengan baik dan teratur ,
dilakukan pengarsipan resep dan dokumen yang disimpan dalam jangka waktu tiga
tahun
42. Rekonsiliasi obat dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication
error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat.
Rekonsiliasi admisi dilakukan oleh apoteker, pada saat diluar jam kerja apoteker,
maka rekonsiliasi dilakukan oleh dokter dan diketahui oleh apoteker
43. Untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien maka
dilakukan Pemantauan Terapi Obat (PTO) secara berkesinambungan dan dievaluasi
secara teratur oleh apoteker yang berkolaborasi dengan dokter dan perawat.
Pemantauan Terapi Obat (PTO) dilakukan untuk pasien dengan perawatan intensif
di ruang Intensive Care Unit (ICU)
44. Untuk menjaga stabilitas obat, perlu diperhatikan Beyond Use Date (BUD) yaitu
batas waktu penggunaan produk obat setelah diracik/disiapkan setelah kemasan
primernya dibuka/dirusak. Untuk sediaan racikan berbentuk nonaqueuos liquid dan

9
padat, sediaan topikal/dermal yang mengandung air dan sediaan mukosal cair dan
mukosal semisolid, maka Beyond Use Date (BUD) satu bulan sedangkan untuk
sediaan yang mengandung air yang dibuat dari sediaan padat maka Beyond Use
Date (BUD) nya tidak lebih dari 14 hari dengan penyimpanan pada suhu dingin
yaitu tidak lebih dari 8 derajat celcius
45. Untuk memastikan pemberian obat yang aman terhadap pasien maka diterapkan
Automatic Stop Order (ASO) untuk obat obat golongan ketorolac, anticoagulan
(heparin,fondaparinux, enoxaparin), Paralytic agent (vecuronium), narkotika,
pantoprazole dan warfarin
46. Untuk melindungi obat dan alkes di Instalasi Farmasi dari kehilangan/pencurian
dilakukan pemesanan obat dan alkes sesuai dengan kebutuhan rumus defekta
harian, pemasangan CCTV yang mengahadap penyimpanan obat dan alkes serta
pemasangan finger print di pintu keluar/masuk Instalasi Farmasi.
47. Setiap pembatalan transaksi pembelian obat/alkes pasien rawat jalan umum
ataupun perusahaan, harus dilakukan dengan alasan yang jelas dan disertakan
kwitansi pembayaran sesuai dengan prosedur yang berlaku. Petugas yang
berwenang melakukan pembatalan transaksi adalah apoteker dan penanggung
jawab harian, dengan persetujuan Kepala Instalasi Farmasi.
48. Untuk obat yang tidak diambil oleh pasien, petugas farmasi wajib menghubungi
pasien untuk segera diambil dibagian farmasi. Apabila dalam jangka waktu 3 bulan
obat tidak diambil maka obat tersebut menjadi milik rumah sakit.

Ditetapkan di : Bekasi
Pada tanggal : 5 Juni 2018
Revisi : 02
Direktur RS Mitra Keluarga Bekasi Timur

dr. Widya Retno Wulandari

10

Anda mungkin juga menyukai