Anda di halaman 1dari 7

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ANGKAK

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh

ADITYA SULISTIYO WIBOWO

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2019
Judul Penelitian : AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ANGKAK

Nama Mahasiswa : Aditya Sulistiyo Wibowo

Nomor Pokok : 143112620150031

MENYETUJUI

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Dra. Noverita, M.Si Drs. Ikna Suyatna Jalip, M.S.

Dekan

Drs. Imran SL Tobing, M.Si


BAB I. PENDAHULUAN

Penggunaan angkak sebagai pengawet alami mulai dilirik masyarakat.


Angkak selain berfungsi sebagai pewarna alami, angkak juga memiliki aktivitas
sebagai antibakteri (Nurika, 2000). Angkak memiliki daya kelarutan yang tinggi,
stabil, mudah dicerna, dan tidak bersifat karsinogen.
Angkak memiliki aktivitas sebagai antibakteri karena adanya senyawa
monascidin A, yaitu senyawa yang bersifat antibiotik yang mampu menghambat
bakteri dari genus Bacillus. Bakteri Bacillus adalah bakteri Gram positif. Adanya
aktivitas antibakteri tersebut memungkinkan adanya efek preservatif dari
penggunaan pada produk fermentasi Monascus (Behr, 1998). Angkak terbukti dapat
menghambat pertumbuhan bakteri perusak seperti Bacillus cereus dan Bacillus
stearothermopillus (Astawan, 2006). Antimikroba monascidin A berbentuk citrinin
yang memperlihatkan aktivitas dalam membunuh bakteri Gram positif dari genus
Bacillus, Pseudomonas, dan Streptococcus pada daging (Erdogrul dan Azirak, 2004).
Angkak merupakan sumber senyawa antimikroba yang potensial karena
mengandung berbagai komponen aktif yang dapat menghambat pertumbuhan
kapang, khamir, dan bakteri (Wong dan Koehler, 1981).
Bakteri penyebab infeksi diantaranya adalah Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Bakteri E. coli merupakan bakteri Gram negatif, tahan hidup dalam
media kekurangan gizi. Susunan dinding sel bakteri Gram positif memiliki struktur
yang lebih kompleks daripada dinding sel bakteri gram negatif. S. aureus merupakan
bakteri gram positif yang mempunyai struktur dinding sel yang mengandung
polisakarida dan protein, serta mempunya kandungan lipid yang rendah (Poeloengan
dkk., 2007).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak angkak
terhadap bakteri uji yaitu, E. coli, dan S. aureus.
BAB II. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan tempat penelitian


Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Genetika
Universitas Nasional, Jl. Bambu Kuning, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta
Selatan. Waktu penelitian dilaksankan dari Oktober – November 2019.

A. Instrumen penelitian

Definisi
No Operasional
Variabel Sumber Satuan
. Variabel
(DOV)

1 Konsentra Beberapa Ekstrak %


si Ekstrak konsentrai angkak
Angkak digunakan menggunak
untuk an pelarut
menguji ethanol
aktivitas 70%
antibakteri kemudian
yaitu 10%, diencerkan
30%, 50%, dengan
70%, dan aquades
90% steril
2 Zona Diameter Penghitung mm
hambat yang an dengan
terbentuk jangka
dari cakram sorong
yang
diberikan zat
antibakteri
3 Bakteri Staphyloco Laboratoriu -
uji ccus m
aureus dan Universitas
Escherichi Nasional
a coli
B. Cara kerja

 Ekstraksi Angkak (Ramadhan, Radiati dan Thohari . 2011)

Angkak diblender hingga halus, bubuk angkak di campur dengan ethanol


70% menggunakan perbandingan 1:4, larutan bubuk angkak dipanaskan dan
diaduk hingga rata selama kurang lebih 1 jam dengan suhu 700C, dipisahkan
antara endapan angkak dengan ekstrak angkak dengan corong yang dilapisi
kertas saring, filtrat angkak dipanaskan kurang lebih 30 menit tanpa
dilakukan pengadukan dengan suhu 600-800C hingga volume tersisa 25%.
Ekstrak angkak yang diperoleh kemudian diencerkan sampai dengan kadar
yang dikehendaki dan siap untuk diteliti.

 Uji Mikrobiologi

Semua peralatan yang akan dipergunakan dicuci bersih, dikeringkan


dibungkus kertas coklat dan disterilkan dengan oven pada suhu 200oC selama
1-2 jam. Sedangkan bahan yang akan dipergunakan untuk uji mikrobiologi
( media NA, NB dan ekstrak angkak) disterilkan dengan autoklave pada suhu
121oC selama 15-20 menit.

 Uji Antibakteri

Uji difusi metode sumuran. Disiapkan suspensi murni bakteri S. aureus dan
E. coli. Disiapkan media MHA dengan ketebalan 4 mm. Dioleskan suspensi
bakteri dengan swab steril hingga merata pada permukaan media, inkubasi
selama 10 menit. Dibuat sumuran dengan menggunakan blue tip steril dengan
diameter 6 mm, yang ditekan pada permukaan media. Dimasukkan
konsentrasi ekstrak angkak sebanyak 50 μl pada masing-masing sumuran
dengan konsentrasi 10%, 30%, 50%, 70%, dan 90% b/v. Diinkubasi pada
suasana aerob suhu 370C selama 24 jam. Diamati zona hambatan yang
terbentuk pada biakan bakteri, yang kemudian diukur diameter yang
terbentuk dengan penggaris dalam satuan millimeter dengan tiga kali
pengulangan.

C. Analisis data
Hasil pengukuran diameter zona hambat dari setiap bakteri bakteri dianalisis
secara statistic dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service
Solution). Data dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan
yang nyata (P<0,05), maka dilakukan dengan analisis lanjutan dengan uji BNT (Beda
Nyata Terkecil).

Anda mungkin juga menyukai