BAB 1
PENDAHULUAN
sumber daya manusia, yaitu karyawan. Sumber daya manusia sebagai karyawan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting di dalam suatu perusahaan untuk
menjalankan perusahaan, kalau tidak ada karyawan maka suatu perusahaan tidak
karyawan. Karyawan yang bekerja memiliki hak atas kesehatan dan keselamatan
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (UU No. 1 tahun 1970) tentang
yang dijadikan sebagai aspek perlindungan tenaga kerja sekaligus melindungi aset
aman dan sehat kepada setiap karyawan dan untuk melindungi Sumber Daya
1
2
terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental
tugas dari para karyawan dan pemberiaan bantuan sesuai dengan aturan yang
kemungkinan seperti standar hasil kerja, target, sasaran atau kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Hal ini dapat tercapai
(K3) karena hal ini akan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Perhatian
keselamatan kerja yaitu perlindungan pekerjaan dari kerugian atau luka yang
dalam arti luas yaitu terbebasnya pekerjaan dari kesakitan fisik maupun psikis
Saat ini tenaga kerja dalam melaksanakan tugasnya sudah dibantu dengan
perubahan dalam kemajuan teknologi dari waktu ke waktu dan hal itu dapat
dapat membantu tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya tentu tak luput
pula dari bahaya kecelakaan kerja, sehingga tenaga kerja dituntut untuk memiliki
memberikan kenyamanan dan rasa aman bagi tenaga kerjanya. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja karyawan merupakan hal yang penting bagi karyawan itu sendiri
kerja karyawannya. Hal ini dapat memotivasi karyawan agar dapat bekerja dengan
lebih baik lagi karena mereka tidak merasa khawatir bekerja dan berada di
karyawan menyadari seberapa besar input positif yang telah diberikan kepada
peningkatan kuantitas produk yang dihasilkan, kualitas kerja dari karyawan itu
perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan minyak kelapa sawit atau Crude
Palm Oil (CPO). Kegiatan utama di pabrik kelapa sawit PT. BSL adalah
sampai masuk kedalam mesin yang akan menghasilkan CPO. Dalam pengolahan
tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hingga menjadi minyak CPO, ada proses
yang harus dilalui dan proses tersebut. PT. BSL adalah Badan Usaha milik
perkebunan dan mengolah tandan buah sawit menjadi minyak jadi. Adanya
potensi bahaya yang ditimbulkan dari perusahaan ini sangat besar salah satunya
adalah tersengat arus listrik, terjatuh dari ketinggian tiang, tertimpa alat - alat
berat yang digunakan pada saat proses kerja di perusahaan tersebut serta risiko -
risiko bahaya lainnya yang sangat rawan bagi para pekerja lapangan.
PT BSL (Bengkulu Sawit Lestari) mulai dibangun pada tahun 2011 dan
mulai aktif beroperasi pada tahun 2013. Produk yang dihasilkan dari kegiatan
produksi terbagi menjadi dua yaitu produk utama dan produk sampingan. Produk
utama yang dihasilkan adalah minyak kasar (Crude Palm Oil /CPO), dan karnel.
Sedangkan produk sampingannya adalah cangkang dan abu jangkos serta pupuk.
PT. Bengkulu Sawit Lestari memiliki mess atau perumahan di dalam area pabrik
yang berjumlah 42 unit, dan memiliki pekerja berjumlah 192 orang termasuk
tenaga kerja harian lepas. Tenaga kerja yang ada berasal dari daerah yang
berbeda, namun dibedakan secara umum dari tenaga keja lokal dan tenaga kerja
non-lokal. Sebanyak 85% atau (164 orang) adalah tenaga kerja yang berasal dari
daerah sekitar pabrik atau Lokal. Dan 15% tenaga kerja berasal dari luar daerah.
untuk mengolah TBS (Tandan Buah Segar) menjadi CPO (Crude Palm Oil)
sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Maka dari itu keselamatan kerja
5
berusaha agar karyawannya terhindar dari resiko kecelakaan kerja, karena hal
tersebut dapat merugikan perusahaan maupun karyawan itu sendiri. Untuk itu PT
yang akan dilaksanakan dengan cara yang tidak aman. PT BSL (Bengkulu Sawit
Pelindung Diri (APD) yang disediakan oleh PT BSL (Bengkulu Sawit Lestari).
kondisi sumber daya manusianya. Perusahaan ini rutin melakukan medical check
up satu tahun sekali untuk seluruh karyawannya. Hal ini dimaksudkan agar pihak
yang ada, seperti ketidak patuhan karyawan dalam mengenakan alat pelindung diri
pada saat bekerja, misalnya karyawan yang bekerja pada bagian produksi saat
sarung tangan, helem keselamatan , rompi safety, masker , dan sepatu pelindung
Dari permasalahan yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik untuk
Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan pada PT BSL (Bengkulu Sawit
masalah diatas terdapat berbagai faktor dan cara untuk mengetahuinya. Untuk itu
perlu dilakukan analisis demi melihat secara mendalam masalah ini. Dalam
masalah ini untuk mengetahui Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
lebih dalam Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk mengetahui
atau tidak.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan pada PT BSL
Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan pada PT BSL (Bengkulu Sawit Lestari) di
Kedurang Ilir.
kesehatan kerja.
8
BAB II
STUDI PUSTAKA
aman atau selamat dari penderitaan dan kerugian di tempat kerja berupa
keselamatan yang bertalian dengan mesin, peralatan alat kerja, bahan serta
melakukan pekerjaan.
indicator yaitu :
1. Manusia
pekerjaan.
8
9
2. Peralatan Kerja
Peralatan kerja atau pelindung bisa rusak atau tidak memadai. Untuk itu
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bisa menjadi tempat kerja yang tidak aman, sumpek dan
terlalu penuh, penerangan dan ventilasi tidak memadai. Selain itu, iklim
psikologis di antara pekerja juga bisa kurang baik, misalnya tidak ada
fisik, mental maupun social dengan usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-
1. Pemeriksaan Awal
2. Pemeriksaan Berkala
3. Pemeriksaan Khusus
ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja.
kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari faktor
dan disimpulkan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia
bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh
faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang
ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress, emosi atau gangguan fisik.
kerja.
berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor
a. Kondisi fisik
b. Kondisi fisiologis
Kondisi ini dapat dilihat dari konstruksi mesin/peralatan, sikap badan dan
karyawan.
c. Kondisi khemis
Kondisi yang dapat dilihat dan uap gas, debu, kabut, asap, awan, cairan
2. Mental Psikologis
bertujuan agar tidak terjadi kecelakaan ditempat kerja atau paling tidak
terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental
tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang
bekerja.
rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi
produkitivitas kerja, dan keamanan para karyawan dalam bekerja sesuai dengan
mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap
tenaga kerja.
4. Meningkatkan kinerja.
denganbaik.
yang hilang.
olehperusahaan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra
perusahaan,dan
Tujuan dan manfaat dari kesehatan dan keselamatan kerja ini tidak dapat
sakit dan pekerja yang menderita luka serta keluarganya sering diberi
b. Berdasarkan Undang-Undang
dan Kesehatan Kerja dan bagi mereka yang melanggar dijatuhkan denda.
c. Ekonomis
Yaitu agar perusahaan menjadi sadar akan keselamatan kerja karena biaya
1. Moral
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan
17
pederitaan atas musibah kecelakaan kerja yang dialami para karyawan dan
keluarga.
2. Hukum
pekerjaan. Para pemberi kerja yang lalai atas tanggung jawab dalam
pada segala lingkungan kerja baik di darat, dalam tanah, permukaan air,
Republik Indonesia.
3. Ekonomi
Karyawan
(K3) Terhadap Kinerja Karyawan adalah Penyakit akibat kerja apabila tidak
para pekerja dan perusahaan di tempat mana mereka bekerja. Bagi tenaga kerja,
menurunnya jumlah produksi serta memberikan citra yang kurang baik terhadap
kualitas dan kapasitas perusahaan. Pekerja bukanlah sebagai robot, untuk itu
pertimbangan ekonomi secara murni mungkin tidak baik maka perlu untuk
hati tetapi produktivitas mereka akan menurun. Lebih lanjut mereka tidak
menaruh minat, apatis dalam melakukan pekerjaan dan loyalitas mereka terhadap
perusahaan akan berkurang pula. Dari uraian tersebut maka pencegahan penyakit
Sesuai dengan dimensi dan indikator Keselamatan Dan Kesahtan Kerja (K3)
berikut :
Dengan Indikatornya :
c. Jalur transportasi
d. Kebersihan
e. Rambu – rambu
f. Perlengkapan k3
2. Kondisi mesin
Dengan Indikatornya :
a. Perwatan mesin
b. Modifikasi mesin
c. Pemasangan masalah
3. Peralatan
Dengan indikator :
a. Kondisi peralatan
b. Penggunaan APD
c. Kelengkapan AP
20
4. Prosedur kerja
Dengan indikator :
a. Pelatihan
b. Pemahaman SOP
ekonomi.”
organisasi, antara lain yaitu kualitas keluaran, kuantitas keluaran, jangka waktu
adalah suatu hasil pencapaian yang di peroleh oleh seorang karyawan dalam
melaksanakan tugas - tugas yang telah di instruksikan dan sesuai dengan tanggung
jawab yang di berikan dan mampu menghasilkan output yang berkualitas dengan
lebih mudah mencapai kinerja maksimal kerja respek dan dinamis, peluang
Motivasi diartikan suatu sikap pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja
tentang apa yang menjadi masalah dalam kinerja. Akan tetapi, pada umumnya
sebagai berikut:
c. Team factors, ditunjukan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan
kerja.
d. System factors, ditunjukan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang
diberikan organisasi.
a. faktor individual yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang,
dan demografi.
faktor - faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal :
- sifat seseorang.
yang berasal dari lingkungan, seperti perilau, sikap, dan tindakan - tindakan
rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja. dan iklim organisasi.
Faktor - faktor internla dan eksternal ini merupakan jens - jenis atribusi
1. Kualitas kerja
Dengan indikator :
a. Penguasaan pengetahuan
b. Semangat kerja
2. Kuantitas kerja
Dengan indikator :
a. Hasil kerja
Dengan indikator :
4. Leadership faktor
Dengan indikator :
a. Motivasi
b. Bimbingan
c. Penilaian
5. System faktor
Dengan indikator :
a. Sistem kerja
b. Fasilitas kerja
Gambar 2.2
Berdasarkan kerangka teoritik di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Prosedur 1. Pelatihan
2. Pemahaman
kerja
SOP
(Anwar Prabu
Mangkunegara
(2006:67) )
26
No Metode
Nama
Judul Analisis Hasil penelitian
Peneliti/Tahun
data
1. Elphiana Pengaruh Analisis Hasil penelitian
1.(2017) Keselamatan Regresi menunjukkan keselamatan
Dan Linier dan kesehatan kerja
Kesehatan Sederhana. memiliki pengaruh yang
Kerja signifikan terhadap kinerja
Terhadap Karyawan PT Pertamiana
Kinerja EP Assset 2 Wilayah
Karyawan Pt. Prabumulih. Hal ini
Pertamina Ep menunjukkan bahwa K3
Asset 2 berperan penting dalam
Prabumulih meningkatkan Kinerja
. karyawan karena K3 yang
memberikan rasa nyaman
dalam bekerja dan
kepercayaan yang tinggi
akan mendorong
peningkatan perilaku kerja
melalui jaminan kesehatan
dan adanya komunikasi
antara pekerja dengan
pihak manajer dan sesama
pekerja.
2. Agatha Finona Pengaruh Analisis Hasil penelitian
Fatoni Keselamatan Regresi menunjukkan bahwa
(2018) Dan Linier keselamatan dan kesehatan
Kesehatan Berganda kerja secara simultan
Kerja (K3) berpengaruh signifikan
Terhadap terhadap kinerja karyawan
Kinerja yang dapat diihat dari nilai
Karyawan sig.F < α yaitu 0,000 <
(Studi Pada 0,05 atau dari nilai Fhitung >
Pg Kebon Ftabel yaitu 44,382 > 3,143.
Agung Secara parsial keselamatan
Malang) kerja berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
karyawan sebesar 0,662.
Sedangkan kesehatan kerja
berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap
kinerja karyawan sebesar
0,385.
28
2.5 Hipotesis
hipotesisnya :
BAB III
METODE PENELITIAN
Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan pada PT BSL (Bengkulu Sawit
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2016:8).
variabel terikat. Variable bebas dalam penelitian ini adalah adalah Keselamatan
Dan Kesehtan Kerja (K3) (X) sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
29
30
orang.
2. Sampel
(angket) dan Ovservasi. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan jawaban atas
1. Kuesioner
2. Ovservasi
kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu
besar.
Ilir.
yang terjadi pada saat sekarang, dengan berdasarkan data yang dikumpulkan dari
hasil penyebaran kuesioner, dan data tersebut diolah dan dianalisis. Alat analisis
yang digunakan adalah dengan analisa distribusi frekuensi untuk melihat gambar
secara umum dari responden terhadap masing-masing variabel penelitian yang ada
32
pada kuesioner. Sebaran frekuensi akan digambarkan dalam bentuk jumlah kasus
fenomena sosial (Sugiyono, 2016:93). Skala likert yang digunakan yaitu (SS =
skor 3, (TS = Tidak Setuju) dengan skor 2, (STS = Sangat Tidak Setuju) dengan
skor 1.
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor (Ghozali, 2013:52).
33
Data dikatakan valid apabila korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan
dengan total skor setiap konstruknya signifikan pada taraf signifikan < 0,05 atau
reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2013:47). Uji reliabilitas diukur dengan
uji statistik Cronbach’s Alpha (α) yaitu suatu variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0.70. (Nunnaly, 1994 dalam Ghozali,
2013:48).
1. Uji Normalitas
normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Pada uji normalitas data
34
SPSS.
digunakan termasuk data parametric atau bukan. Pada uji K-S, data dikatakan
2. Uji Multikolonieritas
apakah dalam model regresi ditemukan adanya kolerasi antara variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen. Uji Multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai VIF
(Variance Inflation Factors) dan nilai toleransi. Jika nilai toleransi > 0,10 atau
sama dengan nilai VIF < 10, artinya tidak ada korelasi antar variabel bebas atau
terjadi apabila nilai Tolerance nya < 0,10 atau jika suatu variabel independen
3. Uji Heteroskedastisidas
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
penelitian ini adalah dengan menggunakan Uji Glejser pada program SPSS. Dasar
signifikan karena > 0,05 (5%), sehingga semakin tidak signifikan variabel
yang diujikan adalah hipotesis Satu (𝐻1 ) atau juga disebutkan dengan hipotesis
statistik.
kuantitatif lebih matematis, lebih sistematis dari pada penelitian kuantitatif begitu
hubungan fungsional ataupun kausal antara satu variabel independen dengan satu
Y = a + bx
Keterangan:
didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, bila (-)
tertentu.
masing-masing koefisien regresi dengan t tabel (nilai kritis) sesuai dengan tingkat
2013: 98)
dengan nilai signifikan yang digunakan dalam penelitian ini. Cara pengujian
adalah:
a. Jika tingkat signifikansi F < 0,05 yang diperoleh dari hasil pengelolaan
nilainya lebih kecil dari nilai signifikansi yang digunakan maka dapat
b. Jika tingkat signifikansi F > 0,05 yang diperoleh dari hasil pengelolaan
nilainya lebih kecil dari nilai signifikansi yang digunakan maka dapat
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai (R2 ) yang kecil berarti kemampuan
2013: 97)