Anda di halaman 1dari 37

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menjalankan dan meningkatkan suatu perusahaan membutuhkan

sumber daya manusia, yaitu karyawan. Sumber daya manusia sebagai karyawan

merupakan salah satu faktor yang sangat penting di dalam suatu perusahaan untuk

menjalankan perusahaan, kalau tidak ada karyawan maka suatu perusahaan tidak

akan berjalan. Dalam menjalankan perusahaan, pihak perusahaan juga harus

memperhatikan dan menjamin keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sewaktu

bekerja agar dapat menunjang kelancaran perusahaan dan semangat kerja

karyawan. Karyawan yang bekerja memiliki hak atas kesehatan dan keselamatan

kerja yang pelaksanaanya dilandasi oleh peraturan perundang - undang. Menurut

peraturan undang-undang Ketenagakerjaan, setiap pekerja/buruh berhak atas

perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (UU No. 1 tahun 1970) tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (hukum keselamatan kerja) meletakkan prinsip

dasar pelaksanaan keselamatan kerja. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

yang dijadikan sebagai aspek perlindungan tenaga kerja sekaligus melindungi aset

perusahaan yang bertujuan sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi yang

aman dan sehat kepada setiap karyawan dan untuk melindungi Sumber Daya

Mansia (SDM). Kesehatan dan Keselamatan Kerja bertujuan untuk mengurangi

angka kecelakaan kerja khususnya di Indonesia.

1
2

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah kegiatan yang menjamin

terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental

melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan, dan kontrol terhadap pelaksanaan

tugas dari para karyawan dan pemberiaan bantuan sesuai dengan aturan yang

berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka

bekerja (Yuli 205:211).

Kinerja merupakan tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan

dalam periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibanding dengan berbagai

kemungkinan seperti standar hasil kerja, target, sasaran atau kriteria yang telah

ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Hal ini dapat tercapai

apabila perusahaan selalu memperhatikan faktor keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) karena hal ini akan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Perhatian

terhadap kesehatan pekerjaan pada mulanya lebih menekankan pada masalah

keselamatan kerja yaitu perlindungan pekerjaan dari kerugian atau luka yang

disebabkan oleh kecelakaan berkaitan dengan kerja. Kemudian seiring dengan

perkembangan industri, perusahaan mulai memperhatikan kesehatan pekerja

dalam arti luas yaitu terbebasnya pekerjaan dari kesakitan fisik maupun psikis

(Mondy dan Noe III, 2005).

Saat ini tenaga kerja dalam melaksanakan tugasnya sudah dibantu dengan

peralatan-peralatan dan mesin-mesin yang canggih. Hal tersebut dikarenakan

perubahan dalam kemajuan teknologi dari waktu ke waktu dan hal itu dapat

memberikan keringanan kepada tenaga kerja agar dapat mempercepat pekerjaan

yang dilakukannya. Peralatan-peralatan dan mesin-mesin yang canggih selain


3

dapat membantu tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya tentu tak luput

pula dari bahaya kecelakaan kerja, sehingga tenaga kerja dituntut untuk memiliki

ketelitian yang tinggi dalam mengoperasikannya. Bagi pihak perusahaan pun

hendaknya memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja agar dapat

memberikan kenyamanan dan rasa aman bagi tenaga kerjanya. Keselamatan dan

Kesehatan Kerja karyawan merupakan hal yang penting bagi karyawan itu sendiri

maupun bagi perusahaan. Dengam mementingkan keselamatan dan kesehatan

kerja karyawan, perusahaan berkemungkinan untuk dapat meningkatkan semangat

kerja karyawannya. Hal ini dapat memotivasi karyawan agar dapat bekerja dengan

lebih baik lagi karena mereka tidak merasa khawatir bekerja dan berada di

lingkungan tempatnya bekerja, sehingga kinerja karyawan dapat lebih meningkat.

Peningkatan kinerja karyawan merupakan hal yang penting dilakukan agar

karyawan menyadari seberapa besar input positif yang telah diberikan kepada

perusahaan. Dan bagi perusahaan dengan melihat kinerja karyawannya akan

memberikan gambaran terhadap tindakan yang akan dilakukan selanjutnya

terhadap karyawan yang bersangkutan. Kinerja karyawan sendiri diukur dengan

peningkatan kuantitas produk yang dihasilkan, kualitas kerja dari karyawan itu

sendiri maupun ketepatan waktu dalam bekerja.

PT BSL (Bengkulu Sawit Lestari) adalah merupakan salah satu

perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan minyak kelapa sawit atau Crude

Palm Oil (CPO). Kegiatan utama di pabrik kelapa sawit PT. BSL adalah

pengolahan Tandan Buah Segar (TBS). Serangkaian kegiatan mulai dari

pengumpulan TBS, pengangkutan TBS, penimbangan TBS, pensontiran TBS dan


4

sampai masuk kedalam mesin yang akan menghasilkan CPO. Dalam pengolahan

tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hingga menjadi minyak CPO, ada proses

yang harus dilalui dan proses tersebut. PT. BSL adalah Badan Usaha milik

Swasta yang berbentuk Perusahaan Perseroan (Persero) yang menyediakan

perkebunan dan mengolah tandan buah sawit menjadi minyak jadi. Adanya

potensi bahaya yang ditimbulkan dari perusahaan ini sangat besar salah satunya

adalah tersengat arus listrik, terjatuh dari ketinggian tiang, tertimpa alat - alat

berat yang digunakan pada saat proses kerja di perusahaan tersebut serta risiko -

risiko bahaya lainnya yang sangat rawan bagi para pekerja lapangan.

PT BSL (Bengkulu Sawit Lestari) mulai dibangun pada tahun 2011 dan

mulai aktif beroperasi pada tahun 2013. Produk yang dihasilkan dari kegiatan

produksi terbagi menjadi dua yaitu produk utama dan produk sampingan. Produk

utama yang dihasilkan adalah minyak kasar (Crude Palm Oil /CPO), dan karnel.

Sedangkan produk sampingannya adalah cangkang dan abu jangkos serta pupuk.

PT. Bengkulu Sawit Lestari memiliki mess atau perumahan di dalam area pabrik

yang berjumlah 42 unit, dan memiliki pekerja berjumlah 192 orang termasuk

tenaga kerja harian lepas. Tenaga kerja yang ada berasal dari daerah yang

berbeda, namun dibedakan secara umum dari tenaga keja lokal dan tenaga kerja

non-lokal. Sebanyak 85% atau (164 orang) adalah tenaga kerja yang berasal dari

daerah sekitar pabrik atau Lokal. Dan 15% tenaga kerja berasal dari luar daerah.

Pada pabrik pengolahan, disini terdapat mesin-mesin canggih yang digunakan

untuk mengolah TBS (Tandan Buah Segar) menjadi CPO (Crude Palm Oil)

sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Maka dari itu keselamatan kerja
5

merupakan hal yang patut diperhatikan oleh pihak perusahaan. Perusahaan

berusaha agar karyawannya terhindar dari resiko kecelakaan kerja, karena hal

tersebut dapat merugikan perusahaan maupun karyawan itu sendiri. Untuk itu PT

BSL (Bengkulu Sawit Lestari) mengutamakan keselamatan karyawannya dan

memastikan bahwa tidak ada pekerjaan, tak peduli bagaimanapaun mendesaknya

yang akan dilaksanakan dengan cara yang tidak aman. PT BSL (Bengkulu Sawit

Lestari) memastikan karyawannya yang bekerja di sana agar memakai Alat

Pelindung Diri (APD) yang disediakan oleh PT BSL (Bengkulu Sawit Lestari).

Dalam hal kesehatan, PT BSL (Bengkulu Sawit Lestari) sangat memperhatikan

kondisi sumber daya manusianya. Perusahaan ini rutin melakukan medical check

up satu tahun sekali untuk seluruh karyawannya. Hal ini dimaksudkan agar pihak

perusahaan mengetahui kondisi kesehatan karyawannya sehingga karyawan dapat

berkinerja dengan baik.

Adapun permasalahan K3 yang ada di PT BSL (Bengkulu Sawit Lestari)

adalah kurangnya kepatuhan karyawan terhadap standar operasional prosedur K3

yang ada, seperti ketidak patuhan karyawan dalam mengenakan alat pelindung diri

pada saat bekerja, misalnya karyawan yang bekerja pada bagian produksi saat

bekerja karyawan diwajibkan mengenakan alat pelindung diri (APD) berupa

sarung tangan, helem keselamatan , rompi safety, masker , dan sepatu pelindung

sesuai standar K3 tetapi para karyawan sebagian tidak mematuhinya.

Dari permasalahan yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul” Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan


6

Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT BSL (Bengkulu Sawit

Lestari) Di Bengkulu Selatan Kecamatan Kedurang Ilir”

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui Pengaruh Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan pada PT BSL (Bengkulu Sawit

Lestari) di Bengkulu Selatan Kecamatan Kedurang Ilir, berdasarkan identifikasi

masalah diatas terdapat berbagai faktor dan cara untuk mengetahuinya. Untuk itu

perlu dilakukan analisis demi melihat secara mendalam masalah ini. Dalam

masalah ini untuk mengetahui Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

terhadap Kinerja Karyawan terhadap Kinerja Karyawan dengan cara meneliti

lebih dalam Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk mengetahui

efisiensi dari Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut berpengaruh

atau tidak.

1.3 Batasan Masalah

Untuk mempersempit ruang lingkup dalam penelitian ini dan menghindari

pembahasan yang meluas maka peneliti hanya berfokus pada Pengaruh

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan pada PT BSL

(Bengkulu Sawit Lestari) di Bengkulu Selatan Kecamatan Kedurang Ilir.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut : Apakah ada Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan pada PT BSL (Bengkulu Sawit Lestari) di

Bengkulu Selatan Kecamatan Kedurang Ilir ?


7

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada

Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan

pada PT BSL (Bengkulu Sawit Lestari) di Bengkulu Selatan Kecamatan

Kedurang Ilir.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis, penelitian ini erat hubungannya untuk menambah

pengetahuan, pengalaman dan wawasan serta bahan dalam penerapan ilmu

Manajemen Sumber Daya Manusia, khususnya mengenai Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) dan sebagai referensi penelitian selanjutnya.

2. Secara praktis, penelitian ini memfokuskan kepada karyawan BSL

(Bengkulu Sawit Lestari) di Bengkulu selatan kecamatan Kedurang Ilir

sebagai objek penelitian sehingga diharapkan bagi PT BSL (Bengkulu Sawit

Lestari) dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi untuk

meningkatkan kinerja karyawan dengan pemahaman keselamatan dan

kesehatan kerja.
8

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Deskripsi Konseptual

2.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja

Menurut Yani (2012:157) Keselamatan Kerja merupakan kondisi yang

aman atau selamat dari penderitaan dan kerugian di tempat kerja berupa

penggunaan mesin, peralatan bahan-bahan dan proses pengolahan, lantai tempat

bekerja dan lingkungan kerja serta metode kerja.

Menurut Sumakmur dalam Yani (2012:158) Keselamatan kerja adalah

keselamatan yang bertalian dengan mesin, peralatan alat kerja, bahan serta

proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya sercaracara

melakukan pekerjaan.

Sedangkan menurut Mondy dan Noe (2005:360) Keselamatan Kerja adalah

perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang

terkait dengan pekerjaan. “Keselamatan kerja dapat diukur melalui beberapa

indicator yaitu :

1. Manusia

Manusia tentu saja memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam arti bisa lelah,

lalai atau melakukan kesalahan-kesalahan yang bisa disebabkan oleh

berbagai persoalan pribadi atau ketrampilanyang kurang dalam melakukan

pekerjaan.

8
9

2. Peralatan Kerja

Peralatan kerja atau pelindung bisa rusak atau tidak memadai. Untuk itu

perusahaan senantiasaharus memperjatikan kelayakan setiap peralatan yang

dipakai dan melatih para pegawai untuk memahami karakteristik setiap

peralatan dan mekanisme kerja peralatan tersebut.

3. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja bisa menjadi tempat kerja yang tidak aman, sumpek dan

terlalu penuh, penerangan dan ventilasi tidak memadai. Selain itu, iklim

psikologis di antara pekerja juga bisa kurang baik, misalnya tidak ada

interaksi yang saling

Membantu di antara para pekerja.

2.1.2 Pengertian Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja menurut Sumakmur dalam Yani (2012:158) adalah

Spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta praktiknya yang bertujuan

agar pekerja/ masyarakat memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik

fisik, mental maupun social dengan usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-

penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor

pekerjaan dan lingkungan kerja dan terhadap penyakit-penyakit umum.

Kesehatan kerja dapat diukur melalui beberapa indikator yaitu :

(Menurut Ranupandjono dan Husnan 2002:263)

1. Pemeriksaan Awal

Pemeriksaan awal adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan

sebelum seseorang calon/pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan)


10

mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan

mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya

sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya.

2. Pemeriksaan Berkala

Pemeriksaan berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan

secara berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan

resiko kesehatan yang dihadapi.

3. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksan khusus yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada

khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana

ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja.

Menurut Meily (2010:72), “Kesehatan kerja adalah upaya

mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan

kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi-tingginya.” Mencegah gangguan

kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari faktor

risiko pekerjaan yang merugikan kesehatan, penempatan pemeliharaan pekerja

dalam lingkungan kerja disesuaikan dengan kapabilitas fisiologi, psikologinya,

dan disimpulkan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia

kepada pekerjaannya. . Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang

bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh

lingkungan kerja (Mangkunegara, 2009:161). Resiko kesehatan merupakan factor-


11

faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang

ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress, emosi atau gangguan fisik.

Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna

ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan.

b. Mencengah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.

c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, sertakeserasian lingkungan

kerja.

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling

berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor

yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan

masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungapn, perilaku, dan pelayanan

kesehatan. Keempat faktor tersebut saling berpengaruh satu sama lainnya,

bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang

optimal, maka status kesehatan akan tercapai dengan baik.

Sedangkan menurut Swasto (2011:110) mengemukakan bahwa “Kesehatan

kerja menyangkut kesehatan fisik dan mental.” Kesehatan mencakup seluruh

aspek kehidupan manusia termasuk lingkungan kerja.

Swasto (2011:110) juga mengemukakan bahwa ada beberapa faktor-faktor

yang mempengaruhi kesehatan kerja antara lain :


12

1. Kondisi Lingkungan Tempat Kerja

Kondisi ini meliputi :

a. Kondisi fisik

Berupa penerangan, suhu udara, ventilasi ruangan tempat kerja, tingkat

kebisingan, getaran mekanis, radiasi dan tekanan udara.

b. Kondisi fisiologis

Kondisi ini dapat dilihat dari konstruksi mesin/peralatan, sikap badan dan

cara kerja dalam melakukan pekerjaan, hal-hal yang dapat menimbulkan

kelelahan fisik dan bahkan dapat mengakibatkan perubahan fisik tubuh

karyawan.

c. Kondisi khemis

Kondisi yang dapat dilihat dan uap gas, debu, kabut, asap, awan, cairan

dan benda padat.

2. Mental Psikologis

Kondisi ini meliputi hubungan kerja dalam kelompok/teman sekerja,

hubungan kerja antara bawahan dengan atasan dan sebaliknya, suasana

kerja, dan lain-lain.

Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap karyawan ini

bertujuan agar tidak terjadi kecelakaan ditempat kerja atau paling tidak

mengurangi tingkat kecelakaan di tempat kerja,sehingga proses produksi dapat

berjalan dengan semestinya


13

2.1.3 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Marihot (2009:312) “Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

suatu aspek penting dalam usaha meningkatkan kesejahteraan, produktivitas kerja,

sehingga menjadi suatu kewajiban dari perusahaan untuk meningkatkannya.”

Sedangkan menurut Mathis dalam Yuli (2005:211) pengertian

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah : Kegiatan yang menjamin

terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental

melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan dan kontrol terhadap pelaksanaan

tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang

berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka

bekerja.

Menurut Suma’mur (2001:104) keselamatan kerja merupakan suatu

rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi

para karyawan yang berkerja di perusahaan yang bersangkutan.

Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa Keselamtan Dan

Kesehatan Kerja (K3) adalah bagian penting untuk meningkatan kesejahteraan,

produkitivitas kerja, dan keamanan para karyawan dalam bekerja sesuai dengan

peraturan yang berlaku.


14

2.1.4 Tujuan dan Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Tujuan utama dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sedapat

mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap

karyawan dan untuk melindungi sumber daya manusianya. Mangkunegara

(2002:98) menyatakan bahwa, tujuan kesehatan kerja adalah:

1. Meningkatkan dan memelihara derajatkesehatan tenaga kerja yang

setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial.

2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.

3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan

tenaga kerja.

4. Meningkatkan kinerja.

Dengan demikian maksuddan tujuan tersebut adalah bagaimana

melakukan suatu upaya dan tindakan pencegahan untuk memberantas

penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bagaimanaupaya pemeliharaan

serta peningkatan kesehatan gizi, serta bagaimana mempertinggi efisiensi

dan kinerja karyawan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai

denganbaik.

Hasibuan (2002:89), Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus ditanamkan

padadiri masing-masing individu karyawan, dengan penyuluhan dan pembinaan

yang baikagar mereka menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya

maupun untuk perusahaan. Apabila banyak terjadi kecelakaan, karyawan banyak

yang menderita, absensi meningkat, produksi menurun, dan biaya pengobatan


15

semakin besar. Inisemua akan menimbulkan kerugian bagi karyawan maupun

perusahaan bersangkutan,karena mungkin karyawan terpaksa berhenti bekerja

sebab cacat dan perusahaan kehilangan karyawannya.

Rivai (2009:29) Perusahaan dapat melaksanakan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja dengan baik, maka perusahaan akan mendapat manfaat-manfaat

menjalankan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu:

1. Meningkatkan kinerja karyawan sehingga menurunnya jumlah hari kerja

yang hilang.

2. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi kerja yang telah ditetapkan

olehperusahaan.

3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung lebih rendah

karena menurunnya pengajuan klaim.

5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari

meningkatnya partisipasi dan rasa memiliki,

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra

perusahaan,dan

7. Meningkatkan keuntungannya secara substansial.

Tujuan dan manfaat dari kesehatan dan keselamatan kerja ini tidak dapat

terwujud dan dirasakan manfaatnya, jika hanya bertopang pada peran

tenaga kerja saja tetapi juga perlu peran dari pimpinan.


16

2.1.5 Alasan Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Sunyoto (2012:242) ada tiga alasan pentingnya Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) :

a. Berdasarkan Perikemanusiaan Pertama-tama para manajer mengadakan

pencegahan kecelakaan atas dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya.

Mereka melakukan demikian untuk mengurangi sebanyakbanyaknya rasa

sakit dan pekerja yang menderita luka serta keluarganya sering diberi

penjelasan mengenai akibat kecelakaan.

b. Berdasarkan Undang-Undang

Karena pada saat ini di Amerika terdapat undang-undang federal, undang-

undang Negara bagian dan undang-undang kota Praja tentang Keselamatan

dan Kesehatan Kerja dan bagi mereka yang melanggar dijatuhkan denda.

c. Ekonomis

Yaitu agar perusahaan menjadi sadar akan keselamatan kerja karena biaya

kecelakaan dapat berjumlah sangat besar bagi perusahaan.

Menurut Bangun Wilson (2012:379) terdapat tiga alasan keselamatan kerja

merupakan keharusan bagi setiap perusahaan untuk melaksanakannya, antara lain

alasan moral, hukum, dan ekonomi.

1. Moral

Manusia merupakan makhluk termulia di dunia, oleh karena itu sepatutnya

manusia memperoleh perlakuan yang terhormat dalam organisasi.Manusia

memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatn dan

kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan
17

harkat dan martabat manusia dan nilai-nilai agama (Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagankerjaan).Para

pemberi kerja melaksanakan itu untuk membantu dan memperingan beban

pederitaan atas musibah kecelakaan kerja yang dialami para karyawan dan

keluarga.

2. Hukum

Undang-Undang ketenagakerjaan merupakan jaminan bagi setiap pekerja

untuk menghadapi resiko kerja yang dihadapi yang ditimbulkan

pekerjaan. Para pemberi kerja yang lalai atas tanggung jawab dalam

melindungi pekerja yang mengakibatkan kecelakaan kerja akan mendapat

hukuman yang setimpal yang sesuai dengan Undang-undang

ketenagakerjaan. Yang tertara pada undang-undang nomor 1 tahun 1970

tentang keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi para pekerja

pada segala lingkungan kerja baik di darat, dalam tanah, permukaan air,

di dalam air maupun di udara, yang berada di wilayah kekuasaan hukum

Republik Indonesia.

3. Ekonomi

Alasan ekonomi akan dialami oleh banyak perusahaan karena

mengelurkan biaya-biaya yang tidak sedikit jumlahnya akibat kecelakaan

kerja yang dialami pekerja. Kebanyakan perusahaan membebankan

kerugian kecelakaan kerja yang dialami karyawan kepada pihak asuransi.

Kerugian tersebut bukan hanya berkaitan dengan biaya pengobatan dan


18

pertanggungan lainnnya, tetapi banyak faktor lain yang menjadi

perhitungan akibat kecelakaan kerja yang diderita para pekerja.

2.1.6 Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3) Terhadap Kinerja

Karyawan

Menurut (Bartos, 2001:150). Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) Terhadap Kinerja Karyawan adalah Penyakit akibat kerja apabila tidak

ditangani secara sungguh-sungguh dan terpadu, dapat menjadi bumerang bagi

para pekerja dan perusahaan di tempat mana mereka bekerja. Bagi tenaga kerja,

penyakit akibat kerja dapat menurunkan kinerja sekaligus menurunkan

pendapatan yang mereka terima. Sedangkan bagi perusahaan berakibat

menurunnya jumlah produksi serta memberikan citra yang kurang baik terhadap

kualitas dan kapasitas perusahaan. Pekerja bukanlah sebagai robot, untuk itu

pertimbangan ekonomi secara murni mungkin tidak baik maka perlu untuk

“memanusiakan pekerjaan” atau membuat suasana kerja lebih manusiawi.

Pekerja yang kesejahteraannya buruk tidak hanya menyebabkan rasa kecil

hati tetapi produktivitas mereka akan menurun. Lebih lanjut mereka tidak

menaruh minat, apatis dalam melakukan pekerjaan dan loyalitas mereka terhadap

perusahaan akan berkurang pula. Dari uraian tersebut maka pencegahan penyakit

akibat kerja dilakukan melalui pendekatan pekerja, pengusaha dan pengaturan

oleh pemerintah tentang norma-norma keselamatan dan kesehatan kerja, seperti

norma pengamanan kerja, norma memperlancar pekerjaan bongkar muat dan

penyimpanan barang, norma pencegahan aliran listrik dan sebagainya.


19

2.1.7 Dimensi Dan Indikator Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

Sesuai dengan dimensi dan indikator Keselamatan Dan Kesahtan Kerja (K3)

yang dijelaskan oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2006:67) adalah sebagai

berikut :

1. Kondisi Tempat Kerja

Dengan Indikatornya :

a. Fasilitas pendukung produksi

b. Tat letak produk

c. Jalur transportasi

d. Kebersihan

e. Rambu – rambu

f. Perlengkapan k3

2. Kondisi mesin

Dengan Indikatornya :

a. Perwatan mesin

b. Modifikasi mesin

c. Pemasangan masalah

d. Respon pada mesin yang bermasalah

3. Peralatan

Dengan indikator :

a. Kondisi peralatan

b. Penggunaan APD

c. Kelengkapan AP
20

4. Prosedur kerja

Dengan indikator :

a. Pelatihan

b. Pemahaman SOP

2.1.8 Pengertian Kinerja Karyawan

Menurut Amstrong dan Baron dalam Wibowo (2007:7), “Kinerja

merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan

strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada

ekonomi.”

Menurut Hasibuan (2002:160), kinerja karyawan adalah merupakan suatu

hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya atas

kecakapan, usaha dan kesempatan. Berdasarkan paparan diatas kinerja adalah

suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu menurut

standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Mathis dan Jackson (2000:78) Kinerja karyawan mengacu pada prestasi

karyawan yang diukur berdasarkan standar atau kriteria yang ditetapkan

perusahan. Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan sebagai

kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja

mempengaruhi seberapa banyak karyawan memberikan kontribusi kepada

organisasi, antara lain yaitu kualitas keluaran, kuantitas keluaran, jangka waktu

keluaran, dan kehadiran di tempat kerja.


21

Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa kinerja karyawan

adalah suatu hasil pencapaian yang di peroleh oleh seorang karyawan dalam

melaksanakan tugas - tugas yang telah di instruksikan dan sesuai dengan tanggung

jawab yang di berikan dan mampu menghasilkan output yang berkualitas dengan

seefisien mungkin dan mampu memberikan kotribusi yang besar terhadap

perusahaan sehingga mampu menghasilkan produk kualaitas terbaik dengan

waktu yang sangat efisien.

2.1.9 Faktor-Faktor Mempengaruhi Kinerja

Kinerja (performance) dapat dipengaruhi oleh dua faktor menurut Keith

Davis dalam Mangkunegara (2006:13), yaitu :

1. Faktor Kemampuan (Ability)

Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan

kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya pimpinan dan karyawan

yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai akan

lebih mudah mencapai kinerja maksimal kerja respek dan dinamis, peluang

berkarier dan fasilitas kerja yang relative memadai.

2. Faktor Motivasi (Motivation)

Motivasi diartikan suatu sikap pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja

di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif terhadap situasi

kerjanyaakan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika

mereka bersikap negative terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan

motivasi kerja yang rendah.


22

Menurut Hersey, Blanchard, dan Johnson dalam Wibowo (2016:84),

menenggarai bahwa kebanyakan manager sangat efektif dalam mengungkapkan

tentang apa yang menjadi masalah dalam kinerja. Akan tetapi, pada umumnya

lemah dalam mengetahui tentang bagaimana maslah tersebut terjadi.

Sedangkan menurut Armstrong dan Baron dalam Wibowo (2016:84), yaitu

sebagai berikut:

a. personal factors, ditunjukan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang

dimiliki, motivasi, dan komitmen individu.

b. leadership factor, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan

dukungan yang dilakukan manajer dan team leader.

c. Team factors, ditunjukan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan

kerja.

d. System factors, ditunjukan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang

diberikan organisasi.

e. Contextual/situational factors, ditunjukan oleh tingginya tingkat tekanan

dan perubahan lingkungan internal dan eksternal. Menurut Mangkunegara

(2005) kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor :

a. faktor individual yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang,

dan demografi.

b. faktor psikologis faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, atitude

(sikap), personality (kepribadian), pembelajaran, dan motivasi.


23

c. faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan,

penghargaan, strukstur dan job design. Menurut Mangkunegara (2005),

faktor - faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal :

a. faktor internal (disposisional), yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat

- sifat seseorang.

b. faktor eksternal, yaitu faktor - faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang

yang berasal dari lingkungan, seperti perilau, sikap, dan tindakan - tindakan

rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja. dan iklim organisasi.

Faktor - faktor internla dan eksternal ini merupakan jens - jenis atribusi

yang mempengaruhi kinerja seseorang.

2.1.10 Dimensi dan Idikator Kinerja Karyawan

Sesuai dengan dimensi dan indikator Kinerja Karyawan yang dijelaskan

oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2006:67) adalah sebagai berikut :

1. Kualitas kerja

Dengan indikator :

a. Penguasaan pengetahuan

b. Semangat kerja

2. Kuantitas kerja

Dengan indikator :

a. Hasil kerja

3. Jangka waktu pengerjaan

Dengan indikator :

a. Mutu hasil efisien dan efektif


24

b. Ketepatan dan ketelitian

4. Leadership faktor

Dengan indikator :

a. Motivasi

b. Bimbingan

c. Penilaian

5. System faktor

Dengan indikator :

a. Sistem kerja

b. Fasilitas kerja

2.2 Kerangka Teoritik

Gambar 2.2

Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) Kinerja


(Variabel X) (Variabel Y)

Berdasarkan kerangka teoritik di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Diduga Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) berpengaruh signifikan

secara simultan terhadap Kinerja Karyawan.


25

2.3 Defenisi Oprasional

Tabel .1 Defenisi Operasional


No Variabel Definisi Oprasional Dimensi Indikator Skala
Variabel
1. 1.Keselam Berdasarkan Kondisi 1. Fasilitas Ordina
atan dan pengertian diatas pendukung
Tempat l
Kesehatan disimpulkan bahwa produksi
Kerja (K3) Keselamtan Dan keja 2. Tata letak
(X1) Kesehatan Kerja (K3) produk
3. Jalur
adalah bagian penting
transportasi
untuk meningkatan 4. Kebersihan
kesejahteraan, 5. Rambu-
produkitivitas kerja, rambu
dan keamanan para 6. Perlengkapan
karyawan dalam P3K
bekerja sesuai dengan Kondisi 1. Perawatan
peraturan yang mesin
mesin
berlaku. 2. Modifikasi
mesin
3. Penangan
mesin
4. Respon pada
mesin yang
bermasalah
Peralatan 1. Kondisi
peralatan
2. Penggunaan
APD
3. Kelengkapan

Prosedur 1. Pelatihan
2. Pemahaman
kerja
SOP

(Anwar Prabu
Mangkunegara
(2006:67) )
26

No Variabel Definisi Oprasional Dimensi Indikator Skala


Variabel
2. Kinerja Berdasarkan Kualitas 1. Penguasaan Ordina
pengertian diatas pengetahuan l
karyawan kerja
disimpulkan bahwa 2.Semngat kerja
(Y) kinerja karyawan Kuantitas 1. Hasil keja
adalah suatu hasil
pencapaian yang di kerja
peroleh oleh seorang
karyawan dalam
melaksanakan tugas - Jangka 1. Mutu hasi
tugas yang telah di efesiensi
waktu
instruksikan dan 2. Ketetapan
sesuai dengan perkerjaan dan ketelitian
tanggung jawab yang
di berikan dan mampu
menghasilkan output
Leadershi 1. Motivasi
yang berkualitas
2. Bimbingan
dengan seefisien p faktor
3. Peneltian
mungkin dan mampu
memberikan kotribusi
yang besar terhadap
perusahaan sehingga System 1. Sistem kerja
mampu menghasilkan 2. Fasilitas kerja
produk kualaitas faktor
terbaik dengan waktu
yang sangat efisien. (Anwar Prabu
Mangkunegara
(2006:67) )

2.4 Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu dalam penelitian ini merupakan penelitian yang

memiliki variabel yang sama dengan penelitian ini. Adapun penelitian

terdahulunya adalah sebagai berikut :


27

No Metode
Nama
Judul Analisis Hasil penelitian
Peneliti/Tahun
data
1. Elphiana Pengaruh Analisis Hasil penelitian
1.(2017) Keselamatan Regresi menunjukkan keselamatan
Dan Linier dan kesehatan kerja
Kesehatan Sederhana. memiliki pengaruh yang
Kerja signifikan terhadap kinerja
Terhadap Karyawan PT Pertamiana
Kinerja EP Assset 2 Wilayah
Karyawan Pt. Prabumulih. Hal ini
Pertamina Ep menunjukkan bahwa K3
Asset 2 berperan penting dalam
Prabumulih meningkatkan Kinerja
. karyawan karena K3 yang
memberikan rasa nyaman
dalam bekerja dan
kepercayaan yang tinggi
akan mendorong
peningkatan perilaku kerja
melalui jaminan kesehatan
dan adanya komunikasi
antara pekerja dengan
pihak manajer dan sesama
pekerja.
2. Agatha Finona Pengaruh Analisis Hasil penelitian
Fatoni Keselamatan Regresi menunjukkan bahwa
(2018) Dan Linier keselamatan dan kesehatan
Kesehatan Berganda kerja secara simultan
Kerja (K3) berpengaruh signifikan
Terhadap terhadap kinerja karyawan
Kinerja yang dapat diihat dari nilai
Karyawan sig.F < α yaitu 0,000 <
(Studi Pada 0,05 atau dari nilai Fhitung >
Pg Kebon Ftabel yaitu 44,382 > 3,143.
Agung Secara parsial keselamatan
Malang) kerja berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
karyawan sebesar 0,662.
Sedangkan kesehatan kerja
berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap
kinerja karyawan sebesar
0,385.
28

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian,

karena hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah yang dihadapi.

Menurut Sugiyono (2011:64) “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pertanyaan.” Berdasarkan landasan teori di atas, maka

peneliti merumuskan hipotesis yang akan diuji kebenarannya, apakah hasil

penelitian akan menerima atau menolak hipotesis tersebut, berikut adalah

hipotesisnya :

H1 : Diduga Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) berpengaruh signifikan

secara simultan terhadap Kinerja Karyawan.


29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Pengaruh Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan pada PT BSL (Bengkulu Sawit

Lestari) di Bengkulu selatan kecamatan Kedurang Ilir.

3.2 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif. Metode kuantitatif yaitu penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik

pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik

dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2016:8).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat. Variable bebas dalam penelitian ini adalah adalah Keselamatan

Dan Kesehtan Kerja (K3) (X) sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini

adalah Kinerja Karyawan (Y).

3.3 Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

29
30

2008). Untuk jumlah populasi pada penelitian ini adalah karyawan

bagian produksi PT BSL (Bengkulu Sawit Lestari ) yang berjumlah 54

orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2016:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan

pertimbangan (judgement) tertentu (Sugiyono, 2016:85).

Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan bagian produksi PT BSL

(Bengkulu Sawit Lestari). Jadi total sampel adalah 54 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

(angket) dan Ovservasi. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan jawaban atas

pertanyaan apa yang ingin peneliti tanyakan dalam bentuk tertulis.

1. Kuesioner

Menurut Sugiyono (2016:142) kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Pada penelitian ini angket atau kuesioner diberikan kepada Karyawan

PT. BSL ( Bengkulu Sawit Lestari) kebagian produksi.


31

2. Ovservasi

Sugiyono (2016:145) Teknik pengumpulan data dengan observasi

digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses

kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu

besar.

Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara

mengamati objek penelitian secara langsung dan seksama tentang Pengaruh

Keselamtan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT.

BSL ( Bengkulu Sawit Lestari) Di Bengkulu Selatan Kecamatan Kedurang

Ilir.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

lebih dapat diinterprestasikan. Data yang dihimpun dari hasil penelitian

dilapangan akan peneliti bandingkan dengan data perpustakaan, kemudian

dilakukan untuk menarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif

dengan melihat korelasinya (hubungan antar variabel). Deskriptif merupakan

penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian

yang terjadi pada saat sekarang, dengan berdasarkan data yang dikumpulkan dari

hasil penyebaran kuesioner, dan data tersebut diolah dan dianalisis. Alat analisis

yang digunakan adalah dengan analisa distribusi frekuensi untuk melihat gambar

secara umum dari responden terhadap masing-masing variabel penelitian yang ada
32

pada kuesioner. Sebaran frekuensi akan digambarkan dalam bentuk jumlah kasus

dan persentasi dari total kasus.

Variabel diukur dengan skala likert. Skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang

fenomena sosial (Sugiyono, 2016:93). Skala likert yang digunakan yaitu (SS =

Sangat setuju) dengan skor 5, (S = Setuju) dengan skor 4, (N = Netral) dengan

skor 3, (TS = Tidak Setuju) dengan skor 2, (STS = Sangat Tidak Setuju) dengan

skor 1.

3.5.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses

transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah untuk

dipahami dan diinterpretasikan. Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini

meliputi rata-rata (mean), ukuran penyebaran (standar deviasi), dan bentuk

distribusi (nilai minimum dan nilai maksimum) data yang penentuannya

menggunakan program SPSS Statistic 16.0.

3.5.2.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Pengukuran atau teknik validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan coefficient correlation pearson yaitu dengan menghitung korelasi

antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor (Ghozali, 2013:52).
33

Data dikatakan valid apabila korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan

dengan total skor setiap konstruknya signifikan pada taraf signifikan < 0,05 atau

0,01 maka pertanyaan tersebut dikatakan valid.

3.5.2.2 Uji Reabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan

reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten

atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2013:47). Uji reliabilitas diukur dengan

uji statistik Cronbach’s Alpha (α) yaitu suatu variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0.70. (Nunnaly, 1994 dalam Ghozali,

2013:48).

3.5.3 Analisis Data

3.5.3.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui ketepatan data

pengujiannya antara lain sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Ghozali (2013:160) Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai

residual mengikuti distribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar maka uji

statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Pada uji normalitas data
34

ini menggunakan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan program

SPSS.

Penggunaan uji Kolmogorof-Smirnov atau uji K-S termasuk dalam

golongan non-parametrik karena peneliti belum mengetahui apakah data yang

digunakan termasuk data parametric atau bukan. Pada uji K-S, data dikatakan

normal apabila nilan Sign > 0.05 (Lupiyoadi, 2015:135).

2. Uji Multikolonieritas

Ghozali (2013:105) Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi ditemukan adanya kolerasi antara variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen. Uji Multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai VIF

(Variance Inflation Factors) dan nilai toleransi. Jika nilai toleransi > 0,10 atau

sama dengan nilai VIF < 10, artinya tidak ada korelasi antar variabel bebas atau

tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas. Masalah Multikolinearitas

terjadi apabila nilai Tolerance nya < 0,10 atau jika suatu variabel independen

mempunyai nilai VIF > 10.

3. Uji Heteroskedastisidas

Ghozali (2013:139) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain, jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas.


35

Salah satu untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas pada

penelitian ini adalah dengan menggunakan Uji Glejser pada program SPSS. Dasar

pengambilan keputusan yaitu secara statistik variabel independen dikatakan tidak

signifikan karena > 0,05 (5%), sehingga semakin tidak signifikan variabel

penjelas mengindikasikan bahwa model sudah terbebas dari gejala

heteroskedastisitas.(Ghozali, 2013: 142 (Gujarat, 2003).

3.5.4 Uji Hipotesis

Dalam penelitian kuantitatif sebagaimana disebutkan bahwa hipotesis

yang diujikan adalah hipotesis Satu (𝐻1 ) atau juga disebutkan dengan hipotesis

statistik.

Banyak kalangan penelitian berpendapat, dalam banyak hal, penelitian

kuantitatif lebih matematis, lebih sistematis dari pada penelitian kuantitatif begitu

pula dalam menguji hipotesis penelitian karena cenderung menggunakan

pengukuran statistik, maka lebih banyak memiliki alat-alat yang objektif.

3.5.4.1 Regresi Linier Sederhana

Menurut Sugiyono (2011:237) regresi sederhana didasarkan pada

hubungan fungsional ataupun kausal antara satu variabel independen dengan satu

variabel dependen. Dalam analisa ini untuk menghitung koefisien regresi

sederhana berdasarkan hasil perhitungan SPSS, diantaranya:

Y = a + bx

Keterangan:

Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan.


36

a = Harga Y apabila X = 0 (harga konstan).

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka

peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang

didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, bila (-)

maka terjadi penurunan.

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai

tertentu.

3.5.4.2 Uji Statistik t (Uji Parsial)

Uji Statistik t pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan seberapa

jauh pengaruh suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen. Uji t digunakan untuk mengukur signifikansi pengaruh

pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t hitung

masing-masing koefisien regresi dengan t tabel (nilai kritis) sesuai dengan tingkat

signifikansi yang digunakan. Ketentuan menilai hasil hipotesis uji t adalah

digunakan tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df= n-1 (Ghozali,

2013: 98)

3.5.4.3 Uji Statistik F (Uji Simultan)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:98). Dengan

tingkat signifikan sebesar 5% (α = 0,05). Pengujian secara simultan ini dilakukan

dengan cara membandingkan antara tingkat signifikan F dari hasil pengujian


37

dengan nilai signifikan yang digunakan dalam penelitian ini. Cara pengujian

simultan terhadap variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Jika tingkat signifikansi F < 0,05 yang diperoleh dari hasil pengelolaan

nilainya lebih kecil dari nilai signifikansi yang digunakan maka dapat

disimpulkan bahwa semua variabel independen secara simultan berpengaruh

terhadap variabel dependen.

b. Jika tingkat signifikansi F > 0,05 yang diperoleh dari hasil pengelolaan

nilainya lebih kecil dari nilai signifikansi yang digunakan maka dapat

disimpulkan bahwa semua variabel independen secara simultan tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen

3.5.4.4 Uji Koefesien Determinasi

Koefisien determinasi (R2 )pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai (R2 ) yang kecil berarti kemampuan

variabel – variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen

sangat terbatas.Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen. Uji determinasi (R2 )dilakukan menggunakan program SPSS (Ghozali,

2013: 97)

Anda mungkin juga menyukai