Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sumber daya manusia merupakan salah satu aspek yang paling
menentukan keberhasilan suatu organisasi. Suatu perusahaan dianggap
berhasil apabila tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai, sedangkan
manajer yang berhasil adalah manajer yang mampu melihat sumber daya
yang nantinya dapat dikelola sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh
perusahaan itu sendiri. Perusahaan dituntut untuk mampu mengelola sumber
daya manusia yang dimilikinya dengan baik demi kemajuan perusahaan, serta
keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh hasil dari kinerja karyawan.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu hal yang harus
diperhatikan oleh setiap perusahaan, dimana sekarang ini kecelakaan kerja
masih sering terjadi di Negara kita. Di satu sisi kecelakaan kerja faktor
terjadinya kecelakaan kerja adalah dari manusia itu sendiri karena kurangnya
kesadaran dari perusahaan saja. Bila terjadi kesalahan yang banyak terjadi,
karyawan banyak yang akan menderita, absensi meningkat, produksi
menurun, dan biaya pengobatan semakin besar maka akan menimbulkan
kerugian bagi karyawan dan perusahaan karena karyawan bisa berhenti
bekerja dan perusahaan akan kehilangan karyawan. Berkaitan dengan hal
tersebut sangat dibutuhkan peranan dari berbagai pihak-pihak terkait untuk
dapat menekan tingkat kecelakaan kerja dan memberikan perlindungan
maksimal terhadap kerja.
Dalam menjalankan suatu bisnis perusahaan membutuhkan sumber
daya manusia, yaitu karyawan. Sumber daya manusia sebagai karyawan tidak
lepas dari masalah yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja
sewaktu bekerja dengan menjamin keselamatan dan kesehatan kerja dapat
menumbuhkan semangat kerja pada karyawan. Karyawan yang bekerja
memiliki hak atas kesehatan dan keselamatan kerja yang pelaksanaannya
dilandasi oleh peraturan perundangan-undang. Kesehatan dan keselamatan

1
2

kerja (K3) yang dijadikan aspek perlindungan tenaga kerja sekaligus


melindungi asset perusahaan yang bertujuan sedapat mungkin memberikan
jaminan kondisi yang aman dan sehat kepada setiap karyawan dan untuk
melindungi Sumber Daya Manusia (SDM). Kesehatan dan Keselamatan Kerja
bertujuan untuk mengurangi angka kecelakaan kerja khususnya di Indonesia.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu
persyaratan untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan, dimana
keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan kebijakan yang dibuat
pemerintah untuk melindungi tenaga kerja dan mengatur hak-hak serta
kewajiban pegawai terhadap perusahaan. Perlindungan terhadap tenaga kerja
merupakan suatu kewajiban yang harus diberikan oleh pihak perusahaan
terhadap pegawainya, sehingga pegawai dapat bekerja lebih tenang, aman,
dan nyaman dan target produksi dapat terpenuhi.
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di
Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih
tingginya angka kecelakaan kerja. Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah,
padahal tenaga kerja adalah faktor penting bagi kegiatan perusahaan, karena
perusahaan tidak mungkin bisa lepas dari yang namanya tenaga kerja.
Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di
dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi
pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja
(produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat
ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian
perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Sumber daya manusia merupakan potensi yang harus dikembangkan
dan berdayakan guna menunjang pelaksanaan dan penyelenggaraan kegiatan
perusahaan. Mengembangkan sumber daya manusia sebagai upaya untuk
meningatkan kemampuan atau potensi yang terdapat pada diri setiap
karyawan
3

guna mewujudkan hasil yang optimal dalam pelaksanaan tugas dan


tanggungjawab yang dibebankannya.
Dalam membangun tenaga kerja yang produktif, sehat, dan berkualitas
perlu adanya manajemen yang baik yang berkaitan dengan masalah kesehatan
dan keselamatan kerja. Sebab, keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai
tujuan pokok dalam upaya memajukan dan mengembangkan proses
industrisial serta upaya mewujudkan kesejahteraan sumber daya manusia.
Karyawan yang memiliki kesejahteraan yang buruk akan mempengaruhi
prouktivitasnya. Dengan demikian keselamatan dan kesehatan kerja sangat
berpengaruh terhadap produktivitas karyawan.
Komitmen pegawai terhadap organisasi meliputi kontribusi untuk
mencapai tujuan organisasi. Komitmen awal pegawai ditentukan melalui
karakteristik individu-individu (misalnya kepribadian dan nilai organisasi)
dan pengalaman baru pegawai ketika mulai bekerja (apakah sesuai dengan
harapan mereka atau tidak). Pengalaman kerja pegawai memengaruhi
komitmen organisasi.
Produktivitas kerja merupakan syarat utama bagi perusahaan dalam
menghadapi persaingan usaha serta peningkatan pendapatan perusahaan.
Produktivitas tenaga kerja merupakan suatu kaitan antara output yakni hasil
kerja dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk oleh
seorang tenaga kerja. Produktivitas merupakan salah satu ukuran yang sering
dipakai dalam menentukan efektivitas organisasi. Sebuah organisasi atau
perusahaan tidak akan dapat berkembang apabila produktivitas kerja
karyawannya juga tidak mengalami peningkatan apalagi dengan semakin
tingginya tingkat persaingan yang ada dalam dunia bisnis. Peningkatan
kualitas dan produktivitas adalah kata kunci (keywords) untuk dapat mengejar
ketinggalan sehingga mampu bersaing bukan hanya ditataran ragional dan
nasional, tetapi juga dilevel global. Peningkatan kualitas dan produktivitas
harus dilakukan secara terus menerus, baik ditingkat pusat maupun daerah.
Perusahaan PT. Minos Electronic Technology Tangerang dalam
menerapkan pentingnya pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja dan
4

komitmen mempunyai beberapa unsur-unsur penunjang keamanan yang


bersifat material, yaitu: baju dan sandal kerja anti statis, topi kerja, sarung
tangan, masker, buku panduan SOP dan himbauan tanda bahaya. Unsur-unsur
penunjang keamanan yang bersifat non material, yaitu: ketelitian,
tanggungjawab, fokus, disiplin dan kerjasama.
Unsur permasalahan pengaruh K3 dan komitmen yang sering sekali
terjadi pada karyawan PT. Minos Electronic Technology yaitu unsur-unsur
berupa penunjang keamanan yang bersifat non material pada bagian operator,
karena untuk karyawan pada bagian operator sering sekali melupakan
membaca buku petunjuk penggunaan alat berdasarkan Standar Operasional
(SOP) sebelum memulai bekerja, alasannya operator adalah sebagai
penanggungjawab akan mesin yang sudah menjadi bagian dalam
pekerjaannya, banyak para operator meninggalkan mesin tempat kerja (pos)
untuk berbagai macam alasan, untuk tidur atau beristirahat pada saat jam
kerja akan tetapi lupa mematikan mesin walaupun hanya sebentar, dan ketika
ada kerusakan pada mesin mereka tidak mau bertanggungjawab karena
kesalahan kecil tidak membaca buku petunjuk penggunaan alat yang
didalamnya ada petunjuk cara menggunakan serta merawat mesin. unsur
permasalahan PT. Minos Electronic Technology yang bersifat material
didalam perusahaan, yaitu: Kebisingan suara mesin, ruang kerja atau material
yang belum memadai. Kebisingan suara mesin didalam sebuah perusahaan
atau ruang produksi akan menimbulkan gangguan terhadap rasa fokus kepada
karyawan yang sedang bekerja, bisa juga menimbulkan pengaruh terhadap
kesehatan operator, lalu tempat kerja karyawan masih belum tertata rapih dan
bersih dapat menurunkan kinerja karyawan, karena tempat atau ruang kerja
yang belum rapih dan memadai akan menimbulkan beberapa gangguan
terhadap karyawan, misalnya: Alat material yang terjatuh karena penataan
yang belum maksimal bisa menyebabkan karyawan tertimpah dan bisa
menyebabkan kerugian pada perusahaan.
Begitupun kenyataan yang terjadi di sebuah perusahaan bahwa tidak
semua karyawan mempunyai keterlibatan komitmen yang tinggi. Seperti yang
terjadi di PT. Minos Electronic Technology bahwa ada indikasi-indikasi kalau
5

komitmen diantara karyawannya mulai menurun sekitar 6 bulan terakhir ini.


Indikasi menurunnya komitmen dapat digambarkan dengan adanya catatan
dari personalia bahwa beberapa karyawannya yang mulai suka terlambat
masuk kerja, membolos, meninggalkan jam kerja dan bahkan ada beberapa
karyawan yang mengajukan surat pengunduran diri.
Melihat kenyataan seperti itu perlu kiranya mencari penyebab dari
berkurangnya komitmen karyawan terhadap organisasi perusahaan.
Sedangkan yang terjadi di PT. Minos Electronic Technology menurut catatan
personalia bahwa jarang sekali karyawan yang menunjukkan semangat
bekerja untuk meraih prestasi kerja yang tinggi karena menurut standar
penilaian kerja, rata- rata karyawan PT.Minos Electronic Technology nilainya
hanya sedang-sedang saja bahkan ada yang cenderung rendah, yang mana hal
tersebut mengindikasi kurang terdorongnya karyawan PT.Minos Electronic
Technology dalam mencapai prestasi kerja atau dengan kata lain kurangnya
motivasi berprestasi diantara karyawan. Fakta lain yang ditemukan penulis
bahwa banyak karyawan tidak begitu peduli dengan hasil dari kinerja dan
produktivitas mereka. Ada beberapa dari mereka tidak mau menerima resiko
dari pekerjaannya sehingga akhirnya mereka tidak terlalu loyal dan
berkomitmen pada perusahaan.
Berdasarkan analisis penulis kepastian penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja karyawan berdampak positif pada produktivitas kerja
karyawan. Jika karyawan merasa puas dengan kondisi kerja mereka maka
karyawan akan cenderung semangat dalam bekerja. Uraian tadi mendorong
peneliti untuk melihat sejauh mana penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja karyawan terutama pada PT. Minos Electronic Technology Karawaci
Tangerang mengingat PT. Minos Electronic Technology dengan produksi
elektronik berskala besar dan mempunyai karyawan yang banyak pula.
Sehingga program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan (K3)
diperlukan dan memang ada di perusahaan. Akan tetapi, bagaimana dan
sejauh mana pelaksanaan program tersebut berpengaruh terkait dengan
produktivitas kerja karyawan. Dengan ini mengambil judul
6

Pengaruh K3 dan Komitmen Terhadap Produktivitas Kerja pada


Karyawan PT. Minos Electronic Technology.

1.2 Pembatasan Masalah


Adapun beberapa batasan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh keselamatan kerja, kesehatan kerja, komitmen dan produktivitas
kerja. Dan pembahasan ini hanya meliputi karyawan PT. Minos Electronic
Technology.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap
produktivitas kerja karyawan pada PT. Minos Electronic Technology ?
2. Bagaimana pengaruh Komitmen terhadap produktivitas kerja karyawan
Pada PT. Minos Electronic Technology ?
3. Seberapa besar pengaruh Keselamatan & Kesehatan Kerja dengan
Komitmen produktivitas kerja karyawan pada PT. Minos Electronic
Technology ?

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk menganalisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan terhadap
produktivitas kerja karyawan Pada PT. Minos Electronic Technology.
2. Untuk menganalisis Komitmen Kerja Karyawan terhadap produktivitas
pada PT. Minos Electronic Technology.
3. Untuk menghitung besarnya pengaruh Keselamatan dan Kesehatan
Karyawan dan Komitmen terhadap produktivitas kerja karyawan PT.
Minos Electronic Technology.
7

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Praktis (guna laksana)
a. Bagi penulis
Penulis mendapatkan dan menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai bidang sumber daya manusia secara rill, khususnya
mengenai keselamatan kerja, kesehatan kerja dan komitmen kerja.
b. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan
pemikiran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi perusahaan dalam upaya mengelola keselamatan dan
kesehatan kerja dan komitmen yang terjadi didalam perusahaan.
1.5.2 Manfaat Teoritis (keilmuan)
a. Hasil penelitian ini sebagai sarana dalam menambah wawasan dan
menerapkan ilmu pngetahuan yang diperoleh pada masa perkuliahan.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pemahaman lebih dalam
mengenai pengaruh dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan
komitmen terhadap produktivitas kerja dari suatu perusahaan.
c. Dapat menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia


Pengelolaan sumber daya harus memperlakuan karyawan, sesuai
dengan norma-norma yang berlaku, memberikan rasa keadilan kepada
semua sumber daya manusia yang terlibat. Manajemen sumber daya
manusia juga menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan,
penyusunan karyawan, kepuasan kerja karyawan dan hubungan
ketenagakerjaan yang baik.
MSDM merupakan bagian dari manajemen. Oleh karena itu, teori-
teori manajemen umum menjadi dasar pembahasannya. MSDM lebih
memfokuskan pembahasan mengenai pengaturan peranan manusia dalam
mewujudkan tujuan yang optimal, organisasian, pengarahan, pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,pemeliharaan, kedisiplinan
dan pemberhentian tenaga kerja untuk membantu terwujudnya tujuan
perusahaan, karyawan maupun masyarakat. Jelasnya MSDM mengatur
tenaga kerja sedemikian rupa sehingga terwujudnya tujuan perusahaan,
kepuasaan karyawan dan masyarakat.

Menurut Siagian (2015:41), “Sumber Daya Manusia adalah langkah


tertentu yang diambil guna lebih menjamin bahwa bagi organisasi tersedia
tenaga kerja yang tepat untuk menduduki berbagai kedudukan, jabatan,
dan pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat”.

Menurut Kasmir (2016:6) “Manajemen Sumber Daya Manusia adalah


proses pengelolaan manusia, melalui perencanaan, rekrutmen, seleksi,
pelatihan, pengembangan, pemberian, kompensasi, keselamatan dan
kesehatan serta menjaga hubungan industrial sampai pemutusan
hubungan kerja guna mencapai tujuan perusahaan dan
peningkatan kesejahteraan stakeholder”
Menurut Henry (2015:4), menyatakan pengertian manajemen sumber
daya manusia sebagai berikut :

8
9

Manajamen Sumber Daya Manusia adalah sebagai


pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian,
balasan jasa dan pengelolaan terhadap individu anggota
organisasi atau kelompok bekerja. Manajemen Sumber Daya
Manusia juga menyangkut desain dan implementasi sistem
perencanaan, penyusunan, personalia, pengembangan
karyawan, pengelolaan karir, evaluasi kerja, kompensasi
karyawan dan hubungan perburuhan yang mulus.

Menurut Edy Sutrisno (2017:6), “Manajemen Sumber Daya Manusia


merupakan kegiatan perencanaan, pengadaan, pengembangan,
pemeliharaan, serta penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai
tujuan baik secara individu maupun organisasi.”
Menurut Dessler (2015:3), “Manajemen Sumber Daya Manusia adalah
proses untuk memperoleh, melatih, menilai dan mengompensasi karyawan
dan untuk mengurus relasi tenaga kerja, kesehatan dan keselamatan, serta
hal-hal yang berhubungan dengan keadilan,”
Menurut Hasibuan (2013:10) “Manajemen sumber daya manusia
adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar
efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan,
dan masyarakat”.
Sedangkan Mangkunegara (2013:2) “Manajemen sumber daya
manusia merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengadaan,
pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan dan
pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi”.
Pengertian lainnya diungkapkan oleh Sunyoto (2013:1)
“Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang
penting dalam suatu organisasi atau perusahaan, disamping faktor lain
seperti aktiva dan modal”.
Kemudian Kasmir (2016:6) menyatakan pengertian sumber daya
manusia sebagai berikut:
10

Manajemen sumber daya manusia adalah proses pengelolaan


manusia, melalui perencanaan, rekruitmen, seleksi, pelatihan,
pengembangan, pemberian kompensasi, karir, keselamatan
dan kesehatan serta menjaga hubungan industrial sampai
pemutusan hubungan kerja guna mencapai tujuan perusahaan
dan stakeholder.
Kemudian menurut Suwatno (2014:16) “Manajemen sumber
daya manusia adalah suatu bidang manajemen yang khusus
mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi
perusahaan”
Dari beberapa pengertian diatas mengenai manajemen sumber
daya manusia yang dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan
bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan kegiatan yang
mengelola karyawan pada suatu perusahaan dengan sedemikian
rupa untuk tetap menjalankan visi dan misi perusahaan.

2.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia


Menurut Hasibuan (2013:21), fungsi manajemen sumber daya
manusia meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian.
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga
kerja secara efektif serta efisen agar sesuai dengan kebutuhan
perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan
dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian.
2. Pengorganisasian (Organization)
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua
karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja,
delegasi wewenang, integrasi, dalam koordinasi dalam bagan organisasi
(Organization chart)
3. Pengarahan (Directing)
11

Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan mau


bekerjasama dan efektif serta efisien dalam membantu tercapainya
tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
4. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar
menaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan
rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan
tindakan perbaikan dan penyerpunaan rencana.
5. Pengadaan (Procurement)
Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan
induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
6. Pengembangan (Development)
Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis,
konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan yang
diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun
masa depan.
7. Kompensasi (Compensation)
Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak
langsung (indirect) , uang atau barang kepada karyawan sebagai
imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi
adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya,
layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta
berpedoman pada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan
internal dan eksternal konsitensi.
8. Pengintegrasian (Integration)
Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan
perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang
serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba,
karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya.
Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam MSDM,
karena mempersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang.
12

9. Pemeliharaan (Maintenance)
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan
kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau
bekerja sama sampai pensiun.
10. Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan-
peraturan perusahaan dan norma-norma social.
11. Pemberhentian (Separation)
Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu
perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan,
keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab-sebab
lainnya. Pelepasan ini diatur oleh Undang-Undang No. 12 tahun 1964.
Berdasarkan definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
manajemen sumber daya manusia yaitu ilmu yang mempelajari tentang
strategi, perencanaan, pengelolaan manusia, pelatihan, pengembangan
pemeliharaan, untuk membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan
dan masyarakat.

2.3 Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia


Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan mewujudkan
hasil tertentu melalui kegiatan orang-orang. Hal ini berarti bahwa sumber
daya manusia berperan penting dan dominan dalam manajamen.
Menurut Hasibuan (2016:14) Manajemen Sumber Daya Manusia
mengatur menetapkan program kepegawaian yang mencakup masalah-
masalah sebagai berikut:

1. Menetapkan jumlah, kualitas, dan penempatan tenaga kerja yang efektif


sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
2. Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan.
3. Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan, promosi dan
pemberhentian.
13

4. Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada


masa yang akan datang.
5. Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan
perkembangan perusahaan pada khususnya.
6. Memonitor dengan cermat undang-undang perubahan dan
kebijaksanaan pemberian balas jasa perusahaan-perusahaan sejenis.
7. Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh.
8. Melaksanakan pendidikan, latihan, dan penilaian prestasi karyawan.
9. Mengatur mutasi karyawan baik vertical maupun horizontal.
10. Mengatur pensiun, pemberhentian, dan pesangonnya.

Peranan manajemen sumber daya manusia diakui sangat menentukan


bagi terwujudnya tujuan, tetapi memimpin unsur manusia ini sangat sulit
dan rumit. Tenaga kerja manusia selain mampu, cakap, dan terampil juga
tidak kalah pentingnya kemauan dan kesungguhan mereka untuk bekerja
efektif dan efisien. Kemampuan dan kecakapan kurang berarti jika tidak
diikuti moral kerja dan kedisiplinan karyawan dalam mewujudkan tujuan.
2.4 Pentingnya Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya, secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen ini terdiri dari
enam unsur (6 M) yaitu: men, money, methode, materials, machines, dan
market.
Unsur manusia (men) ini berkembang menjadi suatu bidang ilmu
manajemen yang disebut manajemen sumber daya manusia atau ditingkat
MSDM yang merupakan terjemahan dari man power management.
Manajemen yang mengatur unsur manusia ini ada yang menyebutnya
manajemen kepegawaian atau manajemen personalia (personnel
management).

Menurut Hasibuan (2016:9) persamaan dan perbedaan manajemen


sumber daya manusia adalah sebagai sebagai berikut:
14

Persamaan Manajemen Sumber Daya Manusia dengan manajemen


personalia adalah keduanya merupakan ilmu yang mengatur unsur
manusia dalam suatu organisasi, agar mendukung terwujudnya tujuan.

Perbedaan Manajemen Sumber Daya Manusia dengan manajemen


personalia sebagai berikut:

1. Manajemen Sumber Daya Manusia dikaji secara makro, sedangkan


manajemen personalia dikaji secara mikro.
2. Manajemen Sumber Daya Manusia menganggap bahwa karyawan
adalah kekayaan (asset) utama organisasi, jadi harus dipelihara dengan
baik. Manajemen personalia menganggap bahwa karyawan adalah
faktor produksi, jadi harus dimanfaatkan secara produktif.
3. Manajemen Sumber Daya Manusia pendekatannya secara modern,
sedangkan manajemen personalia pendeketannya secara klasik.

2.5 Pengertian Sumber Daya Manusia


Pada awalnya Sumber Daya Manusia merupakan terjemahan dari
“Human resources” namun para ahli menyamakan sumber daya manusia
dengan “Manpower” (tenaga kerja). Bahkan sebagian orang yang
menyertakan pengertian sumber daya manusia dengan personalia
(personalia, kepegawaian, dan sebagainya) Sumber daya Manusia memicu
percikan kreatif disetiap organisasi, orang-orang menghasilkan barang dan
jasa, mengawasi mutu, memasarkan produk. Sumber Daya Manusia
(SDM) merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus dimiliki dalam
upaya mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Sumber daya manusia
merupakan elemen utama organisasi dibandingkan dengan elemen sumber
daya manusia yang lain seperti modal, teknologi, karena manusia itu
sendiri yang mengendalikan faktor yang lain.
Menurut Hasibuan (2017:244) “Sumber Daya Manusia adalah
kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu.
Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya,
15

sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi


kepuasaan”. Sedangkan menurut Siagian (2015:41), “Sumber Daya
Manusia adalah langkah tertentu yang diambil guna lebih menjamin bahwa
organisasi tersedia tenaga kerja yang tepat untuk menduduki berbagai
kedudukan, jabatan, dan pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat”.

Berdasarkan definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa sumber


daya manusia yaitu tenaga kerja (manpower), kemampuan terpadu dari
daya piker dan daya fisik yang dimiliki individu guna lebih menjamin
bahwa bagi organisasi tersedia tenaga kerja yang tepat untuk menduduki
berbagai kedudukan, jabatan dan pekerjaan.

Sumber Daya Manusia adalah individu produktif yang bekerja sebagai


penggerak suatu organisasi, baik itu di dalam institusi maupun perusahaan
yang memiliki fungsi sebagai asset sehingga harus dilatih dan
dikembangkan kemampuannya. Pengertian sumber daya manusia makro
secara umum terdiri dari dua yaitu SDM makro yaitu jumlah penduduk
dalam usia produktif yang ada di sebuah wilayah, dan SDM mikro dalam
arti sempit yaitu individu yang bekerja pada sebuah institusi atau
perusahaan.

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu hal yang sangat


penting dan harus dimiliki dalam upaya mencapai tujuan organisasi atau
perusahaan. Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi
dibandingkan dengan elemen sumber daya yang lain seperti modal,
teknologi, karena manusia iu sendiri yang mengendalikan faktor yang lain.

2.6 Keselamatan Kerja


2.6.1 Pengertian Keselamatan Kerja
Perlindungan atas keselamatan kerja karyawan harus diutamakan
oleh setiap perusahaan. Keselamatan kerja merupakan salah satu cara
memberikan perlindungan kepada karyawan.
16

Adapun pengertian keselamatan kerja menurut para ahli adalah


sebagai berikut:

Menurut suparyadi (2015:272) “keselamatan kerja dapat


didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana karyawan dalam
melaksanakan pekerjaannya dengan terbebas dari kemungkinan
terjadinya kecelakaan”.

Sedangkan menurut Mangkunegara (2013:161) “keselamatan kerja


menunjukan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan,
kerusakan, atau kerugian ditempat kerja”.

Kemudian menurut Kasmir (2016:266) keselamatan kerja adalah


sebagai berikut:

Keselamatan kerja adalah aktivitas perlindungan


karyawan secara menyeluruh. Artinya perusahaan
berusaha untuk menjaga jangan sampai karyawan
mendapat suatu kecelakaan pada saat menjalankan
aktivitasnya.

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa


keselamatan kerja merupakan keadaan yang aman serta adanya
perlindungan bagi karyawan dalam melakukan tugas dan kegiatannya
dari kecelakaan kerja ditempat kerja.

Keselamatan kerja juga menunjuk pada suatu kondisi kerja yang


aman dan selamat dari penderitaan, kerusakan, atau kerugian ditempat
kerja. Keselamatan kerja adalah pengawasan terhadap orang, mesin,
material, dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar pekerja
tidak mengalami cedera.

Menurut Mangkunegara Sayuti (2013:195). Menyatakan pengertian


keselamatan kerja terhadap risiko dari lingkungan kerja, sebagai
berikut:
17

Risiko keselamatan kerja dapat terjadi karena aspek-


aspek dari lingkungan kerja, serta metode kerja. Risiko
keselamatan kerja dapat terjadi karena aspek-aspek dari
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran,
sengatan arus listrik, terpotong, luka memar, keseleo,
patah tulang, serta kerusakan anggota tubuh, penglihatan
dan pendengaran.

Keselamatan kerja juga dimaksudkan untuk memberikan


perlindungan kepada tenaga kerja, yang menyangkut aspek
keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja, perlakuan sesuai
martabat manusia dan moral agama. Hal tersebut dimaksudkan agar
para tenaga kerja secara aman dapat melakukan pekerjaannya guna
meningkatkan hasil kerja dan produktivitas kerja. Dengan demikian,
para tenaga kerja harus memperoleh jaminan perlindungan keselamatan
dan kesehatannya di dalam setiap pelaksanaan pekerjaannya sehari-hari
(Tarwaka, 2014).

Menurut Bangun Wilson (2012:377) keselamatan kerja adalah


perlindungan atas keamanan kerja yang dialami pekerja baik fisik
maupun mental dalam lingkungan pekerjaan.

Menurut Mondy dan Noe, dalam (Pangabean Mutiara, 2012:112),


Manajamen Keselamatan Kerja meliputi pelindungan karyawan dari
kecelakaan ditempat kerja. Sedangkan, kesehatan merujuk kepada
kebebasan karyawan dari penyakit secara fisik maupun mental.

Christ Rowley & Keith Jackson (2012:177), mengatakan bahwa:


“Kesehatan dan Keselamatan atau dengan lebih tepatnya, kesehatan dan
kesehatan kerja (K3) memperhatikan mengenai masalah manajemen
risiko tersebut dapat berakhir dengan sebuah kecelakaan, luka-luka,
atau kesehatan yang buruk”.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan proses perlindungan


pekerja dalam kegiatan yang dilakukan pekerja pada suatu perusahaan
18

atau tempat kerja yang menyangkut risiko baik jasmani atau rohani para
pekerja. Perlindungan bagi pekerja merupakan kewajiban perusahaan
demi menjaga lingkungan dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Undang-Undang yang mengatur tentang Keselamatan kerja adalah


Undang-Undang No. 12 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan khususnya
paragraf 5 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87.
Pasal 86 ayat 1 bebunyi: “Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja”. Pasal
86 ayat 2: “Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. Pasal 87: “Setiap perusahaan wajib
menerapkan sistem manajamen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
terintegrasi dengan sistem Manajemen Perusahaan”. Sedangkan syarat
dalam keselamatan dan kesehatan kerja dalam peraturan perundangan
No. 1 tahun 1970 Pasal 3 sebagai berikut:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan


b. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
c. Memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang membahayakan
d. Memberi pertolongan pada kecelakaan
e. Memberi alat pelindung diri pada para pekerja
f. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya
suhu, kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara,
cuaca, sinar radiasi, kebisingan dan getaran.
g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.
h. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
i. Menyelenggarakan suhu dan kelembapan udara yang baik
j. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
k. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
19

l. Menerapkan ergonomic ditempat kerja


m. Mengamankan pengangkutan orang dan barang
n. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
o. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat dan
penyimpanan barang
p. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
q. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang membahayakan
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan
aktivitas kerja manusia baik pada industri manufaktur, yang melibatkan
mesin, peralatan, penanganan material, pesawat uap, bejana bertekanan,
alat kerja, bahan dan proses pengelolaannya, landasan tempat kerja, dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan, maupun industri
jasa, yang melibatkan peralatan teknologi canggih, seperti lift,
eskalator, perlatan pembersih gedung, sara transportasi, dan lain-lain.
Keselamatan kerja adalah yang berkaitan dengan mesin, peralatan alat
kerja, bahan, serta proses pengolahannya, landasan tempat kerja, dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.

2.6.2 Indikator Keselamatan Kerja


Menurut Kasmir (2016:266), indikator-indikator keselamatan kerja
adalah sebagai berikut :
1. Tersedianya peralatan kerja yang memadai
Artinya perusahaan harus menyediakan peralatan kerja yang
disesuaikan dengan jenis pekerjaan.
2. Kepatuhan karyawan
Artinya setiap karyawan atau yang terlibat baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan pekerjaan wajib mematuhi aturan
tentang keselamatan kerja yang telah ditetapkan.
3. Prosedur kerja
Artinya karyawan harus mengikuti prosedur kerja yang telah ditetapkan.
4. Petunjuk kerja di setiap lokasi kerja
20

Artinya perusahaan harus membuat petunjuk atau rambu-rambu kerja


disetiap lokasi tertentu.
2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keselamatan Kerja
Pada dasarnya bahwa keselamatan kerja karyawan sangat tergantung
kepada faktor lain, yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan
pekerjaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja menurut
Kasmir (2016:274) yaitu :
1. Kelengkapan peralatan kerja
Maksudnya adalah peralatan keselamatan kerja yang lengkap sangat
diperlukan, yang artinya semakin lengkap peralatan keselamatan kerja
yang dimiliki maka keselamatan kerja akan semakin baik.
2. Kualitas peralatan kerja
Artinya disamping lengkapnya peralatan kerja yang dimiliki juga harus
diperhatikan kualitas dari perlengkapan keselamatan kerja.
3. Kedisiplinan karyawan
Karyawan yang kurang disiplin dalam menggunakan peralatan
keselamatan kerja, maka keselamatan kerja semakin tidak terjamin.

4. Ketegasan pemimpin
Maksudnya adalah ketegasan pimpinan dalam menerapkan aturan
penggunaan perlatan keselamatan kerja
5. Semangat kerja
Artinya dengan keselamatan kerja yang lengkap, baik dan sempurna maka
akan memberikan semangat kerja yang tinggi kepada karyawan.
6. Pengawasan
Maksudnya setiap karyawan harus diawasi dalam menggunakan peralatan
keselamatan kerja.
2.8 Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu
diperhatikan oleh perusahaan. Karena dengan adanya program kesehatan
kerja yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena
karyawan akan
21

lebih jarang absen dikarenakan sakit akibat tertular teman sekerja atau luar
teman sekerja. Bekerja dengan lingkungan yang lebih nyaman dan
menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja
lebih lama dan meningkatkan produktivitas lebih baik lagi.
Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 tahun 1960, BAB I pasal 2, kesehatan
kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setinggainya, baik jasmani, rohani, maupun
sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja
maupun penyakit umum.
Kesehatan kerja merupakan suatu kondisi yang bebas dari gangguan
secara fisik dan psikis yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Risiko
kesehatan dapat terjadi karena adanya faktor-faktor dalam lingkungan kerja
yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan dan lingkungan yang
menimbulkan stress atau gangguan fisik. Kesehatan kerja adalah spesialisasi
dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta praktiknya yang bertujuan agar
pekerja atau masyarakat memeroleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik
fisik, mental maupun sosial, dengan sosial prefentif, terhadap penyakit-
penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit
umum.

Kesehatan kerja (Occupational health) sebagai suatu aspek atau unsur


kesehatan yang erat berkaitan dengan lingkungan kerja dan pekerjaan yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi efiensi dan
produktivitas kerja (Tarwaka,2014).

Menurut Lidya dalam Sayuti (2013). Pengertian kesehatan kerja adalah


hal yang menyangkut kemungkinan ancaman terhadap kesehatan seseorang
yang bekerja pada suatu tempat atau perusahaan selama waktu yang normal.
Menurut Santoso (2013:196) pengertian kesehatan kerja adalah kesehatan
jasmani dan rohani. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang
22

Alat Pelindung Diri pada pasal 1 menjelaskan bahwa Alat Pelindung Diri
selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau
seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.

Selanjutnya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik


Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Plindung Diri pada
pasal 2 menjelaskan sebagi berikut:

1. Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh ditempat kerja.


2. APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.
3. APD sebagaimana diamksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh
pengusaha secara cuma-cuma.
2.9 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja karyawan dapat dipengaruhi berbagai faktor. Perusahaan
juga harus mengelola faktor-faktor penyebab tersebut sehingga kesehatan
karyawan tetap terjaga. Berikur faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
kerja karyawan menurut Kasmir (2016:277), yaitu:
1. Udara, maksudnya adalah kondisi udara di ruangan tempat kerja harus
membuat karyawan tenang dan nyaman.
2. Cahaya, kualitas cahaya diruangan juga akan mempengaruhi kesehatan
karyawan. Misalnya pada ruangan ya ng terlalu gelap tentu akan merusak
kesehatan karyawan.
3. Kebisingan, artinya suara yang ada didalam ruangan atau lokasi kerja.
Ruangan yang terlalu berisik akan mempengaruhi kualitas pendengaran.
4. Aroma berbau, maksudnya untuk ruangan yang memiliki aroma kurang
sedap maka kesehatan akan sangat terganggu.
5. Layout ruangan, tata letak ruangan sangat mempengaruhi kesehatan
karyawan, misalnya tata letak kursi, meja serta peralatan lainnya.
2.10 Indikator Kesehatan Kerja
Menurut Manullang (2000:87), indikator kesehatan kerja yang meliputi:
23

a. Lingkungan kerja secara medis


Dalam hal ini lingkungan kerja secara medis dapat dilihat dari sikap
perusahaan dalam menangani hal-hal sebagai berikut:
1. Kebersihan lingkungan kerja
2. Suhu udara dan ventilasi ditempat kerja
3. Sistem pembuangan sampah dan limbah industri
b. Sarana kesehatan dan tenaga kerja
Upaya-upaya dari perusahaan untuk meningkatkan kesehatan dari tenaga
kerjanya. Hal ini dapat dilihat dari penyediaan air bersih dan sarana
wc/toilet.
c. Pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yaitu pelayanan kesehatan tenaga
kerja.
2.11 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Secara filosofi K3 didefinisikan sebagai upaya dan pemikiran untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani diri
manusia pada umumnya dari tenaga kerja pada khususnya beserta hasil
karyanya dalam rangka menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
Secara keilmuan K3 di definisikan sebagai ilmu dan penerapannya secara
teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang
dilakukan. Sedangkan dari sudut ilmu hukum, K3 di definisikan sebagai salah
satu upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja dan oranglain memasuki
tempat kerja senantiasa dalam keadaan yang sehat dan selamat serta sumber-
sumber proses produkasi dapat dijalankan secara aman, efisien dan produktif
(Tarwaka,2014).
2.12 Karakteristik Individu
Menurut ILO (1998) dalam Triwibowo dan Puspihandani (2013)
mengemukakan bahwa kecelakaan akibat kerja pada dasarnya disebabkan
oleh tiga faktor yaitu :
1. Faktor manusia : umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja.
2. Faktor pekerjaannya : giliran kerja (shift), jenis (unit) pekerjaan.
24

3. Faktor lingkungan ditempat kerja : lingkungan fisik, lingkungan kimia,


dan lingkungan biologi.
Menurut Winarsunu (2008), beberapa karakteristik personal (pribadi)
yang berperan dalam kecelakaan kerja yang terlah diteliti oleh pakar
psikologi antara lain : kemampuan kognitif, kesehatan, kelelahan,
pengalaman kerja, karakteristik kepribadian. adapun karakteristik
kepribadian. Adapun karakteristik pekerja pada penelitian ini meliputi :

1. Umur
Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian
kecelakaan akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan
yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja dibandingkan
dengan golongan umur muda karena umur muda mempunyai reaksi dan
kegesitan yang lebih tinggi. Namun umur muda pun sering pula
mengalami kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini mungkin karena
kecerobohan dan sikap tergesa-gesa. Dari hasil penelitian di Amerika
Serikat diungkapkan bahwa pekerja muda usia lebiih banyak mengalami
kecelakaan dibandng pekerja yang lebih tua. Pekerja muda usia biasanya
kurang berpengalaman dalam pekerjaannya. Banyak alasan mengapa
tenaga kerja golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk
menderita kecelakaan akibat kerja lebih tinggi dibandingkan dengan
golongan umur yang lebih tua. Beberapa faktor yang mempengaruhi
tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda,
antara lain karena kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti
kata hati, ceroboh, dan tergesa-gesa (Triwibowo dan Puspihandi, 2013).
Menurut Suma'mur (2009), kinerja yang semakin menurun dengan
meningkatnya usia hal ini dikarenakan keterampilan- keterampilan fisik
seperti kecepatan, kelenturan, kekuatan, dan koordinasi akan menurun
dengan bertambahnya umur.
2. Tingkat Pendidikan
Menurut Tribowo dan Puspihandani (2013), pendidikan seseorang
berpengaruh dalam pola pikir seseorang dalam menghadapi pekerjaan
yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga akan
mempengaruhi
25

tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan dalam rangka


melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja. Hubungan tingkat
pendidikan dengan lapangan yang tersedia bahwa pekerja dengan tingkat
pendidikan rendah, seperti Sekolah Dasar atau bahkan tidak pernah
bersekolah akan bekerja dilapangan yang mengandalkan fisik. Hal ini
dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja karena beban fisik yang
berat dapat mengakibatkan kelelahan yang merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Pendidikan adalah
pendidikan formal yang diperoleh disekolah dan ini sangat berpengaruh
terhadap perilaku bekerja. Namun disamping pendidikan formal,
pendidikan non formal seperti penyuluhan dan pelatihan juga dapat
berpengaruh terhadap pekerja dalam pekerjaannya.

3. Masa kerja
Menurut Tribowo dan Puspihandani (2013). Masa kerja merupakan
keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa yang
dilalui dalam perjalanan hidupnya. Semakin lama tenaga kerja bekerja,
semakin banyak pengalaman yang dimiliki. Sebaliknya semakin singkat
masa kerja, maka semakin sedikit pengalaman yang diperoleh.
Pengalaman bekerja banyak memberikan keahlian dan keterampilan kerja.
Sebaliknya terbatasnya pengalaman kerja mengakibatkan keahlian dan
keterampilan yang dimiliki makin rendah. Tenaga kerja baru biasanya
belum mengetahui secara mendalam seluk beluk pekerjaan dan
keselamatannya. Selain itu, karyawan sering mementingkan dahulu
selesainya sejumlah pekerjaan tertentu, sehingga keselamatan tidak cukup
mendapat perhatian.
2.13 Pengertian Komitmen
Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang membulatkan hati,
bertekad, berjerih payah, berkorban dan bertanggungjawab demi mencapai
tujuan dirinya dan tujuan organisasi atau perusahaan yang telah disepakati
atau ditentukan sebelumnya. Komitmen memiliki peranan penting terutama
pada
26

kinerja seseorang ketika bekerja, hal ini disebabkan oleh adanya komitmen
yang menjadi acuan serta dorongan yang membuat mereka lebih
bertanggungjawab terhadap kewajbannya.
Namun kenyataannya banyak organisasi atau perusahaan yang kurag
memperhatikan mengenai komitmen/loyalitas karyawannya sehingga kinerja
mereka kurang maksimal. Perusahaan yang memiliki dan menerapkan serta
menjalankan sistem atau program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
akan sangat mempengaruhi minat dan keinginan karyawan diperusahaan.

Komitmen pegawai terhadap organisasi meliputi kontribusi untuk


mencapai tujuan organisasi. Komitmen awal pegawai ditentukan melalui
karakteristik individu-individu (misalnya kepribadian dan nilai organisasi)
dan pengalaman baru pegawai ketika mulai bekerja (apakah sesuai dengan
harapan mereka atau tidak). Pengalaman kerja pegawai memengaruhi
komitmen organisasi. Faktor-faktor yang memengaruhi komitmen dalam
organisasi antara lain, upah, hubungan dengan atasan, rekan kerja, kondisi
kerja, kesempatan untuk berkembang dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor:

a. Individu-individu menjadi semakin terikat dengan organisasi dan rekan


kerja karena mereka lebih sering bersama.
b. Senior menjadi faktor yang menguntungkan karena dapat mengembangkan
perilaku kerja yang berisfat positif.
c. Kesempatan bersaing dalam pekerjaan dan berkurang karena usia. Hal ini
menyebabkan pegawai lebih antusias dalam mempertahankan
pekerjaannya sendiri.
Dessler dalam Luthans (2011:250), memberikan pedoman khusus untuk
mengimplementasikan sistem manajamen yang mungkin membantu
memecahkan masalah dan meningkatkan komitmen organisasi pada diri
karyawan.

1. Berkomitmen pada nilai manusia: membuat aturan tertulis, memperkerjaka


manajer yang baik dan tepat, dan mempertahankan komunikasi.
27

2. Memperjelas dan mengkomunikasikan misi anda, memperjelas misi dan


ideology, berkharisma, menggunakan praaktik perekrutan berdasarkan
nilai, menekankan orientasiberdasarkan nilai dan pelatihan, membentuk
tradisi.
3. Menjamin keadilan organisasi: memiliki prosedur penyampaian keluhan
yang komprehensif, menyediakan komunikasi dua arah yang ekstensif.
4. Menciptakan rasa komunitas: membangun homogenetis berdasarkan nilai,
keadilan menekankan kerja sama, saling mendukung, dan kerja tim,
berkumpul bersama.
5. Mendukung perkembangan karyawan: melakukan aktualisasi, memberikan
pekerjaan menantang pada tahun pertama, memajukan dan memberdayakan,
menyediakan keamanan kepada karyawan tanpa jaminan.
2.14 Indikator Komitmen
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan unsure
komitmen yang dikembangkan oleh Triatna (2015:122), yaitu:

1. Keinginan kuat tetap sebagai anggota organisasi


Seseorang yang memiliki komitmen yang tinggi akan memiliki perasaan
yang kuat untuk tetap berada didalam organisasi begitu pula sebaliknya.

2. Keinginan untuk melakukan tindakan atas nama organisasi

Keinginan yang kuat pada diri seseorang untuk bertindak atas nama
organisasi merupakan suatu komponen yang mencirikan bahwa seseorang
memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi.

3. Penerimaan nilai dan tujuan perusahaan

Seseorang yang memiliki komitmen yang tinggi akan menerima nilai-nilai


dan tujuan organisasi, begitu pula sebaliknya.

4. Tinggi rendahnya tingkat kemangkiran

Tinggi rendahnya tingkat kemangkiran menjadi unsur yang tumbuh dari


komitmen individu terhadap organisasinya.
28

2.15 Pengertian Kecelakaan Kerja


Menurut Sayuti (2013:196) kecelakaan kerja adalah kejadian yang
terduga dan tidak diharapkan terjadi dalam pelaksanaan hubungan kerja.
Adapun yang termasuk kecelakaan kerja adalah:
1.Celaka akibat langsung pekerjaan, saat atau waktu kerja, perjalanan (dari
rumah ke tempat kerja, melalui jalan atau sarana yang wajar), dan penyakit
akibat kerja. Menurut Suryadi dalam Sayuti (2013:196) pengertian
kesehatan dan keselamatan kerja dalahh menciptakan suasana dan
lingkungan kerja yang menjamin kesehatan dan keselamatan karyawan
agar tugas pekerjan di wilayah kerja perusahaan dapat berjalan lancar.
Nasution dalam Sayuti (2013:196) mengemukakan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja adalah segala yang menyangkut hal-hal berikut ini :

a. Pembuatan, percobaan, segala jenis produk yang mempergunakan


mesin- mesin atau peralatan,
b. Segala perawatan, perbaikan peralatan produksi,
c. Segala pembersihan pembangunan limbah dalam produksi.
2.16 Penyebab Kecelakaan Kerja
Menurut Sayuti (2013:200) Sesungguhnya gangguan dan terjadinya
kecelakaan dapat dilihat dari 3 (tiga) faktor utama yang menjadi
penyebabnya, yaitu:
a. Lingkungan kerja, maksudnya tempat di mana pekerja melakukan
pekerjaanya dalam kondisi yang tidak aman atau dalam kondisi
membahayakan. Kondisi yang tidak aman ini dapat terjadi karena tidak
teraturnya suasana, perlengkapan dan perlatan kerja.
b. Manusia atau karyawan, faktor ini banyak disebabkan oleh beberapa hal:
 Sifat fisik dan mental manusia yang tidak standar, contohnya: karyawan
yang rabun, penerangan kurang, otot lemah, reaksi mental lambat,
syaraf yang tidak stabil dan lainnya. Bagi yang memiliki sifat dan
kondisi seperti ini sering menjadi penyebab kecelakaan dan gangguan
kerja.
29

 Pengetahuan dan keterampilam, karena kurangnya pengetahuan maka


kurang memperhatikan metode kerja yang aman dan baik, memiliki
kebiasaan yang salah, dan kurang pengalaman.
 Sikap, karyawan memiliki sikap kurang minat dan kurang perhatian,
kurang teliti, malas dan sombong (mengabaikan peraturan dan
petunjuk), tidak peduli akan suatu akibat, hubungan yang kurang baik
dengan pihak lain, sifat ceroboh dan perbuatan yang berbahaya.
 Mesin dan alat, jika pada lingkungan kerja menyangkut pengaturan
peralatan dan kontruksi bangunan, maka faktor mesin dan alat ini
adalah penggunaan mesin-mesin dan perlatan yang tidak memenuhi
standar.
Faktor-faktor sebagaimana dikemukakan diatas mempunyai hubungan
yang sangat erat sekali dengan sistem kerja, yang bersumber pada kesalahan
manusianya. Sehingga faktor manusia yang mengakibatkan kecelakaan
tersebut, adalah:

1. Menggunakan peralatan tidak aman


2. Menjalankan peralatan kerja yang tidak tahu caranya
3. Menempatkan bahan-bahan yang tidak aman pada kondisi lingkungan
yang mengakibatkan perlawanan arus.
4. Merusak alat-alat keselamatan kerja sehingga berakibat tidak baik
5. Salah menggunakan alat kerja/tidak mengikuti prosedur standar operasional
6. Karena gangguan orang lain.
2.17 Penyebab Timbulnya Kecelakaan Kerja
Untuk meminimalkan kecelakaan kerja, maka perusahaan harus
melakukan sosialisasi terhadap cara-cara melakukan atau menggunakan
peralatan kerja.
Menurut Gaol (2014:775), kecelakaan kerja adalah suatu peristiwa yang
tidak terencanakan, dan untuk setiap peristiwa tentulah adalah penyebab yang
akan berakibat terjadinya kerusakan baik pada barang maupun personalianya.
Ada dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu:
30

a. Sebab-sebab teknis
Biasanya menyangkut masalah keburukan pabrik, peralatan yang
digunakan, penerangan yang kurang, mesin-mesin yang kurang terpelihara,
warna yang kurang kontras, ventilasi yang buruk, serta buruknya
lingkungan kerja. Untuk pencegahnya perlu ada perbaikan pabrik.
b. Sebab-sebab manusia (human)
Biasanya dikarenakan deficiencies para karyawan seperti sifat yang
ceroboh atau tidak hati-hati, tidak mampu menjalankan tugas dengan baik,
mengantuk, pemabuk dan lain sebagainya.
2.18 Pengertian Produktivitas Kerja
Menurut Ravianto dalam Sutrisno (2016:99) Produktivitas kerja
mempunyai arti ukuran yang relative nilai atau ukuran yang ditampilkan oleh
daya produksi, yaitu sebagai campuran dari produksi dan aktivitas, sebagai
ukuran yaitu seberapa baik kita menggunakan sumber daya manusia dalam
mencapai hasil yang diinginkan.
Menurut Ravianto, dalam (Edy Sutrisno, 2009:100), mengatakan
produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai
pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan
hari esok lebih baik dari hari ini. Sikap yang demikian akan mendorong
seseorang untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi harus mengembangkan
diri dan meningkatkan kemampuan kerja dengan cara selalu mencari
perbaikan-perbaikan dan peningkatan.

2.19 Hubungan Antara Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap


Produktivitas Kerja
Karyawan yang memiliki kesejahteraan buruk akan mempengaruhi
produktivitasnya. Lebih lanjut, mereka tidak mempunyai motivasi dan minat,
apatis dalam bekerja, serta loyalitas terhadap pekerjaan akan berkurang.
Menurut Ike Kusdyah (2008:176), ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan produktivitas kerja yaitu:
31

a. Pengaturan jam kerja


Jam kerja normal adalah 40 jam seminggu. Tidak semua pekerjaan
memiliki jam kerja yang sama. Perusahaan paling tidak harus memikirkan
pengaturan jam kerja yang tepat dan meminimalkan risiko, terutama untuk
pekerjaan yang beresiko tinggi. Apabila jam kerja bisa berkurang, terutama
untuk pekerjaan yang berbahaya dan menanggung risiko, maka tenaga
kerja akan merasa lebih puas dan nyaman. Hal ini mencerminkan
kenyataan bahwa istirahat mingguan atau hari libur diakui sebagai suatu
yang sangat penting untuk kesejahteraan karyawan.Kaitan antara jam kerja
dengan produktivitas kerja adalah bahwa kondisi karyawan dapat
dipengaruhi oleh kurang istirahat yang memadai sehingga mengakibatkan
kondisi psikis dan mental menurun. Contohnya, karyawan yang
dipekerjakan dalam shift sewajarnya menerima fasilitas khusus, seperti gaji
ekstra, dan bonus.
b. Kemudahan menghemat waktu dan efisiensi kerja Setiap karyawan
mengetahui spesifikasi jabatan dan deskripsi jabatan yang apabila dikaji
dengan standar untuk kerja dan volume pekerjaan akan diperoleh suatu
jam kerja yang efisien dan efektif. Oleh karena itu, telah diadakan berbagai
upaya pengurangan jam kerja untuk waktu istirahat dan libur sebagi
kompensasinya.
c. Sistem shift yang didukung oleh model upah shift
d. Kenyamanan kerja
e. Keamanan kerja
f. Keselamatan dan kesehatan kerja gaya baru
2.20 Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang
berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor lainnya. Dengan
kondisi kerja yang nyaman, maka karyawan akan merasa aman dan produktif
dalam bekerja sehari-hari
Menurut Ravianto, dalam (Edy Sutrisno, 2009:102), mengemukakan
bahwa produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang
berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor lain yaitu:
32

a. Tingkat pendidikan
b. Keterampilan
c. Disiplin
d. Etika kerja
e. Motivasi
f. Gizi dan kesehatan
g. Tingkat penghasilan
h. Jaminan sosial
i. Lingkungan kerja
j. Iklim kerja
k. Teknologi
l. Sarana produksi
m. Manajemen
n. Presentasi
2.21 Indikator Produktivitas Kerja
Produktivitas merupakan hal yang sangat penting bagi para karyawan yang
ada di perusahaan. Dengan adanya produktivitas kerja diharapkan pekerjaan
akan terlaksana secara efisien dan efektif, sehingga ini semua akhirnya sangat
diperlukan dalam pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan. Menurut Sutrisno
(2016:104) ada 4 indikator produktivitas kerja, yaitu:
1. Kemampuan
Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemampuan seorang
karyawan sangat tergantung pada keterampilan yang dimiliki serta
professional mereka dalam bekerja.
2. Meningkatkan hasil yang dicapai
Berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah
satu yang dapat dirasakan baik oleh yang mengerjakan maupun yang
menikmati hasil pekerjaan tersebut. Jadi, upaya untuk memanfaatkan
produktivitas kerja bagi masing-masing yang terlibat dalam suatu
pekerjaan.
33

3. Semangat kerja
Merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin. Indikator ini dapat
dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam satu hari kemudian
dibandingkan dengan hari sebelumnya.
4. Pengembangan diri
Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kerja.
Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan
dengan apa yang dihadapi.
2.22 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berfungsi sebagai data pendukung dalam melakukan
penelitian. Penelitian-penelitian terdahulu telah mengkaji masalah Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dan Komitmen Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan,
dan beberapa penelitian lainnya masih memiliki hubungan antara variabel
lainnya.
Tabel 2.1

No Penelitian
Judul penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
dan Tahun
Penelitian
1 Yayah Pengaruh Keselamatan Keselamatan dan Tempat Secara simultan
Rokayah dan Kesehatan Kerja Kesehatan Kerja penelitian variabel Keselamata
(2017) terhadap kinerja terhadap kinerja dan kesehatan kerja
karyawan pada PT. karyawan mempunyai pengaru
Buma Apparel Industr terhadap kinerja
Divisi Produksi Jumlah responden karyawan
34

2 Erni Alfiani Pengaruh Keselamatan Keselamatan dan Jumlah Terdapat pengaruh


(2017) dan Kesehatan Kerja Kesehatan Kerja responden dan yang positif dan
terhadap kinerja Terhadap Kinerja tempat signifikan secara
pegawai pada suku Karyawan penelitian simultan antara
dinas penanggulangan Keselamatan dan
kebakaran dan Kesehatan Kerja
penyelamatan Jakarta
Selatan

No Penelitian
Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil
dan tahun
penelitian
penelitian

3 Wahyu Pengaruh Keselamatan dan Jumlah Terdapat


Ratna program kesehatan kerja responden pengaruh yang
Sulistyarini keselamatan dan terhadap dan tempat signifikan
(2009) kesehatan kerja produktivitas penelitian terhadap
terhadap kerja karyawan keselamatan
produktivitas dan kesehatan
kerja karyawan kerja terhadap
pada CV. produktivitas
Sahabat di kerja karyawan
Klaten
35

4 Grisma Pengaruh Pengaruh Jumlah Keselamatan


Ilfani keselamatan dan keselamatan dan responden dan kesehatan
(2013) kesehatan kerja kesehatan kerja dan tempat kerja
terhadap kinerja terhadap kinerja penelitian berpengaruh
karyawan PT. karyawan PT. signifikan
Apac Inti Apac Inti terhadap
Corpora Bawen Corpora Bawen kinerja
Jawa Tengah Jawa Tengah karyawan

Penelitian
No dan Tahun Judul penelitian Persamaan Perbedaan Hasil penelitian
Penelitian

5 George Pengaruh Pengaruh Jumlah Berdasarkan hasil


Massora komitmen komitmen responden yang diperoleh
(2017) karyawan, karyawan dan tempat bahwa komitmen
Lingkungan Kerja penelitian karyawan
dan Model berpengaruh
Pembelajaran signifikan
Terhadap Kinerja terhadap kinerja
Karyawan pada karyawan
Tenaga Pengajar
Purwa Caraka
Music Studio
Yogyakarta

6 Abday Pengaruh Komitmen Lingkungan Terdapat


Rathaumi lingkungan fisik karyawan fisik dan pengaruh yang
(2019) dan komitmen positif didalam
36

terhadap prestasi dan Jumlah tempat komitmen


kerja pada responden penelitian terhadap prestasi
PT.Indomaret DC kerja
Parung Bogor
37

2.23 Kerangka Berfikir


Kerangka berfikir yang akan baik menjelaskan secara teoritis hubungan
antara variabel yang akan diteliti Sugiyono (2017:91) mengemukakan bahwa
“kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai
masalah yang penting”. Adapun kerangka pemikiran yang dikembangkan
dalam penelitian ini mengacu pada tinjauan pustaka, sehingga kerangka
berfikir penulis, adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
PT.MINOS ELECTRONIC TECHNOLOGY

Manajemen Sumber Daya Manusia


Ke
se
la
m
Pe In at Komitmen
r d an
Ke ala ka i d Indikator komitmen
Pr pat tan tor an
os uh k K (K Ke
Pe ed a er es 3) se
(K tun ur n k ja m elam ha 1. Keinginan kuat pada
a s ju ke ary ta
m k e a n organisasi/perusahaan
In ir ke rja aw ma tan Ke
d
Lin ika 20 rja a n d ai Ke r ja 2. Tindakan atas nama
16 p rja
Sa gku tor :2 a organisasi
ke ran ng Ke 6 6 da
) lo 3. Penerimaan nilai
Pe rja a k an seh ka
(M me e k
se erj ta a s i. 4. Tinggi rendah tingkat
an lih ha a n kemangkiran
ul ara ta s K
la n ecar erja
ng n a da am (Triatna,2015:122)
,2 ke n
00 se ten e d
0 : ha
87 ta ag is
n a
)

Pr
Pr odu erja
Ke odu kti as Kerja
M ma ktiv vita
di eni mp it s K
Se cap ngk uan In
di
Pe m ai a tk ka
a
ng ng an to
em a t ha r
(S

ba ker sil
ut

ng ja ya
ris

an ng
no
,2

di
ri
016
:1
04
)
2.24 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
masalah penelitian, dimana rumusan masalah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru
berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data atau kuesioner (Sugiyono,2017:63).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1 : Ha: Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan
mempengaruhi produktivitas kerja operator
PT. Minos Electronic Technology.
Ho: Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak
berpengaruh terhadap produktivitas kerja
karyawan pada PT. Minos Electronic
Technology.
H2: Ha: Komitmen mempengaruhi produktivitas kerja
operator PT.Minos Electronic Technology.
Ho: Komitmen tidak berpengaruh terhadap kinerja
karyawan pada produktivitas kerja karyawan
pada PT. Minos Electronic Technology.
H3: Ha: Produktivitas kerja karyawan mempengaruhi
keselamatan, kesehatan kerja dan komitmen
pada karyawan PT.Minos Electronic
Technology.
Ho: Produktivitas kerja karyawan dan K3 tidak
berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada
PT. Minos Electronc Technology.

Anda mungkin juga menyukai