PENDAHULUAN
Salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara yang memiliki tingkat
kepadatan penduduk yang paling tinggi ialah Indonesia. Kepadatan penduduk ini
untuk diatasi. Hal ini dilihat berdasarkan sulitnya sebuah negara mengatasi
kesehatan masyarakat, dan lain hal sebagainya. Berbagai permasalahan ini marak
sekali terjadi di Indonesia dan bukanlah menjadi sebuah rahasia umum lagi, hal
tersebut.
yang dilatarbelakangi oleh buruknya kondisi yang dialami masyarakat ini terus
di sebuah pemukiman tidak layak huni ataupun di sebuah pemukiman yang tinggi
Harapan. Program Keluarga Harapan terhitung semenjak tahun 2013 ketika Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) tengah menjabat sebagai Presiden. Walaupun saat
ini masa kepemimpinan telah bergulir, program ini masih terus terlaksana dan
tujuan yang baik, supaya tujuan itu dapat terjangkau maka pengamalan Program
Keluarga Harapan ini mesti berjalan cocok dengan landasan hukum yang
mengaturnya serta ditolong oleh suatu komitmen dan sinergitas yang baik antara
program ini bisa terus berlangsung dengan baik, Sumber daya manusia untuk
2018 (Pasal 2), implementasi program PKH ditujukan seperti yang dirincikan di
bawah ini :
a. Bagi para keluarga yang menerima bantuan dari program ini, diharapkan
meningkat.
“Sasaran PKH merupakan keluarga miskin dan rentan yang terdaftar dalam
Data Terpadu Kesejahteraan Sosial serta memenuhi komponen kesehatan,
pendidikan, dan/atau kesejahteraan sosial.”
keluarga yang berada di taraf ekonomi bawah atau digolongkan sebagai keluarga
sosial. Berdasarkan hal tersebut, terlihat pula adanya spesifikasi akan kriteria yang
harus dipenuhi bagi para penerima manfaat program PKH yang dijabarkan ke
Tabel 1.1
Kriteria Kepesertaan PKH Menurut Komponen
Komponen Kriteria
A. Ibu hamil / menyusui; dan/atau
Kesehatan
B. Anak usia dini (0 – 6 tahun).
A. Siswa Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah
(MI), atau sederajat;
B. Siswa Sekolah Menengah Pertama
(SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau
Pendidikan sederajat;
C. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah
Aliyah (MA), atau sederajat; dan/atau
D. Anak berusia 6-21 tahun yang belum
menyelesaikan wajib belajar 12 tahun.
Kesejahteraan A. Lanjut usia (lansia) mulai dari 60 tahun; dan/atau
Sosial B. Penyandang disabilitas, terutama disabilitas berat
Sumber : Rangkuman Informasi PKH 2019
dalam kategori Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) serta mampu menguraikan
rantai kemiskinan yang membelit generasi selanjutnya. PKH pun bertujuan untuk
(MDGs).
Masalah tersebut ialah data yang didapatkan tidak valid dengan suasana
dilapangan, Keluarga Penerima Manfaat (KPM) menyalahgunakan anggaran
untuk keperluan yang tidak tertera dalam PKH, pola perilaku yang masih
Pernyataan di antara Kasi Kesejahteraan Sosial dan Sekretaris Kelurahan yang ada
semestinya lebih dari itu. (Wawancara, 9 September 2019). Maka dari itu
Harapan di Kota Semarang. Data ini diperoleh langsung dari Koordinator PKH
sebesar 103 KK, Bringin jumlah KPM nya sebesar 55 KK, Gondoriyo jumlah
KPM nya sebanyak 65 KK, Kalipancur sebanyak 154 KK, Ngaliyan sebanyak 71
KK, Podorejo sebanyak 125 KK, Purwoyoso sebanyak 197 KK, Tambakaji
sebanyak 167 KK, Wates sebanyak 85 KK, Wonosari sebanyak 220 KK. Data
yang diperoleh dari Kecamatan Ngaliyan pada tahun 2019 jumlah penduduk 1.242
KK / 138.113 jiwa.
sebaliknya. Hal ini yang menjadi menarik mengapa Kecamatan Ngaliyan menjadi
penelitian selanjutnya.
2. Bagi Dinas Sosial Kota Semarang hasil penelitian ini bisa menjadi dasar
penelitian ini lebih luas. Dalam hal ini peneliti turut menemukan beberapa teori
Tabel 1.3
Penelitian Terdahulu
ini terletak pada fokus permasalahan yang berbeda yakni dalam penelitian
terdahulu hanya melihat bagaimana PKH tersebut dapat menjadi program yang
permasalahan lain dalam penelitian ini adalah terdapat pada implementor yang
akan menerima bantuan PKH. Kemudian yang menjadi perbedaan lain antara
penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah terletak
pada lokus yang berbeda, penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak di
kenyataan dilapangan atau saat penerapannya pada masyarakat, tidak terjadi yang
namanya kesenjangan atau ketidak adilan dalam segi apapun. Sosialisasi yang
merasa bahwa program ini tidak dapat menanggulangi masalah – masalah yang
sedang dialami oleh masyarakat. Pola pikir ini yang menciptakan pemerintah
Keluarga Harapan ini pemerintah harus lebih menggandakan sumber daya guna
tersebut mendapatkan evaluasi yang lebih teliti untuk diputuskan berhak atau
semua baik yang lanjut usia dan disabilitas. Namun, dilapangan sumber daya
mendapatkannya.
sumber daya dan para aparat publik dengan tujuan untuk menyusun, menjalankan,
Administrasi public dapat didefinisikan sebagai sebuah cabang seni dan juga
cabang ilmu (art and science) guna mengelola seluruh kebijakan publik dalam
tujuan serta sasaran yang hendak dicapai, persetujuan untuk menjalankan kerja
lainnya.
atau lembaga dalam hal mewujudkan tujuan yang telah dirancang pemerintah
fungsi yang dimiliki pemerintah diantanya ialah fungsi fungsi politik dan
selaras dengan tujuan dan cita-cita negara dan peranan lembaga ekesekutif
sering dianggap sebagai sebuah lembaga yang terpisah dan tidak condong
kebijakan yang untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita negara. Hal inilah
secara efektif dan efisien. Dalam hal ini pula, administrasi negara berlokus
Hal tersebut didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh John Gaus
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, hal ini disebabkan
politik. Dalam hal ini terlihat bahwa administrasi negara berlokus pada
birokrasi negara akan tetapi fokus administrasi negara yang mengarah para
nama lain yaitu ilmu politik serta sistem perlaksanaannya merupakan salah
satu elemen yang terkandung di dalam ilmu politik yang menjadi “warga
1970)
dinilai sebagai warga negara kelas dua dalam bagian ilmu politik, mereka
dan bisnis. Locus ilmu administrasi negara berada pada organisasi publik.
e. Paradigma 5 : Administrasi Negara sebagai Administrasi Negara (1970-
sekarang)
Kebijakan publik merupakan susunan kata dari kata dasar publik atau
umum dan kebijakan atau policy. Menurut Thomas R. Dye (1992) dalam
pemerintah untuk dapat melakukan atau tidak melaukan sesuatu. Thomas R. Dye
juga menyatakan bahwa sebuah pemerintahan memilih dan melakukan sesuatu itu
mempunyai tujuannya.
mempengaruhi satu sama lain, unsur unsur yang saling mempengaruhi tersebut
Gambar 1.1
Hubungan Tiga Elemen Sistem Kebijakan Publik
Pelaku
Kebijakan
Lingkungan Kebijakan
Pelaku Publik
Kebijakan publik ialah bentuk dari buah pikiran yang dikemukakan oleh
yang baik ialah sebuah kebijakan yang akan mengedepankan kepentingan dari
masyarakat.
dipaksa untuk merumuskan sebuah tindakan yang sistematis dan tepat dengan
serangkaian peraturan baik tertulis maupun lisan yang dilakukan oleh aparatur
pemerintahan sehingga dapat direalisasikan ke dalam kehidupan
bermasyarakat.
dimilikinya.
prosedur rekomendasi yang merupakan salah satu langkah yang cukup rumit, hal
kebijakan tentunya dipengaruhi oleh berbagai aspek yang didalamnya terdiri atas
Van Metter & van Horn dalam [ CITATION Kad15 \l 1033 ] mengemukakan
yang mendekati nilai sempurna yang dinilai berdasarkan sejumlah variabel terkait.
publik. Van Metter & van Horn turut memaparkan enam variabel yang
apabila penilaian dan tujuan dari sebuah kebijakan tersebut bersifat realistis
b. Sumber daya.
Dalam hal ini, sumber daya yang paling bernilai penting ialah sumber daya
Sehingga apabila sumber daya manusia tidak memadahi, maka kinerja dari
waktu perlu ikut dipertimbangkan. Ketiga sumber daya ini harus secara
Agen pelaksana ini terdiri atas organisasi formal dan informal. Pentingnya
radikal, agen dituntut untuk bersikap tegas dan otoriter akan tetapi tidak
menyimpang dari kebijakan yang telah ditetapkan. Secara luas pun hal ini
pelaksana juga.
ialah kebijakan “dari atas” (top down) sehingga besar kemungkinannya bahwa
para aparatur yang memutuskan sebuah kebijakan tidak tahu secara pasti
antara para aparatur yang terlibat akan meminimalisir segala potensi kesalahan
Van Metter & van Horn telah memberikan alternatif terakhir yaitu
Karakteristik Organisasi
Komunikasi antar
Organisasi
Kinerja
Sikap
Sumber Daya Kebijakann
Pelaksana
nn
Kondisi Sosial,
Ekonomi, dan Politik
Sumber : Formulasi dan Implementasi Kebijakan Publik [ CITATION
Kad15 \l 1033 ]
sumber daya yang berwujud pendanaan ataupun stimlus lain. Apabila sumber
Walaupun sebuah standar dan sasaran dari sebuah kebijakan telah dipaparkan
secara jelas, hal ini tidaklah menjamin kebijakan akan terimplementasi secara
optimal apabila tidak didorong dengan komunikasi yang bersinergi di antara para
sebuah kebijakan merupakan hal penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh
kebijakan ialah sebuah usaha dalam menjalankan hasil keputusan”. Berangkat dari
konsistensi tujuan, dimanfaatkannya teori kausal, sumber daya dan dana yang
serta keterbukaan kepada pihak luar; dan variabel di luar kebijakan yang akan
tahapan, yaitu:
terhadap kebijakan.
berikut ini:
Gambar 1.3
Model Implementasi Sabatier dan Mazmanian
1033 ]
Gambar 1.3 ini menunjukkan bahwa dalam suatu pengakuan yang telah
dirumuskan sejak awal dengan menjalani tahapan bargaining position and power,
pertarungan atau konflik kepentingan maupun persuasi, tidak serta merta akan
kebijakan. Akan tetapi para elemen akan jauh lebih intensif mempertahankan
serta merta murni tanpa adanya rekayasa serta kepentingan politik apabila ditinjau
dari sudut pandang politik. Seluruh tahapan dalam mengimplementasikan sebuah
kebijakan publik pasti akan tersentuh oleh rekayasa dan kepentingan politik dari
pada faktanya dipengaruhi oleh dua variable yaitu isi kebijakan (content of polic)
terimplementasikan.
kebijakan.
terimplementasikan.
2. Ketersediaan waktu serta sumber daya yang memadai dalam
mengimplementasikan kebijakan.
3. Seluruh sumber daya yang tersedia haruslah saling terpadu dan nyata.
sebuah kebijakan.
Gambar 1.4
Model Implementasi Brian W. Hoongwood & Lewis A. Gun
sistematis dan tidak terlepas dari kaidah-kaidah yang mendasari. Kekurangan dari
kebijakan yaitu terbukti bahwa konsep ini lebih mengarah pada sifat politis,
III [ CITATION Leo16 \l 1033 ] yang mengatakan ada empat variabel atau faktor yang
mengimplementasikan kebijakan.
didapatkannya.
kebijakan.
dalam kategori miskin sesuai dengan data terpadu program penanganan fakir
miskin, diolah oleh Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial dan ditetapkan
sebagai keluarga penerima manfaat PKH. Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial
berhak mendapatkan:
b. Pendampingan PKH;
dan
a. Ibu yang tengah hamil atau menyusui wajib secara rutin memeriksakan
kesehatannya, beserta para anak dalam rentang usia 0 (nol) hingga 6 (enam)
tahun.
Proses :
Masukan : Terjadinya Keluaran : Meningkat
Program Keluarga perubahan Implemetasi kan
Harapan masih terdapat implementasi PKH di kehidupan
kekurangan dalam Program Keluarga bidang yang
implementasi, seperti : Harapan(PKH) kesehatan, sejahtera
data KPM yang tidak Meningkatkan pendidikan, bagi
valid SDM dan anggaran dan keluarga
Jumlah SDM dan kesejahteraa penerima
anggaran yang masih n sosial manfaat
kurang
Umpan Balik
Sumber : Metode dan Teknik Menyusun Tesis (Ridwan. 2004)
1.6 Operasionalisasi Konsep
tersebut, peneliti akan mengkaji faktor yang mendukung serta menghambar proses
antaranya:
peneliti mengadopsi teori yang dikemukakan oleh George C. Edward III, sehingga
atau pelaksanaan PKH ini, setiap tahunnya akan menetapkan target target
daya, dalam hal ini terdapat dua sumber daya yaitu sumber daya manusia dan
setiap wilayah
tanggung jawabnya.
ditinjau berdasarkan:
tahun 2013. Menurut data yang ditunjukkan oleh Dinas Sosial Kota Semarang
pada 2020, sejumlah keluarga miskin sudah mulai berkurang. Hal ini berbeda
ditunjukkan melalui tidak adanya observasi langsung yang dilakukan oleh Dinas
peneliti. Hal ini perlu ditinjau dengan serius dikarenakan akan menjadi sebuah
tersebut. Di lain sisi, apabila ditinjau dari sudut pandang masyarakat, banyak
sekali masyarakat yang pada faktanya masih belum paham akan tujuan dari
diberikannya bantuan PKH. Hal ini diperparah dengan salahnya sasaran dalam
bantuan PKH masih jauh dari kata adil. Menurut uraian tersebut, terlihat jelas
apabila digambarkan ke dalam garis besar, metode penelitian ialah sebuah upaya
dalamnya.
mendetail.
b. Penelitian Deskriptif, sebuah upaya untuk menyelesaikan suatu permasalahan
diketahui.
Kota Semarang.
adalah seseorang atau sekelompok orang yang dapat memberikan informasi terkait
dengan apa yang sedang diteliti. Pemilihan informan pada penelitian ini dilakukan
saat peneliti sudah memasuki lapangan dan selama penelitian ini berlangsung.
Penentuan informan pada penelitian ini akan sangat bergantung pada tugas dan
A. Data Primer
Data primer ialah data pokok penelitian yang didapatkan secara langsung
oleh peneliti, seperti pernyataan yang dikemukakan oleh para informan dari sesi
B. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang mendukung data primer yang cara
sejumlah data akan memberikan pengaruh terhadap kualitas data dan hasil dari
dengan tingkat kevalidan sebuah data yang berhasil dihimpun beserta tingkat
reliabilias data yang ditinjau dari langkah dalam mengumpulkan data yang
A. Wawancara
B. Observasi
yang akan melibatkan peneliti secara langsung untuk dapat mengamati dan
berdasarkan objek yang diamati oleh peneliti. Adapun jenis – jenis observasi
sebagai pengamat.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi partisipan. Penulis
KPM PKH dan hasil implementasi PKH di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
C. Dokumentasi
seluruh kegiatan yang dilakukan peneliti. Dokumen tersebut akan berfungsi untuk
penelitian. Dalam hal ini, peneliti memanfaatkan dokumen yang berkaitan dengan
D. Studi Kepustakaan
analysis) dimana menurut (Sugiyono, 2003) (2010: 97) teknik ini memiliki tiga
komponen, diantaranya :
A. Reduksi Data
dilakukan untuk setiap poin-poin penting saja dan dilakukan secara terus menerus
B. Penyajian Data
C. Menarik Kesimpulan
menelaah pola, tema, serta ikatan yang terjalin antar variabel sehingga mampu
Holloway dan Daymon (2008:144) mencirikan sebuah riset yang dinilai baik
(trustworthiness). Kedua ciri tersebut ialah konsep sentral yang berada di seluruh
tahapan dalam melangsungkan riset. Kedua ciri ini dapat digambarkan dengan
A. Otentisitas (authenticity)
Suatu riset yang bernilai otentik ketika strategi yang diterapkannya selaras
reporting).
B. Kepercayaan (trustworthiness)
yang dimana uraiannya berkaitan terhadap gambaran umum Kota Semarang yang
menjelaskan tentang kondisi geografis dan demografi yang meliputi luas wilayah
di Kota Semarang dan gambaran umum instansi terkait sebuah Visi – Misi, Tugas
Pokok dan Fungsi, dan Struktur Organisasi. Instansi yang dicantumkan ialah
Sejak 2 Mei 1547, Semarang telah berdiri dan kemudian menjadi Ibu Kota
dari provinsi Jawa Tengah. Dengan luas wilayah sebesar 373,70 km2 dan memiliki
sangat beraneka ragam. Banyak sekali suku, agama, etnis, dan budaya yang masuk
dan berdomisili di Semarang. Selain itu, Semarang dinilai menjadi sebuah kota
lengkapnya fasilitas yang tersedia di Semarang, para masyarakat dari daerah lain
Gambar 2.1
Peta Wilayah Kota Semarang
Sumber : Semarangkota.go.id
Selatan dan garis 109035’ – 110050’ Bujur Timur di mana lokasi ini dinilai
merupakan lokasi yang strategis. Berikut adalah batas wilayah dari Kota
Semarang :
Dengan rentang suhu udara di mulai dari 200 – 300 Celcius beserta rerata
suhu berada di kisar 270 Celcius, Semarang terlihat bahwa didominasi oleh daerah
2.1.2 Kependudukan
salah satu kota yang berpenduduk heterogen di Jawa Tengah. Selain itu, Kota
Semarang merupakan kota yang padat, yang dibuktikan dengan data yang
diungkapkan oleh Badan Pusat Statistik Kota Semarang pada tahun 2019 yaitu
Tabel 2.1
No. Tahun Jumlah Penduduk
1. 2015 1.776.618
2. 2016 1.648.279
3. 2017 1.658.552
4. 2018 1.668.578
5. 2019 1.674.358
Jumlah Penduduk di Kota Semarang 2015 – 2019
Sumber : Data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang
kenaikan serta penurunan jumlah penduduk di setiap tahunnya, akan tetapi angka
daerah pedesaan. Hal ini dikemukakan olehh Joko Santoso selaku Ketua Pansus
Raperda Kecamatan DPRD Kota Semarang saat ditemui usah memimpin sebuah
“Bahwa masih banyak kelurahan di Kota Semarang yang belum sesuai dengan
aturan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2018 Tentang
Kecamatan. Dapat dilihat bahwa ada keluarahan yang penduduknya sangat padat,
akan tetapi ada pula yang penduduknya sedikit.” (Wibisono, Lanang. “Kepadatan
Halosemarang.id. https://halosemarang.id/kepadatan-penduduk-di-kota-
termasuk PKH.
2.2 Gambaran Umum Kecamatan Ngaliyan
3.181.96 Ha yang terbagi menjadi 10 Kelurahan, 122 RW, dan 868 RT. Adapun
nama – nama dari kelurahan yang berada dalam wilayah Kecamatan Ngaliyan
daerah:
2.2.2 Kependudukan
yang terdiri dari jumlah penduduk laki – laki sebanyak 69.115 jiwa dan penduduk
sebagai berikut:
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Kecamatan Ngaliyan Tahun 2016
Jumlah Penduduk
No. Kelurahan Laki - Jumlah
Perempuan
Laki
1. Ngaliyan 7.403 7.196 14.599
2. Tambakaji 10.532 10.487 21.019
3. Wonosari 11.476 11.461 22.937
4. Wates 2.380 2.423 4.803
5. Gondoriyo 3.620 3.610 7.230
6. Podorejo 4.391 4.455 8.846
7. Bringin 8.228 8.232 16.460
8. Purwoyoso 8.377 8.346 16.723
9. Kalipancur 9.684 9.781 5.853
10. Bambankerep 3.024 3.007 6.031
Jumlah 69.115 68.998 138.113
Sumber : Monografi Kecamatan Ngaliyan, 2016
kepadatan penduduk yang rendah. Hal ini cukup membuktikan bahwa kepadatan
Dinas Pemuda dan Olahraga atau Dinsospora. Namun semenjak tahun 2016
Dinsospora berganti menjadi Dinas Sosial. Dinas Sosial ialah sebuah lembaga
Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Organisasi Perangkat Daerah Kota Semarang, bahwa Dinas Sosial Kota
Semarang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang secara langsung akan
tentunya memiliki visi dan misi. Visi dan misi Dinas Sosial Kota Semarang
A. Visi
(PMKS);
kesejahteraan sosial.
kesejahteraan sosial.
B. Misi
1. Membentuk Jawa Tengah berbasis Tri Sakti Bung Karno, berkuasa dalam
pengangguran.
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Tata Kerja Dinas Sosial Kota Semarang,
Miskin;
b. Menyusun rancangan strategis yang selaras terhadap sesuai visi misi Walikota;
terlaksana.
l. Menjalankan fungsi lain yang dibebankan oleh Walikota dan masih menjadi
Gambar 2.3
Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Semarang
Semarang terbagi ke dalam 4 bidang yang setiap bidangnya dikepalai oleh seorang
pemimpin. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang efektivitas serta efisiensi kerja.
Ngaliyan.
2.3.4 Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial
bertanggung jawab atas segala hal di dalam bidang ini. Bidang ini kemudian
dibagi kembali ke dalam 3 seksi yang tiap sesksinya dikepalai oleh kepala seksi
yang terdiri dari seksi penanganan fakis miskin daerah rentan, seksi penanganan
masyarakat;
Kemiskinan
BAB III
TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
Peneliti dalam bagian ini menyajikan sebuah data yang telah dikumpulan
dengan apa yang tengah peneliti teliti yaitu perihal Implementasi Kebijakan
Kecamatan Ngaliyan.
Para individu yang memiliki peranan penting dan turut menjadi partisipan
dalam penelitian ini akan dilibatkan sebagai informan di dalam penelitian ini.
Seluruh informasi yang berhasil peneliti himpun akan menjadi data primet
kesimpulan.
menjadi kebijakan yang dapat mengatasi permasalahan yang ada itu artinya
regulasi yang ada. Seperti yang diketahui bahwa bukan hal yang mudah dalam
Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Program Keluarga Harapan dalam
kebijakan tersebut dalam menangani permasalahan ini dilihat dari seberapa jauh
ini. Apabila kebijakan dinilai sesuai dalam mengatasi permasalahan yang terjadi
timbul di masyarakat. Kebijakan PKH ini dimulai semenjak tahun 2013 hingga
saat ini, yang berarti sudah terhitung 9 tahun kebijakan PKH ini telah berjalan.
Hal ini dapat ditinjau dari efisiensi penerapan kebijakan dengan meninjau gejala
yang dapat ditelusuri : 1) Tujuan PKH; a. Pendampingan, dan b. Perkumpulan
yaitu:
miskin.
kesenjangan di dalamnya.
yang telah diputuskan melalui Peraturan Menteri Nomor 1 Tahun 2018 Tentang
Keluarga Penerima Manfaat untuk bisa berpikir maju dan berkembang untuk
kehidupan yang lebih sejahtera. Hal ini dilihat melalui perkembangan dari awal
pertemuan sampai kepada validasi data dan serta membenarkan segala komitmen
oleh Keluarga Penerima Manfaat hal ini yang menyebabkan pencapaian tujuan
menjadi nihil adanya. Menurut hasil dari kegiatan wawancara yang ditemui di
“Kalau tujuan dari PKH ini yang saya tau bantuan untuk orang miskin dan
bantuan anak sekolah bisa beli buku, beli seragam, beli peralatan tulis ya
gitu saja, karena bagi saya sudah mendapatkan bantuan PKH ini saja sudah
alhamdullilah sekali. Untuk tercapainya tujuan dari bantuan PKH ini saya
fikir sudah tercapai dan orang miskin jadi bisa beli seragam, bayar SPP
sekolah anaknya sama yang lain – lainnya” (Wawancara dengan informan 3
ketua kelompok KPM PKH pada tanggal 20 Februari 2021 dan Wawancara
dengan ketua kelompok KPM PKH pada tanggal 3 Maret 2021)
Pernyataan yang hampir senada juga disampaikan oleh informan 5 dan 6, yaitu:
“Tujuan PKH yang sesuai dengan peraturan saya kurang tahu, paling yang
saya tahu dan inget banget kalau tujuan bantuan ini untuk membantu rakyat
miskin seperti biaya untuk anak sekolah, ada kesehatan juga, dan lansia
udah itu aja. Kalau anak sekolah ya dapat uang untuk bisa bayar sekolah,
beli keperluan sekolah lainnya tapi untuk yang lansia saya tidak tahu
biasanya dapat apa saja dan untuk apa”(Wawancara dengan informan 5
sebagai Ketua Kelompok KPM pada tanggal 2 Maret 2021 dan Wawancara
dengan informan 6 sebagai Ketua Kelompok KPM pada tanggal 4 Maret
2021)
Pernyataan yang sama disampaikan juga oleh informan 8 sebagai KPM
PKH, yaitu:
“Tujuan PKH itu untuk meringankan beban kita orang miskin ya, jadi kita
bisa bayar SPP anak sekolah terus ada uang buat lansia dan disabilitas juga.
Paling yang saya tahu itu aja selebihnya enggak tahu soalnya saya juga tidak
berpendidikan tinggi jadi buat menerima informasi yang terlalu tinggi
kurang bisa” (Wawancara KPM PKH pada tanggal 20 Februari 2021)
Pernyataan yang berbeda disampaikan oleh informan 1, yaitu:
“Tentu saja saya tahu tujuan dari PKH, karena PKH ini berjalan sesuai
dengan regulasi yang diberikan oleh Kementerian Pusat. Sistem
pelaksanaannya juga berjalan sesuai dengan regulasi, kemudian dalam
regulasi tersebut pastinya terdapat tujuan yang harus kami penuhi. Saya dan
teman – teman pendamping lainya sudah hampir mencapai tujuan tersebut,
akan tetapi pasti dalam mencapai sebuah tujuan kebijakan pasti ada
kendalanya sehingga pencapaian tersebut belum sepenuhnya maksimal.”
(Wawancara dengan Koordinator PKH Kota Semarang pada tanggal 16
Februari 2021).
Pernyataan yang senada juga disampaikan oleh informan 2, yaitu:
“Saya sebagai pendamping tentu harus tahu tujuan dari PKH berdasarkan
regulasi, Karena pada dasarnya saya harus mengetahui terlebih dahulu
semua tentang PKH sebelum pada akhirnya saya bergabung dan
berpartisipasi dalam menjalani sebuah program tersebut. Tujuan dari PKH
yang tertera dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 ini untuk
meningkatkan kesejahteraan taraf hidup, megurangi kemiskinan dan
kesenjangan, mengubah pola perilaku masyarakat, artinya saya sebagai
pendamping harus membantu Koordinator Kota Semarang untuk bisa
menyampaikan PKH ini kepada masyarakat dan juga dapat dirasakan oleh
masyarakat dan bermanfaat untuk masyarakat terutama Keluarga Penerima
Manfaat (KPM). Tidak bisa dipungkiri juga dalam mencapai tujuan pasti
ada kendalanya sehingga ada beberapa tujuan yang sudah tercappai dan ada
yang belum. Salah satunya adalah tujuan untuk mengubah pola perilaku
KPM terhadap adanya bantuan PKH ini, masih banyak masyarakat yang
pola pikir dan perilakunya masih sangat terbelakang dan banyak dari
mereka juga yang tidak bisa komitmen dengan persyaratan yang ada dalam
PKH” (Wawancara dengan pendamping Kecamatan Ngaliyan pada tanggal
14 Januari 2021)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa dalam memaknai
dan memahami tujuan dari Program Keluarga Harapan (PKH) terdapat perbedaan
antar aktor yang terlibat dengan anggota Keluarga Penerima Manfaat. Keluarga
Harapan (PKH). Banyak dari para Keluarga Penerima Manfaat (KPM) hanya
mengetahui fasilitas yang mereka dapatkan tanpa mengetahui tujuan PKH lainnya.
Hal ini sangat berpengaruh terhadap tercapainya tujuan PKH yang sudah terlampir
yang tertulis dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018, karena
sebagai aktor yang mengimplementasikan tentang PKH ini perlu belajar dan
pelaksanaan PKH dapat berjalan dengan baik sesuai dengan regulasi yang ada.
Tujuan dari PKH yang termuat dalam regulasi masih belum dapat tercapai
sepenuhnya, salah satu yang sulit dilakukan adalah mengubah pola perilaku dari
para KPM.
guna mengubah pola perilaku KPM. Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor
yaitu:
a. Mengkonfirmasi bahwa bantuan sosial yang ditujukan kepada para KPM
telah diterima dengan kuantitas yang sesuai terhadap prosedur yang telah
anggota dari Program Keluarga Harapan (PKH) yakni kesehatan, pendidikan, dan
bantuan PKH yang diberikan dapat dialokasikan dengan baik sesuai dengan
komponen PKH yang KPM terima. Pendamping itu merupakan jembatan antara
3 menyatakan bahwa:
“Kalau menurut saya pendampingan sejauh ini sudah sangat baik ya, paling
mungkin karena sekarang keadaan sedang Covid – 19 jadi pendamping
tidak bisa sering memantau langsung ke KPM dan pemantauan
menggunakan media sosial kayak WhatsApp Grup aja, kalau ngirim laporan
atau berkas yang diperluin ya lewat grup itu” (Wawancara dengan Ketua
Kelompok KPM PKH pada tanggal 2 Maret 2021)
Informan 8 menyatakan hal yang senada dengan pernyataan yang disampaikan
“Pendampingan sudah baik ya, kendala sih enggak ada paling kalau ada
sesuatu yang dibutuhkan dari pendamping nanti ketua kelompok pasti
menyampaikan kira – kira apa saja yang dibutuhkan. Karena kalau sekarang
pandemi ya jadi wajar pendamping jarang kunjungan melakukan
pendampingan” (Wawancara dengan KPM PKH pada tanggal 27 Februari
2021)
Pernyataan berbeda yang disampaikan oleh informan 9, yaitu:
“Pendampingan yang dilakukan sudah baik, tapi ada data yang rancu dari
pendamping kadang tiba - tiba pendamping minta berkas untuk data anggota
KPM PKH tahun yang lalu kayak tahun 2013 yang ternyata baru muncul data
namanya di tahun 2021 ini, tapi orang yang berangkutan sekarang sudah
mampu atau meninggal. Nah hal kayak gitu yang bikin kita bingung kadang.”
(Wawancara informan 8 sebagai KPM PKH pada tanggal 20 Februari 2021)
Informan 10 mendukung pernyataan yang disampaikan oleh informan 7, yaitu:
“Kalau soal pendampingan sih sudah baik ya, tapi mungkin kendalanya
karena Covid – 19 aja tapi sebelum pandemi kendalanya jangka waktu
pendampingan sedikit terbatas ya karena pendamping sendiri juga banyak
yang harus dikunjungi sehingga tidak bisa ngobrol banyak kepada
pendamping” (Wawancara informan 9 sebagai KPM PKH pada tanggal 3
Maret 2021)
Kementrian Sosial Republik Indonesia untuk mendapatkan pendamping yang
kompeten harus melakukan seleksi pilihan yang dimana melihat dari segi
untuk kelangsungan hubungan di antara kedua elemen tersebut. Akan tetapi acap
pihak lain ada beberapa kendala dalam melaksanakannya. Seluruh kendala yang
terjadi ketika bertugas ini memaksa para pendamping untuk bersikap adil dan
sabar. Akan tetapi perlu diingat bahwa pendamping bukanlah seorang individu
didapatkan selama PKH berlangsung dinilai cukup baik, namun terdapat kendala
yaitu mengenai pembagian tugas yang tidak sebanding antara pendamping dengan
ketua kelompok KPM. Selain itu, kendala terbaru adalah perihal kondisi yang
tidak memungkinkan selama tahun 2020 yakni adanya Covid - 19 yang pada
akhirnya pendamping harus memiliki inovasi untuk sistem pendampinan, hal ini
metode kunjungan kerumah (home visit) dan melalui WhatsApp Grup. Hal ini
dilakukan karena jarak dan jangka waktu yang tidak memungkinkan untuk
bertujuan untuk mengubah perilaku para penerima PKH secara terstruktur dimana
waktu penyelenggaraan kegiatan ini dilakukan pada awal tahun atau tahun
5. Menyadarkan para KPM akan hak yang dimiliki oleh kaum disabilitas
serta lansia.
7. Umumnya aktivitas ini akan menyadarkan para KPM akan kewajiban serta
serta pendidikan.
pertemuan kelompok setiap bulan, paling sedikit 1 bulan sekali yang disampaikan
oleh Pendamping PKH. Berikut ini terdapat materi yang disampikan pada saat
P2K2, yaitu:
Gambar 3.1
Materi P2K2
KESEHATAN : Gizi, Pelayanan Ibu Hamil, Pelayanan Ibu Menyusui dan Nifas,
Pelayanan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Pemberian Makanan Tambahan (PHT),
Pelayanan Remaja
mendampingi para KPM. Kegiatan ini juga akan mempermudah para pendamping
materi yang telah diterbitkan oleh Kementrian Sosial Pusat. Oleh karena itu,
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) ini juga memiliki fungsi
P2K2 ini, karena materi yang diberikan merupakan bentuk peduli untuk KPM
“Tapi bagaimana ya namanya orang tua kadang berusaha jalanin yang sesuai
anjuran yang baik itu suka gregetan sendiri, karena anak susah banget
dikasih tahu. Kadang suka sedikit kelepasan kalau kesabaran saya sudah
habis tapi ya itu balik lagi nanti sama materi yang ada di kumpulan, jadi
terus ya sehabis itu langsung baik lagi mendidik anak.”(Wawancara dengan
informan 11 sebagai ketua kelompok KPM PKH pada tanggal 4 Maret
2021)
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) ini dilaksanakan di
lokasi yang mendukung agar terlaksana dengan baik, dan hal tersebut harus
4. Lokasi yang dipilih jauh dari sumber kesibingan yang sekiranya dapat
tersedia.
kegiatan yang sifatnya wajib diikuti bagi Keluarga Penerima Manfaat PKH,
namun kenyataannya banyak Keluarga Penerima Manfaat yang tidak hadir dan
ada pula yang selalu hadir tapi tidak memperhatikan materi yang diberikan oleh
menyatakan bahwa:
“Kalau untuk pertemuan ini biasanya dilakukan sebulan sekali, dan saya
sebagai ketua kelompoknya pasti diminta untuk memberitahukan kepada
anggota KPM kelompok saya untuk bisa hadir ke pertemuan tersebut, tapi
yaitu kadang ada berbagai alasan dari mulai tidak bisa karena anak sakit,
suami sakit, atau jualan, padahal pemberitahuan itu sudah disebarkan jauh
sebelum tanggal P2K2 dilaksanakan. Tapi ya tau sendiri ibu – ibu suka
begitu” (Wawancara Ketua KPM pada tanggal 20 Februari 2021)
Pernyataan yang hampir sama disampaikan oleh informan 8, sebagai berikut:
“Pertemuan itu bagus sih sebulan sekali materinya berganti, tapi kalau saya
kadang tidak bisa memperhatikan banget ya karena saya ada anak kecil
kadang suka pengen sesuatu secara medadak, jadi tidak begitu
memperhatikan banget yang penting bantuan itu saya dapet aja udah gitu”
(Wawancara KPM pada tanggal 20 Februari 2021)
Informan 2 membenarkan pernyataan dari informan 3,4,8, dan 1, sebagai berikut:
sekali dan dalam pelaksanaan pertemuan tersebut materi yang diberikan selalu
berganti dikarenakan menyesuaikan modul yang sudah ada dari Kementrian Sosial
Pusat. Materi yang diberikan juga bermanfaat untuk kehidupan para Keluarga
Penerima Manfaat PKH, namun hal tersebut terkendala oleh kehadiran KPM yang
tidak semuanya dapat hadir karena mempunyai kesibukan masing – masing dan
kendala lainnya adalah Keluarga Penerima Manfaat tidak dapat fokus dan
Sebuah terget yagng tepat sasaran ditinjau ke dalam apa target tersebut dan
siapa yang ditujukan. Semua program tentunya memiliki target yang hendak
dicapainya, oleh sebab itu dibutuhkan sasaran dari pencapaian target. Dalam hal
ini, Dinas Sosial Kota Semarang bersama-sama dengan Kementrian Sosial Pusat
tersebut, apakah mengarah positif atau malah negatif. Sasaran dapat menolak
impelementasinya.
“PKH ini dan menurut saya ya sudah tepat untuk warga – warga miskin
yang membutuhkan. Saya mendukung bantuan PKH ini karena
meringankan beban pengeluaran setiap bulannya” (Wawancara KPM
pada tanggal 27 Februari 2021)
Pernyataan yang berbeda disampaikan oleh informan 3, yaitu:
“Saya rasa bantuan PKH ini bagus ya untuk saya dan warga miskin atau
yang membutuhkan juga, walaupun pada awalnya saya sempat menolak
mendapatkan bantuan PKH ini karena saya pada saat itu masih merasa
mampu tapi ternyata nama suami saya terdaftar dalam warga miskin jadi
yaudah diterima saja. Tapi ya gitu bantuan PKH ini diberikan hanya
untuk komponen – komponen yang ada seperti pendidikan ya untuk anak
sekolah, biaya SPP sekolah, beli buku, lalu untuk kesehatan paling
jaminan pemeriksaan aja kalau yang lansia saya kurang tahu mungkin
jaminannya juga pemeriksaan kesehatan khusus lansia, begitu juga
disabilitas. Untuk sasaran sih saya rasa sudah tepat ya, bahkan tepat
sekali mungkin jadi rakyat miskin merasa terbantu dengan adanya
bantuan PKH ini” (Wawancara Ketua KPM pada tanggal 20 Februari
2021)
Pernyataan yang berbeda disampaikan oleh informan 10, yaitu:
“Kalau kayak gitu sih kayaknya tidak semuanya tepat ya, kalau dilihat
lagi misal warga ini dapet PKH tapi kok kehidupannya istilahnya
mampu, kadang punya mobil, motor, dan kendaraan lainnya. Pasti yah
ada yang tidak tepat, hal itu pasti ada. Kalau di cek lebih dalam yang
dapat bantuan PKH itu yang punya mobil berapa, yang punya motor
berapa, pokoknya kalau disurvey dari rumah ke rumah pasti ada
kejanggalan. Waktu itu saya pernah di katakana sebagai warga yang
mampu, terus didatengin sama pendamping yang dulu buat di cek bener
enggak, ternyata setelah di cek ya salah karena saya ini benar tidak
mampu, saya tidak punya motor, mobil, HP aja cuman satu, rumah aja
bentuknya begitu. Jadi ya ternyata terbukti salah. Kecemburuan sosial itu
pasti ada gak bisa dihindari.” (Wawancara dengan KPM PKH pada
tanggal 2 Maret 2021)
Terdapat pernyataan yang berbeda dari informan 1, yaitu:
“Kalau menurut saya sudah tepat. Paling kendala untuk bisa tepat sasaran
itu adalah mengenai data yang didapatkan langsung dari pusat suka ada
data yang rancu jadi kami harus mencocokan kembali data yang
diberikan dengan di lapangan kira – kira seusai atau tidak, terkadang
ketika sedang mencocokan data itu muncul kesenjangan pandangan,
misalnya di data keluarga A termasuk kedalam keluarga yang tidak
mampu tapi di mata saya keluarga A ini tuh mampu jadi untuk
meluruskan kesenjangan tersebut yang sedikit sulit juga. Sebelum
kesenjangan ini diluruskan pastinya saya akan bertanya terlebih dahulu
sm RT / RW / Kecamatan atau aparat wilayah setempat tentang warganya
yang terdaftar di DTKS pusat apakah memang kehidupannya benar tidak
mampu atau sebelumnya sempat mampu tapi menjadi tidak mampu
karena di PHK kerja atau alasan lainnya, nah hal tersebut membuat data
kami menjadi sangat rancu makanya paling kalau terjadi kendala seperti
itu jalan keluarnya adalah sering – sering berkoordinasi saja dengan
aparat wilayah setempatnya maupun dengan Calon Keluarga Penerim
Manfaat (CKPM) yang bersangkutan, walaupun kadang ada
hambatannya pada saat berkoordinasi tersebut tapi ya tetap harus
dijalanin dan saling menguatkan satu sama lain antara saya dengan teman
– teman pendamping yang bekerjasama dengan saya. (Wawancara
Koordinator PKH pada tanggal 16 Februari 2021)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diperoleh informasi bahwa
dengan adanya bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) ini Keluarga Penerima
Manfaat menyatakan bahwa sasaran untuk program ini belum tepat sasaran
sepenuhnya karena masih terdapat beberapa masalah kecemburuan sosial antara
satu KPM dengan KPM yang lainnya. Namun berbeda pernyataan dengan
koordinator PKH Kota Semarang bahwa PKH ini sudah tepat akan tetapi terdapat
sedikit mengalami kendala yakni mengenai data kemiskinan yang sering tidak
valid sehingga yang seharusnya di pusat ada sekian ternyata di lapangan berbeda,
hal tersebut membuat kami perlu mengkaji ulang agar tidak terjadi salah sasaran.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 Pasal 32 yang dimulai dengan 1)
pertemuan perdana dan mengecek data para penerima PKH, 5) Menetapkan KPM
yang tercantum ke dalam KPM, 10) Menyempurnakan data, dan, 11) Mengubah
proses untuk menjadi anggota KPM di PKH tidak mudah, begitu juga ketika
sudah menjadi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) banyak tahapan yang harus
dipenuhi dan dijalankan guna melancarkan pencairan dana bantuan PKH. Peneliti
akan memfokuskan melihat teknis pelaksanaan pada saat pertemuan awal dan
“Iya disuruh datang kumpulan gitu, buat katanya mau ada sosialisasi.
Terus suruh bawa KTP dan KK gitu. Saya juga tau ini dari surat yang
dikasih dari kelurahan, bilangnya ada bantuan terus suruh dating
kumpulan sesuai sama hari, tanggal, dan tempat di surat.”
(Wawancara dengan KPM PKH pada tanggal 27 Februari 2021)
Sebelum validasi data pendamping akan melaksanakan sosialisasi
telah tersepakati.
PKH;
“Pertama itu ya dapet surat undangan gitu dari kelurahan terus diminta
untuk dating ke kumpulan yang sudah ditulis disurat itu. Waktu itu
suruh datang ke kelurahan, terus ya mendengarkan ceramah dari
petugas tentang bantuan ini. Dimintai KTP dan KK waktu itu buat
katanya di cocokin. Terus isi kertas gitu isinya data diri kita ya nama,
NIK, alamat sampai pekerjaan suami juga ditanyain” (Wawancara
KPM PKH pada tanggal 3 Maret 2021)
Pernyataan yang sama disampaikan oleh informan 11 sebagai KPM PKH,
yaitu:
“Saya dikasih surat terus ya gitu suruh datang tapi tidak boleh
diwakilkan, harus orang yang tertera di nama surat itu. Katanya sih
gitu, jadi waktu itu saya juga bingung kenapa kok harus orang yang
ada dinama itu aja tidak bisa diwakilkan padahal masih keluarga juga.
Mungkin karena pertemuan awal jadi harus tau orangnya seperti
apa”(Wawancara KPM PKH pada tanggal 4 Maret 2021)
Dalam pelaksanaan validasi data ini ditemukan sebuah ketidakvalidan
data, maka calon penerima KPM PKH dinyatakan gugur. Inilah yang
menyebabkan pentingnya memvalidasi data dengan tujuan agar data tidak
“Pas validasi sih tidak ada masalah besar, paling nannya ke petugas ini
yang harus diisi apa dan bagaiman ya hal – hal kecil aja karena yang
diisi itu banyak jadi sedikit suka bingung. Tapi, kalau sekarang karena
kondisi pandemi begini terus suka ada pembaharuan data dan
pendamping suka minta tolong menugaskan ketua kelompok buat
kumpulin berkas – berkas anggota KPM, nah pada saat itu ada
beberapa anggota KPM saya yang kadang susah banget dimintain
KTP sama KK. Padahal saya minta untuk saya fotocoppy supaya nanti
kalau pendamping minta pembaharuan data saya sudah ada pegangan
data pribadi dari KPM, tapi ya itu susahnya bukan main dikira saya
bakal ngapa – ngapain” (Wawancara pada tanggal 20 Februari 2021)
Pernyataan yang sedikit sama dengan informan 3 disampaikan oleh
“Validasi data ini kami ada 2 metode, yaitu melalui home visit dan
pertemuan awal. Kalau home visit itu awal mula data berasal dari
DTKS Kabupaten/Kota yang dinaikan ke Kemensos kemudian oleh
Direktorat yang membidangi PKH ini dikelola dan kemudian
diserahkan kembali ke Kabupaten/Kota untuk dilakukan validasi data.
Nah data yang kita pegang ini namanya BNPA yang terlampir nama,
alamat, dan lain sebagainya ini akan kita cocokan dengan home visit
ke masing – masing rumah KPM. Kemudian, cara yang kedua itu
sekiranya bisa lebih efektif dilakukan dengan menggunakan metode
pertemuan awal. Pertemuan awal ini terlaksana dimana KPM sudah
menerima Surat Undangan Pertemuan Awal (SUPA) kemudian nanti
kita akan minta datang ke titik lokasi di setiap wilayah yang biasanya
dilaksanakan di aula Kecamatan / Kelurahan, balai RT/RW.
Kemudian nanti kita akan ketemu dengan Calon Keluarga Penerima
Manfaat (CKPM) nanti kita akan wawancara langsung dengan mereka
menannyakan kondisinya bagaimana, mereka mempunyai komponen
yang terdapat di PKH atau tidak, punya anak sekolah tidak, lagi hamil
atau tidak, dan lain sebagainya. Akan tetapi kelemahannya ketika
pertemuan awal ini adalah kita tidak bisa menegtahui kondisi
langsung atau fisik mereka, kondisi sosial ekonomi lebih tepatnya.
Tapi kalau semisal kita menggunakan metode home visit kita bisa
mengetahui seluruh aset yang CKPM miliki. Karena ketika kita datang
dengan home visit itu ada dari CKPM yang kondisinya tidak mampu
tapi dia punya tanah banyak, tapi ada juga CKPM yang kondisinya
mampu namun tinggal bukan dirumahnya sendiri kebanyakan mereka
itu dititipkan rumah oleh majikannya. Banyak juga kasus seperti itu.
Makanya 2 metode ini kita lebih cermat – cermat aja, kita sering
melakukan koordinasi dengan aparat setempat yang ada disana
RT/RW, Kelurahan/Kecamatan. Karena kalau kita hanya
mengandalakn wawancara langsung saja juga agak sedikit berat, takut
kita salah juga karena kita tidak tahun kondisi seseorang seperti apa.”
(Wawancara dengan Koordinator Kota Semarang pada tanggal 16
Februari 2021)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diperoleh informasi bahwa pada saat
melaksanakan validasi data tidak ada hambatan dari Keluarga Penerima Manfaat,
hanya saja kesulitan untuk KPM yang lansia jadi harus ada pendampingan untuk
melakukan validasi data dengan metode pertemuan awal adalah tidak bisa
Padahal bantuan PKH ini benar – benar harus tertuju untuk keluarga yang tidak
mampu, kadang apabila hanya mengikuti data yang diterima itu banyak yang tidak
3.3.1 Komunikasi
tersebut.
“Bantuan ini tujuannya untuk keluarga miskin jadi harusnya bisa sangat
bermanfaat ya karena kita jadi terbantu sedikit beban kehidupannya, saya
juga setelah datang ke dalam sosialisasi PKH jadi paham bahwa ini
bantuan yang diberikan oleh pemerintah, paling hal tersulit untuk
mendapatkan bantuan ini ya pada saat pengumpulan berkas saja sama
pengisian formulir untuk di cocokan, karena didalam formulir tersebut
pertanyaannya sungguh jelas sekali dan banyak” (Wawancara KPM pada
tanggal 20 Februari 2021)
Pernyataan yang hampir sama disampaikan oleh informan 7, sebagai
berikut:
“Menurut saya yang disampaikan oleh pendamping kepada kami itu cukup
jelas ya dari tujuannya saya juga sudah paham sekali untuk
mensejahterakan rakyat miskin, dari yang tadinya saya tidak tahu PKH dan
tujuannya sekarang menjadi tahu bahwa bantuan PKH ini untuk apa, siapa,
dan bagaimana syarat yang harus dipenuhi.” (Wawancara Ketua KPM
pada tanggal 2 Maret 2021)
Tujuan dari Program Keluarga Harapan (PKH) tersebut telah
ditransmisikan kepada sasaran kebijakan, dalam hal ini yaitu Keluarga Penerima
implementasi kebijakan.
sudah dimengerti secara baik oleh implementor dan sasaran, akan tetapi dalam
hal ini Koordinator PKH Kota Semarang dan pendamping di Kecamatan Ngaliyan
dengan sasaran kebijakan telah menjalin komunikasi yang sangat baik berupa
rapat koordinasi, dan kegiatan lain, Hal ini juga sangat mendukung implementasi
kebijakan dari Program Keluarga Harapan (PKH) dan tercapainya tujuan dari
kebijakan.
Sumber daya ialah faktor yang turut berperan penting dalam proses
sumber daya yang dibutuhkan ialah sumber daya manusia dan sumber daya
“Untuk rekrut SDM pendamping itu ya dari Kementrian Sosial Pusat nanti
dari Kemensos akan membuka lowongan, jadi nanti daftar melalui website
yang sudah disediakan sampai pengumuman ya bukanya melalui website
tersebut. Jadi benar – benar dipilih yang mempunyai kemampuan dan
memenuhi syarat menurut dari Kemensos Pusat. Jadi kayak pendamping
yang bekerjasama dengan saya dengan total ada 97 pendamping itu
semuanya memiliki kualitas yang cukup bagus dan kompeten dalam
bekerja. Sejauh ini dengan jumlah pendamping segitu banyak saya merasa
sudah cukup. Karena SDM pendamping itu disesuaikan dengan jumlah
kuota KPM, jadi biasanya 1 pendamping di Kecamatan itu megang 250 –
350 KPM, Kalau ada 1 pendamping yang pegang lebih dari 350 KPM
bahkan sampe 400 artinya saya harus mengajukan ke Kemensos Pusat
untuk tambahan SDM Pendamping” (Wawancara Koordinator PKH pada
tanggal 16 Februari 2021)
Pernyataan yang berbeda disampaikan oleh salah satu pendamping di
Kecamatan Ngaliyan:
Seperti anggaran untuk Program Keluarga Harapan (PKH) yang diberikan kepada
“Kalau saya dana yang dikasih segittu ya akan digunakan dengan baik
sesuai dengan kebutuhan yang paling utama. Karena cukup atau tidak itu
anggaran ya harus bisa di cukup – cukupkan, karena masih banyak orang
yang membutuhkan tapi dia tidak dapat sedangkan kita bisa dapat bantuan.
Jadi sebisa mungkin saya menekankan pada anggota saya untuk bisa
menggunakan uang untuk kebutuhan komponen kalian masing – masing,
misal dia dapat biaya pendidikan ya segera dibayarkan SPP anaknya jangan
sampai nanti tidak bisa ambil rapot karena belum bayar. Karena saya pernah
punya pengalaman seperti itu di anggota KPM saya, anaknya tidak bisa
mendapatkan raport sekolah karena orang tua belum bayaran padahal
bantuan untuk anaknya ada terus, setelah kejadian tersebut saya langsung
ijin pendamping untuk mengambil jalan keluar dengan cara pegang kartu
ATM orang tua tersebut supaya setiap nanti ada pencairan dana langsung
bisa saya bayarkan ke sekolah dan kuitansi bayarannya baru saya kasih ke
orang tua tersebut. Karena uang ini bukan digunakan untuk keperluan
pribadi tapi untuk bayaran sekolah sesuai komponen bantuan yang
didapatkan.”(Wawancara dengan KPM pada tanggal 2 Maret 2021)
Pernyataan berbeda disampaikan oleh informan 10, sebagai berikut:
Namun hambatan yang terjadi adalah pembagian pendamping yang terlihat masih
pendamping sesuai dengan jumlah kuota KPM yang terdapat diwilayah tersebut.
Harapan (PKH) belum terpenuhi dengan baik, anggaran yang diberikan belum
hanya untuk membayarkan sesuai dengan komponen yang diterima oleh KPM.
3.3.3 Disposisi
implementor yang dalam hal ini berarti komitmen yang dipegang teguh oleh pera
implementor, seperti bersikap jujur, adil, dan bijaksana. Baiknya disposisi yang
“Sudah bekerja dengan baik, pendamping juga baik dan sesuai arahan dari
atasnya lagi. Karena mereka punya niat baik untuk bisa menyampaikan
bantuan ini sama orang miskin kayak saya atau orang lain – lainnya.”
(Wawancara KPM pada tanggal 27 Februari 2021)
Hal serupa yang dipaparkan informan 11, diantaranya;
implementor kebijakan adalah loyalitas, hal ini dilihat sejauh mana implementor
dapat memberikan sebuah perubahan yang cukup signifikan terhadap KPM. Hal
“Pendamping sudah sangat baik dan menurut saya bekerja juga sudah sesuai
dengan perintah yang dari atas, sangat dekat juga dengan KPM bisa
mengayomi ketika KPM ada masalah” (Wawancara KPM pada tanggal 2
Maret 2021 dan pada tanggal 3 Maret 2021”
Maka dapat disimpulkan bahwa UPPKH Kota Semarang sudah menunjukan
sebuah komitmen terhadap penerapan dari PKH, dalam loyalitas juga sudah
berusaha sepenuhnya menunjukan sikap yang baik, bentuk loyalitas yang baik
“Pelaksanaan PKH ini tentu sesuai dengan peraturan yang ada, tapikan
setiap kebijakan itu pasti ada kendala dan tidak bisa mulus banget mengikuti
yang ada menurut peraturan. Karena antara kebijakan dengan kenyataan
dilapangan itu suka jauh berbeda, sehingga apabila saya mengira ini akan
berjalan dengan baik tapi pada saat dijalani semuanya tidak semulus
perkiraan saya.” (Wawancara Pendamping Ngaliyan pada tanggal 14 Januari
2021)
Berikut informasi yang serupa didapatkan oleh narasumber 1, diantaranya sebagai
berikut pernyataannya:
“Saya rasa untuk mekanisme pelaksanaan PKH semuanya berjalan dengan
baik ya, mungkin yang tidak bisa dipungkiri adalah tidak sempurnaannya
dalam menjalani program tersebut, karena dalam juklak dan juknis
menerapkan sistem yang sangat disiplin untuk bisa mencapai tujuan dari
kebijakan PKH ini tapi kenyataan dilapangan butuh perjuangan yang sangat
besar untuk dapat menjalani sesuai dengan juknis dan juklak.” (Wawancara
Koordinator PKH pada tanggal 16 Februari 2021)
Fakta yang didapatkan dari informasi mengenai pelaksanaan Program
Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang ini dari segi
struktur birokrasi sudah sesuai dengan regulasi. Dan pembagian tupoksi ke setiap
pendamping juga dipahami dan dijalankan dengan baik. Selain itu, PKH ini juga
berjalan bukan hanya berdasarkan regulasi akan tetapi juga melihat dari petunjuk
ada dua hal yang digambarkan secara garis besar yaitu implementasi kebijakan
belum sepenuhnya dipahami dengan baik dan seksama oleh Keluarga Penerima
pertemuan awal sebagai KPM PKH. Banyak dari Keluarga Penerima Manfaat
yang paham tentang tujuan dari PKH, namun berdasarkan komponen yang
diterima, bukan berdasarkan peraturan yang mengatur. Hal ini terdapat perbedaan
Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018. Menurut pendamping tujuan PKH
ini masih belum dapat dimaknai secara keseluruhan oleh Keluarga Penerima
PKH berdasarkan peraturan tidak mudah, hal ini dibagi sebagai berikut:
Ketepatan target atau sasaran juga termasuk hal yang paling penting dalam
menjalani sebuah kebijakan guna mencapai tujuan sesuai dengan peraturan yang
mengatur. Namun, Program Keluarga Harapan ini untuk target atau sasaran masih
tidak sesuai dengan tujuan diciptakannya bantuan ini, hal ini disebabkan karena
sasaran. Padahal sasaran ini merupakan kunci keberhasilan dari sebuah kebijakan.
untuk menjadi anggota Keluarga Penerima Manfaat di PKH tidak mudah. Banyak
kewajiban yang harus dipenuhi dan dijalankan. Hal ini dilakukan guna membuat
KPM untuk bisa bergerak lebih maju walaupun sudah mendapatkan bantuan,
karena bantuan yang didapatkan tidak tetap dan selamanya. Namun, dengan
banyaknya tahapan pelaksanaan dalam PKH peneliti hanya melihat pada tahapan
pertemuan awal dan validasi data. Pada tahapan awal KPM diminta untuk
membawa syarat yang diperlukan guna pencocokan data yang dilakukan oleh
pendamping setempat. Dalam hal ini Keluarga Penerima Manfaat tidak banyak
mengalami kendala besar pada saat validasi data, hanya saja kendala kecil yaitu
ketika pengisian formulir untuk validasi data dan membantu lansia – lansia dalam
yaitu mengenai metode yang digunakan untuk pencocokan data dari pusat dengan
di lapangan.
4.1.2 Faktor Pendorong dan Penghambat Implementasi Kebijakan Program
a. Disposisi
sangat baik sehingga hal ini dapat dikategorikan bahwa komitmen yang
b. Struktur Birokrasi
berikut:
a. Komunikasi
Faktor komunikasi dalam penerapannya sudak cukup jelas terhadap PKH
b. Sumber Daya
Pada faktor ini dibagi menjadi dua yaitu SDA dan sumber daya finansial.
komunikasi yang baik untuk bisa menyampaikan isi – isi dari tujuan PKH.
menetapkan sasaran dari PKH ini adalah merupakan hasil survey aparat