Anda di halaman 1dari 10

Statistik Deskriptif

CASE 1
Meningkatnya teknologi dan informasi membuat belanja online menjadi semakin populer
dikalangan masyarakat terutama pada masa pendemi ini, semakin banyak masyarakat yang
belajar melakukan belanja daring. Dan trend ini diperkitakan akan terus tumbuh secara cepat
kedepannya mengembangkan dunia e-commerce di Indonesia. Dengan berkembangnya e-
commerce, terjadi sebuah fenomena shopping cart abandonment yang mulai banyak diselidiki
oleh pada cendekiawan (misal, Kukar-Kinney & Close, 2010; Oliver &Shor, 2003; Mathwick et
al., 2001). Namun belum menjelaskan mengapa konsumen meninggalkan shopping cart
(keranjang belanja online) mereka. sangat penting untukmemahami motivasi untuk
menggunakan keranjang belanja online. Keranjang belanja tradisional adalah gerobak tau
keranjang fisik yang disediakan oleh pengecer kepada pelanggan untuk membantu mereka
mengumpulkan dan menyimpan barang untuk pembelian segera sedangkan keranjang elektronik
(online shopping cart) adalah ruang virtual yang ada di situs web belanja dan disediakan dengan
tujuan yang sama seperti keranjang tradisional – untuk memungkinkan pelanggan menyimpan
barang untuk pembelian berikutnya pada sesi belanja tersebut. Para pelaku e-commerce juga
sering menggunakan istilah lain seperti “tas saya” untuk merujuk ke keranjang online (mis.,
Gap.com). Beberapa situs web membuat keranjang elektronik (online shopping cart) konsumen
tetap penuh setelah konsumen keluar tanpa membeli (yaitu gerobak tetap), tetapi banyak situs
yang secara otomatis mengosongkan keranjang saat konsumen menutup peramban.
E-commerce menawarkan keranjang virtual (online shopping cart) untuk membantu
konsumen dengan pembelian online, memudahkan konsumen dalam berbelanja dan membeli
lebih banyak namun karena keranjang virtual (online shopping cart) ini dapat sebagai tempat
penjelajahan belanja online mereka sering kali hanya menyimpan barang kedalam gerobak tanpa
melakukan pembelian sehingga tidak terjadi pembelian riil (Macwell &Maxwell, 2001).
Fenomena ini terjadi hampir diseluruh platform e-commerce yang dikenali seperti Tokopedia,
Shopee, Lazada, JD.ID, dll. Oleh karena itu, muncul sebuah pertanyaan, apakah platfom e-
commerce harus menghilangkan keberadaan shopping cart atau mempertahankannya karena
berdasarkan beberapa penelitian, ditunjukkan bahwa kehadiran shopping cart memang
memudahkan konsumen untuk berbelanja dan memberikan pengalaman berbelanja yang lebih
baik untuk konsumen (Lueker, 2003). Namun, keberadaan shopping cart juga menununjukkan
terjadinya shopping abandonment (Luo, 2002).
Statistik Deskriptif

Berikut adalah data dari 20 responden yang memberikan pernyataanya terhadap kejadian
shopping abandonment pada masyarakat Jakarta. Gunakanlah statistik deskriptif (Mean, Modus,
Meian, Variance, Kuartil 1;2; dan 3, dan persentil 25; 50; 75) untuk menganalisa jawaban
responden untuk menjawab pertanyaan. Apakah masyarakat Jakarta juga merasa bahwa
shopping cart membantu mereka dalam berbelanja online? Apakah dengan mentiadakan
shopping cart akan membuat mereka beralih kepada platform atau alternatif belanja lain? Apakah
kita harus menghilangkan shopping cart pada e-commerce dan apa alasannya (iya dan tidak)?
Berikan juga saran kalian untuk perkembangan e-commerce dalam mengatasi shopping cart
abandonment selain menghapus fitur shopping cart.

Shopping cart availability

Responen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 1 20
8 9

SC 1 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 1 3 1 5 4 5 5 5

SC 2 4 1 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 1 1 1 5 4 3 3 4

SC 3 4 1 1 1 1 4 3 3 1 2 1 1 1 1 1 3 4 2 3 1

SC 4 3 5 2 1 1 4 3 1 2 1 1 2 5 2 3 1 4 4 1 1

SC 5 2 3 3 1 1 4 1 1 3 1 1 4 4 3 2 3 3 1 1 1

SC 6 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 3 1 2 1 5 3 2 4 1

SC 7 4 1 4 4 1 4 1 5 4 5 1 2 1 2 3 5 1 1 5 5

SC 8 5 1 4 5 5 5 5 5 4 5 5 3 1 4 3 5 3 4 5 5

SC 9 5 3 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 2 4 2 5 4 4 5 5

SC 10 4 1 4 2 2 5 4 5 4 5 5 3 2 2 3 2 2 4 5 5

SC 11 5 4 4 3 4 2 3 4 4 3 1 1 5 2 4 2 3 3 3 2

Pengukuran: Skala likert


Keterangan: 1 Sangat Tidak Setuju; 2 Tidak Setuju; 3 Netral, 4 Setuju; 5 Sangat Setuju
Keterangan:
Shopping Cart SC 1 Seberapa sering Anda memasukkan produk yang menarik bagi
Anda kedalam shopping cart? (dibandingkan fitur lain seperti
favorite, widhlist, dll)
SC 2 Apakah Anda akan memeriksa ulang shopping cart Anda?
SC 3 Apakah Anda akan membeli produk yang sudah lama dalam
shopping cart Anda?
Statistik Deskriptif

SC 4 Seberapa sering Anda menggunakan fitur “Beli sekarang” atau


“Checkout” setiap kali berkeliling e-commerce?
SC 5 Setelah mencoba menggunakan “mockup” e-commerce tanpa
shopping cart apakah kalian merasa lebih mudah untuk melakukan
pembelian?
SC 6 Apakah kalian membeli lebih banyak produk ektika tidak terdapat
shopping cart?
SC 7 Apakah tidak terdapat shopping cart mengurangi pengalaman
berbelanjamu?
SC 9 Apakah Anda selalu memasukkan produk kedalam shopping cart
sebelum membelinya?
SC 10 Fitur “ Shopping cart” membuat pembelian dalam jumlah banyak
lebih mudah?
SC 11 Berapa persen (perbandingan) produk yang Anda beli dibandingkan
dengan yang tidak Anda beli pada shopping cart Anda?

REFERENCE
Kukar-Kinney M, Close AG. (2010). The determinants of consumers' online shopping cart
abandonment. J Academy Mark Sci 2010(35):240–50.
Lin CA. Online service adoption likelihood. J Advert Res 1999;39(2):49–89.
Lueker T. (2003). Abandonment surveys help boost sales. Marketing News.37(24):16–21.
Luo X. (2002). Uses and gratifications theory and e-consumer behaviors: a structural equation
modeling study. J Interactive Advert 2002;2(2).
Magill K.(2005). Building a better shopping cart. Multichannel Merchant.1(8):18–9.
Mathwick C, Malhotra N, Rigdon E. (2001). Experiential value: conceptualization, measurement
and application in the catalog and internet shopping environment. J Retail. 77(1):39–56.
Maxwell S, Maxwell N. (2001). Channel reference prices: the potentially damaging effects of
napster. Proceedings of the 2001 Fordham University Behavioral Pricing Conference,
vol. 32.
Statistik Deskriptif

CASE 2
KFC (Kentucky Fried Chicken) merupakan perusahaan fast food yang berasal dari
Amerika Serikat. KFC menyediakan beberapa menu makanan cepat saji seperti ayam goreng
krispi, spaghetti, burger, dan sebagainya. Menu utama KFC adalah ayam goreng krispi yang
terkenal kelezatannya. KFC pun mulai berkembang dari satu rumah makan dan menjadi tersebar
di 200 rumah makan di Amerika dengan franchise KFC tersebut. Seiring berjalannya waktu,
merek KFC mulai beredar ke negara-negara lainnya. KFC pun masuk ke Indonesia melalui PT
Fast Food Indonesia. Pada akhir 2011, KFC telah mengoperasikan 421 gerai dengan 16.365
karyawan yang tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. (Sumber:
https://kfcku.com/kegiatan-usaha-perusahaan)
Pada era pandemi Covid-19, KFC menyatakan bahwa adanya penurunan penjualan dan
jumlah transaksi. Oleh karena itu, perseroan memilih untuk mengambil langkah strategis yang
akan ebrfokus pada aktivitas operasional. Menurut informasi BEI (Bursa Efek Indonesia),
penurunan nilai penjualan dan jumlah transaksi dinilai mempengaruhi arus kas sebuah
perusahaan. Pada akhir tahun 2019, FAST menyatakan laba bersih senilai Rp.212,01 miliar.
Sedangkan pada kuartal III tahun 2020, laba bersih FAST tercatat senilai Rp.175,70 miliar.
(Sumber: https://market.bisnis.com/read/20200402/192/1221356/fokus-penjualan-pelaporan-
keuangan-kfc-indonesia-fast-mundur)
Berikut adalah data penjualan KFC dari 4 gerai pada provinsi yang berbeda dalam
periode 5 tahun terakhir: (data dalam juta)

Sumatera
DKI Jakarta Jawa Timur DI Yogyakarta
Utara
2011 216.8 196.35 173.08 124.31
2012 316.39 261.22 344.106 313.678
2013 456.7 333.69 385.9 434.59
2014 506.071 425.01 490 362.03
2015 637.64 566.75 575 513.44
2016 689.61 673 523.5 456.676
2017 675.935 746 539 532.905
2018 720.1 692.25 597.8 546
Statistik Deskriptif

Sumatera
DKI Jakarta Jawa Timur DI Yogyakarta
Utara
2019 592.18 426.78 445.64 476.556
2020 410.73 322.344 317.98 348.06
TOTAL 5222.156 4643.394 4392.006 4108.245

KFC ingin menganalisis data penjualan provinsi DKI Jakarta. Dengan menggunakan data
di atas, Anda diminta untuk menentukan nilai Mean, Median dan Modus, nilai Minimum dan
Maximum, nilai Varians, Range dan Standar deviasi, nilai Kurtosis dan Skewness, nilai Kuartil
1, Kuartil 2, Kuatil 3, Desil 7, Persentil 35, dan Persentil 60.
Validitas, Reliablitias dan Normalitas

CASE 1
The Hyundai Motor Company (umumnya dikenal sebagai Hyundai) (Bahasa Korea: 현대
자 동 차 ; Hanja: 現 代 自 動 車 ; RR: Hyeondae Jadongcha Tentang soundlisten ini; Bahasa
Korea: 현 대 ; Hanja: 現 代 ; RR: Hyeondae, adalah produsen otomotif multinasional Korea
Selatan yang berkantor pusat di Seoul. Hyundai Motor Company didirikan pada tahun 1967. Saat
ini, perusahaan tersebut memiliki 33,88 persen Kia Corporation, dan juga memiliki dua merek
termasuk anak perusahaan mobil mewah, Genesis Motor, dan anak perusahaan kendaraan listrik,
Ioniq. Ketiga merek tersebut bersama-sama membentuk Hyundai Motor Group.
Hyundai mengoperasikan fasilitas manufaktur mobil terintegrasi terbesar di dunia di
Ulsan, Korea Selatan yang memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 1,6 juta unit. Perusahaan
ini mempekerjakan sekitar 75.000 orang di seluruh dunia. Kendaraan Hyundai dijual di 193
negara melalui 5.000 dealer dan showroom. Saat ini, produk-produk yang gencar sedang
dipublikasikan adalah kendaran-kendaraan elektrik. Kendaraan elektrik sebut saja salah satu
jenis prosuk dari Hyundai adalah kona dan inoq dapat dikatakan laris di Indonesia. Mereka
mendapatkan respon pasar yang positif di Indonesia.
Melihat hal ini, tim research and development dari Hyundai terus menerus berinovasi dan
berupaya untuk menemukan jawaban dari kebutuhan dan keinginan konsumen. Pak Aryo
merupakan salah satu dari tim R&D Hyundai di Indonesia. Saat ini Pak Aryo tengah melakukan
penelitian mengenai hubungan antara Merek Dangang terhadap minat membeli mobil listrik.
Dalam penelitiannya, Pak Aryo lupa untuk menguji apakah kuesioner salah satu variable
penelitian sudah valid dan dapat digunakan. Adapun data butir pertanyaan penelitian tersebut
adalah sebagai berikut:
Merek Merek Merek Merek Merek Merek Merek
Dagang 1 Dagang 2 Dagang 3 Dagang 4 Dagang 5 Dagang 6 Dagang 7
4 4 4 4 5 5 5
5 4 4 5 5 5 5
4 5 5 4 4 4 5
4 4 5 5 4 5 5
4 1 5 5 4 3 4
3 4 5 1 3 2 5
5 3 2 1 4 3 2
5 5 3 3 2 4 1
5 1 2 4 2 2 1
2 2 1 2 1 2 4
Validitas, Reliablitias dan Normalitas

Merek Merek Merek Merek Merek Merek Merek


Dagang 1 Dagang 2 Dagang 3 Dagang 4 Dagang 5 Dagang 6 Dagang 7
1 1 5 2 4 5 3
5 4 3 3 2 3 3
2 4 4 1 2 5 5
1 2 1 5 3 1 3
3 2 2 3 2 2 2
2 1 1 1 2 2 3
1 3 3 2 3 1 1
3 2 2 2 2 1 2
4 1 4 4 3 1 4
1 5 2 3 5 4 3
2 2 1 3 4 2 3
4 4 4 3 3 4 5
3 4 4 5 5 4 3
4 4 5 4 3 3 3
5 3 3 5 5 3 4
5 5 5 4 3 4 4
3 3 4 4 4 3 4
3 5 3 4 5 5 5
4 5 5 3 2 2 2
4 5 4 3 2 1 2
1 4 2 1 5 1 1
5 5 5 4 5 5 5
4 5 4 5 5 4 4
4 5 4 4 5 4 5
4 5 5 5 4 4 4
4 4 5 5 4 5 4
5 5 4 5 4 5 5
4 5 4 5 4 4 5
5 5 4 5 4 5 4
5 5 5 4 4 4 5
4 5 5 4 5 4 5
4 3 2 3 2 4 4
5 1 4 4 3 4 5
4 5 4 1 3 3 3
5 1 1 2 3 4 1
5 1 1 5 4 3 2
1 1 3 1 3 5 3
1 5 1 3 4 3 1
2 2 5 3 2 5 5
1 2 2 4 1 2 5
Validitas, Reliablitias dan Normalitas

Berdasarkan data di atas, Bantulah Pak Aryo untuk menentukan apakah kuesioner dari
data diatas dapat dipakai, memiliki jawaban yang konsisten dan tentukan jenis datanya
(normal/bebas) dengan alpha 5%.

CASE 2
Unilever merupakan perusahan manufaktur dari Indonesia yang memproduksi barang-
barang non-konsumsi seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, conditioner, lotion, dan juga
barang-barang konsumsi seperti kecap, dan bumbu penyedap dengan berbagai brand. Saat ini,
Unilever memiliki 44 brand dan juga 9 pabrik yang bertempat di area industry
Jababeka_Cikarang, Rungkut-Surabaya, dan kantor pusat di Tangerang. Produk-produk yang
dihasilkan dari 9 pabrik tersebut telah mendapatkan sertifikasi dari MUI (Majelis Ulama
Indonesia). Unilever juga memiliki 1.000 stock keeping unit yang dipasarkan melalui lebih dari
800 jaringan distributor independen yang menjangkau ratusan ribu toko di seluruh Indonesia.
(Sumber: https://www.unilever.co.id/about/who-we-are/introduction-to-unilever/)
Pada era pandemi Covid-19, Unilever menyatakan mengalami penurunan pertumbuhan
dari bisnis es krim sejak awal PSBB di Indonesia. Adanya PSBB menyebabkan pembatasan
aktivitas masyarakat di luar rumah. Akibat pandemi, Unilever mengeluarkan 60 produk baru
dalam kurun waktu 8 bulan setelah pandemi menyerang Indonesia. Oleh karena itu, Unilever
ingin melakukan penelitian tentang pengaruh pembatasan aktivitas (PA) terhadap loyalitas
pelanggan (LP). Unilever kemudian membuat kuesioner dengan 5 butir pertanyaan untuk
pembatasan aktivitas (PA) dan 4 butir pertanyaan untuk pengukuran loyalitas pelanggan (LP).
Kuesioner tersebut disebar oleh staff marketing Unilever kepada masyarakat dan mendapatkan
40 responden. (Sumber: detik.com)
Berikut adalah data hasil kuesioner:
Responden PA 1 PA 2 PA 3 PA 4 PA 5 LP 1 LP 2 LP 3 LP 4
1 5 4 5 2 2 3 5 3 4
2 4 5 4 3 2 4 2 2 2
3 5 4 5 3 3 2 2 3 2
4 5 4 5 2 4 2 3 2 2
5 5 5 4 2 2 3 4 3 2
6 4 4 5 3 3 4 2 4 3
Validitas, Reliablitias dan Normalitas

7 5 4 5 3 4 2 4 3 3
8 4 4 5 4 5 2 2 4 4
9 5 5 4 3 2 3 2 3 5
10 4 5 5 2 3 2 3 5 2
11 4 5 3 2 3 4 4 2 3
12 5 4 4 2 5 2 4 2 4
13 4 4 5 2 2 2 5 3 5
14 5 5 4 4 4 2 2 2 2
15 5 5 5 4 5 3 2 2 2
16 2 3 2 4 3 4 2 3 3
17 5 5 4 3 5 2 4 4 4
18 4 4 4 2 4 2 2 5 2
19 3 3 2 2 2 3 4 4 2
20 4 5 5 3 4 2 5 2 2
21 4 5 4 1 4 1 3 2 4
22 5 4 4 3 3 3 2 3 2
23 4 5 5 3 2 2 3 1 2
24 5 5 5 2 4 3 1 2 3
25 5 5 4 2 1 4 1 3 2
26 4 4 5 4 1 4 3 4 1
27 3 5 4 1 1 5 4 5 2
28 2 3 2 1 3 2 5 5 3
29 4 5 4 4 4 5 4 2 4
30 5 5 5 2 2 5 2 2 5
31 4 5 4 2 3 3 4 3 4
32 4 4 4 3 4 2 4 4 2
33 5 5 4 4 2 2 2 4 2
34 5 5 5 5 1 3 3 2 1
35 2 3 3 1 2 2 4 1 1
36 4 4 5 3 3 5 5 1 2
Validitas, Reliablitias dan Normalitas

37 5 4 4 4 1 2 1 1 2
38 3 2 3 4 2 3 2 3 4
39 5 4 5 5 3 4 3 4 2
40 4 5 4 3 4 4 2 3 2

Berdasarkan data di atas, anda diminta untuk menguji validitas, realibilitas, dan
normalitas untuk membantu Unilever agar bisa mengambil keputusan untuk pengujian
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai