ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara IQ (Intelligent
Quotient) dan EQ (Emotional Quotient) pada atlet Pelatda Pencak Silat pada PON ke-XVIII.
Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif. Penelitian dilaksanakan dalam dua
tahap, tahap yang pertama dilaksanakan untuk mengetahui skor IQ (Intelligence Quotient) dan
EQ (Emotional Quotient) melalui tes IQ (Intelligence Quotient) dan EQ (Emotional Quotient)
oleh Jasa Psikologi Indonesia. Tahap kedua melalui pertandingan yang dilaksanakan pada PON
ke-XVIII untuk mendapatkan nilai prestasi. Subjek penelitian adalah atlet Pelatda Pencak Silat
PON ke-XVIII yang berjumlah 12 atlet kategori tanding. Teknik pengumpulan data adalah
dengan metode tes, dan metode dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan tes IQ
(Intelligence Quotient) dan EQ (Emotional Quotient) yang telah terstandarisasi (standardized
test) sehingga tidak diperlukan uji validitas dan uji reliabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian prestasi atet pelatda Pencak Silat pada
PON ke-XVIII tidak dapat diprediksi dari faktor psikologi IQ (Intelligence Quotient) dan EQ
(Emotional Quotient). Karena dari hasil skor IQ dan EQ atlet Pelatda Pencak Silat PON ke-
XVIII ini tidak signifikan dengan H0 diterima, artinya bahwa H0 lebih besar dari 0,05. Hal ini
menunjukkan hasil prestasi atlet Pencak Silat PON ke-XVIII dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal yang lain selain IQ (Intelligent Quotient) dan EQ (Emotional Quotient).
Simpulan penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara IQ ( Intelligent Quotient)
dan EQ ( Emotional Quotient) terhadap prestasi atlet Pelatda Pencak Silat Pada PON ke-XVIII.
Kata kunci : IQ ( Intelligent Quotient), EQ ( Emotional Quotient), prestasi atlet Pelatda Pencak
Silat PON ke-XVIII
I. PENDAHULUAN
Tengah, Ngabeyan, Kartasura
Pencak Silat merupakan salah satu Sukoharjo, 12 atlet dengan kategori
cabang olahraga yang diharapkan bisa Tanding dan 2 atlet dengan kategori
membina generasi muda Indonesia Tunggal.
menjadi pribadi yang sehat, tangguh dan Latihan intensif untuk
mandiri dalam menghadapi tantangan meningkatkan performa atlet terus
hidup di masa-masa yang akan datang. dilaksanakan untuk meraih prestasi
Sistem pembinaan Pencak Silat maksimal, salah satu dari tujuh prinsip
dilakukan dengan suatu kompetisi atau latihan yaitu prinsip aktif dan
kejuaraan di Indonesia. Kompetisi kesungguhan berlatih. Pencapaian
sendiri merupakan suatu tolok ukur dari prestasi Pencak Silat ini memerlukan
prestasi atlet Pencak Silat dan muara pelatihan dan pembinaan efektif dan
terbentuknya atlet nasional. efisien. Untuk meningkatkan prestasi
Atlet-atlet Pencak Silat yang berprestasi atau performa olahraga, seorang atlet
dapat dibentuk di tingkat daerah maupun juga harus mempunyai kondisi jasmani
nasional, salah satunya dengan dan psikologi yang baik sehingga ia
Pembinaan prestasi yang terprogram dapat berlatih dan bertanding dengan
melalui Pemusatan Latihan Daerah. semangat tinggi, dedikasi total, pantang
Latihan ini difokuskan untuk menyerah, dan tidak mudah terganggu
menghadapi PON ke-XVIII yang akan oleh masalah pribadi atlet.
dilaksanakan di Riau pada tanggal 9-20 Menurut Scroeter dan Bauersfeld
September 2012. Pembinaan ini pencapaian prestasi dipengaruhi oleh dua
dilaksanakan tiga bulan sebelum faktor yaitu faktor eksternal dan faktor
bertanding. Jadwal latihan yang ketat internal. Faktor eksternal terdiri dari
dipersiapkan bagi 14 atlet yang telah sarana prasarana dan peralatan olahraga
berada di Padepokan Pencak Silat Jawa dan sistem kompetisi. Faktor internal
terdiri dari keadaan psikologis atlet,
pemahaman taktik atau strategi, dan keadaan konstitusi tubuh. Faktor- faktor tersebut
keterampilan teknik, kemampuan fisik sangat berpengaruh terhadap prestasi seorang atlet,
karena pada dasarnya seorang atlet yang itu kondisi intelegensi atau kecerdasan
akan bertanding mempunyai persiapan ini dalam kaitannya dengan olahraga
dengan sebaik-baiknya dai segi fisik agar tetap bertambah dengan baik harus
maupun segi mental. tetap memperoleh stimulus atau
Dari beberapa faktor tersebut faktor rangsangan untuk berfungsi, dengan cara
psikologi dapat berpengaruh langsung atlet tersebut harus dibiasakan untuk
terhadap atlet, namun atlet juga dapat menggunakan kemampuan inteleknya.
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di Merujuk pada pendapat Suranto
luar dirinya yang kemudian (2005:27) seorang pemain yang terus
mempengaruhi kondisi psikologisnya. menerus berlatih baik secara fisik
Diantara faktor psikologi yang maupun teknik, tetapi tidak memberikan
mempengaruhi prestasi adalah tingkat kesempatan melatih proses berpikir akan
intelegensi dan emosi atau IQ berakibat kegiatan yang bersifat
(Intelligent Quotient) dan EQ intelektual menjadi tidak berkembang.
(Emotional Quotinal). Oleh karena itu intelegensi dalam
Intelegensi atau kecerdasan merupakan pencapaian prestasi olahraga sangat
faktor penting yang sering menentukan berperan penting.
kemenangan dalam pertandingan Intelegensi yang tinggi juga berpengaruh
olahraga (Suranto, 2005:24), khususnya besar terhadap pencapaian prestasi. Hal
dalam cabang-cabang tertentu seperti ini sejalan dengan penelitian yang
sepak bola, bulu tangkis ataupun cabang dilakukan Edward dan Coleman (Setiadi
beladiri. Artinya dalam cabang-cabang 2001:8), menunjukkan bahwa orang
tersebut memerlukan kemampuan untuk dengan intelegensi tinggi akan memiliki
berpikir secara cepat dan tepat, prestasi yang lebih baik dibandingkan
kemudian bertindak secara cepat untuk dengan orang yang memiliki intelegensi
mengantisipasi lawannya. Oleh karena sedang atau rendah.
Prestasi olahraga selain dipengaruhi IQ
(Intelligence Qoutient), juga dipengaruhi
oleh faktor psikologis lain yaitu EQ
(Emotional Quotient). EQ (Emotional
Quotient) merupakan kemampuan untuk
2. Kemampuan fisik
Merupakan faktor yang mendasar
yang menentukan kemampuan atlet dalam
menyelesaikan suatu program latihan
Aspek-aspek mental psikologis konatif. Ketiga dimensi ini berkaitan dengan proses
dapat diuraikan dalam tiga dimensi yang belajar. Fungsi kognitif berkaitan dengan fungsi berfikir,
meliputi fungsi kognitif, afektif dan berkaitan dengan intelegensi. Termasuk didalamnya adalah
daya analisis, konsentrasi dan pengambilan fisiologis, seperti kebutuhan akan makanan,
keputusan. Fungsi afektif berkaitan dengan oksigen, dan aktivitas seksual. Sedangkan
perasaan dan emosi. Sedangkan fungsi yang termasuk kebutuhan sekunder adalah
konatif berkaitan dengan tingkah laku. kebutuhan psikologis seperti kebutuhan akan
Dalam olahraga, fungsi kognitif diperlukan rasa aman, kasih sayang, dan aktualisasi diri.
untuk diantaranya mengembangkan strategi Maka pada dasarnya setiap tingkah laku
permainan, fungsi afeksi untuk dapat ditelusuri sampai kepada kebutuhan
mengendalikan emosi serta menggelorakan apa yang mendasari tingkah lakunya, yang
semangat, dan fungsi tingkah laku dapat kemudian tingkah laku tersebut diarahkan
untuk memupuk sportivitas . pada suatu tujuan. Jika tujuan tercapai, maka
1. Motivasi kebutuhan terpenuhi dan dorongan tidak ada
Motivasi muncul karena adanya lagi, sampai timbulnya kebutuhan baru. Hal
sumber yang mendorong manusia untuk ini merupakan suatu siklus yang disebut
berusaha. Intensitas dari usaha untuk siklus motivasi. Hal ini dapat diterapkan
mencapai sasaran itulah yang mencerminkan dalam dunia olahraga, dimana tingkah laku
kuat atau lemahnya motivasi. Sesuai dengan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan
teori sistem kebutuhan, seseorang akan olahraga.
menampilkan suatu perilaku karena adanya Motivasi untuk melakukan sesuatu
kebutuhan akan suatu hal tertentu, yang dapat bersumber dari dalam manusia itu
biasanya merupakan kekurangannya. sendiri (intrinsik) dan dari lingkungan
Kebutuhan tersebut ada yang bersifat primer (ekstrinsik). Motivasi intrinsik adalah
dan sekunder. Kebutuhan primer adalah dorongan untuk berbuat yang berasal dari
kebutuhan dasar untuk hidup yang bersifat dalam diri yang bersangkutan, sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk
berbuat yang lebih disebabkan oleh
pengaruh dari orang lain atau lingkungan.
Motivasi intrinsik dapat merupakan karakter
atau ciri khas seseorang yang dibawa sejak
lahir, namun dapat juga diperoleh melalui
suatu proses belajar sampai terjadi proses
internalisasi sehingga menjadi bagian dari
kepribadiannya. Contohnya adalah seorang idolanya, dan atlet melakukan latihan keras sehingga sedikit
atlet yang ingin menjadi juara seperti demi sedikit menghasilkan prestasi, dimana kemudian atlet
merasakan kepuasan menjadi juara, dan karena tidak mungkin ia mendapatkan bonus
alasan atlet tersebut berlatih keras bukan lagi tersebut. Motivasi ekstrinsik dapat berubah
karena ingin seperti idolanya, tetapi karena menjadi motivasi intrinsik, setelah melalui
atlet itu sendiri memiliki kebutuhan akan proses belajar atau pengalaman, atlet
kepuasan menjadi juara. merasakan kepuasan menjadi juara sebagai
Sedangkan pada motivasi ekstrinsik, suatu kebutuhan.
penguatan untuk melakukan sesuatu 2. Emosi
diberikan oleh orang lain, misalnya dalam Emosi merupakan suatu aspek
bentuk bonus atau hadiah jika atlet mampu psikis yang berkaitan dengan perasaan.
mencapai suatu target tertentu. Pemberian Emosi ada yang positif dan ada yang
hadiah dapat berdampak positif maupun negatif. Misalnya, gembira, senang, bahagia,
negatif. Positifnya, atlet bisa menjadi sedih, kecewa, cemburu, marah, kesal, dan
semangat, gigih dan berjuang keras dalam sebagainya. Gejolak emosi dapat
mencapai suatu target yang memang berpengaruh terhadap kondisi fisiologis
memungkinkan baginya untuk mencapai sehingga menimbulkan gejala
target tersebut. Negatifnya, atlet akan psikofisiologis, seperti jantung berdebar
menjadi terbiasa mengharapkan bonus, keras, tekanan darah meninggi, atau fungsi
sehingga jika pada kesempatan lain tidak pencernaan terganggu, dimana sebenarnya
dijanjikan bonus atau hadiah, maka atlet secara organis tidak terjadi kelainan apapun.
tidak bersemangat dalam mencapai Dalam olahraga, emosi yang tidak
tergetnya. Demikian pula jika targetnya terkendali tentunya akan menghambat
terlalu tinggi sehingga hampir mustahil penampilan sehingga atlet tidak dapat
bagi atlet untuk mencapainya, maka iming- meraih prestasi optimalnya. Pelatih,
iming bonus itu akan berdampak negatif pembina, psikolog dan dokter olahraga
bagi atlet, karena ia bisa merasa frustrasi, harus cermat dalam melakukan observasi,
apatis, menyalahkan diri sendiri atau orang analisis dan evaluasi terhadap kebiasaan
lain dan ciri khusus setiap atletnya, khususnya
pada saat-saat menegangkan sebelum
turun bertanding. Reaksi atlet dalam
menghadapi ketegangan dan cara
mengatasinya bisa berbeda-beda. Ada atlet
PB IPSI (1993: 6) bahwa secara substansial empat rupa catur tunggal, seperti tercermin dalam senjata
“Pencak silat adalah suatu kesatuan dengan trisula pada lambang IPSI, dimana ketiga ujungnya
melambangkan unsur seni, beladiri dan 3. Kelas yang di Pertandingkan dalam
olahraga serta gagangnya mewakili unsur Pencak Silat
mental, spiritual”. Menurut Johansyah Lubis (2004: 37)
2. Unsur-unsur dalam Pencak Silat menyatakan bahwa “kategori tanding
Pencak silat adalah sebagai gerak didasarkan pada berat badan dengan
beladiri yang sempurna yang bersumber penggolongan menurut umur dan jenis
pada kerohanian yang suci murni, guna kelamin. Golongan remaja untuk putra dan
keselamatan diri atau kesejahteraan putri berumur 14 s.d 17 tahun dan golongan
bersama, menghindarkan diri manusia dari dewasa untuk putra dan putri berumur 17 s.d
bencana dan segala sesuatu yang jahat 35 tahun”.
(Srihati Waryati dan Agus Mukholid, 1992:
14). Golongan remaja putra dan putri
Pada dasarnya istilah atau nama terdiri atas sembilan kelas :
pencak silat mengandung unsur-unsur 1) Kelas A di atas 39 s.d. 42 kg
pengertian seperti tersebut diatas, yang 2) Kelas B di atas 42 s.d. 45 kg
merupakan isi dari pencak silat. Disamping 3) Kelas C di atas 45 s.d. 48 kg
unsur-unsur tersebut, menurut Sumarno dkk 4) Kelas D di atas 48 s.d. 51 kg
(1992: 194) ada empat aspek atau unsur 5) Kelas E di atas 51 s.d. 54 kg
dalam pencak silat, yaitu : 6) Kelas F di atas 54 s.d. 57 kg
1) unsur olahraga, 7) Kelas G di atas 57 s.d. 60 kg
2) unsur kesenian, 8) Kelas H di atas 60 s.d. 63 kg
3) unsur beladiri, 9) Kelas I di atas 64 s.d. 70 kg
4) unsur kerohanian atau mental spiritual.
1. IQ (Intelligence Quotient)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
diperoleh data skor IQ sebagai berikut: 65; (3) rerata sebesar 78,75 (4) standar
(1) skor tertinggi 93; (2) skor terendah deviasi 8,45 (5) panjang kelas interval 6
4. Pengujian Prasyarat Analisis
2. EQ (Emotional Quotient)
Uji prasyarat penelitian yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
dipakai dalam penelitian ini meliputi uji
diperoleh data skor EQ
normalitas, uji linieritas, dan uji keberartian
regresi.
Hasil
sebagai berikut: (1) skor Variabe Perhi Keputusa
Uji Prasyarat Kriteria Keterangan
tertinggi 72; (2) skor l Tunga n Uji (Ho)
3. Prestasi Pencak Silat 2. Uji Linieritas X2Y 0,031 > 0,05 Diterim Data Linier
Pada PON ke-XVIII a
Berdasarkan penelitian
yang dilakukan, diperoleh data nilai
prestasi Pencak Silat pada PON ke- 5. Pengujian Hipotesis
3; (2) skor terendah 0; (3) rerata sebesar secara keseluruhan diperoleh hasil seperti
tinggi dan rasa percaya diri yang memiliki kebanggaan nasional dan bangga sebagai
tinggi pula maka seorang atlet akan warga Negara Indonesia serta memiliki rasa
berbangsa yang lebih mengikat, dan Faktor ini adalah untuk
lebih mengedepankan kerelaan mengembangkan penguasaan
berkorban demi Negara. keterampilan gerak. Keterampilan
gerak disini adalah teknik-teknik dasar
b. Pemahaman taktik atau strategi
s ebagai fondasi untuk meningkatkan
Faktor taktik ini digunakan untuk
keterampilan yang bermutu tinggi,
menumbuhkan daya tafsir, untuk
menimbulkan seni gerak yang indah
memadukan teknik dasar menjadi
dalam pertandingan, mengurangi
suatu pola gerak. Penguasaan taktik ini
resiko cidera dan menambah sikap
akan lebih baik jika ditunjang oleh
kematangan dalam bertanding.
kondisi fisik yang prima, serta
penguasaan teknik dasar yang d. Kemampuan fisik
sempurna. Seorang atlet akan Merupakan faktor yang mendasar
mempunyai prestasi yang maksimal yang menentukan kemampuan atlet
jika mampu mengembangkan strategi dalam menyelesaikan suatu program
dalam menghadapi lawan saat latihan yang menampilkan prestasi
bertanding. Hal tersebut sejalan dalam pertandingan. Keadaan kondisi
dengan pendapat Hariono (Bompa, fisik yang baik akan mempengaruhi
1994:58) bahwa persiapan taktik pula terhadap aspek-aspek kejiwaan
adalah persiapan yang berhubungan yang berupa peningkatan motivasi
dengan kemungkinan adanya pola kerja, semangat kerja, rasa percaya
bertahan dan menyerang untuk diri, dan ketelitian. Secara psikologis
memenuhi tujuan olahraga yaitu pula keadaan fisikpun juga akan
memperoleh kemenangan atau prestasi berpengaruh besar dalam kegiatan
dalam pertandingan ( 2011:7). olahraga. Kondisi fisik yang baik,
seperti yang dikemukakan oeh
c. Keterampilan teknik
Prawirasaputra ( Harsono, 1999: 60 )
akan berpengaruh terhadap fungsi dan
sistem organisme tubuh antara lain
yaitu :
1) Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, dan komponen fisik
kemampuan sistem sirkulasi dan kerja lainnya.
jantung. 3) Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu
2) Akan ada peningkatan dalam latihan.
4) Akan ada pemulihan yang lebih cepat cm putera dan cepat berada pada
dalam organ-organ tubuh setelah cabang bola voli dan bola basket.
latihan.
5) Akan ada respon yang cepat dari
2. Faktor Eksternal
organisme tubuh apabila sewaktu-
Selain faktor internal, prestasi yang
waktu respon seperti ini diperlukan.
maksimal juga dipengaruhi oleh adanya
Sukses olahraga sering menuntut
faktor eksternal yaitu sarana prasarana
keterampilan yang sempurna dalam
dan peralatan olahraga serta sistem
situasi stres fisik dan psikis yang
kompetisi. Sarana dan prasarana juga
tinggi. Sedangkan kondisi fisik yang
mendukung seorang atlet dalam
prima biasanya akan dapat
berprestasi karena jika keadaan sarana
meningkatkan rasa percaya diri,
dan prasarana tidak lengkap maka
menekan stres pada tingkat yang tidak
prestasi seorang atlet tidak akan
terlalu tinggi dan bisa memanfaatkan
maksimal. Begitu pula dengan adanya
tekanan psikis tersebut pada hal-hal
sistem kompetisi yang sisitematis dan
yang positif.
berkesinambungan akan mempengaruhi
e. Keadaan konstitusi tubuh
prestasi seorang atlet.
Faktor konstitusi tubuh disini adalah
Antrhropometris dimana bentuk tubuh Adanya faktor-faktor yang lain
seseorang mempengaruhi prestasi yang dominan yang menentukan atlet
olahraga yang disesuaikan dengan pelatda Pencak Silat berprestasi
bentuk tubuh seseorang, contohnya menunjukkan bahwa tercapainya prestasi
atlet dengan tinggi badan minimal 180 yang tinggi tidak hanya ditentukan dari
faktor internal psikologi IQ (Intelligent
Quotient) dan EQ (Emotional Quotient).
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan
interpretasi hasil penelitian serta
pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan 1. IQ ( Intelligent Quotient ) dan EQ ( Emotional Quotient
yaitu: ) tidak bisa digunakan sebagai prediktor capaian prestasi
atlet Pelatda Pencak Silat pada PON ke-XVIII 2012.
2. Atlet dengan skor IQ dan EQ tinggi, memahami bahwa perlu adanya latihan
sedang maupun rendah tidak mental baik itu secara intelektual maupun
mempengaruhi perolehan hasil prestasi emosional. Sehingga untuk meraih prestasi
baik emas, perak maupun perunggu. yang maksimal baik faktor internal maupun
3. Tidak hanya IQ dan EQ yang eksternal benar-benar mampu memberikan
mempengaruhi pestasi atlet Pelatda pengaruh bagi soeorang atlet.
Pencak Silat pada PON ke-VXIII 2012,
Atlet juga dapat mengetahui tingkat
namun banyak faktor diluar IQ dan EQ
IQ dan EQ masing-masing sehingga dapat
yang sangat berpengaruh terhadap
digunakan sebagai acuan penyelaras dari
prestasi atlet seperti kondisi fisik,
aspek-aspek yang lain seperti keadaan fisik
keterampilan teknik, sisitem kompetisi
dan keterampilan teknik sebagai tolok ukur
dan masih banyak faktor yang lain yang
seberapa besar seorang atlet akan berlatih
sangat mempengaruhi pestasi atlet.
dengan keras untuk mencapai prestasi yang
maksimal.
B. Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori serta Hasil penelitian juga dapat
mengacu pada hasil penelitian ini, akan digunakan sebagai dasar pengembangan
disampaikan implikasi yang berguna secara penelitian selanjutnya dan dapat digunakan
teoritis maupun secara praktis dalam upaya sebagai bahan kajian atau referensi pada
meningkatkan prestasi atlet. penelitian sejenis.
1. Implikasi Teoretis
Hasil penelitian secara teoretis 2. Implikasi Praktis
dapat digunakan oleh pelatih untuk Hasil penelitian ini secara praktis
dapat digunakan pelatih untuk mengetahui
skor IQ (Intelligent Quotient) dan EQ
(Emotional Quotient) atlet, sehingga dapat
memberikan latihan-latihan yang dapat
mengembangkan kemampuan dan kesiapan
atlet dalam menghadapi pertandingan, baik
atlet yang memiliki IQ (Intelligent Quotient)
seberapa besar pengaruh faktor-faktor b. Hasil penelitian ini semoga dapat dikembangkan atau
yang berperan dalam meningkatkan digunakan acuan untuk penelitian lebih lanjut.
prestasi atlet Pencak Silat.
Goleman, D. 2003. Kecerdasan Emosional.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.