SKRIPSI
OLEH :
ISKANDAR HARAHAP
NIM. 111021003
SKRIPSI
OLEH :
ISKANDAR HARAHAP
NIM. 111021003
dengan arahan dosen pembimbing. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk
Iskandar Harahap
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
RiwayatPendidikan
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan
MaimunTahun 2016.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari dukungan serta doa
dari keluarga besar. Orang tua, abang, abang/kakak ipar, paman, keponakan serta
taman teman. Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta,
Ayahanda H. Pinayungan Harahap dan Ibunda Hj. Dori Asa Hasibuan yang
mendidik, memotivasi dan selalu mendoakan penulis. Ayah, Ibu, tidak butuh
waktu yang singkat untuk menyelesaikan skripsi ini, cucuran keringat untuk
menciftakan asa yang namun pada akhirny meneteskan air mata, ini semua karena
selalu menunda apa yang harus kulakukan dan semangatku yang rapuh. Ayah, ibu
kepada Bapak Dr. Dr. Wirsal Hasan, MPH selaku Dosen Pembimbing I dan
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai
. Penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini
Sumatera Utara.
Pembimbing Akademik
5. Ibu dr. Devi Nuraini Santi M.kes selaku dosen penguji I dan
6. Kak Dian, Pak Marihot dan Ibu Ibu CS FKM USU serta
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
teman-teman peminatan Kesehatan Lingkungan di Fakultas
11. Dr. Dra, Indah Anggraini, M.Si, selaku Kepala BTKLPP Kelas
skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajianya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritikdan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka
penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan
Iskandar Harahap
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
ABSTRACT ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.2. LokasidanWaktuPenelitian ....................................................... 37
3.2.1. LokasiPenelitian ............................................................ 37
3.2.2. Waktu Penelitian ........................................................... 37
3.3. PopulasidanSampel ................................................................... 37
3.3.1. Populasi ......................................................................... 37
3.3.2. Sampel ........................................................................... 38
3.4. MetodePengumpulan Data ........................................................ 38
3.4.1. Data Primer ................................................................... 38
3.4.2. DataSkunder .................................................................. 38
3.5. DefenisiOperasional .................................................................. 38
3.6. AspekPengukuran ..................................................................... 40
3.6.1. Hygiene Sanitasi Penjual Tahu Goreng......................... 40
3.6.2. Cara Pengambilan Sampel ............................................ 41
3.6.3. Cara Penanganan dan Pengiriman Sampel .................... 41
3.6.4. Alat dan Bahan .............................................................. 43
3.6.5. Cara Pemeriksaan Escherichia Coli .............................. 44
3.6.6. Pembacaan Hasil Laporan ............................................. 48
3.7. Analisa Data .............................................................................. 48
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 67
6.1. Kesimpulan ............................................................................... 67
6.2. Saran.......................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.11. Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia Coli pada Tahu Goreng
yang Dijual di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan
Maimun Tahun 2016 ........................................................................ 58
xvi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 LembarKuesioner....................................................................
Lampiran 2 LembarObservasi ....................................................................
Lampiran3 HasilUjiLaboratorium .............................................................
Lampiran4 HasilPengolahan Data .............................................................
Lampiran5 SuratPermohonanIzinPenelitian..............................................
Lampiran6 SuratKeteranganTelahSelesaiMelakukanPenelitian ...............
Lampiran 7 Dokumentasi ...........................................................................
xvii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB I
PENDAHULUAN
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
RI NO 23, 1992).
vitamin dan mineral. Dengan mengingat pentingnya makanan harus sehat maka
itu sendiri dan yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari
beberapa aspek, diantaranya aspek kelezatan, cita rasa, kandungan zat gizi dalam
makanan dan aspek kualitas makanan baik secara bakteriologis, kimia, dan fisik
harus selalu di perhatikan. Makanan yang menarik, nikmat dan tinggi gizinya,
akan menjadi tidak berarti sama sekali jika tidak aman untuk di konsumsi, ini
(Cahyadi, 2008).
Jika ditinjau dari segi kesehatan, makanan selain berfungsi sebagai sumber
energi, zat pembangun dan zat pengatur juga mempunyai peran dalam penyebaran
penyakit. Oleh karena itu prinsip dasar sanitasi makanan diperlukan agar
sehingga makanan tersebut sebenarnya tidak bisa lagi dikonsumsi karena akan
Escherichia coli merupakan salah satu jenis spesies utama bakteri gram
tidak membentuk spora. Bakteri ini merupakan flora normal saluran pencernaan
manusia dan hewan. Pada umumnya bakteri ini hidup pada tinja, dan dapat
Coli tidak berbahaya tetapi beberapa Escherichia Coli tipe 0157:H7, dapat
minuman, apakah pernah tercemar oleh kotoran manusia atau tidak. Keberadaan
Escherichia Coli dalam air atau makanan juga di anggap memiliki kolerasi tinggi
dalam pengelolaan makanan yang aman dan sehat. Hygiene dan sanitasi penjamah
yang kurang baik dapat menyebabkan kejadian penyakit bawaan makanan lebih
besar terjadi. Tahu merupakan jenis makanan pengganti protein hewani. Makanan
ini tergolong makanan tradisional yang di gemari oleh masyarakat luas. Tahu
goreng yang di jual di jalan Avros Medan Polonia Kota Medan merupakan salah
satu tahu goreng yang terdapat di Kota Medan dan banyak digemari oleh
menjadi alasan peneliti untuk mengetahui hygiene sanitasi penjual dan keberadaan
keberadaan Eschericha Coli pada tahu goreng. Jenis penelitian ini adalah
jalan sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan luar antara lain oleh
indikator hygiene sanitasi personal penjamah makanan, oleh karena itu perlu
1.3. Tujuan
hygiene sanitasi penjual tahu goreng di Jalan Avros Kelurahan Kampung Baru
a) Tempat
b) Bahan
c) Peralatan
d) Cara pengolahan
7. Untuk mengetahui ada tidaknya bakteri Escherichia Coli pada tahu goreng.
makanan.
sanitasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk
(Widyati, 2002).
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
disajikan dengan aman dan bermanfaat bagi tubuh. Dalam pengelolaan makanan
makanan. Hal ini dapat dicegah dengan cara pengelolaan yang taat kepada azas-
tingkatan sejak bahan baku makanan baru dibeli, disimpan, diolah dan disajikan
mengusahakan cara hidup sehat, sehingga terhindar dari penyakit. Usaha hygiene
Prinsip hygiene dan sanitasi makanan ada 6 faktor yang perlu diperhatikan,
Bahan yang akan diolah harus dalam keadaan baik, utuh, segar dan tidak
busuk. Dianjurkan membeli bahan makanan ditempat yang telah diawasi oleh
pemerintah seperti pasar, swalayan, atau supplier bahan makanan yang berizin.
Dan untuk bahan tambahan makanan seperti zat pewarna harus terdaftar pada
Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan
mutunya dalam hal ini bentuk, warna, kesegaran, bau dan lainnya. Bahan
adalah :
3. Pengolahan Makanan
masak yang digunakan, tempat pengolahan atau disebut dapur serta kebersihan
1. Tempat Pengolahan
- lantai yang terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air, mudah dibersihkan
- lantai harus selalu dalam keadaan bersih, terpelihara sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan.
dibersihkan.
- Dinding yang selalu menerima kelembaban atau percikan air harus rapat
- Atap terbuat dari bahan yang rapat air dan tidak bocor
adalah:
sedap.
kesehatan.
2. Orang/Penjamah
demam dan diare sebaiknya tidak dilibatkan dahulu dalam proses pengolahan
makanan. Jika terjadi luka, penjamah harus menutup luka dengan pelindung kedap
tangan.
lainnya).
Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan yang disajikan dan atau tanpa
makanan. Aman ditinjau dari bahan yang digunakan juga dari desain
atau bahan yang digunakan untuk perbaikan anti karat, kedap air, halus,
Bila digunakan sambungan, gunakan bahan yang anti karat dan aman.
permukaannya.
1992) :
pengolahnya.
- Penjepit makanan.
Celemek
- Tutup kepala
- Sepatu dapur
- Tidak merokok
- Tidak makan/mengunyah
- Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan sesudah keluar dari kamar
kecil
yang tidak terjangkau tikus, serangga dan binatang pengganggu lainnya. Adapun
karakteristik dari pertumbuhan bakteri pada makanan masak yang harus dipantau
dan dijaga adalah kadar makanan, jenis makanan dan suhu makanan.
Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, tikus dan hewan
lainnya.
Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5oC atau lebih, atau
Makanan cepat busuk untuk penggunaan waktu yang lama (lebih dari 6
Tidak tercampur antara makanan yang siap dimakan dengan bahan yang
5. Pengangkutan Makanan
lebih tinggi resikonya daripada pencemaran pada bahan makanan. Oleh karena itu,
titik berat pengendalian yang perlu diperhatikan adalah pada makanan masak.
Dalam proses pengangkutan makanan banyak pihak yang terkait mulai dari
sendiri.
6. Penyajian/Pengemasan Makanan
konsumen. Bahan pengemas yang digunakan seperti plastik harus dalam keadaan
sarung tangan agar terhindar dari kontaminasi, serta memakai pakaian yang
Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian yang bersih.
mengusahakan cara hidup sehat, sehingga terhindar dari penyakit. Tetapi dalam
1996).
penyakit, menurut Purnawijanti (2001) yang mengutip dari labensky dkk (1994),
dan peralatan sanitasi yang dapat dipergunakan. Fasilitas sanitasi adalah sarana
kesehatan manusia yaitu, sarana air bersih, jamban, peturasan, saluran air limbah,
tempat cuci tangan, bak sampah, kamar mandi, peralatan pencegahan terhadap
sinar matahari/pemanas buatan dan tidak boleh dilap dengan kain. Peralatan yang
sudah bersih disimpan dalam keadaan kering pada tempat yang tidak lembab,
antimon.
Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada sudut
dengan laurutan kaporit 50 ppm atau iodophos 12,5 ppm, air panas 80 0 C
selama 2 menit.
Escherichia coli adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram
negative. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini
dapat ditemukan dalam usus besar manusia. Kebanyakan Escherichia Coli tidak
berbahaya tetapi beberapa diantaranya seperti Escherichia Coli tipe 0157:H7 dapat
mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah
karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin, toksin ini bekerja dengan
cara menghilangkan sat basa adenine dari unit 28S Rrna sehingga menghentikan
sintetis protein. Escherichia Coli juga merupakan flora normal saluran pencernaan
manusia dan hewan. Sejak 1940 di Amerika Serikat telah ditemukan strain-strain
Escherichia Coli yang tidak merupakan flora normal saluran pencernaan. Strain
tersebut dapat menyebabkan diare pada bayi. Serotipe dan Escherichia Coli yang
Escherichia Coli dapat dibedakan menjadi dua grup. Grup I terdiri dari strain yang
Coli yang dapat hidup pada suhu biakan 44,5°C dan merupakan indikator
pencemaran air dan makanan oleh tinja. Escherichia Coli merupakan bakteri
batang gram negatif, tidak berkapsul, umumnya mempunyai fimbria dan bersifat
Sel Escherichia Coli mempunyai ukuran panjang 2,0 - 6,0 µ dan lebar 1,1
sangat sensitif terhadap panas dan dapat dinonaktifkan pada suhu pasteurisasi
Gram negative
Aerob,anaerob fakultatif
menentukan apakah dapat menular atau tidak, jadi konsep dapat menularnya
sebuah infeksi tergantung pada hidup mikroba dari sumber pembiakan sampai tiba
reservoir terbagi atas dua yaitu reservoir hidup dan reservoir mati. Jalan masuk
Saluran napas.
melaui sputum,air liur dan cairan hidung terutama saat batuk dan bersin.
Saluran Cerna.
Tempat ini merupakan pintu masuk maupun keluar penyebab infeksi baik
Masuknya bakteri biasanya ditularkan melalalui agent dalam hal ini adalah
arthropoda.
1. Kekurangan.
penyakit, misalnya:
Gagal ginjal
Pneumonia
2. Kelebihan.
berikut:
kilokalori,protein 1,4 gram, karbohidrat 0,3 gram, lemak 2,8 gram, kalsium 21,2
miligram, fosfor 0 miligram, zat besi 0,13 miligram, selain itu dalam tahu goreng
juga terdapat vitamin A sebanyak 0,1 miligram. Hasil ini diperoleh dari penelitian
Vegetarian bisa mendapatkan asupan protein nabati pada tahu atau produk
kedelai dan sayuran lainnya, selain kandungan protein tahu juga mengandung
namun tidak halnya dengan mengkonsumsi tahu, kondisi tersebut dapat dihindari.
sumber protein yang baik terutama untuk penderita rematik dan penderita
asam urat tinggi, namun orang-orang dengan penderita rematik dan asam
Rendah Kolesterol
Kadar kolesterol yang tinggi merupakan salah satu penyebab penyakit yang
dalam tubuh, karena tahu akan menyerap minyak goreng dan cairan lain
yang terakumulasi dalam tubuh, tahu juga merupakan sumber lesitin dan
asam linoleat yang baik yaitu dapat membantu sistem metabolisme tubuh
bahan utama dan kelompok bahan tambahan. Kedua kelompok ini saling
membutuhkan untuk menentukan cita rasa dan kualitas tahu nantinya. Kelompok
bahan utama sebagai berikut: kedelai kuning, bahan pengumpul seperti asam cuka
encer, dan air bersih, sedangkan yang termasuk bahan-bahan tambahan adalah
Secara umum cara pembuatan tahu terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap
1. Tahap Persiapan
Kegiatan pokok pada tahap persiapan meliputi persiapan bahan baku dan
Agar proses pembuatan tahu dapat berjalan lancar, maka bahan baku perlu
dipersiapka terlebih dahulu. Urutan kerja persiapan bahan baku adalah sebagai
berikut.
- Pembersihan
misalnya krikil, butiran tanah, kulit ataupun batang kedelai. Agar tidak ikut
kering dan ringan (kulit dan batang kedelai) dapat dipisahkan dengan cara
- Pengeringan
Tingkat kekeringan pada kedelai kering hanya cukup untuk memenuhi syarat
penyimpanan atau pengawetan, namun belum cukup untuk kedelai yang akan
penjemuran ataupun pemanasan dalam oven pada suhu 400C – 600C. Tujuan
- Pemisahan Kulit
- Pelunakan
Agar kedelai mudah hancur pada saat panggilingan dan dapat diperoleh sari
berupa soda kue. Larutan pelunak dibuat dengan mencampurkan soda kue ke
dalam air bersih mendidih dengan konsentrasi 5g/10 liter air bersih dan diaduk
agar seluruh soda kue larut. Untuk tiap 10kg kedelai kering diperlukan larutan
pada saat larutan pelunak masih mendidih dan dibiarkan beberapa saat.
Setelah kedelai mengembang dan cukup lunak, segera diangkat dari larutan
pelunak kemudian dicuci hingga bersih, soda kue yang masih tersisa akan
menimbulkan rasa pahit, maka kedelai tersebut harus ditiriskan. Kedelai tanpa
kulit yang telah lunak akan menghasilkan tahu yang kenyal dan dalam jumlah
demikian diperoleh bubur tahu yang dapat dicetak. Bahan pengumpul dapat
berupa cuka encer dan kalsium sulfat. Untuk memilih bahan pengumpul yang
tepat perlu terlebih dahulu mengetahui daya guna, kemudahan penyediaan dan
Untuk proses pengolahan kedelai menjadi produk tahu adalah sebagai berikut:
Kedelai yang telah diperoses pada tahap persiapan telah menjadi kedelai lunak
sebagai berikut:
selalu dikucur air panas, hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bubur
air bersih yang ditambahkan sama dengan volume bubur kedelai sama dengan
brander. Dalam perebusan ini dilakukan proses pendidihan sebanyak dua kali,
pada saat terdapat busa pada permukaan bubur kedelai (pendidihan pertama ),
dengan demikian busa tersebut tidak akan meluap ke luar namun akan turun
kembali, sementara api tetap menyala besar. Pada saat timbul busa lagi untuk
kedua kalinya, berarti perebusan bubur kedelai sudah cukup dan api dapat
dimatikan.
d. Penyaringan
Bubur kedelai dalam konndisi panas akan disaring dengan saringan gantung
yang terbuat dari kain. Cairan sari kedelai hasil penyaringan akan tertampung
dalam bak pengumpulan. Ampas diperoleh setelah dibilas dan diperas kuat.
Ampas tersebut masih mengandung 10% - 17% protein, sehingga sayang apabila
tidak dimanfaatkan. Ampas yang dihasilkan dikumpulkan jadi satu dan masih
Cairan sari kedelai yang masih panas ( ± 700C ) dicampur pelan-pelan dan
sebelumnya.
sedikit demi sedikit ke dalam bubur kedelai sambil diaduk agar bercampur rata.
Kegiatan pencampuran ini dilakukan secara cepat sebelum suhu bubur kedelai
mengalami penurunan suhu di atas 600C agar bubur kedelai dapat dengan mudah
dicetak.
g. Pencetakan Tahu
- Cetakan disiapkan
- Bubur tahu dalam keadaan panas dituangkan hingga penuh ke atas cetakan
yang telah dilapisi kain saring, setelah penuh sisi kain saring
- Alat pemberat diletakkan di atas bubur tahu dalam cetakan agar sebagian
dari cairan tahu terperas ke luar dan tahu yang diihasilkan cukup keras dan
biarkan bubur tahu dalam cetakan selama 10-15 menit atau sampai cukup
- Alat pemberat diambil dan kain saring dibuka tahu dapat dipotong sesuai
tahu direndam dengan air dingin dalam bak yang terbuat dari logam yang
3.Tahap Finishing.
Komponen terbesarnya terdiri atas air dan protein. Berdasarkan Standar Industri
1. Air
Air yang digunakan dalam proses pengolahan dan pengawetan makanan serta
2. Protein
3. Logam Berbahaya
berasal dari air yang tidak memenuhi syarat standar air minum serta peralatan
tahu biasa, di pasar juga dikenal dengan berbagai tahu komersial yang sudah
memiliki nama dan berciri khas, misalnya tahu Sumedang, Bandung dan tahu
cina (Sarwono).
1. Tahu Sumedang
Tahu sumedang disebut juga tahu pong atau tahu kulit. Tahu ini merupakan
Tahu sumedang ini disimpan dalam wadah yang telah berisi air. Tahu putih
cabe rawit.
2. Tahu Bandung
Tahu Bandung berbentuk persegi (kotak), tekstur agak keras dan kenyal,
warnanya kuning karna sebelumnya telah direndam air kunyit. Tahu digoreng
dengan mengoleskan sedikit minyak di wajan. Tahu ini enak dimakan dengan
3. Tahu Cina
Tahu cina berupa tahu putih, teksturnya lebih padat, halus dan kenyal
4. Tahu Kuning
Tahu kuning mirip tahu cina, bentuknya tipis dan lebar, warnanya kuning
dikarenakan sepuhan atau larutan sari kunyit. Tahu ini banyak digunakan
5. Tahu Takwa
Tahu takwa merupakan khas Kediri, Jawa Timur. Kalau ditekan, tahunya
terasa padat. Prosesnya pembuatannya hampir sama dengan tahu yang lainnya.
6. Tahu Sutera
Tahu ini sangat lembut dan lunak sehingga sangat mudah sekali rusak, namun
1. Agent/penyebab
2. Vehicle/pembawa
sebagai agent penyakit, misalnya Jamur, Ikan dan tumbuh-tumbuhan lain yang
a. Keracunan tempe bongkrek dengan gejala berupa sakit kepala rasa mual,
c. Keracunan jengkol dengan gejala sakit perut yang angat, napas dan urine
d. Keracunan ikan dengan gejala mula mula penderita biru (cyanose) napas
cepat, nadi cepat lemah, bicara tidak jelas, ludah banyak, pemandangan
kimia atau parasit yang ikut termakan bersama makanan dan juga berupa
Apabila terjadi kontaminasi meski dalam jumlah yang kecil namun pada
waktu dan suhu yang cukup maka bisa menyebabkan wabah yang serius.
yang sukar membusuk, bisa membusuk dan mudah membusuk. Makanan akan
bakteri dan makanan yang mengandung kadar protein tinggi merupakan media
sering sekali terjadi di Indonesia disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa.
menjangkaunya
e. Makanan yang sudah dan belum dimasak disimpan ditempat yang sama.
1. Penyakit Infeksi.
karena makanan hanya sebagai vehicle. Letusan penyakit ini biasanya disebabkan
oleh cara memasak yang kurang sempurna dan bahan makanan yang tidak
dipasteurisasi.
2. Keracunan Makanan.
tambahan makanan yang bersifat toxin, bisa juga disebabkan oleh zat toxin yang
terdapat secara alami pada makanan itu sendiri. Gejala keracunan makanan
ditandai dengan pusing, mual, diare dan kejang perut yang timbul segera atau
tertentu, gejalanya berupa mual, muntah dan diare. Gejala timbul dalam waktu
suhu yang rendah, memanaskan makanan sampai suhu yang tinggi, sisa makanan
dibuang atau disimpan dalam lemari es dan tenaga penjamah tidak menderita
infeksi pada kulit, tangan, pernapasan serta mencuci tangan sebelum bekerja.
Bakteri ini terdapat pada tanah, debu, hewan maupun manusia, penyakit
dehidrasi dan lemah. Waktu inkubasi adalah antara 6 sampai 24 jam (rata-rata 8-
12 jam), gejala penyakit akan hilang setelah 1 hari. Menurut Winarno dan Jenie
dengan pendinginan yang cepat dan memadai dari daging dan makanan lain yang
telah dimasak, menjaga makanan tatap panas di atas suhu 60 oC dan penerapan
Memenuhi
syarat
Pemeriksaan Uji
E.coli Laboratorium
Tidak
Memenuhi
Syarat
Tahu
Goreng
A. Hygiene Sanitasi
Penjual Tahu
Goreng
B. Prinsip hygiene
Memenuhi
sanitasi makanan.
Syarat
1) Pemilihan
bahan
makanan.
2) Penyimpanan
bahan makanan.
Depkes RI
3) Pengolahan
Tahun
bahan
2000
makanan.
4) Penyimpanan
makanan.
5) Pengangkutan Tidak
makanan. Memenuhi
6) Penyajian Syarat
makanan.
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif untuk melihat
Coli pada tahu goreng yang dijual di Jalan Avros Kelurahan Kampung Baru
Maimun tahun 2016. Adapun alasan penulis memilih lokasi ini sebagai tempat
penelitian karena tempat ini menjadi jalan alternatif bagi pengguna kendaraan
bermotor roda dua, tiga dan empat dari Jalan Brigjen Katamso menuju Titi
Kuning sehingga volume kendaraan cukup banyak dan tidak tersedianya MCK (
3.2.1. Populasi
37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
3.2.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh penjual tahu goreng di jalan
Avros Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun dengan metode total
1. Tahu goreng adalah suatu produk yang terbuat dari hasil penggumpalan
direndam dengan zat pewarna alami seperti air perasan kunyit kemudian
digoreng, teksturnya lembek dan pada umumnya berwarna coklat muda. Cara
cabai rawit.
2. Escherichia coli merupakan salah satu jenis spesies utama bakteri gram
pencernaan manusia dan hewan. Pada umumnya bakteri ini hidup pada tinja,
3. Pemilihan bahan baku adalah semua bahan baik terolah maupun tidak,
tahu goreng.
jenisnya dengan aturan FIFO (First In First Out), persyaratan saniatasi tempat
tahu goreng.
yang tersedia.
3. Pengolahan makanan.
6. Penyajian makanan.
Kemudian mengaju pada dua kategori jawaban, yaitu “ya” dan “tidak”.
Dengan pengukuran bahwa jika semua jawaban “ya” dari setiap kriteria penilaian
maka memenuhi syarat sesuai dengan KepBPOM RI Tahun 2003 dan Depkes RI
Tahun 2000 dan jika salah satu dari setiap kriteria penilaian menjawab “tidak”
maka tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan KepBPOM RI Tahun 2003
- Ambil sampel secara acak sebanyak 5 sampel tahu goreng dengan bera
- Setelah itu masukkan sampel ke dalam plastik seteril yang tertutup, jika
Wadah sampel yang berisi makanan padat diberi tanda pengenal atau label
yang mencantumkan:
- Nomor/kode sampel
pengambilan.
- Siapkan 6 tabung reaksi steril, susun pada rak tabung, masing masing
tabung secara berurutan dengan tada 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, 10-6, pada
sebagai kontrol.
Fosfat.
terbali.
- Sampel makanan
- Termos es
- Tas lapangan
- Alkohol 70%
- Kapas
- Kertas label
- Alat tulis
- Tabung reaksi
- Cawan petri
- Timbangan
- Blender
- Pipet ukur
- Erlenmeyer
- Inkubator
- Lampu flambir
- Korek api
- Coloni counter
- NacL 0,9%
- Media agar
- Lembar observasi
- Botol sampel
Sampel yang telah dibeli dari ke-enam pedagang langsung dibawa ke Balai
Sumatera Utara.
Pemeriksaan (MPN) dilakukan dengan metode tabung ganda yang terdiri dari:
Cara Pemeriksaan :
a. Nomor urut
b. Tanggal pemeriksaan
c. Volume
Masukkan kedalam :
- Tabung ke 6 sebanyak 1 ml
(pembentukan gas).
- Bila tes negative (-) berarti Escherichia Coli negatif (-) dan tidak
Media yang digunakan adalah Briliant Green Lactose Broth (BGLB) 2%.
Cara pemeriksaan :
24-48 jam untuk memastikan adanya E. coli dan satu seri yang lain
coliform tinja.
permukaan membran filter. Hal ini disebabkan sampel air yang akan diperiksa
sebelumnya disaring dengan membran filter, kemudian partikel yang lebih besar
dari pori-pori (membran filter yang terbuat dari bahan sellulose dengan ukuran
garis tengah pori 0,34 mikron) akan bertahan pada permukaan atas membran
(Chandra, 2007).
koloni bakteri pada permukaan atas membran yang dapat dilihat dan dihitung
jumlahnya.
a) Hasil sebagai jumlah koloni dapat diperoleh lebih cepat dapat ditaksir
gelas
Keterbatasan-keterbatasannya adalah :
bakteri
d. Air yang mengandung bahan beracun tertentu yang bisa diserap oleh
Escherichia Coli
24-48 jam.
- Hitung jumlah koloni yang tumbuh pada petridish kontrol, bila jumlah
koloni pada petridish kontrol lebih dari 10, pemeriksaan harus diulang
koloni 30 - 300 dan kurang dari 10, jika terdapat jumlah koloni di bawah
Sesuai dengan jenis penelitian, maka analisa terhadap data yang dikumpul
mengacu pada Depkes RI Tahun 2000 tentang enam prinsip hygiene dan sanitasi
makanan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Maimun.
Adapun batas wilayah Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun adalah sebagai
berikut:
Berdasarkan data yang diperoleh didapat jumlah penduduk pada tahun 2016
sebanyak 7.052 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 2.715 KK
pendidikan, lokasi berjualan, tahun awal berjualan, dan lama berjualan/hari. Hasil
49
setiap satu orang penjual tahu goreng adalah (16,7%) karena tidak terdapat umur
yang sama. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi berjenis kelamin perempuan lebih
orang (66,7%) dan terendah SMP yaitu sebanyak 2 orang (33,3%). Berdasarkan
adalah (16,7%) disebabkan para penjual tahu goreng memulai usaha dagangnya
hygiene sanitasi penjual dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :
Ya Tidak
No. Hygiene Sanitasi Penjual Tahu Goreng
n % N %
1. Apakah bapak/ibu mencuci tangan sebelum melakukan 6 100,0 0 0
pengolahan makanan
2. Apakah bapak/ibu pada saat mengolah makanan 6 100,0 0 0
menggunakan alat bantu (penjepit makanan)
3. Apakah bapak/ibu pada saat bekerja memakai celemek 3 50,0 3 50,0
4. Apakah bapak/ibu pada saat bekerja memakai penutup 4 66,7 2 33,3
kepala
5. Apakah bapak/ibu pada saat bekerja memakai sepatu 1 16,7 5 83,3
dapur
6. Apakah bapak/ibu merokok sambil bekerja 1 16,7 5 83,3
7. Apakah bapak/ibu menggunakan perhiasan saat bekerja 6 100,0 0 0
(cincin, gelang serta jam tangan)
8. Apakah bapak/ibu sesudah keluar dari kamar mandi 5 83,3 1 16,7
mencuci tangan pakai sabun
9. Apakah bapak/ibu memakai pakaian kerja yang bersih 2 33,3 4 66,7
dan sarung tangan saat berjualan
perhiasan saat bekerja (cincin, gelang serta jam tangan) yaitu sebanyak 6 orang
(100,0%) serta belum memakai celemek dan pakaian yang bersih saat berjualan
tahu goreng yaitu sebanyak 2 orang (33,3%). Sesuai dengan hasil tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa hygiene sanitasi penjual tahu goreng belum memenuhi
standart hygiene sanitasi makanan dan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :
Baru Kecamatan Medan Maimun memiliki hygiene sanitasi yang tidak memenuhi
Medan Maimun dapat dilihat pada tabel 4.4 hingga tabel 4.10 berikut ini :
goreng dalam pemilihan bahan baku tahu dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut ini:
Ya Tidak
No. Pemilihan Bahan Baku Tahu Goreng
n % N %
1. Bahan makanan yang digunakan dalam keadaan 6 100,0 0 0
segar, utuh dan tidak busuk
2. Bahan makanan dibeli ditempat yang telah diawasi 2 33,3 4 66,7
oleh pemerintah (pasar, swalayan dan supplier
berijin)
3. Bahan makanan bebas dari vector dan pencemaran 2 33,3 4 66,7
kimia seperti pestisida
Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa pemilihan bahan baku tahu goreng
menggunakan bahan makanan yang masih segar, utuh,dan tidak busuk (100,0%)
diperoleh dari pasar yang diawasi pemerintah sebanyak 2 orang (33,3.%) dan
diperoleh dari pasar yang tidak diawasi pemerintah sebanyak 4 orang (66,7%).
tahu goreng menggunakan bahan makanan yang bebas dari kedua-duanya yaitu
baku tahu goreng yang dilakukan oleh penjual tahu goreng dapat dilihat dalam
Ya Tidak
No. Penyimpanan Bahan Baku Tahu Goreng
n % N %
1. Penyimpanan bahan makanan seperti tahu, garam 2 33,3 4 66,7
dan minyak disimpan di tempat yang bersih dan
terpisah
2. Penyimpanan bahan baku harus sesuai dengan suhu 6 100,0 0 0
penyimpanan yaitu berkisar 4C-10C
3. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis dan 0 0 6 100,0
bahan makanan yang disimpan lebih awal
digunakan terlebih dahulu dan sebaliknya (First In
First Out)
4. Tempat penyimpanan tahu tertutup sehingga 1 16,7 5 83,3
terhindar dari serangga dan vector penyakit
bahan baku pembuaatan tahu goreng seperti tahu dan sayuran pada suhu 4-5oC
dan masih banyak pedagang yang menyimpan bahan baku ditempat yang tidak
terpisah dan tidak ditempat yang bersih sebanyak 4 orang (66,7%), di samping itu
belum ada responden yang menyimpan bahan baku dalam aturan sejenis serta
belum menerapkan sistem First In First Out ( bahan makanan yang disimpan lebih
goreng yang dilakukan oleh pedagang tahu dapat dilihat dalam tabel 4.6 berikut:
Ya Tidak
No. Pengolahan Tahu Goreng
n % N %
1. Lantai tempat pengolahan makanan terbuat dari 0 0 6 100,0
bahan yang kuat, kedap air, tidak licin dan mudah
dibersihkan
2. Penerangan bebas silau dan tidak menimbulkan 0 0 6 100,0
bayangan
3. Tersedia tempat sampah tertutup 0 0 6 100,0
4. Tidak menderita penyakit mudah menular misalnya 6 100,0 0 0
batuk, influenza dan diare
dibersihkan dengan air mengalir, tidak menggunakan pakaian bersih dan alat
pelindung diri (celemek, tutup kepala, sarung tangan dan penutup mulut),
Ya Tidak
No. Penyimpanan Tahu Goreng
n % N %
1. Makanan jadi disimpan ditempat yang tidak 0 0 6 100,0
terjangkau vector (tikus, kecoa, dll)
2. Tersedia tempat khusus untuk menyimpan makanan 1 16,7 5 83,3
jadi dan tertutup
3. Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 5 83,3 1 16,7
(65,5C) atau disimpan dalam suhu dingin (4C)
Berdasarkan tabel 4.7. diketahui bahwa dalam prinsip penyimpanan tahu
goreng yang dilakukan pedagang tahu masih belum memenuhi syarat. Seluruh
tikus dan kecoa, serta belum tersedia tempat khusus dan penyimpanan makanan
goreng yang dilakukan oleh penjual tahu dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Ya Tidak
No. Pengangkutan Tahu Goreng
n % N %
1. Tersedianya tempat dan kendaraan khusus untuk 6 100,0 0 0
mengangkut makanan jadi
2. Makanan diangkut dalam keadaan tertutup 6 100,0 0 0
3. Tersedia jalur khusus untuk mengangkut makanan 0 0 6 100,0
jadi ke lokasi berjualan.
goreng yang dilakukan oleh pedagang tahu dapat dilihat dalam tabel 4.9 berikut:
Ya Tidak
No. Penyajian Tahu Goreng
n % N %
1. Peralatan untuk menyajikan dalam keadaan bersih 2 33,3 4 66,7
2. Peralatan dicuci setiap satu kali pemakaian dengan 0 0 6 100,0
air mengalir dan dikeringkan terlebih dahulu
sebelum diapakai kembali
3. Tempat/wadah penyajian makanan bebas dari debu 0 0 6 100,0
4. Wadah penyajian harus bersih dan kering 6 100,0 0 0
5. Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat 0 0 6 100,0
dan berpakaian bersih
tahu goreng yang dilakukan pedagang masih belum memenuhi syarat kesehatan
pakaian yang bersih, peralatan tidak dicuci setiap satu kali pemakaian, dan penyaji
Ya Tidak
No. Lokasi Penjualan
n % N %
1. Lokasi usaha terhindar dari sumber pencemaran dan 0 0 6 100,0
vector (lalat, kendaraan, dll)
2. Lokasi usaha dilengkapi tempat penampungan 0 0 6 100,0
sampah yang tertutup
3. Dilengkapi fasilitas sanitasi air bersih 0 0 6 100,0
dapat dilihat dari lokasi yang tidak dilengkapi penampungan sampah yang tertutup
sehingga lokasi masih dicemari oleh vektor seperti lalat, serta lokasi tidak
Tabel 4.11. Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia Coli Pada Tahu Goreng
Yang Dijual di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan
Maimun Tahun 2016
Escherichia Coli tahu goreng dengan hasil <1,8 yaitu sebanyak 4 sampel (66,7%)
BAB V
PEMBAHASAN
distribusi umur ada perbedaan dimana usia yang paling muda ada 1 orang umur 21
tahun dan yang paling tua 1 orang yaitu umur 53 tahun, dari segi pendidikan
dan terendah adalah SMP sebesar 33,3%, untuk distribusi lama berjualan/hari
yang paling banyak berdagang selama 9 hari sebesar 66,7% sedangkan paling
jenis kelamin perempuan lebih baik dalam melaksanakan hygiene sanitasi dari
pada laki-laki alasannya karena laki-laki sering merokok saat mengolah dan
berjualan makanan.
mempunyai kemampuan dalam mengolah dan berjualan makanan tapi dalam hal
60
menggunakan bahan dalam keadaan segar, utuh dan tidak busuk, akan tetapi
masih ada pedagang yang menggunakan bahan baku yang tidak bebas dari vektor
dan dibeli bukan di tempat yang diawasi oleh pemerintah seperti pasar, swalayan
seperti lemari dan rak-rak yang tertutup sehingga dalam keadaan baik, utuh, segar
dan tidak busuk. Dianjurkan membeli bahan makanan ditempat yang telah diawasi
oleh pemerintah seperti pasar, swalayan, atau supplier bahan makanan yang
berijin. Dan untuk bahan tambahan makanan seperti zat pewarna harus terdaftar
baku untuk pembuatan tahu goreng belum sesuai dengan 6 prinsip hygiene
sanitasi makanan karena masih menggunakan bahan baku yang belum bebas dari
vektor, hal ini bisa dilihat dari perlakuan pedagang terhadap bahan baku yang
oleh udara luar, selain itu bahan baku disimpan ditempat yang bersamaan tanpa
memisahkan bahan yang bersifat padat dan bersifat cair serta bahan yang mudah
pembuatan tahu goreng 5 orang penjual (83,3 belum menyimpan bahan baku di
tempat yang bersih dan terpisah serta tidak menyimpan bahan baku pada suhu
sekitar 4-10oC. Disamping itu pedagang juga belum menyimpan bahan baku
dalam aturan sejenis dan masih ada yang menyimpan bahan baku dalam keadaan
terbuka sehingga tidak terhindar dari serangga dan vektor pembawa penyakit
(100,0%).
bebas dari hama seperti serangga, binatang pengerat seperti tikus burung dan
Jadi dalam hal penyimpanan bahan baku pembuatan tahu goreng, peneliti
melihat dalam segi tempat dan suhu penyimpanan bahan baku ada pedagang
menggunakan sarung tangan yang tidak bersih pada saat mengolah tahu yaitu
penjamah makanan juga harus terhindar dari penyakit menular seperti: batuk, filek
dan diare serta memiliki surat keterangan berbadan sehat dari dokter.
bersih akan menjamin sanitasi dan hygiene pengolahan makanan karena tidak
terdapat debu atau kotoran yang melekat pada pakaian yang secara tidak langsung
tahu, padahal perhiasan bisa menjadi sarang kuman dan sebaiknya dilepaskan
pada saat mengolah makanan agar tidak menjadi salah satu sumber pencemar.
kepala. Menurut Fathonah (2006), rambut yang kotor akan menimbulkan rasa
gatal pada kulit kepala yang dapat mendorong penjamah makanan untuk
menggaruknya dan dapat mengakibatkan kotoran atau ketombe dan rambut dapat
makanan jadi harus terlindungi dari debu, bahan kimia yang berbahaya, serangga
dan hewan.
wadah yang bersih dan aman bagi kesehatan, dalam keadaan terbungkus atau
Jadi menurut peneliti dalam proses penyimpanan tahu goreng yang sudah
masak belum memenuhi standart hygiene sanitasi makanan karena penjual masih
menyimpan makanan ditempat yang mudah dijangkau oleh vector. Tahu goring
yang sudah masak diletakkan di atas meja dan dalam keadaan terbuka sehingga
terkontaminasi dengan udara luar dan belum tersedia tempat khusus untuk
makanan jadi.
mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik dari serangga, debu
maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan tidak berkarat
amkanan harus dilakukan dengan jalan yang singkat, pendek dan paling terdekat
(Depkes, 2004).
dalam hal mengangkut makanan yang sudah masak masih jauh dari syarat
kesehatan terbukti penjual belum tersedia tempat, jalur dan kenderaan khusus
dalam hal penyajian makanan mask belum sesuai dengan standart hygiene sanitasi
penyajian yang belum bebas dari debu dan pedagang yang menggunakan
akhir dari perjalanan makanan. Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan
dihgunakan dalam kondisi baik dan kebersihan pakaiannya, tangan penyaji tidak
standart juga walaupun sudah ada penjual yang sudah menggunkan peralatan
berada di lokasi yang tidak terhindar dari sumber pencemaran dan vektor, tidak
Lokasi berjualan para penjual tahu goreng berada di jalan Avros Kelura
hasilhan Kampung Baru Kecamatan Maimun yang mana lokasi ini merupakan
jalan alternatif bagi pengguna jalan dari jalan Brigjen Katamso menuju jalan A.H.
Nasution. Lokasi ini dipadati pengguna jalan baik roda dua, tiga dan empat
sehingga terjadi pencemaran udara, dapat dipastikan hal ini jauh dari harapan kita
dan tidak sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Depkes RI Tahun 2003
dan KepBPOM yang seharusnya lokasi berjualan para pedagang makanan itu jauh
Dari keadaan di atas peneliti membuat ulasan bahwa selain sudah tercemar
volusi udara lokasi ini juga tidak tersedia penampungan sampah tertutup, sehingga
sampah plastik yang digunakan untuk wadah penyanyian makanan tahu goreng
belakang steling dan pada sore hari adakalanya sampah tersebut diangkat dan
adakalanya tidak diangkat oleh pedagang itu sendiri, di samping itu lokasi usaha
Coli yang telah dilakukan pada tahu goreng yang dijual di Kelurahan Kampung
syarat kesehatan yaitu terdapat pada pedagang 5 dan 6 dengan jumlah 24/100 ml
sampel dan 4,0/100 ml sampel, hal ini dapat dikaitkan dengan karakteristik
penjual tahu goring yang tidak memenuhi syarat kesehatan antara lain merokok
pada saat berjualan, tidak menggunakan pakaian yang bersih dan menggunakan
Kemudian untuk pedagang 1,2,3 dan 4 karakteristik pedagang tahu goring sudah
memenuhi syarat, bias dilihat dari hasil laboratorium dengan hasil <1,8/100 ml
sampel tahu goreng, pada saat berjualan pedagang mengenakan pakaian yang
penyajian makanan. dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tahu goreng
yang dijual di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun belum aman
BAB VI
6.1. Kesimpulan
mulai dari pemilihan bahan baku sampai dengan penyajian makanan tidak ada
Coli dengan jumlah 24/100 ml sampel dan 4,0/100 sampel tahu goreng, angka ini
diperoleh pada pedagang 5 dan pedagang 6 sedangkan pada pedagang 1,2,3 dan 4
6.2. Saran
syarat kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI, 2003. Pedoman Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri
Rumah Tangga ( CPPB-IRT ), Jakarta.
Rijal, S, 1994. Pembinaan Lokasi Makanan Jajanan, Dirjen P2M & PLP,
Depkes RI, Jakarta.
Sianipar, H, 2009, Kajian Cemaran Salmonella SP pada Susu Kedelai yang
Dijual di Beberapa Pasar Tradisonal di Kota Medan. Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan
KUISIONER
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Lokasi berjualan :
goreng?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah bapak/ibu pada saat mengolah tahu goreng menggunakan alat bantu
(penjepit makanan) ?
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
jam tangan ?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah bapak/ibu sesudah keluar dari kamar mandi mencuci tangan pakai
sabun?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah bapak/ibu memakai pakaian kerja yang bersih dan sarung tangan saat
berjualan ?
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak