Anda di halaman 1dari 116

HYGIENE SANITASI PENJUAL DAN KEBERADAAN

ESCHERICHIA COLI PADA TAHU GORENG YANG


DIJUAL DI KELURAHAN KAMPUNG BARU
KECAMATAN MEDAN MAIMUN
TAHUN 2016

SKRIPSI

OLEH :

ISKANDAR HARAHAP
NIM. 111021003

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HYGIENE SANITASI PENJUAL DAN KEBERADAAN
ESCHERICHIA COLI PADA TAHU GORENG YANG
DIJUAL DI KELURAHAN KAMPUNG BARU
KECAMATAN MEDAN MAIMUN
TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI

OLEH :

ISKANDAR HARAHAP
NIM. 111021003

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsiberjudul “Hygiene

Sanitasi Penjual dan Keberadaan Escherichia Coli Pada Tahu

Goreng Yang Dijual di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan

Medan Maimun Tahun 2016”disusun berdasarkan hasil penelitian saya

dengan arahan dosen pembimbing. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk

memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Medan, 27 Februari 2017


Yang membuat pernyataan

Iskandar Harahap

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Iskandar Harahap

Tempat/TanggalLahir : Tapian Nadenggan, 08 September 1986

Agama : Islam

Status Perkawinan : BelumKawin

Nama Orang Tua

Ayah : H. Pinayungan Harahap

Ibu : Hj. Dori Asa Hasibuan

Anakke : 4dari4 orang bersaudara

AlamatRumah : Desa Batang Nadenggan Kecamatan Sungai Kanan

Kabupaten Labuhan Batu Selatan

RiwayatPendidikan

Tahun 1995-2001 : SD. Negeri112252 Tapian Nadenggan

Tahun 2001-2004 : Mts.N Sabungan Sungai Kanan

Tahun 2004-2007 : MAN Rantau Prapat

Tahun 2007-2010 : Akper Takasima Kaban Jahe

Tahun 2011-2017 : FakultasKesehatanMasyarakat USU

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Hygiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan


pada usaha kesehatan perorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang
tersebut berada. Sanitasi makanan adalah usaha yang ditujukan kepada kebersihan
dan kemurnian makanan agar tidak menimbulkan penyakit. Dalam pengelolaan
makanan yang keliru dapat menimbulkan gangguan kesehatan termasuk
keracunan makanan. Hal ini dapat dicegah dengan cara pengelolaan yang taat
kepada azas-azas atau prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi makanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hygiene sanitasi penjual dan
keberadaan Eschericha Coli pada tahu goreng yang dijual di Jalan Avros
Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2016. Berdasarkan
tujuannnya, penelitian ini merupakan penelitian cross sectional,pengambilan data
dengan kuesioner, pemeriksaan laboratorium dan observasi langsung ketempat
dimana tahu tersebut.Populasi adalah seluruh penjual tahu goreng yaitu sebanyak
6 orang. Sampel adalah semua populasi dijadikan sebagai sampel.
Hasil penelitian terhadap 6 orang penjual tahu goreng yang berjualan di
jalan Avros Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun mulai dari
pemilihan bahan baku sampai dengan penyajian makanan tidak ada yang
memenuhi syarat sesuai dengan 6 prinsif hygiene sanitasi makanan. Pemeriksaan
Escherichia Coli yang dilakukan di Laboratorium Biologi Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) terdapat 2 sampel tahu yang
positif mengandung Escherichia Coli dengan jumlah 24/100 ml sampel dan
4,0/100 sampel tahu goreng, angka ini diperoleh pada pedagang 5 dan pedagang 6.
Disarankan kepada BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) dan
Dinas Kesehatan Kota Medan hendaknya mengadakan penyuluhan tentang
hygiene sanitasi makanan dan pengawasan terhadap makanan jajanan sehingga
makanan jajanan seperti tahu goreng yang dapat memenuhi syarat kesehatan.

Kata Kunci : Hygiene Sanitasi Penjual, Escherichia Coli, TahuGoreng

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

Hygiene is defined arranging to prevent disease there emphasized to promote


individual health and to environmental where one may live. Still, food sanitary is
arranged leading to the cleanliness and purify all the food for never generating any
disease. For incorrect handling of food may cause one’s health disorder,
sometimes it may cause health problem such as poisoned, for it should be
prevented there with a conformed management of foods and got a hygiene
principles and in sanitary of foods.
The objective of this study is to determine the existence of sanitary hygiene
of those sellers and to know what EscherichaColi is available on fried soybean
sold at JalanAvrosKelurahanKampungBaru area for 2016. This study is cross
sectional. In taking the data was by questionnaire, also with laboratory
examination and also with a field observation. The population are all local traders
of that food involved 6 people, and all population is as sample as well.
The result of this research indicated that since choosing raw material
throughout presenting the food to serve customer everything is not fulfilled
according to the 6 basic principles of sanitary hygiene. The examination has been
done on Laboratorium Biology Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit (BTKLPP) reliable Laboratory, and found 2 samples of
product that positively containing Escherichia Coli with totally 24/100 ml samples
and 4.0/100 samples of soybeans product, for the figure had been taken over 5
and 6 traders.
It is suggestible to BPOM – National Food and Drugs Commission and City
Health Service of Medan kindly provide openly counseling about the existence of
hygiene of food sanitary monitoring over every food should be always fulfilling
all the health conditions.

Keywords : hygiene, sanitary, seller, soybeans, product.

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hygiene Sanitasi Penjual dan Keberadaan Escherichia Coli pada Tahu

Goreng yang Dijual di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan

MaimunTahun 2016.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara Medan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari dukungan serta doa

dari keluarga besar. Orang tua, abang, abang/kakak ipar, paman, keponakan serta

taman teman. Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta,

Ayahanda H. Pinayungan Harahap dan Ibunda Hj. Dori Asa Hasibuan yang

telah memberikan dukungan baik moril dan materil dalam membesarkan,

mendidik, memotivasi dan selalu mendoakan penulis. Ayah, Ibu, tidak butuh

waktu yang singkat untuk menyelesaikan skripsi ini, cucuran keringat untuk

menghidupiku , kebohongan-kebohongan yang membuatMu sedikit lega dan

menciftakan asa yang namun pada akhirny meneteskan air mata, ini semua karena

selalu menunda apa yang harus kulakukan dan semangatku yang rapuh. Ayah, ibu

maafkan anakMu. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Bapak Dr. Dr. Wirsal Hasan, MPH selaku Dosen Pembimbing I dan

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, arahan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai

. Penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Prof. DR. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. DR. Dra Ida Yustina M.Si selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. IbuIr. Evi Naria, M.kes selaku Ketua Departemen Kesehatan

Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Ir. Evawani Yunita Aritonang selaku Dosen

Pembimbing Akademik

5. Ibu dr. Devi Nuraini Santi M.kes selaku dosen penguji I dan

Ibu Ir. Indra Cahaya S, Msi selaku dosen penguji II yang

telah bersedia memberikan masukan dan saran dalam

penyempurnaan skripsi ini.

6. Kak Dian, Pak Marihot dan Ibu Ibu CS FKM USU serta

seluruh staf dan pegawai FKM USU untuk bantuannya.

7. Sahabat- sahabat ITALBA ( Ikatan Talak Baba ) yang sama-

sama berjuang dari awal memulai perkuliahan dan seluruh

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
teman-teman peminatan Kesehatan Lingkungan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Jun Edy S. Pakpahan SKM, Iska Simarmata SKM serta

Suriani Harahap SKM, yang selalu memberikan semangat

serta mendampingi saya dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Abang, kakak, teman-teman serta adik adik warga perumahan

Villa Zeqita Residence yang telah memberikan inspirasi,

support dan bimbingan. Bersedia berbagi cerita, pengalaman

dan menjalin hubungan persahabatan yang baik, terima kesih

untuk kalian semua.

10. Staf Laboratorium Biologi BTKLPP Kelas 1 Medan yang telah

membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

11. Dr. Dra, Indah Anggraini, M.Si, selaku Kepala BTKLPP Kelas

1 Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan penelitian di Laboratorium Biologi.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajianya. Untuk itu, penulis

mengharapkan kritikdan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka

penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Februari 2017


Penulis

Iskandar Harahap

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
ABSTRACT ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB I PENDAHUUAN ................................................................................ 1


1.1. LatarBelakang ........................................................................... 1
1.2. PerumusanMasalah ................................................................... 4
1.3. TujuanPenelitian ....................................................................... 4
1.3.1. TujuanUmum ................................................................ 4
1.3.2. TujuanKhusus ................................................................ 4
1.4. ManfaatPenelitian ..................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6


2.1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi ............................................... 6
2.2. Pengertian Hygiene dan Sanitasi Makanan ............................... 7
2.3. Tujuan Hygiene Sanitasi Makanan ........................................... 15
2.4. Peralatan dan Pengolahan Makanan.......................................... 16
2.5. Escherichia Coli ........................................................................ 17
2.5.1. Defenisi Escherichia Coli .............................................. 17
2.5.2. Sifat-sifat Escherichia Coli............................................ 18
2.5.3. Ciri-ciri Umum Escherichia Coli .................................. 19
2.5.4. Sumber Penularan Escherichia Coli ............................. 19
2.5.5. Kelebihan dan Kekurangan Escherichia Coli ................ 20
2.6. Tahu Goreng.............................................................................. 21
2.6.1. Defenisi Tahu Goreng ................................................... 21
2.6.2. Manfaat Tahu Goreng ................................................... 21
2.6.3. Bahan-bahan Pembuatan Tahu Goreng ......................... 23
2.6.4. Pembuatan Tahu ............................................................ 23
2.6.5. Syarat Kualitas Tahu ..................................................... 28
2.6.6. Jenis Tahu ...................................................................... 29
2.7. Makanan dan Hubungannya Dengan Penyakit ......................... 31
2.8. Macam-macam Penyakit Melalui Makanan.............................. 33
2.9. Kerangka Konsep ...................................................................... 36

BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 37


3.1. JenisPenelitian ........................................................................... 37

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.2. LokasidanWaktuPenelitian ....................................................... 37
3.2.1. LokasiPenelitian ............................................................ 37
3.2.2. Waktu Penelitian ........................................................... 37
3.3. PopulasidanSampel ................................................................... 37
3.3.1. Populasi ......................................................................... 37
3.3.2. Sampel ........................................................................... 38
3.4. MetodePengumpulan Data ........................................................ 38
3.4.1. Data Primer ................................................................... 38
3.4.2. DataSkunder .................................................................. 38
3.5. DefenisiOperasional .................................................................. 38
3.6. AspekPengukuran ..................................................................... 40
3.6.1. Hygiene Sanitasi Penjual Tahu Goreng......................... 40
3.6.2. Cara Pengambilan Sampel ............................................ 41
3.6.3. Cara Penanganan dan Pengiriman Sampel .................... 41
3.6.4. Alat dan Bahan .............................................................. 43
3.6.5. Cara Pemeriksaan Escherichia Coli .............................. 44
3.6.6. Pembacaan Hasil Laporan ............................................. 48
3.7. Analisa Data .............................................................................. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 49


4.1. DeskripsiLokasiPenelitian......................................................... 49
4.2. KarakteristikResponden ............................................................ 49
4.3. Hygiene SanitasiPedagang ........................................................ 51
4.4. Hygiene SanitasiMakanan ......................................................... 52
4.4.1. PemilihanBahan BakuTahu Goreng .............................. 52
4.4.2. PenyimpananBahan Baku Tahu Goreng ....................... 53
4.4.3. PengolahanTahu Goreng ............................................... 54
4.4.4. PenyimpananTahuGoreng ............................................. 55
4.4.5. PengangkutanTahuGoreng ............................................ 56
4.4.6. PenyajianTahuGoreng ................................................... 56
4.4.7. LokasiPenjualan Tahu Goreng ...................................... 57
4.5. HasilPemeriksaan Escherichia Coli PadaTahuGoreng ............. 58

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 59


5.1. KarakteristikPedagangTahuGoreng .......................................... 59
5.2. OvservasiPenjualTahuGoreng Yang Dijual Di
KelurahanKampungBaruKecamatan Medan Maimun .............. 60
5.2.1. PemilihanBahan Baku TahuGoreng .............................. 60
5.2.2. Penyimpanan Bahan Baku Pembuatan Tahu Goreng.... 60
5.2.3. PengolahanTahuGoreng ................................................ 61
5.2.4. PenyimpananTahuGoreng Yang Sudah Masak............. 62
5.2.5. PengangkutanTahuGoreng yang Sudah Masak............. 63
5.2.6. PenyajianTahuGoreng ................................................... 64
5.2.7. Lokasi Berjualan Tahu Goreng ..................................... 64
5.3. KandunganBakteri Escherichia coli padaTahu ......................... 65

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 67
6.1. Kesimpulan ............................................................................... 67
6.2. Saran.......................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep............................................................................. 36

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis


Kelamin, Pendidikan, Lokasi Jualan, Tahun Awal Jualan/Hari
di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun
2016 .................................................................................................. 50

Tabel 4.2. Distribusi Hygiene Sanitasi Pedagang Tahu Goreng di Kelurahan


Kampung Baru Kecamatan Medan MaimunTahun 2016 ............... 51

Tabel 4.3. Distribusi Hygiene Sanitasi Pedagang Tahu Goreng diKelurahan


Kampung Baru Kecamatan Medan MaimunTahun 2016 ................ 52

Tabel 4.4. Distribusi Pedagang Tahu Goreng Berdasarkan Pemilihan Bahan


Tahu Goreng yang Dijual di Kelurahan Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2016 ......................................... 53

Tabel 4.5. Distribusi Pedagang Tahu Goreng Berdasarkan Penyimpanan


Bahan Baku Tahu Goreng yang Dijual di Kelurahan Kampung
Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2016 ................................ 53

Tabel 4.6. Distribusi Pedagang Tahu Goreng Berdasarkan Pengolahan Tahu


Goreng yang Dijual di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan
Medan Maimun Tahun 2016 ............................................................ 54

Tabel 4.7. Distribusi Pedagang Tahu Goreng Berdasarkan Penyimpanan


Tahu Goreng yang Dijual di Kelurahan Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2016 ......................................... 55

Tabel 4.8. Distribusi Pedagang Tahu Goreng Berdasarkan Pengangkutan


Tahu Goreng yang Dijual di Kelurahan Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2016 ......................................... 56

Tabel 4.9. Distribusi Pedagang Tahu Goreng Berdasarkan Penyajian


Tahu Goreng yang Dijual di Kelurahan Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2016 ......................................... 57

Tabel 4.10. DistribusiPedagangTahuGorengBerdasarkanLokasiPenjualan


Tahu Goreng di KelurahanKampungBaruKecamatan Medan
MaimunTahun 2016 ......................................................................... 57

xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.11. Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia Coli pada Tahu Goreng
yang Dijual di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan
Maimun Tahun 2016 ........................................................................ 58

xvi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 LembarKuesioner....................................................................
Lampiran 2 LembarObservasi ....................................................................
Lampiran3 HasilUjiLaboratorium .............................................................
Lampiran4 HasilPengolahan Data .............................................................
Lampiran5 SuratPermohonanIzinPenelitian..............................................
Lampiran6 SuratKeteranganTelahSelesaiMelakukanPenelitian ...............
Lampiran 7 Dokumentasi ...........................................................................

xvii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal diselenggarakan upaya kesehatan melalui 16 macam kegiatan, salah satu

diantaranya adalah pengamanan terhadap penyehatan makanan dan minuman (UU

RI NO 23, 1992).

Makanan sehat selain ditentukan oleh kondisi hygiene sanitasi juga

ditentukan oleh macam makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak,

vitamin dan mineral. Dengan mengingat pentingnya makanan harus sehat maka

pemerintah perlu mengadakan pembinaan dan pengawasan terhadap makanan

yang dikonsumsi masyarakat luas.

Makanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesehatan

masyarakat. Seluruh anggota masyarakat tanpa kecuali adalah produsen makanan

itu sendiri dan yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

beberapa aspek, diantaranya aspek kelezatan, cita rasa, kandungan zat gizi dalam

makanan dan aspek kualitas makanan baik secara bakteriologis, kimia, dan fisik

harus selalu di perhatikan. Makanan yang menarik, nikmat dan tinggi gizinya,

akan menjadi tidak berarti sama sekali jika tidak aman untuk di konsumsi, ini

dapat di sebabkan karena makanan dapat bertindak sebagai perantara untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit

(Cahyadi, 2008).

Jika ditinjau dari segi kesehatan, makanan selain berfungsi sebagai sumber

energi, zat pembangun dan zat pengatur juga mempunyai peran dalam penyebaran

penyakit. Oleh karena itu prinsip dasar sanitasi makanan diperlukan agar

konsumen dapat dilindungi kesehatannya dari bahaya kontaminasi makanan dan

organisme penyakit menular.

Menurut Purnawijayanti (2001), mikroorganisme adalah pencemar yang

harus diwaspadai karena keberadaanya dalam makanan sering tidak disadari

sampai menimbulkan akibat-akibat yang tidak diingankan. Misalnya, kerusakan

makanan atau keracunan makanan. Jenis mikroorganisme yang sering menjadi

pencemar bagian makanan adalah bakteri, fungi, parasit dan virus.

Sifat patogenik beberapa mikroba menjadi isu yang penting dalam

pengolahan dan penanganan bahan makanan. Mikroba seperti salmonella dan

Escherichia Coli menyebabkan infeksi, sementara aspergillus flavus, clostridium

botulium, dan staphylococcusaureus memproduksi toksin yang berbahaya.

Botulium dikenal sebagai racun yang mematikan (Anonimous, 2003).

Penyebab terkontaminasinya makanan oleh mikroba sering terjadi karena

sanitasi pengelolaan makanannya yang tidak memenuhi syarat kesehatan,

sehingga makanan tersebut sebenarnya tidak bisa lagi dikonsumsi karena akan

terjadi gangguan kesehatan akibat keracunan makanan dan hygiene sanitasi

perorangan sangat penting juga diperhatikan karena makanan dapat menjadi

media penularan penyakit (Food Born Desease).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Escherichia coli merupakan salah satu jenis spesies utama bakteri gram

negatif yang termasuk dalam famili enterobacteriacea, berbentuk batang dan

tidak membentuk spora. Bakteri ini merupakan flora normal saluran pencernaan

manusia dan hewan. Pada umumnya bakteri ini hidup pada tinja, dan dapat

menyebabkan masalah kesehatan, seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan

lainya (Supardi, 1999).

Escherichia Coli ini sesungguhnya merupakan penghuni normal usus,

selain berkembang biak dilingkungan sekitar manusia. Kebanyakan Escherichia

Coli tidak berbahaya tetapi beberapa Escherichia Coli tipe 0157:H7, dapat

mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia (Arisman, 2009).

Keberadaanya di luar tubuh manusia menjadi indikator sanitasi makanan dan

minuman, apakah pernah tercemar oleh kotoran manusia atau tidak. Keberadaan

Escherichia Coli dalam air atau makanan juga di anggap memiliki kolerasi tinggi

dengan ditemukannya bibit penyakit (patogen) pada pangan (Rahayu, 2007).

Hygiene dan sanitasi penjamah makanan merupakan kunci keberhasilan

dalam pengelolaan makanan yang aman dan sehat. Hygiene dan sanitasi penjamah

yang kurang baik dapat menyebabkan kejadian penyakit bawaan makanan lebih

besar terjadi. Tahu merupakan jenis makanan pengganti protein hewani. Makanan

ini tergolong makanan tradisional yang di gemari oleh masyarakat luas. Tahu

goreng yang di jual di jalan Avros Medan Polonia Kota Medan merupakan salah

satu tahu goreng yang terdapat di Kota Medan dan banyak digemari oleh

masyarakat, dengan banyaknya masyarakat mengkonsumsi tahu goreng tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

menjadi alasan peneliti untuk mengetahui hygiene sanitasi penjual dan keberadaan

Escherichia Coli pada tahu goreng tersebut.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hygiene sanitasi penjual dan

keberadaan Eschericha Coli pada tahu goreng. Jenis penelitian ini adalah

penelitian cross sectional, pengambilan data dengan kuesioner, pemeriksaan

laboratorium dan observasi langsung ketempat dimana tahu tersebut dijual.

1.2. Perumusan Masalah

Tahu goreng merupakan makanan tradisional yang banyak digemari oleh

masyarakat luas. Penjual tahu goreng biasanya menjual dagangannya di pinggir

jalan sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan luar antara lain oleh

kotoran manusia. Escherichia Coli merupakan bakteri indikator polusi dan

indikator hygiene sanitasi personal penjamah makanan, oleh karena itu perlu

diketahui apakah tahu goreng yang dijual terkontaminasi/tercemar atau tidak

dengan melihat keberadaan Escherichia Coli.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kandungan Escherichia Coli pada tahu goreng dan

hygiene sanitasi penjual tahu goreng di Jalan Avros Kelurahan Kampung Baru

Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2016.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hygiene sanitasi pemilihan bahan baku tahu goreng.

2. Untuk mengetahui hygiene sanitasi penyimpanan bahan baku tahu goreng.

3. Untuk mengetahui hygiene sanitasi pengolahan tahu goreng meliputi:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

a) Tempat

b) Bahan

c) Peralatan

d) Cara pengolahan

4. Untuk mengetahui hygiene sanitasi penyimpanan tahu goreng.

5. Untuk mengetahui hygiene sanitasi pengangkutan tahu goreng.

6. Untuk mengetahui hygiene sanitasi penyajian tahu goreng.

7. Untuk mengetahui ada tidaknya bakteri Escherichia Coli pada tahu goreng.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang keamanan dalam mengkonsumsi

makanan.

2. Menambah pengalaman dan pengetahuan bagi penulis dalam bidang hygiene

sanitasi.

3. Sebagai bahan masukan peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutanya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi

Hygiene merupakan suatu usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari

pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah

timbulnya serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin

pemeliharaan kesehatan. Hygiene adalah suata usaha pencegahan penyakit yang

menitikberatkan pada usaha kesehatan perorangan atau manusia beserta

lingkungan tempat orang tersebut berada (Widyati, 2002).

Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk

melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring,

membuang makanan yang rusak untuk melindungi makanan secara keseluruhan

(Depkes RI, 2004).

Sanitasi merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi lingkungan

hidup yang menyenangkan dan menguntungkan kesehatan masyarakat. Yang

dimaksud juga dengan sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit yang

menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia

(Widyati, 2002).

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan lingkungan dari subjeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih

6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7

untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi

sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).

2.2. Pengertian Hygiene dan Sanitasi Makanan

Menurut Anwar (1989), yang mengutip pendapat Ehlers dan Steel

mengemukakan, sanitasi adalah usaha-usaha pengawasan yang ditujukan terhadap

faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit.

Menurut Kusnoputranto (1983) sanitasi makanan adalah usaha yang

ditujukan kepada kebersihan dan kemurnian makanan agar tidak menimbulkan

penyakit. Hygiene dan sanitasi makanan dimaksudkan agar makanan dapat

disajikan dengan aman dan bermanfaat bagi tubuh. Dalam pengelolaan makanan

yang keliru dapat menimbulkan gangguan kesehatan termasuk keracunan

makanan. Hal ini dapat dicegah dengan cara pengelolaan yang taat kepada azas-

azas atau prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi makanan.

Sanitasi makanan meliputi kegiatan usaha yang ditujukan pada semua

tingkatan sejak bahan baku makanan baru dibeli, disimpan, diolah dan disajikan

untuk melindungi agar konsumen tidak dirugikan kesehatannya.

Usaha-usaha sanitasi tersebut meliputi :

1. Keamanan makanan dan yang disediakan.

2. Hygiene perorangan dan prakek-praktek penanganan makanan oleh

karyawan yang bersangkutan.

3. Keamanan terhadap penyediaan air.

4. Pengelolaan buangan air limbah dan kotor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama dalam proses

pengolahan, penyajian dan penyimpanannya.

6. Pencucian, kebersihan dan penyimpanan alat-alat/perlengkapan.

Hygiene dan sanitasi makanan mempunyai tujuan yang sama yaitu

mengusahakan cara hidup sehat, sehingga terhindar dari penyakit. Usaha hygiene

lebih menitikberatkan pada usaha-usaha kebersihan individu, sedangkan sanitasi

lebih menitikberatkan kepada faktor-faktor lingkungan hidup manusia.

Prinsip hygiene dan sanitasi makanan ada 6 faktor yang perlu diperhatikan,

ke 6 prinsip hygiene sanitasi makanan tersebut, yaitu:(Depkes RI, 2000).

1. Pemilihan Bahan Baku

Bahan yang akan diolah harus dalam keadaan baik, utuh, segar dan tidak

busuk. Dianjurkan membeli bahan makanan ditempat yang telah diawasi oleh

pemerintah seperti pasar, swalayan, atau supplier bahan makanan yang berizin.

Dan untuk bahan tambahan makanan seperti zat pewarna harus terdaftar pada

Departemen Kesehatan (Depkes RI, 2001).

Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan

mutunya dalam hal ini bentuk, warna, kesegaran, bau dan lainnya. Bahan

makanan yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk

pencemaran oleh bahan kimia seperti pestisida ( Kusmayadi, 2008).

2. Penyimpanan Bahan Baku

Proses penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan makanan tidak

mudah rusak dan kehilangn nilai gizinya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

Syarat-syarat penyimpanan bahan makanan menurut Kep BPOM RI Tahun 2003

adalah :

 Penyimpanan bahan seperti: tepung tapioka, udang rebon, bawang putih,

garam dan pengawet disimpan di tempat yang bersih dan terpisah.

 Penyimpanan bahan baku harus sesuai dengan suhu penyimpanannya

yaitu berkisar 4OC – 10OC.

 Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak

sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan kerusakan pada

makanan. Bahan makanan yang disimpan lebih awal digunakan terlebih

dahulu, sedangkan bahan makanan yang masuk belakangan terakhir

digunakan. Pengambilan dengan cara seperti ini di sebut cara First In

First Out (FIFO).

3. Pengolahan Makanan

Pengolahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam menangani

makanan yang dimulai sejak pengadaan bahan makanan sampai penyajian

makanan Menurut DepKes RI (2000). Dalam proses pengolahan makanan, harus

memenuhi persyaratan hygiene sanitasi terutama menjaga kebersihan peralatan

masak yang digunakan, tempat pengolahan atau disebut dapur serta kebersihan

penjamah makanan (Kusmayadi, 2008).

Dalam pengolaan makanan ada 4 unsur yang berperan :

1. Tempat Pengolahan

Tempat pengolahan makanan, dimana makanan diolah sehingga menjadi

makanan biasanya disebut dapur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Berdasarkan Kep BPOM RI Tahun 2003 persyaratan tempat pengolahan

makanan terdiri dari :

 Lantai yang memenuhi persyaratan kesehatan adalah sebagai berikut:

- lantai yang terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air, mudah dibersihkan

dan tahan korosi atau rapuh.

- lantai harus selalu dalam keadaan bersih, terpelihara sebelum dan sesudah

melakukan pekerjaan.

 Dinding yang memenuhi persyaratan kesehatan:

- Permukaan dalam dinding harus rata, tidak menyerap dan mudah

dibersihkan.

- Dinding yang selalu menerima kelembaban atau percikan air harus rapat

air atau dilapisi dengan perselen setinggi 2 cm dari lantai.

 Atap atau langit-langit yang sesuai dengan persyaratan kesehatan adalah:

- Atap terbuat dari bahan yang rapat air dan tidak bocor

- Mudah dibersihkan dan tidak menyerap air.

 Penerangan atau pencahayaan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan

adalah:

- Semua penerangan harus bebas dari silau, tidak menimbulkan bayangan.

- Intensitas minimum penerangan 20 foot candles (Fe).

- Ventilasi yang dianjurkan adalah:

Harus cukup mencegah udara yang melempaui batas, mencegah

pengembunan dan pembentukan kelembaban pada dinding serta bau tidak

sedap.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

 Harus ada persediaan air yang cukup untuk memenuhi syarat-syarat

kesehatan.

 Harus ada tempat sampah yang memenuhi persyaratan.

 Tersedia tempat cuci tangan dan alat-alat dapur.

 Perlindungan dari serangga dan tikus.

 Barang-barang yang mungkin menimbulkan bahaya tidak diperbolehkan

disimpan di dapur, seperti racun hama, peledak,dan lain-lainnya.

2. Orang/Penjamah

Penjamah makanan adalah seorang tenaga kerja yang menjamah makanan

mulai dari persiapan, mengolah, menyimpan, mengangkut, maupun dalam

penyajian makanan. Pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang penjamah

mempengaruhi kualitas makanan yang disajikan. Penjamah yang sedang flu,

demam dan diare sebaiknya tidak dilibatkan dahulu dalam proses pengolahan

makanan. Jika terjadi luka, penjamah harus menutup luka dengan pelindung kedap

air misalnya plester atau sarung tangan plastik (Kusmayadi, 2008).

Syarat-syarat Penjamah Makanan Menurut KepBPOM RI Tahun 2003 adalah:

 Tidak menderita penyakit menular, misalnya: batuk, pilek, influenza,

diare, penyakit perut sejenisnya.

 Menutup luka (pada luka terbuka/bisa atau luka lainnya).

 Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian.

 Memakai celemek dan tutup kepala.

 Mencuci tangan setiap hendak menjamah makanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

 Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau dengan alas

tangan.

 Tidak merokok, menggaruk anggota badan (telinga, mulut dan bagian

lainnya).

 Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan yang disajikan dan atau tanpa

menutup hidung dan mulut.

3. Peralatan/Perlengkapan dalam Pengolahan Makanan.

Menurut Anwar (1997), prinsip dasar persyaratan perlengkapan/peralatan

dalam pengolahan makanan adalah aman sebagai alat/perlengkapan pemeroresan

makanan. Aman ditinjau dari bahan yang digunakan juga dari desain

perlengkapan tersebut. Syarat bahan perlengkapan mencakup:

 Persyaratan umum, terdiri dari bahan yang digunakan untuk membuatnya

atau bahan yang digunakan untuk perbaikan anti karat, kedap air, halus,

mudah dibersihkan, tidak berbau dan tidak berasa. Hindari bahan-bahan

Antimon (An), Cadmium (Cd), Timah hitam (Pb).

 Bila digunakan sambungan, gunakan bahan yang anti karat dan aman.

 Bila digunakan plastik, dianjurkan yang aman dan mudah dibersihkan

permukaannya.

3. Cara Pengolahan Makanan

Dari segi kesehatan atau sanitasi makanan, makan cara pengolahan

makanan yang baik menitikberatkan kepada hal-hal sebagai berikut (Moehyi,

1992) :

 Cara penjamah makanan yang baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

 Nilai nutrisi atau gizi yang memenuhi syarat.

 Teknik memasak yang menarik dan sehat.

 Cara pengolahan makanan serba bersih dan sehat.

 Menerapkan dasar-dasar hygiene dan sanitasi makanan.

 Menetapkan dasar-dasar hygiene sanitasi perorangan bagi para

pengolahnya.

 Melarang petugas yang berpenyakit kulit atau yang mempunyai luka-luka

pada tangan atau jari-jari untuk bekerja sebagai penjamah makanan.

Persyaratan pengolahan makanan menurut KepBPOM RI Tahun 2003 adalah:

 Semua kegiatan pengolahan harus dilakukan dengan cara terlindung dari

kontak langsung antara penjamah dan makanan.

 Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi dilakukan dengan:

- Sarung tangan plastik.

- Penjepit makanan.

- Sendok,garpu dan sejenisnya.

 Setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekerja harus memakai :

Celemek

- Tutup kepala

- Sepatu dapur

- Tidak merokok

- Tidak makan/mengunyah

- Tidak memakai perhiasan kecuali cincin kawin yang tidak berhias/polos

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

- Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan sesudah keluar dari kamar

kecil

- Selalu memakai pakaian yang bersih.

 Tenaga pengolah makanan harus memiliki sertifikat kesehatan.

4. Penyimpanan Makanan Masak

Menyimpan makanan dan minuman yang sudah masak di tempat-tempat

yang tidak terjangkau tikus, serangga dan binatang pengganggu lainnya. Adapun

karakteristik dari pertumbuhan bakteri pada makanan masak yang harus dipantau

dan dijaga adalah kadar makanan, jenis makanan dan suhu makanan.

Menurut KepBPOM RI Tahun 2003, penyimpanan makanan jadi harus

memenuhi syarat sebagai berikut :

 Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, tikus dan hewan

lainnya.

 Disimpan dalam ruangan tertutup.

 Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5oC atau lebih, atau

disimpan dalam suhu dingin 4oC atau kurang.

 Makanan cepat busuk untuk penggunaan waktu yang lama (lebih dari 6

jam) disimpan dalam suhu -5oC sampai dengan 1oC.

 Tidak tercampur antara makanan yang siap dimakan dengan bahan yang

mentah dan tidak disajikan ulang.

5. Pengangkutan Makanan

Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan didalam

mencegah terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran pada makanan masak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

lebih tinggi resikonya daripada pencemaran pada bahan makanan. Oleh karena itu,

titik berat pengendalian yang perlu diperhatikan adalah pada makanan masak.

Dalam proses pengangkutan makanan banyak pihak yang terkait mulai dari

persiapan, pewadahan, orang, suhu dan kendaraan pengangkut makanan itu

sendiri.

6. Penyajian/Pengemasan Makanan

Pengemasan makanan bertujuan untuk memberi perlindungan terhadap

kerusakan, dapat memberikan dan mempertahankan kualitas produksi, berfungsi

sebagai pelindung terhadap gangguan luar serta untuk menarik perhatian

konsumen. Bahan pengemas yang digunakan seperti plastik harus dalam keadaan

baik dan bersih. Ketika mengemas makanan penjamah seharusnya menggunakan

sarung tangan agar terhindar dari kontaminasi, serta memakai pakaian yang

bersih. Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan.

Menurut KepBPOM RI Tahun 2003, persyaratan penyajian makanan

adalah sebagai berikut :

 Harus terhindar dari pencemar.

 Peralatan untuk penyajian harus terjaga kebersihannya.

 Harus diwadahi dan dijamah dengan peralatan yang bersih.

 Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian yang bersih.

2.3. Tujuan Hygiene Sanitasi Makanan

Istilah hygiene dan sanitasi mempunyai tujuan yang sama, yaitu

mengusahakan cara hidup sehat, sehingga terhindar dari penyakit. Tetapi dalam

penerapannya mempunyai arti yang sedikit berbeda usaha sanitasi lebih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

menitikberatkan kepada faktor-faktor lingkungan hidup manusia, sedangkan

hygiene lebih menitikberatkan usaha-usaha kepada kebersihan individu (Azwar,

1996).

Selain untuk mengusahakan cara hidup sehat sehingga terhindar dari

penyakit, menurut Purnawijanti (2001) yang mengutip dari labensky dkk (1994),

tujuan dari hygiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut :

1) Menjamin keamanan dan kemurnian makanan

2) Mencegah konsumen dari penyakit

3) Mencegah penjualan makanan yang merugikan pembeli

4) Mengurangi kerusakan/ pemborosan makanan

2.4. Peralatan dan Pengolahan Makanan

Dalam melakukan pengolahan makanan harus tersedia fasilitas sanitasi

dan peralatan sanitasi yang dapat dipergunakan. Fasilitas sanitasi adalah sarana

fisik, bangunan dan perlengkapan yang berguna untuk memelihara kualitas

lingkungan dan mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang dapat merugikan

kesehatan manusia yaitu, sarana air bersih, jamban, peturasan, saluran air limbah,

tempat cuci tangan, bak sampah, kamar mandi, peralatan pencegahan terhadap

serangga dan tikus serta peralatan kebersihan ( Depkes RI, 1997 )

Peralatan sanitasi adalah segala macam peralatan yang digunakan untuk

mengolah dan menyajikan makanan. Hendaknnya peralatan agar dicuci segera

sesudah digunakan, selanjutnya didesinfeksi atau dikeringkan dengan bantuan

sinar matahari/pemanas buatan dan tidak boleh dilap dengan kain. Peralatan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

sudah bersih disimpan dalam keadaan kering pada tempat yang tidak lembab,

tertutup/terlindung dari pencemaran dan binatang pengganggu (Depkes RI, 1997).

Persyaratan Peralatan (Depkes RI, 1997)

 Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh

mengeluarkan zat racun seperti : timah, arsen, tembaga, seng, cadmium,

antimon.

 Peralatan tidak rusak, gompeldan retak.

 Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada sudut

mati, rata, halus dan mudah dibersihkan.

 Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan.

 Peralatan yang dipergunakan harus memenuhi ketentuan : menggunakan

sabun/deterjen air dingin, air panas, sampai bersih, dibebas hamakan

dengan laurutan kaporit 50 ppm atau iodophos 12,5 ppm, air panas 80 0 C

selama 2 menit.

2.5. Escherichia Coli

2.5.1. Defenisi Escherichia Coli

Escherichia coli adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram

negative. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini

dapat ditemukan dalam usus besar manusia. Kebanyakan Escherichia Coli tidak

berbahaya tetapi beberapa diantaranya seperti Escherichia Coli tipe 0157:H7 dapat

mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah

karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin, toksin ini bekerja dengan

cara menghilangkan sat basa adenine dari unit 28S Rrna sehingga menghentikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

sintetis protein. Escherichia Coli juga merupakan flora normal saluran pencernaan

manusia dan hewan. Sejak 1940 di Amerika Serikat telah ditemukan strain-strain

Escherichia Coli yang tidak merupakan flora normal saluran pencernaan. Strain

tersebut dapat menyebabkan diare pada bayi. Serotipe dan Escherichia Coli yang

dapat menyebabkan diare pada manusia disebut Escherichia Coli enteropatogenik.

Berdasarkan sifat patogenik dan produksi toksinnya, strain enteropatogenik

Escherichia Coli dapat dibedakan menjadi dua grup. Grup I terdiri dari strain yang

bersifat patogenik, tapi tidak dapat memproduksi toksin, sedangakan grup II

terdiri dari strain yang memproduksi enterotoksin, dan menyebabkan gejala

enterotoksigenik, menyerupai gejala penyakit kolera yang disebabkan oleh Vibrio

cholerae. Strain yang termasuk grup II ini disebut Escherichia Coli

enterotoksigenik dan merupakan bakteri penyebab diare yang banyak menyerang

bayi (anak-anak di bawah 2 tahun) (Supardi, 1999).

2.5.2. Sifat-sifat Escherichia Coli

Escherichia Coli dalam jumlah yang banyak bersama-sama tinja, akan

mencemari lingkungan. Escherichia Coli thermotoleran adalah strain Echerichia

Coli yang dapat hidup pada suhu biakan 44,5°C dan merupakan indikator

pencemaran air dan makanan oleh tinja. Escherichia Coli merupakan bakteri

batang gram negatif, tidak berkapsul, umumnya mempunyai fimbria dan bersifat

motile, kadang-kadang menyebabkan penyakit enteritis, peritonitis dan cisnitis.

Sel Escherichia Coli mempunyai ukuran panjang 2,0 - 6,0 µ dan lebar 1,1

- 1,5 µ, tersusun tunggal, berpasangan dengan flagella peritikus. Bakteri relatif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

sangat sensitif terhadap panas dan dapat dinonaktifkan pada suhu pasteurisasi

makanan atau selama pemasakan makanan (Supardi, 1999).

2.5.3. Ciri-ciri Umum Escherichia Coli

 Bentuk bulat cenderung ke batang panjang.

 Terdapat sendiri-sendiri,berpasang-pasangan dan rangkaian pendek

 Bergerak dengan menggunakan Flagella peritrik

 Tidak membentuk spora

 Gram negative

 Aerob,anaerob fakultatif

2.5.4. Sumber Penularan

Bakteri berkembang biak bila ada tempat yang memungkinkan untuk

melakukan perkembangbiakan. Tempat kolonisasi bakteri di dalam hospes

menentukan apakah dapat menular atau tidak, jadi konsep dapat menularnya

sebuah infeksi tergantung pada hidup mikroba dari sumber pembiakan sampai tiba

dalam hospes barunya. Untuk berpindah tempat bakteri membutuhkan reservoir,

reservoir terbagi atas dua yaitu reservoir hidup dan reservoir mati. Jalan masuk

utama bakteri ke dalam tubuh manusia melalui empat macam yaitu:

 Saluran napas.

Selama mikroorganism berda di saluran pernapasan maka dapat ditularkan

melaui sputum,air liur dan cairan hidung terutama saat batuk dan bersin.

 Saluran Cerna.

Tempat ini merupakan pintu masuk maupun keluar penyebab infeksi baik

secara langsung dari manusia ke manusia melalui tangan yang kotor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

maupun secara tidak langsung yaitu kontak dengan benda yang

terkontaminasi feaces ataupun malalui perantara hewan dan tumbuh-

tumbuhan yang sudah terkontaminasi.

 Kulit dan Mukosa

Gesekan yang disengaja atau tidak disengaja dapat menjadikan tempat

masuknya bakteri, meskipun kelihatan utuh namun terdapat luka kecil

pada kulit yang dapat dijadikan tempat berkembang biaknya bakteri

sehingga merusak jaringan kulit.

 Melalui Parental Rule.

Masuknya bakteri biasanya ditularkan melalalui agent dalam hal ini adalah

arthropoda.

2.5.5. Kelebihan dan Kekurangan Escherichia Coli

1. Kekurangan.

Kekurangan dari bakteri Escherichia Coli jika jumlahnya melebihi

kapasitas maka akan bersifat pathogen sehingga menyebabkan berbagai macam

penyakit, misalnya:

 Diare akut bahkan sampai diare berdarah

 Infeksi saluran kemih

 Kerusakan sel darah merah

 Gagal ginjal

 Pneumonia

 Meningitis pada bayi baru lahir

 Infeksi luka terutama pada bagian abdomen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

2. Kelebihan.

Selain dari kekurangan di atas Escherichia Coli juga memiliki kelebihan

yaitu bias dimanfaatkan untuk kesehatan manusia, manfaatnya adalah sebagai

berikut:

 Membantu tubuhuntuk memperoduksi vitamin K2

 Membunuh bakteri lain dalam saluran usus manusia

 Membantu saluran pencernaan dalam pembusukan sisa makanan

2.6. Tahu Goreng

2.6.1 Defenisi Tahu Goreng

Tahu goreng adalah makanan berbahan dasar kacang kedelai kemudian

digoreng yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat indonesia. Cara

mengkonsumsinya adalah dengan cara dipotong-potong menggunakan gunting

atau pisau kemudian ditambahkan bumbu atau sausnya beserta potongan

potongan cabai rawit. Tahu Goreng mengandung energy sebesar 32

kilokalori,protein 1,4 gram, karbohidrat 0,3 gram, lemak 2,8 gram, kalsium 21,2

miligram, fosfor 0 miligram, zat besi 0,13 miligram, selain itu dalam tahu goreng

juga terdapat vitamin A sebanyak 0,1 miligram. Hasil ini diperoleh dari penelitian

terhadap 25 gram tahu goreng yang dikonsumsi (Koswara, 1992).

2.6.2. Manfaat Tahu Goreng

 Mengandung Protein yang Tinggi

Tubuh manusia membutuhkan protein agar dapat berfungsi dengan baik.

Vegetarian bisa mendapatkan asupan protein nabati pada tahu atau produk

kedelai dan sayuran lainnya, selain kandungan protein tahu juga mengandung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

asam amino agar kesehatan menjadi optimal, mengkonsumsi daging merah

memiliki implikasi kesehatan yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit

namun tidak halnya dengan mengkonsumsi tahu, kondisi tersebut dapat dihindari.

 Sumber Protein untuk Penderita Asam Urat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa tahu adalah

sumber protein yang baik terutama untuk penderita rematik dan penderita

asam urat tinggi, namun orang-orang dengan penderita rematik dan asam

urat tidak diperbolehkan mengkonsumsi tahu maupun olahan kedelai

lainnya secara berlebihan.

 Rendah Kolesterol

Kadar kolesterol yang tinggi merupakan salah satu penyebab penyakit yang

berhubungan dengan jantung. Tahu dapat mengurangi kadar kolesterol

dalam tubuh, karena tahu akan menyerap minyak goreng dan cairan lain

yang terakumulasi dalam tubuh, tahu juga merupakan sumber lesitin dan

asam linoleat yang baik yaitu dapat membantu sistem metabolisme tubuh

dan mengikis kolesterol yang ada dalam tubuh.

 Memiliki Sifat Anti Kanker

Tahu mengandung isoflavon yang bermanfaat untuk mengurangi resiko

terkena kanker, penelitian tentang asupan kedelai menunjukkan bahwa

mengonsumsi tahu dapat mengurangi resiko kanker endometrium pada

wanita pasca menopause, studi lain menunjukkan bahwa perempuan pasca

menopause yang menderita kanker paru-paru dapat hidup lebih lama

dengan memasukkan tahu ke dalam diet mereka.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

2.6.3. Bahan-Bahan Pembuatan Tahu

Proses pembuatan tahu menentukan dua macam kelompok, yaitu kelompok

bahan utama dan kelompok bahan tambahan. Kedua kelompok ini saling

membutuhkan untuk menentukan cita rasa dan kualitas tahu nantinya. Kelompok

bahan utama sebagai berikut: kedelai kuning, bahan pengumpul seperti asam cuka

encer, dan air bersih, sedangkan yang termasuk bahan-bahan tambahan adalah

bahan pelunak, garam, pewarna, penyedap rasa, dan bahan pengawet.

2.6.4. Pembuatan Tahu

Secara umum cara pembuatan tahu terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap

persiapan, produksi serta tahap finishing (Suprapti, 2005):

1. Tahap Persiapan

Kegiatan pokok pada tahap persiapan meliputi persiapan bahan baku dan

persiapan bahan pengumpal antara lain:

a. Persiapan Bahan Baku

Agar proses pembuatan tahu dapat berjalan lancar, maka bahan baku perlu

dipersiapka terlebih dahulu. Urutan kerja persiapan bahan baku adalah sebagai

berikut.

- Pembersihan

Biji-biji kedelai dari pasar biasanya tercampur dengan berbagai kotoran,

misalnya krikil, butiran tanah, kulit ataupun batang kedelai. Agar tidak ikut

tergiling kotoran tersebut harus disisihkan terlebih dahulu. Kotoran yang

kering dan ringan (kulit dan batang kedelai) dapat dipisahkan dengan cara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

ditampi, sedangkan untuk menghilangkan kotoran yang berat misalnya krikil

dan butiran tanah harus dilakukan dengan tangan.

- Pengeringan

Tingkat kekeringan pada kedelai kering hanya cukup untuk memenuhi syarat

penyimpanan atau pengawetan, namun belum cukup untuk kedelai yang akan

diproses menjadi tahu. Pengeringan lanjut dapat dilakukan dengan cara

penjemuran ataupun pemanasan dalam oven pada suhu 400C – 600C. Tujuan

utama pengeringan biji kedelai adalah untuk mempermudah pelepasan kulit

kedelai saat proses penggilingan.

- Pemisahan Kulit

Setelah kedelai dikeringkan, maka pemisahan kulit kedelai akan mudah

dilakukan dengan cara menampinya.

- Pelunakan

Agar kedelai mudah hancur pada saat panggilingan dan dapat diperoleh sari

kedelai dalam jumlah maksimal, perlu dilakukan penambahan bahan pelunak

berupa soda kue. Larutan pelunak dibuat dengan mencampurkan soda kue ke

dalam air bersih mendidih dengan konsentrasi 5g/10 liter air bersih dan diaduk

agar seluruh soda kue larut. Untuk tiap 10kg kedelai kering diperlukan larutan

pelunak sebanyak ± 30 liter, apabila diperlukan, kedelai dapat dimasukkan

pada saat larutan pelunak masih mendidih dan dibiarkan beberapa saat.

- Pencucian dan Penirisan

Setelah kedelai mengembang dan cukup lunak, segera diangkat dari larutan

pelunak kemudian dicuci hingga bersih, soda kue yang masih tersisa akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

menimbulkan rasa pahit, maka kedelai tersebut harus ditiriskan. Kedelai tanpa

kulit yang telah lunak akan menghasilkan tahu yang kenyal dan dalam jumlah

yang maksimal, bahkan dimungkinkan tanpa menyisahkan ampas sama sekali.

b. Persiapan Bahan Pengumpul

Proses pembuatan tahu memerlukan bahan pengumpul untuk

mengumpulkan protein yang masih tercampur di dalam sari kedelai. Dengan

demikian diperoleh bubur tahu yang dapat dicetak. Bahan pengumpul dapat

berupa cuka encer dan kalsium sulfat. Untuk memilih bahan pengumpul yang

tepat perlu terlebih dahulu mengetahui daya guna, kemudahan penyediaan dan

penggunaannya serta keuntungan dari sisi ekonominya.

2. Tahap Proses Produksi

Untuk proses pengolahan kedelai menjadi produk tahu adalah sebagai berikut:

a. Kedelai Lunak Siap Pakai

Kedelai yang telah diperoses pada tahap persiapan telah menjadi kedelai lunak

siap pakai. Kedelai direndam beberapa saat kemudian langsung digilling.

b. Pembuatan Bubur Kedelai

Untuk mendapatkan sari kedelai, kedelai lunak harus dihancurkan terlebih

dahulu melalui proses penggilingan. Proses pembuatan bubur kedelai adalah

sebagai berikut:

 Penggilingan. Kedelai dapat digiling dengan meggunakann mesin penggiling

atau dengan gilingan batu. Selama proses penggilingan berlangsung harus

selalu dikucur air panas, hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bubur

kedelai antara lain:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

- Penggilingan kedelai dilakukan setelah proses pengupasan kulit

kedelai, dengan demikian penggilingan dapat dilakukan dengan lebih

mudah dan hasil yang diperoleh lebih halus.

- Selama proses penggilingan selalu dilakukan penyiraman dengan air

sedikit demi sedikit.

 Pengukuran Volume Bubur Kedelai. Hasil penggilingan berupa bubur kedelai

ditampung, kemudian volumenya diukur dengan menggunakan bak plastik.

 Pengenceran. Pengenceran bubur kedelai dilakukan dengan air bersih. Volume

air bersih yang ditambahkan sama dengan volume bubur kedelai sama dengan

volume bubur kedelai yang akan diencerkan. Pengadukan perlu dilakukan

agar pencampuran terjadi secara merata.

c. Perebusan Bubur Kedelai

Perebusan bubur kedelai memerlukan api besar sehingga digunakan kompor

brander. Dalam perebusan ini dilakukan proses pendidihan sebanyak dua kali,

pada saat terdapat busa pada permukaan bubur kedelai (pendidihan pertama ),

segera disiramkan air bersih secukupnya secara merata diseluruh permukaan,

dengan demikian busa tersebut tidak akan meluap ke luar namun akan turun

kembali, sementara api tetap menyala besar. Pada saat timbul busa lagi untuk

kedua kalinya, berarti perebusan bubur kedelai sudah cukup dan api dapat

dimatikan.

d. Penyaringan

Bubur kedelai dalam konndisi panas akan disaring dengan saringan gantung

yang terbuat dari kain. Cairan sari kedelai hasil penyaringan akan tertampung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

dalam bak pengumpulan. Ampas diperoleh setelah dibilas dan diperas kuat.

Ampas tersebut masih mengandung 10% - 17% protein, sehingga sayang apabila

tidak dimanfaatkan. Ampas yang dihasilkan dikumpulkan jadi satu dan masih

dapat dimanfaatkan untuk pembuatan oncom dan makanan ternak.

e. Pengumpalan Protein Sari Kedelai

Cairan sari kedelai yang masih panas ( ± 700C ) dicampur pelan-pelan dan

sedikit demi sedikit dengan bahan penggumpal yang sudah disiapkan

sebelumnya.

f. Pencampuran Bahan Tambahan.

Bahan tambahan ( garam, pengawet dan flavor sintetis ) segera dituangkan

sedikit demi sedikit ke dalam bubur kedelai sambil diaduk agar bercampur rata.

Kegiatan pencampuran ini dilakukan secara cepat sebelum suhu bubur kedelai

mengalami penurunan suhu di atas 600C agar bubur kedelai dapat dengan mudah

dicetak.

g. Pencetakan Tahu

Dalam keadaan panas, pencetakan bubur harus segera dilakukan. Pencetakan

tersebut dilakukan secara berikut:

- Cetakan disiapkan

- Kain saring diletakkan di atas cetakan secara merata hingga seluruh

permukaan cetakan tertutup kain sarung.

- Bubur tahu dalam keadaan panas dituangkan hingga penuh ke atas cetakan

yang telah dilapisi kain saring, setelah penuh sisi kain saring

ditangkupkan hingga menutup permukaan bubur tahu dalam cetakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

- Alat pemberat diletakkan di atas bubur tahu dalam cetakan agar sebagian

dari cairan tahu terperas ke luar dan tahu yang diihasilkan cukup keras dan

biarkan bubur tahu dalam cetakan selama 10-15 menit atau sampai cukup

keras dan tidak hancur apabila diangkat.

- Alat pemberat diambil dan kain saring dibuka tahu dapat dipotong sesuai

ukuran yang dikehendaki ( bila cetakannya berupa lempengan ). Potongan

tahu direndam dengan air dingin dalam bak yang terbuat dari logam yang

tahan karat dan selanjutnya dapat didistribusikan.

3.Tahap Finishing.

Kegiatan pada tahap finishing pada dasarnya meliputi beberapa kegiatan

berikut, seperti pewarnaan, penambahan bahan pengawet, pengemasan,

pasteurisasi dan penggorengan, namun tidak semua jenis tahu memerlukan

seluruh kegiatan finishing tersebut.

2.6.5. Syarat Kualitas Tahu

Tahu merupakan pekatan protein kedelai dalam keadaan basah.

Komponen terbesarnya terdiri atas air dan protein. Berdasarkan Standar Industri

Indonesia (SSI ) No. 0270-80, ditetapkan persyaratan mengenai standar kualitas

tahu. Standar kualitas tahu dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Air

Air yang digunakan dalam proses pengolahan dan pengawetan makanan serta

minuman, baik yang digunakan secara langsung (ditambahkan dalam produk)

maupun tidak langsung (digunakan dalam proses pencucian dan perendaman)

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

- Tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau

- Bersih dan jernih

- Tidak mengandung logam/bahan kimia berbahaya

2. Protein

Komponen utama yang menentukan kualitas produk tahu adalah

kandungan proteinnya. Dalam Standar Mutu Tahu ditetapkan kadar minimal

protein dalam tahu yakni sebesar 9% dari berat tahu.

3. Logam Berbahaya

Logam berbahaya ( Pb, Mg, Zn ) yang terkandung dalam tahu dapat

berasal dari air yang tidak memenuhi syarat standar air minum serta peralatan

yang digunakan terutama alat penggilingan.

4. Bau dan Rasa

Adanya penyimpangan bau dan rasa menandakan telah terjadinya

kerusakan ataupun pencemaran oleh bahan lain.

5. Lendir dan Jamur

Keberadaan lendir dan jamur pada tahu menandakan adanya kerusakan

atau pembusukan pada tahu.

2.6.6. Jenis Tahu

Tahu diperdagangkan dengan berbagai bentuk, ukuran dan nama. Selain

tahu biasa, di pasar juga dikenal dengan berbagai tahu komersial yang sudah

memiliki nama dan berciri khas, misalnya tahu Sumedang, Bandung dan tahu

cina (Sarwono).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

1. Tahu Sumedang

Tahu sumedang disebut juga tahu pong atau tahu kulit. Tahu ini merupakan

lembaran-lembaran tahu putih setebal 3 cm dengan tekstur lunak dan kenyal.

Tahu sumedang ini disimpan dalam wadah yang telah berisi air. Tahu putih

yang siap biasanya dipotong-potong biasanya sebelum digoreng. Tahu

sumedang biasanya dikonsumsi sebagai makanan ringan dan dilalap dengan

cabe rawit.

2. Tahu Bandung

Tahu Bandung berbentuk persegi (kotak), tekstur agak keras dan kenyal,

warnanya kuning karna sebelumnya telah direndam air kunyit. Tahu digoreng

dengan mengoleskan sedikit minyak di wajan. Tahu ini enak dimakan dengan

lalap cabai rawit.

3. Tahu Cina

Tahu cina berupa tahu putih, teksturnya lebih padat, halus dan kenyal

dibandingkan tahu biasa. Ukuranya sekitar 12 cm x 12 cm x 8 cm. Ukuran dan

bobot relatif seragam karena proses pembuatannya di cetak dan di proses

dalam mesin. Dalam pembuatannya, diguanakan sioko (kalsium sulfat) sebagai

bahan penggumpal protein sari kedelainya.

4. Tahu Kuning

Tahu kuning mirip tahu cina, bentuknya tipis dan lebar, warnanya kuning

dikarenakan sepuhan atau larutan sari kunyit. Tahu ini banyak digunakan

dalam masakan cina.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

5. Tahu Takwa

Tahu takwa merupakan khas Kediri, Jawa Timur. Kalau ditekan, tahunya

terasa padat. Prosesnya pembuatannya hampir sama dengan tahu yang lainnya.

6. Tahu Sutera

Tahu ini sangat lembut dan lunak sehingga sangat mudah sekali rusak, namun

sekarang produknya sudah lebih tahan lama.

2.7. Makanan dan Hubungannya dengan Penyakit

Menurut Entjang (1993) untuk memelihara kesehatan masyarakat perlu

pengawasan terhadap pembuatan dan penyediaan bahan-bahan makanan dan

minuman agar tidak membahayakan kesehatan masyarakat. Hal-hal yang dapat

membahayakan tersebut antara lain:

- Zat-zat kimia yang bersifat racun.

- Bakteri pathogen dan bibit penyakit lainnya.

- Parasit yang berasal dari hewan.

- Tumbuh-tumbuhan yang beracun.

Menurut Anwar (1989), peranan makanan sebagai perantara penyebaran

penyakit dan keracunan makanan. Dalam hubungan dengan penyakit dan

keracunan, makanan dapat berperan sebagai:

1. Agent/penyebab

2. Vehicle/pembawa

3. Media/tempat timbulnya bibit penyakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

1. Makanan sebagai Agent.

Dalam hubungannya dengan penyakit, keracunan makanan dapat berperan

sebagai agent penyakit, misalnya Jamur, Ikan dan tumbuh-tumbuhan lain yang

secara alamiah memang mengandung zat racun. Contoh makanan yang

mengandung racun adalah tempe bongkrek, singkong, jengkol dan ikan.

a. Keracunan tempe bongkrek dengan gejala berupa sakit kepala rasa mual,

muntah-muntah, mencret, kepala pusing, mulut berbuih, timbul kejang

kejang oliguria sampai anuria, pingsan, bahkan sampai kematian.

b. Keracunan singkong dengan gejala mual sampai dengan muntah, kadang-

kadang diare, sesak napas, kesadaran menurun, pingsan, badan terasa

dingin, nadi kecil dan cepat.

c. Keracunan jengkol dengan gejala sakit perut yang angat, napas dan urine

berbau jengkol, oliguria serta ada kristal putih pada urine

d. Keracunan ikan dengan gejala mula mula penderita biru (cyanose) napas

cepat, nadi cepat lemah, bicara tidak jelas, ludah banyak, pemandangan

ganda, lambung panas dan jari-jari gemetar.

2. Makanan Sebagai Vehicle.

Makanan sebagai vehicle (pembawa) penyebab penyakit seperti bahan

kimia atau parasit yang ikut termakan bersama makanan dan juga berupa

mikroorganisme yang pathogen serta bahan radio aktif.

3. Media sebagai Tempat Timbulnya Penyakit.

Apabila terjadi kontaminasi meski dalam jumlah yang kecil namun pada

waktu dan suhu yang cukup maka bisa menyebabkan wabah yang serius.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Berdasarkan kestabilannya, makanan dibagi menjadi 3 golongan, yaitu makanan

yang sukar membusuk, bisa membusuk dan mudah membusuk. Makanan akan

disukai bakteri jika kelembabannya cocok sesuai dengan suhu pertumbuhan

bakteri dan makanan yang mengandung kadar protein tinggi merupakan media

yang baik bagi perkembangbiakan bakteri.

Menurut Slamet (1994) beberapa penyakit bawaan makanan yang masih

sering sekali terjadi di Indonesia disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa.

Makanan dapat terkontaminasi karena berbagai hal, antara lain:

a. Mengolah makanan dengan tangan kotor.

b. Memasak sambil bermain dengan hewan peliharaan.

c. Menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja dan peralatan lainnya.

d. Makanan disimpan tanpa diberi penutup sehingga agent (Tikus) dapat

menjangkaunya

e. Makanan yang sudah dan belum dimasak disimpan ditempat yang sama.

f. Makanan dicuci dengan menggunakan air kotor

g. Sayur dan buah-buahan yang ditanam pada tanah yang terkontaminasi.

h. Pengolah makanan sebagai carrier penyakit.

2.8. Macam-macam Penyakit melalui Makanan ( Food Borne Disease )

Menurut Anwar (1989), penyakit ditularkan melalui makanan dapat

digolongkan menjadi beberapa jenis penyebab, antara lain:

1. Penyakit Infeksi.

Disebabkan oleh mikroorganisme pathogen yang masuk ke dalam tubuh

melalui makanan. Manifestasinya tidak tergantung pada makanan yang dimakan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

karena makanan hanya sebagai vehicle. Letusan penyakit ini biasanya disebabkan

oleh cara memasak yang kurang sempurna dan bahan makanan yang tidak

dipasteurisasi.

2. Keracunan Makanan.

Keracunan makanan adalah terkontaminasinya makanan atau adanya

tambahan makanan yang bersifat toxin, bisa juga disebabkan oleh zat toxin yang

terdapat secara alami pada makanan itu sendiri. Gejala keracunan makanan

ditandai dengan pusing, mual, diare dan kejang perut yang timbul segera atau

beberapa saat setelah mengkonsumsi makanan tersebut, parah atau tidaknya

gejala yang ditimbulkan tergantung pada jumlah yang dimakan. Keracunan

makanan disebabkan oleh Staphy loccus.

Keracunan ini disebabkan oleh enterotoxin yang diproduksi oleh strain

tertentu, gejalanya berupa mual, muntah dan diare. Gejala timbul dalam waktu

biasanya 2-4 jam, sedangkan pencegahannya yaitu menyimpan makanan pada

suhu yang rendah, memanaskan makanan sampai suhu yang tinggi, sisa makanan

dibuang atau disimpan dalam lemari es dan tenaga penjamah tidak menderita

infeksi pada kulit, tangan, pernapasan serta mencuci tangan sebelum bekerja.

Bakteri ini terdapat pada tanah, debu, hewan maupun manusia, penyakit

yang ditimbulkan adalah gastroantritis (gangguan saluran pencernaan). Gejala

yang ditimbulkan adalah kejang perut akut, diare kadang-kadang disertai

dehidrasi dan lemah. Waktu inkubasi adalah antara 6 sampai 24 jam (rata-rata 8-

12 jam), gejala penyakit akan hilang setelah 1 hari. Menurut Winarno dan Jenie

(1981) yang dikutip oleh Purnawijayanti (1999), pencegahannya dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

dengan pendinginan yang cepat dan memadai dari daging dan makanan lain yang

telah dimasak, menjaga makanan tatap panas di atas suhu 60 oC dan penerapan

hygiene perorangan yang terlibat dalam penanganan makanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

2.9. Kerangka Konsep

Memenuhi
syarat

Pemeriksaan Uji
E.coli Laboratorium

Tidak
Memenuhi
Syarat
Tahu
Goreng

A. Hygiene Sanitasi
Penjual Tahu
Goreng
B. Prinsip hygiene
Memenuhi
sanitasi makanan.
Syarat
1) Pemilihan
bahan
makanan.
2) Penyimpanan
bahan makanan.
Depkes RI
3) Pengolahan
Tahun
bahan
2000
makanan.
4) Penyimpanan
makanan.
5) Pengangkutan Tidak
makanan. Memenuhi
6) Penyajian Syarat
makanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif untuk melihat

hygiene sanitasi penjual tahu goreng dan pemeriksaan keberadaan Escherichia

Coli pada tahu goreng yang dijual di Jalan Avros Kelurahan Kampung Baru

Kecamatan Medan Maimun Tahun 2016.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan

Maimun tahun 2016. Adapun alasan penulis memilih lokasi ini sebagai tempat

penelitian karena tempat ini menjadi jalan alternatif bagi pengguna kendaraan

bermotor roda dua, tiga dan empat dari Jalan Brigjen Katamso menuju Titi

Kuning sehingga volume kendaraan cukup banyak dan tidak tersedianya MCK (

mandi,cuci kakus) bagi penjual di tempat mereka berjualan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2016,

termasuk pengambilan data-data pendukung lainnya.

3.3. Populasi Dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penjual tahu goreng di

Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun.

37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38

3.2.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh penjual tahu goreng di jalan

Avros Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun dengan metode total

sampling yaitu sebanyak 6 penjual tahu

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Melalui observasi lapangan dengan melihat hygiene sanitasi penjual tahu

goreng dan melakukan wawancara dengan menggunakan bantuan kuisioner.

3.4.2. Data Sekunder

Diperoleh dari penjual tahu goreng di Kelurahan Kampung Baru

Kecamatan Medan Maimun.

3.5. Defenisi Operasional.

1. Tahu goreng adalah suatu produk yang terbuat dari hasil penggumpalan

protein yang berbahan dasar kedelai berbentuk petak, sebelum digoreng

direndam dengan zat pewarna alami seperti air perasan kunyit kemudian

digoreng, teksturnya lembek dan pada umumnya berwarna coklat muda. Cara

mengkonsumsinya adalah dengan cara dipotong-potong menggunakan

gunting kemudian ditambahkan bumbu atau saus beserta potongan_potongan

cabai rawit.

2. Escherichia coli merupakan salah satu jenis spesies utama bakteri gram

negatif yang termasuk dalam famili enterobacteriacea, berbentuk batang dan

tidak membentuk spora. Bakteri ini merupakan flora normal saluran

pencernaan manusia dan hewan. Pada umumnya bakteri ini hidup pada tinja,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

dan dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti diare, muntaber dan

masalah pencernaan lainnya.

3. Pemilihan bahan baku adalah semua bahan baik terolah maupun tidak,

termasuk bahan tambahan makanan yang digunakan dalam proses pembuatan

tahu goreng.

4. Penyimpanan bahan baku adalah meletakkan bahan makanan menurut

jenisnya dengan aturan FIFO (First In First Out), persyaratan saniatasi tempat

penyimpanan makanan, suhu penyimpanan serta lamanya penyimpanan di

wadah penyimpanan makanan.

5. Pengolahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam pengolahan bahan

makanan dengan memperhatikan tempat pengolahan, peralatan memasak dan

cara penjamah dalam pengolahan makanan.

6. Penyimpanan makanan masak adalah menyimpan dan menempatkan

makanan yang telah jadi dengan memperhatikan prinsip penyimpanan

sementara pada ruang penyimpanan makanan jadi dengan memperhatikan

kebersihan tempat dan wadah penyimpanan.

7. Pengangkutan Makanan adalah memindahkan makanan dari tempat

penyimpanan ke tempat penyajian makanan dengan memperhatikan

penggunaan alat dan kebersihannya.

8. Penyajian/Pengemasan Makanan adalah penyajian tahu goreng dengan

menggunakan wadah plastik, tentunya plastik yang bersih dan tidak

meniupkan udara ke dalam ke dalamnya sebelum digunakan untuk wadah

tahu goreng.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

3.1. Aspek Pengukuran

Aspek pengukurannya adalah melihat gambaran hygiene sanitasi penjual

tahu goreng di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun yang

meliputi pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengelolaan

makanan, pengangkutan makanan dan penyajian makanan serta fasilitas sanitasi

yang tersedia.

3.6.1. Hygiene Sanitasi Penjual Tahu Goreng

Untuk mengetahui Hygiene sanitasi penjual tahu goreng dilakukan dengan

menggunakan kuesioner dan observasi berupa pertanyaan mengenai 6 prinsip

hygiene sanitasi makanan yaitu:

1. Pemilihan bahan baku.

2. Penyimpanan bahan baku.

3. Pengolahan makanan.

4. Penyimpanan bahan makanan.

5. Pengangkutan makanan masak.

6. Penyajian makanan.

Kemudian mengaju pada dua kategori jawaban, yaitu “ya” dan “tidak”.

Dengan pengukuran bahwa jika semua jawaban “ya” dari setiap kriteria penilaian

maka memenuhi syarat sesuai dengan KepBPOM RI Tahun 2003 dan Depkes RI

Tahun 2000 dan jika salah satu dari setiap kriteria penilaian menjawab “tidak”

maka tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan KepBPOM RI Tahun 2003

dan Depkes RI Tahun 2000.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

3.6.2. Cara Pengambilan Sampel Tahu Goreng

- Sebelum mengambil sampel, tangan peneliti terlebih dahulu distrilkan

kemudian menggunakan sarung tangan seteril untuk menghindari

kontaminasi dari luar

- Siapkan penjepit yang sudah dstrilkan.

- Ambil sampel secara acak sebanyak 5 sampel tahu goreng dengan bera

tmasing-masing 200 gram

- Setelah itu masukkan sampel ke dalam plastik seteril yang tertutup, jika

menggunakan kantong plastik seteril, cara membukanya tidak boleh ditiup.

- Plastik sampel diberikan label yaitu nomor sampel, tanggal pengambilan,

lokasi pengambilan serta nama petugas.

- Kemudian masukkan ke dalam termos es untuk dibawa ke laboratorium.

- Bawa sampel dengan membawa surat pengantar.

Pengangkutan sampel ke laboratorium dengan menggunakan kenderaan bermotor

tidak boleh dari 8 jam untuk diperiksa.

3.6.3. Cara Penanganan dan Pengiriman Sampel Tahu Goreng

Wadah sampel yang berisi makanan padat diberi tanda pengenal atau label

yang mencantumkan:

- Jenis spesimen atau sampel.

- Asal lokasi spesimen atau sampel.

- Nomor/kode sampel

- Tanggal pengambilan sampel

- Jenis transportasi yang digunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

- Pemeriksaan yang diminta.

- Nama petugas pengambil sampel.

- Sampel harus tiba di laboratorium dalam waktu 30 menit setelah

pengambilan.

- Siapkan 6 tabung reaksi steril, susun pada rak tabung, masing masing

tabung secara berurutan dengan tada 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, 10-6, pada

bagian atas sebagai kode pengenceran dan tanggal pemeriksaan.

- Siapkan juga 7 petridish, pada 6 petridish diberi tanda pada bagian

belakangnya sesuai dengan kode pengenceran dan yang satu ditulis

sebagai kontrol.

- Tabung pertama sampai dengan ke-enam diisi dengan 9 ml Garam Buffer

Fosfat.

- Dikocok bahan specimen hingga homogen, ambil 1 ml masukkan pada

tabung pertama dengan pipet, dibuat sampai homogen.

- Dipindahkan 1 ml bahan dari tabung pertama ke dalam tabung keua

dengan menggunakan pipet, dibuat sampai homogen.

- Kemudian ke dalam masing-masing petrish dituangkan MCA, dilakukan

sampai tabung keenam.

- Dari masing-masing tabung di atas dimulai dari tabung ke-enam

menggunakan pipet steril dan diambil masing masing 1 ml dimasukkan ke

dalam petridish sesuai dengan kode pengenceran yang sama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

- Kemudian ke dalam masing-masing petridish dituangkan MAC (Media

Agar Conkay) cair yang telah dipanaskan pada water bath ± 45 0C

sebanyak 15 atau 20 ml.

- Dimasukkan ke dalam inkubator 370C selama 2 x 24 jam dalam keadaan

terbali.

3.6.4. Alat dan Bahan

- Sampel makanan

- Termos es

- Tas lapangan

- Alkohol 70%

- Kapas

- Kertas label

- Alat tulis

- Tabung reaksi

- Rak tabung reaksi

- Cawan petri

- Timbangan

- Blender

- Pipet ukur

- Erlenmeyer

- Inkubator

- Lampu flambir

- Korek api

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

- Coloni counter

- NacL 0,9%

- Media agar

- Lembar observasi

- Botol sampel

3.6.5. Cara Pemeriksaan Escherichia Coli

Sampel yang telah dibeli dari ke-enam pedagang langsung dibawa ke Balai

Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Provinsi

Sumatera Utara.

Prinsip yang dipakai dalam penetapan bakteri Escherichia coli adalah

menghitung pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi. Ada dua metode pada

pemeriksaan bakteri Escherichia Coli yaitu :

1. Metode Most Probable Number (MPN)

2. Metode Membran Filter (MF )

1. Metode Most Probable Number (MPN)

Pemeriksaan (MPN) dilakukan dengan metode tabung ganda yang terdiri dari:

a. Test Perkiraan (Presumptive Test)

b. Test Penegasan (Confirmative Test)

 Test Perkiraan (Presumptive Test)

Media yang digunakan adalah Lactose Broth (LB).

Cara Pemeriksaan :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

1. Siapkan tabung reaksi yang masing-masing berisi media lactose broth

sebanyak 10 ml. tabung disusun pada rak tabung reaksi, masing-

masing tabung diberi tanda sebagai berikut :

a. Nomor urut

b. Tanggal pemeriksaan

c. Volume

2. Dengan pipet steril ambil bahan pemeriksaan yang telah disiapkan.

Masukkan kedalam :

- Tabung 1 s/d 5 masing-masing sebanyak 10 ml

- Tabung ke 6 sebanyak 1 ml

- Tabung ke 7 sebanyak 0,1 ml

- Masing-masing tabung tersebut digoyang-goyang agar spesimen

dan media tercampur.

3. Inkubasi pada suhu 35-370C selama 24 jam. Setelah 24 jam diperiksa

ada tidaknya pembentukan gas pada tabung durham.

4. Catat semua tabung yang menunjukkan peragian Lactose

(pembentukan gas).

- Bila terbentuk gas pada tabung dinyatakan positif (+), dan

dilanjutkan dengan test penegasan.

- Apabila test dalam waktu 24 jam tidak membentuk gas,

dimasukkan ke inkubator kembali pada suhu 37 0C selama 24 jam.

Bila terbentuk gas pada tabung durham, hasil menunjukkan positif

(+) dan test dilanjutkan dengan test penegasan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

- Bila tes negative (-) berarti Escherichia Coli negatif (-) dan tidak

perlu dilakukan tes penegasan.

 Tes Penegasan (Confirmative Test)

Media yang digunakan adalah Briliant Green Lactose Broth (BGLB) 2%.

Tes ini untuk menegaskan hasil positif dari test perkiraan.

Cara pemeriksaan :

1. Dari tiap-tiap tabung presumptive yang positif, dipindahkan 1-2 ose ke

dalam tabung confirmative yang berisi 10 ml BGLB 2%.

2. Satu seri tabung BGLB 2% diinkubasikan pada suhu 35-370C selama

24-48 jam untuk memastikan adanya E. coli dan satu seri yang lain

diinkubasikan pada 440C selama 24 jam untuk memastikan adanya

coliform tinja.

3. Pembacaan dilakukan setelah 24-48 jam dengan melihat jumlah tabung

BGLB 2% yang menunjukkan positif gas.

2. Metode Membran Filter (MF)

Metode membran filter prinsipnya adalah pertumbuhan bakteri pada

permukaan membran filter. Hal ini disebabkan sampel air yang akan diperiksa

sebelumnya disaring dengan membran filter, kemudian partikel yang lebih besar

dari pori-pori (membran filter yang terbuat dari bahan sellulose dengan ukuran

garis tengah pori 0,34 mikron) akan bertahan pada permukaan atas membran

(Chandra, 2007).

Selanjutnya membran filter tersebut ditanam pada media selektif lalu

diinkubasi. Interpretasi hasil dari metode ini ditunjukkan dengan pertumbuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

koloni bakteri pada permukaan atas membran yang dapat dilihat dan dihitung

jumlahnya.

Metode ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain :

a) Hasil sebagai jumlah koloni dapat diperoleh lebih cepat dapat ditaksir

kurang dari 24 jam

b) Mengurangi pekerjaan, perlengkapan tertentu dan barang-barang dari

gelas

c) Metode ini memberikan hasil yang langsung

d) Mudah dipergunakan di laboratorium atau mungkin di lapangan jika

dipergunakan peralatan yang mudah dibawa (portable)

Keterbatasan-keterbatasannya adalah :

a. Kekeruhan yang tinggi akan mempengaruhi proses penyaringan yang

menghasilkan endapan pada membran yang terdapat pertumbuhan

bakteri

b. Hadirnya sejumlah non coliform yang relatif banyak akan

mempengaruhi perhitungan coli

c. Di daerah pedesaan akan sulit diperoleh saringan membran yang cocok

dan harga mungkin lebih mahal

d. Air yang mengandung bahan beracun tertentu yang bisa diserap oleh

membran akan dapat mempenguruhi pertumbuhan golongan

Escherichia Coli

media pembenihan yang cocok pada suhu ± 37 0C dan ± 440C selama

24-48 jam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

3.6.6. Pembacaan Hasil Laporan

- Hitung jumlah koloni yang tumbuh pada tiap petridish.

- Koloni-koloni yang bergabung menjadi satu atau membentuk satu garis

tebal dihitung sebagai satu koloni kuman.

- Hitung jumlah koloni yang tumbuh pada petridish kontrol, bila jumlah

koloni pada petridish kontrol lebih dari 10, pemeriksaan harus diulang

karena sterilisasi dianggap tidak berhasil atau kurang baik.

- Perhitungan akan dilaksanakan pada petridish yang menghasilkan jumlah

koloni 30 - 300 dan kurang dari 10, jika terdapat jumlah koloni di bawah

30 maka dilaporkan angka kuman E. Coli ˂30/gram.

3.7. Analisa Data

Sesuai dengan jenis penelitian, maka analisa terhadap data yang dikumpul

mengacu pada Depkes RI Tahun 2000 tentang enam prinsip hygiene dan sanitasi

makanan serta KepBPOM Tahun 2003 tentang persyaratan tempat pengolahan

makanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan

Maimun.

Adapun batas wilayah Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun adalah sebagai

berikut:

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor

4. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat

Berdasarkan data yang diperoleh didapat jumlah penduduk pada tahun 2016

sebanyak 7.052 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 2.715 KK

dengan rincian 1.512 perempuan dan 1.203 laki-laki.

4.2. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh penjual tahu goreng di

Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun yang berjumlah 6 orang.

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin,

pendidikan, lokasi berjualan, tahun awal berjualan, dan lama berjualan/hari. Hasil

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis


Kelamin, Pendidikan, Lokasi Berjualan, Tahun Awal Berjualan,
Lama Berjualan/Hari Di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan
Medan Maimun Tahun 2016

No. Karakteristik Jumlah Persentase


(orang) (%)
1. Umur
21 tahun 1 16,7
25 tahun 1 16,7
32 tahun 1 16,7
43 tahun 1 16,7
47 tahun 1 16,7
53 tahun 1 16,7
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 2 33,3
Perempuan 4 66,7
3. Pendidikan
SMP 2 33,3
SMA 4 66,7

4. Tahun Awal Berjualan


Mei 2011 1 16,7
Juni 2012 1 16,7
Juli 2014 1 16,7
Februari 2016 1 16,7
Agustus 2016 1 16,7
November 2016 1 16,7
5. Lama Berjualan/hari
9 jam/hari 4 66,7
10 jam/hari 2 33,3

Berdasarkan tabel 4.1. diatas menunjukkan bahwa proporsi umur untuk

setiap satu orang penjual tahu goreng adalah (16,7%) karena tidak terdapat umur

yang sama. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi berjenis kelamin perempuan lebih

banyak yaitu sebanyak 4 orang (66,7%) dibandingkan dengan yang berjenis

kelamin laki-laki hanya 2 orang (33,3%). Berdasarkan pendidikan terakhir,

proporsi pendidikan terakhir responden tertinggi adalah SMA yaitu sebanyak 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

orang (66,7%) dan terendah SMP yaitu sebanyak 2 orang (33,3%). Berdasarkan

tahun awal berjualan, proporsi tahun awal berjualan masing-masing penjual

adalah (16,7%) disebabkan para penjual tahu goreng memulai usaha dagangnya

ditahun yang berbeda-beda. Berdasarkan lama berjualan/hari, proporsi lama

berjualan/hari responden tertinggi adalah 9 jam/hari sebanyak 4 orang (66,7%)

dan terendah 10 jam/hari yaitu sebanyak 2 orang (33,3%).

4.3. Hygiene Sanitasi Penjual Tahu Goreng

Penilaian hygiene sanitasi penjual tahu goreng dilakukan dengan

wawancara dan observasi kepada responden. Berdasarkan hasil penelitian variabel

hygiene sanitasi penjual dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2. Distribusi Hygiene Sanitasi Penjual Tahu Goreng Di Kelurahan


Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2016

Ya Tidak
No. Hygiene Sanitasi Penjual Tahu Goreng
n % N %
1. Apakah bapak/ibu mencuci tangan sebelum melakukan 6 100,0 0 0
pengolahan makanan
2. Apakah bapak/ibu pada saat mengolah makanan 6 100,0 0 0
menggunakan alat bantu (penjepit makanan)
3. Apakah bapak/ibu pada saat bekerja memakai celemek 3 50,0 3 50,0
4. Apakah bapak/ibu pada saat bekerja memakai penutup 4 66,7 2 33,3
kepala
5. Apakah bapak/ibu pada saat bekerja memakai sepatu 1 16,7 5 83,3
dapur
6. Apakah bapak/ibu merokok sambil bekerja 1 16,7 5 83,3
7. Apakah bapak/ibu menggunakan perhiasan saat bekerja 6 100,0 0 0
(cincin, gelang serta jam tangan)
8. Apakah bapak/ibu sesudah keluar dari kamar mandi 5 83,3 1 16,7
mencuci tangan pakai sabun
9. Apakah bapak/ibu memakai pakaian kerja yang bersih 2 33,3 4 66,7
dan sarung tangan saat berjualan

Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui bahwa mayoritas responden

mencuci tangan sebelum melakukan pengolahan makanan dan menggunakan alat

bantu (penjepit makanan) saat mengolah makanan masing-masing yaitu sebanyak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

6 orang (100,0%), akan tetapi responden masih banyak yang menggunakan

perhiasan saat bekerja (cincin, gelang serta jam tangan) yaitu sebanyak 6 orang

(100,0%) serta belum memakai celemek dan pakaian yang bersih saat berjualan

tahu goreng yaitu sebanyak 2 orang (33,3%). Sesuai dengan hasil tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa hygiene sanitasi penjual tahu goreng belum memenuhi

standart hygiene sanitasi makanan dan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3. Distribusi Hygiene Sanitasi Penjual Tahu Goreng Di Kelurahan


Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun 2016

No. Hygiene Sanitasi Penjual Tahu Jumlah Persentase


Goreng (Orang) (%)
1. Tidak memenuhi syarat 6 100,0
2. Memenuhi syarat 0 0
Jumlah 6 100,0

Dari Tabel 4.3. diketahui bahwa semua responden di Kelurahan Kampung

Baru Kecamatan Medan Maimun memiliki hygiene sanitasi yang tidak memenuhi

syarat yaitu sebanyak 6 orang (100,0%).

4.4. Hygiene Sanitasi Makanan

Distribusi responden berdasarkan pemilihan bahan makanan, penyimpanan

bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan jadi, pengangkutan

makanan, dan penyajian makanan di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan

Medan Maimun dapat dilihat pada tabel 4.4 hingga tabel 4.10 berikut ini :

4.4.1. Pemilihan Bahan Baku Tahu Goreng

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada penjual tahu

goreng dalam pemilihan bahan baku tahu dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Tabel 4.4. Distribusi Penjual Tahu Goreng Berdasarkan Pemilihan Bahan


Baku Tahu Goreng Yang Dijual di Kelurahan Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2016

Ya Tidak
No. Pemilihan Bahan Baku Tahu Goreng
n % N %
1. Bahan makanan yang digunakan dalam keadaan 6 100,0 0 0
segar, utuh dan tidak busuk
2. Bahan makanan dibeli ditempat yang telah diawasi 2 33,3 4 66,7
oleh pemerintah (pasar, swalayan dan supplier
berijin)
3. Bahan makanan bebas dari vector dan pencemaran 2 33,3 4 66,7
kimia seperti pestisida

Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa pemilihan bahan baku tahu goreng

menggunakan bahan makanan yang masih segar, utuh,dan tidak busuk (100,0%)

diperoleh dari pasar yang diawasi pemerintah sebanyak 2 orang (33,3.%) dan

diperoleh dari pasar yang tidak diawasi pemerintah sebanyak 4 orang (66,7%).

Mengenai vektor dan adanya pencemaran terhadap makanan, mayoritas penjual

tahu goreng menggunakan bahan makanan yang bebas dari kedua-duanya yaitu

sebanyak 4 orang (66,7%).

4.4.2. Penyimpanan Bahan Baku Tahu Goreng

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan mengenai penyimpanan bahan

baku tahu goreng yang dilakukan oleh penjual tahu goreng dapat dilihat dalam

tabel 4.5 berikut ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Tabel 4.5. Distribusi Penjual Tahu Goreng Berdasarkan Penyimpanan


Bahan Baku Tahu Yang Dijual di Kelurahan Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2016

Ya Tidak
No. Penyimpanan Bahan Baku Tahu Goreng
n % N %
1. Penyimpanan bahan makanan seperti tahu, garam 2 33,3 4 66,7
dan minyak disimpan di tempat yang bersih dan
terpisah
2. Penyimpanan bahan baku harus sesuai dengan suhu 6 100,0 0 0
penyimpanan yaitu berkisar 4C-10C
3. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis dan 0 0 6 100,0
bahan makanan yang disimpan lebih awal
digunakan terlebih dahulu dan sebaliknya (First In
First Out)
4. Tempat penyimpanan tahu tertutup sehingga 1 16,7 5 83,3
terhindar dari serangga dan vector penyakit

Berdasarkan tabel 4.5 diatas bahwa semua pedagang (100,0%) menyimpan

bahan baku pembuaatan tahu goreng seperti tahu dan sayuran pada suhu 4-5oC

dan masih banyak pedagang yang menyimpan bahan baku ditempat yang tidak

terpisah dan tidak ditempat yang bersih sebanyak 4 orang (66,7%), di samping itu

belum ada responden yang menyimpan bahan baku dalam aturan sejenis serta

belum menerapkan sistem First In First Out ( bahan makanan yang disimpan lebih

awal digunakan terlebih dahulu dan sebaliknya ).

4.4.3. Pengolahan Tahu Goreng

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan mengenai pengolahan tahu

goreng yang dilakukan oleh pedagang tahu dapat dilihat dalam tabel 4.6 berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Tabel 4.6. Distribusi Penjual Tahu Goreng Berdasarkan Pengolahan Tahu


Goreng Yang Dijual di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan
Medan Maimun Tahun 2016

Ya Tidak
No. Pengolahan Tahu Goreng
n % N %
1. Lantai tempat pengolahan makanan terbuat dari 0 0 6 100,0
bahan yang kuat, kedap air, tidak licin dan mudah
dibersihkan
2. Penerangan bebas silau dan tidak menimbulkan 0 0 6 100,0
bayangan
3. Tersedia tempat sampah tertutup 0 0 6 100,0
4. Tidak menderita penyakit mudah menular misalnya 6 100,0 0 0
batuk, influenza dan diare

5. Penjamah makanan tidak memakai cincin dan 3 50,0 3 50,0


menderita infeksi kulit misalnya bisul dan kudis
6. Menggunakan pakaian bersih dan alat pelindung 0 0 6 100,0
diri (celemek, tutup kepala, sarung tangan dan
penutup mulut)
7. Tidak bersin atau batuk dihadapan makanan dan 4 66,7 2 33,3
atau tanpa penutup mulut dan hidung
8. Penyimpanan peralatan tertutup dan dibersihkan 0 0 6 100,0
setiap selesai digunakan dengan air yang mengalir
9. Peralatan yang digunakan anti karat, kedap air, 0 0 6 100,0
halus dan mudah dibersihkan
10. Bila menggunakan plastic, dianjurkan yang aman 3 50,0 3 50,0
dan mudah dibersihkan

Berdasarkan tabel 4.6. diatas diketahui bahwa penilaian dalam prinsip

pengolahan tahu goreng terhadap seluruh pedagang (100,0%) belum memenuhi

syarat karena belum menyimpan peralatan ditempat tertutup dan belum

dibersihkan dengan air mengalir, tidak menggunakan pakaian bersih dan alat

pelindung diri (celemek, tutup kepala, sarung tangan dan penutup mulut),

(100,0%), kemudian semua penjual (100,0%) menggunakan peralatan yang

bukan anti karat, kedap air, halus dan mudah dibersihkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

4.4.4 Penyimpanan Tahu Goreng

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh pedagang tahu mengenai

penyimpanan tahu goreng dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7. Distribusi Penjual Tahu Goreng Berdasarkan Penyimpanan Tahu


Goreng Yang Dijual di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan
Medan Maimun Tahun 2016

Ya Tidak
No. Penyimpanan Tahu Goreng
n % N %
1. Makanan jadi disimpan ditempat yang tidak 0 0 6 100,0
terjangkau vector (tikus, kecoa, dll)
2. Tersedia tempat khusus untuk menyimpan makanan 1 16,7 5 83,3
jadi dan tertutup
3. Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 5 83,3 1 16,7
(65,5C) atau disimpan dalam suhu dingin (4C)
Berdasarkan tabel 4.7. diketahui bahwa dalam prinsip penyimpanan tahu

goreng yang dilakukan pedagang tahu masih belum memenuhi syarat. Seluruh

penjual (100,0%) masih menyimpan makanan ditempat yang mudah dijangkau

tikus dan kecoa, serta belum tersedia tempat khusus dan penyimpanan makanan

tidak dalam keadaan tertutup sebanyak 5 orang (83,3%).

4.4.5. Pengangkutan Tahu Goreng

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan mengenai pengangkutan tahu

goreng yang dilakukan oleh penjual tahu dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

Tabel 4.8. Distribusi Penjual Tahu Goreng Berdasarkan Pengangkutan


Tahu Goreng Yang Dijual di Kelurahan Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2016

Ya Tidak
No. Pengangkutan Tahu Goreng
n % N %
1. Tersedianya tempat dan kendaraan khusus untuk 6 100,0 0 0
mengangkut makanan jadi
2. Makanan diangkut dalam keadaan tertutup 6 100,0 0 0
3. Tersedia jalur khusus untuk mengangkut makanan 0 0 6 100,0
jadi ke lokasi berjualan.

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa kriteria dalam pengangkutan tahu

seluruh pedagang (100,0%) mengangkut makanan dalam keadaan tertutup dan

sudah menggunakan kenderaan khusus (100,0%), akan tetapi pedagang belum

melintasi jalan khusus ke lokasi berjualan (100,0%).

4.4.6. Penyajian Tahu Goreng

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan mengenai penyajian tahu

goreng yang dilakukan oleh pedagang tahu dapat dilihat dalam tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9. Distribusi Penjual Tahu Goreng Berdasarkan Penyajian Tahu


Goreng Yang Dijual di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan
Maimun Tahun 2016

Ya Tidak
No. Penyajian Tahu Goreng
n % N %
1. Peralatan untuk menyajikan dalam keadaan bersih 2 33,3 4 66,7
2. Peralatan dicuci setiap satu kali pemakaian dengan 0 0 6 100,0
air mengalir dan dikeringkan terlebih dahulu
sebelum diapakai kembali
3. Tempat/wadah penyajian makanan bebas dari debu 0 0 6 100,0
4. Wadah penyajian harus bersih dan kering 6 100,0 0 0
5. Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat 0 0 6 100,0
dan berpakaian bersih

Berdasarkan tabel 4.9. diatas, diketahui bahwa dalam prinsip penyajian

tahu goreng yang dilakukan pedagang masih belum memenuhi syarat kesehatan

yaitu seluruh pedagang (100,0%) melakukan penyajian dengan tidak memakai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

pakaian yang bersih, peralatan tidak dicuci setiap satu kali pemakaian, dan penyaji

belum melakukan perilaku yang sehat dan bersih.

4.4.7. Lokasi Penjualan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan mengenai lokasi penjual dapat

dilihat pada tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10. Distribusi Penjual Tahu Goreng Berdasarkan Lokasi Penjualan


di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Tahun
2016

Ya Tidak
No. Lokasi Penjualan
n % N %
1. Lokasi usaha terhindar dari sumber pencemaran dan 0 0 6 100,0
vector (lalat, kendaraan, dll)
2. Lokasi usaha dilengkapi tempat penampungan 0 0 6 100,0
sampah yang tertutup
3. Dilengkapi fasilitas sanitasi air bersih 0 0 6 100,0

Berdasarkan tabel 4.10. di atas, diketahui bahwa semua pedagang

(100,0%) belum berada di lokasi berjualan yang memenuhi syarat kesehatan,

dapat dilihat dari lokasi yang tidak dilengkapi penampungan sampah yang tertutup

sehingga lokasi masih dicemari oleh vektor seperti lalat, serta lokasi tidak

dilengkapi fasilitas sanitasi air bersih.

4.5. Hasil Pemeriksaan Escherichia Coli Tahu Goreng

Pemeriksaan sampel tahu goreng di lakukan di Laboratorium Balai Teknik

Kesehatan Lingkungan (BTKL) Medan. Hasil pemeriksaan yang diperoleh dapat

dilihat pada tabel 4.11 berikut ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Tabel 4.11. Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia Coli Pada Tahu Goreng
Yang Dijual di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan
Maimun Tahun 2016

No. Pemeriksaan Escherichia Coli Jumlah Persentase


Pada Tahu Goreng (orang) (%)
1. < 1,8/100 ml sampel 1 16,7
2. < 1,8/100 ml sampel 1 16,7
3. < 1,8/100 ml sampel 1 66,7
4. < 1,8/100 ml sampel 1 66,7
5. 4,0/100 ml sampel 1 66,7
6. 24,0/100 ml sampel 1 66,7
Jumlah 6 100,0

Berdasarkan tabel 4.11. dapat diketahui bahwa pada hasil pemeriksaan

Escherichia Coli tahu goreng dengan hasil <1,8 yaitu sebanyak 4 sampel (66,7%)

sedangkan hasil 4,0 dan 24,0 masing-masing sebanyak 1 sampel (16,7%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Pedagang Tahu Goreng

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan jumlah pedagang tahu yang

berjualan di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun paling banyak

berjenis kelamin perempuan yaitu semanyak empat orang (66,7%). Untuk

distribusi umur ada perbedaan dimana usia yang paling muda ada 1 orang umur 21

tahun dan yang paling tua 1 orang yaitu umur 53 tahun, dari segi pendidikan

diketahui pedagang paling banyak berpendidikan terakhir SMA sebesar 66,7%

dan terendah adalah SMP sebesar 33,3%, untuk distribusi lama berjualan/hari

yang paling banyak berdagang selama 9 hari sebesar 66,7% sedangkan paling

sedikit 10 hari yaitu 33,3%.

Pada penelitian Marsaulina (2004), di DKI Jakarta menyimpulkan adanya

hubungan antara kebrsihan perorangan dengan umur penjamah makanan. Semakin

tinggi umur penjamah makanan maka semakin baik kebersihan penjamah

makanan. Penelitian sianipar (2009) menyatakan pembuatan susu kedelai dengan

jenis kelamin perempuan lebih baik dalam melaksanakan hygiene sanitasi dari

pada laki-laki alasannya karena laki-laki sering merokok saat mengolah dan

berjualan makanan.

Jadi menurut peneliti batasan usia dan jenis kelamin sama-sama

mempunyai kemampuan dalam mengolah dan berjualan makanan tapi dalam hal

hygiene sanitasi usia dan jenis kelamin sangat mempengaruhi hasil.

60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

5.2. Ovservasi Penjual Tahu Goreng Yang Dijual Di Kelurahan Kampung

Baru Kecamatan Medan Maimun

5.2.1. Pemilihan Bahan Baku Tahu Goreng

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan semua penjual

menggunakan bahan dalam keadaan segar, utuh dan tidak busuk, akan tetapi

masih ada pedagang yang menggunakan bahan baku yang tidak bebas dari vektor

dan dibeli bukan di tempat yang diawasi oleh pemerintah seperti pasar, swalayan

dan supplier berijin.

Bahan Bahan-bahan baku sebaiknya disimpan dalam tempat tertutup

seperti lemari dan rak-rak yang tertutup sehingga dalam keadaan baik, utuh, segar

dan tidak busuk. Dianjurkan membeli bahan makanan ditempat yang telah diawasi

oleh pemerintah seperti pasar, swalayan, atau supplier bahan makanan yang

berijin. Dan untuk bahan tambahan makanan seperti zat pewarna harus terdaftar

pada Departemen Kesehatan (Depkes RI, 2001).

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dalam hal memilih bahan

baku untuk pembuatan tahu goreng belum sesuai dengan 6 prinsip hygiene

sanitasi makanan karena masih menggunakan bahan baku yang belum bebas dari

vektor, hal ini bisa dilihat dari perlakuan pedagang terhadap bahan baku yang

digunakan diletakkan di atas meja dalam keadaan terbuka sehingga terkontaminasi

oleh udara luar, selain itu bahan baku disimpan ditempat yang bersamaan tanpa

memisahkan bahan yang bersifat padat dan bersifat cair serta bahan yang mudah

membusuk dan diperoleh ditempat yang tidak diawasi oleh pemerintah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

5.2.2. Penyimpanan Bahan Baku Pembuatan Tahu Goreng

Berdasarkan hasil observasi peneliti pada proses penyimpanan bahan baku

pembuatan tahu goreng 5 orang penjual (83,3 belum menyimpan bahan baku di

tempat yang bersih dan terpisah serta tidak menyimpan bahan baku pada suhu

sekitar 4-10oC. Disamping itu pedagang juga belum menyimpan bahan baku

dalam aturan sejenis dan masih ada yang menyimpan bahan baku dalam keadaan

terbuka sehingga tidak terhindar dari serangga dan vektor pembawa penyakit

(100,0%).

Tempat penyimpanan bahan baku makanan harus muda dibersihkan dan

bebas dari hama seperti serangga, binatang pengerat seperti tikus burung dan

mokroba serta ada sirkulasi udara (BPOM).

Jadi dalam hal penyimpanan bahan baku pembuatan tahu goreng, peneliti

melihat dalam segi tempat dan suhu penyimpanan bahan baku ada pedagang

masing-masing 1 orang (16,7%) yang memenuhi standart namun apabila dilihat

secara keseluruhannya belum memenuhi standart.

5.2.3. Pengolahan Tahu Goreng

Hasil pengamatan memperlihatkan masih adanya pedagang tahu yang

menggunakan sarung tangan yang tidak bersih pada saat mengolah tahu yaitu

sebanyak 4 (66,7%) pedagang, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Susana (2003), yang menyatakan bahwa tangan merupakan sumber kontaminan

yang cukup berpengaruh terhadap kebersihan bahan makanan. Sentuhan tangan

merupakan penyebab yang paling umum terjadinya pencemaran makanan. Pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

penjamah makanan juga harus terhindar dari penyakit menular seperti: batuk, filek

dan diare serta memiliki surat keterangan berbadan sehat dari dokter.

Berdasarkan pengamatan peneliti, masih ada 3 (50,0%) pedagang yang

tidak menggunakan celemek selama mengolah makanan. Pakaian kerja yang

bersih akan menjamin sanitasi dan hygiene pengolahan makanan karena tidak

terdapat debu atau kotoran yang melekat pada pakaian yang secara tidak langsung

dapat menyebabkan pencemaran makanan (Moehyi, 1992).

Terdapat 6 pedagang yang menggunakan perhiasan pada saat mengolah

tahu, padahal perhiasan bisa menjadi sarang kuman dan sebaiknya dilepaskan

pada saat mengolah makanan agar tidak menjadi salah satu sumber pencemar.

Saat berjualan dan mengolah tahu, terdapat 4 (66,7%) pedagang

menggunakan jilbab. Hal ini sesusai dengan Kepmenkes RI No.942/MENKES/

SK/VII/2003 dimana seorang penjamah makanan harus menggunakan tutup

kepala. Menurut Fathonah (2006), rambut yang kotor akan menimbulkan rasa

gatal pada kulit kepala yang dapat mendorong penjamah makanan untuk

menggaruknya dan dapat mengakibatkan kotoran atau ketombe dan rambut dapat

jatuh ke dalam makanan.

Dari keadaan di atas peneliti menyimpulkan bahwa pengolahan tahu

goreng yang dijual di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun

belum memenuhi syarat kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

5.2.4.Penyimpanan Tahu Goreng Yang Sudah Masak

Berdasarkan hasil penelitian pada penyimpanan tahu goreng seluruh

pedagang belum memenuhi syarat kesehatan. Pedagang menempatkan tahu

goreng dalam wadah yang terbuka.

Hal ini tidak sesuai dengan Kepmenkes RI No.715/Menkes/ SK/2003,

yaitu mengenai syarat penyimpanan makanan jadi yaitu tempat penyimpanan

makanan jadi harus terlindungi dari debu, bahan kimia yang berbahaya, serangga

dan hewan.

Menurut DEPKES RI (2003), semua makanan harus disimpan dalam

wadah yang bersih dan aman bagi kesehatan, dalam keadaan terbungkus atau

tertutup agar tidak mencemari makanan.

Jadi menurut peneliti dalam proses penyimpanan tahu goreng yang sudah

masak belum memenuhi standart hygiene sanitasi makanan karena penjual masih

menyimpan makanan ditempat yang mudah dijangkau oleh vector. Tahu goring

yang sudah masak diletakkan di atas meja dan dalam keadaan terbuka sehingga

terkontaminasi dengan udara luar dan belum tersedia tempat khusus untuk

makanan jadi.

5.2.5. Pengangkutan Tahu Goreng yang Sudah Masak

Berdasarkan hasil penelitian pada proses pengangkutan tahu goreng

seluruh pedagang belum memenuhi syarat kesehatan karena pedagang belum

menggunakan kenderaan khusus untuk proses pengangkutan makanan.

Makanan yang berasal dari tempat pengolahan makanan memerlukan

pengangkutan untuk disimpan dan disajikan. Pengangkutan makanan perlu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik dari serangga, debu

maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan tidak berkarat

atau bocor (Purawidjaja, 1995).

Pengangkutan makanan harus menghindari daerah-daerah atau tempat

yang kotor dan mudah mengkontaminasi makanan dan cara pengangkutan

amkanan harus dilakukan dengan jalan yang singkat, pendek dan paling terdekat

(Depkes, 2004).

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan penjual tahu goreng

dalam hal mengangkut makanan yang sudah masak masih jauh dari syarat

kesehatan terbukti penjual belum tersedia tempat, jalur dan kenderaan khusus

untuk mengangkut makanan masak.

5.2.6. Penyajian Tahu Goreng

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap penjual tahu goreng

dalam hal penyajian makanan mask belum sesuai dengan standart hygiene sanitasi

makanan karena semua pedagang (100,0%) menggunakan tempat/wadah

penyajian yang belum bebas dari debu dan pedagang yang menggunakan

peralatan tidak dalam keadaan bersih sebanyak 4 orang (66,7%).

Menurut (Purawidjaja, 1995), penyajian makanan merupakan rangkaian

akhir dari perjalanan makanan. Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan

adalah agar makanan tersebut terhindar dari pencemaran, peralatan yang

dihgunakan dalam kondisi baik dan kebersihan pakaiannya, tangan penyaji tidak

boleh kontak langsung dengan makanan yang disajikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

Menurut peneliti pada proses penyajian makanan masak belum memenuhi

standart juga walaupun sudah ada penjual yang sudah menggunkan peralatan

dalam keadaan bersih yaitu sebanyak 2orang (33,3%).

5.2.7. Lokasi Berjualan Tahu Goreng

Berdasarkan penelitian dalam hal lokasi berjualan belum memenuhi

syarat kesehatan, dibuktikan dengan penjual tahu goreng menjual dagangannya

berada di lokasi yang tidak terhindar dari sumber pencemaran dan vektor, tidak

adanya tempat penampungan sampah tertutup serta tidak dilengkapi dengan

fasilitas sanitasi air bersih.

Lokasi berjualan para penjual tahu goreng berada di jalan Avros Kelura

hasilhan Kampung Baru Kecamatan Maimun yang mana lokasi ini merupakan

jalan alternatif bagi pengguna jalan dari jalan Brigjen Katamso menuju jalan A.H.

Nasution. Lokasi ini dipadati pengguna jalan baik roda dua, tiga dan empat

sehingga terjadi pencemaran udara, dapat dipastikan hal ini jauh dari harapan kita

dan tidak sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Depkes RI Tahun 2003

dan KepBPOM yang seharusnya lokasi berjualan para pedagang makanan itu jauh

dari sumber pencemar.

Dari keadaan di atas peneliti membuat ulasan bahwa selain sudah tercemar

volusi udara lokasi ini juga tidak tersedia penampungan sampah tertutup, sehingga

sampah plastik yang digunakan untuk wadah penyanyian makanan tahu goreng

bagi konsumen yang mengkonsumsi di tempat berjualan dibuang bergitu saja di

belakang steling dan pada sore hari adakalanya sampah tersebut diangkat dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

adakalanya tidak diangkat oleh pedagang itu sendiri, di samping itu lokasi usaha

ini diperburuk dengan tidak dilengkapinya fasilitas sanitasi air bersih.

5.3. Kandungan Bakteri Escherichia Coli pada Tahu

Kandungan bakteri Escherichia Coli pada tahu yang dijual di Kelurahan

Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun diharapkan memenuhi standar yaitu 0

dalam 100ml/sampel. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap bakteri Escherichia

Coli yang telah dilakukan pada tahu goreng yang dijual di Kelurahan Kampung

Baru Kecamatan Medan Maimun sebanyak 2 sampel yang belum memenuhi

syarat kesehatan yaitu terdapat pada pedagang 5 dan 6 dengan jumlah 24/100 ml

sampel dan 4,0/100 ml sampel, hal ini dapat dikaitkan dengan karakteristik

penjual tahu goring yang tidak memenuhi syarat kesehatan antara lain merokok

pada saat berjualan, tidak menggunakan pakaian yang bersih dan menggunakan

peralatan yang diletakkan di luar bok setelah melakukan penyajian makanan.

Kemudian untuk pedagang 1,2,3 dan 4 karakteristik pedagang tahu goring sudah

memenuhi syarat, bias dilihat dari hasil laboratorium dengan hasil <1,8/100 ml

sampel tahu goreng, pada saat berjualan pedagang mengenakan pakaian yang

bersih, peralatan disimpan kembali dalam keadaan tertutup setelah melakukan

penyajian makanan. dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tahu goreng

yang dijual di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun belum aman

untuk dikonsumsi masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 6 orang penjual tahu goreng yang

berjualan di jalan Avros Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun

mulai dari pemilihan bahan baku sampai dengan penyajian makanan tidak ada

yang memenuhi syarat sesuai dengan 6 prinsif hygiene sanitasi makanan,

kemudian berdasarkan pemeriksaan Escherichia Coli yang dilakukan di

Laboratorium Biologi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian

Penyakit (BTKLPP) terdapat 2 sampel tahu yang positif mengandung Escherichia

Coli dengan jumlah 24/100 ml sampel dan 4,0/100 sampel tahu goreng, angka ini

diperoleh pada pedagang 5 dan pedagang 6 sedangkan pada pedagang 1,2,3 dan 4

hasilnya negatif yaitu masing-masing <1,8/100 ml sampel tahu goreng.

6.2. Saran

1. Diharapkan para penjual dalam menangani penyajian tahu goreng dengan

hygiene sanitasi yang baik, seperti menjaga kebersihan tangan, tidak

sambil merokok serta menggunakan sarung tangan dan celemek saat

melakukan penyajian makanan

2. Bagi konsumen agar lebih selektif dalam memilih makanan, misalnya

membeli makanan yang penjualnya mengenakan pakaian yang bersih,

memakai sarung tangan, menyimpan alat bantu seperti penjepit makanan

dan gunting setelah melakukan penyajian makanan serta memilih makanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

yang dijual di lokasi yang tidak dilewati kenderaan banyak sehingga

terhindar dari pencemaran udara.

3. Bagi BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) dan Dinas

Kesehatan Kota Medan hendaknya mengadakan penyuluhan tentang

hygiene sanitasi makanan dan pengawasan terhadap makanan jajanan

sehingga makanan jajanan seperti tahu goreng yang dapat memenuhi

syarat kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta.

Awang, R, 2003. Kesan Pengawet Dalam Makanan,


http//www.pm.usm.my.Diakses 13 Maret 2014.

Anwar, S, 1997. Sanitasi Makanan Dan Minuman Pada Intitusi Pendidikan


Tenaga Sanitasi, Pusat Pendidikan Tenaga Pendidik Tenaga
Kesehatan Depkes RI, Jakarta.

BPOM RI, 2003. Pedoman Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri
Rumah Tangga ( CPPB-IRT ), Jakarta.

Cahyadi, 2008. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan,


Edisi 2. Catatan 1, Jakarta.Bumi Aksara.

Chandra, B, 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC,Jakarta.

Depkes RI, 1997. Prinsip-Prinsip Pengolahan Makanan, Jakarta. ,

________, 2000.Prinsip-Prinsip Hygiene Dan Sanitasi Makanan, Jakarta.

________, 2001. Kumpulan Modul Cursus Pengolahan Makanan Bagi


Pengusaha Makanan & Minuman, Penerbit Yayasan, Jakarta.

________, 2003. Higiene Dan Sanitasi Pengolahan Pangan, Direktorat


Pengawasan Obat Dan Makanan, Jakarta.

________, 2004. Tentang Bakteri Pencemaran Makanan Dan Pengawet


Bahan Makanan, Modul, Jakarta.

________, 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan, Jakarta.

Kemenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003. Persyaratan Hygiene Sanitasi


Rumah Makan Dan Restoran.

Kemenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003. Persyaratan Hygiene Sanitasi


Rumah Makan Dan Restoran.

Kusmayadi , 2008. Cara Memilih Dan Mengolah Makanan Untuk Perbaikan


Gizi Masyarakat, Jakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

Kusnoputranto,H, 1986. Kesehatan lingkungan, FKM UI, Jakarta.


Marsaulina, Irnawati. 2004. Study Tentang Pengetahuan Prilaku dan
Kebersihan Penjamah Makanan Pada Tempat Umum Pariwisata
di DKI Jakarta (TMII, TIJA,TMR), Fakultas Kesehatan Masyarakat
USU, Medan.

Moehyi S. 1992. Analisis Bahaya Pencegahan Keracunan Pangan, Jakarta


Bharata.

2001 Penyelenggaraan Makanan Intitusi Dan Jasa Boga,


Jakarta,Bharata.

Permenkes No.003 Tahun 2012. Tentang Bahan Tambahan Makanan.

Purawidjaja. 1995. Cara Memilih dan Mengolah Makanan untuk Perbaikan


Gizi Masyarakat, Jakarta.

Puspitasari, L, 2001. Analisis Bahaya Pencegahan Keracunan Pangan,


DEPDIKNAS, Jakarta.

Rijal, S, 1994. Pembinaan Lokasi Makanan Jajanan, Dirjen P2M & PLP,
Depkes RI, Jakarta.
Sianipar, H, 2009, Kajian Cemaran Salmonella SP pada Susu Kedelai yang
Dijual di Beberapa Pasar Tradisonal di Kota Medan. Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan

Sihite, R, 2000. Sanitation & Hygiene, SIC, Surabaya.

UU RI No.36, 2008. Tentang Kesehatan.

UU RI No.7 Tahun 1996. Tentang Pangan.

Widyati. 2002. Awas! Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan, Penerbit Andi,


Yogyakarta.

Yuliatri, N, 2007. Awas! Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan, Penerbit Andi,


Yogyakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

KUISIONER

HYGIENE SANITASI PENJUAL DAN KEBERADAAN ESCHERICHIA


COLI PADA TAHU GORENG YANG DIJUAL DI KELURAHAN
KAMPUNG BARU KECAMATAN MEDAN MAIMUN
TAHUN 2016

I. Data Responden Penjamah Makanan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terakhir :

5. Lokasi berjualan :

6. Berjualan tahu goreng sejak tahun :

7. Lama berjualan dalam sehari :

II. Wawancara diajukan kepada penjamah makanan

1. Apakah bapak/ibu mencuci tangan sebelum melakukan pengolahan tahu

goreng?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah bapak/ibu pada saat mengolah tahu goreng menggunakan alat bantu

(penjepit makanan) ?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah bapak/ibu pada saat memakai celemek ?

a. Ya

b. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

4. Apakah bapak/ibu pada saat bekerja memakai sepatu dapur ?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah bapak/ibu merokok sambil bekerja ?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah bapak/ibu menggunakan perhiasan saat bekerja (cincin, gelang serta

jam tangan ?

a. Ya

b. Tidak

7. Apakah bapak/ibu sesudah keluar dari kamar mandi mencuci tangan pakai

sabun?

a. Ya

b. Tidak

8. Apakah bapak/ibu memakai pakaian kerja yang bersih dan sarung tangan saat

berjualan ?

a. Ya

b. Tidak

9. Apakah bapak/ibu memiliki sertifikat kesehatan ?

a. Ya

b. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

Wawancar dengan responden

Wawancar dengan responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

Sampel di dalam lemari pedingin

Sampel berada di dalam auto klaf

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai