Informasi pada awal muali beredarnya kasus covid-19 masih simpang siur
di Indonesia. Berdasarkan informasi yang telah dikemukakan oleh presiden Joko
Widodo yang menyataakan bahwa terdapat 2 orang yang pertama kali terkena
covid-19. Bertia ini banyak menimbulkan banyak informasi yang simpang siur di
kalangan masyarakat dikarenakan informasi yang diberikan kurang lengkap
seperti identitas korban yang belum terungkap. Hal ini membuat tingkat
kepercayaan masyarakat menurun terhadap pemerintah. Sehingga masyarakat saat
itu lebih percaya berita-berita dari internet dibandingkan dengan berita dari
kemenkes dan dari beberapa platform resmi pemerintahan.5
METODOLOGI PENELITIAN
Jurnal ini memakai pendekatan kualitatif dengan metode deskripsi.
Pendekatan kualitatif diambil karena kemampuannya untuk mendaptkan arti yang
lebih terperinci dalam mengamati suatu penelitian. metode deskriptif di pakaidata
dan informasi yang diambil merupakan suatu masalah aktual yang berdasarkan
penyusunan, pengolahan dan kesimpulan. Hal ini dikarenakan keterbatasan
melakukan wawancara kepada narasumber dikarenakan adanya PSBB di setiap
kota. Studi kepustakaan yang dimaksud dalam penelitian ini ialah, data yang
diambil berdasarkan data yang diambil dari berbagai medai seperti buku, jurnal,
media masa, media online berkaitan dengan fenomena dan masalah yang dikaji.
Terakhir, teknik analisis data dalam penulisan artikel ini berangkat dari penjelasan
yang menumpukan tekniknya pada pengorganisasian data, pembacaan dan
memoing (pembuatan catatan), serta pendeskripsian, pengklarifikasian, serta
penafsiran data menjadi kode dan tema
Pada penelitian yang dilakukan oleh Juditha C pada tahun 2020 dengan
judul perilaku masyarakat mengenai penyebaran berita hoax covid-19, hasil
penelitian ini ialah pengetahuan responden tentang Covid-19 ialah pengetahuan
responden pada penelitian ini memadai masuk dalam level 2 yang artinya
memahami. Hal ini dapat dilihat dari responden mampu membedakan kenapa itu
virus Corona dan yang hoaks. Berbagai informasi yang digunakan oleh responden
ialah seperti media sosial, media masa, media elektronik dan media online.
Terdapat beberapa responden yang menyebarkan hoaks menggunakan media
sosial dan pesan instan. Pada penelitian ini sebagian responden merasa ragu untuk
membedakan mana yang berita valid dan mana yang berita hoaks. Hal ini
dikarenakan berita hoaks yang terjadi di Indonesia sudah tidak terbendung lagi.
Responden yang menyebarkan berita hoaks dikarenakan mereka merasa berita
tersebut benar, dapat menyembuhkan dan didaptakan berita tersebut dari orang
yang sudah mereka percaya. Sedangkan responden yang tidak menyebarkan berita
hoaks, mereka merasa berita terebut tidak benar dan tidak valid, sehingga mereka
ingin menghentikan rantai penularan virus corona dari diri sendiri terlebih
dahulu.7
KESIMPULAN
Permasalahan saat ini yang lagi dialamin oleh WHO ialah masalah krisis
kepercayaan masyarakt dikarenakan terdapat beberapa informasi yang masih
belum valid. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan informasi dari WHO mengenai
penyebaran virus corona melalui udara yang merupakan kesalahan dikarenakan
human eror, dari hal ini dianggap bahwa WHO lalai dalam meberikan sebuah
informasi yang valid terhadap masyarakat luas.
Dalam penanggulangan berita hoaks yang sudah tersebar luas dan tidak
terbendung lagi, diperlukan adanya kerjasama antara lembaga pemerintahan,
tokoh masyarakat atau bahkan masyarakat itu sendiri saling membantu dalam
mencegah adanya berita hoaks yang sudah beredar luas di masyarakat.