Anda di halaman 1dari 2

Landasan Filosofis

Secara filosofis, gerakan literasi baca-tulis dalam GLS mengacu pada nilai-nilai Pancasila.

Secara filosofis, gerakan literasi bertumpu pada usaha penguatan pendidikan budi pekerti
(karakter). Hal ini lahir dari adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
berseliwerannya informasi, atau dalam pandangan Sanusi (2016:4) masyarakat yang kini disebut
sebagai hidup di dunia yang sesak-media (media saturated world).
Dengan keadaan tersebut, menurut Sanusi (2016:102) maka tingkat sosial masyarakat baik
organisasi maupun pribadi, sesungguhnya sedang mengalami macam-macam kerumitan
(complexities), sewaktu-waktu mengalami kesemrawutan (chaos), disusul dengan kerusakan dan
mati (death). Namun di sisi lain, kadangkala melahirkan dorongan baru (new diving forces), siasat
bayu biru (blue ocean strategy) atau strategi lain, yang kemungkinan melahirkan sistem kehidupan
baru (second curve). Menghadapi kedaan tersebut, tentu segala tindakan atau konsep dalam
pendidikan perlu merujuk pada sistem nilai.
Menurut Sanusi (2015:14) persoalan nilai biasanya terkait dengan kahlak, moral, atau
karakter. Tujuannya jelas agar ilmu pengetahuan bisa membawa pada pengetahuan yang benar dan
obyektif tidak boleh terlepas dari ikatan nilai-nilai (value-free). Alasannya, lanjut Sanusi (2016:57)
bahwa keberhasilan hidup bukan hanya berarti hasanah di dunia, tapi juga hasanah di ahirat kelak.
Menurut Sanusi (2016:93; 2015:35) sistem nilai mengandung panduan dari enam nilai,
yaitu nilai teologis, nilai fisik-fisiologis, nilai etik hukukm, nilai estetik, nilai logis, dan nilai
teleologis sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 1. Enam Sistem Nilai Kehidupan

No. Sistem Nilai Deskripsi


1 Nilai Teologis Tercermin dalam Ketuhanan Yang Maha Esa, Rukun Iman
(6), Rukun Islam (5), ibadah, tauhid, ihsan, istigfar, do’a,
ikhlas, tobat, ijtihad, khusyu, istikamah, dan jihad fi
sabilillah.
2 Nilai etis-hukum Terwujud dalam sikap hormat, rendah hati, setia, dapat
dipercaya, jujur, bertanggung jawab, itikad, baik, setia-
adil, damai, sabar, memaafkan, menolong, toleransi, dan
harmonis.
3 Nilai estetis Terwujud dalam keadaan bersih, indah, cantik, manis,
menarik, serasi, romantik, dan cinta kasih.
4 Nilai logis-rasional Terwujud dalam logika, tepat, sesuai, jelas, nyata,
identitas, proses dan kesimpulan yang cocok.
5 Nilai fisik-fisiologis Terwujud jelas unsur-unsurnya, fungsinya, ukuran-
ukurannya, kekuatannya, perubahannya, lokasinya, asal-
usulnya, dan sebab-akibatnya.
6 Nilai teleologik Terwujud dalam berguna, bermanfaat, sesuai fungsinya,
berkembang, disiplin, integratif, produktif, efektif, efisien,
akuntabel dan inovatif.

Sumber: Sanusi (2015:35-37; 2016:93-95).


Sistem nilai inilah yang harus dijadikan driving forces dan magnetic forces untuk kemajuan
dan kemaslahatan kita bersama. Gerakan literasi sejatinya bisa merujuk pada tujuan akhir tersebut.
Artinya bahwa pendidikan berbasis literasi harus tetap dalam kerangka sistem nilai. Dengan cara
ini, menurut Sanusi (2017:186) bisa menjadi ikhtiar untuk memosisikan diri (beradaptasi) secara
kokoh dan kreatif di tengah gelombang perubahan dan turbulensi yang berlangsung di tengah
kompleksitas dan chaos. Melalui literasi, seseorang dapat membaca teks sekaligus membaca dunia
(konteks) dengan menggabungkan beragam kemampuan inderawi. Oleh karena itu, dalam kegiatan
literasi tercermin berpikir tingkat tinggi atau Higher Orderer Thinking Skills (HOTS). Selama
belajar (dalam hal ini berliterasi), apabila mengambil analogi Sanusi (2016:108) semestinya terus-
menerus mengerahkan sel-otak secara terkendali untuk dapat meningkatkan produktivitas dan
mutu macam-macam. Inilah yang disebut dengan Style of Learning and Thinking (SOLAT),
tercermin kemampuan berpikir benar (yatafakkarun), berakal-logis (yaqilun), sambil berzikir
(yadzkurun), memaknai sesuatu (yatadabbaru), dan tentu hasilanya akan bermanfaat. Inilah
integritas dari sistem nilai kehidupan: iman, ilmu, dan amal.

Anda mungkin juga menyukai