Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

BOILER
” Fluidized Bed Combtion (FBC)”

Disusun Oleh :

Diah Athifah Mahdiyah ( 33117008 )


Nur Ilmi Diniyah ( 33117015 )
Ardiansyah ( 33117014 )
Riska Wahyunengsi ( 33117023 )

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Boiler/ketel uap adalah suatu suatu bejana tertutup yang terbuat dari baja
digunakan untuk menghasilkan uap. Atau unit pesawat yang dapat dipakai untuk
merubah energi panas dari bahan bakar diberikan kepada air melalui bagian pendidih
sehingga terbentuk uap. Untuk menghasilkan uap bertekanan pada boiler diperlukan
panas/kalor, panas ini berasal dari proses pembakaran bahan bakar yang terjadi pada
ruang bakar. Uap yang dihasilkan oleh ketel uap, dipergunakan sebagai fluida kerja
atau sebagai media pemanas untuk berbagai macam keperluan, dari keperluan rumah
tangga atau sampai dengan keperluan industri.

Proses ketel uap secara sederhana dapat digambarkan seperti proses memasak
air, dimana dalam pemanasan air dibutuhkan sumber energi panas guna memasaknya.
Pemanasan diperoleh dari bahan bakar padat, cair, gas ataupun dari tenaga listrik dan
tenaga-tenaga lainnya. Proses ketel uap adalah suatu kombinasi dari peralatan-
peralatan yang bekerja untuk memproduksi panas dengan media fluida yang diuapkan
dengan kapasitas dan tekann serta temperature tertentu, pada umumnya uap tersebut
dipergunakan diluar ketel uap.
Proses pemanasan pada ketel uap dilaksanakan dengan tiga tahap, yaitu
sebagai berikut:

1. Proses pemanasan sehingga air menjdi uap basah ( wet steam )

2. Proses pemanasan sehingga air jenuh menjadi uap jenuh ( saturated steam )

3. Proses pemanasan sehingga uap jenuh menjadi uap panas lanjut ( superheated

steam).
Proses uap panas pada aplikasinya kadang memerlukan pengerjaan lanjut
sehingga diperoleh uap panas kering untuk pemanasan tersebut. Selain itu air isian
juga perlu penanganan khusus agar dalam proses pembentukan uap tidak menimbulkan
efek-efek yang dapat merugikan pada ketel. Keseluruhan proses itu harus dikontrol
sehingga pelaksanaan produksi uap terkondisi dan tidak membahayakan bagi operator
dan lingkungan sekitarnya.

Fungsi boiler yaitu sebagai penghasil uap panas, sedang didunia perminyakan

uap/steam dari boiler ini digunakan untuk:

 Proses pengolahan minyak


 Pemanasan minyak berat
 Sebagai fluida kerja/penggerak turbin uap, mesin uap
 Membersihkan pipa minyak

Syarat-syarat Boiler yang baik harus memenuhi persyaratan yang ditinjau dari
segi teknis, ekonomis, maupun keselamatan kerja. Persyaratan umum yang harus
dipenuhi adalah:

 Hemat dalam pemakaian bahan bakar.


 Pengoperasian fleksibel ( dapat menyesuaikan naik turunnya beban ).
 Konstruksi ringkas dan sederhana agar mudah dalam pengoperasian dan
perawatannya.
 Mempunyai system pembuangan lumpur yang baik.
 Dapat menghasilkan uap yang bersih
 Material yang digunakan memenuhi standar yang berlaku.
 Dilengkapi peralatan pengaman yang memenuhi standar dari dinas pengawasan
keselamatan kerja Departemen Tenaga Kerja.
 Jumlah panas yang hilang karena radiasi harus sekecil-kecilnya.
 Peredaran gas panas dari pembakaran harus baik sehingga transfer panas dapat
maksimal.
 Perbandingan ruang uap dan air, saluran luar dan sirkulasi air yang memadai

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Boiler ?

2. Bagaimana sistem kerja Boiler ?

3.Apa saja jenis-jenis Boiler?

4. Apa saja bagian-bagian dari Boiler ?

5. Apa yang dimaksud dengan FBC ?

6. Bagaimana perawatan umum untuk Boiler ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian Boiler

2. Mengetahui dan memahami prinsip kerja dari Boiler

3. Mengetahui jenis-jenis Boiler

4. Mengetahui komponen-komponen dari Boiler

5. Secara spesifik dan rinci tentang FBC

6. Mengetahui cara perawatan umum pada Boiler


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Boiler

Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai
terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian
digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media yang berguna
dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air dididihkan sampai
menjadi steam, volumnya akan meningkat sekitar 1.600 kali, menghasilkan tenaga
yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler merupakan
peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik.

Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan bakar.
Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan.
Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam
dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan
steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem
bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar
untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem
bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem. Air yang
disuplai ke boiler untuk diubah menjadi steam disebut air umpan. Dua sumber air
umpan adalah:
1. Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses dan
2. Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar ruang
boiler dan plant proses.
2.2 Prinsip Kerja Boiler

Boiler atau ketel uap merupakan sebuah alat untuk menghasilkan uap, dimana
terdiri dari dua bagian yang penting : dapur pemanasan, yaitu untuk menghasilkan
panas yang didapat dari pembakaran bahan bakar dan boiler proper, yaitu sebuah alat
yang mengubah air menjadi uap. Fluida panas (uap) kemudian disirkulasikan dari ketel
untuk berbagai proses dalam aplikasi industri, seperti untuk penggerak, pemanas, dan
lain-lain. Energikalor yang dibangkitkan dalam sistem boiler memiliki nilai tekanan,
temperatur, dan laju aliran yang menentukan pemanfaatan steam yang akan digunakan.

Berdasarkan ketiga hal tersebut sistem boiler mengenal keadaan tekanan-


temperatur rendah (low pressure/LP), dan tekanan-temperatur tinggi (high
pressure/HP), dengan perbedaan itu pemanfaatan steam yang keluar dari sistem boiler
dimanfaatkan dalam suatu proses untuk memanasakan cairan dan menjalankan suatu
mesin (commercial and industrial boilers), atau membangkitkan energi listrik dengan
merubah energi kalor menjadi energi mekanik kemudian memutar generator sehingga
menghasilkan energi listrik (power boilers). Namun, ada juga yang menggabungkan
kedua sistem boiler tersebut, yang memanfaatkan tekanan-temperatur tinggi untuk
membangkitkan energi listrik, kemudian sisa steam dari turbin dengan keadaan
tekanan-temperatur rendah dapat dimanfaatkan ke dalam proses industri dengan
bantuan heat recovery boiler.

Hal-hal yang mempengaruhi effisiensi boiler adalah bahan bakar dan kualitas air
umpan boiler. Parameter-parameter yang mempengaruhi kualitas air umpan boiler
antara lain :
1. Oksigen terlarut : Dalam jumlah yang tinggi dapat menyebabkan korosi pada
peralatan boiler.

2. Kekeruhan : Dapat mengendap pada perpipaan dan peralatan proses


sertamengganggu proses.

3. pH : Bila tidak sesuai dengan standart kualitas air umpan boiler dapat menyebabkan
korosi pada peralatan.

4. Kesadahan : Merupakan kandungan ion Ca dan Mg yang dapat menyebabkan kerak

pada peralatan dan perpipaan boiler sehingga menimbulkan local overheating.

2.3 Jenis-jenis Boiler

Klasifikasi ketel uap ada beberapa macam, untuk memilih ketel uap harus
mengetahui klasifikasinya terlebih dahulu, sehingga dapat memilih dengan benar dan
sesuai dengan kegunaannya di industri. Karena jika salah dalam pemilihan ketel uap
akan menyababkan penggunaan tidak akan maksimal dan dapat menyebabkan masalah
dikemudian harinya.

a. Berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa


1) Ketel Pipa api ( Fire tube boiler )
Pada ketel pipa api, gas panas melewati pipa-pipa dan air umpan ketel ada
di dalam shell untuk dirubah menjadi steam. Ketel pipa api dapat
menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau bahan bkar padat dalam
operasinya.

Gambar Ketel Pipa Air


2) Ketel pipa air ( water tube boiler )
Pada ketel pipa air, air diumpankan boiler melalui pipa-pipa masuk
kedalam drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakaran
membentuk steam pad daerah uapdalam drum. Ketel ini dipilih jika
kebutuhan steam dan tekanan steam sangat tinggi.

Gambar Ketel Pipa Api

b. Berdasarkan pemakaiannya
1) Ketel stasioner ( stasionary boiler ) atau ketel tetap
Ketel uap stasioner adalah ketel-ketel yang didudukan pada suatu pondasi
yang tetap, seperti ketel untuk pembangkitan tenaga, untuk industri dll

Gambar Ketel Stationer


2) ketel mobil ( mobile boiler ), ketel pndah / portable boiler
Ketel mobil adalah ketel yang dipasang pada pondasi yang berpindah-
pindah (mobil ), seperti boiler lokomotif, loko mobile dan ketel panjang
serta lain yan sepertinya termasuk ketel kapal ( marine boiler )

Gambar Ketel Mobil

c. Berdasarkan letak dapur (furnace posisition )


1) Ketel dengan pembakaran di dalam (internally fired steam boiler )
Dalam ketel uap ini dapur berada (pembakaran terjadi )di bagian dalam
ketel . kebanyakan ketel pipa api memakai system ini.

Gambar ketel dengan pembakaran di dalam


2) Ketel dengan pembakaran di luar ( outernally fired steam boiler )
Dalam ketel uap ini dapur berada (pembakaran terjadi )di bagian dalam
ketel . kebanyakan ketel pipa air memakai system ini

Gambar ketel pembakaran di luar

d. Berdasarkan jumlah lorong (boiler tube)


1) Ketel dengan lorong tunggal (single tube steam boiler )
Pada single tube steam boiler, hanya terdapat 1 lorong saja, lorong api
maupun lorong air. Cornish boiler adalah single fire tube boiler dan simple
vertikal boiler adalah single water tube boiler.

Gambar ketel dengan lorong tunggal


2) Multi fire tube boiler
Multi fire tube boiler misalnya ketel scotch dan multi water tube boiler
misalnya ketel B dan W dll

Gambar multi fire tube boiler

e. Berdasarkan pada porosnya tutup drum (shell)


1) Ketel tegak ( vertikal steam boiler )

Gambar ketel tegak

2) Ketel mendatar ( horizontal steam boiler )

Gambar ketel mendatar


f. Berdasarkan bentuk dan letak pipa
1.) ketel dengan pipa lurus, bengok dan berllekak-lekuk ( stright, bent
and sinous tubeler heating surface )

2.) ketel dengan pipa miring datar dan miring tegak ( horizontal, inclined
or vertical tubeler heating surface )

2.4 Bagian-Bagian Boiler

2.4.1 Bagian-bagian utama Boiler

a. Furnace

Komponen ini merupakan tempat pembakaran bahan bakar. Beberapa bagian


dari furnace diantaranya: refractory, ruang perapian, burner, exhaust for flue gas,
Ucharge and discharge door. Ruang bakar atau lorong api ini digunakan untuk
memanaskan air. Diameternya kurang dari 1 meter. Api yang dihasilkan adalah hasil
pengabutan dari bahan bakar, udara dan bahan lain yaitu LPG serta dengan bantuan
elektroda untuk penyalaan awal. Api yang dihasilkan tersebut dihembuskan keseluruh
lorong api oleh motor blower dan melewati pipa api sampai terjadi proses penguapan.

Gambar 2.14 Furnace (Imam Budi, 2009)

b. Steam Drum

Komponen ini merupakan tempat penampungan air panas dan pembangkitan


steam. Steam masih bersifat jenuh (saturated steam). Tangki atau drum sering disebut
juga badan ketel uap yaitu tempat beroperasinya ketel uap di dalamnya terdapat
instrument yang menjalankan pemindah panas dalam badan ketel inilah sejumlah air
ditampung untuk dipanaskan.

Gambar 2.15 Stem drum (Anonim, 2011)


c. Superheater

Komponen ini merupakan tempat pengeringan steam dan siap dikirim melalui
main steam pipe dan siap untuk menggerakkan turbin uap atau menjalankan proses
industri. Pemanas lanjut atau superheater (super = lebih, heater = pemanas) ialah alat
untuk memanaskan uap basah dari boiler menjadi uap yang dipanaskan lanjut. Uap
yang dipanaskan lanjut bila digunakan untuk melakukan kerja dengan jalan ekspansi
di dalam turbin tidak akan segera mengembun, sehingga mengurangi kemungkinan
timbulnya bahaya yang disebabkan terjadinya pukulan balik atau back stroke yang
diakibatkan mengembunnya uap sebelum pada waktunya sehingga menimbulkan
vakum di tempat yang tidak semestinya pada daerah ekspansi.

Gambar 2.16 Skema Superheater (Anonim, 2011)

d. Air Heater

Komponen ini merupakan ruangan pemanas yang digunakan untuk memanaskan


udara luar yang diserap untuk meminimalisasi udara yang lembab yang akan masuk ke
dalam tungku pembakaran. Fungsinya merupakan ruangan pemanas yang digunakan
untuk memanaskan udara luar yang diserap untuk meminimalisasi udara yang lembab
yang akan masuk ke dalam tungku pembakaran.
e. Pipa Api

Adalah pipa-pipa dengan diameter 55 mm yang jumlahnya mencapai 1062 buah


yang fungsinya untuk menguapkan air.

f. Burner

Yaitu perangkat dari ketel uap yang berfungsi menyemprot bahan bakar ke dalam
ruang pembakaran sehingga pembakaran mudah terjadi.

Gambar 2.18 Sketsa Burner (Salman, 2011)

g. Cerobong Asap

Yaitu perangkat dari ketel uap yang berfungsi meneruskan atau membuang asap
sisa reaksi pembakaran yang terjadi di dalam boiler dengan tujuan menyalurkan gas
asap bekas supaya tidak mengotori atau mengganggu lingkungan sekitar. Di dalam
cerobong asap ini terdapat water spray yang fungsinya untuk menyemprotkan air di
dalam cerobong supaya abu dari sisa pembakaran jatuh ke bawah dan mengalir ke bak
sedimen.
h. Economizer

Komponen ini merupakan ruangan pemanas yang digunakan untuk memanaskan


air dari air yang terkondensasi dari sistem sebelumnya maupun air umpan baru sebelum
masuk ke dalam ketel. Economizer terdiri dari pipa-pipa air yang ditempatkan pada
lintasan gas asap sebelum meninggalkan ketel. Gas asap yang akan melewati cerobong
temperaturnya masih cukup tinggi sehingga merupakan kerugian panas yang besar bila
gas asap tersebut langsung dibuang lewat cerobong. Gas asap yang masih panas ini
yang akan dimanfaatkan untuk memanaskan air isian ketel.

Gambar 2.20 economizer (Salman. 2011)

2.4.2 Alat Bantu Ketel Uap (Boiler)

a. Gelas Penduga

Gelas penduga adalah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui ketinggian
permukaan air dalam pesawat ketel uap.

b. Katup Pengaman (Safety Valve)


Katup pengaman mempunyai fungsi untuk menjaga tekanan kerja ketel uap
agar tidak melebihi tekanan maksimum.
c. Katup Uap Induk
Katup ini berfungsi untuk mengalirkan uap hasil dari pesawat ketel uap. Katup
ini diletakkan tepat di atas tangki ketel. Pengaturan kapasitas uap yang disalurkan
dapat dilakukan dengan mengatur kran katup uap induk.
d. Manometer
Manometer ini digunakan sebagai alat untuk menunjukkan tekanan uap pada
ketel uap. Pemasangan manometer ini ditujukan agar besar kecilnya tekanan di
dalam ketel uap dapat diketahui sehingga memudahkan untuk mengontrolnya.
Penempatan manometer adalah pada bagian dimana uap hampir tidak mengalir,
kebanyakan manometer yang dipasang adalah manometer bourdon.
e. Katup Buang (Blow Down Valve)
Katup buang adalah katup untuk membuang segala kotoran-kotoran yang
mengendap pada dasar tangki, endapan ini apabila tidak dibersihkan atau dibuang
maka akan menyebabkan aliran buntu dan akhirmya membahayakan boiletersebut.
f. Garis Api
Garis api adalah garis horizontal pada plat logam yang ditempelkan pada
permukaan luar dinding ketel uap yang merupakan batas tertinggi bagian ketel uap
yang mendapatkan pemanasan gas asap. Permukaan air di dalam ketel tidak boleh
turun sampai di bawah garis api. Jika hal itu terjadi maka temperatur dinding ketel
di atas pemukaan air akan turun sehingga bagian ini akan pecah Karena tidak kuat
menahan kerja ketel uap.
g. Lubang Laluan Orang (Man Hole) dan Lubang Tangan (Hand Hole)
Man hole adalah suatu lubang laluan orang dengan ukuran tubuh manusia
berfungsi untuk memeriksa bagian dalam ketel dengan cara masuk ke dalam ketel
h. Tanda Bahaya/Peluit Bahaya
Tanda bahaya ini berfungsi sebagai tanda bila ada peralatan-peralatan
elektronik kontrol dan pengaman-pengaman lainnya yang tidak bekerja
sebagaimana mestinya.
2.4.3 Perlengkapan Elektronik Boiler
a. Sensor
Sensor adalah instrument untuk member informasi bahwa kondisi yang kita
inginkan telah tercapai dan sekaligus menginstruksikan agar sistem itu bekerja.
b. Monitor
Monitor adalah alat pemantau kondisi suatu proses karena dengan indera
manusia tidak dapat mengetahui kondisi tersebut.
c. Actuator/Servo Motor
Adalah alat gerak yang berfungsi untuk mengerjakan instruksi dan sumber gerak
untuk alat lain.
d. Kontaktor
Adalah alat yang digunakan untuk mengalirkan arus listrik dari satu jaringan ke
jaringan yang lain.
e. Recorder
Digunakan untuk mengetahui debit yang mengalir pada suatu saluran.
f. Vacum flame
Adalah alat yang berfungsi untuk mensensor rangkaian api yang ada di ruang
bakar.
g. Timer/Program Relay
Yaitu komponen yang mengatur sequence operasi instrument lainnya sesuai
dengan rangsangan yang diterima.
h. Safety Relay
Safety relay ini berupa 2 buah kontak relay yang bekerja memutuskan atau
menghubungkan 2 buah terminal bila waktu kerja relay terlampaui yang dapat
disebut dengan pembatas waktu kerja.
i. Power Supply
Power supply ini berfungsi untuk menyesuaikan tegangan listrik untuk
mengerjakan peralatan lainnya.
2.4.4 Perlengkapan Boiler Lainnya
a. Blower
Adalah instrument yang berbentuk kipas yang digunakan untuk menghasilkan
udara yang bertekanan dari motor listrik juga berfungsi sebagai penghisap udara
luar sebagai udara pembakaran yang diteruskan ke dalam ruang bakar boiler
sebagai penekan bahan bakar yang telah membara sehingga pembakaran
berlangsung dengan cepat.
b. Header
Adalah sebuah tabung atau pipa yang digunakan untuk terminal uap hasil dari
ketel uap yang kemudian dari header ini uap akan dibagi ke bagian-bagian yang
memerlukan dengan melakukan pengaturan tekanan yang sesuai dengan
kebutuhan.
c. Thermometer
Thermometer ini digunakan untuk mengetahui temperatur pada air pengisi
ketel uap yang dihasilkan, temperatur asap keluar cerobong, temperatur ruang
bakar
dan lain sebagainya.
d. Pompa Air
Pompa air ini digunakan untuk menaikkan air pengisi dari tangki cadangan
yang berada di sisi yang airnya berasal dari tangki induk bila terjadi keterlambatan
pengisian air umpan dari tangki induk.
e. Safety Test
Adalah suatu bejana/tabung yang akan dipanaskan pada boiler yang sesuai
dengan tekanan pada ketel uap yang baru di overhaule.
2.5 Evaluasi Kinerja Boiler
Parameter kinerja boiler, seperti efisiensi dan rasio penguapan, berkurang
terhadap waktu disebabkan buruknya pembakaran, kotornya permukaan penukar panas
dan buruknya operasi dan pemeliharaan. Bahkan untuk boiler yang baru sekalipun,
alasan seperti buruknya kualitas bahan bakar dan kualitas air dapat mengakibatkan
buruknya kinerja boiler. Neraca panas dapat membantu dalam mengidentifikasi
kehilangan panas yang dapat atau tidak dapat dihindari. Uji efisiensi boiler dapat
membantu dalam menemukan penyimpangan efisiensi boiler dari efisiensi terbaik dan
target area permasalahan untuk tindakan perbaikan.

2.5.1 Neraca Panas


Proses pembakaran dalam boiler dapat digambarkan dalam bentuk diagram
alir energi. Diagram ini menggambarkan secara grafis tentang bagaimana
energi masuk dari bahan bakar diubah menjadi aliran energi dengan berbagai
kegunaan dan menjadi aliran kehilangan panas dan energi. Panah tebal
menunjukan jumlah energi yang dikandung dalam aliran masing-masing.
Neraca panas merupakan keseimbangan energi total yang masuk boiler
terhadap yang meninggalkan boiler dalam bentuk yang berbeda. Gambar
berikut memberikan gambaran berbagai kehilangan yang terjadi untuk
pembangkitan steam.
Gambar Diagram neraca energi boiler

Gambar Kehilangan pada Boiler yang Berbahan Bakar Batubara

Kehilangan energi dapat dibagi kedalam kehilangan yang tidak atau dapat
dihindarkan. Tujuan dari Produksi Bersih dan/atau pengkajian energi harus
mengurangi kehilangan yang dapat dihindari, dengan meningkatkan efisiensi
energi. Kehilangan berikut dapat dihindari atau dikurangi:
 Kehilangan gas cerobong:
 Udara berlebih (diturunkan hingga ke nilai minimum yang tergantung
dari teknologi burner, operasi (kontrol), dan pemeliharaan).
 Suhu gas cerobong (diturunkan dengan mengoptimalkan perawatan
(pembersihan), beban; burner yang lebih baik dan teknologi boiler).
 Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam cerobong dan
abu (mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan; teknologi burner yang
lebih baik).
 Kehilangan dari blowdown (pengolahan air umpan segar, daur ulang
kondensat)
 Kehilangan kondensat (manfaatkan sebanyak mungkin kondensat)
 Kehilangan konveksi dan radiasi (dikurangi dengan isolasi boiler yang
lebih baik)

2.5.2 Efisiensi Boiler


Efisiensi termis boiler didefinisikan sebagai “persen energi (panas)
masuk yang digunakan secara efektif pada steam yang dihasilkan.” Terdapat
dua metode pengkajian efisiensi boiler:
 Metode Langsung: energi yang didapat dari fluida kerja (air dan
steam) dibandingkan dengan energi yang terkandung dalam bahan
bakar boiler.
 Metode Tidak Langsung: efisiensi merupakan perbedaan antara
kehilangan dan energi yang masuk.
2.6 Boiler Fluidized Bed (FBC)

2.6.1 Definisi

fluidized bed combution atau disebut juga dalam bahasa Indonesia


teknologi unggun terfluida adalah sistem dimana udara ditiup dari bawah
menggunakan blower sehingga benda padat di atasnya berkelakuan mirip
fluida. Umumnya dipakai untuk proses yang membutuhkan area yang luas
untuk persentuhan antara partikel padat dan fluida. Cara ini terbukti sangat
efektif, dan biasa dipakai pada proses-proses kimia. Teknik fluidisasi dalam
pembakaran batubara adalah teknik yang paling efisien dalam
menghasilkan energi. Pasir atau corundum yang berlaku sebagai medium
pemanas dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan biasanya dilakukan
dengan minyak bakar. Setelah temperatur pasir mencapai temperature bakar
batubara (300oC) maka diumpankanlah batubara. Sistem ini menghasilkan
abu terbang dan abu yang turun di bawah alat. Abu-abu tersebut disebut
dengan fly ash dan bottom ash. Teknologi fluidized bed biasanya digunakan
di PLTU (Pembangkit Listruk Tenaga Uap). Komposisi fly ash dan bottom
ash yang terbentuk dalam perbandingan berat adalah : (80-90%) berbanding
(10-20%)

2.6.2 Karakteristik dan Sifat

Sekitar tahun 1970 dengan terjadinya krisis minyak dunia, pemanfaatan


batubara sebagai sumber energi pengganti bahan bakar minyak bumi mulai
diperhatikan. Pemakaian fluidized bed boiler dengan bahan bakar padat
(batubara, sampah) mempunyai beberapa kelebihan antara lain suhu bakar
di dalam tungku fluidized bed yang rendah dapat menekan emisi Nox dan
Sox.
Pada kurun waktu terakhir ini, teknologi fluidized bed yang digunakan
untuk bahan bakar padat telah berkembang cukup pesat. Terdapat tiga
model teknologi pembakaran dengan menggunakan teknologi fluidized
bed, yaitu teknologi fluidized bed dengan atmospheric bubbling bed
combustor, circulating bed combustor dan pressurized bed combustor.
Teknologi ini dapat untuk digunakan dan dikembangkan pada semua bahan
bakar padat dari mulai batubara sampai sampah.
karakteristik umum dari system pembakaran fluidized bed dapat lebih
mudah diketahui. Secara umum system pembakaran fluidized bed terdiri
dari :
1. sistem pengumpan bahan bakar dan limestone.
2. reactor fluidized bed dengan windbox, bed region, dan freeboard,
termasuk in bed heat removal.
3. waste heat boiler.
4. dan sistem pengontrol polusi udara (Air Pollution Control System
(APCS)).
Secara umum konsep teknologi yang diunggulkan dari system
pembakaran fluidized bed adalah :
1. adanya gerak turbulen partikel yang sangat baik untuk
proses perpindahan panas dan massa bahan bakar padat, dan
baik untuk menyeragamkabn temperature di dalam bed dan
reactor.
2. injeksi langsung gas terlarut (sorbent) ke dalam bed, sangat
memudahkan untuk mengkontrol gas asam.
3. penggunaan temperature sebagai variable independent, yang
berguna untuk mengendalikan polusi, mengatur distribusi
bahan bakar dan udara, serta penukaran panas di dalam
reactor.
4. penggunaan bed dengan material inert sebagai pemberat
panas (thermal flywheel) yang dapat mengurangi terjadinya
slugs ataupun pengotor bahan bakar lainnya.

2.6.3 Cara Kerja


Konsep dari sistem pembakaran fluidized bed adalah masuknya bahan
bakar padat secara turbulen ke dalam proses pembakaran, dan secara cepat
mempengaruhi proses perpindahan panas dan perpindahan massa.
Mekanisme inilah yag menyebabkan pembakaran pada sistem fluidized
bed. Secara sederhana Erlich (11) mendefinisikan fluidized bed sebagai
partikel bed yang mendorong dengan cara menaikkan aliran gas, bisa
berupa udara, gas hasil pembakaran, atau aliran gas lainnya. Dalam sistem
fluidized bed, variabel yang terpenting adalah kecepatan gas, yang secara
umum disebut dengan istilah kecepatan superficial (superficial velocity).
Untuk memudahkan gambaran tentang fluidized bed, maka ilustrasi gambar
berikut dapat dilihat :
Dari definisi tersebut ditambah dengan gambaran tentang system fluidized
bed, maka karakteristik umum dari system pembakaran fluidized bed dapat
lebih mudah diketahui.
Di dalam reactor terdapat sebuah bed yang biasanya berupa partikel
inert seperti pasir, abu sisa pembakaran, dan atau limestone (CaCO3).
Sebagai udara pembakaran dialiri gas dari windbox melalui plenum
pendistribusi udara, yang memberi bed fluida sehingga partikel terangkat
dan menyebabkan bed seluruhnya mengembang. Partikel bed bergerak
akibat aliran arus udara, dan kemudian bahan bakar mulai dimasukkan ke
dalam reaktor (baik ke dalam bed ataupun ke atas bed). ketika bahan bakar
mulai memasuki daerah bed maka pembakaran mulai terjadi. Panas
dipindahkan ke partikel-partikrl bahan bakar melalui perantara material
inert bed, secara kontak langsung ataupun secara radiasi. Pada reactor
fluidized bed, terjadi reaksi oksidasi antara gas dengan gas (satu fase) dan
gas dengan solid (dua fase). Reaksi oksidasi tersebut seringnya terjadi pada
daerah freeboard yaitu daerah antara bed bagian atas dengan sauran keluar
ruang bakar. Di dalam pembakaran fluidized bed terjadi berbagai macam
reaksi oksidasi, dan reaksi pembakaran yang umum terjadi untuk sulfur dan
klorin yang mengandung hidrokarbon adaah sebagai berikut :

CaHNSeCl + N2 +  CO2 + 0.5H2O + 0.1NO2 + SO2 + HCl + O2 + N2 + heat

Kemudian limestone di dalam bed terurai menjadi lime (CaO) dan CO2,
berdasarkan persamaan reaksi berikut ini : CaCO3 + heat  CaO + CO2 Dan
lime (CaO) di dalam bed bereaksi dengan SO2 dan HCl untuk menangkap
senyawa gas asam berdasarkan reaksi berikut : CaO + SO2 + 0.5O2  CaSO4
+ heat Dan CaO + 2HCl  CaCl2 + H2O + heat. Dalam pembakaran dengan
system fluidized bed ini tidak diperukan system untuk mengikat gas asam di
akhir rangkaian proses pembakaran. Filter fabric dan baghouse sudah cukup
untuk keperluan APCS.
Dalam system fuidized bed, variasi pada kecepatan superficial dan
variasi tekanan pada operasi fluidized bed menjadi variabel membedakan jenis
fluidized bed. Jenis bubbling bed berusaha menjaga agar seluruh material padat
berada pada fase yang rapat di dalam bed, sehingga kecepatan superficial dijaga
pada rentag 3.5 – 7.5 ft/sec, sementara circulating fluidized bed berusaha
menghilangkan fase partikel solid. Reaktor penyirkulasi fluida bed meniup
media bed dan bahan bakar padat, dan kemundian menagkapnya kembali pada
bagian cyclone. Jenis circulating bed ini memiliki kecepatan superficial antara
15 – 30 ft/sec (4.6 – 9.23 m/sec). Pressurized fluidized bed bekerja pada rentang
kecepatan gas yang hampir sama dengan bubbling bed, tetapi tekanannya lebih
besar yaitu sekitar 174 psia (12 atm). Secara singkat perbedaan anatara masing-
masing jenis tersebut dapat dilihat pada table berikut ini :
Perbedaan pada masing-masing jenis fluidized bed ini membawa pada
perbedaan pengaplikasian teknologi yang digunakan. Untuk dapat
digunakan masing-masing jenis teknologi tersebut, akan dipertimbangkan
hal-hal, yaitu prinsip dasar pembakaran, manipulasi proses pembakaran,
dan kemudahan untuk penggunaan secara komersial.
3 Penggunaan
1. Fly Ash / Bottom Ash
Fly ash/bottom ash yang dihasilkan oleh fluidized bed system berukuran
100-200 mesh (1 mesh = 1 lubang/inch2). Ukuran ini relative kecil dan
ringan, sedangkan bottom ash berukuran 20-50 mesh. Secara umum
ukuran fly ash/bottom ash dapat langsung dimanfaatkan di pabrik semen
sebagai substitusi batuan trass dengan memasukkannya pada cement
mill menggunakan udara tekan (pneumatic system). Disamping
dimanfaatkan di industri semen, fly/bottom ash dapat juga
dimanfaatkan menjadi campuran asphalt (ready mix), campuran beton
(concerete) dan dicetak menjadi paving block/batako. Dari suatu
penelitian empiric untuk campuran batako, komposisi yang baik adalah
sebagai berikut :
Kapur : 40%
Fly ash : 10%
Pasir : 40%
Semen : 10%
Fly ash/bottom ash yang berasal dari sistem pembakaran fluidized bed
dapat digunakan untuk :
1. Campuran semen tahan asam
2. Campuran asphalt (ready mix) dan beton
3. Campuran paving block/batako

2. Teknologi FBC (Fluidized Bed Combustion)


Dewasa ini telah dikembangkan sistim peralatan berteknologi tinggi
yang mampu mengurangi emisi polutan dalam gas buang yang
dikeluarkan cerobong, baik dari pusat pembangkit listrik maupun
industri lainnya yang membakar batubara. Berbagai upaya untuk
memperbaiki reputasi batubara terus dilakukan dengan mewujudkan
clean coal technology, salah satunya adalah dengan teknologi fluidized
bed combustion (FBC). Teknologi ini di samping mempunyai efisiensi
pembakaran batubara yang tinggi, juga mampu meredam secara drastis
emisi gas-gas polutan seperti SOx dan NOx.
Emisi gas buang pada pembakaran batubara dengan teknik FBC bisa
ditekan menjadi lebih rendah karena suhu operasi pembakaran
batubaranya relatif rendah. Pada teknologi FBC, suhu operasinya
sekitar 750-9500C, sehingga batubara dapat terbakar secara efisien,
tidak meleburkan abu serta sisa pembakaran lainnya. Pada suhu
pembakaran 8000C, emisi NOx dapat dikurangi hingga 33 Karena
prestasinya itu, teknologi FBC mampu menggeser teknologi
pembakaran batubara cara kuno yang telah berumur lebih dari satu abad,
yang dikenal dengan pulverised coal combustion (PCC). Pada teknologi
PCC, karena suhu pembakarannya lebih tinggi, maka emisi gas NOx
juga tinggi.
Pembakaran dengan fluidized bed (FBC) muncul sebagai alternatif yang
memungkinkan dan memiliki kelebihan yang cukup berarti dibanding sistem
pembakaran yang konvensional dan memberikan banyak keuntungan antara lain
rancangan boiler yang kompak, fleksibel terhadap bahan bakar, efisiensi pembakaran
yang tinggi dan berkurangnya emisi polutan yang merugikan seperti SOx dan NOx.
Bahan bakar yang dapat dibakar dalam boiler ini adalah batubara, barang tolakan dari
tempat pencucian pakaian, sekam padi, bagas & limbah pertanian lainnya. Boiler
fluidized bed memiliki kisaran kapasitas yang luas yaitu antara 0.5 T/jam sampai lebih
dari 100 T/jam. Bila udara atau gas yang terdistribusi secara merata dilewatkan keatas
melalui bed partikel padat seperti pasir yang disangga oleh saringan halus, partikel
tidak akan terganggu pada kecepatan yang rendah. Begitu kecepatan udaranya
berangsur-angsur naik, terbentuklah suatu keadaan dimana partikel tersuspensi dalam
aliran udara sehingga bed tersebut disebut “terfluidisasikan”. Dengan kenaikan
kecepatan udara selanjutnya, terjadi pembentukan gelembung, turbulensi yang kuat,
pencampuran cepat dan pembentukan permukaan bed yang rapat. Bed partikel padat
menampilkan sifat cairan mendidih dan terlihat seperti fluida yang disebut “bed
gelembung fluida(bubbling fluidized bed)”. Jika partikel pasir dalam keadaan
terfluidisasikan dipanaskan hingga ke suhu nyala batubara, dan batubara diinjeksikan
secara terus menerus ke bed, batubara akan terbakar dengan cepat dan bed mencapai
suhu yang seragam. Pembakaran dengan fluidized bed (FBC) berlangsung pada suhu
sekitar 840°C hingga 950°C. Karena suhu ini jauh berada dibawah suhu fusi abu, maka

pelelehan abu dan permasalahan yang terkait didalamnya dapat dihindari. Suhu
pembakaran yang lebih rendah tercapai disebabkan tingginya koefisien
perpindahanpanas sebagai akibat pencampuran cepat dalam fluidized bed dan ekstraksi
panas yang efektif dari bed melalui perpindahan panas pada pipa dan dinding bed.
Kecepatan gas dicapai diantara kecepatan fluidisasi minimum dan kecepatan masuk
partikel. Hal ini menjamin operasi bed yang stabil dan menghindari terbawanya
partikel dalam jalur gas.
Tingkat turbulensi ini juga dipengaruhi kecepatan masuk fluidizing air.
Turbulensi dari fluidized bed akan mempengaruhi pencampuran udara dengan bahan
bakar (batu bara), semakin turbulen bed dari FBC, maka pencampuran bahan bakar
dengan udara akan semakin baik, tetapi ada saatnya di mana kecepatan udara akan
memperburuk pola pengembangan fluidized bed, yaitu ketika kecepatan masuk
fluidizing air terlalu besar. Jika hal ini terjadi, maka fluidized bed akan terlalu
mengembang, akibatnya fluidized bed akan ikut mengalir ke atas. Hal ini tentu tidak
diinginkan sebab fluidized bed akan terlalu kacau dan tidak dapat dikontrol. Oleh
karena itu, saya akan mencoba menganalisa kontur energi kinetik turbulen pembakaran
dan kontur pengembangan fluidized bed.

Gambar Fluidized Bed Combtion (FBC) (Gunawan Candra, 2011)


 Keunggulan sistem pembakaran fluidized bed cobustion:
1. Hampir semua bahan bakar solid dapat di bakar dengan kalori 3.200 kcal/kg

6.500 kcal/kg.

2. Menggunakan batubara rendah kalori, dengan ukuran 0 ~ 15 mm.


2. Efisiensi bahan bakar sangat tinggi, hampir 99% bahan bakar terbakar
semua.
3. Sangat handal karena tidak ada moving part di tempat yang temperaturnya
tinggi.
4. Low mantenance
5. mudah mencari kerusakan boiler karena bagian per bagian terpisah satu
sama lain.
6. Selama boiler shut down kurang dari 4 jam, boiler masih dapat beroperasi
tanpa melakukan pemanasan awal lagi.

7. Temperature pembakaran yang rendah.maksimum 950 °C,

 Kelemahan sistem pembakaran fluidized bed combustion:


1. Membutuhkan bahan bakar dengan ukuran yang tidak terlalu besar,
maksimal ukuran batubara yang disarankan 15mm.
2. Furnace FBC tidak dapat beroperasi kontinyu jika beban kurang dari 50%.
3. Biaya investasi sedikit lebih mahal dari pada sistem pembakaran yang lain.
4. membutuhkan lahan yang sedikit besar.
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasa fluidized bed system ini dapat diambil kesimpulan adalah
penggunaan fluidized bed system :
1. Merupakan sistem pembakaran batu bara yang efisien dan efektif
2. Salah satu sistem yang berteknologi tinggi yang mampu mengurangi polusi
udara
3. Sistem pembakaran yang banyak dipakai di industri-industri saat ini
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/178330796/Makalah-Fluidized-Bed-Combustion

https://docplayer.info/55735957-Dedi-hariyanto-boiler-katel-uap-d-3-teknik-
kimia-polban-boiler-0.html

https://www.academia.edu/26527311/JENIS-JENIS_BOILER

Anda mungkin juga menyukai