Anda di halaman 1dari 19

Laporan Pendahuluan

ISOLASI SOSIAL

A. DEFINISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme
individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi
dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima
sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam
(Wilkinson, 2007).

B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama
yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan
orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut
dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan
di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar
anak tidak mersaa diperlakukan sebagai objek.
Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam
berhubungan terdiri dari:
1). Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhan biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu
dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar.
Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi hubungannya dengan
lingkungan di kemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam
mengembangkan rasa percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk
berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya.
2). Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri,
mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan
dengan teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi
atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang
yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam
keluarga dapat menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang
interdependen, Orang tua harus dapat memberikan pengarahan terhadap
tingkah laku yang diadopsi dari dirinya, maupun sistem nilai yang harus
diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak mulai masuk sekolah
dimana ia harus belajar cara berhubungan, berkompetensi dan berkompromi
dengan orang lain.
3) Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim
dengan teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi
individu untuk mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di
masyarakat. Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan
berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini
hubungan individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti daripada
hubungannya dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak
dapat mempertahankan keseimbangan hubungan tersebut, yang seringkali
menimbulkan perasaan tertekan maupun tergantung pada remaja.
4) Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan
hubungan interdependen antara teman sebaya maupun orang tua.
Kematangan ditandai dengan kemampuan mengekspresikan perasaan
pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta peka terhadap
kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan
baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan
interpersonal pada dewasa muda adalah saling memberi dan menerima
(mutuality).
5) Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan
anak-anak terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan
individu untuk mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan
pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap
mempertahankan hubungan yang interdependen antara orang tua dengan
anak.
6) Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan
keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun
pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan tersebut ketergantungan
pada orang lain akan meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki
harus dapat dipertahankan.
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
1) Sikap bermusuhan/hostilitas
2) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
3) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
4) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak,
hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi
kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara
terbuka dengan musyawarah.
5) Ekspresi emosi yang tinggi
6) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan
yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena
norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga.seperti anggota tidak
produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
d. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi
skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita
skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila salah
diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot
persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.

2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal, meliputi:
a. Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh,
dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi
sosial.
b. Stressor Biokimia
1). Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik
serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
2) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya
MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
3) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena
dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun
penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah
laku psikotik.
4) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala
psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel
otak.
c. Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi
akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
d. Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan
memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah
akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe
psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak
dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari
luar. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi
stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan
anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu
terhambat.
Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien sebagai usaha
mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam
dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing tingkah
laku adalah sebagai berikut:
a) Tingkah laku curiga: proyeksi
b) Dependency: reaksi formasi
c) Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
d) Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
e) Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
f) Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi dan
regrasi.

C. POHON MASALAH

Pathway Isolasi Sosial

Sumber: (Keliat, 2006)

D. TANDA DAN GEJALA


Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan
dengan wawancara, adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
E. AKIBAT YANG DITIMBULKAN
Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi
sensori halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang
salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan
realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang
sebenarnya tidak ada.
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di
mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh
psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.Halusinasi merupakan pengalaman
mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi lima
perasaan (pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi
yang paling umum adalah halusinasi pendengaran.

F. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri terganggu,
berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi. Gangguan
perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi
kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan
kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung.
Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom parkinson).
Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee). Hematologik,
agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap
penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan
miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra
meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki efek
samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah,
bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut
sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi
pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab
isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila
berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan,
dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam
kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu
orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua
orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
hariannya (Purba, dkk. 2008)
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
yang meliputi:
1) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun tidur.
2) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk tingkah
laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
3) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi dan
sesudah mandi.
4) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan berganti
pakaian.
5) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan
setelah makan dan minum.
6) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan
kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan,
rambut, kuku dan lain-lain.
7) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat menjaga
keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh benda tajam
sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya
tanpa tujuan yang positif.
8) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur.
Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan karena
sering merupakan gejala primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini
yang dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau
mengawali tidurnya.
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien
dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
1) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya,
berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
2) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan
waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
3) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan orang
lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya kesungguhan
dalam berkomunikasi.
4) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul
dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
5) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban
yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
6) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau sopan
santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
7) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak meludah
sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan sebagainya.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial
2. Gangguan konsep diri
3. Gangguan proses pikir
Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Perencanaan Rencana Tindakan


Tgl Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Keperawatan
Isolasi Sosial TUM:
Klien dapat
berinteraksi
dengan orang
lain.

TUK 1: Setelah 2X 1. Bina hubungan Memfasilitasi


Klien dapat pertemuan klien saling percaya keterbukaan
membina dapat menerima dengan: dalam
hubungan kehadiran perawat. a. Sapa klien mengungkapka
saling percaya. Klien dapat dengan ramah, n dan
mengungkapkan baik verbal penyelesaian
perasaan dan maupun non masalah
keberadaannya saat verbal
ini secara verbal. b. Perkenalkan diri
Klien mau menjawab dengan sopan
salam .Ada kontak c. Tanyakan nama
mata lengkap klien
Klien mau berjabat dan nama
tangan panggilan yang
Klien mau di sukai klien
berkenalan d. Jelaskan tujuan
Klien mau menjawab pertemuan
pertanyaan e. Buat kontrak
Klien mau duduk interaksi yang
berdampingan jelas
dengan perawat f. Jujur dan tepati
Klien mau janji
mengungkapkan g. Tunjukkan sikap
perasaannya empati dan
menerima klien
apa adanya
h. Beri perhatian
pada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
Isolasi Sosial TUK 2:
Klien mampu Setelah 2X interaksi 1. Tanyakan 1. Memfasilita
menyebutkan klien dapat pada klien si pasien
menyebutkan tentang: untuk
penyebab minimal satu a. Orang yang mengungkap
menarik diri penyebab menarik tinggal kan orang
diri dari yang berasal serumah/teman terdekat
dari: sekamar klien dalam
1. Diri sendiri b. Orang yang kehidupan
2. Orang lain paling dekat pasien
3. Lingkungan dengan klien di 2. Perilaku
rumah/di ruang menarik diri
perawatan dapat
c. Apa yang teridentifika
membuat klien si lebih awal
dekat dengan 3. Dapat
orang tersebut melakukan
d. Orang yang penatalaksan
tidak dekat aan sesuai
dengan klien di penyebab
rumah/di ruang 4. Meningkatk
perawatan an rasa
e. Apa yang percaya diri
membuat klien klien
tidak dekat
dengan orang
tersebut
f. Upaya yang
sudah dilakukan
agar dekat
dengan orang
lain
2. Kaji pengetahuan
klien tentang
perilaku menarik
diri dan tanda-
tandanya
3. Diskusikan dengan
klien penyebab
menarik diri atau
tidak mau bergaul
dengan orang lain
4. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
Isolasi Sosial TUK 3 :
Klien dapat Setelah 2X interaksi 1. Kaji pengetahuan 1 Dengan klien
menyebutkan klien dapat klien tentang mengetahui
keuntungan menyebutkan manfaat dan keuntungan
berhubungan keuntungan keuntungan berteman
dengan orang berhubungan bergaul dengan diharapkan
lain dan sosial,misalnya: orang lain klien dapat
kerugian tidak a. Banyak teman 2. Beri kesempatan berinteraksi
berhubungan b. Tidak kesepian pada klien untuk dengan teman
dengan orang c. Bisa diskusi mengungkapkan yang lain
lain d. Saling menolong perasaannya 2. Ungkapkan
tentang perasaan klien
keuntungan di perlukan
berhubungan agar klien
dengan orang lain lebih dapat
3. Diskusikan terbuka
bersama klien 3. Menjadikan
tentang manfaat klien dapat
berhubungan memiliki
dengan orang lain teman lebih
4. Beri banyak
reinforcement 4.Meningkatkan
positif terhadap kepercayaan
kemampuan diri klien
mengungkapkan
perasaan tentang 5. Kaji
keuntungan pengetahuan
berhubungan klien tentang
dengan orang lain kerugian bila
tidak
berhubungan
dengan orang
lain
Setelah 2X interaksi 6. Beri
klien dapat kesempatan
menyebutkan pada klien
kerugian tidak untuk
berhubungan dengan mengungkap
orang lain. Misal: kan perasaan
sendiri, tidak punya tentang
teman, kesepian, kerugian
tidak ada temannya tidak
ngobrol. berhubungan
dengan orang
lain
7 Diskusika
n bersama
klien
tentang
kerugian
tidak
berhubung
an dengan
orang lain
8 Beri
reinforcem
ent positif
terhadap
kemampua
n
mengungk
apkan
perasaan
tentang
kerugian
tidak
dengan
orang lain.
Isolasi Sosial TUK 4 :
Klien dapat Setelah 2X interaksi 1 Observasi perilaku 4.1 Dapat
melaksanakan klien dapat klien saat mengetahui
hubungan melaksanakan berhubungan kemajuan dari
sosial secara hubungan sosial dengan orang klien
bertahap secara bertahap lain. 4.2 Dukungan
dengan: 2. Beri motivasi dan mengenai
a. Klien-perawat bantu klien untuk interaksi
b. Klien-perawat- berkenalan/berko sangat klien
perawat lain munikasi dengan agar dapat
c. Klien-perawat- orang lain meningkatkan
perawat lain-klien melalui: komunikasi
lain a. Klien-perawat klien terhadap
d. Klien-kelompok b. Klien-perawat- orang lain
kecil perawat lain 4.3 Dapat
e. Klien- c. Klien-perawat- meningkatkan
keluarga/kelompok/ perawat lain-klien rasa percaya
masyarakat lain diri klien
d. Klien-kelompok 4.4 Mengetahui
kecil seberapa jauh
e. Klien- klien
keluarga/kelompo mengetahui
k/masyarakat
3 Beri reinforcement manfaat
terhadap berteman
keberhasilan yang 4.5 TAK dapat
telah dicapai dijadikan
4 Bantu klien solusi agar
mengevaluasi klien lebih
manfaat interaktif
berhubungan terhadap
dengan orang lain lingkungan
5 Motivasi dan 4.6 Jadwal harian
libatkan klien dapat
untuk mengikuti dijadikan
kegiatan terapi solusi agar
aktifitas klien dapat
kelompok bersosialisasi
sosialisasi 4.7 Mengajarkan
cara disiplin
6 Diskusikan jadwal dengan cara
kegiatan harian membuat
yang dapat jadwal harian
dilakukan untuk 4.8
meningkat Meningkatkan
kemampuan klien rasa percaya
bersosialisasi diri klien
7 Beri motivasi klien
untuk melakukan
kegiatan sesuai
dengan jadwal
yang telah di buat
.8 Beri pujian
terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulannya
melalui aktivitas
yang
dilaksanakan
Isolasi Sosial TUK 5 :
Klien mampu Setelah 2X interaksi 5.1 Dorong klien 5.1 Ungkapan
mengungkapka klien dapat untuk perasaan dapat
n perasaannya mengungkapkan mengungkapkan meningkatkan
setelah perasaan setelah perasaannya respon emosi
berhubungan berhubungan dengan setelah klien
dengan orang orang lain untuk: berhubungan
lain a. Diri sendiri dengan orang 5.2 Klien dapat
b. Orang lain lain/kelompok mengetahui
c. kelompok 5.2 Diskusikan manfaat
dengan klien berteman
manfaat 5.3Meningkatkan
berhubungan rasa percaya
dengan orang lain diri klien
5.3 Beri reinforcement
positif atas
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaan manfaat
berhubungan
dengan orang lain.
Isolasi Sosial TUK 6
Klien Setalah 2X 6.1.
Diskusikan 6.1 Dukungan
mendapat pertemuan keluarga pentingnya peran keluarga
dukungan dapat menjelaskan serta keluarga diperlukan
keluarga dalam tentang: sebagai pendukung untuk
memperluas Pengertian untuk mengatasi mengatasi
hubungan menarik diri prilaku menarik perilaku dari
sosial Tanda dan diri klien
gejala 6.2Diskusikan dengan6.2 Anggota
Penyebab dan anggota keluarga keluarga dapat
akibat menarik diri tentang: meningkatkan
Cara merawat Perilaku pengetahuan
klien menarik diri menarik diri sehingga
Tanda dan mengetahui
gejala menarik diri penanganan
Penyebab jika terjadi
prilaku menarik ulangan
diri penyakit dari
Cara klien
Setelah 2X keluarga
pertemuan keluarga meghadapi klien 6.3 Keluarga
dapat yang sedang merupakan
mempraktekkan cara menarik diri orang terdekat
merawat klien dari klien,
menarik diri. 6.3 Diskusikan potensi sehingga
keluarga untuk memudahkan
membantu interaksi
klien mengatasi 6.4
prilaku menarik Memandirikan
diri keluarga
dalam
merawat klien
6.5 Mengetahui
seberapa besar
6.4 Latih keluarga cara pengetahuan
merawat klien keluarga
menarik diri dalam
merawat klien
6.5 Tanyakan perasaan gangguan jiwa
keluarga setalag 6.6 Dukungan
mencoba cara yang keluarga
dilatihkan sangat berarti
dalam
meningkatkan
6.6 Dorong anggota keyakinan dari
keluarga untuk dalam diri
memberikan klien
dukungan kepada 6.7 Kunjungan
klien keluarga dapat
berkomunikasi menjadi
dengan orang lain motivasi dari
klien
6.7 Anjurkan anggota
keluarga untuk 6.8
rutin dan Meningkatkan
bergantian dukungan
mengunjungi klien keluarga
minimal 1x dalam
seminggu merawat klien
6.8 Beri reinforcement
atas hal-hal yang
telah dicapai dan
keterlibatannya
keluarga merawat
klien di rumah
sakit
Isolasi Sosial TUK 7
Klien dapat Setalah 2x interaksi 7.1 Diskusikan dengan 7.1Meningkatkak
memanfaatkan klien menyebutkan: klien tentang esadaran klien
obat dengan Manfaat manfaat dan dalam
baik minum obat kerugisn tidak kepatuhan
Kerugian minum obat, minum obat
tidak minum obat nama, warna,
Nama,warna dosis, cara, efek
dosis, efak terapi terapi dan efek 7.2 Mengetahui
dan efek samping samping keinginan
obat penggunaan obat dalam proses
7.2 Pantau klien saan penyembuhan
penggunaan obat 7.3 Kesadaran
dalam
7.3 Anjurkan klien penggunaan
minta sendiri obat atau manfaat
Setelah 2x interaksi pada perawat agar dari meminum
klien dapat merasakan obat secara
mendemonstrasikan manfaatnya teratur
penggunaaan obat 7.4
dan menyebutkan Meningkatkan
akibat berhenti 7.4 Beri pujian jika rasa percaya
minum obat tanpa klien diri klien
konsultasi ke dokter menggunakan
obat dengan benar 7.5 Klien dapat
7.5 Diskusikan akibat mengetahui
berhenti minum akibat dari
obat tanpa tidak patuh
konsultasi dengan minum obat
dokter 7.6 Memberikan
pengetahuan
7.6 Anjurkan klien klien
untuk konsultasi mengenai hal-
dengan hal yang dapat
dokter/perawat muncul atas
jika terjadi hal-hal penggunaan
yang tidak obat/efek
diinginkan. samping.
DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC
Anna Budi Keliat, SKp. (2006). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Anonim. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial. Diakses pada tanggal 24
Juli 2012 pada http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-keperawatan-
pada-klien-dengan-isolasi-sosial/
Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat. Jakarta: Salemba Medika.
Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.
Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API). Jakarta
: fajar Interpratama.

Anda mungkin juga menyukai