Anda di halaman 1dari 48

II-1

BAB 2 Ruang Lingkup Studi

RUANG LINGKUP STUDI

BAB

2.1 LINGKUP RENCANA PEMBANGUNAN WADUK CIPANAS


2.1.1 Status dan Lingkup Rencana Kegiatan

A. STATUS STUDI AMDAL


Pelaksanaan Studi AMDAL Pembangunan Waduk Cipanas di Kabupaten Sumedang ini
adalah sebagai bagian dari rangkaian studi untuk mencapai suatu rencana
pembangunan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dengan
demikian keberadaan Waduk Cipanas nanti dapat memberikan manfaat yang optimal
dengan dampak positif yang sebesar-besarnya dan dampak negatif yang sekecil-
kecilnya.
Disamping studi AMDAL, beberapa studi lain sudah dilakukan antara lain, Studi
Kelayakan Teknis, ekonomi, geologi, hidrologi dan hidrogeologi.

B. KESESUAIAN RUANG
Secara administratif, Waduk Cipanas yang akan dibangun berada di wilayah
Kabupaten Sumedang yang meliputi Desa Karanglayung, Cibubuan dan Ungkal
Kecamatan Conggeang, serta Desa Cibuluh Kecamatan Cibuluh. Peta lokasi rencana
kegiatan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang (2002 - 2012) lokasi
bendungan direncanakan untuk daerah hutan, tetapi keberadaan Waduk Cipanas akan
menunjang rencana penggunaan ruang untuk industri yang berlokasi di bawah (bagian
hilir) bendungan. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Sumedang tidak keberatan
dengan rencana pembangunan Waduk Cipanas ini dengan spesifikasi dan kualifikasi
yang paling sesuai dengan kondisi dan rencana yang akan datang (lihat lampiran).
Dari arahan RTRW, lokasi rencana kegiatan yang berada di Satuan Wilayah
Pembangunan (SWP) Buahdua bersama yang lain berfungsi melayani lingkup regional
seluruh Kabupaten Sumedang, sub regional dan lokal.

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-2
BAB 2 Ruang Lingkup Studi

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-3
BAB 2 Ruang Lingkup Studi

Gambar 2.1 Peta Orientasi Lokasi

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-4
BAB 1 Pendahuluan

Di bagian selatan lokasi bendungan subur dengan air, sedangkan di bagian utara
kekurangan air. Oleh karenanya, keberadaan Waduk Cipanas dapat membantu
menyediakan air di bagian selatan Kabupaten Sumedang, khususnya dan daerah
Kabupaten Indramayu pada umumnya. Penduduk bagian selatan khususnya Desa
Cibubuan dan Karanglayung sudah biasa melakukan usaha budidaya ikan dan
peternakan.

2.1.2 Uraian Singkat Kegiatan


2.1.2.1 Rencana Genangan

Dari hasil Pekerjaan Survei Investigasi dan Desain Waduk Cipanas Kabupaten
Sumedang tahun 2005, rencana genangan Waduk Cipanas meliputi pertemuan kelima
sungai tersebut. Dari hasil perhitungan luas genangan dan volume waduk adalah
sebagai berikut :

Luas Daerah Tangkapan : 65,7 km2


Panjang Sungai : 11,935 km
Elevasi muka air banjir (maksimum) : 126,80 m
Elevasi muka air normal (NHWL) : 124,50 m
Elevasi muka air minimum (LWL) : 112,50 m
Luas genangan untuk elevasi banjir : 867,10 ha
Luas genangan untuk elevasi normal : 840,26 ha
Luas genangan untuk elevasi minimum : 450,80 ha

Secara administratif sebagian besar lokasi genangan terletak dalam wilayah


Kabupaten Sumedang, yaitu Desa Cibubuan, Desa Karang Layung dan Desa Ungkal
Kecamatan Conggeang serta Desa Cibuluh Kecamatan Ujung Jaya.

2.1.2.2 Jalan Akses

Jalan Akses yang didesain untuk keperluan jalan masuk ke lokasi Bendungan Cipanas,
permulaan masuknya adalah dari jalan arteri Subang-Cirebon (Jalan Raya Cikamurang
– Ujungjaya) yang terletak di Desa Pande, Kecamatan Conggeang, masuk melalui
Jalan Perhutani yang berjarak + 2,5 km dari jalan raya tersebut.

2.1.2.3 Bangunan Saluran Pengelak

Lokasi bangunan saluran pengelak berada di sebelah kanan Bendungan Cipanas.


Untuk perhitungan dimensi saluran pengelak mempergunakan debit banjir rencana
Q100 = 572,39 m3/det.

Tipe : Terowongan
Panjang : 517, 80 m

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-5
BAB 1 Pendahuluan

Diameter Dalam : 4,50 m


Elevasi dasar inlet : + 74,50 m
Elevasi dasar outlet : + 68,80 m
Kemiringan Saluran ( s ) : 0,01124

2.1.2.4 Cofferdam

Cofferdam pada rencana Waduk Cipanas berupa urugan batu dengan lapisan kedap
air di hulu.

Tinggi Cofferdam : 30 m
Lebar Puncak : 6m
Panjang Puncak : 256 m
Elevasi Puncak : 95,00 m
Elevasi dasar Sungai : 65,00 m

2.1.2.5 Pondasi

Dari hasil pekerjaan Survei Investigasi dan Desain Waduk Cipanas Kabupaten
Sumedang tahun 2005 yang dilaksanakan oleh PT. INDRA KARYA. Untuk geologi
lokasi bendungan terdapat 4 (empat) macam batuan di era Kwarter Akhir yang terdapat
di daerah pondasi, yang terdapat dalam urutan stratigrafi.
Breksi Tufaan (Qos) dengan massa dasar pasir dan juga dijumpai fragmen sekitar
elevasi El. + 60,00 m di atas permukaan air laut, batuan ini tersingkap dengan jelas di
permukaan, berwarna abu-abu terang hingga abu-abu gelap, keras hingga sangat
keras. Bantuan ini menyebar hampir horizontal ke arah kanan lokasi rencana
bendungan, serta dijumpai pula batu lempung yang bersifat lenses.

Hasil test permeabilitas yang telah dilaksanakan pada batuan ini berkisar antara k =
6,01 x 10-04 hingga 9,20 x 10-05 cm/det, atau dengan harga Lugeon (Lu) sekitar antara 5
– 8, dengan kata lain bahwa batuan breksi tufaan ini bersifat semi permeable terutama
hasil pemboran di tempat tertentu ditemukan selain terdapat fracture (batuan hancur)
juga dijumpai joint, crack.
Kondisi geologi yang demikian ini dapat ditanggulangi dengan injeksi semen milk ke
lubang batuan yang mengalami retakan, joint, crack dengan demikian keseluruhan
batuan pondasi akan tersemenkan dan selanjutnya akan memperkecil kelulusan air
(permeabilitas) serta akan meningkatkan daya kedap air batuan.

2.1.2.6 Borrow Area

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-6
BAB 1 Pendahuluan

Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh PT. INDRA KARYA selaku
konsultan untuk pekerjaan Survei Investigasi dan Desain Waduk Cipanas Kabupaten
Sumedang tahun 2005.

Jenis material : Tanah timbunan


Lokasi : 300 m ke bagaian hulu dari lokasi rencana
bendungan (borrow area 2)
Volume yang tersedia : + 1.687.500 m3
Volume yang dibutuhkan : + 1.000.000 m3
Jenis material : Pasisr dan batu
Lokasi : 6 km ke bagaian hulu dari lokasi rencana
bendungan (di Desa Ungkal /Gunung Garijo)
Volume yang tersedia : + 16.000.000 m3
Volume yang dibutuhkan : + 2.500.000 m3

2.1.2.7 Bendungan Utama

Bendungan Cipanas dibangun sebagai bendungan tipe urugan batu (rockfill) dengan
inti kedap air vertikal di tengah dari tanah liat.

Tipe : Bendung urugan batu dengan inti tanah liat


vertikal
Debit banjir rencana Q 100 : 690 m3/det
QPMF : 880 m3/det
Tinggi Bendungan : 60 m
Panjang Puncak Bendung 560 m
Lebar Puncak : 10.00 m
Elevasi puncak Bendung : El 125.00
Elevasi dasar Sungai : El 65,00 m
Kemiringan lereng hulu : 1 : 2,00
Kemiringan lereng hilir : 1 : 2,00

2.1.2.8 Bangunan Pelimpah

Bangunan Pelimpah merupakan bagian dari konstruksi Bendungan, yang berfungsi


untuk melimpahkan air pada waktu datang banjir sehingga air tidak sampai melimpas
diatas tubuh bendungan.

Tipe : Side Chanel


Lebar Ambang : 60,00 m
Elevasi Mercu : 124,50 m
Lebar Saluran Peluncur : 10,00
Debit Banjir Rencana Q 100 : 689 m3/det
Q PMF : 880 m3/det

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-7
BAB 1 Pendahuluan

2.1.2.9 Outlet Irigasi

Tipe : Saluran Terowongan


Diameter : 3,00 m
Kapasitas : 27,70 m3/det (total)
: 25,70 m3/det (irigasi = 13.500 ha)
: 0,50 m3/det (domestic, municipal dan industri)
: 1,50 m3/det (konservasi sungai)

Bangunan outlet irigasi terletak di sebelah kanan tubuh Bendungan. Jalur saluran
outlet irigasi di bagian depan dimulai dengan bangunan pengambilan kemudian
dihubungkan oleh saluran terowongan dan di bagian hilirnya disambung dan masuk ke
terowongan pengelak.
Untuk pengoperasian pintu, outlet irigasi dilengkapi bangunan sumur pengatur pintu
(gate operation shaft) berupa bangunan menara yang dilengkapi dengan peralatan
hidromekanikal dan alat perlengkapan lainnya.

Struktur outlet irigasi direncanakan terdiri dari beberapa komponen, yaitu sebagai
berikut :

 Bangunan Pengambilan (Intake Structure)

Jenis konstruksi : Konstruksi beton


Elevasi lantai apron : 103,50 m
Panjang : 27,80 m
Lebar : 16,50 m

 Saluran Terowongan
Setelah dari bangunan pengambilan (intake structure), bangunan outlet irigasi
dihubungkan dengan saluran terowongan, hingga sampai ke bagian pintu
pengoperasian atau bagian yang menyambung ke terowongan pengelak.

Jenis konstruksi : Konstruksi beton


Diameter : 3,00 m
Panjang : 239,20 m
Kemiringan ( s ) : 0,012
Elv. Dasar guard gate : + 102,50 m

 Sumur Pintu Pengatur (Gate Operation Shaft)


Sumur pintu pengatur direncanakan dengan terowongan tegak yang di bagian
atasnya berada pada bagian timbunan tubuh bendungan dan di bagian atas sumur
dibangun ruangan pengatur pintu (gate control building).

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-8
BAB 1 Pendahuluan

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-9
BAB 1 Pendahuluan

Gambar 2.2. Peta Situasi

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-10
BAB 1 Pendahuluan

Gambar 2.3 Peta Rencana Tata Letak Waduk Cipanas

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-11
BAB 1 Pendahuluan

2.1.3 Tahapan Kegiatan

Waduk Cipanas merupakan salah satu rencana Pengembangan Sumber Daya Air
dalam Master Plan BBWS Cimanuk-Cisanggarung. Sungai yang akan dibendung
adalah Sungai Cipanas. Sungai ini merupakan gabungan beberapa anak sungai,
yaitu : Sungai Cipanas, Sungai Ciuyah, Sungai Citalo, Sungai Ciporang dan Sungai
Cigarukgak. Pelaksanaan pembangunan waduk dapat dibagi menjadi tiga tahapan,
yaitu : Pra Konstruksi, Konstruksi dan Pasca Konstruksi.

2.1.3.1 Tahap Prakonstruksi

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap Pra Konstruksi adalah perkuatan dan
peningkatan jalan masuk, pembebasan lahan milik penduduk dan proses tukar lahan
Perum Perhutani. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut yaitu :

2.1.3.1.1 Pembebasan Lahan

Jalan akses merupakan jalan perhutani, jadi untuk pembebasan lahannya dilakukan
antara Departemen Kehutanan dengan Departemen Pekerjaan Umum.
Untuk daerah genangan sebagian besar merupakan tanah yang dikuasai oleh Perum
Perhutani. Pembebasan lahan untuk kepentingan ini dilakukan antar instansi yaitu
Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Kehutanan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku, sedangkan untuk tanah yang bukan milik Perhutani,
pembebasannya dilakukan secara langsung dengan pemilik lahan tersebut, tanpa
perantara sesuai dengan ketentuan yang berlaku, berdasarkan kesepakatan pihak
pemilik lahan dan pemrakarsa proyek.

2.1.3.1.2 Perkuatan dan Pelebaran Jalan Akses

Pelebaran dan perkuatan jalan disesuaikan dengan kapasitas dan lebar kendaraan
yang keluar masuk di daerah areal kerja proyek.

2.1.3.2 Tahap Konstruksi

Pada tahap konstruksi rencana kegiatan yang ditelaah dibagi dalam kegiatan
persiapan dan kegiatan utama adalah sebagai berikut :

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-12
BAB 1 Pendahuluan

2.1.3.2.1 Persiapan Konstruksi

1) Pengadaan dan mobilisasi tenaga kerja


Tenaga yang dibutuhkan untuk pembangunan Waduk Cipanas dan bangunan
pelengkap, prasarana dan sarananya ini terdiri dari tenaga Pimpinan Managemen,
Teknisi dengan berbagai keahlian, managemen maupun tenaga menengah, teknisi
dan tenaga buruh. Pada puncak pekerjaan akan diperlukan pekerja sekitar 350
orang. Rencana jumlah dan posisi tenaga kerja yang akan diperlukan adalah
sebagai berikut :
1. Pimpinan puncak : 1 orang
2. Pimpinan mengah : 10 orang
3. Supervisor : 15 orang
4. Operator : 110 orang
5. Teknisi : 25 orang
6. Pengamanan : 15 orang
7. Tukang dan Buruh kasar : 174 orang

Tenaga kerja yang akan dipekerjakan harus diutamakan tenaga setempat sesuai
dengan kualifikasi yang diperlukan.

2) Pembuatan bangunan base camp, laboratorium mekanika tanah, gudang bahan


dan material dan pool kendaraan.

3) Mobilisasi alat berat dan material konstruksi


Peralatan berat didatangkan dari luar daerah kerja proyek dan akan melalui
prasarana dan sarana Jalan Cikamurang-Ujung Jaya. Untuk mobilisasi alat berat
mempergunakan truk container, hal ini dilakukan untuk menjaga kerusakan jalan.
Jenis peralatan berat seperti tersaji dalam tabel di bawah ini.

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-13
BAB 1 Pendahuluan

Tabel 2.1
Jenis Peralatan Berat

NO JENIS PERALATAN HP KAPASITAS JUMLAH

1 Asphalt Mixing Plant 150,0 60.0 ton/jam 1 unit


2 Asphalt Finisher 47,0 6.0 ton 2 unit
3 Asphalt Sprayer 15,0 800.0 ltr 2 unit
4 Bulldozer 100-150 HP 140,0 10 - 15 ton 6 unit
5 Compressor 4000-6500 L/M 80,0 - 6 unit
3
6 Concrete Mixer 0,3 - 0,6 m 15,0 500.0 ltr 20 unit
3
7 Dump Truck 3 - 4 m 100,0 6.0 ton 10 unit
8 Dump Truck 125,0 8.0 ton 20 unit
9 Excavator 80-140 HP 80,0 0.8 m3 6 unit
10 Motor Grader > 100 HP 125,0 - 6 unit
11 Track loader 75 - 100 HP 90,0 1.6 m3 4 unit
3
12 Wheel Loader 1.0 - 1.6 m 105,0 1.5 m3 2 unit
13 Three Wheel Roller 6 - 8 T 55,0 8.0 ton 4 unit
14 Tandem Roller 6 - 8 T 50,0 8.0 ton 3 unit
15 Tire Roller 8 - 10 T 60,0 10.0 ton 3 unit
16 Vibratory Roller 5 - 8 T 75,0 7.0 ton 4 unit
17 Concrete Vibrator 5,0 - 2 unit
18 Stone Crusher 220,0 60.0 ton/jam 1 unit
19 Water Pump 70 - 100 mm 6,0 - 2 unit
20 Water Tanker 3000-4500 lt 100,0 4000 liter 4 unit
21 Concrete Pump 100,0 8.00 m3 4 unit
22 Grout Mixer 200 - 1260 kg 5 unit
23 Genset 175 125.0 KVA 4 unit

4) Land Clearing
Land Clearing, berupa pembersihan/penebangan vegetasi penutup baik tegakan
pohon dan semak belukar, pengupasan tanah lembek/pemadatan dan pengurugan
tanah, termasuk daerah genangan dan tubuh bendungan.

2.1.3.2.2 Pelaksanaan Konstruksi

a. Pembuatan Saluran Pengelak


Saluran elak ini dikerjakan dulu sebelum pembuatan cover dam dan bendungan
utama, dengan maksud pekerjaan cover dam dan bangunan utama bendungan
dalam keadaan kering. Mengingat lama pembangunan proyek ini bersifat multi
years, kira-kira memakan waktu 4 tahun, maka saluran elak harus dapat
menampung debit tertentu pada waktu musim hujan. Bahan galian saluran
pengelak dapat digunakan sebagai tanah urugan sejauh memenuhi syarat atau
untuk menimbun daerah rendah.

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-14
BAB 1 Pendahuluan

b. Pembuatan Cover Dam


Cover dam dibuat untuk mengatur pengalihan aliran air sungai baik pada musim
kemarau maupun musim hujan ke arah saluran pengelak. Pembuatan cover dam
ini dengan mempertimbangkan debit banjir rencana Q 10 tahunan.

c. Penggalian Pondasi
Penggalian pondasi dengan cara penggalian pada rencana di tubuh bendungan
utama. Pada bagian puncak bendungan digali sampai didapat lapisan batu dengan
lempung yang melapuk menengah, sedangkan penggalian pondasi pada bagian
lereng bendungan utama digali sampai didapat lapisan batu lempung melapuk
tinggi, yang kekuatannya sudah diperhitungkan sebagai landasan bangunan
bendungan. Hasil galian pondasi dapat dipakai sebagai penimbunan tempat-tempat
yang rendah.

d. Pengelolaan Borrow area, Quarry dan Pengangkutan Bahan Galian


Bahan pengurug yang diambil dari borrow area sekitar lokasi rencana tubuh
bendung, akan diambil dengan cara mekanis, menggunakan peralatan berat
seperti bulldozer, backhoe, loader dan diangkut dengan dump truck. Borrow area
yang berada di luar daerah genangan akan dipertahankan sampai elevasi
puncaknya sama dengan garis kontur + 135 m dpl. Bahan pengurug bendungan
inti, batu belah, kerikil dan sebagainya, akan dipasok oleh perusahaan
penambangan setempat.
Pengelolaan daerah penambangan sudah ada badannya tersendiri dan
pengangkutannya harus memperhatikan lingkungan sekitar dan kelas jalan yang
dilalui.

e. Penimbunan
Penimbunan dilakukan pada bendung utama, dengan lapisan antara 20 cm sampai
40 cm (per layer) atau sesuai dengan pertimbangan tim supervisi. Bahan urugan
diambil dari rencana daerah genangan dan dari bagian hilir rencana bendungan,
dengan cara cut and fill.

f. Pembuatan Bangunan Pelengkap


Pembangunan bangunan pelengkap berupa bangunan pelimpah, menara
pengambilan, pintu pengambilan dan panel pengatur, peil schaal dan jalan
inspeksi.

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-15
BAB 1 Pendahuluan

2.1.3.3 Tahap Pasca Konstruksi


2.1.3.3.1 Operasional

Pada tahap operasi ini, kegiatan-kegiatan yag dilaksanakan :


- Penggenangan, didahului dengan penutupan saluran pengelak, dengan menaikkan
air sedikit demi sedikit dengan pembacaan peil schaal, sambil memantau dan
mencatat kejadian-kejadian penting terutama untuk keamanan tubuh bendungan,
seperti adanya rembesan, aliran buluh, longsoran dan sebagainya. Penggenangan
dilakukan terutama ketika debit air sungai mengalami peningkatan, biasanya terjadi
pada musim hujan.

- Penentuan garis sempadan waduk (green belt/sabuk hijau) antara 50 m sampai


dengan 100 m dari tinggi muka air tertinggi. Pada daerah sempadan ini dilakukan
penanaman pohon di sepanjang daerah sempadan dengan jenis tanaman pohon
yang dapat menahan longsoran tebing dan erosi, biasanya dengan jenis tanaman
yang mempunyai perakaran yang dalam, selain itu dapat berfungsi sebagai
peneduh dan habitat satwa.

- Pembagian air untuk keperluan air suplesi Daerah Irigasi di bagian hilirnya dan
kebutuhan air baku rumah tangga.

- Pengelolaan air tertutama pada musim kemarau untuk penggelontoran dan


pemeliharaan lingkungan sungai (river maintenance), termasuk lingkungan fisik (air
tanah, biota air dan sebagainya)

- Introduksi dan pengembangan usaha perikanan dan daerah wisata, usaha


perikanan berupa jaring terapung dan pengkaplingan tempat-tempat usaha jaring
terapung. Sedangkan untuk daerah wisata, berupa memperkenalkan dan
mengembangkan wisata air.

2.1.3.3.2 Pemeliharaan

Pada tahap pemeliharaan, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai


berikut :

- Pembinaan petani Karamba Jaring Apung supaya kelestarian kualitas air waduk
tetap memenuhi syarat untuk kebutuhan berbagai kepentingan pemakaian air.

- Kerjasama dengan Kesatuan Pemangku Hutan (Perum Perhutani) dalam hal


reboisasi dan juga mengadakan sosialisasi terhadap petani di hulu waduk yang

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-16
BAB 1 Pendahuluan

berwawasan lingkungan untuk mencegah erosi yang berlebihan, yang akan


mengancam usia layanan waduk.

- Penatagunaan lahan dan land use di kawasan hulu waduk untuk melindungi
kelestarian waduk.

- Pengurangan sedimentasi waduk dengan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)


yang baik.

2.1.4 Jadwal Rencana Pelaksanaan Proyek

Rencana Pelaksanaan Proyek Waduk/Bendungan Cipanas, berdasarkan hasil


perhitungan dilakukan oleh PT. INDRA KARYA selaku konsultan untuk pekerjaan
Survei Investigasi dan Desain Waduk Cipanas Kabupaten Sumedang tahun 2005
adalah selama 4 tahun. Jadwal rencana pelaksanaannya dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan

No. URAIAN KEGIATAN TAHUN KE 1 TAHUN KE 2 TAHUN KE 3 TAHUN KE 4


1 Pembebasan lahan : Jalan Akses,
Daerah Genagan dan Fasilitas Penunjang
2 Proses tender sampai penanda tanganan
kontrak kerja
3 Mobilisasi personil, peralatan, pembuatan
base camp dan jalan akses temporer
4 Land Clearing dan survey setting areal
bendungan
5 Pekerjaan saluran pengelak
6 Pembuatan cover dam
7 Pekerjaan pondasi bendungan utama
8 Pekerjaan bangunan pelimpah
9 Pekerjaan bangunan pengambilan
10 Pekerjaan timbunan bendung utama
11 Pekerjaan jalan dan jembatan inspeksi
12 Pekerjaan instrumen kontrol
13 Masa pemeliharaan

2.2 LINGKUP RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL


2.2.1 Fisik Kimia
2.2.1.1 Iklim

Daerah Pengaliran Sungai (DPS) rencana Waduk Cipanas mempunyai iklim tropis
yang dipengaruhi oleh angin muson dengan dua musim, yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Musim hujan biasanya dimulai pada bulan November dan berakhir pada
Kerangka Acuan ANDAL
WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-17
BAB 1 Pendahuluan

bulan April, sedangkan musim kemarau dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan
Oktober.

Berdasarkan pengamatan terhadap lokasi stasiun hujan yang terdapat di sekitar


Kabupaten Sumedang, ternyata tidak ada satupun stasiun hujan yang berada di dalam
DPS rencana Waduk Cipanas. Lokasi stasiun-stasiun hujan yang terdekat dari DPS
rencana Waduk Cipanas dapat dilihat pada Tabel 2.3, sedangkan lokasi masing-
masing stasiun hujan diperlihatkan pada Gambar 2.4.

Tabel 2.3
Stasiun Hujan Sekitar DPS Waduk Cipanas

Lokasi
No Nama Stasiun
Kabupaten Arah
1 Ujungjaya Sumedang Timur
2 Situraja Sumedang Tenggara
3 Gudanguyah Sumedang Selatan
4 Darmaraja Sumedang Selatan
5 Kadipaten Sumedang Timur
6 Jatiwangi Sumedang Timur
7 Sumurwatu Sumedang Timur Laut
8 Cikedung Indramayu Utara
9 Losarang Indramayu Utara
10 Kadanghaur Indramayu Utara
Sumber : Survei dan Investigasi Waduk Cipanas Kabupaten Sumedang

Stasiun-stasiun yang berada di sekitar memiliki alat-alat pengukur iklim mikro yang
sangat terbatas sehingga data-data yang didapatkan juga sangat terbatas. Tinggi
curah hujan rata-rata tahunan didapat dari stasiun Ujungjaya, Situraja, Gudanguyah,
Kadipaten, Sumurwatu, Cikedung dan Losarang. Data tinggi curah hujan tahunan dari
ketujuh stasiun tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4
Tinggi Curah Hujan Rata-rata Tahunan Di Masing-masing Stasiun

No Nama Stasiun Tinggi Curah Hujan Tahunan (mm)


1 Ujungjaya 3980
2 Situraja 4099
3 Gudanguyah 4041
4 Kadipaten 4418
5 Sumurwatu 2603
6 Cikedung 2772
7 Losarang 2551
Rata-rata 3360
Sumber : Survei dan Investigasi Waduk Cipanas Kabupaten Sumedang

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-18
BAB 1 Pendahuluan

Oleh karena data tinggi curah hujan rata-rata tahunan yang didapat diambil dari
stasiun-stasiun klimatologi yang cukup jauh jaraknya dari lokasi rencana Waduk
Cipanas maka diperlukan literatur tambahan. Dari data monografi kecamatan-
kecamatan yang berada di sekitar lokasi Daerah Pengaliran Sungai (DPS) rencana
Waduk Cipanas dikumpulkan data curah hujan harian dengan rentang waktu antara
tahun 2000 sampai tahun 2005. Monografi kecamatan yang dipergunakan adalah data
monografi Kecamatan Conggeang yang merupakan lokasi dari daerah genangan
rencana Waduk Cipanas, data monografi Kecamatan Buahdua yang berada di sebelah
barat daerah genangan dan data monografi Kecamatan Ujungjaya yang berada di
sebelah timur daerah genangan. Data-data mengenai curah hujan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 2.5 sampai Tabel 2.7.

Tabel 2.5
Data Curah Hujan Kecamatan Ujung Jaya

Tahun
Bulan
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari Mm 307 425 301 270 408 419
HH 18 14 17 17 18 17
Februari Mm 234 - - 244 424 409
HH 10 - - 16 18 21
Maret Mm 228 378 297 244 499 689
HH 9 13 15 16 23 26
April mm - 245 151 87 111 288
HH - 10 9 9 5 14
Mei mm 212 134 13 79 274 67
HH 7 8 6 5 17 5
Juni mm - 181 - 23 22 173
HH - 7 - 2 4 14
Juli mm 50 - 111 - 3 104
HH 1 - 5 - 1 11
Agustus mm - - - - - 14
HH - - - - - 2
September mm 44 48 - 10 - 80
HH 2 4 - 2 - 4
Oktober mm 168 354 - 161 18 171
HH 7 15 - 9 3 8
November mm 402 244 154 122 294 279
HH 13 16 21 11 12 9
Desember mm - 355 193 271 350 361
HH - 14 21 12 19 21
Sumber : BPS, Kabupaten Sumedang Dalam Angka
Ket. : mm = milimeter
HH = hari hujan

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-19
BAB 1 Pendahuluan

Tabel 2.6 Data Curah Hujan Kecamatan Congeang

Tahun
Bulan
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari mm - - - 368 593 482
HH - - - 11 22 25
Februari mm - - - 395 658 549
HH - - - 13 17 21
Maret mm - - - 449 511 725
HH - - - 19 24 23
April mm - - 244 174 180 244
HH - - 11 10 11 13
Mei mm - - 144 106 339 77
HH - - 4 7 21 4
Juni mm - - - 27 107 136
HH - - - 3 4 5
Juli mm - - 82 - 2 136
HH - - 4 - 1 5
Agustus mm - - 12 - - 94
HH - - 1 - - 3
September mm - - - 50 19 73
HH - - - 2 1 5
Oktober mm - - - 44 22 184
HH - - - 6 3 11
November mm - - 120 230 264 146
HH - - 18 11 15 10
Desember mm - - 307 298 264 212
HH - - 13 11 14 12
Sumber : BPS, Kabupaten Sumedang Dalam Angka
Ket. : mm = milimeter
HH = hari hujan

Tabel 2.7 Data Curah Hujan Kecamatan Buahdua

Tahun
Bulan
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari Mm 508 615 892 380 730 287
HH 16 15 26 11 23 22
Februari mm 111 219 897 415 539 1049
HH 7 6 26 15 20 22
Maret mm 218 467 387 495 485 764
HH 11 19 18 19 20 24
April mm 407 - 283 179 223 413
HH 16 - 13 13 8 15
Mei mm 512 - 283 84 536 85
HH 16 - 13 6 24 5
Juni mm 55 - - 8 89 308
HH 5 - - 1 6 13
Juli mm - - 120 - 3 85
HH - - 6 - 1 5
Agustus mm 95 - - - - 308
HH 2 - - - - 13
September mm 160 - - 40 30 134
HH 4 - - 3 1 5
Oktober mm 461 - - 54 14 92
HH 17 - - 6 2 7
November mm 473 602 317 226 375 151
HH 17 22 16 11 18 7
Desember mm 133 352 235 285 237 437
HH 18 14 13 10 14 18
Sumber : BPS, Kabupaten Sumedang Dalam Angka
Ket. : mm = milimeter
HH = hari hujan

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-20
BAB 1 Pendahuluan

Data iklim yang agak lengkap didapat dari stasiun klimatologi Jatiwangi yang berada di
sebelah selatan daerah genangan rencana Waduk Cipanas yaitu data-data mengenai
temperatur, kelembaban udara, kecepatan angin serta penguapan. Data-data dari
Stasiun Jatiwangi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8
Data Klimatologi Stasiun Jatiwangi

Wind Air Humi Radia Rain Rain


Tahun Temperatur (oC)
Speed Press. dity tion fall days
knots mbar Rata 2 Maks Min % % mm days
1991 04.07 1012 26.97 33.06 22.65 76.35 73.83 2709 161
1992 03.87 1012 26.67 32.36 22.90 81.81 67.33 3148 219
1993 03.47 1012 26.87 32.92 22.97 79.73 69.83 3066 196
1994 04.08 1012 27.04 33.25 22.73 74.06 72.25 2435 140
1995 03.38 1011 26.84 32.72 23.23 81.17 67.83 2625 171
1996 03.69 1011 26.84 32.85 22.88 80.94 69.83 2701 143
1997 03.80 1012 27.07 33.73 22.35 75.56 76.58 2331 109
1998 03.01 1011 27.38 33.22 23.72 83.71 64.58 3317 196
1999 03.67 1010 27.14 32.87 23.01 78.69 62.00 3104 156
2000 03.95 1010 27.19 32.93 23.07 78.42 57.25 2420 150
2001 03.85 1010 26.99 32.58 23.25 79.23 59.50 3129 157
2002 03.84 1011 27.61 34.38 23.36 76.06 42.80 1824 112
2003 03.46 1011 27.56 33.71 23.03 76.31 - 1992 137
Rerata 03.72 1011 27.05 33.07 23.01 78.81 65.30 2734 159
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II , Stasiun Meteorologi Jatiwangi.

Temperatur udara rata-rata maksimum bulanan adalah sebesar 34,9oC, sedangkan


rata-rata minimum bulanan sebesar 22oC. Sedangkan temperatur rata-rata bulanannya
berkisar antara 26oC sampai dengan 28,3oC, untuk temperatur rata-rata tahunan
sebesar 27,1oC, temperatur rata-rata maksimum tahunan sebesar 33,2oC dan
temperatur rata-rata minimum tahunan sebesar 22,9oC.

Kelembaban udara relatif tahunan rata-rata yang tercatat adalah 78,5% dan rata-rata
kelembaban udara tiap bulannya berkisar antara 68,0% sampai dengan 87%.
Penguapan rata-rata harian adalah sebesar 2,94 mm dengan rata-rata tiap bulannya
berkisar antara 54 mm sampai dengan 95 mm.

Rata-rata kecepatan angin harian tiap tahunnya adalah sebesar 6,57 km/jam.
Sedangkan rata-rata kecepatan angin harian tiap bulannya berkisar antara 5,84
km/jam sampai dengan 7,80 km/jam.

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-21
BAB 1 Pendahuluan

Gambar 2.4 Peta Lokasi Masing-masing Stasiun Hujan

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-22
BAB 1 Pendahuluan

2.1.2.1 Geologi

Keadaan geologi sekitar daerah penyelidikan terutama sekitar aliran Sungai Cipanas
beserta anak – anaknya, berdasarkan sumber data dari pusat penelitian dan
pengembangan geologi, peta geologi lembar Arjawinangun yang disusun oleh : Djuri,
1995. Secara fisiografi bagian selatan termasuk ke dalam zona Pegunungan Jawa
Barat bagian tengah (Bemmelen, (1949). Secara morfologi daerah ini dapat dibagi,
antara lain adalah Perbukitan Bertimbunan Kasar, Perbukitan Menggelombang dan
Pedataran.

Adapun geologi sekitar daerah rencana Waduk Cipanas dan sekitarnya, keadaan
morfologi daerah tersebut dibangun oleh satuan morfologi perbukitan dan dataran
rendah.
Satuan morfologi Perbukitan Bertimbunan Kasar diantaranya dibentuk oleh Gunung
Tampomas (1500 m). Pada tubuh gunungapi tersebut, sungai-sungai umumnya
menampakkan pola aliran memancar. Perbukitan menggelombang yang dibentuk oleh
batuan – batuan sedimen berumur Tersier. Bukit – bukit umumnya rendah dengan
lereng yang tidak terjal. Satuan morfologi daerah pedataran sebarannya sekitar
rencana waduk dan ke arah utara dari lokasi rencana Waduk Cipanas. Satuan
pedataran tersusun sebagian oleh endapan sungai dan endapan rempah, dan hasil
gunung api.

Sumber air rencana waduk berasal dari Sungai Cipanas dan dagian hulu bersumber
dari anak - anak sungainya yang sebagian besar berasal dari lereng Gunung
Tampomas, dan aliran sungai tersebut mempunyai pola aliran memencar.

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-23
BAB 1 Pendahuluan

Gambar 2.5 PETA GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN


GEOLOGI LEMBAR ARJAWINANGUN
Oleh: DJURI 1995

Stratigrafi daerah aliran anak – anak sungai Cipanas dan sekitarnya:

Aluvium ( Qa ): lempung, lanau, pasir, kerikil terutama hasil endapan sungai.

Hasil Gunungapi Muda Tak Teruraikan (Qyu): Breksi, lava bersifat andesit, dan
basal, pasir tufaan, lapili, berasal dari Gunung Tampomas (di lembar Bandung).
Biasanya batuan ini membentuk dataran atau bukit – bukit rendah dengan tanah
umumnya berwarna abu – abu kekuningan dan kemerah – merahan.

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-24
BAB 1 Pendahuluan

Batupasir tufa, Lempung, Konglomerat (Qos): Batupasir tufa, pasir, lanau tufaan,
lempung, konglomerat, breksi tufaan mengandung batuapung, tersingkap sangat luas
membentuk dataran menggelombang lemah di bagian utara.

Formasi Citalang (Tpc): Batupasir tufa berwarna coklat muda, lempung tufaan,
konglomerat, setempat ditemukan lensa – lensa batupasir gampingan yang keras.

Formasi Kaliwangu (Tpk): Batulempung dengan sisipan batupasir tufa, konglomerat,


setempat ditemukan lapisan - lapisan batupasir gampingan dan batugamping.

Anggota Batulempung Dari Formasi Subang (Tms): Batulempung mengandung


lapisan batu gamping napalan, abu – abu tua, batugamping. Setempat ditemukan
sisipan batupasir glokonit hijau.

A. Struktur Geologi

Batuan – batuan pada jaman Miosen da Pliosen dilipat dalam antiklinorium dengan
arah barat – barat laut. Ini merupakan bagian daripada struktur regional yang
memanjang di lembar Arjawinangun. Struktur yang lebih muda bersifat setempat, di
barat daya Majalengka sebuah lempeng struktur klastika kasar berumur Pliosen,
terletak tak selaras di atas tumpukan batuan Mio Plistoden yang terlipat. Pada
pengukuran jurus dan kemiringan lapisan pada batuan Formasi Citalang, Kaliwangu
dan Anggota Batulempung Dari Formasi Subang mempunyai kemiringan bervariasi
antara 10 – 70.

B. Kegempaan

Berdasarkan data dari peta kegempaan untuk Perencanaan Bangunan Air Tahan
Gempa daerah penyelidikan mempunyai koefisien gempa sebagai berikut :

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-25
BAB 1 Pendahuluan

Gambar 2.6
PETA GEMPA INDONESIA

Koefisien Gempa ( k )

ad 1
k  b1 (a c z ) b2
g g

Dimana :
k = koefisien gempa
ad = percepatan gempa design
ac = percepatan gempa dasar
b1, b2 = faktor koreksi jenis tanah/batuan
1 gal = 1 cm/det2
g = percepatan grafity = 980 cm/det

Kejadian Gempa
Kerangka Acuan ANDAL
WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-26
BAB 1 Pendahuluan

Rumus :
S (Io )
n
T

Dimana :
S ( Io ) = Intensitas di atas VI MMI
T = Periode ulang ( 1907 –1953 )
n = Frequensi gempa pertahun

S (I o )
n
T = 5 / 46 = 0.109

C. Geologi Daerah Penyelidikan

Morfologi daerah rencana Waduk Cipanas merupakan dataran hingga perbukitan


bergelombang dengan tebing – tebing yang agak curam dan sungainya berbentuk U,
dengan lebar sungai berkisar 30 m. Pada sisi kiri sungai bentuk morfologi sangat
curam dengan kemiringan sekitar 80, sedangkan di bagian sisi sebelah kanan sungai
bentuk morfologinya bergelombang. Morfologi ini dikontrol oleh batuan sedimen dan
batuan gunungapi terdiri dari batupasir tufa, batulempung tufa, konglomerat. Vegetasi
di daerah genangan ditempati lahan pesawahan.

Stratigrafi di daerah penyelidikan ditempati oleh endapan sungai terdiri dari pasir
halus-kasar kerakalan, kerikilan, dan boulder, abu - abu lepas. Aluvial berupa lanau
lempungan dijumpai kerikil dan kerakal, coklat muda, agak lunak. Satuan batuan
sedimen batupasir, batulempung, konglomerat, lapisan batupasir gampingan dan
batugamping. Satuan batuan gunung api, lempung tufaan, pasir tufaan, breksi
andesitik.

Gejala geologi yang terjadi di lokasi genangan adalah gerakan tanah berupa longsoran
terutama pada batuan; satuan batulempung, batu pasir, konglomerat, lempung tufaa,
pasir tufaan, yang menempati daerah perbukitan, dengan lereng terjal.

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-27
BAB 1 Pendahuluan

Kegempaan :

Batuan : Z = 1,00 ; b1 = 2,76 ; b2 = 0,71

T ( tahun ) Ac ( gal ) Ad ( gal ) K


20 85 64.684 0.060
50 113 79.176 0.080
100 160 101.35 0.103

Aluvial : Z = 1,00 ; b1 = 1,56 ; b2 = 0,89

T ( tahun ) Ac ( gal ) Ad ( gal ) K


20 85 81.341 0.083
50 113 104.801 0.107
100 160 142.821 0.146

Struktur geologi berupa sesar di lokasi ini tidak dijumpai. Dampak dari rencana
pembuatan Waduk Cipanas bila tergenang maka muka air tanah di lokasi sekitarnya
akan naik.

2.1.3.2 Hidrologi

Secara geografis Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Cipanas terletak antara 6o39’00”
sampai dengan 6o44’00” Lintang Selatan dan 107o59’00” sampai dengan 108o03’00
Bujur Timur. Sungai Cipanas bermata air di Gunung Tampomas Kabupaten Sumedang
dan bermuara di Laut Jawa Kabupaten Indramayu. Sungai Cipanas merupakan sungai
utama yang di bagian hulunya mempunyai 4 anak sungai yaitu Sungai Cibeureum,
Sungai Ciporang, Sungai Cipanas dan Sungai Cigarukgak. Paling hulu dari Sungai
Cipanas berasal dari dua sungai yaitu Sungai Cipanas dan Sungai Ciuyah. Panjang
sungai Cipanas dari hulu sampai dengan lokasi rencana Waduk Cipanas adalah 11,98
km dengan luas catchment area atau Daerah Pengaliran Sungai (DPS) menurut
Survey dan Investigasi (SID) Waduk Cipanas tahun 2005 adalah sebesar 65,90 km2.

Pengisian air Waduk Cipanas akan mengandalkan air hujan yang turun di sekitar
daerah tangkapan waduk (64,84 km2), rata-rata curah hujan tahunan dari tahun di
sekitar waduk 2.277 mm (Ujung Jaya) dan 2.464 mm (Gn. Uyah). Dari catatan stasiun
pengamat debit S. Cipanas di Cikamurang diperoleh debit maksimum harian tahunan
adalah sebagai berikut :

Tabel 2.9. Debit maksimum harian S. Cipanas

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-28
BAB 1 Pendahuluan

No Tahun Debit maks harian m3/det


1 1992 826,710
2 1993 320,906
3 1994 312,444
4 1995 390,480
5 1996 329,485
6 1997 254,598
7 1998 180,869
8 1999 333,819
9 2000 160,173
10 2001 283,751
11 2002 239,721
12 2003 197,043
13 2004 192,115
Rata2 284,211
Sumber: Prastudy kelayakan Waduk Cipanas

Ketersediaan air rata rata di S.Cipanas berdasarkan data debit dengan mengambil nilai
minimum untuk periode setengah bulanan sehubungan dengan curah hujannya adalah
sebagai berikut:

Tabel 2.10 Ketersediaan air S. Cipanas (Pengukuran St. Cikamurang)

Debit Ketersediaan
Periode Hujan (1992 – 2000)
(m3/s) (m3)
Januari (-I 8.782 11.380.834 3.870 5.015.095
( - II 4.695 6.489.641 3.719 5.141.368
Februari (-I 5.448 6.590.278 4.235 5.122.581
( - II 4.829 5.841.179 4.257 5.148.882
Maret (-I 4.823 6.250.149 4.546 5.892.239
( - II 3.537 4.889.323 3.959 5.473.545
April (-I 3.303 4.280.256 4.055 5.255.050
( - II 2.382 3.086.436 4.213 5.460.139
Mei (-I 1.797 2.329.044 3.057 3.962.127
( - II 0.980 1.355.105 3.223 4.455.163
Juni (-I 1.163 1.507.875 2.630 3.408.811
( - II 0.807 1.046.040 3.224 4.178.812
Juli (-I 0.728 944.001 3.128 4.053.750
( - II 0.240 331.257 2.922 4.039.752
Agustus (-I 0.120 132.503 2.811 3.643.097
( - II 0.038 53.001 2.682 3.707.079
September (-I 0.364 471.257 2.359 3.057.623
( - II 0.118 152.375 2.347 3.041.389
Oktober (-I 0.047 60.950 2.479 3.212.795
( - II 20.955 28.968.365 2.515 3.476.602
Nopember (-I 0.676 875.743 1.990 2.579.214
( - II 0.843 1.092.982 3.189 4.132.537
Desember (-I 4.032 5.225.217 2.830 3.667.709
( - II 3.698 5.112.137 2.789 3.855.072

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-29
BAB 1 Pendahuluan

Debit Ketersediaan
Periode Hujan (1992 – 2000)
(m3/s) (m3)
Jumlah 3.099 98.466.149 3.210 100.980.429
Sumber: Prastudy kelayakan Waduk Cipanas

Kualitas Air Permukaan

Pembangunan Waduk Cipanas merupakan komplementer dari Waduk Jatigede yang


akan meningkatkan pelayanan air irigasi untuk daerah irigasi Cipanas dan peningkatan
daerah persawahan dari air irigasi untuk daerah irigasi Cipanas dan peningkatan
daerah persawahan dari irigasi non teknis menjadi teknis di Cipanas bagian hulu.
Manfaat lain dari pembangunan Waduk Cipanas ini adalah tersedianya air baku untuk
rumah tangga dan industri sebesar 500 liter/detik untuk daerah Kabupaten Indramayu.
Oleh karena itu, kualitas fisik kimia dari sungai-sungai yang akan mengisi daerah
genangan rencana Waduk Cipanas harus diketahui terlebih dahulu. Sungai-sungai
yang akan dianalisis kualitasnya adalah Sungai Ciuyah, Sungai Cigarukgak, Sungai
Ciporang dan Sungai Cipanas.

Jumlah penduduk yang tinggal di Kabupaten Sumedang sebanyak 355.279 rumah


tangga dengan pemenuhan pelayanan air bersih dari PDAM hanya sebesar 14% saja,
sedangkan yang lainnya berasal dari sumber-sumber lain seperti pompa, sumur, mata
air, bahkan ada yang menggunakan air kemasan. Sumber air bersih yang digunakan
untuk kebutuhan rumah tangga di Kabupaten Sumedang secara rinci dapat dilihat
pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11
Sumber Air Rumah Tangga Kabupaten Sumedang

Sumber Air Minum Jumlah Persentasi (%)


Ledeng 49.819 14,02
Pompa 18.901 5,32
Sumur Terlindung 130.808 36,82
Sumur Tak Terlindung 27.367 7,70
Mata Air Terlindung 102.811 28,94
Mata Air Tak Terlindung 17.706 4,98
Air Kemasan 6.755 1,90
Lainnya 1.112 0,31
Total 355.279 100
Sumber : Susenas dan Badan Pusat Logistik, 2005

Sebanyak 44,52% dari rumah tangga di Kabupaten Sumedang menggunakan sumur


untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya, baik sumur terlindung maupun sumur tidak
terlindung. Dengan perincian 36,82% menggunakan sumur terlindung dan 7,7%
menggunakan sumur tidak terlindung. Yang dimaksud dengan sumur terlindung adalah

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-30
BAB 1 Pendahuluan

sumur yang dilengkapi dengan atap dan kamar mandi sederhana, beberapa bahkan
telah dilengkapi dengan cubluk. Sumur tak terlindung adalah sumur terbuka yang
hanya dilengkapi dengan ember dan timba.

Oleh karena hampir 50% dari rumah tangga di Kabupaten Sumedang menggunakan
sumur sebagai sumber pemenuhan kebutuhan air bersihnya maka kualitas air sumur
tersebut perlu dianalisis sehingga diketahui apakah kualitasnya memenuhi baku mutu
untuk air minum atau tidak.

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-31
BAB 1 Pendahuluan

Gambar 2.7 Peta Hidrogeologi

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-32
BAB 1 Pendahuluan

2.1.4.3 Ruang, Lahan dan Tanah

A. Tanah dan Lahan


Dari pengamatan lapangan, daerah studi saat ini telah berkembang menjadi daerah
pertanian, pemukiman dan hutan rawa.
1. Tanah
a. Klasifikasi Tanah
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan data analisis di iaboratorium, di
daerah survai terdapat 5 jenis tanah yaitu :
1) Aluvial
2) Organosol
3) Regosol
4) Kambisol
5) Podsolik
b. Kesuburan Tanah
Uraian mengenai kesuburan tanah meliputi sifat fisik dan kimia tanah yang
merupakan standar yang sering digunakan dalam penentuan tingkat kesuburan
tanah. Sifat fisika secara tidak langsung akan mencerminkan bagaimana tanah
tersebut menyediakan air dan oksigen yang dibutuhkan tanaman. Selain itu
juga dapat diduga seberapa banyak jumlah air yang harus diberikan dengan
kondisi fisika tanah tersebut, sedangkan sifat kimia mencerminkan kandungan
unsur-unsur hara tanah yang tersedia bagi tanaman.
c. Potensi Erosi dan Sedimentasi
1) Potensi Erosi
Erosi dibedakan menjadi 2 yaitu :
a) Erosi geologi, yang merupakan proses alami dimana kecepatan erosi
relatif sama dengan kecepatan pelapukan tanah. Erosi jenis ini relatif
sama dengan kecepatan pelapukan tanah. Erosi jenis ini relatif tidak
berbahaya. Pada umumnya nilai pelapukan tanah di Jawa adalah 2
mm/tahun.
b) Erosi yang dipercepat adalah apabila kecepatan erosi lebih cepat dari
kecepatan pelapukan tanah akibat adanya kegiatan manusia baik
secara langsung maupun tidak langsung.
2) Sedimentasi
Analisa sedimentasi diprediksikan dengan menggunakan rumus empiris dan
rumus semi empiris sambil menunggu hasil sampling dari pengukuran
pengangkutan sedimen pada titik kontrol lokasi rencana Waduk Cipanas.
Besarnya volume sedimentasi yang diperoleh akan digunakan untuk
perhitungan suspended load adalah rumus Van Rijn dan untuk perhitungan
bed load adalah dengan rumus Meyer Puter Muler (MPM) dan Rumus

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-33
BAB 1 Pendahuluan

Einstein. Berdasarkan hasil analisis prediksi suspended load yang akan


masuk ke Waduk adalah sebesar 24.355,146 ton/hari sedangkan dari hasil
perhitungan bed load didapatkan hasil sebesar 2.100,626 ton/hari untuk
rumus Einstein dan sebesar 344,633 ton/hari untuk rumus MPM. Besarnya
laju sedimentasi pada waduk setiap tahun dihitung dengan menjumlahkan
suspended load dan bed load dibagi dengan berat jenis tanah 2,0 ton/m³
untuk masing – masing rumus yang digunakan.

Hasil perhitungan dari laju sedimentasi di rekapitulasi sebagai berikut :

Metode CA Total Suspended Load Laju Suspended Load Laju Bed Load Total
(km²) (ton/tahun) (mm/tahun) (mm/tahun) (mm/tahun)
Van Rijn - MPM 65.7 683.817,56 5.204 0.074 5.278
Van Rijn - Einstein 65.7 683.817,56 5.204 0.449 5.653

Volume sedimen waduk perlu diperhatikan laju sedimentasi dan trap


efficiency-nya. Hasil perhitungan volume sedimen untuk umur waduk
selama 50 tahun sebesar 18.65 x 106 m³ pada elevasi 95.00 m, sedangkan
volume sedimen untuk umur waduk selama 100 tahun sebesar 37.32 x 106
m³ dibulatkan menjadi 37.32 x 106 m³ pada elevasi 103.50 m.

2. Lahan
a) Kesesuaian Lahan
Lokasi rencana kegiatan akan dikembangkan untuk usaha-usaha pertanian
padi sawah. Berdasarkan Pemutahiran data tahun 2004 dari hasil penelitian
Departemen Transmigrasi, ditemukan 5 faktor dominan yang mempengaruhi
kondisi tanah, yaitu; Kesuburan Tanah, Drainase, Keasaman (pH), Lereng dan
Gambut.
b) Penggunaan Lahan
Berdasarkan peta penggunaan tanah dapat diketahui bahwa sebagian besar
penggunaan lahan di lokasi studi berupa hutan, baik hutan sekunder maupun
hutan belukar, kebun campuran serta persawahan.
1) Persawahan
Persawahan yang dijumpai di wilayah studi merupakan persawahan yang
tidak ada irigasi yang teratur, dapat pula dikatakan persawahan tradisional
yang diusahakan di cekungan-cekungan rawa.
2) Perkebunan
Berdasarkan hasil survai lapangan dan data sekunder yang tersedia (BPN,
2005), perkebunan di wilayah studi merupakan perkebunan rakyat yang
umumnya tidak dikelola dengan baik.
Berdasarkan hasil analisis kimia tanah, rencana pengembangan areal
perkebunan di wilayah studi dapat dilaksanakan. Lahan yang dapat
Kerangka Acuan ANDAL
WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-34
BAB 1 Pendahuluan

digunakan untuk areal pengembangan perkebunan, terutama semak


belukar dan hutan primer yang mempunyai lereng < 3%. Namun demikian,
karena terdorong oleh keuntungan ekonomis yang dijanjikan, akhir-akhir ini
banyak petani di wilayah studi yang mulai membuka lahan untuk menanam
komoditas perkebunan.
3) Tanaman Pangan Lahan Kering
Areal yang dimanfaatkan untuk tanaman pangan lahan kering umumnya
merupakan lahan yang datar. Menurut hasil survai lapangan dan
wawancara dengan petani, dasar pemanfaatan lahan ini umumnya karena
masih terbatasnya air pertanian yang tersedia untuk tanaman padi sawah.
Dari hasil wawancara terungkap bahwa 100% petani di wilayah studi
menginginkan lahannya dapat dimanfaatkan untuk persawahan beririgasi,
walaupun dengan adanya resiko (1) sebagian lahan terkena saluran irigasi
dan (2) bersedia membayar iuran irigasi.
4) Pemukiman dan Pekarangan
Mengingat wilayah studi berada di lokasi Kecamatan Conggeang dan
Buahdua, maka pada umumnya lahan pekarangan menyatu dengan
pemukiman yang masing-masing kepala keluarga rata memiliki lahan
pekarangan dan rumah 100 – 300 m².
c) Kepemilikan Lahan
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden (petani setempat) luas
kepemilikan ratarata adalah 0,25 – 1 Ha dengan status kepemilikan lahan
adalah lahan milik pribadi dan lahan sewa.

B. Pemanfaatan Lahan
Rencana pengembangan struktur tata ruang kawasan Kabupaten Sumedang secara
umum dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kota Sumedang sebagai ibukota kabupaten merupakan pusat yang berfungsi
melayani lingkup regional seluruh wilayah kabupaten, sub regional dan lokal
2. Kota Tanjungsari, Darmaraja, Buahdua dan Tomo merupakan ibukota kecamatan
yang merupakan pusat yang berfungsi melayani lingkup sub regional dan lokal,
khusus untuk Tanjungsari selain melayani fungsi di atas juga diarahkan untuk
kegiatan tertentu seperti perguruan tinggi dengan skala pelayanan regional.
3. Kota – kota lainnya yang berfungsi melayani pelayanan lokal serta merupakan
wilayah belakang dari kota – kota pusat pengembangan kota.

Untuk memudahkan dalam pelaksanaan kebijaksanaannya maka wilayah Kabupaten


Sumedang dibagi menjadi 5 sub wilayah pengembangan (SWP) yaitu :
1. Sub WP Tanjungsari, terdiri dari 4 kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungsari,
Kecamatan Cikeruh, Kecamatan Rancakalong dan Kecamatan Cimanggung
dengan pusat di Kecamatan Tanjungsari.
Kerangka Acuan ANDAL
WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-35
BAB 1 Pendahuluan

2. Sub WP Darmaraja, terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Darmaraja,


Kecamatan Wado dan Kecamatan Cisitu dengan pusatnya di Kecamatan
Darmaraja.
3. Sub WP Sumedang kota terdiri dari 6 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan
Sumedang Utara, Sumedang Selatan, Tanjungkerta, Cimalaka, Paseh dan Situraja
dengan pusat di Sumedang Kota.
4. Sub WP Buahdua terdiri dari 2 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Buahdua dan
Kecamatan Conggeang dengan pusatnya di Buahdua.
5. Sub WP Tomo terdiri dari 3 wilayah kecamatan yakni Kecamatan Tomo, Ujungjaya
dan Cadasngampar dengan pusatnya di Tomo.

Dengan melihat Sub Wilayah Pengembangan di atas maka daerah rencana


pembangunan Waduk Cipanas terletak di SWP Buahdua. Di bawah ini uraian
perencanaan pengembangan wilayah di Sub WP Buahdua berkaitan dengan rencana
pembangunan Waduk Cipanas :

1). Perencanaan dan Pengembangan Wilayah


Perencanaan pembangunan wilayah sehubungan dengan rencana pembangunan
Waduk Cipanasaat adalah meliputi rencana pembangunan daerah yang ada, baik
yang resmi maupun rencana pembangunan yang belum direncanakan dalam
rencana pengembangan kawasan mengingat rencana pembangunan Waduk
Cipanas digulirkan setelah disusunnya Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten
Sumedang.

2). Rencana Pengembangan Wilayah


Salah satu usaha mempercepat pemerataan pembangunan wilayah yang efisien
yaitu dengan cara melakukan pembagian wilayah atas wilayah–wilayah
pembangunan. Rencana pembangunan Waduk Cipanas terletak dalam wilayah
pengembangan Buahdua dengan Kecamatan Buahdua sebagai pusat
pengembangan bagi daerah tersebut.

3). Keadaan Perkembangan Daerah


Dalam uraian tentang perkembangan daerah ini meliputi hal-hal yang merupakan
komponen kegiatan yang berpotensi besar/luas baik dalam hal produksi dan
penyerapan lapangan kerja.

Pertanian
Sebagai gambaran umum tentang kegiatan pertanian di daerah ini dapat dilihat dari
jenis penggunaan lahan pertanian yang ada dan jenis perkerjaan penduduk.
Berdasarkan data statistik mengenai penggunaan lahan yang ada di daerah ini
ternyata bahwa 66,3% dari sistem pertanian merupakan pertanian lahan kering dan

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-36
BAB 1 Pendahuluan

33,7% merupakan pertanian sawah. Maka dengan dibangunnya Waduk Cipanas


diharapkan mampu meningkatkan produktifitas dari sektor pertanian seiring dengan
bertambahnya intensitas tanam dan meningkatnya luas lahan pertanian sawah.
Peningkatan luas lahan dan intensitas tanam tersebut perlu disertai dengan
ditingkatkannya pengetahuan dan sarana produksinya

Perikanan
Kegiatan perikanan di daerah proyek ini memberikan peranan yang cukup besar bagi
kegiatan perikanan seluruh kabupaten dapat dilihat dari luas areal maupun dari
produksi. Dari luas areal ternyata 10% dari seluruh areal perikanan di sawah dan 22%
luas kolam yang ada di Sumedang terdapat di daerah ini.
Seiring dengan dibangunnya Rencana Pembangunan Waduk Cipanas maka akan
terjadi peningkatan produksi perikanan di kawasan ini, hal ini disebabkan oleh
banyaknya petani yang beralih profesi dari pertanian (agrikultur) ke perikanan
(aquakultur) meskipun demikian pembudidayaan ikan di kolam akan sangat berbeda
dengan pembudidayaan ikan dengan menggunakan jaring terapung (japung). Oleh
karena itu masyarakat perlu kiranya dibekali dengan pengetahuan yang cukup melalui
proses pendampingan yang berkelanjutan.

Peternakan
Pada saat ini Kecamatan Conggeang dan Buahdua merupakan salah satu penghasil
ternak yang unggulan bagi Kabupaten Sumedang dengan ternak utama yaitu Sapi,
Kerbau dan Kambing. Kegiatan pembudidayaan ternak ini ditunjang oleh sumber daya
alam dimana di kawasan tersebut terdapat banyak tegalan yang dapat dijadikan untuk
lahan pengangonan ternak.
Pembudidayaan ternak di kawasan ini masih cenderung bersifat tradisional, hal ini
membuat produktifitas dari ternak ini masih rendah.

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-37
BAB 1 Pendahuluan

Industri

Jenis Industri Yang Bahan Bakunya Dari Tanaman Pangan


Pada Tahun 2006 Di Kecamatan Buahdua Dan Conggeang

Jenis Industri Jumlah (unit) %


Tahu 12 16
Tempe 4 5
Emping 8 10
Opak 18 23
Ranginang 4 5
Sale pisang 6 8
Tape Singkong 23 30
Tapioca 2 3
Jumlah 77 100
Sumber : Kabupaten dalam Angka, 2006

Dari hasil pengamatan dapat diperkirakan perkembangan kawasan di daerah rencana


pembangunan Waduk Cipanas adalah sebagai berikut :

Tabel Arahan Pengembangan Wilayah Rencana Pengembangan Waduk Cipanas


Tahun 2002.

Konsep Rencana/
Wilayah Evaluasi Arahan Pengembangan
Rencana Arahan
Perencanaan Implementasi dalam RTRW
Pengembangan
Rencana Waduk Bagian Wilayah  Luas genangan 850  Pembangunan  Jangka menengah
Cipanas Kecamatan Buah Dua – 1600 Ha belum direalisa- (pembangunan belum
dan Conggeang  Luas Kawasan 1600 sikan, penduduk dilaksanakan) : lahan
Ha kawasan proyek dimanfaatkan untuk
 Pembangunan wa- pembangunan kegiatan pertanian
duk dengan dampak sebagian telah lahan kering dan
bagi kawasan ada- pindah/transmigra peternakan
lah perluasan dae- si ke daerah lain  Jangka panjang waduk
rah irigasi  Pemanfaatan (waduk terrealisasi)
lahan saat ini  Pengembangan
untuk kegiatan kegiatan wisata di
pertanian lahan kawasan ini
kering.  Pengembangan
pertanian lahan basah
Sumber : RTRW Kabupaten Sumedang 2002 - 2012

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-38
BAB 1 Pendahuluan

Gambar 2.14 Peta Pemanfaatan Ruang Tahun 2005

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-39
BAB 1 Pendahuluan

2.2.0 Biologi

Berdasarkan hasil survey pendahuluan (observasi lapangan) ekosistem wilayah studi


secara garis besar terdiri dari : ekosistem sungai, ekosistem sawah, ekosistem hutan.

3.1.2.1 Ekosistem Sungai / Muara Sungai

Berdasarkan hasil observasi lapangan, rencana daerah genangan Waduk Cipanas


merupakan pertemuan antara tiga sungai yaitu Sungai ...................., Sungai ...............
dan Sungai ....................... dengan sungai utama yaitu Sungai Cipanas. Pola aliran
sungai berkelok-kelok (meandering).
Daerah rencana genangan waduk tersebut membentuk cekungan yang dikelilingi
perbukitan dan diduga merupakan bekas danau alam yang telah mengalami
pendangkalan dan suksesi alami menjadi daratan. Hal ini ditandai dengan tingginya
tingkat sedimentasi yang memenuhi dasar sungai dan delta-delta pertemuan ketiga
sungai tersebut.
Kondisi ekosistem daerah rencana genangan Waduk Cipanas relatif unik di beberapa
tempat ditemui beberapa jenis vegetasi pesisir yang biasanya terdapat di sekitar
muara-muara sungai tepi pantai. Vegetasi tersebut yaitu Pluchea indica, Scaveola
tacada, Pandanus tectorius dan lain-lain, diduga tingkat salinitas air sungai tersebut
cukup tinggi karena adanya garam belerang yang terlarut dari hulu sungai (menunggu
data hasil analisis kualitas air). Tanda-tanda di lapangan juga ditemui pada tepi-tepi
sungai/sawah yang kering yang dijumpai adanya endapan garam berwarna putih.
Pada kondisi rona lingkungan awal, Sungai Cipanas berikut anak-anak sungainya
mempunyai fungsi manjemuk, diantaranya, yaitu :
 fungsi pemasok air (kualitas dan kuantitas air) baik bagi pasokan air irigasi, air
baku maupun sebagai pemasok air tanah dangkal dan ke aquifer (groundwater
recharge).
 fungsi pengendalian air (retensi air) terutama sebagai pengendalian banjir.
 fungsi penangkapan dan/atau pengendapan sedimen.
 fungsi penangkapan dan/atau pengendapan unsur hara.
 fungsi penangkapan dan/atau pengendapan bahan-bahan beracun.
 fungsi konservasi habitat berbagai biota perairan sungai.
 fungsi rekreasi dan pariwisata.
 fungsi sosial budaya, berupa estetika lansekap.
 fungsi sosial ekonomi, misal berupa sumber mata pencaharian bagi penduduk
setempat dari sektor perikanan dan pariwisata.
 fungsi penelitian dan pendidikan.

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-40
BAB 1 Pendahuluan

Vegetasi Tepi Sungai


Vegetasi yang terdapat di tepi sungai dari bagian yang basah ke arah darat umumnya
tanaman liar dari golongan rumput-rumputan, herba, semak, terna dan belukar. Namun
umumnya telah dibuka menjadi areal persawahan. Demikian juga vegetasi yang
terdapat pada delta-delta sungai yang secara visual didominasi oleh jenis tumbuhan
dari golongan gramnineas yaitu gelagah gelagah (Saccharum spontaneum), teki-tekian
(cyperaceae) diantaranya yaitu kilinga (Cyperus makrocephala), jukut riut (Mimosa
invisa), harendong gede (Melastoma malabraticum) kirinyuh (Euphatorium
innulifolium), Echinochloa crusgalli, Pistia stratiotes, Monocharia vaginalis, Cyperus
difformis. Hyptis suaveolens, Brachiaria mutica, Leersia hexandra, Colocasia sp.
Ageratum conyzoides, Sida retusa, Echinochloa colona, Paspalum vaginatum,
Lindernia angustifolia.
Macrophyta, Plankton dan Benthos
Macrophyta atau gulma perairan yang terdapat di perairan sungai yang tampak secara
visual yaitu kayambang, eceng gondok, lumut. Sedangkan untuk mengetahui
organisme mikrophyta yang terdapat di perairan sungai tersebut perlu dilakukan
analisis terhadap kelimpahan dan keanekaragaman plankton maupun benthos.
Nekton (Ikan)
Jenis-jenis ikan yang terdapat di Sungai Cipanas, berdasarkan hasil wawancana
dengan penduduk penjaring dan pengambil ikan Sungai Cipanas diantaranya yaitu :
Ikan Gabus (Channa striata), Belut (Anguilla sp.), Sepat (Trichogaster trichopterus),
Betok (Anabas testudineus), tawes, nilem, dll.
Mengingat intensifnya pengambilan ikan yang dilakukan masyarakat di perairan Sungai
Cipanas diduga tidak terdapat jenis-jenis ikan endemik, migratory species dan
dilindungi undang-undang. Namun hal ini perlu kajian lebih lanjut pada ANDAL.

2.2.2.2 Ekosistem Sawah

Ekosistem sawah merupakan ekosistem binaan berupa ekosistem pertanian dengan


sistem sawah. Sistem ini menggunakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam
pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas yang tinggi. Dalam
sistem sawah kesuburan tanah dapat dipertahankan, ini dicapai dengan sistem
pengairan yang sinambung dan drainase yang lambat. Komoditas utama yang
dibudidayakan dalam sistem sawah terutama yaitu padi dan palawija.
Dalam ekosistem sawah permukaan air berubah-ubah dan terdapat bermacam-macam
jenis tumbuhan yang mencari tempat tumbuh di sawah, pengikatan nitrogen atmosfir
oleh ganggang biru-hijau, serta ikan-ikan yang dapat melakukan pernafasan.
Pengolahan tanah dengan menggunakan berbagai strategi juga mempengaruhi siklus
hidup dari hama serangga kodok-kodok dan katak-katak pemakan serangga,

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-41
BAB 1 Pendahuluan

ancaman-ancaman yang tetap dari berbagai jenis burung dan tikus pemakan padi,
pengaruh-pengaruh burung elang dan kerabatnya serta interaksi dan saling
ketergantungan dari semua komponen yang tersebut di atas, membuat sawah sangat
menarik dan khas jika dibedakan dengan ekosistem lainnya.
Vegetasi utama yang terdapat dalam ekosistem pertanian (sistem sawah) terutama
yaitu padi (Oryza sativa L.) yang dibudidayakan sebagai tanaman utama untuk diambil
manfaat ekonomisnya sebagai bahan pangan. Selain padi, pada areal persawahan di
daerah irigasi yang akan di-upgrading dijumpai jenis-jenis tanaman pangan lain yaitu :
jagung (Zea mays L.), kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) dan kedelai (Soya max
Piper.). Pada sawah tadah hujan yang mendapat pengairan kurang baik dan hanya
mengandalkan ketersediaan air hujan selain padi, petani juga mengusahakan tanaman
cabe rawit (Capsicum frutescens L.) dan cabe (Capsicum anuum L.).
Tanaman keras seperti kelapa (Cocos nucifera) dan tanaman buah-buahan seperti
mangga (Mangifera indica), serta kayu-kayuan dijumpai di bagian pematang sawah
dan/atau perbatasan sawah dengan lahan kering (tegalan).
Beberapa jenis vegetasi yang tergolong sebagai tanaman liar atau gulma diantaranya
yaitu Paspalum vaginatum merupakan gulma yang paling dominan dijumpai pada areal
persawahan. Scirpus litoralis walaupun cukup banyak di persawahan tetapi masih ada
penduduk yang memanfaatkannya untuk keperluan bahan kerajinan topi, tikar atau
barang anyaman lainnya.
Pada saluran irigasi baik primer, sekunder maupun tersier yang kurang terawat banyak
ditemui gulma. Gulma-gulma tersebut tumbuh subur di pinggiran saluran, sebagian
berjuntai di air saluran dan tumbuh hampir memenuhi seluruh saluran. Colocasia sp
(talas) merupakan gulma yang banyak menimbulkan masalah, namun demikian daun
talas masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan.
Semua saluran yang ditumbuhi gulma tersebut menjadi sempit, dangkal dan tidak
efisien, sehingga pada saat debit maksimum terutama pada saat turun hujan, air dari
saluran meluap ke daerah sekitarnya. Gulma ini tumbuh dengan cepat karena
penyebarannya dapat melalui anakan maupun melalui rhizoma.
Pada ekosistem sawah sekurang-kurangnya delapan jenis pengerat dalam taraf-taraf
yang berbeda. Hama wereng coklat merupakan hama yang telah menimbulkan
kerugian pada petani di areal persawahan di wilayah studi. Hama tergawat lain yang
telah merugikan petani yaitu tikus sawah Rattus rattus. Dua jenis tikus rumah kecil
Rattus exulans dan tikus rumah besar Rattus rattus diardi, umumnya dijumpai di
daerah-daerah yang ada di sekitar daerah persawahan, tetapi kadang-kadang
memasuki areal persawahan untuk mencari makan karena itu mereka disebut
‘komensal’.
Selain tikus, hama yang terdapat di persawahan wilayah studi yaitu babi hutan.
Sebenarnya babi hutan mempunyai habitat di hutan jati yang terdapat di sekitar areal

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-42
BAB 1 Pendahuluan

persawahan tetapi pada musim kering mereka turun ke areal pesawahan dan merusak
tanaman padi yang dibudidayakan penduduk.

2.2.2.3 Ekosistem Hutan

Hutan yang terdapat di wilayah studi merupakan hutan tanaman yang sengaja
dibudidayakan untuk mendapatkan keuntungan ekonomisnya disamping juga fungsi
konservasi tanah dan air. Berdasarkan komunitas vegetasinya, hutan di wilayah studi
terbagi menjadi hutan tanaman jati dan hutan tanaman akasia yang dikelola oleh
Perum Perhutani Jawa Barat. Pada bagian hutan jati yang terdapat di sekitar lokasi
rencana as bendungan, dijumpai komunitas belukar sisa hutan alam di wilayah
tersebut.
Hutan tanaman jati terhampar luas di wilayah studi dan sekitarnya, tetapi tidak terdapat
di daerah genangan waduk, sedangkan hutan tanaman akasia terdapat di daerah
perlembahan sekitar delta-delta muara anak-anak Sungai Cipanas. Diperkirakan hutan
tanaman akasia tersebut berada di dalam rencana daerah genangan waduk.
Vegetasi dominan pada ekosistem hutan tanaman jati yaitu pohon jati (Tectona
grandis) sedangkan vegetasi dominan pada ekosistem hutan tanaman akasia yaitu
pohon akasia (Acacia auriculiformis). Lantai hutan ditumbuhi oleh berbagai jenis
gulma/tumbuhan penutup tanah baik dari golongan rumput-rumputan, herba, terna
maupun belukar.
Berdasarkan hasil analisis jenisnya, kedua ekosistem hutan di wilayah studi
mempunyai tingkat keanekaragaman yang rendah karena tanaman utama yang
ditanam yaitu masing-masing satu jenis tanaman, tidak dijumpai jenis-jenis tanaman
langka, endemik dan dilindungi. Namun fungsinya terhadap konservasi tanah dan air
sangat berarti mengingat jenis tanah di wilayah tersebut yaitu lempung sehingga pada
kondisi kering/kemarau terjadi rekahan-rekahan tanah yang cukup lebar dan
longsoran-longsoran di tebing-tebing sungai. Oleh karena itu, penghijauan pasca
konstruksi di kawasan tepi waduk dan wilayah catchment areanya perlu mendapat
perhatian serius.

2.3.1 Sosial Ekonomi


2.3.2 Sosial Ekonomi, Budaya
a. Kependudukan
Penduduk daerah sekitar lokasi rencana kegiatan (daerah genangan dan tubuh
bendung) berada dalam wilayah adminstrsi pemerintah desa Ungkal, Karanglayung,
dan Cibubuan Kecamatan Conggeang, dan desa Cibuluh Kecamatan Ujungjaya.
Jumlah penduduk desa desa tersebut adalah sebagai berikut:

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-43
BAB 1 Pendahuluan

Tabel 2..... Jumlah dan kepadatan penduduk disekitar lokasi rencana kegiatan
Luas wilayah Penduduk Jumlah Kepadatan
No Desa Jumlah KK
(km2) Laki-laki Wanita Penduduk (jiwa/km2)
1 Ungkal 339 352 691 248
2 Karanglayung 1490 1534 3024 1032
3 Cibubuan 1049 1040 2089 708
4 Cibuluh 2.125 2210 4335 1.602
Sumber: Potensi DesaUngkal, Karanglayung, Cibubuan dan Cibuluh. Tahun 2006

Penduduk ini berada di luar daerah genangan, dengan jarak tedekat sekitar 1 – 2 km
diperkampungan yang umumnya mendekati jalan raya.

d. Tingkat Pendidikan

Penduduk di desa Cibubuan, Karanglayung, dan Unkal, semuanya pernah


mengenyam pendidikan, umumnya tamatan SD dan sederajat, sebagian tamat
SLTP, SLTA, bahkan sebagian keciltamat perguruan tinggi, tetapi ada juga yang
tidak tamat SD.
Berdasarkan data potensi kecamatan Conggeang, tahun 2005 Semester II
didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 2...... Komposisi % penduduk penduduk


Desa
Tingkat pendidikan Cibubuan Karanglayu Desa Unkal Cibuluh
ng
SD / sederajat 60,5 44,83 55,4 62.25
SLTP / sederajat 16,0 32,9 15,8 13.62
SLTA / sederajat 10,6 9,87 8,1 5.30
Perguruan tinggi 0,57 0,4 0,3 0.2
Tdk tamat SD 7,1 8,0 16,4 10,2
Tidak tamat SLTP 0,03 0,2 - 3.81
Tidak tamat SLTA - - - 1.82
Belum sekolah 5,2 3,8 4,0 2.00
Sumber : Potensi Kecamatan Conggeang, tahun 2005 Semester II

Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di daerah wilayah rencana waduk cukup
tersedia sampai tingkat SL:TP.
Tabel Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kecamatan Yang
Desanya Ada Di Sekitar Genangan Tahun 2006

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Sumedang, 2006

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-44
BAB 1 Pendahuluan

b. Mata Pencaharian
Mata pencaharian utama di daerah genangan adalah di sektor pertanian baik itu
sebagai petani pemilik, penggarap maupun sebagai buruh tani. Berikut uraian
mengenai status pekerjaan di desa daerah genangan.

Tabel Jumlah Penduduk Menurut Status Pekerjaan Desa/


Kelurahan di Wilayah Genangan Tahun 2006
Buruh/Kary PNS.
No Desa Petani Buruh tani Pedagang Wiraswasta Total
Swasta TNI/Polri
1 Ungkal 320 25 14 42 9 56 466
2 Karanglayung 870 130 27 25 54 135 1241
3 Cibubuan 1026 303 44 209 49 45 1676
4 Cibuluh
Jumlah
Sumber: Potensi DesaUngkal, Karanglayung, Cibubuan dan Cibuluh. Tahun 2006

Sarana perekonomian yang terdapat di daerah genangan adalah toko dan warung
serta kios dimana toko dan warung ini menyediakan berbagai macam kebutuhan
sehari – hari. Sedangkan untuk mendapatkan berbagai macam keperluan bagi sarana
produksi pertanian didapatkan dari KUD di Desa Conggeang Wetan ataupun di toko
toko di Pasar Conggeang. Sedangkan Desa Cibuluh yang berada di jalur jalan
Propinsi yang menghubungkan Kadipaten – Indramayu dan Subang, lebih mudah
mengkases ke pasar Ujungjaya atau yang lebih besar di Kadipaten.

Untuk mendapatkan permodalan di Kecamatan sudah terdapat bank pemerintahan


yaitu Bank BRI dan Bank Perkreditan yang terdapat di kecamatan. Namun demikian
masyarakat masih ragu dalam memanfaatkan berbagai usaha perkreditan yang ada di
bank dikarenakan kurang memahami mengenai prasyaratan dalam memperoleh kredit.

c. Pertanian
Tanam padi sawah merupakan tanaman pangan yang dominan ditanam di desa–desa
yang ada di daerah genangan dan sekitar genangan. Berikut ini data mengenai luas
lahan sawah dan jenis pengairannya di kecamatan daerah genangan dan sekitar
genangan :
Tabel Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairannya Di Kecamatan Daerah
Genangan dan Luar Genangan Tahun 2006

Sumber : Dinas Pertanian Kab. Sumedang, 2006

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-45
BAB 1 Pendahuluan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lahan sawah terluas terdapat di Desa Ungkal
seluas 101 Ha dengan sistem pengairan tadah hujan dimana pola tanam yang
dilakukan adalah 1 x tanam dan yang tersempit di Desa Cibubuan dengan luas
lahan pertanian seluas 93 Ha. Namun demikian lahan di Desa Cibubuan memiliki
sistem pengairan yang lebih baik sehingga intensitas tanam mencapai 3 x tanam
dalam satu tahun.

Sedangkan pola tanam yang dilakukan bervariasi antara 1–3 kali dalam satu tahun,
data selengkapnya disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel Pola Tanam Di Desa Daerah Rencana Genangan
Tahun 2006

No. Desa 1 x Tanam 2 x Tanam 3 x tanam

1 Ungkal 95 6
2 Cibubuan 12 28 53
3 Karanglayung 40 52
Jumlah 147 86 53
Sumber : Dinas Pertanian Kab. Sumedang, 2002

Data mengenai luas areal padi sawah yang menjadi daerah genangan serta sekitar
genangan serta produktifitasnya, dapat dilihat pada tabel:

Tabel Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Padi Sawah Dan Padi Ladang
Di Kecamatan Daerah Rencana Genangan Tahun 2006

Sumber : Dinas Pertanian Kab. Sumedang

d. Sarana dan Prasarana Lainnya

Sarana dan prasarana yang ada di daerah genangan dan sekitar genangan meliputi :
listrik (hampir di seluruh kecamatan sudah dapat menggunakan jaringan listrik masuk
desa), sarana jalan dan transportasi, jaringan air bersih (air bersih sudah disediakan
pemerintah kabupaten di kecamatan masing-masing).

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-46
BAB 1 Pendahuluan

Sarana transportasi umum yang utama di desa wilayah genangan (bagian hulu
bendung) adalah ojeg dan angkutan desa. Angkutan desa digunakan penduduk
apabila mereka akan menuju ke kota kecamatan sedangkan ojeg lebih sering
digunakan sebagai sarana transportasi jarak dekat seperti ke KantormDesa, jalan raya,
ke lahan pertanian serta ke tetangga. Sarana transportasi umum yang digunakan
penduduk untuk mencapai ibukota kabupaten yang berjarak + 25 km ditempuh dengan
menggunakan minibus ataupun dengan menggunakan angkot, sedangkan untuk
menuju ke kecamatan terdekat yaitu Kecamatan Buahdua dan Ujungjaya dapat
ditempuh dengan menggunakan Angkotan Pedesaan. Jalan di tiga desa daerah
genangan pada umumnya merupakan jalan aspal dengan kondisi yang masih baik.
Panjang jalan yang ada di Kecamatan Conggeang adalah 27,1 km jalan kabupaten,
62,7 km jalan desa serta 42,1 km jalan desa yang berbatu (perkerasan) dengan jumlah
jembatan 27 buah yang terdiri dari 9 buah jembatan besi serta 18 jembatan beton.

e. Agama dan kepercayaan

Sebagian besar penduduk di tiga desa beragama Islam, tempat ibadah berupa mesjid
dan langgar (surau) tersedia hampir di setiap kampung di ketiga desa tersebut. Sarana
pendidikan keagamaan dan santri ada disetiap desa. Dalam tabel dibawah ini terlihat
pemeluk agama , sarana peribadatan dan pendidikan di ketiga desa yang sebagian
wilayahnya tergenang.

Tabel 2. . Komposisi penduduk desa Cibubuan, Karanglayung, dan Unkal berdasarkan


agama yang dianut
Jumlah
Cibubua Karanglayung Unkal Cibuluh
n
- Agama : Islam (org) 2099 3000 245
Katolik - - 3
(org)
- Mesjid 6 5 1
- Langgar 5 18 1
- Mushola 5 6 1
- Gereja - - -
Sumber : Potensi Desa Cibubuan, Karanglayubf, Ungkal, dan Cibuluh, tahun 2006

f. Kesehatan
Penyakit yang terkadang menjadi masalah bagi kesehatan penduduk di kecamatan
yang ada di daerah genangan adalah diare dan muntaber. Fasilitas kesehatan yang
ada di daerah genangan terdiri dari sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang
disajikan pada tabel beriktu dibawah ini :

Tabel Sarana Kesehatan dan Tenaga Medis di Desa Wilayah Genangan


Tahun 2006

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-47
BAB 1 Pendahuluan

g. Budaya, dan Adat Istiadat


Penduduk disekitar calon genangan masih didominasi penduduk asli yang sudah
menetap sejak lahir, bahkan generasi sebelumnya merupakan penduduk setempat
yang berasal dari suku Sunda. Masyarakat setempat masih kental dengan budaya
budaya sunda bahkan masih banyak yang melakukan upacara upacara adat, baik
dalam ritual keagamaan maupun kepercayaan penduduk. Kebersamaan, gotong
royong, bermusyawarah, sebagai warga yang hidup dalam suatu daerah masih terlihat
dalam kehidupan se hari hari.

Masyarakat di sekitar calon genangan memiliki banyak legenda tentang daerahnya,


termasuk Waduk Cipanas. Berdasarkan legenda tersebut, masyarakat mempercayai
bahwa waduk tersebut akan terwujud walaupun tanpa memastikan waktunya. Hampir
semua orang tua terutama di desa Cibubuan, Karanglayung, dan Unkal, menceritakan
ramalan orang tua (leluhur) mereka, bahwa “Sungai sungai yang ada mengalir di
wilayah Sumedang dan sekitarnya akan dibendung, dan Bendung Jatigede tidak akan
terwujud, sebelum, sangiang (lokasi Waduk Cipanas) terbendung”.

2.5 LINGKUP WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN

Lingkup wilayah studi ditetapkan berdasarkan pengamatan lapangan dengan


pertimbangan batas-batas ruang. Pembatasan ini merupakan telaahan dari
penggabungan batas proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas administrasi,
sehingga dapat ditetapkan resultante batas teknis studi.

2.5.1 Batas Proyek

Batas proyek atau delinieasi wilayah kegiatan adalah ruang gerak tempat kegiatan
waduk beserta kegiatan pendukungnya. Wilayah kegiatan ini meliputi area waduk, area
base camp dan daerah irigasi sebagai pemanfaat air waduk. Batas proyek lokasi
kegiatan dapat dilihat pada Gambar 2.5.

2.5.2 Batas Ekologis

Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari kegiatan pembangunan Waduk
Cipanas, yaitu terganggunya proses alami yang berlangsung di ruang tersebut,
sehingga diprakirakan akan menyebabkan perubahan mendasar. Batas wilayah
ekologis dalam studi ini terdiri dari :

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-48
BAB 1 Pendahuluan

a. Area pembangunan tubuh bendung


b. Borrow area
c. Rencana genangan
d. Daerah tangkapan sungai (Catchment area)

2.5.3 Batas Sosial

Batas sosial wilayah pembangunan Waduk Cipanas adalah tempat berlangsungnya


berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah
mapan, sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat yang
diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar, baik secara langsung maupun
tidak langsung, sebagai akibat dari adanya Waduk Cipanas. Batas sosial ini meliputi;
Desa Cibubuan, Desa Karanglayung dan Desa Unkal Kecamatan Conggeang; Desa
Cibuluh Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang.

2.5.4 Batas Administratif

Batas adalah ruang, dimana masyarakat dapat secara leluasa melakukan sosial
budaya sesuai dengan peraturan, norma dan nilai yang berlaku di wilayah tersebut.
Keterkaitan rencana pembangunan Waduk Cipanas terhadap batas wilayah
administratif ini meliputi 3 desa yang berinteraksi secara sosial ekonomis dengan
keberadaan Waduk Cipanas, yaitu Desa Cibubuan, Karanglayung dan Unkal di
Kecamatan Conggeang, dengan Desa Cibuluh Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten
Sumedang.

2.5.5 Batas Wilayah Studi

Batasan wilayah studi adalah wilayah kajian sebagai resultante dari keempat batas
wilayah tersebut di atas, dengan mempertimbangkan faktor keterbatasan waktu, biaya.
Penarikan batas wilayah studi ini akan menjadi acuan untuk melaksanakan studi
ANDAL
Batas wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 2

Kerangka Acuan ANDAL


WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang

Anda mungkin juga menyukai