BAB
B. KESESUAIAN RUANG
Secara administratif, Waduk Cipanas yang akan dibangun berada di wilayah
Kabupaten Sumedang yang meliputi Desa Karanglayung, Cibubuan dan Ungkal
Kecamatan Conggeang, serta Desa Cibuluh Kecamatan Cibuluh. Peta lokasi rencana
kegiatan dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang (2002 - 2012) lokasi
bendungan direncanakan untuk daerah hutan, tetapi keberadaan Waduk Cipanas akan
menunjang rencana penggunaan ruang untuk industri yang berlokasi di bawah (bagian
hilir) bendungan. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Sumedang tidak keberatan
dengan rencana pembangunan Waduk Cipanas ini dengan spesifikasi dan kualifikasi
yang paling sesuai dengan kondisi dan rencana yang akan datang (lihat lampiran).
Dari arahan RTRW, lokasi rencana kegiatan yang berada di Satuan Wilayah
Pembangunan (SWP) Buahdua bersama yang lain berfungsi melayani lingkup regional
seluruh Kabupaten Sumedang, sub regional dan lokal.
Di bagian selatan lokasi bendungan subur dengan air, sedangkan di bagian utara
kekurangan air. Oleh karenanya, keberadaan Waduk Cipanas dapat membantu
menyediakan air di bagian selatan Kabupaten Sumedang, khususnya dan daerah
Kabupaten Indramayu pada umumnya. Penduduk bagian selatan khususnya Desa
Cibubuan dan Karanglayung sudah biasa melakukan usaha budidaya ikan dan
peternakan.
Dari hasil Pekerjaan Survei Investigasi dan Desain Waduk Cipanas Kabupaten
Sumedang tahun 2005, rencana genangan Waduk Cipanas meliputi pertemuan kelima
sungai tersebut. Dari hasil perhitungan luas genangan dan volume waduk adalah
sebagai berikut :
Jalan Akses yang didesain untuk keperluan jalan masuk ke lokasi Bendungan Cipanas,
permulaan masuknya adalah dari jalan arteri Subang-Cirebon (Jalan Raya Cikamurang
– Ujungjaya) yang terletak di Desa Pande, Kecamatan Conggeang, masuk melalui
Jalan Perhutani yang berjarak + 2,5 km dari jalan raya tersebut.
Tipe : Terowongan
Panjang : 517, 80 m
2.1.2.4 Cofferdam
Cofferdam pada rencana Waduk Cipanas berupa urugan batu dengan lapisan kedap
air di hulu.
Tinggi Cofferdam : 30 m
Lebar Puncak : 6m
Panjang Puncak : 256 m
Elevasi Puncak : 95,00 m
Elevasi dasar Sungai : 65,00 m
2.1.2.5 Pondasi
Dari hasil pekerjaan Survei Investigasi dan Desain Waduk Cipanas Kabupaten
Sumedang tahun 2005 yang dilaksanakan oleh PT. INDRA KARYA. Untuk geologi
lokasi bendungan terdapat 4 (empat) macam batuan di era Kwarter Akhir yang terdapat
di daerah pondasi, yang terdapat dalam urutan stratigrafi.
Breksi Tufaan (Qos) dengan massa dasar pasir dan juga dijumpai fragmen sekitar
elevasi El. + 60,00 m di atas permukaan air laut, batuan ini tersingkap dengan jelas di
permukaan, berwarna abu-abu terang hingga abu-abu gelap, keras hingga sangat
keras. Bantuan ini menyebar hampir horizontal ke arah kanan lokasi rencana
bendungan, serta dijumpai pula batu lempung yang bersifat lenses.
Hasil test permeabilitas yang telah dilaksanakan pada batuan ini berkisar antara k =
6,01 x 10-04 hingga 9,20 x 10-05 cm/det, atau dengan harga Lugeon (Lu) sekitar antara 5
– 8, dengan kata lain bahwa batuan breksi tufaan ini bersifat semi permeable terutama
hasil pemboran di tempat tertentu ditemukan selain terdapat fracture (batuan hancur)
juga dijumpai joint, crack.
Kondisi geologi yang demikian ini dapat ditanggulangi dengan injeksi semen milk ke
lubang batuan yang mengalami retakan, joint, crack dengan demikian keseluruhan
batuan pondasi akan tersemenkan dan selanjutnya akan memperkecil kelulusan air
(permeabilitas) serta akan meningkatkan daya kedap air batuan.
Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh PT. INDRA KARYA selaku
konsultan untuk pekerjaan Survei Investigasi dan Desain Waduk Cipanas Kabupaten
Sumedang tahun 2005.
Bendungan Cipanas dibangun sebagai bendungan tipe urugan batu (rockfill) dengan
inti kedap air vertikal di tengah dari tanah liat.
Bangunan outlet irigasi terletak di sebelah kanan tubuh Bendungan. Jalur saluran
outlet irigasi di bagian depan dimulai dengan bangunan pengambilan kemudian
dihubungkan oleh saluran terowongan dan di bagian hilirnya disambung dan masuk ke
terowongan pengelak.
Untuk pengoperasian pintu, outlet irigasi dilengkapi bangunan sumur pengatur pintu
(gate operation shaft) berupa bangunan menara yang dilengkapi dengan peralatan
hidromekanikal dan alat perlengkapan lainnya.
Struktur outlet irigasi direncanakan terdiri dari beberapa komponen, yaitu sebagai
berikut :
Saluran Terowongan
Setelah dari bangunan pengambilan (intake structure), bangunan outlet irigasi
dihubungkan dengan saluran terowongan, hingga sampai ke bagian pintu
pengoperasian atau bagian yang menyambung ke terowongan pengelak.
Waduk Cipanas merupakan salah satu rencana Pengembangan Sumber Daya Air
dalam Master Plan BBWS Cimanuk-Cisanggarung. Sungai yang akan dibendung
adalah Sungai Cipanas. Sungai ini merupakan gabungan beberapa anak sungai,
yaitu : Sungai Cipanas, Sungai Ciuyah, Sungai Citalo, Sungai Ciporang dan Sungai
Cigarukgak. Pelaksanaan pembangunan waduk dapat dibagi menjadi tiga tahapan,
yaitu : Pra Konstruksi, Konstruksi dan Pasca Konstruksi.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap Pra Konstruksi adalah perkuatan dan
peningkatan jalan masuk, pembebasan lahan milik penduduk dan proses tukar lahan
Perum Perhutani. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut yaitu :
Jalan akses merupakan jalan perhutani, jadi untuk pembebasan lahannya dilakukan
antara Departemen Kehutanan dengan Departemen Pekerjaan Umum.
Untuk daerah genangan sebagian besar merupakan tanah yang dikuasai oleh Perum
Perhutani. Pembebasan lahan untuk kepentingan ini dilakukan antar instansi yaitu
Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Kehutanan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku, sedangkan untuk tanah yang bukan milik Perhutani,
pembebasannya dilakukan secara langsung dengan pemilik lahan tersebut, tanpa
perantara sesuai dengan ketentuan yang berlaku, berdasarkan kesepakatan pihak
pemilik lahan dan pemrakarsa proyek.
Pelebaran dan perkuatan jalan disesuaikan dengan kapasitas dan lebar kendaraan
yang keluar masuk di daerah areal kerja proyek.
Pada tahap konstruksi rencana kegiatan yang ditelaah dibagi dalam kegiatan
persiapan dan kegiatan utama adalah sebagai berikut :
Tenaga kerja yang akan dipekerjakan harus diutamakan tenaga setempat sesuai
dengan kualifikasi yang diperlukan.
Tabel 2.1
Jenis Peralatan Berat
4) Land Clearing
Land Clearing, berupa pembersihan/penebangan vegetasi penutup baik tegakan
pohon dan semak belukar, pengupasan tanah lembek/pemadatan dan pengurugan
tanah, termasuk daerah genangan dan tubuh bendungan.
c. Penggalian Pondasi
Penggalian pondasi dengan cara penggalian pada rencana di tubuh bendungan
utama. Pada bagian puncak bendungan digali sampai didapat lapisan batu dengan
lempung yang melapuk menengah, sedangkan penggalian pondasi pada bagian
lereng bendungan utama digali sampai didapat lapisan batu lempung melapuk
tinggi, yang kekuatannya sudah diperhitungkan sebagai landasan bangunan
bendungan. Hasil galian pondasi dapat dipakai sebagai penimbunan tempat-tempat
yang rendah.
e. Penimbunan
Penimbunan dilakukan pada bendung utama, dengan lapisan antara 20 cm sampai
40 cm (per layer) atau sesuai dengan pertimbangan tim supervisi. Bahan urugan
diambil dari rencana daerah genangan dan dari bagian hilir rencana bendungan,
dengan cara cut and fill.
- Pembagian air untuk keperluan air suplesi Daerah Irigasi di bagian hilirnya dan
kebutuhan air baku rumah tangga.
2.1.3.3.2 Pemeliharaan
- Pembinaan petani Karamba Jaring Apung supaya kelestarian kualitas air waduk
tetap memenuhi syarat untuk kebutuhan berbagai kepentingan pemakaian air.
- Penatagunaan lahan dan land use di kawasan hulu waduk untuk melindungi
kelestarian waduk.
Daerah Pengaliran Sungai (DPS) rencana Waduk Cipanas mempunyai iklim tropis
yang dipengaruhi oleh angin muson dengan dua musim, yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Musim hujan biasanya dimulai pada bulan November dan berakhir pada
Kerangka Acuan ANDAL
WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-17
BAB 1 Pendahuluan
bulan April, sedangkan musim kemarau dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan
Oktober.
Tabel 2.3
Stasiun Hujan Sekitar DPS Waduk Cipanas
Lokasi
No Nama Stasiun
Kabupaten Arah
1 Ujungjaya Sumedang Timur
2 Situraja Sumedang Tenggara
3 Gudanguyah Sumedang Selatan
4 Darmaraja Sumedang Selatan
5 Kadipaten Sumedang Timur
6 Jatiwangi Sumedang Timur
7 Sumurwatu Sumedang Timur Laut
8 Cikedung Indramayu Utara
9 Losarang Indramayu Utara
10 Kadanghaur Indramayu Utara
Sumber : Survei dan Investigasi Waduk Cipanas Kabupaten Sumedang
Stasiun-stasiun yang berada di sekitar memiliki alat-alat pengukur iklim mikro yang
sangat terbatas sehingga data-data yang didapatkan juga sangat terbatas. Tinggi
curah hujan rata-rata tahunan didapat dari stasiun Ujungjaya, Situraja, Gudanguyah,
Kadipaten, Sumurwatu, Cikedung dan Losarang. Data tinggi curah hujan tahunan dari
ketujuh stasiun tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4
Tinggi Curah Hujan Rata-rata Tahunan Di Masing-masing Stasiun
Oleh karena data tinggi curah hujan rata-rata tahunan yang didapat diambil dari
stasiun-stasiun klimatologi yang cukup jauh jaraknya dari lokasi rencana Waduk
Cipanas maka diperlukan literatur tambahan. Dari data monografi kecamatan-
kecamatan yang berada di sekitar lokasi Daerah Pengaliran Sungai (DPS) rencana
Waduk Cipanas dikumpulkan data curah hujan harian dengan rentang waktu antara
tahun 2000 sampai tahun 2005. Monografi kecamatan yang dipergunakan adalah data
monografi Kecamatan Conggeang yang merupakan lokasi dari daerah genangan
rencana Waduk Cipanas, data monografi Kecamatan Buahdua yang berada di sebelah
barat daerah genangan dan data monografi Kecamatan Ujungjaya yang berada di
sebelah timur daerah genangan. Data-data mengenai curah hujan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 2.5 sampai Tabel 2.7.
Tabel 2.5
Data Curah Hujan Kecamatan Ujung Jaya
Tahun
Bulan
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari Mm 307 425 301 270 408 419
HH 18 14 17 17 18 17
Februari Mm 234 - - 244 424 409
HH 10 - - 16 18 21
Maret Mm 228 378 297 244 499 689
HH 9 13 15 16 23 26
April mm - 245 151 87 111 288
HH - 10 9 9 5 14
Mei mm 212 134 13 79 274 67
HH 7 8 6 5 17 5
Juni mm - 181 - 23 22 173
HH - 7 - 2 4 14
Juli mm 50 - 111 - 3 104
HH 1 - 5 - 1 11
Agustus mm - - - - - 14
HH - - - - - 2
September mm 44 48 - 10 - 80
HH 2 4 - 2 - 4
Oktober mm 168 354 - 161 18 171
HH 7 15 - 9 3 8
November mm 402 244 154 122 294 279
HH 13 16 21 11 12 9
Desember mm - 355 193 271 350 361
HH - 14 21 12 19 21
Sumber : BPS, Kabupaten Sumedang Dalam Angka
Ket. : mm = milimeter
HH = hari hujan
Tahun
Bulan
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari mm - - - 368 593 482
HH - - - 11 22 25
Februari mm - - - 395 658 549
HH - - - 13 17 21
Maret mm - - - 449 511 725
HH - - - 19 24 23
April mm - - 244 174 180 244
HH - - 11 10 11 13
Mei mm - - 144 106 339 77
HH - - 4 7 21 4
Juni mm - - - 27 107 136
HH - - - 3 4 5
Juli mm - - 82 - 2 136
HH - - 4 - 1 5
Agustus mm - - 12 - - 94
HH - - 1 - - 3
September mm - - - 50 19 73
HH - - - 2 1 5
Oktober mm - - - 44 22 184
HH - - - 6 3 11
November mm - - 120 230 264 146
HH - - 18 11 15 10
Desember mm - - 307 298 264 212
HH - - 13 11 14 12
Sumber : BPS, Kabupaten Sumedang Dalam Angka
Ket. : mm = milimeter
HH = hari hujan
Tahun
Bulan
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Januari Mm 508 615 892 380 730 287
HH 16 15 26 11 23 22
Februari mm 111 219 897 415 539 1049
HH 7 6 26 15 20 22
Maret mm 218 467 387 495 485 764
HH 11 19 18 19 20 24
April mm 407 - 283 179 223 413
HH 16 - 13 13 8 15
Mei mm 512 - 283 84 536 85
HH 16 - 13 6 24 5
Juni mm 55 - - 8 89 308
HH 5 - - 1 6 13
Juli mm - - 120 - 3 85
HH - - 6 - 1 5
Agustus mm 95 - - - - 308
HH 2 - - - - 13
September mm 160 - - 40 30 134
HH 4 - - 3 1 5
Oktober mm 461 - - 54 14 92
HH 17 - - 6 2 7
November mm 473 602 317 226 375 151
HH 17 22 16 11 18 7
Desember mm 133 352 235 285 237 437
HH 18 14 13 10 14 18
Sumber : BPS, Kabupaten Sumedang Dalam Angka
Ket. : mm = milimeter
HH = hari hujan
Data iklim yang agak lengkap didapat dari stasiun klimatologi Jatiwangi yang berada di
sebelah selatan daerah genangan rencana Waduk Cipanas yaitu data-data mengenai
temperatur, kelembaban udara, kecepatan angin serta penguapan. Data-data dari
Stasiun Jatiwangi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8
Data Klimatologi Stasiun Jatiwangi
Kelembaban udara relatif tahunan rata-rata yang tercatat adalah 78,5% dan rata-rata
kelembaban udara tiap bulannya berkisar antara 68,0% sampai dengan 87%.
Penguapan rata-rata harian adalah sebesar 2,94 mm dengan rata-rata tiap bulannya
berkisar antara 54 mm sampai dengan 95 mm.
Rata-rata kecepatan angin harian tiap tahunnya adalah sebesar 6,57 km/jam.
Sedangkan rata-rata kecepatan angin harian tiap bulannya berkisar antara 5,84
km/jam sampai dengan 7,80 km/jam.
2.1.2.1 Geologi
Keadaan geologi sekitar daerah penyelidikan terutama sekitar aliran Sungai Cipanas
beserta anak – anaknya, berdasarkan sumber data dari pusat penelitian dan
pengembangan geologi, peta geologi lembar Arjawinangun yang disusun oleh : Djuri,
1995. Secara fisiografi bagian selatan termasuk ke dalam zona Pegunungan Jawa
Barat bagian tengah (Bemmelen, (1949). Secara morfologi daerah ini dapat dibagi,
antara lain adalah Perbukitan Bertimbunan Kasar, Perbukitan Menggelombang dan
Pedataran.
Adapun geologi sekitar daerah rencana Waduk Cipanas dan sekitarnya, keadaan
morfologi daerah tersebut dibangun oleh satuan morfologi perbukitan dan dataran
rendah.
Satuan morfologi Perbukitan Bertimbunan Kasar diantaranya dibentuk oleh Gunung
Tampomas (1500 m). Pada tubuh gunungapi tersebut, sungai-sungai umumnya
menampakkan pola aliran memancar. Perbukitan menggelombang yang dibentuk oleh
batuan – batuan sedimen berumur Tersier. Bukit – bukit umumnya rendah dengan
lereng yang tidak terjal. Satuan morfologi daerah pedataran sebarannya sekitar
rencana waduk dan ke arah utara dari lokasi rencana Waduk Cipanas. Satuan
pedataran tersusun sebagian oleh endapan sungai dan endapan rempah, dan hasil
gunung api.
Sumber air rencana waduk berasal dari Sungai Cipanas dan dagian hulu bersumber
dari anak - anak sungainya yang sebagian besar berasal dari lereng Gunung
Tampomas, dan aliran sungai tersebut mempunyai pola aliran memencar.
Hasil Gunungapi Muda Tak Teruraikan (Qyu): Breksi, lava bersifat andesit, dan
basal, pasir tufaan, lapili, berasal dari Gunung Tampomas (di lembar Bandung).
Biasanya batuan ini membentuk dataran atau bukit – bukit rendah dengan tanah
umumnya berwarna abu – abu kekuningan dan kemerah – merahan.
Batupasir tufa, Lempung, Konglomerat (Qos): Batupasir tufa, pasir, lanau tufaan,
lempung, konglomerat, breksi tufaan mengandung batuapung, tersingkap sangat luas
membentuk dataran menggelombang lemah di bagian utara.
Formasi Citalang (Tpc): Batupasir tufa berwarna coklat muda, lempung tufaan,
konglomerat, setempat ditemukan lensa – lensa batupasir gampingan yang keras.
A. Struktur Geologi
Batuan – batuan pada jaman Miosen da Pliosen dilipat dalam antiklinorium dengan
arah barat – barat laut. Ini merupakan bagian daripada struktur regional yang
memanjang di lembar Arjawinangun. Struktur yang lebih muda bersifat setempat, di
barat daya Majalengka sebuah lempeng struktur klastika kasar berumur Pliosen,
terletak tak selaras di atas tumpukan batuan Mio Plistoden yang terlipat. Pada
pengukuran jurus dan kemiringan lapisan pada batuan Formasi Citalang, Kaliwangu
dan Anggota Batulempung Dari Formasi Subang mempunyai kemiringan bervariasi
antara 10 – 70.
B. Kegempaan
Berdasarkan data dari peta kegempaan untuk Perencanaan Bangunan Air Tahan
Gempa daerah penyelidikan mempunyai koefisien gempa sebagai berikut :
Gambar 2.6
PETA GEMPA INDONESIA
Koefisien Gempa ( k )
ad 1
k b1 (a c z ) b2
g g
Dimana :
k = koefisien gempa
ad = percepatan gempa design
ac = percepatan gempa dasar
b1, b2 = faktor koreksi jenis tanah/batuan
1 gal = 1 cm/det2
g = percepatan grafity = 980 cm/det
Kejadian Gempa
Kerangka Acuan ANDAL
WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-26
BAB 1 Pendahuluan
Rumus :
S (Io )
n
T
Dimana :
S ( Io ) = Intensitas di atas VI MMI
T = Periode ulang ( 1907 –1953 )
n = Frequensi gempa pertahun
S (I o )
n
T = 5 / 46 = 0.109
Stratigrafi di daerah penyelidikan ditempati oleh endapan sungai terdiri dari pasir
halus-kasar kerakalan, kerikilan, dan boulder, abu - abu lepas. Aluvial berupa lanau
lempungan dijumpai kerikil dan kerakal, coklat muda, agak lunak. Satuan batuan
sedimen batupasir, batulempung, konglomerat, lapisan batupasir gampingan dan
batugamping. Satuan batuan gunung api, lempung tufaan, pasir tufaan, breksi
andesitik.
Gejala geologi yang terjadi di lokasi genangan adalah gerakan tanah berupa longsoran
terutama pada batuan; satuan batulempung, batu pasir, konglomerat, lempung tufaa,
pasir tufaan, yang menempati daerah perbukitan, dengan lereng terjal.
Kegempaan :
Struktur geologi berupa sesar di lokasi ini tidak dijumpai. Dampak dari rencana
pembuatan Waduk Cipanas bila tergenang maka muka air tanah di lokasi sekitarnya
akan naik.
2.1.3.2 Hidrologi
Secara geografis Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Cipanas terletak antara 6o39’00”
sampai dengan 6o44’00” Lintang Selatan dan 107o59’00” sampai dengan 108o03’00
Bujur Timur. Sungai Cipanas bermata air di Gunung Tampomas Kabupaten Sumedang
dan bermuara di Laut Jawa Kabupaten Indramayu. Sungai Cipanas merupakan sungai
utama yang di bagian hulunya mempunyai 4 anak sungai yaitu Sungai Cibeureum,
Sungai Ciporang, Sungai Cipanas dan Sungai Cigarukgak. Paling hulu dari Sungai
Cipanas berasal dari dua sungai yaitu Sungai Cipanas dan Sungai Ciuyah. Panjang
sungai Cipanas dari hulu sampai dengan lokasi rencana Waduk Cipanas adalah 11,98
km dengan luas catchment area atau Daerah Pengaliran Sungai (DPS) menurut
Survey dan Investigasi (SID) Waduk Cipanas tahun 2005 adalah sebesar 65,90 km2.
Pengisian air Waduk Cipanas akan mengandalkan air hujan yang turun di sekitar
daerah tangkapan waduk (64,84 km2), rata-rata curah hujan tahunan dari tahun di
sekitar waduk 2.277 mm (Ujung Jaya) dan 2.464 mm (Gn. Uyah). Dari catatan stasiun
pengamat debit S. Cipanas di Cikamurang diperoleh debit maksimum harian tahunan
adalah sebagai berikut :
Ketersediaan air rata rata di S.Cipanas berdasarkan data debit dengan mengambil nilai
minimum untuk periode setengah bulanan sehubungan dengan curah hujannya adalah
sebagai berikut:
Debit Ketersediaan
Periode Hujan (1992 – 2000)
(m3/s) (m3)
Januari (-I 8.782 11.380.834 3.870 5.015.095
( - II 4.695 6.489.641 3.719 5.141.368
Februari (-I 5.448 6.590.278 4.235 5.122.581
( - II 4.829 5.841.179 4.257 5.148.882
Maret (-I 4.823 6.250.149 4.546 5.892.239
( - II 3.537 4.889.323 3.959 5.473.545
April (-I 3.303 4.280.256 4.055 5.255.050
( - II 2.382 3.086.436 4.213 5.460.139
Mei (-I 1.797 2.329.044 3.057 3.962.127
( - II 0.980 1.355.105 3.223 4.455.163
Juni (-I 1.163 1.507.875 2.630 3.408.811
( - II 0.807 1.046.040 3.224 4.178.812
Juli (-I 0.728 944.001 3.128 4.053.750
( - II 0.240 331.257 2.922 4.039.752
Agustus (-I 0.120 132.503 2.811 3.643.097
( - II 0.038 53.001 2.682 3.707.079
September (-I 0.364 471.257 2.359 3.057.623
( - II 0.118 152.375 2.347 3.041.389
Oktober (-I 0.047 60.950 2.479 3.212.795
( - II 20.955 28.968.365 2.515 3.476.602
Nopember (-I 0.676 875.743 1.990 2.579.214
( - II 0.843 1.092.982 3.189 4.132.537
Desember (-I 4.032 5.225.217 2.830 3.667.709
( - II 3.698 5.112.137 2.789 3.855.072
Debit Ketersediaan
Periode Hujan (1992 – 2000)
(m3/s) (m3)
Jumlah 3.099 98.466.149 3.210 100.980.429
Sumber: Prastudy kelayakan Waduk Cipanas
Tabel 2.11
Sumber Air Rumah Tangga Kabupaten Sumedang
sumur yang dilengkapi dengan atap dan kamar mandi sederhana, beberapa bahkan
telah dilengkapi dengan cubluk. Sumur tak terlindung adalah sumur terbuka yang
hanya dilengkapi dengan ember dan timba.
Oleh karena hampir 50% dari rumah tangga di Kabupaten Sumedang menggunakan
sumur sebagai sumber pemenuhan kebutuhan air bersihnya maka kualitas air sumur
tersebut perlu dianalisis sehingga diketahui apakah kualitasnya memenuhi baku mutu
untuk air minum atau tidak.
Metode CA Total Suspended Load Laju Suspended Load Laju Bed Load Total
(km²) (ton/tahun) (mm/tahun) (mm/tahun) (mm/tahun)
Van Rijn - MPM 65.7 683.817,56 5.204 0.074 5.278
Van Rijn - Einstein 65.7 683.817,56 5.204 0.449 5.653
2. Lahan
a) Kesesuaian Lahan
Lokasi rencana kegiatan akan dikembangkan untuk usaha-usaha pertanian
padi sawah. Berdasarkan Pemutahiran data tahun 2004 dari hasil penelitian
Departemen Transmigrasi, ditemukan 5 faktor dominan yang mempengaruhi
kondisi tanah, yaitu; Kesuburan Tanah, Drainase, Keasaman (pH), Lereng dan
Gambut.
b) Penggunaan Lahan
Berdasarkan peta penggunaan tanah dapat diketahui bahwa sebagian besar
penggunaan lahan di lokasi studi berupa hutan, baik hutan sekunder maupun
hutan belukar, kebun campuran serta persawahan.
1) Persawahan
Persawahan yang dijumpai di wilayah studi merupakan persawahan yang
tidak ada irigasi yang teratur, dapat pula dikatakan persawahan tradisional
yang diusahakan di cekungan-cekungan rawa.
2) Perkebunan
Berdasarkan hasil survai lapangan dan data sekunder yang tersedia (BPN,
2005), perkebunan di wilayah studi merupakan perkebunan rakyat yang
umumnya tidak dikelola dengan baik.
Berdasarkan hasil analisis kimia tanah, rencana pengembangan areal
perkebunan di wilayah studi dapat dilaksanakan. Lahan yang dapat
Kerangka Acuan ANDAL
WADUK CIPANAS Kabupaten Sumedang
II-34
BAB 1 Pendahuluan
B. Pemanfaatan Lahan
Rencana pengembangan struktur tata ruang kawasan Kabupaten Sumedang secara
umum dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kota Sumedang sebagai ibukota kabupaten merupakan pusat yang berfungsi
melayani lingkup regional seluruh wilayah kabupaten, sub regional dan lokal
2. Kota Tanjungsari, Darmaraja, Buahdua dan Tomo merupakan ibukota kecamatan
yang merupakan pusat yang berfungsi melayani lingkup sub regional dan lokal,
khusus untuk Tanjungsari selain melayani fungsi di atas juga diarahkan untuk
kegiatan tertentu seperti perguruan tinggi dengan skala pelayanan regional.
3. Kota – kota lainnya yang berfungsi melayani pelayanan lokal serta merupakan
wilayah belakang dari kota – kota pusat pengembangan kota.
Pertanian
Sebagai gambaran umum tentang kegiatan pertanian di daerah ini dapat dilihat dari
jenis penggunaan lahan pertanian yang ada dan jenis perkerjaan penduduk.
Berdasarkan data statistik mengenai penggunaan lahan yang ada di daerah ini
ternyata bahwa 66,3% dari sistem pertanian merupakan pertanian lahan kering dan
Perikanan
Kegiatan perikanan di daerah proyek ini memberikan peranan yang cukup besar bagi
kegiatan perikanan seluruh kabupaten dapat dilihat dari luas areal maupun dari
produksi. Dari luas areal ternyata 10% dari seluruh areal perikanan di sawah dan 22%
luas kolam yang ada di Sumedang terdapat di daerah ini.
Seiring dengan dibangunnya Rencana Pembangunan Waduk Cipanas maka akan
terjadi peningkatan produksi perikanan di kawasan ini, hal ini disebabkan oleh
banyaknya petani yang beralih profesi dari pertanian (agrikultur) ke perikanan
(aquakultur) meskipun demikian pembudidayaan ikan di kolam akan sangat berbeda
dengan pembudidayaan ikan dengan menggunakan jaring terapung (japung). Oleh
karena itu masyarakat perlu kiranya dibekali dengan pengetahuan yang cukup melalui
proses pendampingan yang berkelanjutan.
Peternakan
Pada saat ini Kecamatan Conggeang dan Buahdua merupakan salah satu penghasil
ternak yang unggulan bagi Kabupaten Sumedang dengan ternak utama yaitu Sapi,
Kerbau dan Kambing. Kegiatan pembudidayaan ternak ini ditunjang oleh sumber daya
alam dimana di kawasan tersebut terdapat banyak tegalan yang dapat dijadikan untuk
lahan pengangonan ternak.
Pembudidayaan ternak di kawasan ini masih cenderung bersifat tradisional, hal ini
membuat produktifitas dari ternak ini masih rendah.
Industri
Konsep Rencana/
Wilayah Evaluasi Arahan Pengembangan
Rencana Arahan
Perencanaan Implementasi dalam RTRW
Pengembangan
Rencana Waduk Bagian Wilayah Luas genangan 850 Pembangunan Jangka menengah
Cipanas Kecamatan Buah Dua – 1600 Ha belum direalisa- (pembangunan belum
dan Conggeang Luas Kawasan 1600 sikan, penduduk dilaksanakan) : lahan
Ha kawasan proyek dimanfaatkan untuk
Pembangunan wa- pembangunan kegiatan pertanian
duk dengan dampak sebagian telah lahan kering dan
bagi kawasan ada- pindah/transmigra peternakan
lah perluasan dae- si ke daerah lain Jangka panjang waduk
rah irigasi Pemanfaatan (waduk terrealisasi)
lahan saat ini Pengembangan
untuk kegiatan kegiatan wisata di
pertanian lahan kawasan ini
kering. Pengembangan
pertanian lahan basah
Sumber : RTRW Kabupaten Sumedang 2002 - 2012
2.2.0 Biologi
ancaman-ancaman yang tetap dari berbagai jenis burung dan tikus pemakan padi,
pengaruh-pengaruh burung elang dan kerabatnya serta interaksi dan saling
ketergantungan dari semua komponen yang tersebut di atas, membuat sawah sangat
menarik dan khas jika dibedakan dengan ekosistem lainnya.
Vegetasi utama yang terdapat dalam ekosistem pertanian (sistem sawah) terutama
yaitu padi (Oryza sativa L.) yang dibudidayakan sebagai tanaman utama untuk diambil
manfaat ekonomisnya sebagai bahan pangan. Selain padi, pada areal persawahan di
daerah irigasi yang akan di-upgrading dijumpai jenis-jenis tanaman pangan lain yaitu :
jagung (Zea mays L.), kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) dan kedelai (Soya max
Piper.). Pada sawah tadah hujan yang mendapat pengairan kurang baik dan hanya
mengandalkan ketersediaan air hujan selain padi, petani juga mengusahakan tanaman
cabe rawit (Capsicum frutescens L.) dan cabe (Capsicum anuum L.).
Tanaman keras seperti kelapa (Cocos nucifera) dan tanaman buah-buahan seperti
mangga (Mangifera indica), serta kayu-kayuan dijumpai di bagian pematang sawah
dan/atau perbatasan sawah dengan lahan kering (tegalan).
Beberapa jenis vegetasi yang tergolong sebagai tanaman liar atau gulma diantaranya
yaitu Paspalum vaginatum merupakan gulma yang paling dominan dijumpai pada areal
persawahan. Scirpus litoralis walaupun cukup banyak di persawahan tetapi masih ada
penduduk yang memanfaatkannya untuk keperluan bahan kerajinan topi, tikar atau
barang anyaman lainnya.
Pada saluran irigasi baik primer, sekunder maupun tersier yang kurang terawat banyak
ditemui gulma. Gulma-gulma tersebut tumbuh subur di pinggiran saluran, sebagian
berjuntai di air saluran dan tumbuh hampir memenuhi seluruh saluran. Colocasia sp
(talas) merupakan gulma yang banyak menimbulkan masalah, namun demikian daun
talas masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan.
Semua saluran yang ditumbuhi gulma tersebut menjadi sempit, dangkal dan tidak
efisien, sehingga pada saat debit maksimum terutama pada saat turun hujan, air dari
saluran meluap ke daerah sekitarnya. Gulma ini tumbuh dengan cepat karena
penyebarannya dapat melalui anakan maupun melalui rhizoma.
Pada ekosistem sawah sekurang-kurangnya delapan jenis pengerat dalam taraf-taraf
yang berbeda. Hama wereng coklat merupakan hama yang telah menimbulkan
kerugian pada petani di areal persawahan di wilayah studi. Hama tergawat lain yang
telah merugikan petani yaitu tikus sawah Rattus rattus. Dua jenis tikus rumah kecil
Rattus exulans dan tikus rumah besar Rattus rattus diardi, umumnya dijumpai di
daerah-daerah yang ada di sekitar daerah persawahan, tetapi kadang-kadang
memasuki areal persawahan untuk mencari makan karena itu mereka disebut
‘komensal’.
Selain tikus, hama yang terdapat di persawahan wilayah studi yaitu babi hutan.
Sebenarnya babi hutan mempunyai habitat di hutan jati yang terdapat di sekitar areal
persawahan tetapi pada musim kering mereka turun ke areal pesawahan dan merusak
tanaman padi yang dibudidayakan penduduk.
Hutan yang terdapat di wilayah studi merupakan hutan tanaman yang sengaja
dibudidayakan untuk mendapatkan keuntungan ekonomisnya disamping juga fungsi
konservasi tanah dan air. Berdasarkan komunitas vegetasinya, hutan di wilayah studi
terbagi menjadi hutan tanaman jati dan hutan tanaman akasia yang dikelola oleh
Perum Perhutani Jawa Barat. Pada bagian hutan jati yang terdapat di sekitar lokasi
rencana as bendungan, dijumpai komunitas belukar sisa hutan alam di wilayah
tersebut.
Hutan tanaman jati terhampar luas di wilayah studi dan sekitarnya, tetapi tidak terdapat
di daerah genangan waduk, sedangkan hutan tanaman akasia terdapat di daerah
perlembahan sekitar delta-delta muara anak-anak Sungai Cipanas. Diperkirakan hutan
tanaman akasia tersebut berada di dalam rencana daerah genangan waduk.
Vegetasi dominan pada ekosistem hutan tanaman jati yaitu pohon jati (Tectona
grandis) sedangkan vegetasi dominan pada ekosistem hutan tanaman akasia yaitu
pohon akasia (Acacia auriculiformis). Lantai hutan ditumbuhi oleh berbagai jenis
gulma/tumbuhan penutup tanah baik dari golongan rumput-rumputan, herba, terna
maupun belukar.
Berdasarkan hasil analisis jenisnya, kedua ekosistem hutan di wilayah studi
mempunyai tingkat keanekaragaman yang rendah karena tanaman utama yang
ditanam yaitu masing-masing satu jenis tanaman, tidak dijumpai jenis-jenis tanaman
langka, endemik dan dilindungi. Namun fungsinya terhadap konservasi tanah dan air
sangat berarti mengingat jenis tanah di wilayah tersebut yaitu lempung sehingga pada
kondisi kering/kemarau terjadi rekahan-rekahan tanah yang cukup lebar dan
longsoran-longsoran di tebing-tebing sungai. Oleh karena itu, penghijauan pasca
konstruksi di kawasan tepi waduk dan wilayah catchment areanya perlu mendapat
perhatian serius.
Tabel 2..... Jumlah dan kepadatan penduduk disekitar lokasi rencana kegiatan
Luas wilayah Penduduk Jumlah Kepadatan
No Desa Jumlah KK
(km2) Laki-laki Wanita Penduduk (jiwa/km2)
1 Ungkal 339 352 691 248
2 Karanglayung 1490 1534 3024 1032
3 Cibubuan 1049 1040 2089 708
4 Cibuluh 2.125 2210 4335 1.602
Sumber: Potensi DesaUngkal, Karanglayung, Cibubuan dan Cibuluh. Tahun 2006
Penduduk ini berada di luar daerah genangan, dengan jarak tedekat sekitar 1 – 2 km
diperkampungan yang umumnya mendekati jalan raya.
d. Tingkat Pendidikan
Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di daerah wilayah rencana waduk cukup
tersedia sampai tingkat SL:TP.
Tabel Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kecamatan Yang
Desanya Ada Di Sekitar Genangan Tahun 2006
b. Mata Pencaharian
Mata pencaharian utama di daerah genangan adalah di sektor pertanian baik itu
sebagai petani pemilik, penggarap maupun sebagai buruh tani. Berikut uraian
mengenai status pekerjaan di desa daerah genangan.
Sarana perekonomian yang terdapat di daerah genangan adalah toko dan warung
serta kios dimana toko dan warung ini menyediakan berbagai macam kebutuhan
sehari – hari. Sedangkan untuk mendapatkan berbagai macam keperluan bagi sarana
produksi pertanian didapatkan dari KUD di Desa Conggeang Wetan ataupun di toko
toko di Pasar Conggeang. Sedangkan Desa Cibuluh yang berada di jalur jalan
Propinsi yang menghubungkan Kadipaten – Indramayu dan Subang, lebih mudah
mengkases ke pasar Ujungjaya atau yang lebih besar di Kadipaten.
c. Pertanian
Tanam padi sawah merupakan tanaman pangan yang dominan ditanam di desa–desa
yang ada di daerah genangan dan sekitar genangan. Berikut ini data mengenai luas
lahan sawah dan jenis pengairannya di kecamatan daerah genangan dan sekitar
genangan :
Tabel Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairannya Di Kecamatan Daerah
Genangan dan Luar Genangan Tahun 2006
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lahan sawah terluas terdapat di Desa Ungkal
seluas 101 Ha dengan sistem pengairan tadah hujan dimana pola tanam yang
dilakukan adalah 1 x tanam dan yang tersempit di Desa Cibubuan dengan luas
lahan pertanian seluas 93 Ha. Namun demikian lahan di Desa Cibubuan memiliki
sistem pengairan yang lebih baik sehingga intensitas tanam mencapai 3 x tanam
dalam satu tahun.
Sedangkan pola tanam yang dilakukan bervariasi antara 1–3 kali dalam satu tahun,
data selengkapnya disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel Pola Tanam Di Desa Daerah Rencana Genangan
Tahun 2006
1 Ungkal 95 6
2 Cibubuan 12 28 53
3 Karanglayung 40 52
Jumlah 147 86 53
Sumber : Dinas Pertanian Kab. Sumedang, 2002
Data mengenai luas areal padi sawah yang menjadi daerah genangan serta sekitar
genangan serta produktifitasnya, dapat dilihat pada tabel:
Tabel Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Padi Sawah Dan Padi Ladang
Di Kecamatan Daerah Rencana Genangan Tahun 2006
Sarana dan prasarana yang ada di daerah genangan dan sekitar genangan meliputi :
listrik (hampir di seluruh kecamatan sudah dapat menggunakan jaringan listrik masuk
desa), sarana jalan dan transportasi, jaringan air bersih (air bersih sudah disediakan
pemerintah kabupaten di kecamatan masing-masing).
Sarana transportasi umum yang utama di desa wilayah genangan (bagian hulu
bendung) adalah ojeg dan angkutan desa. Angkutan desa digunakan penduduk
apabila mereka akan menuju ke kota kecamatan sedangkan ojeg lebih sering
digunakan sebagai sarana transportasi jarak dekat seperti ke KantormDesa, jalan raya,
ke lahan pertanian serta ke tetangga. Sarana transportasi umum yang digunakan
penduduk untuk mencapai ibukota kabupaten yang berjarak + 25 km ditempuh dengan
menggunakan minibus ataupun dengan menggunakan angkot, sedangkan untuk
menuju ke kecamatan terdekat yaitu Kecamatan Buahdua dan Ujungjaya dapat
ditempuh dengan menggunakan Angkotan Pedesaan. Jalan di tiga desa daerah
genangan pada umumnya merupakan jalan aspal dengan kondisi yang masih baik.
Panjang jalan yang ada di Kecamatan Conggeang adalah 27,1 km jalan kabupaten,
62,7 km jalan desa serta 42,1 km jalan desa yang berbatu (perkerasan) dengan jumlah
jembatan 27 buah yang terdiri dari 9 buah jembatan besi serta 18 jembatan beton.
Sebagian besar penduduk di tiga desa beragama Islam, tempat ibadah berupa mesjid
dan langgar (surau) tersedia hampir di setiap kampung di ketiga desa tersebut. Sarana
pendidikan keagamaan dan santri ada disetiap desa. Dalam tabel dibawah ini terlihat
pemeluk agama , sarana peribadatan dan pendidikan di ketiga desa yang sebagian
wilayahnya tergenang.
f. Kesehatan
Penyakit yang terkadang menjadi masalah bagi kesehatan penduduk di kecamatan
yang ada di daerah genangan adalah diare dan muntaber. Fasilitas kesehatan yang
ada di daerah genangan terdiri dari sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang
disajikan pada tabel beriktu dibawah ini :
Batas proyek atau delinieasi wilayah kegiatan adalah ruang gerak tempat kegiatan
waduk beserta kegiatan pendukungnya. Wilayah kegiatan ini meliputi area waduk, area
base camp dan daerah irigasi sebagai pemanfaat air waduk. Batas proyek lokasi
kegiatan dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari kegiatan pembangunan Waduk
Cipanas, yaitu terganggunya proses alami yang berlangsung di ruang tersebut,
sehingga diprakirakan akan menyebabkan perubahan mendasar. Batas wilayah
ekologis dalam studi ini terdiri dari :
Batas adalah ruang, dimana masyarakat dapat secara leluasa melakukan sosial
budaya sesuai dengan peraturan, norma dan nilai yang berlaku di wilayah tersebut.
Keterkaitan rencana pembangunan Waduk Cipanas terhadap batas wilayah
administratif ini meliputi 3 desa yang berinteraksi secara sosial ekonomis dengan
keberadaan Waduk Cipanas, yaitu Desa Cibubuan, Karanglayung dan Unkal di
Kecamatan Conggeang, dengan Desa Cibuluh Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten
Sumedang.
Batasan wilayah studi adalah wilayah kajian sebagai resultante dari keempat batas
wilayah tersebut di atas, dengan mempertimbangkan faktor keterbatasan waktu, biaya.
Penarikan batas wilayah studi ini akan menjadi acuan untuk melaksanakan studi
ANDAL
Batas wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 2