Made by :
Darren
Michelle
12 Jan 2020 – XI-MIPA-
Bangsa Yahudi yang penuh misteri, kecil tapi kuat, sedikit tapi menyebar ke seluruh
dunia, menyebar tapi kemurniannya terjaga, kadang tidak bertanah air dan kadang tak punya raja, tapi
selalu menonjol dan memberi pengaruh yang kuat kepada dunia. Dianiaya, tapi bertahan bahkan
hukum Agama agar dijalankan dengan penuh ketekunan. Kemurnian pengajarannya dijaga dari generasi
ke generasi berikutnya untuk memberi dasar yang teguh bagi setiap tingkah laku dan tindakan. Hukum
Budaya Yahudi yang paling mengesankan dalam budaya Yahudi adalah perhatiannya
pada pendidikan. Pendidikan menjadi bagian yang paling utama dan terpenting dalam budaya Yahudi.
Semua bidang budaya diarahkan untuk menjadi tempat dimana mereka mendidik generasi muda, yang
kelak akan memberi pengaruh yang besar. Obyek utama dalam pendidikan mereka adalah
10 Hukum Taurat
1. Keluaran 20:2-3 “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir,
dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.”
2. Keluaran 20:4-6 “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit
di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud
menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan Allahmu, adalah Allah yang
cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga
dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku. Tetapi Aku menujukkan kasih setia kepada
beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-
Ku.”
3. Keluaran 20:7 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN
akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
1. Ayat 4 : “Dengarlah, hai Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa!” Ayat ini disebut “Shema”
pengakuan iman orang Yahudi (agama Yudaisme) yang artinya “dengarlah”. Ayat 4 ini sebagai hukum
2. Ayat 5: “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap kekuatanmu” Kasih harus menjadi motif setiap hubungan manusia dengan Tuhan. Kasih
disebutkan pertama karena disanalah terletak pikiran, emosi, dan kehendak manusia. Mengasihi Tuhan
artinya “ memilih Dia untuk suatu hubungan intim dan dengan senang hati mentaati perintahNya.
3. Ayat 6 : “Apa yang Kuperintahkan kepadamu hari ini haruslah engkau perhatikan” Perintah Tuhan
bukanlah untuk didengar dan ditelinga saja,tetapi juga dengan hati yang taat. Sebelum bertindak
engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau bangun”. Ayat 7 ini
5. Ayat 8 dan 9 : “Haruslah juga engkau mengikatnya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu
menjadi lambing dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu
gerbangmu.
Kejadian 1: 1 “ Segala sesuatu telah dijadikan oleh Alah dengan tujuan supaya manusia mengenal Allah
dan berhubungan denganNya.Cara Allah menyatakan dirinya adalah dengan Wahyu Umum ; suapaya
orang menyadari dan mengakui keberadaan Allah melalui alam, sejarah dan hati nurani manusia. Wahyu
Khusus ; supaya manusia menerima keselamatan dari Allah. Allah berinkarnasi menjadi manusia di
2. Menurut konsep yahudi, tidak ada perbedaan nilai antara duniawi dengan rohani; semuanya ada
di dalam wilayah Tuhan. Itu sebabnya orang Yahudi percaya bahwa “ seluruh hidup adalah suci “ .
Fokus utama dalam pendidikan Yahudi adalah : Yehova ( Habakuk 2:1-2).Bagi anak Yahudi tidak ada
buku lain yang memiliki keharusan untuk dipelajari selain Alkitab ( Taurat) untuk menjadi pegangan dan
Dalam kitab Talmud ( Talmud merupakan kitab suci kelompok Zionis-Yahudi di seluruh dunia) dikatakan
kalau ingin menghancurkan bangsa Yahudi ,kita harus membinasakan guru-gurunya. Bangsa Yahudi
adalah bangsa pertama yang memiliki system pendidikan Nasional ( Ulangan 6 : 4 – 9 ). Pendidikan
mereka tidak hanya secara teori, tetapi menjadi kegiatan sehari-hari dalam cara hidup dan keagamaannya.
Contoh : kitab Imamat yang mengajarkn semua tata cara hidup dan beragama.2
Pendidikan anak Yahudi bermula dirumah. Berpangkal dari peranan seorang ibu Yahudi. Tugas
kewajiban ibu adalah menjaga kelangsungan hidup rumah tangga yang juga terkait erat dengan tugas
rohani mendidik anak-anaknya, khususnya ketika masih balita. Jauh-jauh hari sebelum anak-anak
berhubungan dengan dunia luar, anak terlebih dahulu mendapat pendidikan dari ibunya sehingga sesudah
menginjak usia remaja atau pemuda ia sudah mempunyai dasar yang benar. Contohnya cerita-cerita
Metode pengajaran yang digunakan dalam penyampaian Agama dalam Perjanjian Lama, antara lain :
Alkitab telah memberikan perhatian yang serius terhadap pembinaan rohani anak. Pada masa itu
Sejak dini anak-anak Yahudi sudah dibiasakan menaati peraturan agama yang dilakukan sesuai tahapan
usianya. Sejak sebelum usia lima tahun anak telah dididik oleh orang tuanya untuk mengenal Allah
Yahweh. Pada usia sekitar 5 tahun anak-anak diberi pelajaran dasar membaca Taurat. Usia 10 tahun mulai
diberi pengajaran, yaitu misyna (secara harafiah berarti bahan ulangan yang perlu dihafalkan).
Pada usia 12–13 tahun anak-anak wajib menaati sepenuhnya peraturan hukum Yahudi yaitu,
mitswoth. Pada tahap ini anak laki-laki telah dianggap sebagai “anak-anak hukum Taurat” yaitu, bar-
Pada masa pembuangan di Babilonia (500 SM), Nabi yang muncul di masa pembuangan adalah
nabi Yesaya dan Yehezkiel. Menurut nabi Yesaya, penderitaan bukan hukuman yang berat dari Tuhan, selagi
hukuman dipandang sebagai pelanggaran yang dilakukan sebelumnya, walaupun memang hukuman
menyebabkan penderitaan. Gambaran kesenggsaraan rohani umat Israel di pembuangan dan hasrat yang
menyala-nyala untuk peroleh kebebasan tertuang di Mazmur 137 . Nabi Yehezkiel dan para nabi lainnya
mengajak umat Israel membaca ulang tradisi-tradisi yang lama sehingga menemukan cara yang baru untuk
menjalankan kehidupan iman. Dapat disimpulkan bahwa inti pemberitaan para nabi setelah pembuangan
3 John Virgil Milla, Peranan Keluarga Dalam Pengajaran PAK Terhadap Pertumbuhan Rohani. ( Jakarta.
YAKI, 2012), h.32
12 Jan 2020 – XI-MIPA-
adalah pemulihan iman kepercayaan umat terhadap Yahweh dan pembangunan kembali Bait Allah di
Yerusalem.
Selanjutnya, untuk menyelengarakan peribadatan diangkat seorang Imam dan tugasnya terpisah dari tugas
seorang raja. Yosua diangkat sebagai imam besar (Zakh. 3) dan Zerubabel dianggap sebagai raja (Zakh. 4).
Walaupun demikian semangat peribadatan yang telah dikobarkan nabi Hagai dan Zakharia tidak lagi bertahan
lama, umat Israel kembali hidup dalam kemerosotan iman. 70 Tahun Kemudian Tuhan menggerakkan Ezra
dan para ahli kitab untuk membangkitkan kembali kecintaan bangsa Israel kepada Taurat Tuhan, maka
dibukalah tempat ibadah Sinagoge di mana mereka dapat belajar firman Tuhan kembali, termasuk di
antara mereka adalah anak-anak kecil. Orang tua wajib mengirimkan anak-anaknya yang berusia di
Mulai zaman Ezra dan selanjutnya peribadatan menjadi agama hukum. Setiap orang diwajibkan
menaati dan memenuhi hukum Taurat. Melakukan upacara dan perayaan keagamaan, memberi persepuluhan,
menaati hukum hari Sabat dan menajiskan haram dan halal. Kultus pun dijalankan secara ketat. Kehidupan
keagamaan umat pun semakin diperketat agar umat hidup kudus dihadapan Allah. Bahkan nama Baal sebagai
nama perorangan, dilarang. Nama ilah-ilah lain tidak boleh masuk ke dalam mulut orang Israel. Dari situlah
kemudian timbul kebiasaan kata Baal sebagai unsur nama perorangan diganti dengan kata Bosyeth yang berarti
main.
Selain itu ditata organisasi dan kepemimpinan di Bait Allah meliputi: Imam Besar. Imam Besar adalah seorang
Imam kepala yang diangkat baik oleh pemerintah ataupun seluruh umat sebagai pemimpin agama.
Sesudah masa pembuangan, pendidikan iman bergeser dari wadah keluarga ke Sinagoge (rumah
sembahyang orang Yahudi yang ada hampir di setiap perkampungan). Sinagoge adalah wadah berkumpul
sekaligus lembaga tempat orang Yahudi membicarakan berbagai hal menyangkut kehidupan mereka.
Ketika orang-orang Yahudi yang dibuang di Babilonia diizinkan pulang ke Palestina, mereka
meneruskan tradisi membuka tempat ibadah Sinagoge ini di Palestina sampai masa Perjanjian Baru.
Sebagaimana anak-anak Yahudi yang lain, ketika masih kecil Tuhan Yesus juga menerima
pengajaran Taurat di Sinagoge. Dan pada usia dua belas tahun Yesus sanggup bertanya jawab dengan
12 Jan 2020 – XI-MIPA-
para ahli Taurat di Bait Allah. Tradisi mendidik anak-anak secara ketat terus berlangsung sampai pada
masa rasul-rasul (1 Timotius 3:15) dan gereja mula-mula.Namun, tempat untuk mendidik anak perlahan-
lahan tidak lagi dipusatkan di Sinagoge tetapi di gereja, tempat jemaat Tuhan berkumpul.
Organisasi dan kepemimpinan di Bait Allah berada di tangan Imam Besar. Imam Besar adalah seorang Imam
kepala yang diangkat baik oleh pemerintah ataupun seluruh umat sebagai pemimpin agama.
Jika masa sebelumnya yakni di masa kerajaan, seorang imam memiliki peran rangkap yakni sebagai pemimpin
ritual tetapi juga sebagai pemimpin politis maka di zaman setelah pembuangan peran Imam, khusus hanya
b. Imam Kepala
Bertanggung jawab atas semua kegiatan peribadahan yang rutin di Bait Allah dan sekaligus memimpin Imam-
Imam lainnya. Dia juga bertanggung jawab atas keamanan Bait Allah dan mempunyai wewenang untuk
menangkap siapa saja yang melanggar peraturan-peraturan di Bait Allah.
c. Pengawas
Pengawas Bait Allah berjumlah tujuh orang Imam. Mereka bertugas untuk mengelolah seluruh pendapatan dan
harta benda milik Bait Allah.
d. Bendahara
Terdiri dari tiga Orang Imam. Mereka bertugas untuk mengelolah seluruh pendapatan dan harta milik Bait
Allah.
Disamping Imam Besar dan Pembantu-pembantunya terdapat pula suatu Dewan Yahudi yang disebut
Sanhedrin. Kata Yunaninya Synedrion yang berarti Sidang Alkitab. Lembaga Alkitab Indonesia,
menterjemahkan dengan mahkamah agama. Namun menurut penulis, pengertian ini kurang tepat sebab banyak
hal Sanhedrin juga memiliki pengaruh dan wewenang sosial politik (contoh pekerjaan Paulus sebelum ia
bertobat).
Komposisi Keanggotaan Sanhedrin, adalah sebagai berikut:
Imam Besar, Kepala-kepala Imam, orang-orang tua dan Para Ahli Taurat. Dan anggota Sanhedrin beranggota
71 orang yang terdiri dari satu orang Imam Besar sebagai ketua Sidang dan 70 anggota yang dipilih untuk
seumur hidup oleh Sanhedrin.4
4 https://m.facebook.com/majalah.kemitraan/posts/539015589565627
12 Jan 2020 – XI-MIPA-
Nilai-nilai pendidikan Kristen yang dapat diambil dari konsep pendidikan perjanjian
lama bangsa yahudi :
1. Tanggung jawab pendidikan Kristen pertama-tama dan terutama terletak pada orang tua, yaitu ayah dan
ibu (Amsal 1:8).
Banyak keluarga Kristen masa kini yang menyerahkan pendidikan rohani anak mereka sepenuhnya pada
gereja atau sekolah minggu padahal Allah sendiri telah meletakkan tugas untuk merawat, mengasuh, dan
mendidik anak-anak ke dalam tangan orang tua. Merekalah yang harus mempersiapkan anak-anak mereka
agar hidup berkenan kepada Allah. Gereja dan sekolah minggu hanya membantu dalam proses pendidikan
tersebut.
2. Tujuan utama pendidikan Kristen adalah untuk mengajar anak-anak takut akan Tuhan, hidup menurut
jalan-Nya, mengasihi-Nya, dan melayani-Nya dengan segenap hati dan jiwa mereka (Ulangan 10:12).
Berlainan dengan pendidikan oleh dunia yang bertujuan untuk menciptakan generasi muda yang penuh
ambisi untuk sukses, mandiri, dan percaya pada kekuatan diri sendiri, pendidikan Kristen mendidik anak -
anak untuk memiliki sikap mementingkan Tuhan di atas segala-galanya, taat pada Tuhan, dan bergantung
pada kekuatan Tuhan untuk terus berkarya. Nilai-nilai yang penting dalam pendidikan Kristen adalah
kasih, ketaatan, kerendahan hati, dan kesediaan untuk ditegur.
3. Orang tua yang baik mendidik anaknya dengan teguran dan hajaran dalam kasih (Amsal 6:23).
Ada teori pendidikan modern yang menyarankan agar orang tua jangan pernah menyakiti anak -anak
mereka, baik secara fisik maupun secara verbal, atau melalui kata-kata karena hal tersebut dapat
menimbulkan kebencian dan dendam pada orang tua dalam diri anak-anak. Teori ini menganjurkan orang
tua untuk membangun anak-anaknya hanya melalui pujian dan dorongan.
Hal ini bertentangan dengan kebenaran Alkitab yang mengatakan bahwa teguran dan hajaran juga dapat
mendidik anak sama efektifnya dengan pujian dan dorongan, selama semuanya dilakukan dalam kasih.
4. Pendidikan Kristen harus dilakukan secara terus-menerus melalui kata-kata, sikap, dan perbuatan
(Ulangan 6:7). Kata bahasa Ibrani yang dipakai dalam ayat ini adalah "shinnantam", yang berasal dari akar
kata "shanan" yang berarti mengasah atau menajamkan, biasanya pedang atau anak panah. Kata ini dipakai
sebagai simbol untuk menggambarkan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang seperti orang mengasah
sesuatu dengan tujuan untuk menajamkannya.
12 Jan 2020 – XI-MIPA-
c. Orang Eseni
'Golongan' atau 'Partai' mereka yang tidak seberapa dikenal ini secara dramatis menjadi dikenal
banyak orang sejak ditemukannya Gulungan Naskah dari Laut Mati pada tahun 1947. Gulungan
Naskah ini berasal dari perpustakaan Masyarakat Qumran, sebuah sekte biarawan yang hidup
menyendiri di padang gurun tandus, di dekat pantai Laut Mati. Walaupun sekte ini tidak dapat secara
tegas diidentifikasikan sebagai Orang Eseni, mereka sangat mirip.
d. Orang Zelot
Zelot berarti fanatik. Orang Zelot adalah suatu parti nasional Yahudi yang radikal. Maksud utamanya
ialah membela Hukum Taurat terhadap pengaruh kuasa pemerintah jajahan. Dengan giat mereka
berjuang dari tahun 63 s.M. sampai kepada kejatuhan kota Yerusalem pada tahun 70 M. Mula-mula
mereka hanya melawan Kerajaan Roma dengan kekuatan senjata, tetapi akhirnya dengan segala
kekerasan mereka mulai melawan kelompok-kelompok dari bangsanya sendiri.
e. Gerakan Apokaliptik
Dalam suasana seoerti ini jenis sastra yang dikenal sebagai "apokalipse" (tulisan yang
mengungkapkan tentang Akhir Zaman) berkembang pesat. Banyak Apokalipse yang ditulis di
Palestina sejak abad 2 sM dan sesudahnya. Tulisan itu ditandai dengan dualisme yang kuat : "baik"
dan "jahat"; "Allah" dan "Iblis"; "Terang" dan "Gelap", yang mutlak saling bertentangan dan ada di
jalur yang saling bertabrakan.
f. Harapan – harapan tentang Mesias
Visi-visi yang luar biasa tentang apokalipse hanya merupakan salah satu dari banyaknya harapan
yang senantiasa menjadi dambaan orang Yahudi. Banyak gambaran mengenai tokoh pribadi Mesias
dalam PL telah tertanam kuat dan tumbuh dalam perngharapan orang Banyak
g. Diaspora ( Masa orang Yahudi tersebar )
Selama ini kita hanya memikirkan orang Yahudi yang berada di Palestina. Tetapi jemaat Kristen
sebenarnya segera menyebar ke luar Palestina, dan di tempat-tempat itu juga. Kontak pertamanya
adalah orang Yahudi. Paling tidak, sejak masa pembuangan pada abad 6 sM orang Yahudi telah mulai
menyebar ke seluruh Timur Tengah dan Laut tengah di bagian Timur, sehingga pada abag 1 M saja
sudah ada 1 juta orang Yahudi di Mesir.
h. Proselit
Mereka dalah orang bukan Yahudi yang memeluk Agama Yahudi. Orang-orang Yahudi sering secara
tidak adil dituduh bersikap kaku dan sangat eksklusif. Sebenarnya, teristimewa diantara orang-orang
Yahudi yang tercerai-berai atau tersebar itu, ada kesadaran mengenai misi mereka terhadap orang
yang bukan Yahudi. Mereka berusaha dengan tulus untuk memenangkan orang yang bukan Yahudi
itu agar bertobat dan memeluk agama mereka.
i. Orang Samaria
Orang Samaria adalah keturunan orang Israel yang tertinggal di kerajaan Utara dan telah kawin
campur dengan para pendatang – orang-orang asing yang menjadi penduduk baru disitu
III. AGAMA YUNANI DAN ROMAWI
Agama klasik kuno orang Yunani, dengan dewa-dewi-nya yang bercinta, bertengkar dan berkelahi seperti
manusia, sudah secara efektif bercampur baur dengan politeisme Romawi yang serupa. Agama ini
dipelihara dan secara resmi dikembangkan sebagai bagian dari budaya Yunani dan Romawi. Sebagian
besar orang Yunani dan Romawi secara formal menyetujui kepercayaan lama, dan ikut ambil bagian
dalam upacara keagamaan. Tetapi sebenarnya hati mereka sudah tidak terpaut lagi pada hal-hal tersebut.5
5 http://www.sarapanpagi.org/latar-belakang-keagamaan-dalam-perjanjian-baru-vt326.html
12 Jan 2020 – XI-MIPA-
6 https://www.sabda.org/pepak/book/export/html/2458
12 Jan 2020 – XI-MIPA-
rabi Yahudi, dan di hadapan rakyat jelata di segala kota dan desa yang dikunjunginya. Ia mengajar
raja-raja dan wali-wali negeri, orang cendekiawan dan kaum budak, orang laki-laki dan kaum wanita,
orang Asia, orang Yunani, orang Romawi, singkat kata, segala golongan manusia telah ditemuinya
pada perjalanannya yang banyak dan panjang itu.
Paulus mengajar di rumah-rumah tempat ia menumpang, di gedung-gedung yang disewanya, di
lorong-lorong kota atau di padang-padang, di atas loteng dan dalam bengkelnya, di pasar dan dalam
kumpulan kaum filsuf. Rasul Paulus juga banyak mengajar melalui surat-surat.
c. Pengajaran jemaat yang mula-mula
Sejak mulai berdirinya, jemaat Kristen telah menjunjung pengajaran agama. Seperti diketahui, orang-
orang Kristen muda itu mula-mula masih berpaut kepada adat agama Yahudi, tetapi lambat laun
mereka mengembangkan perkumpulannya sendiri. Di dalam perkumpulan itu mereka berdoa,
berbicara tentang pengajaran dan perbuatan-perbuatan Tuhan Yesus Kristus, makan sehidangan dan
merayakan Perjamuan Suci. Mereka yakin bahwa sejak turunnya Roh Kudus jemaat mereka
merupakan Israel baru. Yesus Kristus telah menciptakan Israel baru itu dengan Roh-Nya sendiri.
Sekarang mereka berdiri dalam dunia ini dengan keadaan baru dan dengan tugas yang baru pula.
Akibatnya ialah mereka mulai berkhotbah dan mengajar, supaya banyak orang lain juga dapat
percaya pada Yesus sebagai Penebus dan Tuhan. Segala orang yang bertobat dan mau bergabung
dengan jemaat Kristen itu, dididik dengan seksama. Di dalam dan di luar kebaktian, mereka belajar
tentang Diri dan pekerjaan Juruselamat itu, dan lagi tentang panggilan dan tugas seorang Kristen
dalam dunia ini. Jemaat-jemaat muda itu mempelajari nubuat-nubuat para nabi zaman dulu mengenai
Yesus Kristus, dan mereka asyik membaca surat-surat yang diterimanya dari rasul Paulus dan
pemimpin gereja lain. Mereka menganggap dirinya sebagai suatu persekutuan suci, seperti Israel
dulu, tetapi dengan mengaku Yesus Kristus selaku Raja, Nabi dan Imam satu- satunya.
Kerajinan dan kesetiaan Israel dalam menjalankan pendidikan agama diturutinya pula, hanya
perbedaannya sekarang, Taurat bukan lagi menjadi dasar dan pusat pendidikan itu, melainkan Yesus
Kristus. Dengan demikian jemaat purba itu mengajarkan agama Kristen di dalam rumah-rumahnya,
kepada tetangganya, di dalam kebaktian dan kumpulannya, bahkan kepada siapa saja yang suka
mendengarkan berita kesukaan yang mereka siarkan.
Prinsip - prinsip pengajaran Tuhan Yesus
Perjanjian Baru memuat banyak prinsip yang dipakai Tuhan Yesus dalam mendidik murid-murid-Nya.
Semua prinsip Tuhan Yesus dalam pengajaranNya masih sangat cocok untuk diterapkan pada pendidikan
Kristen untuk anak-anak didik zaman ini.
Beberapa prinsip yang Tuhan Yesus pengajaranNya yaitu :
a. Tuhan Yesus mengajar melalui hidup dan perbuatan-Nya.
Segala kelakuan-Nya sesuai dengan kehendak Allah dan menyatakan kasih dan kebenaran Allah
kepada murid-murid-Nya. Tiap orang yang datang kepada-Nya mendapat perhatian-Nya. Dengan
penuh kasih Ia menolong yang memerlukan pertolongan-Nya. Ia tidak segan melawan segala
sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Contoh yang konkrit dalam hidup seorang guru
selalu lebih mengesankan daripada segala kata yang diucapkannya.
b. Tuhan Yesus memakai pengalaman pendengar-pendengar-Nya untuk mengajar mereka.
Sebagai dasar untuk ajaran yang baru, Ia menyebut hal-hal yang lazim dialami tiap orang,
peristiwa-peristiwa dari hidup sehari- hari yang pasti akan dimengerti oleh setiap pendengar-Nya.
12 Jan 2020 – XI-MIPA-
Umpamanya menanam benih (Matius 13:1-9), memasang lampu (Matius 5:15-16), mencari
sesuatu yang hilang (Lukas 15:1-10). Hal-hal seperti itu dapat dimengerti, dan juga akan
mengingatkan mereka kepada ajaran itu tiap kali mereka melakukannya lagi.
c. Tuhan Yesus terkadang menunjukkan obyek-obyek yang konkrit untuk dilihat.
Ia memakai mata uang (Matius 12:13-17), burung di udara dan bunga-bungaan di padang (Matius
6:25-34) yang kelihatan di mana- mana sehingga akan mengingatkan pendengar-Nya akan ajaran-
Nya tiap kali mereka melihat barang itu kelak.
d. Tuhan Yesus memakai cerita yang tepat dan sederhana untuk mengajar.
Cerita-cerita berupa perumpamaan dan perbandingan yang sangat mengesankan dipakai-Nya utuk
memikat perhatian orang dan menekankan kebenaran. Cerita-cerita itu sering dipakai-Nya untuk
menjawab pertanyaan dan pendengar-Nya diajak berpikir sendiri mengenai maksud dan arti cerita
itu (misalnya Lukas 10:25-37 dan 12:13-21). Cerita yang mengesankan tak akan terlupakan,
sehingga ajaran yang terdapat di dalamnya makin mendalam bagi pendengarnya.
e. Tuhan Yesus menyatakan motif-motif yang kuat untuk menerima ajaran-Nya.
Tiap manusia cenderung menaruh perhatian besar pada kepentingan dirinya sendiri. Apa saja
yang akan menolongnya untuk mencapai tujuannya, akan menarik perhatiannya. Tuhan Yesus
selalu menunjukkan hubungan antara ajaran yang diberikan-Nya dengan kebutuhan yang sedang
digumuli oleh para pendengar-Nya (misalnya Matius 11:28-29 dan Yohanes 11:25-26). Tetapi
perhatikanlah: Persaingan atau harapan untuk memperoleh sesuatu yang berharga dalam dunia
materi tak pernah dipakai-Nya sebagai motif untuk menerima ajaran-Nya.
f. Tuhan Yesus selalu mengaktifkan pendengar-pendengar-Nya
Ia mengajak mereka bersoal-jawab; Ia mengajukan kepada mereka pertanyaan-pertanyaan yang
mendorong mereka untuk berpikir menemukan jawaban yang tepat. Ia memberikan kesempatan
untuk berbuat sesuatu; murid-murid diajak memberi makan orang banyak (Matius 14:16-19).
Mereka ditugaskan pergi meneruskan ajaran yang telah disampaikan-Nya kepada mereka (Lukas
10:1-9). Kita belajar jauh lebih banyak lewat apa yang kita lakukan daripada yang hanya kita
dengarkan.
g. Tuhan Yesus selalu memberikan kepada pendengar-Nya tanggung jawab untuk mengambil
keputusan secara pribadi.
Dengan jelas Ia menunjukkan akibat dari pilihan yang tepat dan yang tidak tepat. Tanggung
jawab untuk memilih diserahkan sepenuhnya pada tiap pendengar-Nya. Ia tidak menyuruh
mereka menghafalkan apa yang dikatakan-Nya dan taat secara mutlak tanpa berpikir. Sebaliknya,
Ia mendorong mereka untuk berpikir sendiri dan mengambil keputusan dengan penuh kesadaran
mengenai akibat pilihannya, yakin untuk mengikuti-Nya atau tidak. Ketaatan yang dipaksakan
atau dilakukan tanpa pikir bukanlah ketaatan sejati. Keputusan yang sah ialah keputusan yang
diambil dengan penuh pengertian dan kerelaan.7
7 http://timotius-sukarman.blogspot.com/2011/08/pengajaran-agama-kristen-dalam-alkitab.html