Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENDIDIKAN KESEHATAN ARTHRITIS RHEUMATOID


(REMATIK) DI PUSKESMAS CEBONGAN SALATIGA

Disusun Oleh :
Leny Yunita Talaohu
NIM : SN182056

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

REMATIK (REUMATOID ATRITIS)

I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Pendidikan kesehatan menurut Depkes RI (2011) adalah setiap
upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat.
Rematik termasuk dalam kelompok penyakit reumatologi yang
menunjukkan suatu kondisi nyeri dan kaku yang menyerang anggota
gerak atau system musculoskeletal, yaitu sendi, otot, tulang, maupun
jaringan disekitar sendi (Soumya, 2011). Manifestasi klinis yang
sering dapat dilihat adalah, nyeri sendi, kekakuan sendi selepas tidak
bergerak (terutama pada waktu pagi), sendi yang tidak stabil,
kehilangan fungsi, kelembutan pada sendi (joint tenderness), krepitus
pada pergerakkan, pergerakkan terbatas, tahap inflamasi yang
bervariasi, dan pembengkakan tulang Kumar dalam (Suryanda dkk
2018).
Rematik adalah suatu pembengkakan yang terjadi pada satu
atau beberapa sendi yang terdapat dalam tubuh. Artritis ini sering kali
menjangkiti jari-jari tangan dan kaki, sendi pergelangan, sendi lutut,
sendi siku, sendi tumit, sendi bahu, sendi pinggul, sendi rahang dan
sendi tulang punggung. Artritis dapat menyebabkan kecacatan,
ketidakmampuan (disabilitas), penurunan kualitas hidup serta
meningkatkan beban ekonomi penderita dan keluarga. Penyakit
artritis bisa menimbulkan kematian, karena sangat jarang terjadi dan
biasanya telah diderita berbulan bulan sampai bertahun-tahun
(Suwygno dkk, 2017). Hal ini akan menyebabkan berkurangnya
kualitas hidup seseorang yang berakibat terbatasnya aktivitas dan
terjadi depresi. Oleh karena itu masyarakat khususnya lansia harus
mengetahui tentang faktor risiko artritis dan cara pencegahannya.
Sehingga masyarakat bisa melakukan pencegahan sejak dini dan
hidup yang lebih produktif.

b. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang rematik
diharapkan lansia dapat lebih meningkatkan pengetahuan tentang
rematik dan cara penanganannya.
2. Tujuan khusus
a. Menyebutkan pengertian rematik
b. Menyebutkan penyebab penyakit rematik
c. Menyebutkan tanda dan gejala penyakit rematik
d. Menyebutkan komplikasi dari penyakit rematik
e. Menyebutkan cara penatalaksanaan yang tepat pada penyakit
rematik
2. Rencana Pelaksanaan
a. Sasaran : Semua lansia yang ada di poli umum puskesmas cebongan
b. Target : 4 lansia dapat memahami pendkes rematik yang diberikan
c. Waktu : Senin, 23 Desember 2019 Jam 08.30 WIB
d. Tempat : Ruang tunggu poli umum puskesmas cebongan
e. Metode : Ceramah Dan Diskusi
f. Media : Leafleat dan Materi SAP
g. Setting tempat : Lansia duduk di kursi yang sudah di sediakan dan penyaji
berdiri di depan.
h. Tahap Kegiatan :

KEGIATAN KEGIATAN
NO WAKTU METODE MEDIA
PENYULUHAN PESERTA
1 5 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam
1. Mengucapkan 2. Mendengarkan
salam dan
2. Memperkenalkan memperhatikan
diri 3. Menyetujui SAP dan
Ceramah
3. Kontrak waktu 4. Mendengarkan Leaflet
4. Menjelaskan dan
tujuan memperhatikan
pembelajaran

2 20 menit Fase Kerja Kegiatan 1. Mendengarkan


Inti : dan
1. Menjelaskan memperhatikan
tentang pengertian
rematik 2. Mendengarkan
2. Menjelaskan dan
penyebab rematik memperhatikan

3. Menjelaskan tanda
3. Lansia dan
dan gejala rematik
keluarga Ceramah
4. Menjelaskan SAP dan
memberikan dan
komplikasi dari Leaflet
tanggapan Diskusi
penyakit rematik
4. Mendengarkan
5. Menjelaskan
dan
penatalaksanaan
memperhatikan
yang tepat untuk
5. Mendengarkan
penderita rematik
dan
6. Menanyakan
memperhatikan
kepada lansia
6. Mendengarkan
kejelasan materi
dan
yang disampaikan
7. Melakukan diskusi memperhatikan
tanya jawab 7. Menjawab
dengan lansia pertanyaan
3 5 menit Penutup : 1. Mendengarkan
1. Kesimpulan dari
SAP dan
pembelajaran 2. Mendengarkan Ceramah
Leaflet
2. Salam penutup dan menjawab
salam

3. Kriteria Hasil
a. Struktur
 Lansia menyepakati dilakukan kontrak untuk dilakukan
penyuluhan
 Media tersedia sudah tersedia sesuai dengan kebutuhan
 Materi penyuluhan telah disiapkan
 Tempat kegiatan penyuluhan telah disediakan
 Lansia hadir ditempat penyuluhan
b. Proses
 Waktu penyuluhan dilakukan sesuai dengan kesepakatan
 Komunikator dapat menyampaikan materi dengan baik dan
lancar
 Lansia dapat mengikuti kegiatan sampai selesai
 Lansia nampak antusias mengikuti kegiatan dengan banyak
bertanya
 Selama kegiatan berlangsung tidak ada lansia yang
meningggalkan tempat
c. hasil
a) Pre-penyuluhan
20% lansia mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
penyaji sebelum penyaji menyampaikan materi penyuluhan
b) 75% lansia yang mengikuti pendkes dapat menjelaskan
kembali:
1. Pengertian rematik
2. Penyebab penyakit rematik
3. Tanda dan gejala penyakit rematik
4. Komplikasi dari penyakit rematik
5. Cara penatalaksanaan yang tepat pada penyakit rematik
4. Tinjauan Pustaka
1. Definisi
Artritis Reumatoid atau Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit
autoimun sistemik. RA merupakan salah satu kelaianan multi sistem yang
etiologinya belum diketahui secara pasti dan dikarakteristikkan dengan
destruksi sinovitis, penyakit ini merupakan perandangan sistemik yang
palik umum ditandai dengan keterlibatan sendi yang simetris. Penyakit RA
ini meruapakan kelainan autoimun yang menyebabkan implamasi sendi
yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis)
(Pradana, 2012).

2. Etiologi
Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui secara
pasti. Menurut Kowalak (2011), ada beberapa teori yang dikemukakan
sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu :
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
Kecenderungan wanita untuk menderita artritis reumatoid dan
sering dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan
dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu
faktor yang berpengaruh pada penyakit ini. Walaupun demikian karena
pemberian hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan
perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil
dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab
penyakit ini.
3. Autoimmun
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II,
faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme
mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II
kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga
berperan dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari terdapatnya
hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II,
khususnya HLA-DR4 dengan artritis reumatoid seropositif. Pengemban
HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini.

3. Manifestasi Klinik
RA dapat ditemukan pada semua sendi dan sarung tendo, tetapi paling
sering di tangan. RA juga dapat menyerang sendi siku, kaki, pergelangan
kaki dan lutut. Sinovial sendi, sarung tendo, dan bursa menebal akibat
radang yang diikuti oleh erosi tulang dan destruksi tulang disekitar sendi
(Nasution,2011):. Ditinjau dari stadium penyakitnya, ada tiga stadium
pada RA yaitu:
d. Stadium Sinovitis
Artritis yang terjadi pada RA disebabkan oleh sinovitis, yaitu
inflamasi pada membran sinovial yang membungkus sendi. Sendi
yang terlibat umumnya simetris, meski pada awal bisa jadi tidak
simetris. Sinovitis ini menyebabkan erosi permukaan sendi sehingga
terjadi deformitas dan kehilangan fungsi (Nasution,2011).
e. Stadium destruksi
Ditandai adanya kontraksi tendon saat terjadi kerusakan pada jaringan
sinovial (Nasution,2011)
f. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi yang terjadi secara menetap
(Nasution,2011).
Manifestasi artikular RA terjadi secara simetris berupa inflamasi
sendi, bursa dan sarung tendo yang dapat menyebabkan nyeri, bengkak
dan kekakuan sendi, serta hidrops ringan (sjamsuhidajat, 2010). Tanda
kardinal inflamasi berupa nyeri, bengkak, kemerahan dan teraba hangat
mungkin ditemukan pada awal atau selama kekambuhan, namun
kemerahan dan perabaan hangat mungkin tidak dijumpai pada RA kronik.
Sendi-sendi besar, seperti bahu dan lutut, sering menjadi manifestasi klinis
tetap, meskipun sendi-sendi besar, seperti bahu dan lutut, sering menjadi
manifestasi klinis tetap, meskipun sendi-sendi ini mungkin berupa gejala
asimptomatik setelah bertahun-tahun dari onset terjadinya.
Manifestasi ekstraartikular jarang ditemukan pada RA. Secara umum,
manifestasi RA menganai hampir seluruh bagian tubuh. Manifestasi
ekstraartikular pada RA, meliputi :
a. Konstitusional, terjadi pada 100% pasien yang terdiagnosa RA. Tanda
dan gejala berupa penurunan berat badan, demam > 38,3ºC. Kelelahan
(fatigue), malaise, depresi dan pada banyak kasus terjadi kaheksia,
yang secara umum merefleksi derajat inflamasi dan kadang
mendahului terjadinya gejala awal pada kerusakan sendi.

b. Nodul, terjadi pada 30-40% penderita dan biasanya merupakan level


tertinggi aktivitas penyakit ini. Saat dipalpasi nodel biasanya tegas,
tidak lembut, dan dekat periosteum, tendo atau bursa. Nodel ini juga
bisa terdapat di paru-paru, pleura, pericardium, dan peritonuem. Nodul
iasanya benign (jinak), dan gengren.

c. Sjogren’s syndrome, hanya 10% pasien yang memiliki secondary


sjogren’s syndrome. secondary sjogren’s syndrome ditandai dengan
keratoconjungtivitis sicca (dry eyes) atau xerostomia.

d. Paru (pulmonary) contohnya adalah penyakit pleura kemudian diikuti


dengan penyakit paru interstitial.

e. Jantung (cardiac) pada <10% penderita. Manifestasi klinis pada


jantung yang disebabkan oleh RA adalah perikarditis, kardiomiopati,
miokarditis, penyakti arteri koreoner atau disfungsi diastole.
f. Vaskulitis, terjadi pada <1% penderita, terjadi pada penderita dengan
penyakit RA yang sudah kronis.

g. Hematologi berupa anemia normositik, immmune mediated


trombocytopenia dan keadaan dengan trias berupa neutropenia,
splenomegaly,dan nodular RA sering disebut dengan felty syndrome.
Sindrom ini terjadi pada penderita RA tahap akhir.

h. Limfoma, resiko terjadinya pada penderita RA sebesar 2-4 kali lebih


besar dibanding populasi umum. Hal ini dikarenakan penyebaran B-
cell lymphoma sercara luas.

Beberapa keadaan yang diasosiakan dengan mordibitas dan


mortalitas pada pasien RA adalah penyakti kardiovaskuler, osteoporosis
dan hipoandrogenisme (Nasution,2011).

4. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.

b. pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

c. pada pembuluh darah terjadi tromboemboli tromboemboli adalah


adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya
darah yang membeku.

d. terjadi splenomegali, splenomegali merupakan pembesaran limfa, jika


limfa membesar kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya
jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan
menyimpan sel-sel darah akan meningkat (Nasution,2011).

5. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus,
atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat
(Pradana, 2012).

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan


masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.
Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (gangguan
rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)


Tujuan utama dari program penatalaksanaan perawatan adalah
sebagai berikut :
1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.
2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari
penderita.
3. Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada
sendi.
4. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang
lain.
 Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi
(perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan
(prognosis) penyakit ini, semua komponen program
penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-
sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif
tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses
pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
2. Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah
yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap
hari, tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih
berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi beberapa
kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
3. Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi
sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua
sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk
menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai latihan.
Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri. Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur
oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus,
seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan
dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah
oleh adanya penyakit (Adelia, 2011).
 Penatalaksanaan Medikamentosa
1. Penggunaan OAINS
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) umum nya diberikan
pada penderita AR sejak masa dini penyakit yang dimaksudkan
untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang seringkali
dijumpai walaupun belum terjadi proliferasi sinovial yang
bermakna. Selain dapat mengatasi inflamasi, OAINS juga
memberikan efek analgesik yang sangat baik. OAINS terutama
bekerja dengan menghambat enzim siklooxygenase sehingga
menekan sintesis prostaglandin. Masih belum jelas apakah
hambatan enzim lipooxygenase juga berperanan dalam hal ini, akan
tetapi jelas bahwa OAINS berkerja dengan cara:
a. Memungkinkan stabilisasi membran lisosomal.
b. Menghambat pembebasan dan aktivitas mediator inflamasi
(histamin, serotonin, enzim lisosomal dan enzim lainnya).
c. Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan.
d. Menghambat proliferasi seluler.
e. Menetralisasi radikal oksigen.
f. Menekan rasa nyeri (Adelia, 2011).
DAFTRA PUSTAKA
Adelia. (2011). Libas Rematik dan Nyeri Otot Dari Hidup Anda. Yogyakarta.
Briliant Books.
Departemen Kesehatan, RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Nasution. (2011). Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku
Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Pradana, dkk. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Schneider, Matthias., Krüger, Klaus. (2013). Rheumatoid Arthritis—Early
Diagnosis and Disease Management. Deutsches Ärzteblatt International.
Jerman.
Soumya Raychaudhuri. (2011). Approach to the Patient with Musculoskeletal
Disease. In: Jakarta.
Suryanda, Asmawi Nazori, Zanzibar. (2018). Pengetahuan Dan Sikap Keluarga
Dalam Pencegahan Kekambuhan Rematik. Jurnal Vokasi Kesehatan.
Diaskes tanggal 13 Desember 2019 jam 14:00 wib.
Suwygno, Sri Evi & Wahyudi. (2017). Sosialisasi Risiko penyakit artritis
(rematik) pada lansia di kecamatan marangkayu Kabupaten kutai
kartanegara Tahun 2017. Jurnal Abdimas Mahakam Vol.1 No. 2. Diaskes
tanggal 16 Desember 2019 jam 11:00 wib.

Anda mungkin juga menyukai