Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

RETINOPATI DIABETIK
DI POLI MATA RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Oleh :

1. Amin Fitriani (7416021)


2. Purnawati Nurul Qomari (7416012)
3. Yaumil Agustine (7416029)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERISTAS PESATREN TINGGI DARUL ‘ULUM

JOMBANG

2016
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) di Poli Mata RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dengan topik
“Retnopati Diabetik”, telah disahkan dan disetujui pada :

Hari : Kamis

Tangga l : 10 November 2016

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(..............................................) (...............................................)

Kepala Ruangan Poli Mata

(...............................................)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
                
Bidang study : Keperawatan Medikal Bedah
Topik : Retinopati Diabetik
Sasaran : Pasien, Keluarga Pasien, Dan Pengunjung Rumah Sakit
Tempat : Di Poli Mata RSUD Dr Saiful Anwar
Hari/tanggal : Kamis, 10 November 2016
Waktu : 07.30-08.00
 
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang Retinopati Diabetik, diharapkan pasien,
keluarga pasien, dan Pengunjung Rumah Sakit memahami dan mengetahui tentang
Retinopati Diabetik.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang inf Retinopati Diabetik, diharapkan
pasien, keluarga pasien, dan Pengunjung Rumah Sakit memahami dan mengetahui:
1. Pengertian Retinopati Diabetik
2. Kalsifikasi Retinopati Diabetik,
3. Faktor penyebab Retinopati Diabetik
4. Tanda dan gejala Retinopati Diabetik
5. Komplikasi Retinopati Diabetik
6. Pemeriksaan Penunjang Retinopati Diabetik
7. Penatalaksanaan Retinopati Diabetik

C. MATERI (terlampir)

D. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi/Tanya jawab

E. MEDIA
1. Leaflet
2. PPT
F. KEGIATAN PENYULUHAN
Kegiatan
Tahap Waktu Kegiatan Peserta Metode Media
Pengajar
Pendahuluan 5 1. Mengucapkan 1. Menjawab salam Ceramah
menit salam
2. Perkenalan diri 2. Mendengarkan Ceramah
dan
memperhatikan
dengan seksama
3. Menjelaskan 3. Mendengarkan Ceramah
tujuan kegiatan dan
penyuluhan memperhatikan
dengan seksama
4. Menjelaskan 4. Menyetujui Ceramah
kontrak waktu kontrak waktu
yang disepakati
5. Mengkaji 5. Memperhatikan Ceramah
pemahaman dengan seksama
klien dan menjawab
pertanyaan
Penyajian 20 1. Pengertian 1. Mendengarkan Ceramah ppt
menit Retinopati dan dan
Diabetik memperhatikan leaflet
dengan seksama
penjelasan
materi.
2. Kalsifikasi 2. Mendengarkan Ceramah
Retinopati dan
Diabetik memperhatikan
dengan seksama
penjelasan materi
3. Faktor 3. Mendengarkan Ceramah
penyebab dan
Retinopati memperhatikan
Diabetik dengan seksama
penjelasan materi
4. Tanda dan 4. Mendengarkan Ceramah
gejala dan
Retinopati memperhatikan
Diabetik dengan seksama
penjelasan materi

5. Komplikasi 5. Mendengarkan

Retinopati dan

Diabetik memperhatikan
dengan seksama
penjelasan materi

6. Pemeriksaan 6. Mendengarkan

Penunjang dan

Retinopati memperhatikan

Diabetik dengan seksama

7. Penanganan penjelasan materi

Retinopati 7. Mendengarkan

Diabetik dan
memperhatikan
dengan seksama
penjelasan materi
Penutup 5 1. Memberikan 1. Peserta bertanya. Tanya
menit kesempatan jawab
bertanya
kepada peserta
2. Menyimpulkan 2. Memperhatiakan Ceramah
materi dengan seksama

3. Memberikan 3. Menjawab Tanya


pertanyaan dan pertanyaan jawab
memberikan
apresiasi
kepada peserta
4. Mengucapkan 4. Menjawab salam Ceramah
salam dan
penutup

G. KRITERIA EVALUASI
1. Kriteria Evaluasi Struktur
a. Penyuluh mencari literatur mengenai Retinopati Diabetik
b. Penyuluh membuat SAP mengenai Retinopati Diabetik, diharapkan telah
mempersiapkan terkait materi, media, alat bantu, serta sarana-prasarana yang
digunakan untuk penyuluhan kesehatan
c. Penyuluhan dilakukan dengan sesuai pengorganisasian

2. Kriteria Evaluasi Proses


a. Diharapkan penyuluhan berjalan sesuai rencana
b. Diharapkan suasana penyuluhan konduksif dan tidak ada peserta yang
meninggalkan ruangan saat dilakukan penyuluhan
c. Diharapkan peserta antusias terhadap materi penyuluhan
d. Diharapkan peserta memberikan respon atau umpan balik berupa pertanyaan-
pertanyaan

3. Kriteria Evaluasi Hasil


Sebelum melakukan penyuluhan pemateri memberikan pertanyaan dasar
mengenai Retinopati Diabetik kemudian setelah penyuluhan peserta diberikan
pertanyaan yang sama dengan pertanyaan yang diberikan sebelum dilakukan
penyuluhan. Penyuluhan dikatakan berhasil jika dari total seluruh sasaran yang
mengikuti penyuluhan, 80% sasaran dapat menjawab dengan benar.
RETINOPATI DIABETIK

1. PENGERTIAN
Retinopati Diabetik adalah penyakit mata yang diakibatkan oleh diabetes.
Retinopati adalah kondisi yang mempengaruhi kerja retina mata, yang merupakan
lapisan syaraf yang berada di bagian belakang mata dan yang menangkap gambar
yang dilihat mata dan mengirimkan informasinya ke otak agar dapat
diterjemahkan oleh otak. Retinopati Diabetik pada awalnya menyebabkan
pandangan mengabur dan dapat berkembang menjadi kebutaan jika tidak diobati.
Penyakit ini juga dapat menyebabkan pembengkakan makula—bagian tengah
retina yang berfungsi untuk memproses penglihatan lebih rinci — di mana
penyakit ini lebih dikenal dengan nama edema makula, yang makin memperburuk
pandangan bagi penderita diabetes.

2. KLASIFIKASI
Secara klinis retinopati diabetic dikalisifikasikan menjadi :
1. Retinopati Diabetic Non-Proliferatif
Merupakan stadium awal dari proses penyakit Retinopati Diabetik.
Selama menderita diabetes, keadaan ini menyebabkan dinding pembuluh
darah kecil pada mata melemah sehingga timbul tonjolan kecil pada pembuluh
darah tersebut (mikroaneurisma) yang dapat pecah sehingga membocorkan
cairan dan protein ke dalam retina.
Menurunnya aliran darah ke retina menyebabkan pembentukan bercak
berbentuk cotton wool berwarna abu-abu atau putih. Endapan lemak protein
yang berwarna putih kuning (eksudat yang keras) juga terbentuk pada retina.
Perubahan ini mungkin tidak mempengaruhi penglihatan kecuali cairan dan
protein dari pembuluh darah yang rusak menyebabkan pembengkakan pada
pusat retina (makula). Keadaan ini yang disebut makula edema, yang dapat
memperparah pusat penglihatan seseorang.
2. Retinopati Diabetic Proliferatif
Retinopati proliferative merupakan stadium yang lebih berat pada
penyakit retinopati diabetik. Bentuk utama dari retinopati proliferatif adalah
pertumbuhan (proliferasi) dari pembuluh darah yang rapuh pada permukaan
retina. Pembuluh darah yang abnormal ini mudah pecah, terjadi perdarahan
pada pertengahan bola mata sehingga menghalangi penglihatan.
Juga akan terbentuk jaringan parut yang dapat menarik retina sehingga
retina terlepas dari tempatnya. Jika tidak diobati, retinopati proliferatif dapat
merusak retina secara permanen serta bahagian-bahagian lain dari mata
sehingga mengakibatkan kehilangan penglihatan yang berat atau kebutaan
(Melayu, 2008; Brunner & Suddarth, 2001).

3. FAKTOR RESIKO TERJADINYA RETINOPATI DIABETIK


1. Control diabetic.
The Diabetes Control and Complications trial (DCCT) menunjukkan bahwa
pada DM tipe I yang insulin dependen, pengontrolan status metabolic akan
mengurangkan resiko perkembangan retinopati diabetic dan memperlambat
onset retinopati pada pasien yang belum mempunyai perubahan pada retina
pada saat. The United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) juga
telah mengkonfirmasi bahwa pengontrolan kadar glukosa pada diabetic tipe II
yang non-insulin dependen juga mempunyai keuntungan dalam
memperlambat onset terjadinya retinopati
2. Hipertensi
Ada laporan yang mengatakan bahwa tekanan darah diastolic yang tinggi pada
individu yang muda dan tekanan darah sistolik yang tinggi pada individu yang
tua bisa memperburuk retinopati.
3. Kehamilan pada wanita bisa dikaitkan dengan bertambahnya parahnya
retinopati.
4. Hiperlipidemia
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa kolesterol yang tinggi dalam serum
dan atau trigliserida adalah factor resiko signifikan untuk retinopati. Walau
bagaimanapun, belum ada penemuan yang bisa mengaitkan terapi penurunan
serum lipid mempunyai hubungan dengan retinopati.
5. Umur
Pada individu dengan onset diabetic pada usia muda, retinopati diabetic jarang
pada usia dibawah 13 tahun. Onset pubertas bisa mempengaruhi retinopati,
walaupun durasi diabetic merupakan factor yang signifikan. Pada individu
dengan onset diabetes yang lambat, didapatkan peningkatan frekuensi
retinopati pada individu yang berusia dibawah 50 tahun.
6. Genetik atau Faktor Keturunan
7. Virus dan Bakteri
8. Bahan Toksin atau Beracun
9. Asupan Makanan
10. Obesitas/kegemukan, tekanan darah meningkat seiring dengan peningkatan
berat badan.
11. Merokok, dapat meningkatkan tekanan darah dan cenderung terkena penyakit
jantung koroner. Peningkatan tekanan darah ditunjang oleh      pemekatan
darahdan penyempitan pembuluh darah perifer akibat dari   kandungan bahan
kimia, terutama gas karbon monoksida dan nikotin serta zat kimia lain yang
terdapat didalam rokok

4. TANDA DAN GEJALA


Pada tahap awal, Retinopati biasanya tidak memunculkan gejala yang
terlihat. Tanda adanya kerusakan pada retina biasanya baru dapat diketahui pada
tahap lanjutan, saat pasien sudah menderita penurunan kemampuan penglihatan
yang biasanya sudah tidak dapat diobati lagi. Gejala dari tahapan penyakit
Retinopati diabetik ini termasuk:
a. Penglihatan yang kabur
b. Sulit melihat saat malam
c. Munculnya benang tipis atau tikit dalam penglihatan (biasa disebut floaters)
d. Penglihatan yang berubah-ubah
e. Ketidakmampuan untuk melihat warna dengan benar
f. Titik gelap atau lubang dalam pandangan
g. Kehilangan kemampuan penglihatan (dalam tahap lanjutan)

5. KOMPLIKASI
a. Oklusi vaskuler retina
Penyempitan lumen vaskular dan trombosis sebagai efek dari proses
biokimiawi akibat hiperglikemia kronis pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya oklusi vaskular retina. Oklusi vena sentralis retina akan
menyebabkan terjadinya vena berkelok-kelok apabila oklusi terjadi parsial,
namun apabila terjadi oklusi total akan didapatkan perdarahan pada retina dan
vitreus sehingga mengganggu tajam penglihatan penderitanya.
b. Glaukoma
Mekanisme terjadinya glaukoma pada retinopati diabetik masih belum jelas.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa glaukoma dapat terjadi pada retinopati
diabetik sehubungan dengan neovaskularisasi yang terbentuk sehingga
menambah tekanan intraokular.
c. Ablasio retina
Peningkatan sintesis growth factor pada retinopati diabetik juga akan
menyebabkan peningkatan jaringan fibrosa pada retina dan corpus vitreus.
Suatu saat jaringan fibrosis ini dapat tertarik karena berkontraksi, sehingga
retina juga ikut tertarik dan terlepas dari tempat melekatnya di koroid. Proses
inilah yang menyebabkan terjadinya ablasio retina pada retinopati diabetik.

6. DETEKSI & PEMERIKSAAN PENUNJANG


Deteksi dini sebaiknya dilakukan secepat mungkin terutama pada pasien-pasien
yang mendeerita kencing manis. Karena retinopati diabetes pada tahap awal,
pasien akan dilebarkan pupil matanya agar lebih mudh dilakukan evaluasi pada
saraf matanya agar lebih mudah dilakukan evaluasi pada saraf matanya dengan
funduskopi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan penderita Retinopati Diabetika
antara lain:
1. Indirect of Thalamoskop
Diperiksa seluruh permukaan fundus  sampai belakang penggantung lensa
dapat dilihat dengan alat indirect oftalmoskop, yang sebelumnya mata pasien
ditetes dengan midirasil.
2. Foto fundus
Dilakukan foto fundus dengan foto-polaroid, sehingga akan nampak optikus,
retina dan pembuluh darah diretina, sebelumnya penderitaditetesi medriasil.
3. Foto Fluorescein Angiografi
Dilakukan pemotretan fundus, seperti diatas tetapi sebelumnya penderita selain
ditetes medriasil, akan diinjeksi intravena dengan zat kontrassehingga
gambaran detail halus epitel pigmen retina, aliran sirkulasi darah retina,
gambaran pembuluh darah dan integritas fungsinya. Selain itu FFA juga
berfungsi untuk memonitor terapi fotokoagulasi pada penyakit Retina dan
Khoroid.

7. PENANGANAN
Pencegahan dan pengobatan retinopati diabetic merupakan upaya yang harus
dilakukan bersama untuk mencegah atau menunda timbulnya retinopati dan juga
untuk memperlambat perburukan retinopati. Tujuan utama pengobatan retinopati
diabetic ialah untuk mencegah terjadinya kebutaan permanen. Metode pencegahan
dan pengobatan retinopati diabetic saat ini meliputi :
a. Kontrol glukosa darah
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pengontrolan kadar glukosa darah
yang baik secara signifikan menurunkan menurunkan resiko perkembangan
retinopati diabetic dan juga progresivitasnya
b. Kontrol tekanan darah
c. Ablasi kelenjar hipofisis melalui pembedahan atau radiasi (jarang dilakukan
d. Operasi Vitreoretina, Vitrektomi
Penderita Diabetes Retinopati yang telah lanjut, didapatkan Vitreus/badan kaca
keruh akibat pendarahan retina masuk kebadan kaca, dan juga berakibat
adanya jaringan ikat dibadan kaca yang akan mengakibatkan tarikan retina,
sehingga akan berakibat terlepasnya retina atau ablasio-retina. Operasi
Vitrektomi digunakan untuk menjernihkan badan kaca dan juga mengupas
jaringan ikat yang ada, sehingga lokasi asal perdarahan dapat dilakukan
photokoagulasi laser, dan adanya tarikan retina dapat dihindarkan.
e. Injeksi anti-VEGF intravitreal
Injeksi ini akan disuntikkan kedalam bola mata. Tujuannya agar pembuluh-
pembuluh darah baru yang terbentuk akan mengalami penyusutan sehingga
tidak mengakibatkan perdarahan akibat rapuhnya dinding pembuluh darah
tersebut.
a) Diabetes retinopati pada tahap lanjut bisa terjadi tanpa keluhan apapun.
Saat tahap ini terjadi, maka anda akan beresiiko tinggi kehilangan
pegihatan.
b) Edema dipusat penglihatan dapat timbul tanpa gejala apapun pada
semua tahap dari diabetic retinopati.
DAFTAR PUSTAKA

Langston DB, Manual of Ocular Diagnosis and Therapy. 2nd edition. Boston:Little Brown
Company.1988. 145-7.

National Eye Institute: “Dietetic Retinopathy.” van Hecke, MV. Diabetes Care 2005;
28:1383. Lecaire, T. Am J Epidemiol 2006; 164:143. Aiello, L. N Engl J Med 2005; 353:839.

American Academy of Ophthalmology Retina Panel. Preferred Practice Pattern Guidelines.


Diabetic retinopathy. 2012. Available at: www.aao.org/ppp.

American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes – 2014. Diabetes Care.
2014;37 Suppl 1:S14-S80.

Anda mungkin juga menyukai