Anda di halaman 1dari 15

Analisis Hukum dan Bisnis Komunikasi

“Bakpia Djava”

Bagas Aji Kusuma 160905997


Eduardus Bagas 160906006
Dominicus Almo 160906028
Avi Natalia 160906155
Elsata Yohanda C 160906158
Andronikus Pratenta P 160906024

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Pendahuluan
Kelompok memilih Bakpia Djava karena toko oleh-oleh yang menjual
produk utama bakpia sebagai oleh-oleh dari Yogyakarta yang cukup besar di
Yogyakarta dan cukup familiar di kalangan masyarakat Yogyakarta maupun
wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Bakpia Djava sendiri memiliki tiga
toko yang terletak di daerah Patuk, jalan Magelang, dan jalan Solo, dimana ketiga
tempat tersebut merupakan tempat strategis untuk berjualan bakpia, dimana toko
yang jalan solo dan jalan magelang dekat dengan perbatasan kota dan yang di
Patuk di pusat kota.
Bakpia Djava yang telah memiliki cabang yang banyak telah berubah
menjadi usaha besar yang berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya seperti
kehadiran limbah produksi atau limbah lainnya. Sehingga kami disini melihat
bahwa ada beberapa masalah mengenai pengelolaan limbah serta lokasi yang
membuat beberapa hal menjadi masalah tersendiri sebagai bentuk kewajiban dari
bisnis usaha makanan ini.
Dalam produksi bakpia sebagai produk utama Bakpia Djava pastinya
memiliki prosedur pengelolaan limbah agar tidak mencemari lingkungan sekitar,
dimana limbah pengelolaaan yang dihasilkan juga pastinya banyak karena setiap
hari pasti memproduksi bakpia. Lalu kelompok juga melihat toko cabang Bakpia
Djava yang khususnya yang di Jalan Solo tidak memiliki trotoar yang berarti
Bakpia Djava menghilangkan fasilitas publik khususnya pejalan kaki dan mungkin
pemerintah memiliki peraturan yang mengatur tentang trotoar.
Hal ini menjadi landasan kami untuk menggali lebih dalam tentang Hukum
Etika Komunikasi Bisnis yang mungkin telah melanggar peraturan sehingga
dapat memperoleh wawasan yang baru tentang Hukum Etika Komunikasi Bisnis
mengenai pembuangan limbah dan juga penggunaan trotoar yang berguna buat
kami mahasiswa untuk kedepannya mungkin di dunia kerja agar kami paham
mengenai Hukum Etika Komunikasi Bisnis di suatu perusahaan agar tidak
melanggar peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah.
Profile Perusahaan
Sejarah

Bakpia Djava lahir di kampung Pathuk pada tahun 1970-an, pada


mulanya bakpia Djava hanyalah industri rumahan. Seluruh proses produksi
dilakukan dengan sederhana, mulai dari pemilihan bahan, proses pembuatan,
hingga pengemasan, semua dilakukan secara manual dengan kapasitas
produksi terbatas.

Makanan asal daerah tiongkok ini, pada saat itu masih dijajakan dengan
cara berkeliling kampung dan orang perorang. Seiring berjalannya waktu,
kemudian bakpia semakin populer, serta makin banyak dikenal oleh masyarakat
luas, ditambah dengan akulturasi budaya menjadikan makanan yang memiliki
nama asli Tou Luk Pia ini tidak saja dibeli warga keturunan Tionghoa, tapi juga
digemari masyarakat jawa yang tinggal di Yogyakarta.

Hal tersebut membuat bakpia Djava pada tahun 2000, mendirikan


sebuah toko di Kampung Pathuk beralamat di Jl. KS. Tubun no. 93 karena
banyaknya permintaan, hingga akhirnya membuat Bakpia Djava menghentikan
penjualan bakpia secara mengelilingi kampung. Sampai saat ini bakpia Djava
sudah memiliki 2 cabang lain yaitu di Jl. Solo km.8,5 dan di magelang km. 2,4
menuju ke arah Candi Borobudur.

Visi
Visi Bakpia Djava adalah menjadi Produsen bakpia yang paling lezat
dan menjadi toko oleh-oleh paling lengkap dengan pelayanan yang prima.
Misi
Misi Bakpia Djava adalah menjaga Bakpia sebagai ikon oleh-oleh khas
jogjakarta dan menjaga makanan tradisional lain agar tetap lestari.
Nilai
Nilai yang ingin diangkat Bakpia Djava adalah melestarikan budaya
jawa melalui konsep toko yang di desain dengan adanya joglo dan setiap toko
Bakpia Djava juga memutarkan backsound dengan nuansa Jawa agar tetap
melekat pada budaya Jawa.

Kebijakan dan Strategi Organisasi


Strategi yang dilakukan oleh pihak Bakpia Djava dalam menjalankan
kegiatan yakni:
· Membuat Bakpia raksasa dalam mengenalkan Bakpia Djava dan
mendapat rekor muri
· Mengadakan rekreasi karyawan serta kegiatan hiburan untuk para
karyawan
· Menjadi sponsor dalam acara-acara

Seragam, bangunan, fasilitas


Bakpia Djava memiliki kewajiban bagi para pegawai untuk
memiliki identitas bagi Bakpia Djava yaitu dengan cara memakai seragam
yang telah ditentukan. Ada 7 seragam yang dimiliki oleh pegawai dengan
warna yang berbeda-beda seperti merah, kuning, putih, hijau dll dengan desain
yang berbeda-beda agar tidak monoton. Khusus hari Jumat ada memakai
seragam batik dan beberapa hari besar tertentu seperti hari jadi kota
Yogyakarta memakai pakaian khas Yogyakarta.
Logo Bakpia Djava memiliki makna tersendiri seperti tulisan V yang
dibuat kapital karena nama java sudah banyak yang memakai sehingga ‘V’
dibuat besar dan ditambahi dengan ‘D’ didepan agar membedakan dengan
java-java yang lainnya. Huruf ‘V’ dibuat dengan warna merah karena alasan
pemilik Bakpia Djava yang suka dengan warna merah.
Logotype yang digunakan oleh Bakpia Djava ingin menunjukkan
tulisan yang ditulis menggunakan kuas karena melihat sejarah menulis dengan
menggunakan kuas identik dengan budaya China. Hal tersebut juga
bersangkutan dengan asal Bakpia sendiri yang dari China yang aslinya
mengandung daging babi.
Bangunan dalam setiap toko Bakpia Djava memakai interior jawa
seperti joglo dalam ruangan tersebut dan ukiran-ukiran di joglo tersebut yang
khas dengan budaya Jawa.
Fasilitas yang dimiliki oleh Bakpia Djava sebagai pusat oleh-oleh juga
beragam, seperti mushola, toilet, tempat parkir yang luas, dan juga ada
photobooth yang sengaja disediakan oleh Bakpia Djava untuk pengunjung
sehingga selain berbelanja pengunjung juga dapat foto-foto dengan spot yang
telah disediakan.

Identitas Korporat dan Reputasi yang Diharapkan


Identitas Korporat
a) Identity : rooted in design
Merupakan pendekatan yang dilakukan untuk memahami identitas
korporat melalui tampilan visual yang dapat dilihat dengan mata. Seperti logo,
seragam perusahaan yang dipakai oleh para karyawan dan struktur bangunan
yang ada dalam perusahaan Bakpia Djava.
Logo yang ditunjukkan oleh Bakpia Djava juga memiliki arti yang
menonjolkan visinya yaitu tempo dulu. Dengan memakai huruf “D” di depan
tulisan Djava yang berarti ejaan lama, memiliki arti bahwa Bakpia Djava
menunjukkan rasa yang tempo dulu. Lalu alasan mengapa huruf “V” menjulang
paling tinggi dan berwarna merah adalah pemilik Bakpia Djava kebetulan juga
menyukai warna merah, namun disamping itu alasannya adalah warna merah
melambangkan keberanian dan huruf “V” sendiri berada di tengah kata Djava
diartikan bahwa Bakpia Djava berani bersaing dengan para pesaing-pesaingnya
dengan menunjukkan cita rasa tempo dulu. Oleh karena itu walaupun Bakpia
Djava memiliki inovasi dalam produk bakpianya, namun tidak meninggalkan
cita rasa dan ciri khas bakpia tempo dulu.
Pemilihan nama Bakpia Djava sekali lagi terbukti bukan sekedar untuk "tampil
beda" dengan toko-toko bakpia lain yang hampir semuanya menggunakan
angka. Karena, terbukti dalam perjalanan waktu, Bakpia Djava mempunyai
makna filosofis "the part is new", sejarah dan tradisi masa lalu adalah
kebaruan.Dengan tagline " Resep Tradisional Tempo Doeloe ", Bakpia Djava
tetap setia dan konsisten menggunakan resep tradisional tanpa bahan kimia
untuk setiap produk yang dijual secara modern.Konsistensi tradisional juga
dilakukan dengan menempatkan dapur produksi di toko sehingga konsumen
dapat melihat langsung proses pembuatan bakpia. Bukan itu saja, kepada
konsumen yang tertarik untuk mencoba membuat sendiri bakpia yang akan
dibeli, dengan senang hati kru Produksi Bakpia Djava akan mendampingi.
Bakpia Djava mewajibkan karyawan yang bekerja dibagian produksi yang ada
di pabrik pembuatannya memakai baju adat Jogja. Jika dikaitkan dengan logo
dan visi misi, seragam atau dresscode yang dipakai oleh para karyawan juga
mencerminkan logo dari Bakpia Djava, walaupun warna seragam tiap hari
berganti supaya dikenal fresh mereka tetap menunjukkan warna merahnya
terbukti dari dalam seminggu para karyawan memakai seragam warna merah
dua kali. Pergantian warna seragam setiap harinya tersebut bukan tanpa alasan,
Bakpia Djava ingin menunjukkan bahwa mereka selalu segar tetapi tidak
meninggalkan warna yang menjadi identitas mereka sendiri. Selain seragam,
aksesoris yang ada di dalam toko Bakpia Djava juga mencerminkan bahwa
mereka sangat menunjukkan citra tradisional namun tetap mampu bertahan di
tengah para pesaingnya. Jadi konsep yang diusung oleh Bakpia Djava yang ada
di dalam tokonya adalah kejawa-jawaan.
Desain bangunan yang dibuat oleh Bakpia Djava juga mencerminkan bahwa
mereka adalah perusahaan bakpia yang sangat kental dengan nuansa Jogja dan
juga tempo dulu. Selain itu, aksesoris yang dipajang di toko juga sangat kental
dengan nuansa Jogja Tempo Doeloe. Photobooth yang berada di sudut toko
juga dihiasi dengan sepeda onthel dengan kursi gaya lama juga ada di sana.

b) Identity : rooted in corporate culture


Merupakan identitas yang dibentuk berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan
yang ada dalam organisasi. Budaya Organisasi dapat terlihat dari sikap atau perilaku
anggota organisasi.
Visi dan misi yang dibangun oleh Bakpia Djava adalah membantu melestarikan
makanan tradisional Jogja, yaitu Bakpia. Bakpia Djava ingin menunjukkan bahwa
mereka tetap mempertahankan cita rasa tempo dulu walaupun banyak pesaing yang
melakukan inovasi-inovasi untuk produk bakpia. Dengan mengajak masyarakat untuk
lebih melestarikan budaya Jogja sendiri khususnya tentang bakpia, perusahaan Bakpia
Djava juga menonjolkan citra bahwa “Ini lho yang namanya Jogja.” Dengan rasa yang
masih dipertahankan sejak dulu yaitu rasa kacang hijau, karena bakpia identik dengan
rasa kacang hijau untuk rasa aslinya. Dari visi misi yang diusung oleh Bakpia Djava
tersebut akhirnya turun menjadi nilai yang ditanamkan kepada karyawannya. Para
karyawan menunjukkan budaya organisasi mereka dengan menyambut konsumen yang
datang ke toko dengan cara satu karyawan berteriak ”sugeng rawuh” dan karyawan
yang lain serentak menjawab “monggo”. Kata-kata itu diambil dari bahasa Jawa yang
berarti selamat datang dan mari. Hal ini didukung juga dari konsep yang mereka usung
yaitu “Jogja Tempo Doeloe”.
c) Identity : rooted in communication
Merupakan cara bagaimana identitas korporasi dapat diterjemahkan melalui
program komunikasi dalam bentuk publisitas maupun iklan. Terkait dengan aspek
komunikasi yang dilakukan oleh Bakpia Djava, telah melakukan komunikasi identitas
yang cukup baik, dengan konsisten menggunakan logo perusahaan dan warna-warna
kebesaran Bakpia Djava yang terdiri dari warna merah, hitam, dan putih. Dalam
melakukan komunikasi identitasnya, Bakpia Djava mencantumkan logo Bakpia Djava
sendiri di kemasan, iklan (Brosur, spanduk, papan reklame dan sebagainya). Tidak lupa
pula seragam perusahaan yang dikenakan para karyawan yang mencerminkan
perusahaan sendiri, dengan warna pakaian yang berganti setiap harinya, mulai dari
warna Merah, Putih, dan Hitam.

Analisis SWOT
Strength
Produk dari bakpia Djava terbuat dari bahan-bahan yang terpilih sehingga
menghasilkan produk yang berkualitas dan tanpa bahan pengawet. Selain itu dari segi
bangunan, bakpia Djava sendiri memiliki ciri khas dari joglo yang ada di toko bakpia
Djava. Lokasi penjualan yang strategis juga sangat cocok sebagai tempat
pemberhentian untuk belanja oleh-oleh. Selain itu, bakpia Djava juga memiliki produk
bakpia dengan kulit tipis dan isi yang padat, berbeda dari produk bakpia lainnya.
Weakness
Sosial media dari bakpia Djava sendiri kurang aktif karena mereka yakin pada
pasar yang sudah ada.
Opportunity
Bekerjasama dengan biro travel (Bus), bakpia Djava telah dikenal oleh banyak
orang dan juga pelonjakan pada jumlah wisatawan yang sedang berkunjung ke Jogja
dan mencari oleh-oleh.
Threat
Banyaknya kompetitor industri makanan yang menjual bakpia dan juga harga
bahan baku yang tidak menentu. Bencana alam dan juga bencana lainnya yang tidak
diinginkan.
Hukum dan Etika Komunikasi Bisnis
Hasil Temuan Data tentang Pelanggaran Hukum dan Etika Bisnis
Bakpia Djava memiliki beberapa cabang di Yogyakarta. Bakpia melihat bahwa
bakpia sangat lekat hubungannya dengan Kota Yogyakarta. Hal ini dan kemajuan
bisnis lah yang akhirnya membuat Bakpia Djava membuka dua cabang di Yogyakarta.
Sehingga terdapat tiga Bakpia Djava, di daerah Pathuk, Jalan Magelang Km 24, dan
Jalan Solo Km 8,5. Awal mula bisnis ini dikembangkan di daerah Pathuk. Pathuk
memang menjadi sentra penghasil bakpia. Kelompok meneliti Bakpia Djava cabang
Jalan Solo Km. 8,5. Kelompok meneliti tentang pelanggaran apa saja yang dilakukan
oleh Bakpia Djava ini. Wawancara merupakan teknik yang kami gunakan untuk
menggali lebih dalam pelanggaran apa yang dilakukan oleh Bakpia Djava ini.
Hasil wawancara menunjukan bahwa tidak terdapat nya pelanggaran yang dilakukan
oleh Bakpia Djava. Kelompok menyinggung tentang penggunaan air sebagai bahan
produksi. Sebagai perusahaan penghasil bakpia, Bakpia Djava tidak menggunakan air
tanah sebagai penggunaan kebutuhan air dari perusahaan tersebut. Bakpia Djava
memilih Air PAM yang berbayar sebagai penunjang kebutuhan air mereka. Bakpia
Djava sadar bahwa penggunaan air tanah bukan hal yang tepat untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan mereka. Kelompok merasa untuk urusan air, Bakpia Djava tidak
melanggar akan hal ini.
Kelompok menggali lagi apakah terdapat pelanggaran lain yang dilakukan oleh
Bakpia Djava. Kelompok menyinggung tentang papan reklame apakah terdapat
pelanggaran. Didi mengatakan bahwa tidak melanggar apapun untuk bagian papan
reklame. Didi menjelaskan bahwa terdapat peraturan baru untuk papan reklame. Dua
minggu sebelum lebaran terdapat peraturan baru yang menyebutkan bahwa papan
reklame tidak boleh melebihi badan jalan. Bakpia Djava langsung menyambut
peraturan tersebut dengan memesan papan reklame yang baru agar dapat mengganti
papan reklame Bakpia Djava yang lama. Memang yang terpampang di jalan masih
papan reklame yang lama, tetapi mereka masih menunggu papan reklame yang baru
untuk diganti.
Urusan limbah, Bakpia Djava tidak memiliki masalah. Bakpia Djava merasa mereka
sudah melakukan hal yang tidak melanggar hukum untuk limbah. Bagi mereka, limbah
produksi yang dimaksud adalah limbah dari bakpia sendiri yaitu buangan kulit kacang
hijau. Bagi Bakpia Djava sendiri, mereka memberikan limbah buangan kulit kacang
hijau ke peternak mereka. Hal ini juga yang membuat mereka telah melakukan
Corporate Social Responsibility atau yang lebih sering disebut sebagai CSR. Bakpia
Djava merasa bahwa dengan memberikan limbah kulit kacang hijau ke peternak sekitar
mereka otomatis telah melakukan CSR. Tetapi ada satu hal yang menurut kelompok
ada hal yang Bakpia Djava terlupakan yaitu limbah pencucian alat-alat produksi.
Ternyata Bakpia Djava membuang limbah pencucian tersebut ke selokan yang sama
dengan warga sekitar. Hal ini lah yang kelompok melihat bahwa Bakpia Djava
melanggar hukum etika bisnis. Bakpia Djava membuang limbah cucian alat-alat
produksi ke selokan yang sama dengan warga sekitar.
Selain itu, kelompok juga melihat satu hal yang menurut kelompok, Bakpia Djava
melanggar hukum dan etika bisnis. Lokasi Bakpia Djava yang berada di Jalan Solo Km
8,5 tidak terdapat trotoar atau tempat pejalan kaki. Bagian depan Bakpia Djava
dibentuk landai agar memudahkan kendaraan masuk ke Bakpia Djava. Padahal,
sejatinya trotoar merupakan hak pejalan kaki. Hal inilah yang dilanggar oleh Bakpia
Djava. Jalan masuk untuk ke Bakpia Djava yang landai tersebut juga tidak terdapat
sarana bagi pejalan kaki tunanetra seperti sewajarnya bentuk trotoar jalan bagi pejalan
kaki. Padahal, Jalan Solo Km 8,5 merupakan jalan besar yang dimana juga terdapat
pejalan kaki yang melintas.
Dua hal ini lah yang kelompok dapat kan sebagai pelanggaran hukum etika bisnis
dari Bakpia Djava.
1. Pembuangan limbah cucian ke selokan yang sama dengan warga sekitar, dan
2. Tidak adanya trotoar sebagai hak pejalan kaki yang berada di depan Bakpia
Djava Jalan Solo Km 8,5.
Analisis Hukum dan Etika Bisnis
Berdasarkan hasil temuan data dan wawancara dengan pemilik Bakpia Djava yang
telah dilakukan oleh kelompok, dapat di temukan bahwa Bakpia Djava melanggar 2
hukum yaitu tentang trotoar sebagai fasilitas umum dan tentang pembuangan limbah
B3. Trotoar merupakan salah satu fasilitas umum yang menjadi pendukung
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan seperti yang tercantum pada Undang-
Undang no. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 45 ayat
1. Bakpia Djava sendiri menghilangkan trotoar tersebut untuk akses masuk dan parkir
di Toko Bakpia Djava. Perlu kita sadari bahwa trotoar merupakan hak dari pejalan kaki
bukan untuk hak pribadi seperti yang tercantum pada Undang-Undang no. 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 131 ayat 1. Selanjutnya dalam
pasal 25 ayat 1 haruf h UU LLAJ dikatakan bahwa setiap jalan yang digunakan untuk
lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan yang salah satunya
berupa fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang bearda di jalan
dan di luar badan jalan. Hal tersebut membuktikan bahwa selain sebagai salah satu
fasilitas pendukung jalan, trotoar juga merupakan perlengkapan jalan.
Dari hal tersebut Bakpia Djava telah melanggar hukum pertama yaitu Pasal 28
ayat 2 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berisi setiap orang
dilarang melalukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi
perlengkapan jalan. Bakpia Djava dapat terkena 2 macam sanksi yaitu pada Pasal 274
ayat 2 UULAJ dan Pasal 275 ayat 1 UULAJ karena telah menghilangkan trotoar yang
ada tepat di depan toko Bakpia Djava itu sendiri. 2 pasal tersebut berbunyi :
1. Ancaman pidana bagi setiap orang yang mengakibatkan gangguan pada
fungsi perlengkapan jalan adalah dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 24.000.000,00 (dua
puluh empat juta rupiah) (Pasal 274 ayat 2 UULAJ)
2. Setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan
pada fungsi Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas, fasilitas Pejalan Kaki, dan alat pengaman Pengguna Jalan,
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda
paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) (Pasal
275 ayat 1 UULAJ.
Menurut analisis kami mengenai limbah pencucian alat-alat produksi termasuk
ke dalam Pasal 1 No.3 UU CSR no. 40 tahun 2007 yaitu mengenai tanggung jawab
sebuah perusahaan terhadap lingkungannya :
1. Menurut undang-undang di atas tanggung jawab perseroan
dimaksudkan sebagai pembangunan ekonomi lanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang layak serta
dapat bermanfaat bagi perseroan, komunitas dan masyarakat setempat.
Sehingga dalam hal ini kami hanya dapat melihat bahwa tindakan pelanggaran
ini termasuk dalam etika bisnis yang dijalankan oleh perusahaan ini dikarenakan belum
ada sanksi yang mengatur mengenai pelanggaran soal pembuangan limbah di tempat
yang sama dengan tempat pembuangan limbah warga.
Penutup
Dari proses kelompok memilih dan akhirnya menentukan bakpia djava sebagai
objek untuk dianalisis karena kelompok mengenal salah satu karyawan yang bekerja di
bakpia djavsa dan bersedia untuk diwawancara dan memberikan informasi yang
dibutuhkan kelompok. Melalui objek yang dipilih yaitu bakpia djava kelompok
menganalisis pelanggaran yang dilakukan oleh bakpia terkait praktek komunikasi, dari
temuan data terdapat dua pelanggaran hukum yang dilakukan oleh bakpia djava. Yang
pertama adalah pelanggaran hukum Undang-Undang no. 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 45 ayat 1. Pelanggaran yang dilakukan ini
membuat tata ruang dan kenyamanan pengguna jalan menjadi terganggu. Yang kedua
yaitu pelanggaran hukum dalam Undang – undang CSR Pasal 1 No.3 dan no. 40 tahun
2007 yaitu mengenai tanggung jawab sebuah perusahaan terhadap lingkungannya.
Sebagai perusahaan industry yang sudah berkembang menjadi usaha yang besar dan
luas seharusnya bakpia djava memahami dan melakukan tanggung jawabnya terhadap
lingkungan. Terkait pembuangan biji kacang hijau yang telah diberikan kepada
peternak bukanlah termasuk kegiatan csr karena limbah hanya diberikan dan tidak
melakukan pengolahan untuk menjaga lingkungan. Permasalahan pembuangan air
yang menjadi satu saluran dengan masyarakat sebaiknya bakpia djava langsung
membuang ke pembuangan akhir dengan filter terlebih dahulu. Jika terjadi masalah
tentang saluran pembuangan bakpia djava akan ikut terlibat.
Dari hasil termuan dan analisis kelompok mampu memahami hukum yang
terikat dalam setiap praktek industry yang berkaitan dengan hukum dan etika
komunikasi dalam berbisnis. Melalui pembelajaran ini didapatkan bahwa setiap
pelaku bisnis pasti terikat dengan hukum dan regulasi yang telah dibuat oleh
pemerintah dimana bisnis tersebut berdiri dan berkembang. Hukum dan etika
menjadikan salah satu tuntunan dan bentuk tanggung jawab yang harus dijalankan
dengan penuh kesadaran dan harus ditegakkan dengan keadilan.
Saran
1. Sebaiknya bakpia djava lebih memperhatikan termpat parkir di setiap outletnya
agar tidak menganggu fungsi dari trotoar,
2. Sebaiknya bakpia djava mengolah air dari limbah pencucian alat agar tidak
mencemari tanah.
3. Sebaiknya pembuangan limbah hasil pencucian alat memiliki saluran sendiri
yang bermuara pada tempat pembuangan akhir sehingga tidak menganggu
saluran pembuangan rumah tangga.

Daftar Pustaka
Ditjen pp. 2019. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan. Diambil dari web
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-pedata/847-persoalan-hukum-
seputar-tanggung-jawab-sosial-dan-lingkungan-perseroan-dalam-perundang-
undangan-ekonomi-indonesia.html.

Lampiran

logo bapkia djava

Anda mungkin juga menyukai