“Bakpia Djava”
Makanan asal daerah tiongkok ini, pada saat itu masih dijajakan dengan
cara berkeliling kampung dan orang perorang. Seiring berjalannya waktu,
kemudian bakpia semakin populer, serta makin banyak dikenal oleh masyarakat
luas, ditambah dengan akulturasi budaya menjadikan makanan yang memiliki
nama asli Tou Luk Pia ini tidak saja dibeli warga keturunan Tionghoa, tapi juga
digemari masyarakat jawa yang tinggal di Yogyakarta.
Visi
Visi Bakpia Djava adalah menjadi Produsen bakpia yang paling lezat
dan menjadi toko oleh-oleh paling lengkap dengan pelayanan yang prima.
Misi
Misi Bakpia Djava adalah menjaga Bakpia sebagai ikon oleh-oleh khas
jogjakarta dan menjaga makanan tradisional lain agar tetap lestari.
Nilai
Nilai yang ingin diangkat Bakpia Djava adalah melestarikan budaya
jawa melalui konsep toko yang di desain dengan adanya joglo dan setiap toko
Bakpia Djava juga memutarkan backsound dengan nuansa Jawa agar tetap
melekat pada budaya Jawa.
Analisis SWOT
Strength
Produk dari bakpia Djava terbuat dari bahan-bahan yang terpilih sehingga
menghasilkan produk yang berkualitas dan tanpa bahan pengawet. Selain itu dari segi
bangunan, bakpia Djava sendiri memiliki ciri khas dari joglo yang ada di toko bakpia
Djava. Lokasi penjualan yang strategis juga sangat cocok sebagai tempat
pemberhentian untuk belanja oleh-oleh. Selain itu, bakpia Djava juga memiliki produk
bakpia dengan kulit tipis dan isi yang padat, berbeda dari produk bakpia lainnya.
Weakness
Sosial media dari bakpia Djava sendiri kurang aktif karena mereka yakin pada
pasar yang sudah ada.
Opportunity
Bekerjasama dengan biro travel (Bus), bakpia Djava telah dikenal oleh banyak
orang dan juga pelonjakan pada jumlah wisatawan yang sedang berkunjung ke Jogja
dan mencari oleh-oleh.
Threat
Banyaknya kompetitor industri makanan yang menjual bakpia dan juga harga
bahan baku yang tidak menentu. Bencana alam dan juga bencana lainnya yang tidak
diinginkan.
Hukum dan Etika Komunikasi Bisnis
Hasil Temuan Data tentang Pelanggaran Hukum dan Etika Bisnis
Bakpia Djava memiliki beberapa cabang di Yogyakarta. Bakpia melihat bahwa
bakpia sangat lekat hubungannya dengan Kota Yogyakarta. Hal ini dan kemajuan
bisnis lah yang akhirnya membuat Bakpia Djava membuka dua cabang di Yogyakarta.
Sehingga terdapat tiga Bakpia Djava, di daerah Pathuk, Jalan Magelang Km 24, dan
Jalan Solo Km 8,5. Awal mula bisnis ini dikembangkan di daerah Pathuk. Pathuk
memang menjadi sentra penghasil bakpia. Kelompok meneliti Bakpia Djava cabang
Jalan Solo Km. 8,5. Kelompok meneliti tentang pelanggaran apa saja yang dilakukan
oleh Bakpia Djava ini. Wawancara merupakan teknik yang kami gunakan untuk
menggali lebih dalam pelanggaran apa yang dilakukan oleh Bakpia Djava ini.
Hasil wawancara menunjukan bahwa tidak terdapat nya pelanggaran yang dilakukan
oleh Bakpia Djava. Kelompok menyinggung tentang penggunaan air sebagai bahan
produksi. Sebagai perusahaan penghasil bakpia, Bakpia Djava tidak menggunakan air
tanah sebagai penggunaan kebutuhan air dari perusahaan tersebut. Bakpia Djava
memilih Air PAM yang berbayar sebagai penunjang kebutuhan air mereka. Bakpia
Djava sadar bahwa penggunaan air tanah bukan hal yang tepat untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan mereka. Kelompok merasa untuk urusan air, Bakpia Djava tidak
melanggar akan hal ini.
Kelompok menggali lagi apakah terdapat pelanggaran lain yang dilakukan oleh
Bakpia Djava. Kelompok menyinggung tentang papan reklame apakah terdapat
pelanggaran. Didi mengatakan bahwa tidak melanggar apapun untuk bagian papan
reklame. Didi menjelaskan bahwa terdapat peraturan baru untuk papan reklame. Dua
minggu sebelum lebaran terdapat peraturan baru yang menyebutkan bahwa papan
reklame tidak boleh melebihi badan jalan. Bakpia Djava langsung menyambut
peraturan tersebut dengan memesan papan reklame yang baru agar dapat mengganti
papan reklame Bakpia Djava yang lama. Memang yang terpampang di jalan masih
papan reklame yang lama, tetapi mereka masih menunggu papan reklame yang baru
untuk diganti.
Urusan limbah, Bakpia Djava tidak memiliki masalah. Bakpia Djava merasa mereka
sudah melakukan hal yang tidak melanggar hukum untuk limbah. Bagi mereka, limbah
produksi yang dimaksud adalah limbah dari bakpia sendiri yaitu buangan kulit kacang
hijau. Bagi Bakpia Djava sendiri, mereka memberikan limbah buangan kulit kacang
hijau ke peternak mereka. Hal ini juga yang membuat mereka telah melakukan
Corporate Social Responsibility atau yang lebih sering disebut sebagai CSR. Bakpia
Djava merasa bahwa dengan memberikan limbah kulit kacang hijau ke peternak sekitar
mereka otomatis telah melakukan CSR. Tetapi ada satu hal yang menurut kelompok
ada hal yang Bakpia Djava terlupakan yaitu limbah pencucian alat-alat produksi.
Ternyata Bakpia Djava membuang limbah pencucian tersebut ke selokan yang sama
dengan warga sekitar. Hal ini lah yang kelompok melihat bahwa Bakpia Djava
melanggar hukum etika bisnis. Bakpia Djava membuang limbah cucian alat-alat
produksi ke selokan yang sama dengan warga sekitar.
Selain itu, kelompok juga melihat satu hal yang menurut kelompok, Bakpia Djava
melanggar hukum dan etika bisnis. Lokasi Bakpia Djava yang berada di Jalan Solo Km
8,5 tidak terdapat trotoar atau tempat pejalan kaki. Bagian depan Bakpia Djava
dibentuk landai agar memudahkan kendaraan masuk ke Bakpia Djava. Padahal,
sejatinya trotoar merupakan hak pejalan kaki. Hal inilah yang dilanggar oleh Bakpia
Djava. Jalan masuk untuk ke Bakpia Djava yang landai tersebut juga tidak terdapat
sarana bagi pejalan kaki tunanetra seperti sewajarnya bentuk trotoar jalan bagi pejalan
kaki. Padahal, Jalan Solo Km 8,5 merupakan jalan besar yang dimana juga terdapat
pejalan kaki yang melintas.
Dua hal ini lah yang kelompok dapat kan sebagai pelanggaran hukum etika bisnis
dari Bakpia Djava.
1. Pembuangan limbah cucian ke selokan yang sama dengan warga sekitar, dan
2. Tidak adanya trotoar sebagai hak pejalan kaki yang berada di depan Bakpia
Djava Jalan Solo Km 8,5.
Analisis Hukum dan Etika Bisnis
Berdasarkan hasil temuan data dan wawancara dengan pemilik Bakpia Djava yang
telah dilakukan oleh kelompok, dapat di temukan bahwa Bakpia Djava melanggar 2
hukum yaitu tentang trotoar sebagai fasilitas umum dan tentang pembuangan limbah
B3. Trotoar merupakan salah satu fasilitas umum yang menjadi pendukung
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan seperti yang tercantum pada Undang-
Undang no. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 45 ayat
1. Bakpia Djava sendiri menghilangkan trotoar tersebut untuk akses masuk dan parkir
di Toko Bakpia Djava. Perlu kita sadari bahwa trotoar merupakan hak dari pejalan kaki
bukan untuk hak pribadi seperti yang tercantum pada Undang-Undang no. 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 131 ayat 1. Selanjutnya dalam
pasal 25 ayat 1 haruf h UU LLAJ dikatakan bahwa setiap jalan yang digunakan untuk
lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan yang salah satunya
berupa fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang bearda di jalan
dan di luar badan jalan. Hal tersebut membuktikan bahwa selain sebagai salah satu
fasilitas pendukung jalan, trotoar juga merupakan perlengkapan jalan.
Dari hal tersebut Bakpia Djava telah melanggar hukum pertama yaitu Pasal 28
ayat 2 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berisi setiap orang
dilarang melalukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi
perlengkapan jalan. Bakpia Djava dapat terkena 2 macam sanksi yaitu pada Pasal 274
ayat 2 UULAJ dan Pasal 275 ayat 1 UULAJ karena telah menghilangkan trotoar yang
ada tepat di depan toko Bakpia Djava itu sendiri. 2 pasal tersebut berbunyi :
1. Ancaman pidana bagi setiap orang yang mengakibatkan gangguan pada
fungsi perlengkapan jalan adalah dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 24.000.000,00 (dua
puluh empat juta rupiah) (Pasal 274 ayat 2 UULAJ)
2. Setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan
pada fungsi Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas, fasilitas Pejalan Kaki, dan alat pengaman Pengguna Jalan,
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda
paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) (Pasal
275 ayat 1 UULAJ.
Menurut analisis kami mengenai limbah pencucian alat-alat produksi termasuk
ke dalam Pasal 1 No.3 UU CSR no. 40 tahun 2007 yaitu mengenai tanggung jawab
sebuah perusahaan terhadap lingkungannya :
1. Menurut undang-undang di atas tanggung jawab perseroan
dimaksudkan sebagai pembangunan ekonomi lanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang layak serta
dapat bermanfaat bagi perseroan, komunitas dan masyarakat setempat.
Sehingga dalam hal ini kami hanya dapat melihat bahwa tindakan pelanggaran
ini termasuk dalam etika bisnis yang dijalankan oleh perusahaan ini dikarenakan belum
ada sanksi yang mengatur mengenai pelanggaran soal pembuangan limbah di tempat
yang sama dengan tempat pembuangan limbah warga.
Penutup
Dari proses kelompok memilih dan akhirnya menentukan bakpia djava sebagai
objek untuk dianalisis karena kelompok mengenal salah satu karyawan yang bekerja di
bakpia djavsa dan bersedia untuk diwawancara dan memberikan informasi yang
dibutuhkan kelompok. Melalui objek yang dipilih yaitu bakpia djava kelompok
menganalisis pelanggaran yang dilakukan oleh bakpia terkait praktek komunikasi, dari
temuan data terdapat dua pelanggaran hukum yang dilakukan oleh bakpia djava. Yang
pertama adalah pelanggaran hukum Undang-Undang no. 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 45 ayat 1. Pelanggaran yang dilakukan ini
membuat tata ruang dan kenyamanan pengguna jalan menjadi terganggu. Yang kedua
yaitu pelanggaran hukum dalam Undang – undang CSR Pasal 1 No.3 dan no. 40 tahun
2007 yaitu mengenai tanggung jawab sebuah perusahaan terhadap lingkungannya.
Sebagai perusahaan industry yang sudah berkembang menjadi usaha yang besar dan
luas seharusnya bakpia djava memahami dan melakukan tanggung jawabnya terhadap
lingkungan. Terkait pembuangan biji kacang hijau yang telah diberikan kepada
peternak bukanlah termasuk kegiatan csr karena limbah hanya diberikan dan tidak
melakukan pengolahan untuk menjaga lingkungan. Permasalahan pembuangan air
yang menjadi satu saluran dengan masyarakat sebaiknya bakpia djava langsung
membuang ke pembuangan akhir dengan filter terlebih dahulu. Jika terjadi masalah
tentang saluran pembuangan bakpia djava akan ikut terlibat.
Dari hasil termuan dan analisis kelompok mampu memahami hukum yang
terikat dalam setiap praktek industry yang berkaitan dengan hukum dan etika
komunikasi dalam berbisnis. Melalui pembelajaran ini didapatkan bahwa setiap
pelaku bisnis pasti terikat dengan hukum dan regulasi yang telah dibuat oleh
pemerintah dimana bisnis tersebut berdiri dan berkembang. Hukum dan etika
menjadikan salah satu tuntunan dan bentuk tanggung jawab yang harus dijalankan
dengan penuh kesadaran dan harus ditegakkan dengan keadilan.
Saran
1. Sebaiknya bakpia djava lebih memperhatikan termpat parkir di setiap outletnya
agar tidak menganggu fungsi dari trotoar,
2. Sebaiknya bakpia djava mengolah air dari limbah pencucian alat agar tidak
mencemari tanah.
3. Sebaiknya pembuangan limbah hasil pencucian alat memiliki saluran sendiri
yang bermuara pada tempat pembuangan akhir sehingga tidak menganggu
saluran pembuangan rumah tangga.
Daftar Pustaka
Ditjen pp. 2019. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan. Diambil dari web
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-pedata/847-persoalan-hukum-
seputar-tanggung-jawab-sosial-dan-lingkungan-perseroan-dalam-perundang-
undangan-ekonomi-indonesia.html.
Lampiran