Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN MATERI

TATA SURYA

Model Pembentukan Tata Surya


Tata Surya dipercaya berusia sekitar 4,6 milyar tahun, terbentuk bersamaan
waktunya dengan pembentukan bintang induk Matahari. Untuk dapat memahami
pembentukan Tata Surya, pertama-tama kita harus mengerti proses yang
menghasilkan Matahari. Simulasi komputer pembentukan bintang menunjukkan
bahwa momentum sudut awan gas raksasa ketika mengalami keruntuhan gravitasi
yang akan membentuk Tata Surya nilainya terlampau besar untuk menghasilkan
hanya sebuah bintang tunggal yang berotasi dengan mantap. Bintang seperti itu akan
memerlukan “kawan” pengiring; bisa berupa bintang-bintang lain sebagai bintang
pasangan dalam sebuah sistem ganda bahkan majemuk, atau sejumlah planet untuk
mendistribusikan momentum sudut sistem yang sangat besar tersebut. Jupiter sebagai
planet terbesar mengandung sebagian besar momentum sudut Tata Surya; bersama-
sama dengan Saturnus, kedua planet gas raksasa ini bahkan menyumbang hampir 90%
momentum sudut sistem!
Awan gas raksasa yang disebut solar nebula mengalami keruntuhan hingga
Matahari -dengan ukuran saat itu yang jauh lebih besar daripada ukurannya sekarang-
dikelilingi oleh piringan gas dan debu. Medan magnetik Matahari sangat boleh jadi
berperan dalam mengalihkan momentum sudut Matahari ke piringan. Piringan
tersebut pada akhirnya terpecah-pecah sebelum kemudian membentuk planet-planet
yang terpisah satu sama lain menurut hukum Titius-Bode1 yang misterius. Setelah
terbentuknya Matahari, sejumlah besar solar nebula terlempar keluar dari Tata Surya
akibat tekanan radiasi Matahari. Sisa-sisa yang masih tertinggal hingga kini berupa
meteoroid, asteroid, komet, dan partikel-partikel debu.
Hipotesis pembentukan Tata Surya seperti yang dideskripsikan di atas disebut
sebagai hipotesis nebula (nebular hypothesis). Hipotesis ini pertama kali diusulkan
Immanuel Kant pada tahun 1755 dan secara terpisah diformulasikan oleh Pierre-
Simon Laplace. Model nebula ini mampu menerangkan arah revolusi planet-planet
mengitari Matahari (terlihat dari atas kutub utara Bumi berlawanan dengan arah putar
jarum jam) dan orbit masing-masing planet yang terletak pada bidang yang hampir
sama. Model ini juga mampu menjelaskan mengapa rotasi planet-planet (kecuali
Venus dan Uranus) berarah sama dengan arah revolusinya. Kelemahan model nebula
ini adalah ketidakmampuannya dalam menjelaskan distribusi momentum sudut sistem
yang justru sebagian besar dimiliki oleh planet Jupiter bukannya Matahari.

1
Diusulkan oleh Johann Daniel Titius pada tahun 1766 dan diumumkan pada tahun
1772 oleh direktur Observatorium Berlin, Johann Elert Bode. Sebagian sumber
menyatakan bahwa hukum tersebut pertama kali ditemukan Christian Wolff pada
tahun 1724.

Hukum Titius-Bode berbentuk a = n + 4, di mana a menyatakan sumbu semimayor


masing-masing orbit planet dan n = 0, 3, 6, 12, 24, 48 ..., sebanyak jumlah planet
yang telah diketahui pada saat itu. Untuk nilai n > 3, nilai berikutnya adalah 2x nilai
sebelumnya. Bilangan yang telah diperoleh tersebut selanjutnya dibagi 10 untuk
memperoleh nilai dalam satuan AU (astronomical unit). Hukum ini memenuhi dengan
“baik” untuk planet-planet yang dikenal saat itu, yakni Merkurius hingga Saturnus.

1
Wikipedia
Gambaran seniman tentang pembentukan Tata Surya.

Planet
Sampai saat ini dikenal ada 8 buah planet yang mengitari Matahari, yaitu
Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Dalam
sidang umumnya di Praha – Republik Ceko pada akhir Agustus 2006 silam,
Himpunan Astronomi Internasional (IAU – International Astronomical Union)
memutuskan untuk melepas status planet dari Pluto. Meskipun tidak lagi berstatus
sebagai planet, Pluto tetap diakui sebagai anggota Tata Surya dan menempati
kelompok baru sebagai planet kerdil (dwarf planet) bersama-sama Ceres (dulu
dikelompokkan sebagai asteroid/planet minor) dan sejumlah objek-objek lain yang
terletak di luar orbit Neptunus (disebut pula sebagai trans-Neptunian objects seperti
Eris).
Dalam resolusinya, IAU memberikan definisi baru tentang planet, yaitu:

 memiliki orbit mengelilingi Matahari


 memiliki massa yang cukup (> 1020 kg) untuk menghasilkan gaya gravitasi sendiri,
berwujud benda tegar yang bentuknya mendekati bulat (diameter > 800 km)
 memiliki orbit yang tidak memotong orbit planet lain

Dari definisi baru tersebut, poin ketiga tidak dipenuhi oleh Pluto. Seperti diketahui,
orbit Pluto memotong orbit Neptunus sehingga adakalanya Neptunus terletak lebih
luar dari Matahari dibandingkan Pluto. Sementara itu, objek-objek Tata Surya
penghuni kelas baru planet kerdil adalah yang memenuhi kriteria:
 memiliki orbit mengelilingi Matahari
 memiliki massa yang cukup untuk menghasilkan gaya gravitasi sendiri, berwujud
benda tegar yang bentuknya mendekati bulat
 memiliki orbit yang memotong orbit objek lain di Tata Surya
 bukan satelit alami dari planet

Data planet-planet ditabelkan berikut ini.

2
Merkurius Venus Bumi Mars Jupiter Saturnus Uranus Neptunus
Jarak dari Maksimum 69,7 109 152 249 816 1507 3004 4537
Matahari Rata-rata 57,9 108,2 149,6 227,9 778 1427 2870 4497
(juta km) Minimum 45,9 107,4 147 206,7 741 1347 2735 4456
Periode
87,97 hari 224,7 hari 365,3 hari 687,0 hari 11,86 tahun 29,46 tahun 84,01 tahun 164,8 tahun
orbit
Periode
sinodis 115,9 583,92 - 779,9 398,9 378,1 369,7 367,5
(hari)
Periode 24 jam 37 9 jam 55 10 jam 13
23 jam 56 17 jam 14 16 jam 7
rotasi di 58,646 hari 243,16 hari menit 23 menit 30 menit 59
menit 4 detik menit menit
khatulistiwa detik detik detik
Eksentrisitas 0,206 0,00 0,017 0,093 0,048 0,056 0,047 0,009
Inklinasi
7,0 3,4 0 1,8 1,3 2,5 0,8 1,8
orbit ()
Kecepatan
4,25 10,36 11,18 5,03 60,22 32,26 22,5 23,9
lepas (km/s)
Massa
0,055 0,815 1 0,11 317,9 95,2 14,6 17,52
(Bumi = 1)
Volume
0,056 0,86 1 0,15 1319 744 67 57
(Bumi = 1)
Kerapatan
5,44 5,25 5,52 3,94 1,33 0,71 1,27 1,77
(air = 1)
Percepatan
gravitasi di
0,38 0,90 1 0,38 2,64 1,16 1,17 1,2
permukaan
(Bumi = 1)
Temperatur
permukaan 427 480 22 -23 -150 -180 -214 -220
(C)
Albedo 0,06 0,76 0,36 0,16 0,43 0,61 0,35 0,35
Diameter di
khatulistiwa 4878 12.104 12.756 6794 143.884 120.536 51.118 50.538
(km)

3
Dalam Tata Surya kita, hanya planet Merkurius dan Venus yang tidak memiliki
satelit alami. Bumi memiliki satu buah satelit yang disebut Bulan, sementara Mars
memiliki dua buah (Phobos dan Deimos) yang diduga kuat sebagai asteroid yang
terperangkap gravitasi Mars. Dugaan ini muncul karena ukuran kedua satelitnya yang
jauh lebih kecil daripada planet induknya dengan bentuk yang juga tidak beraturan.
Rekor planet dengan satelit alami terbanyak saat ini diraih oleh Jupiter (dengan lebih
dari 60 buah satelit), disusul kemudian Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Bahkan Pluto
yang sekarang statusnya turun sebagai planet kerdil, sejak Mei 2005 diketahui
memiliki 2 buah satelit alami baru menemani Charon yang lebih dulu ditemukan pada
1978, yaitu Nix dan Hydra. Kehadiran objek pengiring yang menemani benda
induknya bukan hanya dimiliki planet atau planet kerdil. Planet minor atau asteroid
sekalipun diketahui dapat memiliki satelit alami, seperti dijumpai pada asteroid 243
Ida dengan satelitnya yang bernama Dactyl.

Asteroid, Meteoroid, dan Komet


Ada jutaan batuan ”kecil” disebut asteroid yang juga mengorbit Matahari;
sebagian besar berada di antara orbit planet Mars dan Jupiter (dikenal pula sebagai
daerah sabuk utama). Diduga terdapat sekitar satu juta asteroid dengan ukuran lebih
dari satu kilometer. Asteroid dengan ukuran kurang dari 300 kilometer cenderung
memiliki bentuk yang tidak beraturan karena gravitasinya yang tidak cukup kuat
memampatkan batuan untuk dapat memiliki bentuk sferis. Sebelum dikelompokkan
sebagai planet kerdil, Ceres yang ditemukan astronom Italia, Piazzi, pada tahun 1801
merupakan asteroid terbesar di Tata Surya dengan diameter mencapai 960 kilometer.
Asteroid lainnya, seperti Pallas dan Vesta, memiliki diameter sekitar 500 kilometer.
Asteroid dikelompokkan menurut kandungan mineral batuannya, yaitu:

1. asteroid tipe C (= carbonaceous): asteroid yang tersusun atas material silikat


dengan banyak senyawa karbon sehingga terlihat sangat gelap. Komposisi material
penyusunnya ini dapat diketahui dengan menganalisis spektrum cahaya Matahari
yang dipantulkan permukaan asteroid (hanya 3% hingga 4% saja sinar Matahari
yang dipantulkan). Spektrum pantulan ini menunjukkan bahwa asteroid jenis ini
tergolong primitif, artinya batuan angkasa ini belum berubah sejak pertama kali
terbentuk sebagai sisa-sisa pembentukan planet pada 4,6milyar tahun yang lampau.
2. asteroid tipe S (= silicate): asteroid yang tersusun atas material silikat tanpa
senyawa karbon, sehingga terlihat lebih terang daripada asteroid tipe C. Asteroid
tipe ini memantulkan 15% sampai 20% cahaya yang tiba di permukaannya.
3. asteroid tipe M (= metal): asteroid yang tersusun atas logam besi dan nikel.
Asteroid logam lebih terang daripada asteroid tipe karbon dan silikat. Asteroid ini
diduga terbentuk dari objek yang intinya mengalami diferensiasi. Objek-objek besar
pada awal pembentukan Tata Surya memiliki temperatur yang cukup panas sehingga
berada dalam keadaan cair. Keadaan seperti ini memungkinkan besi dan nikel
terbenam ke arah pusat sementara material yang lebih ringan, seperti batuan silikat,
bergerak ke arah permukaan. Karena objek-objek yang lebih kecil mendingin lebih
cepat dibandingkan objek-objek yang lebih besar, intinya pun menjadi kurang
terdiferensiasi. Dalam Tata Surya awal, kondisi yang dinamis membuat objek-objek
besar dengan inti terdiferensiasi tersebut mudah mengalami tumbukan satu dengan
lainnya. Saat bertumbukan itulah, objek-objek tersebut pecah dan menyisakan inti
logam mereka yang sekarang menjadi asteroid tipe M ini.

4
Sebagian kecil asteroid
memiliki permukaan berupa basalt.
Ketika asteroid bertum-bukan satu
dengan lainnya, akan terbentuk
pecahan-pecahan yang berukuran
lebih kecil yang disebut meteoroid.
Akibat pe-ngaruh gravitasi,
meteoroid-meteoroid tersebut
dapat tertarik ke arah Bumi yang
ketika ber-gesekan dengan
atmosfer akan berpijar
menghasilkan fenome-na kilatan
Nick Strobel/Astronomy Notes cahaya yang kita sebut sebagai
Dua dari tiga tipe asteroid ditunjukkan dalam gambar. meteor. Meteo-roid-meteoroid
Mathilde (tipe C) dan Eros (tipe S) pernah dikunjungi kecil pada umumnya terbakar habis
didekati wahana antariksa dalam misi NEAR, sedang- di angkasa Bumi, namun tidak de-
kan asteroid Gaspra dan Ida (tipe S) dikunjungi oleh
wahana Galileo.

mikian halnya dengan yang berukuran lebih besar. Meteoroid dengan ukuran lebih
besar adakalanya tidak terbakar habis. Sisa yang dapat mencapai permukaan Bumi
tersebut disebut sebagai meteorit.
Objek menarik anggota Tata Surya lainnya yang juga menjadi sisa-sisa
pembentukan Tata Surya adalah komet. Komet dipercaya berasal dari awan Oort,
suatu daerah di tepian Tata Surya (hingga sejauh 100.000 AU dari Matahari)
berbentuk bola yang menjadi sarang trilyunan komet. Akibat gangguan yang dialami
awan Oort, misalnya karena ada bintang lain yang melintas dekat Tata Surya, komet-
komet di dalamnya dapat ”tercebur” ke Tata Surya bagian dalam. Komet-komet
jugalah yang dipercaya membawa benih-benih kehidupan ke Bumi pada periode
bombardir di masa awal terbentuknya Bumi.
Karena berada di tempat yang jauh dari Matahari, materi-materi penyusun
komet (bulir-bulir debu air, amonia, metana, dan karbon dioksida) berada dalam
keadaan membeku. Ketika komet mendekati Matahari, intinya yang membeku
tersebut akan mengalami sublimasi dan penguapan membentuk koma di sekeliling inti
dan ekor yang panjangnya dapat mencapai ratusan juta kilometer! Ekor komet yang
terbentuk ini terdiri atas dua komponen, yaitu ekor ion (merentang lurus di belakang
inti komet) dan ekor debu yang tampak melengkung. Kedua ekor komet ini selalu
mengarah menjauhi Matahari akibat pengaruh angin matahari (solar wind).

Radiasi ultraviolet dari Matahari dapat mengionisasi gas-gas yang


dikandung inti komet. Ion-ion tersebut dipaksa untuk mengikuti
medan magnet Matahari untuk membentuk ekor ion. Pada gambar
komet West di samping, ekor ion ini terlihat berwarna biru
”sumbangan” dari cahaya yang diemisikan ion karbon monoksida
(ion lainnya turut menyumbangkan warna lainn bagi ekor komet).
Sementara itu, ekor debu terbentuk dari tumbukan antara foton
Matahari dengan bulir-bulir debu yang terdapat dalam koma.
Karena debu memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan ion-
ion, debu memantulkan sinar Matahari dengan baik yang
memberikan warna putih kekuningan pada ekor debu ini.
John Lobarde

5
Hukum Kepler
Gerak planet mengitari Matahari memenuhi hukum Kepler yang pertama kali
dikemukakan oleh astronom Jerman, Johannes Kepler (1571–1630). Ketiga buah
hukum Kepler tersebut adalah:

1. Hukum Kepler 1: “orbit planet berbentuk elips dan Matahari berada di salah satu
fokus elips”. Karena orbit planet berbentuk elips, gerak planet mengelilingi
Matahari bukan gerak melingkar beraturan. Dengan kata lain, kelajuan planet di
dalam orbit berbeda-beda bergantung posisi; di titik terdekat ke Matahari
(perihelion) planet bergerak lebih cepat, sedangkan di titik terjauhnya (aphelion)
planet bergerak lebih lambat. Hubungan antara sumbu semimayor (a) dan sumbu
semiminor (b) elips dengan eksentrisitas (e) dinyatakan sebagai:

b 2  a 2 (1  e 2 )

Eksentrisitas, e, didefinisikan sebagai:

e = jarak dari pusat elips ke titik fokus / sumbu semimayor

2. Hukum Kepler 2: ”radius vektor (garis hubung planet–Matahari) menyapu luas


yang sama dalam selang waktu yang sama”.

3. Hukum Kepler 3: ”kuadrat periode revolusi planet sebanding dengan pangkat


tiga sumbu semimayornya (menyatakan jarak rata-rata planet–Matahari)”. Secara
matematis dituliskan sebagai:
T 2  R3
atau
2 3
 T1  R 
    1 
 T2   R2 

Hukum Gravitasi Newton


Pada tahun 1686, Isaac Newton mengemukakan hukum gravitasi universal
yang berlaku baik pada apel yang jatuh ke Bumi maupun Bulan yang mengorbit
Bumi. Menurut Newton, besarnya gaya tarik-menarik antarpartikel sebanding
dengan massa partikel-partikelnya dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
pisahnya. Secara matematis hukum gravitasi dituliskan sebagai:

m1 m 2
F G
d2

Dalam persamaan di atas, G menyatakan konstanta gravitasi Universal yang nilainya


telah ditentukan menggunakan bantuan neraca Cavendish sebesar 6,673x10-11 N
m2/kg2.

Contoh Soal:

6
1. Bila lintasan planet mengorbit Matahari dianggap lingkaran, buktikan bahwa
kuadrat periode revolusi planet sebanding dengan pangkat tiga sumbu semimayor!

2. Berapakah berat seseorang di planet Jupiter bila diketahui berat orang tersebut di
Bumi sebesar 800 N? Diketahui, radius dan massa Jupiter masing-masing 11x dan
318x jari-jari dan massa Bumi.

Sumber bacaan lebih lanjut:


 Roy, A.E. & Clarke, D., Astronomy: Principles and Practice. Adam Hilger Ltd.
 Encrenaz, T. & Bibring, J.T., The Solar System.

Anda mungkin juga menyukai