Tata Surya
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian
Gambaran umum Tata Surya (Ukuran planet digambarkan sesuai skala, sedangkan jaraknya
tidak): Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Ceres, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, Haumea, Makem
ake dan Eris
Dengarkan artikel (info/dl)
MENU
0:00
Berkas suara ini dibuat dari revisi tanggal 2010-09-10, dan tidak termasuk suntingan terbaru ke artikel. (Bantuan suara)
Daftar isi
1Asal usul
2Sejarah penemuan
3Struktur
o 3.1Terminologi
o 3.2Zona planet
o 3.3Matahari
3.3.1Medium antarplanet
o 3.4Tata Surya bagian dalam
3.4.1Planet-planet bagian dalam
3.4.1.1Merkurius
3.4.1.2Venus
3.4.1.3Bumi
3.4.1.4Mars
3.4.2Sabuk asteroid
3.4.2.1Ceres
3.4.2.2Kelompok asteroid
o 3.5Tata Surya bagian luar
3.5.1Planet-planet luar
3.5.1.1Jupiter
3.5.1.2Saturnus
3.5.1.3Uranus
3.5.1.4Neptunus
3.5.2Komet
3.5.3Centaur
o 3.6Daerah trans-Neptunus
3.6.1Sabuk Kuiper
3.6.1.1Pluto dan Charon
3.6.1.2Haumea dan Makemake
3.6.2Piringan tersebar
3.6.2.1Eris
o 3.7Daerah terjauh
3.7.1Heliopause
3.7.2Awan Oort
3.7.3Sedna
3.7.4Batasan-batasan
o 3.8Dimensi
4Konteks galaksi
o 4.1Daerah lingkungan sekitar
5Lihat pula
6Catatan
7Bacaan lebih lanjut
8Referensi
9Pranala luar
Asal usul
Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, beberapa di
antaranya adalah:
Sejarah penemuan
Lima planet terdekat ke Matahari
selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman
dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini
memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa
manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo
Galilei (1564–1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih
tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.
Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan
bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat
perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin
memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, bukan
Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473–1543). Susunan
heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.
Struktur
Perbanding relatif massa planet. Jupiter adalah 71% dari total dan Saturnus 21%. Merkurius dan Mars, yang total
bersama hanya kurang dari 0.1% tidak tampak dalam diagram di atas.
Di zona planet dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling dekat dengan
planet Merkurius (jarak dari Matahari 57,9 × 106 km, atau 0,39 SA), Venus (108,2 × 106 km,
0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km, 1 SA) dan Mars(227,9 × 106 km, 1,52 SA). Ukuran
diameternya antara 4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis antara 3,95 g/cm3dan
5,52 g/cm3.
Antara Mars dan Jupiter terdapat daerah yang disebut sabuk asteroid, kumpulan batuan metal
dan mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer
(lihat: Daftar asteroid), dan beberapa memiliki diameter 100 km atau lebih. Ceres, bagian dari
kumpulan asteroid ini, berukuran sekitar 960 km dan dikategorikan sebagai planet kerdil.
Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus)
dan Uranus (Chiron).
Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Jupiter (778,3 × 106 km,
5,2 SA), Uranus (2,875 × 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus (4,504 × 109 km, 30,1 SA) dengan
massa jenis antara 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.
Jarak rata-rata antara planet-planet dengan Matahari bisa diperkirakan dengan
menggunakan baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini
kemungkinan merupakan efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya. Anehnya,
planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat
berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.
Matahari
Artikel utama: Matahari
Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata
Surya ini. Bintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan
kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan
menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar
angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.
Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning (tipe G V) yang berukuran tengahan,
tetapi nama ini bisa menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan bintang-
bintang yang ada di dalam galaksi Bima Sakti, Matahari termasuk cukup besar dan
cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah
grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu
permukaannya. Secara umum, bintang yang lebih panas akan lebih cemerlang. Bintang-
bintang yang mengikuti pola ini dikatakan terletak pada deret utama, dan Matahari letaknya
persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih panas
dari Matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah
umum.[13]
Dipercayai bahwa posisi Matahari pada deret utama secara umum merupakan "puncak hidup"
dari sebuah bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Saat
ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat
kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.[14]
Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini
terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung lebih banyak
unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi)
dibandingkan dengan bintang "populasi II".[15] Unsur-unsur yang lebih berat
daripada hidrogen dan heliumterbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak.
Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat
dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini.
Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai
kandungan metal yang lebih tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan
mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya
planet adalah hasil penggumpalan metal.[16]
Medium antarplanet
Lembar aliran heliosfer, karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.
Venus
Artikel utama: Venus
Venus (0,7 SA dari Matahari) berukuran mirip bumi
(0,815 massa bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki
selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi,
atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi.
Akan tetapi planet ini lebih kering dari bumi dan
atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus
tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas
dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan
besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung
di dalam atmosfer.[30] Sejauh ini aktivitas geologis Venus
belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki
medan magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer,
diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.
[31]
Bumi
Artikel utama: Bumi
Bumi (1 SA dari Matahari) adalah planet bagian dalam
yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang diketahui
memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya planet yang
diketahui memiliki mahluk hidup.70% bagian bumi
ditutup oleh air sedangkan 30%bumi ditutupi oleh daratan.
Hidrosfernya yang cair adalah khas di antara planet-planet
kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang
diamati memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat
berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena
dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang
menghasilkan 21% oksigen.[32] Bumi memiliki
satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet
kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
Artikel utama: Mars
Mars (1,5 SA dari Matahari) berukuran lebih kecil dari
bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki
atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon
dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi
raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan
seperti Valles marineris, menunjukan aktivitas geologis
yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna
merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya
besi.[33] Mars mempunyai dua satelit alami kecil
(Deimos dan Phobos) yang diduga
merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.[34]
Sabuk asteroid
Artikel utama: Sabuk asteroid
Ceres
Voyager memasuki heliosheath
Secara hipotesis, Awan
Oort adalah sebuah massa
berukuran raksasa yang terdiri
dari bertrilyun-triliun objek es,
dipercaya merupakan sumber
komet berperioda panjang. Awan
ini menyelubungi matahari pada
jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1
tahun cahaya) sampai sejauh
100.000 SA (1,87 tahun cahaya).
Daerah ini dipercaya
mengandung komet yang
terlempar dari bagian dalam Tata
Surya karena interaksi dengan
planet-planet bagian luar. Objek
Awan Oort bergerak sangat
lambat dan bisa digoncangkan
oleh situasi-situasi langka seperti
tabrakan, effek gravitasi dari
laluan bintang, atau gaya pasang
galaksi, gaya pasang yang
didorong Bima Sakti.[62][63]
Sedna
Artikel utama: Sedna
Foto teleskop Sedna
0,62
Jangka 0,24 (22
1,0 1,8 11,8 29,4 84,0 164,
revolusi (88 4
0 8 6 5 2 79
(tahun) hari) hari
)
23 24 9 10 17 16
243, jam jam jam jam jam jam
58,65
Jangka rotasi 02 56 37 55 47 14 7
hari
hari me me men meni men meni
nit nit it t it t
Eksentrisitas 0,00 0,0 0,0 0,04 0,05 0,04 0,00
0,206
edaran 7 17 93 8 4 7 9
Inklinasi orbit
0,0 1,8
terhadap 7,00 3,39 1,31 2,48 0,77 1,77
0 5
ekliptika (°)
Inklinasi ekuat
177, 23, 25, 26,7 97,8 29,5
or terhadap 0,00 3,12
36 45 19 3 6 8
orbit (°)
Massa
1,0 0,1 317,
(dibanding 0,06 0,81 95,2 14,5 17,1
0 5 8
Bumi)
Kepadatan
5,5 3,9
rata-rata 5,43 5,24 1,33 0,69 1,27 1,64
2 3
(g/cm³)
-
min -173 ° +43 -89
133 - - - -
. C 7 °C °C
°C
Suhu rata +1 -
+167 +46 -55 -139 -197 -201
permuka - 5 ° 108
°C 4 °C °C °C °C °C
an rata C °C
+5 +2
ma +427 +49
8 ° 7 ° - - - -
ks. °C 7 °C
C C
Konteks galaksi
Lokasi Tata Surya di dalam galaksi
Bima Sakti
Lihat pula
Kronologi eksplorasi Tata
Surya
Galaksi Bimasakti
Alam semesta
Alam semesta teramati
Kosmologi
Catatan
a. ^
Kapitalisasi istilah ini
beragam. Persatuan
Astronomi Internasional,
badan yang mengurusi
masalah penamaan
astronomis, menyebutkan
bahwa seluruh objek
astronomi dikapitalisasi
namanya (Tata Surya).
Namun, istilah ini juga
sering ditemui dalam
bentuk huruf kecil (tata
surya)
b. ^Lihat Daftar satelit untuk
semua satelit alami dari
delapan planet dan lima
planet kerdil.
c. ^Massa Tata Surya tidak
termasuk Matahari,
Jupiter, dan Saturnus,
dapat dihitung dengan
menambahkan semua
massa objek terbesar yang
dihitung dan
menggunakan
perhitungan kasar untuk
massa awan Oort (sekitar
3 kali massa Bumi),,
[76]
sabuk Kuiper (sekitar
0,1 kali massa Bumi)
[55]
dan sabuk asteroid
(sekitar 0,0005 kali massa
Bumi)[39] dengan total
massa ~37 kali massa
Bumi, atau 8,1 persen
massa di orbit di sekitar
Matahari. Jika dikurangi
dengan massa Uranus dan
Neptunus (keduanya ~31
kali massa Bumi), sisanya
~6 kali massa Bumi
merupakan 1,3 persen dari
massa keseluruhan.
d. ^Astronom mengukur
jarak di dalam Tata Surya
dengan satuan
astronomi (SA). Satu SA
jaraknya sekitar jarak
rata-rata Matahari dan
Bumi, atau
149.598.000 km. Pluto
berjarak sekitar 38 SA
dari Matahari, Jupiter
5,2 SA. Satu tahun
cahaya adalah
63.240 SA..
Referensi
1. ^ Swedenborg, Emanuel. 1734,
(Principia) Latin: Opera
Philosophica et Mineralia
(English: Philosophical and
Mineralogical Works),
(Principia, Volume 1)
2. ^ See, T. J. J. (1909). "The Past
History of the Earth as Inferred
from the Mode of Formation of
the Solar System". Proceedings
of the American Philosophical
Society. 48: 119. Diakses
tanggal 2006-07-23.
3. ^ a b c M. M. Woolfson
(1993). "The Solar System: Its
Origin and Evolution". Journal
of the Royal Astronomical
Society. 34: 1–20. Diakses
tanggal 2008-04-16.
4. ^ Benjamin Crowell (1998–
2006). "5". Conservation Laws.
lightandmatter.com.
5. ^ M Woolfson (2000). "The
origin and evolution of the solar
system". Astronomy &
Geophysics. 41:
1.12. doi:10.1046/j.1468-
4004.2000.00012.x.
6. ^ nineplanets.org. "An Overview
of the Solar System". Diakses
tanggal 2007-02-15.
7. ^ Amir Alexander (2006). "New
Horizons Set to Launch on 9-
Year Voyage to Pluto and the
Kuiper Belt". The Planetary
Society. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2006-02-22. Diakses
tanggal 2006-11-08.
8. ^ a b c "The Final IAU Resolution
on the definition of "planet"
ready for voting". IAU. 2006-08-
24. Diakses tanggal 2007-03-02.
9. ^ "Dwarf Planets and their
Systems". Working Group for
Planetary System Nomenclature
(WGPSN). U.S. Geological
Survey. 2008-11-07. Diakses
tanggal 2008-07-13.
10. ^ "Plutoid chosen as name for
Solar System objects like
Pluto". International
Astronomical Union (News
Release – IAU0804), Paris. 11
June 2008. Diakses
tanggal 2008-06-11.
11. ^ Feaga, L (2007).
"Asymmetries in the distribution
of H2O and CO2 in the inner
coma of Comet 9P/Tempel 1 as
observed by Deep
Impact". Icarus. 190:
345. Bibcode:2007Icar..190..345
F. doi:10.1016/j.icarus.2007.04.0
09.
12. ^ Michael Zellik
(2002). Astronomy: The
Evolving Universe(edisi ke-9th).
Cambridge University Press.
hlm. 240. ISBN 0-521-80090-0.
OCLC 223304585
46685453 Periksa nilai |
oclc= (bantuan).
13. ^ Smart, R. L.; Carollo, D.;
Lattanzi, M. G.; McLean, B.;
Spagna, A. (2001). "The Second
Guide Star Catalogue and Cool
Stars". Perkins Observatory.
Diakses tanggal 2006-12-26.
14. ^ Nir J. Shaviv
(2003). "Towards a Solution to
the Early Faint Sun Paradox: A
Lower Cosmic Ray Flux from a
Stronger Solar Wind". Journal
of Geophysical Research. 108:
1437. doi:10.1029/2003JA00999
7. Diakses tanggal 20090126.
15. ^ T. S. van Albada, Norman
Baker (1973). "On the Two
Oosterhoff Groups of Globular
Clusters". Astrophysical
Journal. 185: 477–
498. doi:10.1086/152434.
16. ^ Charles H. Lineweaver (2001-
03-09). "An Estimate of the Age
Distribution of Terrestrial
Planets in the Universe:
Quantifying Metallicity as a
Selection Effect". University of
New South Wales. Diakses
tanggal 2006-07-23.
17. ^ "Solar Physics: The Solar
Wind". Marshall Space Flight
Center. 2006-07-16. Diakses
tanggal 2006-10-03.
18. ^ Phillips, Tony (2001-02-
15). "The Sun Does a
Flip". Science@NASA. Diakses
tanggal 2007-02-04.
19. ^ A Star with two North Poles,
April 22, 2003, Science @
NASA
20. ^ Riley, Pete; Linker, J. A.;
Mikić, Z., "Modeling the
heliospheric current sheet: Solar
cycle variations", (2002) Journal
of Geophysical Research (Space
Physics), Volume 107, Issue A7,
pp. SSH 8-1, CiteID 1136, DOI
10.1029/2001JA000299. (Full
text)
21. ^ Lundin, Richard (2001-03-09).
"Erosion by the Solar
Wind". Science 291 (5510):
1909. DOI:10.1126/science.1059
763 abstract full text.
22. ^ Langner, U. W.
(2005). "Effects of the position
of the solar wind termination
shock and the heliopause on the
heliospheric modulation of
cosmic rays". Advances in Space
Research. 35 (12): 2084–
2090. doi:10.1016/j.asr.2004.12.
005. Diakses tanggal 2007-02-
11.
23. ^ "Long-term Evolution of the
Zodiacal Cloud". 1998. Diakses
tanggal 2007-02-03.
24. ^ "ESA scientist discovers a way
to shortlist stars that might have
planets". ESA Science and
Technology. 2003. Diakses
tanggal 2007-02-03.
25. ^ Landgraf, M. (2002). "Origins
of Solar System Dust beyond
Jupiter". The Astronomical
Journal. 123 (5): 2857–
2861. doi:10.1086/339704.
Diakses tanggal 2007-02-09.
26. ^ Schenk P., Melosh H.J.
(1994), Lobate Thrust Scarps
and the Thickness of Mercury's
Lithosphere, Abstracts of the
25th Lunar and Planetary
Science Conference,
1994LPI....25.1203S
27. ^ Bill Arnett
(2006). "Mercury". The Nine
Planets. Diakses tanggal 2006-
09-14.
28. ^ Benz, W., Slattery, W. L.,
Cameron, A. G. W.
(1988), Collisional stripping of
Mercury's mantle, Icarus, v. 74,
p. 516–528.
29. ^ Cameron, A. G. W.
(1985), The partial volatilization
of Mercury, Icarus, v. 64, p.
285–294.
30. ^ Mark Alan Bullock. "The
Stability of Climate on Venus"
(PDF). Southwest Research
Institute. Diakses pada 26
Desember 2006.
31. ^ Paul Rincon (1999). "Climate
Change as a Regulator of
Tectonics on
Venus" (PDF). Johnson Space
Center Houston, TX, Institute of
Meteoritics, University of New
Mexico, Albuquerque, NM.
Diakses tanggal 2006-11-19.
32. ^ Anne E. Egger,
M.A./M.S. "Earth's Atmosphere:
Composition and
Structure". VisionLearning.com.
Diakses tanggal 2006-12-26.
33. ^ David Noever
(2004). "Modern Martian
Marvels: Volcanoes?". NASA
Astrobiology Magazine. Diakses
tanggal 2006-07-23.
34. ^ Scott S. Sheppard, David
Jewitt, and Jan Kleyna
(2004). "A Survey for Outer
Satellites of Mars: Limits to
Completeness". The
Astronomical Journal. Diakses
tanggal 2006-12-26.
35. ^ "Are Kuiper Belt Objects
asteroids? Are large Kuiper Belt
Objects planets?". Cornell
University. Diakses
tanggal 2009-03-01.
36. ^ Petit, J.-M.; Morbidelli, A.;
Chambers, J. (2001). "The
Primordial Excitation and
Clearing of the Asteroid
Belt"(PDF). Icarus. 153: 338–
347. doi:10.1006/icar.2001.6702.
Diakses tanggal 2007-03-22.
37. ^ "IAU Planet Definition
Committee". International
Astronomical Union. 2006.
Diakses tanggal 2009-03-01.
38. ^ "New study reveals twice as
many asteroids as previously
believed". ESA. 2002. Diakses
tanggal 2006-06-23.
39. ^ Krasinsky, G.
a b
Pranala luar
Portal Astronomi
(Indonesia) Animasi interaktif
Tata Surya dalam bahasa
Indonesia
(Indonesia) Sebuah applet
yang menunjukkan lokasi
pada saat ini bintang-bintang
dan planet-planet di langit
malam.
(Indonesia) Mengenal Tata
Surya dan Proses
Pembentukannya
(Inggris) Animasi interaktif
planet-planet (145 tingkat
zoom dan sejumlah efek
waktu)
(Inggris) solarviews.com,
tampilan multimedia Tata
Surya.
(Inggris) Simulator Tata
Surya milik NASA
Kembangkan
Astronomi