Anda di halaman 1dari 43

Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di   Facebook,   Twitter,   Instagram, dan   Telegram

Tata Surya
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Gambaran umum Tata Surya (Ukuran planet digambarkan sesuai skala, sedangkan jaraknya
tidak): Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Ceres, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, Haumea, Makem
ake dan Eris
Dengarkan artikel (info/dl) 

MENU
0:00

Berkas suara ini dibuat dari revisi tanggal 2010-09-10, dan tidak termasuk suntingan terbaru ke artikel. (Bantuan suara)

Lebih banyak artikel

Tata Surya[a] adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang


disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut
termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet
kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi[b], dan jutaan benda langit
(meteor, asteroid, komet) lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid,
empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan
tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali
di luar bagian yang terluar.
Berdasarkan jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9
juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Jupiter (779 juta
km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak
pertengahan 2008, ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit
planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima planet kerdil
tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet
kelima), Pluto (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet
kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).
Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit
alami. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari debu
dan partikel lain.

Daftar isi

 1Asal usul
 2Sejarah penemuan
 3Struktur
o 3.1Terminologi
o 3.2Zona planet
o 3.3Matahari
 3.3.1Medium antarplanet
o 3.4Tata Surya bagian dalam
 3.4.1Planet-planet bagian dalam
 3.4.1.1Merkurius
 3.4.1.2Venus
 3.4.1.3Bumi
 3.4.1.4Mars
 3.4.2Sabuk asteroid
 3.4.2.1Ceres
 3.4.2.2Kelompok asteroid
o 3.5Tata Surya bagian luar
 3.5.1Planet-planet luar
 3.5.1.1Jupiter
 3.5.1.2Saturnus
 3.5.1.3Uranus
 3.5.1.4Neptunus
 3.5.2Komet
 3.5.3Centaur
o 3.6Daerah trans-Neptunus
 3.6.1Sabuk Kuiper
 3.6.1.1Pluto dan Charon
 3.6.1.2Haumea dan Makemake
 3.6.2Piringan tersebar
 3.6.2.1Eris
o 3.7Daerah terjauh
 3.7.1Heliopause
 3.7.2Awan Oort
 3.7.3Sedna
 3.7.4Batasan-batasan
o 3.8Dimensi
 4Konteks galaksi
o 4.1Daerah lingkungan sekitar
 5Lihat pula
 6Catatan
 7Bacaan lebih lanjut
 8Referensi
 9Pranala luar

Asal usul
Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, beberapa di
antaranya adalah:

Pierre-Simon Laplace, pendukung Hipotesis Nebula

Gerard Kuiper, pendukung Hipotesis Kondensasi


Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688–1772)[1] tahun
1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724–1804) pada tahun 1775. Hipotesis
serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace[2] secara independen pada tahun
1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan
bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk
dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya
gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah
tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari
raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke
sekeliling Matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan
penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat
bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari
pembentukan mereka.[3]
Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R.
Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita
terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan Matahari, pada masa
awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada
permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi berulang kali
dari Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang
memanjang dari Matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain
akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang
mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut
bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi
lainnya menjadi komet dan asteroid.
Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917.
Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada Matahari. Keadaan yang
hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari Matahari dan
bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi
menjadi planet.[3] Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan
yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi.[3] Demikian pula astronom Henry Norris
Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.[4]
Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P.
Kuiper (1905–1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya
terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915–2001) pada tahun
1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang
hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-
serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan
mulai mengelilinginya.
Hipotesis Protoplanet
Teori ini dikemukakan oleh Carl Van Weizsaecker, G.P. Kuipper dan Subrahmanyan
Chandarasekar. Menurut teori protoplanet, di sekitar matahari terdapat kabut gas yang
membentuk gumpalan-gumpalan yang secara evolusi berangsur-angsur menjadi gumpalan
padat. Gumpalan kabut gas tersebut dinamakan protoplanet.

Sejarah penemuan
Lima planet terdekat ke Matahari
selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman
dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini
memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa
manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo
Galilei (1564–1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih
tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.
Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan
bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat
perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin
memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, bukan
Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473–1543). Susunan
heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.

Model heliosentris dalam manuskripCopernicus.

Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629–


1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-
Jupiter.
Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-
benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571–1630)
dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642–1727) dengan hukum
gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan
perhitungan benda-benda langit selanjutnya
Pada 1781, William Herschel (1738–1822) menemukan Uranus. Perhitungan cermat orbit
Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. Neptunusditemukan pada
Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit
Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang
berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto
ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya karena ukurannya
tidak berbeda jauh dengan Pluto.
Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya
melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari. Di
sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk
Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit
termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni
2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret
2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga
memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya
adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh
penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.

Struktur

Perbanding relatif massa planet. Jupiter adalah 71% dari total dan Saturnus 21%. Merkurius dan Mars, yang total
bersama hanya kurang dari 0.1% tidak tampak dalam diagram di atas.

Orbit-orbit Tata Surya dengan skala yang sesungguhnya


Illustrasi skala

Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2


yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya
gravitasinya.[5] Jupiter dan Saturnus, dua komponen terbesar yang mengedari Matahari,
mencakup kira-kira 90 persen massa selebihnya.[c]
Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit Matahari terletak pada bidang edaran bumi,
yang umumnya dinamai ekliptika. Semua planetterletak sangat dekat pada ekliptika,
sementara komet dan objek-objek sabuk Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat
besar dibandingkan ekliptika.
Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga mengorbit mengelilingi Matahari berlawanan
dengan arah jarum jam jika dilihat dari atas kutub utara Matahari, terkecuali Komet Halley.
Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya
sekeliling Matahari bergerak mengikuti bentuk elips dengan Matahari sebagai salah satu titik
fokusnya. Objek yang berjarak lebih dekat dari Matahari (sumbu semi-mayor-nya lebih kecil)
memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada orbit elips, jarak antara objek dengan
Matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat antara objek dengan Matahari
dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh dari Matahari dinamai aphelion. Semua objek
Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion dan terlambat di titik aphelion. Orbit planet-
planet bisa dibilang hampir berbentuk lingkaran, sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk
Kuiper kebanyakan orbitnya berbentuk elips.
Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak antara
orbit yang sama antara satu dengan lainnya. Pada kenyataannya, dengan beberapa
perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk dari Matahari, semakin besar jarak
antara objek itu dengan jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus terletak sekitar
sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) lebih dari Merkurius[d], sedangkan Saturnus adalah 4,3 SA
dari Jupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk
menentukan korelasi jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu
teori pun telah diterima.
Hampir semua planet-planet di Tata Surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan
adalah benda pengorbit alami yang disebut satelit. Beberapa benda ini memiliki ukuran lebih
besar dari planet. Hampir semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit sinkron,
dengan satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet
terbesar juga memliki cincin yang berisi partikel-partikel kecil yang mengorbit secara
serempak.
Terminologi
Secara informal, Tata Surya dapat dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya bagian dalam
mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroidutama. Pada daerah yang lebih jauh,
Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet raksasa.[6] Sejak ditemukannya Sabuk
Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah berbeda tersendiri yang meliputi semua
objek melampaui Neptunus.[7]
Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga
golongan: planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya. Planet adalah sebuah badan yang
mengedari Matahari dan mempunyai massa cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan
telah membersihkan orbitnya dengan menginkorporasikan semua objek-objek kecil di
sekitarnya. Dengan definisi ini, Tata Surya memiliki delapan
planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah
dilepaskan status planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari objek-objek
Sabuk Kuiper.[8]
Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi Matahari, mempunyai
massa yang cukup untuk bisa membentuk bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan
daerah sekitarnya.[8] Menurut definisi ini, Tata Surya memiliki lima buah planet
kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.[9] Objek lain yang mungkin akan
diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil yang
memiliki orbit di daerah trans-Neptunus biasanya disebut "plutoid".[10] Sisa objek-objek lain
berikutnya yang mengitari Matahari adalah benda kecil Tata Surya.[8]
Ilmuwan ahli planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang
terdapat di dalam Tata Surya. Batu digunakan untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi
(lebih besar dari 500 K), sebagai contoh silikat. Bahan batuan ini sangat umum terdapat di
Tata Surya bagian dalam, merupakan komponen pembentuk utama hampir semua planet
kebumian dan asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom hidrogen,
helium, dan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata Surya, yang
didominasi oleh Jupiter dan Saturnus. Sedangkan es, seperti air, metana, amonia dan karbon
dioksida,[11] memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini merupakan
komponen utama dari sebagian besar satelit planet raksasa. Ia juga merupakan komponen
utama Uranus dan Neptunus (yang sering disebut "es raksasa"), serta berbagai benda kecil
yang terletak di dekat orbit Neptunus.[12]
Istilah volatiles mencakup semua bahan bertitik didih rendah (kurang dari ratusan kelvin),
yang termasuk gas dan es; tergantung pada suhunya, 'volatiles' dapat ditemukan sebagai es,
cairan, atau gas di berbagai bagian Tata Surya.
Zona planet
Zona Tata Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan sabuk Kuiper. (Gambar
tidak sesuai skala)

Di zona planet dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling dekat dengan
planet Merkurius (jarak dari Matahari 57,9 × 106 km, atau 0,39 SA), Venus (108,2 × 106 km,
0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km, 1 SA) dan Mars(227,9 × 106 km, 1,52 SA). Ukuran
diameternya antara 4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis antara 3,95 g/cm3dan
5,52 g/cm3.
Antara Mars dan Jupiter terdapat daerah yang disebut sabuk asteroid, kumpulan batuan metal
dan mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer
(lihat: Daftar asteroid), dan beberapa memiliki diameter 100 km atau lebih. Ceres, bagian dari
kumpulan asteroid ini, berukuran sekitar 960 km dan dikategorikan sebagai planet kerdil.
Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus)
dan Uranus (Chiron).
Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Jupiter (778,3 × 106 km,
5,2 SA), Uranus (2,875 × 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus (4,504 × 109 km, 30,1 SA) dengan
massa jenis antara 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.
Jarak rata-rata antara planet-planet dengan Matahari bisa diperkirakan dengan
menggunakan baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini
kemungkinan merupakan efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya. Anehnya,
planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat
berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.
Matahari
Artikel utama: Matahari
Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata
Surya ini. Bintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan
kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan
menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar
angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.
Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning (tipe G V) yang berukuran tengahan,
tetapi nama ini bisa menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan bintang-
bintang yang ada di dalam galaksi Bima Sakti, Matahari termasuk cukup besar dan
cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah
grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu
permukaannya. Secara umum, bintang yang lebih panas akan lebih cemerlang. Bintang-
bintang yang mengikuti pola ini dikatakan terletak pada deret utama, dan Matahari letaknya
persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih panas
dari Matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah
umum.[13]
Dipercayai bahwa posisi Matahari pada deret utama secara umum merupakan "puncak hidup"
dari sebuah bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Saat
ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat
kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.[14]
Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini
terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung lebih banyak
unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi)
dibandingkan dengan bintang "populasi II".[15] Unsur-unsur yang lebih berat
daripada hidrogen dan heliumterbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak.
Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat
dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini.
Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai
kandungan metal yang lebih tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan
mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya
planet adalah hasil penggumpalan metal.[16]
Medium antarplanet

Lembar aliran heliosfer, karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.

Di samping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel


bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin surya. Semburan partikel ini menyebar keluar
kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam,[17] menciptakan atmosfer tipis (heliosfer)
yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga heliopause). Kesemuanya
ini disebut medium antarplanet.
Badai geomagnetis pada permukaan Matahari, seperti semburan Matahari (solar flares)
dan lontaran massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer,
menciptakan cuaca ruang angkasa.[18] Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar aliran
heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi magnetis
Matahari terhadap medium antarplanet.[19][20] Medan magnet bumi mencegah atmosfer
bumiberinteraksi dengan angin surya. Venus dan Mars yang tidak memiliki medan magnet,
atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.[21] Interaksi antara angin surya dan medan magnet
bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat dilihat dekat kutub magnetik bumi.
Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata
Surya. Medan magnet planet-planet menambah peran perlindungan selanjutnya.
Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang dan kekuatan medan magnet Matahari
mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang, sehingga derajat radiasi kosmis
di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak diketahui seberapa besar.[22]
Medium antarplanet juga merupakan tempat beradanya paling tidak dua daerah mirip
piringan yang berisi debu kosmis. Yang pertama, awan debu zodiak, terletak di Tata Surya
bagian dalam dan merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari
tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet.[23] Daerah
kedua membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan mungkin disebabkan oleh
tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.[24][25]
Tata Surya bagian dalam
Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid.
Terutama terbuat dari silikat dan logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup dekat
dengan matahari, radius dari seluruh daerah ini lebih pendek dari jarak antara Jupiter dan
Saturnus.
Planet-planet bagian dalam
Artikel utama: Planet kebumian

Planet-planet bagian dalam. Dari kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars (ukuran menurut skala)

Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet) memiliki komposisi


batuan yang padat, hampir tidak mempunyai atau tidak mempunyai satelit dan tidak
mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet ini terutama adalah mineral bertitik leleh
tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti besi dan nikel
yang membentuk intinya. Tiga dari empat planet ini (Venus, Bumi dan Mars)
memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis
seperti gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya di antara Matahari dan bumi
(Merkurius dan Venus) disebut juga planet inferior.
Merkurius
Artikel utama: Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari Matahari) adalah planet terdekat
dari Matahari serta juga terkecil (0,055 massa bumi).
Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri
geologisnya di samping kawah meteorid yang diketahui
adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi
karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya.
[26]
 Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri
dari atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena
semburan angin surya.[27] Besarnya inti besi dan tipisnya
kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan.
Menurut dugaan hipotesis lapisan luar planet ini terlepas
setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan
("akresi") penuhnya terhambat oleh energi awal Matahari.
[28][29]

Venus
Artikel utama: Venus
Venus (0,7 SA dari Matahari) berukuran mirip bumi
(0,815 massa bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki
selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi,
atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi.
Akan tetapi planet ini lebih kering dari bumi dan
atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus
tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas
dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan
besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung
di dalam atmosfer.[30] Sejauh ini aktivitas geologis Venus
belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki
medan magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer,
diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.
[31]

Bumi
Artikel utama: Bumi
Bumi (1 SA dari Matahari) adalah planet bagian dalam
yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang diketahui
memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya planet yang
diketahui memiliki mahluk hidup.70% bagian bumi
ditutup oleh air sedangkan 30%bumi ditutupi oleh daratan.
Hidrosfernya yang cair adalah khas di antara planet-planet
kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang
diamati memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat
berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena
dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang
menghasilkan 21% oksigen.[32] Bumi memiliki
satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet
kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
Artikel utama: Mars
Mars (1,5 SA dari Matahari) berukuran lebih kecil dari
bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki
atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon
dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi
raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan
seperti Valles marineris, menunjukan aktivitas geologis
yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna
merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya
besi.[33] Mars mempunyai dua satelit alami kecil
(Deimos dan Phobos) yang diduga
merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.[34]
Sabuk asteroid
Artikel utama: Sabuk asteroid

Sabuk asteroid utama dan asteroid Troya

Asteroid secara umum adalah objek Tata Surya


yang terdiri dari batuan dan mineral logam beku.
[35]

Sabuk asteroid utama terletak di antara


orbit Mars dan Jupiter, berjarak antara 2,3 dan 3,3
SA dari matahari, diduga merupakan sisa dari
bahan formasi Tata Surya yang gagal
menggumpal karena pengaruh gravitasi Jupiter.[36]
Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan kilometer
sampai mikroskopis. Semua asteroid,
kecuali Ceres yang terbesar, diklasifikasikan
sebagai benda kecil Tata Surya. Beberapa asteroid
seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan
diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti
telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.[37]
Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin
jutaan objek yang berdiameter satu kilometer.
[38]
 Meskipun demikian, massa total dari sabuk
utama ini tidaklah lebih dari seperseribu massa
bumi.[39] Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang
angkasa secara rutin menerobos daerah ini tanpa
mengalami kecelakaan. Asteroid yang
berdiameter antara 10 dan 10−4 m disebut
meteorid.[40]
Ceres
Artikel utama: Ceres

Ceres

Ceres (2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk


asteroid dan diklasifikasikan sebagai planet
kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang dari
1000 km, cukup besar untuk memiliki gravitasi
sendiri untuk menggumpal membentuk bundaran.
Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan
pada abad ke 19, tetapi di-reklasifikasi menjadi
asteroid pada tahun 1850an setelah observasi
lebih lanjut menemukan beberapa asteroid lagi.
[41]
 Ceres direklasifikasi lanjut pada tahun 2006
sebagai planet kerdil.
Kelompok asteroid
Asteroid pada sabuk utama dibagi menjadi
kelompok dan keluarga asteroid bedasarkan sifat-
sifat orbitnya. satelit asteroid adalah asteroid yang
mengedari asteroid yang lebih besar. Mereka
tidak mudah dibedakan dari satelit-satelit planet,
kadang kala hampir sebesar pasangannya. Sabuk
asteroid juga memiliki komet sabuk utama yang
mungkin merupakan sumber air bumi.[42]
Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L4 atau
L5 Jupiter (daerah gravitasi stabil yang berada di
depan dan belakang sebuah orbit planet), sebutan
"trojan" sering digunakan untuk objek-objek kecil
pada Titik Langrange dari sebuah planet atau
satelit. Kelompok Asteroid Hilda terletak di orbit
resonansi 2:3 dari Jupiter, yang artinya kelompok
ini mengedari Matahari tiga kali untuk setiak dua
edaran Jupiter.
Bagian dalam Tata Surya juga dipenuhi oleh
asteroid liar, yang banyak memotong orbit-orbit
planet planet bagian dalam.
Tata Surya bagian luar
Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas
raksasa dengan satelit-satelitnya yang berukuran
planet. Banyak komet berperioda pendek
termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di
daerah ini. Badan-badan padat di daerah ini
mengandung jumlah volatil (contoh: air, amonia,
metan, yang sering disebut "es" dalam
peristilahan ilmu keplanetan) yang lebih tinggi
dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata
Surya.
Planet-planet luar
Artikel utama: Raksasa gas

Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya dan Matahari,


berdasarkan skala

Keempat planet luar, yang disebut juga planet


raksasa gas (gas giant), atau planet jovian, secara
keseluruhan mencakup 99 persen massa yang
mengorbit Matahari. Jupiter dan Saturnus
sebagian besar mengandung hidrogen dan helium;
Uranus dan Neptunus memiliki proporsi es yang
lebih besar. Para astronom mengusulkan bahwa
keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa
es.[43] Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki
cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus yang
dapat dilihat dengan mudah dari bumi.
Jupiter
Artikel utama: Jupiter
Jupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5
kali massa dari gabungan seluruh planet lainnya.
Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium.
Sumber panas di dalam Jupiter menyebabkan timbulnya
beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai
contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh
yang diketahui Jupiter memiliki 63 satelit. Empat yang
terbesar, Ganymede, Callisto, Io,
dan Europa menampakan kemiripan dengan planet
kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.
[44]
 Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata
Surya, berukuran lebih besar dari Merkurius.
Saturnus
Artikel utama: Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya,
memiliki beberapa kesamaan dengan Jupiter, sebagai
contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya
sebesar 60% volume Jupiter, planet ini hanya seberat
kurang dari sepertiga Jupiter atau 95 kali massa bumi,
membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak padat
di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang diketahui
sejauh ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di
antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas
geologis, meski hampir terdiri hanya dari es saja.[45] Titan
berukuran lebih besar dari Merkurius dan merupakan satu-
satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang
cukup berarti.
Uranus
Artikel utama: Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi,
adalah planet yang paling ringan di antara planet-planet
luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus
mengedari Matahari dengan bujkuran poros 90 derajat
pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin
dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit
memancarkan energi panas.[46] Uranus memiliki 27 satelit
yang diketahui, yang terbesar adalah Titania, Oberon,
Umbriel, Ariel dan Miranda.
Neptunus
Artikel utama: Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari
Uranus, memiliki 17 kali massa bumi, sehingga
membuatnya lebih padat. Planet ini memancarkan panas
dari dalam tetapi tidak sebanyak Jupiter atau Saturnus.
[47]
 Neptunus memiliki 13 satelit yang diketahui. Yang
terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser
nitrogen cair.[48] Triton adalah satu-satunya satelit besar
yang orbitnya terbalik arah (retrogade). Neptunus juga
didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang
disebut Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki
resonansi 1:1 dengan Neptunus.
Komet
Artikel utama: Komet
Komet Hale-Bopp

Komet adalah badan Tata Surya


kecil, biasanya hanya berukuran
beberapa kilometer, dan terbuat
dari es volatil. Badan-badan ini
memiliki eksentrisitas orbit tinggi,
secara umum perihelion-nya
terletak di planet-planet bagian
dalam dan letak aphelion-nya
lebih jauh dari Pluto. Saat sebuah
komet memasuki Tata Surya
bagian dalam, dekatnya jarak dari
Matahari menyebabkan
permukaan esnya bersumblimasi
dan berionisasi, yang
menghasilkan koma, ekor gas dan
debu panjang, yang sering dapat
dilihat dengan mata telanjang.
Komet berperioda pendek
memiliki kelangsungan orbit
kurang dari dua ratus tahun.
Sedangkan komet berperioda
panjang memiliki orbit yang
berlangsung ribuan tahun. Komet
berperioda pendek dipercaya
berasal dari Sabuk Kuiper,
sedangkan komet berperioda
panjang, seperti Hale-bopp,
berasal dari Awan Oort. Banyak
kelompok komet, seperti Kreutz
Sungrazers, terbentuk dari
pecahan sebuah induk tunggal.
[49]
 Sebagian komet berorbit
hiperbolik mungking berasal dari
luar Tata Surya, tetapi
menentukan jalur orbitnya secara
pasti sangatlah sulit.[50] Komet tua
yang bahan volatilesnya telah
habis karena panas Matahari
sering dikategorikan
sebagai asteroid.[51]
Centaur
Centaur adalah benda-benda es
mirip komet yang poros semi-
majornya lebih besar
dari Jupiter (5,5 SA) dan lebih
kecil dari Neptunus (30 SA).
Centaur terbesar yang diketahui
adalah, 10199 Chariklo,
berdiameter 250 km.[52] Centaur
temuan pertama, 2060 Chiron,
juga diklasifikasikan sebagai
komet (95P) karena memiliki
koma sama seperti komet kalau
mendekati Matahari.[53] Beberapa
astronom mengklasifikasikan
Centaurs sebagai objek sabuk
Kuiper sebaran-ke-
dalam (inward-scattered Kuiper
belt objects), seiring dengan
sebaran keluar yang bertempat
di piringan tersebar (outward-
scattered residents of the
scattered disc).[54]
Daerah trans-Neptunus
Plot seluruh objek sabuk Kuiper

Diagram yang menunjukkan


pembagian sabuk Kuiper

Daerah yang terletak jauh


melampaui Neptunus, atau daerah
trans-Neptunus, sebagian besar
belum dieksplorasi. Menurut
dugaan daerah ini sebagian besar
terdiri dari dunia-dunia kecil
(yang terbesar memiliki diameter
seperlima bumi dan bermassa
jauh lebih kecil dari bulan) dan
terutama mengandung batu dan
es. Daerah ini juga dikenal
sebagai daerah luar Tata Surya,
meskipun berbagai orang
menggunakan istilah ini untuk
daerah yang terletak melebihi
sabuk asteroid.
Sabuk Kuiper
Artikel utama: Sabuk Kuiper
Sabuk Kuiper adalah sebuah
cincin raksasa mirip dengan sabuk
asteroid, tetapi komposisi
utamanya adalah es. Sabuk ini
terletak antara 30 dan 50 SA, dan
terdiri dari benda kecil Tata
Surya. Meski demikian, beberapa
objek Kuiper yang terbesar,
seperti Quaoar, Varuna,
dan Orcus, mungkin akan
diklasifikasikan sebagai planet
kerdil. Para ilmuwan
memperkirakan terdapat sekitar
100.000 objek Sabuk Kuiper yang
berdiameter lebih dari 50 km,
tetapi diperkirakan massa total
Sabuk Kuiper hanya sepersepuluh
massa bumi.[55] Banyak objek
Kuiper memiliki satelit ganda dan
kebanyakan memiliki orbit di luar
bidang eliptika.
Sabuk Kuiper secara kasar bisa
dibagi menjadi "sabuk klasik" dan
resonansi. Resonansi adalah orbit
yang terkait pada Neptunus
(contoh: dua orbit untuk setiap
tiga orbit Neptunus atau satu
untuk setiap dua). Resonansi yang
pertama bermula pada Neptunus
sendiri. Sabuk klasik terdiri dari
objek yang tidak memiliki
resonansi dengan Neptunus, dan
terletak sekitar 39,4 SA sampai
47,7 SA.[56] Anggota dari sabuk
klasik diklasifikasikan
sebagai cubewanos, setelah
anggota jenis pertamanya
ditemukan (15760) 1992QB1 [57]
Pluto dan Charon
Artikel utama: Pluto dan Charon
Pluto dan ketiga satelitnya

Pluto (rata-rata 39 SA), sebuah


planet kerdil, adalah objek
terbesar sejauh ini di Sabuk
Kuiper. Ketika ditemukan pada
tahun 1930, benda ini dianggap
sebagai planet yang kesembilan,
definisi ini diganti pada tahun
2006 dengan diangkatnya definisi
formal planet. Pluto memiliki
kemiringan orbit cukup eksentrik
(17 derajat dari bidang ekliptika)
dan berjarak 29,7 SA dari
Matahari pada titik prihelion
(sejarak orbit Neptunus) sampai
49,5 SA pada titik aphelion.
Tidak jelas apakah Charon, satelit
Pluto yang terbesar, akan terus
diklasifikasikan sebagai satelit
atau menjadi sebuah planet kerdil
juga. Pluto dan Charon, keduanya
mengedari
titik barycenter gravitasi di atas
permukaannya, yang membuat
Pluto-Charon sebuah sistem
ganda. Dua satelit yang jauh lebih
kecil Nix dan Hydra juga
mengedari Pluto dan Charon.
Pluto terletak pada sabuk resonan
dan memiliki 3:2 resonansi
dengan Neptunus, yang berarti
Pluto mengedari Matahari dua
kali untuk setiap tiga edaran
Neptunus. Objek sabuk Kuiper
yang orbitnya memiliki resonansi
yang sama disebut plutino.[58]
Haumea dan Makemake
Artikel
utama: Haumea dan Makemake
Haumea (rata-rata 43,34 SA)
dan Makemake (rata-rata 45,79
SA) adalah dua objek terbesar
sejauh ini di dalam sabuk Kuiper
klasik. Haumea adalah sebuah
objek berbentuk telur dan
memiliki dua satelit. Makemake
adalah objek paling cemerlang di
sabuk Kuiper setelah Pluto. Pada
awalnya dinamai 2003
EL61 dan 2005 FY9, pada tahun
2008 diberi nama dan status
sebagai planet kerdil. Orbit
keduanya berinklinasi jauh lebih
membujur dari Pluto (28° dan
29°) [59] dan lain seperti Pluto,
keduanya tidak dipengaruhi
oleh Neptunus, sebagai bagian
dari kelompok Objek Sabuk
Kuiper klasik.
Piringan tersebar
Artikel utama: Piringan tersebar

Hitam: tersebar; biru: klasik; hijau: resonan


Eris dan satelitnya Dysnomia

Piringan tersebar (scattered disc)


berpotongan dengan sabuk Kuiper
dan menyebar keluar jauh lebih
luas. Daerah ini diduga
merupakan sumber komet
berperioda pendek. Objek
piringan tersebar diduga terlempar
ke orbit yang tidak menentu
karena pengaruh gravitasi dari
gerakan migrasi awal Neptunus.
Kebanyakan objek piringan
tersebar(scattered disc objects,
atau SDO) memiliki perihelion di
dalam sabuk Kuiper dan
apehelion hampir sejauh 150 SA
dari Matahari. Orbit OPT juga
memiliki inklinasi tinggi pada
bidang ekliptika dan sering
hampir bersudut siku-siku.
Beberapa astronom
menggolongkan piringan tersebar
hanya sebagai bagian dari sabuk
Kuiper dan menjuluki piringan
tersebar sebagai "objek sabuk
Kuiper tersebar" (scattered
Kuiper belt objects).[60]
Eris
Artikel utama: Eris
Eris (rata-rata 68 SA) adalah
objek piringan tersebar terbesar
sejauh ini dan menyebabkan
mulainya debat tentang definisi
planet, karena Eris hanya 5%lebih
besar dari Pluto dan memiliki
perkiraan diameter sekitar
2.400 km. Eris adalah planet
kerdil terbesar yang diketahui dan
memiliki satu satelit, Dysnomia.
[61]
 Seperti Pluto, orbitnya
memiliki eksentrisitas tinggi,
dengan titik perihelion 38,2 SA
(mirip jarak Pluto ke Matahari)
dan titik aphelion 97,6 SA dengan
bidang ekliptika sangat
membujur.
Daerah terjauh
Titik tempat Tata Surya berakhir
dan ruang antar bintang mulai
tidaklah persis terdefinisi.
Batasan-batasan luar ini terbentuk
dari dua gaya tekan yang terpisah:
angin surya dan gravitasi
Matahari. Batasan terjauh
pengaruh angin surya kira kira
berjarak empat kali jarak Pluto
dan Matahari. Heliopause ini
disebut sebagai titik permulaan
medium antar bintang. Akan
tetapi Bola Roche Matahari, jarak
efektif pengaruh gravitasi
Matahari, diperkirakan mencakup
sekitar seribu kali lebih jauh.
Heliopause

Voyager memasuki heliosheath

Heliopause dibagi menjadi dua


bagian terpisah. Awan angin yang
bergerak pada kecepatan
400 km/detik sampai menabrak
plasma dari medium ruang
antarbintang. Tabrakan ini terjadi
pada benturan terminasi yang kira
kira terletak di 80-100 SA dari
Matahari pada daerah lawan angin
dan sekitar 200 SA dari Matahari
pada daerah searah jurusan angin.
Kemudian angin melambat
dramatis, memampat dan berubah
menjadi kencang, membentuk
struktur oval yang dikenal
sebagai heliosheath, dengan
kelakuan mirip seperti ekor
komet, mengulur keluar sejauh 40
SA di bagian arah lawan angin
dan berkali-kali lipat lebih jauh
pada sebelah lainnya. Voyager 1
dan Voyager 2 dilaporkan telah
menembus benturan terminasi ini
dan memasuki heliosheath, pada
jarak 94 dan 84 SA dari Matahari.
Batasan luar dari
heliosfer, heliopause, adalah titik
tempat angin surya berhenti dan
ruang antar bintang bermula.
Bentuk dari ujung luar heliosfer
kemungkinan dipengaruhi dari
dinamika fluida dari interaksi
medium antar bintang dan juga
medan magnet Matahari yang
mengarah di sebelah selatan
(sehingga memberi bentuk tumpul
pada hemisfer utara dengan jarak
9 SA, dan lebih jauh daripada
hemisfer selatan. Selebih
dari heliopause, pada jarak sekitar
230 SA, terdapat benturan busur,
jaluran ombak plasma yang
ditinggalkan Matahari seiring
edarannya berkeliling di Bima
Sakti.
Sejauh ini belum ada kapal luar
angkasa yang
melewati heliopause, sehingga
tidaklah mungkin mengetahui
kondisi ruang antar bintang lokal
dengan pasti. Diharapkan satelit
NASA voyager akan
menembus heliopause pada
sekitar dekade yang akan datang
dan mengirim kembali data
tingkat radiasi dan angin surya.
Dalam pada itu, sebuah tim yang
dibiayai NASA telah
mengembangkan konsep "Vision
Mission" yang akan khusus
mengirimkan satelit penjajak ke
heliosfer.
Awan Oort
Artikel utama: Awan Oort

Gambaran seorang artis tentang Awan


Oort

Secara hipotesis, Awan
Oort adalah sebuah massa
berukuran raksasa yang terdiri
dari bertrilyun-triliun objek es,
dipercaya merupakan sumber
komet berperioda panjang. Awan
ini menyelubungi matahari pada
jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1
tahun cahaya) sampai sejauh
100.000 SA (1,87 tahun cahaya).
Daerah ini dipercaya
mengandung komet yang
terlempar dari bagian dalam Tata
Surya karena interaksi dengan
planet-planet bagian luar. Objek
Awan Oort bergerak sangat
lambat dan bisa digoncangkan
oleh situasi-situasi langka seperti
tabrakan, effek gravitasi dari
laluan bintang, atau gaya pasang
galaksi, gaya pasang yang
didorong Bima Sakti.[62][63]
Sedna
Artikel utama: Sedna

Foto teleskop Sedna

90377 Sedna (rata-rata 525,86


SA) adalah sebuah benda
kemerahan mirip Pluto dengan
orbit raksasa yang sangat eliptis,
sekitar 76 SA pada perihelion dan
928 SA pada aphelion dan
berjangka orbit 12.050 tahun.
Mike Brown, penemu objek ini
pada tahun 2003, menegaskan
bahwa Sedna tidak merupakan
bagian dari piringan
tersebar ataupun sabuk Kuiper
karena perihelionnya terlalu jauh
dari pengaruh migrasi Neptunus.
Dia dan beberapa astronom
lainnya berpendapat bahwa Sedna
adalah objek pertama dari sebuah
kelompok baru, yang mungkin
juga mencakup 2000 CR105.
Sebuah benda bertitik perihelion
pada 45 SA, aphelion pada 415
SA, dan berjangka orbit 3.420
tahun. Brown menjuluki
kelompok ini "Awan Oort bagian
dalam", karena mungkin
terbentuk melalui proses yang
mirip, meski jauh lebih dekat ke
Matahari. Kemungkinan besar
Sedna adalah sebuah planet
kerdil, meski bentuk kebulatannya
masih harus ditentukan dengan
pasti.
Batasan-batasan
Lihat pula:  Planet X
Banyak hal dari Tata Surya kita
yang masih belum diketahui.
Medan gravitasi Matahari
diperkirakan mendominasi gaya
gravitasi bintang-bintang
sekeliling sejauh dua tahun
cahaya (125.000 SA). Perkiraan
bawah radius Awan Oort, di sisi
lain, tidak lebih besar dari 50.000
SA.[64] Sekalipun Sedna telah
ditemukan, daerah antara Sabuk
Kuiper dan Awan Oort, sebuah
daerah yang memiliki radius
puluhan ribu SA, bisa dikatakan
belum dipetakan. Selain itu, juga
ada studi yang sedang berjalan,
yang mempelajari daerah
antara Merkurius dan matahari.[65] 
Objek-objek baru mungkin masih
akan ditemukan di daerah yang
belum dipetakan.
Dimensi
Berikut perbandingan beberapa
ukuran penting planet-planet di
Tata Surya.

Merk Ven Bu Ma Jup Satu Ura Nept


Karakteristik
urius us mi rs iter rnus nus unus

108, 149 227 778, 1.42 2.87 4.49


Jarak edaran 57,91 21 ,60 ,94 41 6,72 0,97 8,25
(juta km) (SA) (0,39) (0,7 (1, (1, (5,2 (9,54 (19, (30,0
2) 00) 52) 0) ) 19) 7)

0,62
Jangka 0,24 (22
1,0 1,8 11,8 29,4 84,0 164,
revolusi (88 4
0 8 6 5 2 79
(tahun) hari) hari
)

23 24 9 10 17 16
243, jam jam jam jam jam jam
58,65
Jangka rotasi 02 56 37 55 47 14 7
hari
hari me me men meni men meni
nit nit it t it t
Eksentrisitas 0,00 0,0 0,0 0,04 0,05 0,04 0,00
0,206
edaran 7 17 93 8 4 7 9

Inklinasi orbit 
0,0 1,8
terhadap 7,00 3,39 1,31 2,48 0,77 1,77
0 5
ekliptika (°)

Inklinasi ekuat
177, 23, 25, 26,7 97,8 29,5
or terhadap 0,00 3,12
36 45 19 3 6 8
orbit (°)

Diameter 12.1 12. 6.8 142. 120. 51.1 49.5


4.879
ekuator (km) 04 756 05 984 536 18 28

Massa
1,0 0,1 317,
(dibanding 0,06 0,81 95,2 14,5 17,1
0 5 8
Bumi)

Kepadatan
5,5 3,9
rata-rata 5,43 5,24 1,33 0,69 1,27 1,64
2 3
(g/cm³)

-
min -173 ° +43 -89 
133  - - - -
. C 7 °C °C
°C

Suhu rata +1 -
+167  +46 -55  -139  -197  -201 
permuka - 5 ° 108 
°C 4 °C °C °C °C °C
an rata C °C

+5 +2
ma +427  +49
8 ° 7 ° - - - -
ks. °C 7 °C
C C

Konteks galaksi
Lokasi Tata Surya di dalam galaksi
Bima Sakti

Lukisan artis dari Gelembung Lokal

Tata Surya terletak di


galaksi Bima Sakti,
sebuah galaksi spiral yang
berdiameter sekitar 100.000 tahun
cahaya dan memiliki sekitar 200
miliar bintang.[66]Matahari
berlokasi di salah satu lengan
spiral galaksi yang disebut
Lengan Orion.
[67]
 Letak Matahari berjarak antara
25.000 dan 28.000 tahun cahaya
dari pusat galaksi, dengan
kecepatan orbit mengelilingi pusat
galaksi sekitar 2.200 kilometer
per detik.
Setiap revolusinya berjangka 225-
250 juta tahun. Waktu revolusi ini
dikenal sebagai tahun galaksi Tata
Surya.[68] Apex Matahari, arah
jalur Matahari di ruang semesta,
dekat letaknya dengan rasi
bintang Herkules terarah pada
posisi akhir bintang Vega.[69]
Lokasi Tata Surya di dalam
galaksi berperan penting dalam
evolusi kehidupan di Bumi.
Bentuk orbit bumi adalah mirip
lingkaran
dengan kecepatan hampir sama
dengan lengan spiral galaksi,
karenanya bumi sangat jarang
menerobos jalur lengan. Lengan
spiral galaksi memiliki
konsentrasi supernova tinggi yang
berpotensi bahaya sangat besar
terhadap kehidupan di Bumi.
Situasi ini memberi Bumi jangka
stabilitas yang panjang yang
memungkinkan evolusi
kehidupan.[70]
Tata Surya terletak jauh dari
daerah padat bintang di pusat
galaksi. Di daerah pusat, tarikan
gravitasi bintang-bintang yang
berdekatan bisa menggoyang
benda-benda di Awan Oort dan
menembakan komet-komet ke
bagian dalam Tata Surya. Ini bisa
menghasilkan potensi tabrakan
yang merusak kehidupan di Bumi.
Intensitas radiasi dari pusat
galaksi juga memengaruhi
perkembangan bentuk hidup
tingkat tinggi. Walaupun
demikian, para ilmuwan
berhipotesis bahwa pada lokasi
Tata Surya sekarang
ini supernova telah memengaruhi
kehidupan di Bumi pada 35.000
tahun terakhir dengan
melemparkan pecahan-pecahan
inti bintang ke arah Matahari
dalam bentuk debu radiasi atau
bahan yang lebih besar lainnya,
seperti berbagai benda
mirip komet.[71]
Daerah lingkungan
sekitar
Lingkungan galaksi terdekat dari
Tata Surya adalah sesuatu yang
dinamai Awan Antarbintang
Lokal (Local Interstellar Cloud,
atau Local Fluff), yaitu wilayah
berawan tebal yang dikenal
dengan nama Gelembung
Lokal (Local Bubble), yang
terletak di tengah-tengah wilayah
yang jarang. Gelembung Lokal ini
berbentuk rongga mirip jam pasir
yang terdapat pada medium
antarbintang, dan berukuran
sekitar 300 tahun cahaya.
Gelembung ini penuh
ditebari plasmabersuhu tinggi
yang mungkin berasal dari
beberapa supernova yang belum
lama terjadi.[72]
Di dalam jarak sepuluh tahun
cahaya (95 triliun km) dari
Matahari, jumlah bintang relatif
sedikit. Bintang yang terdekat
adalah sistem kembar tiga Alpha
Centauri, yang berjarak 4,4 tahun
cahaya. Alpha Centauri A dan B
merupakan bintang ganda mirip
dengan Matahari, sedangkan
Centauri C adalah kerdil merah
(disebut juga Proxima Centauri)
yang mengedari kembaran ganda
pertama pada jarak 0,2 tahun
cahaya.
Bintang-bintang terdekat
berikutnya adalah sebuah kerdil
merah yang dinamai Bintang
Barnard (5,9 tahun cahaya), Wolf
359 (7,8 tahun cahaya)
dan Lalande 21185 (8,3 tahun
cahaya). Bintang terbesar dalam
jarak sepuluh tahun cahaya
adalah Sirius, sebuah bintang
cemerlang dikategori 'urutan
utama' kira-kira bermassa dua kali
massa Matahari, dan dikelilingi
oleh sebuah kerdil putih bernama
Sirius B. Keduanya berjarak 8,6
tahun cahaya. Sisa sistem
selebihnya yang terletak di dalam
jarak 10 tahun cahaya adalah
sistem bintang ganda kerdil
merah Luyten 726-8 (8,7 tahun
cahaya) dan sebuah kerdial merah
bernama Ross 154 (9,7 tahun
cahaya).[73]
Bintang tunggal terdekat yang
mirip Matahari adalah Tau Ceti,
yang terletak 11,9 tahun cahaya.
Bintang ini kira-kira berukuran
80% berat Matahari, tetapi
kecemerlangannya (luminositas)
hanya 60%.[74] Planet luar Tata
Surya terdekat dari Matahari,
yang diketahui sejauh ini adalah
di bintang Epsilon Eridani, sebuah
bintang yang sedikit lebih pudar
dan lebih merah dibandingkan
mathari. Letaknya sekitar 10,5
tahun cahaya. Planet bintang ini
yang sudah dipastikan,
bernama Epsilon Eridani b,
kurang lebih berukuran 1,5 kali
massa Jupiter dan mengelilingi
induk bintangnya dengan jarak
6,9 tahun cahaya.[75]

Lihat pula
 Kronologi eksplorasi Tata
Surya
 Galaksi Bimasakti
 Alam semesta
 Alam semesta teramati
 Kosmologi

Catatan
a. ^
Kapitalisasi istilah ini
beragam. Persatuan
Astronomi Internasional,
badan yang mengurusi
masalah penamaan
astronomis, menyebutkan
bahwa seluruh objek
astronomi dikapitalisasi
namanya (Tata Surya).
Namun, istilah ini juga
sering ditemui dalam
bentuk huruf kecil (tata
surya)
b. ^Lihat Daftar satelit untuk
semua satelit alami dari
delapan planet dan lima
planet kerdil.
c. ^Massa Tata Surya tidak
termasuk Matahari,
Jupiter, dan Saturnus,
dapat dihitung dengan
menambahkan semua
massa objek terbesar yang
dihitung dan
menggunakan
perhitungan kasar untuk
massa awan Oort (sekitar
3 kali massa Bumi),,
[76]
 sabuk Kuiper (sekitar
0,1 kali massa Bumi)
[55]
 dan sabuk asteroid
(sekitar 0,0005 kali massa
Bumi)[39] dengan total
massa ~37 kali massa
Bumi, atau 8,1 persen
massa di orbit di sekitar
Matahari. Jika dikurangi
dengan massa Uranus dan
Neptunus (keduanya ~31
kali massa Bumi), sisanya
~6 kali massa Bumi
merupakan 1,3 persen dari
massa keseluruhan.
d. ^Astronom mengukur
jarak di dalam Tata Surya
dengan satuan
astronomi (SA). Satu SA
jaraknya sekitar jarak
rata-rata Matahari dan
Bumi, atau
149.598.000 km. Pluto
berjarak sekitar 38 SA
dari Matahari, Jupiter
5,2 SA. Satu tahun
cahaya adalah
63.240 SA..

Bacaan lebih lanjut


 Abdullah, Mikrajuddin
(2004). Sains Fisika SMP
Untuk Kelas VII. Jakarta:
Esis/Erlangga. ISBN 979-
734-139-9. (Indonesia)

Referensi
1. ^ Swedenborg, Emanuel. 1734,
(Principia) Latin: Opera
Philosophica et Mineralia
(English: Philosophical and
Mineralogical Works),
(Principia, Volume 1)
2. ^ See, T. J. J. (1909). "The Past
History of the Earth as Inferred
from the Mode of Formation of
the Solar System". Proceedings
of the American Philosophical
Society. 48: 119. Diakses
tanggal 2006-07-23.
3. ^ a b c M. M. Woolfson
(1993). "The Solar System: Its
Origin and Evolution". Journal
of the Royal Astronomical
Society. 34: 1–20. Diakses
tanggal 2008-04-16.
4. ^ Benjamin Crowell (1998–
2006). "5". Conservation Laws.
lightandmatter.com.
5. ^ M Woolfson (2000). "The
origin and evolution of the solar
system". Astronomy &
Geophysics. 41:
1.12. doi:10.1046/j.1468-
4004.2000.00012.x.
6. ^ nineplanets.org. "An Overview
of the Solar System". Diakses
tanggal 2007-02-15.
7. ^ Amir Alexander (2006). "New
Horizons Set to Launch on 9-
Year Voyage to Pluto and the
Kuiper Belt". The Planetary
Society. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2006-02-22. Diakses
tanggal 2006-11-08.
8. ^ a b c "The Final IAU Resolution
on the definition of "planet"
ready for voting". IAU. 2006-08-
24. Diakses tanggal 2007-03-02.
9. ^ "Dwarf Planets and their
Systems". Working Group for
Planetary System Nomenclature
(WGPSN). U.S. Geological
Survey. 2008-11-07. Diakses
tanggal 2008-07-13.
10. ^ "Plutoid chosen as name for
Solar System objects like
Pluto". International
Astronomical Union (News
Release – IAU0804), Paris. 11
June 2008. Diakses
tanggal 2008-06-11.
11. ^ Feaga, L (2007).
"Asymmetries in the distribution
of H2O and CO2 in the inner
coma of Comet 9P/Tempel 1 as
observed by Deep
Impact". Icarus. 190:
345. Bibcode:2007Icar..190..345
F. doi:10.1016/j.icarus.2007.04.0
09.
12. ^ Michael Zellik
(2002). Astronomy: The
Evolving Universe(edisi ke-9th).
Cambridge University Press.
hlm. 240. ISBN 0-521-80090-0. 
OCLC 223304585
46685453 Periksa nilai |
oclc= (bantuan).
13. ^ Smart, R. L.; Carollo, D.;
Lattanzi, M. G.; McLean, B.;
Spagna, A. (2001). "The Second
Guide Star Catalogue and Cool
Stars". Perkins Observatory.
Diakses tanggal 2006-12-26.
14. ^ Nir J. Shaviv
(2003). "Towards a Solution to
the Early Faint Sun Paradox: A
Lower Cosmic Ray Flux from a
Stronger Solar Wind". Journal
of Geophysical Research. 108:
1437. doi:10.1029/2003JA00999
7. Diakses tanggal 20090126.
15. ^ T. S. van Albada, Norman
Baker (1973). "On the Two
Oosterhoff Groups of Globular
Clusters". Astrophysical
Journal. 185: 477–
498. doi:10.1086/152434.
16. ^ Charles H. Lineweaver (2001-
03-09). "An Estimate of the Age
Distribution of Terrestrial
Planets in the Universe:
Quantifying Metallicity as a
Selection Effect". University of
New South Wales. Diakses
tanggal 2006-07-23.
17. ^ "Solar Physics: The Solar
Wind". Marshall Space Flight
Center. 2006-07-16. Diakses
tanggal 2006-10-03.
18. ^ Phillips, Tony (2001-02-
15). "The Sun Does a
Flip". Science@NASA. Diakses
tanggal 2007-02-04.
19. ^ A Star with two North Poles,
April 22, 2003, Science @
NASA
20. ^ Riley, Pete; Linker, J. A.;
Mikić, Z., "Modeling the
heliospheric current sheet: Solar
cycle variations", (2002) Journal
of Geophysical Research (Space
Physics), Volume 107, Issue A7,
pp. SSH 8-1, CiteID 1136, DOI
10.1029/2001JA000299. (Full
text)
21. ^ Lundin, Richard (2001-03-09).
"Erosion by the Solar
Wind". Science 291 (5510):
1909. DOI:10.1126/science.1059
763  abstract  full text.
22. ^ Langner, U. W.
(2005). "Effects of the position
of the solar wind termination
shock and the heliopause on the
heliospheric modulation of
cosmic rays". Advances in Space
Research. 35 (12): 2084–
2090. doi:10.1016/j.asr.2004.12.
005. Diakses tanggal 2007-02-
11.
23. ^ "Long-term Evolution of the
Zodiacal Cloud". 1998. Diakses
tanggal 2007-02-03.
24. ^ "ESA scientist discovers a way
to shortlist stars that might have
planets". ESA Science and
Technology. 2003. Diakses
tanggal 2007-02-03.
25. ^ Landgraf, M. (2002). "Origins
of Solar System Dust beyond
Jupiter". The Astronomical
Journal. 123 (5): 2857–
2861. doi:10.1086/339704.
Diakses tanggal 2007-02-09.
26. ^ Schenk P., Melosh H.J.
(1994), Lobate Thrust Scarps
and the Thickness of Mercury's
Lithosphere, Abstracts of the
25th Lunar and Planetary
Science Conference,
1994LPI....25.1203S
27. ^ Bill Arnett
(2006). "Mercury". The Nine
Planets. Diakses tanggal 2006-
09-14.
28. ^ Benz, W., Slattery, W. L.,
Cameron, A. G. W.
(1988), Collisional stripping of
Mercury's mantle, Icarus, v. 74,
p. 516–528.
29. ^ Cameron, A. G. W.
(1985), The partial volatilization
of Mercury, Icarus, v. 64, p.
285–294.
30. ^ Mark Alan Bullock. "The
Stability of Climate on Venus"
(PDF). Southwest Research
Institute. Diakses pada 26
Desember 2006.
31. ^ Paul Rincon (1999). "Climate
Change as a Regulator of
Tectonics on
Venus" (PDF). Johnson Space
Center Houston, TX, Institute of
Meteoritics, University of New
Mexico, Albuquerque, NM.
Diakses tanggal 2006-11-19.
32. ^ Anne E. Egger,
M.A./M.S. "Earth's Atmosphere:
Composition and
Structure". VisionLearning.com.
Diakses tanggal 2006-12-26.
33. ^ David Noever
(2004). "Modern Martian
Marvels: Volcanoes?". NASA
Astrobiology Magazine. Diakses
tanggal 2006-07-23.
34. ^ Scott S. Sheppard, David
Jewitt, and Jan Kleyna
(2004). "A Survey for Outer
Satellites of Mars: Limits to
Completeness". The
Astronomical Journal. Diakses
tanggal 2006-12-26.
35. ^ "Are Kuiper Belt Objects
asteroids? Are large Kuiper Belt
Objects planets?". Cornell
University. Diakses
tanggal 2009-03-01.
36. ^ Petit, J.-M.; Morbidelli, A.;
Chambers, J. (2001). "The
Primordial Excitation and
Clearing of the Asteroid
Belt"(PDF). Icarus. 153: 338–
347. doi:10.1006/icar.2001.6702.
Diakses tanggal 2007-03-22.
37. ^ "IAU Planet Definition
Committee". International
Astronomical Union. 2006.
Diakses tanggal 2009-03-01.
38. ^ "New study reveals twice as
many asteroids as previously
believed". ESA. 2002. Diakses
tanggal 2006-06-23.
39. ^     Krasinsky, G.
a b

A. (2002). "Hidden Mass in the


Asteroid Belt". Icarus. 158 (1):
98–105. do
i:10.1006/icar.2002.6837.
40. ^ Beech, M. (1995). "On the
Definition of the Term
Meteoroid". Quarterly Journal
of the Royal Astronomical
Society. 36 (3): 281–284.
Diakses tanggal 2006-08-31.
41. ^ "History and Discovery of
Asteroids" (DOC). NASA. Diakses
tanggal 2006-08-29.
42. ^ Phil Berardelli (2006). "Main-
Belt Comets May Have Been
Source Of Earths
Water". SpaceDaily. Diakses
tanggal 2006-06-23.
43. ^ Jack J. Lissauer, David J.
Stevenson (2006). "Formation of
Giant Planets" (PDF). NASA
Ames Research Center;
California Institute of
Technology. Diakses
tanggal 2006-01-16.
44. ^ Pappalardo, R T
(1999). "Geology of the Icy
Galilean Satellites: A
Framework for Compositional
Studies". Brown University.
Diakses tanggal 2006-01-16.
45. ^ J. S. Kargel
(1994). "Cryovolcanism on the
icy satellites". U.S. Geological
Survey. Diakses tanggal 2006-
01-16.
46. ^ Hawksett, David; Longstaff,
Alan; Cooper, Keith; Clark,
Stuart (2005). "10 Mysteries of
the Solar System". Astronomy
Now. Diakses tanggal 2006-01-
16.
47. ^ Podolak, M.; Reynolds, R. T.;
Young, R. (1990). "Post Voyager
comparisons of the interiors of
Uranus and Neptune". NASA,
Ames Research Center. Diakses
tanggal 2006-01-16.
48. ^ Duxbury, N.S., Brown, R.H.
(1995). "The Plausibility of
Boiling Geysers on
Triton". Beacon eSpace. Diakses
tanggal 2006-01-16.
49. ^ Sekanina, Zdenek (2001).
"Kreutz sungrazers: the ultimate
case of cometary fragmentation
and
disintegration?". Publications of
the Astronomical Institute of the
Academy of Sciences of the
Czech Republic. 89 p.78–93.
50. ^ Królikowska, M. (2001). "A
study of the original orbits
of hyperbolic comets". Astronom
y & Astrophysics. 376 (1): 316–
324. doi:10.1051/0004-
6361:20010945. Diakses
tanggal 2007-01-02.
51. ^ Fred L. Whipple (1992-
04). "The activities of comets
related to their aging and origin".
Diakses tanggal 2006-12-26.
52. ^ John Stansberry, Will Grundy,
Mike Brown, Dale Cruikshank,
John Spencer, David Trilling,
Jean-Luc Margot
(2007). "Physical Properties of
Kuiper Belt and Centaur Objects:
Constraints from Spitzer Space
Telescope". Diakses
tanggal 2008-09-21.
53. ^ Patrick Vanouplines
(1995). "Chiron
biography". Vrije Universitiet
Brussel. Diakses tanggal 2006-
06-23.
54. ^ "List Of Centaurs and
Scattered-Disk Objects". IAU:
Minor Planet Center. Diakses
tanggal 2007-04-02.
55. ^     Audrey Delsanti and David
a b

Jewitt (2006). "The Solar System


Beyond The
Planets" (PDF). Institute for
Astronomy, University of
Hawaii. Diarsipkan dari versi
asli(PDF) tanggal 2006-05-25.
Diakses tanggal 2007-01-03.
56. ^ M. W. Buie, R. L. Millis, L. H.
Wasserman, J. L. Elliot, S. D.
Kern, K. B. Clancy, E. I. Chiang,
A. B. Jordan, K. J. Meech, R. M.
Wagner, D. E. Trilling
(2005). "Procedures, Resources
and Selected Results of the Deep
Ecliptic Survey". Lowell
Observatory, University of
Pennsylvania, Large Binocular
Telescope Observatory,
Massachusetts Institute of
Technology, University of
Hawaii, University of California
at Berkeley. Diakses
tanggal 2006-09-07.
57. ^ E. Dotto1, M.A. Barucci2, and
M. Fulchignoni (2006-08-
24). "Beyond Neptune, the new
frontier of the Solar
System"(PDF). Diakses
tanggal 2006-12-26.
58. ^ Fajans, J., L. Frièdland
(October 2001). "Autoresonant
(nonstationary) excitation of
pendulums, Plutinos, plasmas,
and other nonlinear
oscillators". American Journal of
Physics69 (10): 1096–
1102. DOI:10.1119/1.1389278  a
bstract  full text.
59. ^ Marc W. Buie (2008-04-
05). "Orbit Fit and Astrometric
record for 136472". SwRI (Space
Science Department). Diakses
tanggal 2008-07-13.
60. ^ David Jewitt (2005). "The
1000 km Scale
KBOs". University of Hawaii.
Diarsipkan dari versi asli tanggal
2002-12-15. Diakses
tanggal 2006-07-16.
61. ^ Mike Brown (2005). "The
discovery of 2003 UB313 Eris,
the 10th planet largest known
dwarf planet". CalTech. Diakses
tanggal 2006-09-15.
62. ^ Stern SA, Weissman PR.
(2001). "Rapid collisional
evolution of comets during the
formation of the Oort
cloud". Space Studies
Department, Southwest Research
Institute, Boulder, Colorado.
Diakses tanggal 2006-11-19.
63. ^ Bill Arnett (2006). "The
Kuiper Belt and the Oort
Cloud". nineplanets.org. Diakses
tanggal 2006-06-23.
64. ^ T. Encrenaz, JP. Bibring, M.
Blanc, MA. Barucci, F. Roques,
PH. Zarka (2004). The Solar
System: Third edition. Springer.
hlm. 1.
65. ^ Durda D.D.; Stern S.A.;
Colwell W.B.; Parker J.W.;
Levison H.F.; Hassler D.M.
(2004). "A New Observational
Search for Vulcanoids in
SOHO/LASCO Coronagraph
Images". Diakses tanggal 2006-
07-23.
66. ^ A.D. Dolgov
(2003). "Magnetic fields in
cosmology". Diakses
tanggal 2006-07-23.
67. ^ R. Drimmel, D. N. Spergel
(2001). "Three Dimensional
Structure of the Milky Way
Disk". Diakses tanggal 2006-07-
23.
68. ^ Leong, Stacy (2002). "Period
of the Sun's Orbit around the
Galaxy (Cosmic Year". The
Physics Factbook. Diakses
tanggal 2007-04-02.
69. ^ C. Barbieri (2003). "Elementi
di Astronomia e Astrofisica per
il Corso di Ingegneria
Aerospaziale V
settimana". IdealStars.com.
Diakses tanggal 2007-02-12.
70. ^ Leslie Mullen
(2001). "Galactic Habitable
Zones". Astrobiology Magazine.
Diakses tanggal 2006-06-23.
71. ^ "Supernova Explosion May
Have Caused Mammoth
Extinction". Physorg.com. 2005.
Diakses tanggal 2007-02-02.
72. ^ "Near-Earth
Supernovas". NASA. Diakses
tanggal 2006-07-23.
73. ^ "Stars within 10 light
years". SolStation. Diakses
tanggal 2007-04-02.
74. ^ "Tau Ceti". SolStation.
Diakses tanggal 2007-04-02.
75. ^ "HUBBLE ZEROES IN ON
NEAREST KNOWN
EXOPLANET". Hubblesite.
2006. Teks "accessdate-2008-01-
13" akan diabaikan (bantuan)
76. ^ Alessandro Morbidelli
(2006). "Origin and dynamical
evolution of comets and their
reservoirs". CNRS, Observatoire
de la Côte d’Azur. Diakses
tanggal 2007-08-03.

Pranala luar
Portal Astronomi 

 (Indonesia) Animasi interaktif
Tata Surya dalam bahasa
Indonesia
 (Indonesia) Sebuah applet
yang menunjukkan lokasi
pada saat ini bintang-bintang
dan planet-planet di langit
malam.
 (Indonesia) Mengenal Tata
Surya dan Proses
Pembentukannya
 (Inggris) Animasi interaktif
planet-planet (145 tingkat
zoom dan sejumlah efek
waktu)
 (Inggris) solarviews.com,
tampilan multimedia Tata
Surya.
 (Inggris) Simulator Tata
Surya milik NASA
Kembangkan

Astronomi

Anda mungkin juga menyukai