Anda di halaman 1dari 10

Venus

235 bahasa
• Halaman
• Pembicaraan
• Baca
• Sunting
• Sunting sumber
• Lihat riwayat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk kegunaan lain, lihat Venus (disambiguasi).

Venus

Citra Venus yang diproses melalui dua penyaring. Permukaan Venus tertutup oleh

lapisan awan yang tebal.

Penamaan

Pelafalan /ˈviːnəs/ ( simak)

Nama alternatif Zohrah (‫)זוהרה‬, bintang kejora

Kata sifat bahasa Inggris Venusian atau (jarang) Cytherean, Venerean

Ciri-ciri orbit[2][4]

Epos J2000

• 108.939.000 km
Aphelion
• 0,728 213 sa
Perihelion • 107.477.000 km

• 0,718 440 au

Sumbu semimayor • 108.208.000 km

• 0,723 327 au

Eksentrisitas 0,0067

Periode orbit • 224,701 hari

• 0,615 198 tahun

• 1,92 hari matahari Venus

Periode sinodis 583,92 hari[2]

Kecepatan orbit rata-rata 35,02 km/s

Anomali rata-rata 50,115°

Inklinasi • 3,394 58° pada jalur ekliptika

• 3,86° pada khatulistiwa Matahari

• 2,19° pada bidang invariabel[3]

Bujur node menaik 76,678°

Argumen perihelion 55,186°

satelit yang diketahui Tidak ada

Ciri-ciri fisik

Jari-jari rata-rata • 6.051,8 ± 1,0 km[5]

• 0,949 9 Bumi

Kepepatan 0[5]

Luas permukaan • 4,60×108 km2

• 0,902 Bumi

Volume • 9,28×1011 km3

• 0,866 Bumi

Massa • 4,8676×1024 kg

• 0,815 Bumi

Massa jenis rata-rata 5,243 g/cm3

Gravitasi permukaan • 8,87 m/s2

• 0,904 g

Kecepatan lepas 10,36 km/s


Periode rotasi sideris −243,018 5 hari (maju mundur)

Kecepatan rotasi khatulistiwa 6,52 km/h (1,81 m/s)

Kemiringan sumbu 177,36°[2]

Asensio rekta kutub utara • 18 jam 11 menit 2 detik

• 272,76°[6]

Deklinasi kutub utara 67,16°

Albedo • 0,67 (Geometrik)[7]

• 0,90 (Bond)[7]

Suhu permukaan min. rata-rata maks.


Kelvin 737 K [2]

Celsius 462 °C

Magnitudo semu • Paling cerah −4,9[8][9] (sabit)

• −3,8[10] (penuh)

Diameter sudut 9,7"–66,0"[2]

Atmosfer

Tekanan permukaan 92 bar (9,2 MPa)

Komposisi per volume • 96,5% karbon dioksida

• 3,5% nitrogen

• 0,015% sulfur dioksida

• 0,007% argon

• 0,002% uap air

• 0,0017% karbon monoksida

• 0,0012% helium

• 0,0007% neon

• Jejak karbonil sulfida

• Jejak hidrogen klorida

• Jejak hidrogen florida

Venus adalah planet terdekat kedua dari Matahari setelah Merkurius. Planet ini
mengorbit Matahari selama 224,7 hari Bumi.[11] Venus tidak memiliki satelit alami dan
dinamai dari dewi cinta dan kecantikan dalam mitologi Romawi. Setelah Bulan,
planet ini merupakan objek alami tercerah di langit malam, dengan magnitudo
tampak sebesar −4,6 yang cukup cerah untuk menghasilkan bayangan. [12] Venus
merupakan planet inferior dengan sudut elongasi yang mencapai 47,8°. Kecerahan
maksimal planet ini dapat dilihat segera sebelum matahari terbit atau setelah
matahari terbenam, sehingga disebut Bintang Fajar atau Bintang Senja.
Venus adalah planet kebumian dan kadang-kadang disebut “planet saudara” Bumi
karena ukuran, gravitasi, dan komposisi yang mirip (Venus merupakan planet
terdekat dari Bumi dan planet yang ukurannya paling mendekati Bumi). Namun,
dalam hal lain planet ini sangat berbeda dari Bumi. Planet ini
memiliki atmosfer terpadat di antara empat planet kebumian yang terdiri dari
96% karbon dioksida. Tekanan atmosfer permukaan Venus 92 kali lebih besar
daripada Bumi. Dengan rata-rata suhu permukaan sebesar 735 K (462 °C; 863 °F),
Venus merupakan planet terpanas di Tata Surya. Planet ini tidak memiliki siklus
karbon yang memerangkap karbon dalam batuan dan kenampakan permukaan, dan
juga tidak memiliki kehidupan organik yang dapat menyerap karbon dalam bentuk
biomassa. Venus diselimuti oleh lapisan buram yang terdiri dari awan asam
sulfat yang sangat reflektif, sehingga permukaannya tidak dapat dilihat dari luar
angkasa. Venus mungkin pernah memiliki samudra,[13][14] namun samudra tersebut
menguap karena peningkatan suhu yang disebabkan oleh efek rumah kaca
berketerusan.[15] Sebagian besar air mungkin telah terfotodisosiasi, dan angin
matahari telah membuat hidrogen bebas mengalami pelepasan ke luar angkasa
sebagai akibat dari ketiadaan medan magnet internal di Venus.[16] Permukaan Venus
sendiri bergurun, kering, dan diselingi oleh batuan yang diperbarui secara periodik
oleh aktivitas vulkanik.

Ciri-ciri fisik[sunting | sunting sumber]


Venus adalah salah satu dari empat planet kebumian di Tata Surya, yang berarti
bahwa Venus merupakan planet yang berbatu layaknya Bumi. Ukuran dan
massanya mirip dengan Bumi, sehingga planet ini sering dijuluki sebagai “saudara”
atau “kembaran” Bumi.[17] Diameter Venus tercatat sebesar 12.092 km (hanya lebih
kecil 650 km daripada Bumi) dan massanya kurang lebih 81,5% dari massa Bumi.
Akan tetapi, keadaan di permukaan Venus sangat berbeda dengan Bumi, dan hal ini
disebabkan oleh atmosfer tebal Venus yang terdiri dari 96,5% karbon dioksida dan
3,5% nitrogen.[18]
Topografi[sunting | sunting sumber]
Terdapat banyak spekulasi mengenai permukaan Venus sebelum terkuak oleh
wahana-wahana angkasa pada abad ke-20. Planet tersebut dipetakan secara detail
oleh Proyek Magellan pada tahun 1990-91. Di permukaan terdapat bukti terjadinya
aktivitas vulkanik, dan sulfur di atmosfer menunjukkan bahwa telah terjadi letusan
gunung berapi.[19][20]
Sekitar 80% permukaan Venus terdiri dari daratan vulkanik, dengan 70% merupakan
daratan dengan bubungan berkerut dan 10% merupakan daratan yang halus dan
berlekuk.[21] Dua puluh persen sisanya merupakan dua “benua” dataran tinggi; salah
satu benua terletak di belahan utara Venus, sementara yang lain berada di sebelah
selatan garis khatulistiwa. Benua utara disebut Ishtar Terra, yang dinamai dari Ishtar,
dewi cinta di Babilonia, dan ukurannya kurang lebih sebesar Australia. Gunung
tertinggi di Venus (yaitu Maxwell Montes) terletak di Ishtar Terra. Tingginya kurang
lebih 11 km di atas rata-rata ketinggian permukaan Venus. Sementara itu, benua
selatan dijuluki Aphrodite Terra, yang dinamai dari dewi cinta dalam mitologi Yunani,
dan benua ini lebih besar dengan ukuran yang kurang lebih sebanding
dengan Amerika Selatan. Benua ini dipenuhi oleh rangkaian rekahan dan patahan. [22]
Ketiadaan aliran lava di kaldera masih menjadi teka-teki. Planet ini tidak memiliki
banyak kawah tubrukan, sehingga menunjukkan bahwa permukaannya masih relatif
muda, kurang lebih berusia 300–600 juta tahun.[23][24] Selain kawah tubrukan,
pegunungan, dan lembah, Venus juga memiliki kenampakan permukaan yang unik.
Salah satunya adalah kenampakan vulkanik yang puncaknya rata, yang disebut
"farra". Bentuknya mirip dengan kue panekuk dan lebarnya bervariasi antara 20–
50 km, sementara tingginya biasanya berada dalam kisaran 100–1.000 m. Terdapat
pula rangkaian rekahan radial yang berbentuk seperti bintang yang disebut "novae",
rekahan radial konsentrik yang mirip sarang laba-laba yang disebut "arachnoid", dan
cincin rekahan yang kadang-kadang dikelilingi oleh depresi yang disebut "coronae".
Kenampakan-kenampakan tersebut terbentuk secara vulkanik.[25]
Sebagian besar kenampakan permukaan di Venus dinamai dari perempuan dalam
mitologi dan sejarah,[26] kecuali Maxwell Montes yang dinamai dari James Clerk
Maxwell dan wilayah dataran tinggi Alpha Regio, Beta Regio, dan Ovda Regio yang
dinamai sebelum sistem yang ada saat ini diterapkan oleh International Astronomical
Union.[27]
Garis bujur kenampakan permukaan di Venus dinyatakan relatif terhadap meridian
utama. Meridian utama awalnya melewati titik cerah di tengah kenampakan Eve
yang terletak di sebelah selatan Alpha Regio.[28] Setelah misi Venera selesai,
meridian utama ditentukan melewati puncak di tengah kawah Ariadne.[29][30]

Perbandingan ukuran planet-planet kebumian (dari kiri ke kanan): Merkurius, Venus, Bumi,
dan Mars dalam warna sejati.

Struktur awan di atmosfer Venus pada tahun 1979, yang ditunjukkan melalui pengamatan ultraviolet yang
dilakukan oleh Pioneer Venus Orbiter
Citra permukaan Venus yang diabadikan oleh wahana Magellan antara tahun 1990 hingga 1994

Kawah tubrukan di permukaan Venus (gambar direkonstruksi dari data radar)

Geologi permukaan[sunting | sunting sumber]


Sebagian besar permukaan Venus tampaknya terbentuk melalui aktivitas vulkanik.
Jumlah gunung berapi di Venus lebih banyak dari Bumi, dengan 167 gunung berapi
besar yang lebarnya dapat mencapai 100 km. Satu-satunya kompleks gunung
berapi di Bumi yang ukurannya sebesar ini adalah Pulau Besar Hawaii.[25] Walaupun
begitu, bukan berarti Venus secara vulkanik lebih aktif daripada Bumi; hal tersebut
disebabkan oleh kerak Venus yang lebih tua. Sebagai perbandingan, permukaan
Venus diperkirakan berusia 300–600 juta tahun,[23][25] sementara di Bumi, kerak
samudra terus menerus didaur ulang melalui proses subduksi di batas
antara lempeng tektonik, sehingga rata-rata usianya sekitar 100 juta
tahun.[31] Beberapa bukti menunjukkan berlangsungnya aktivitas vulkanik di Venus.
Selama berlangsungnya program Venera yang diluncurkan oleh Uni Soviet,
wahana Venera 11 dan Venera 12 menemukan petir, dan Venera 12
merekam guruh saat mendarat. Venus Express yang diluncurkan oleh European
Space Agency juga menemukan petir di atmosfer.[32] Walaupun petir di Bumi
disebabkan oleh hujan, tidak ada hujan di planet Venus (walaupun asam sulfat turun
dari atmosfer, dan kemudian menguap di ketinggian 25 km di atas permukaan).
Kemungkinan petir dihasilkan oleh abu dari letusan vulkanik. Bukti lain berasal dari
pengukuran kadar sulfur dioksida di atmosfer, yang berkurang sepuluh kali lipat
antara tahun 1978 hingga 1986. Hal ini menunjukkan bahwa kadar sulfur dioksida
awal didorong oleh letusan vulkanik yang besar.[33] Hampir seribu kawah tubrukan
tersebar secara merata di permukaan Venus. Di benda langit lain yang berkawah,
seperti Bumi dan Bulan, kawah-kawah tampak terdegradasi. Di Bulan, degradasi
disebabkan oleh tubrukan selanjutnya, sementara di Bumi proses tersebut didorong
oleh erosi angin dan hujan. Di Venus, 85% kawah masih berada dalam keadaan
yang belum terdegradasi. Jumlah kawah dan keadaannya yang belum terdegradasi
menunjukkan bahwa planet tersebut mengalami peristiwa pelapisan kembali secara
global sekitar 300–600 juta tahun yang lalu,[23][24] yang kemudian diikuti oleh
berkurangnya vulkanisme.[34] Sementara kerak Bumi terus menerus bergerak, kerak
Venus diduga tidak mampu menunjang proses tersebut. Tanpa keberadaan
tektonika lempeng yang dapat mengurangi suhu dari mantel, Venus mengalami
proses siklis yang menyebabkan meningkatnya suhu mantel hingga akhirnya
melemahkan kerak. Kemudian, selama sekitar 100 juta tahun, terjadi subduksi
dalam skala besar yang mendaur ulang kerak Venus.[25]
Diameter kawah-kawah di Venus bervariasi antara 3 km hingga 280 km. Tidak ada
kawah yang diameternya lebih kecil dari 3 km karena pengaruh atmosfer yang padat
terhadap benda asing yang memasuki Venus. Objek dengan energi kinetik yang
lebih kecil dari angka tertentu akan dilambatkan oleh atmosfer sehingga tidak
menghasilkan kawah tubrukan.[35] Objek dengan diameter yang lebih kecil dari 50
meter akan pecah dan terbakar di atmosfer sebelum mencapai permukaan. [36]
Struktur dalam[sunting | sunting sumber]
Tanpa data seismik atau data mengenai momen inersia, struktur dalam
dan geokimia Venus tidak banyak diketahui.[37] Kemiripan ukuran dan kepadatan
Venus dengan Bumi menunjukkan bahwa mungkin keduanya memiliki struktur
dalam yang mirip, yaitu terdiri dari inti, mantel, dan kerak. Seperti Bumi, inti Venus
cair sebagian karena kedua planet tersebut mendingin pada laju yang
sama.[38] Ukuran Venus yang sedikit lebih kecil menunjukkan bahwa tekanan bagian
dalam Venus jauh lebih rendah daripada di Bumi. Namun, perbedaan utama antara
kedua planet tersebut adalah ketiadaan tektonika lempeng di Venus, yang
kemungkinan disebabkan oleh kerak Venus yang terlalu kuat tanpa keberadaan air
yang dapat mengurangi viskositasnya. Akibatnya, jumlah panas yang berkurang di
Venus lebih rendah, sehingga menghambat pendinginan planet dan mungkin
menjelaskan mengapa Venus tidak memiliki medan magnet internal.[39] Venus
mungkin malah kehilangan panas internalnya dalam proses pelapisan kembali
secara periodik.[23]
Atmosfer dan iklim[sunting | sunting sumber]
Venus memiliki atmosfer yang sangat padat, yang terdiri dari 96,5% karbon
dioksida dan 3,5% nitrogen. Massa atmosfernya 93 kali lebih besar daripada
atmosfer Bumi, sementara tekanan di permukaan planet Venus 92 kali lebih besar
daripada di permukaan Bumi—tekanan yang kurang lebih sebanding dengan
samudra sedalam 1 kilometer di Bumi. Kepadatan di permukaan Venus tercatat
sebesar 65 kg/m³ atau 6,5% dari kepadatan air. Atmosfer yang kaya akan CO2 dan
awan sulfur dioksida yang tebal menghasilkan efek rumah kaca yang paling kuat
di Tata Surya, sehingga rata-rata suhu permukaan Venus 462 °C
(864 °F).[11][40] Akibatnya, permukaan Venus lebih panas daripada Merkurius, yang
memiliki suhu permukaan minimal −220 °C (−364,0 °F) dan suhu permukaan
maksimal 420 °C (788 °F),[41] walaupun Venus terletak lebih jauh dari Matahari dan
sebagai akibatnya hanya memperoleh 25% iradiansi yang diterima Merkurius.
Permukaan Venus sering kali digambarkan seperti neraka.[42] Suhu di Venus juga
lebih tinggi daripada suhu untuk melakukan sterilisasi.
Penelitian menunjukkan bahwa miliaran tahun yang lalu, atmosfer Venus lebih mirip
dengan atmosfer Bumi daripada atmosfer Venus sekarang, dan mungkin terdapat air
di permukaan. Namun, setelah periode selama 600 juta hingga beberapa miliar
tahun,[43] efek rumah kaca berkelanjutan disebabkan oleh penguapan air yang
menghasilkan gas rumah kaca di atmosfer.[44] Walaupun permukaan Venus tidak
dapat mendukung kehidupan seperti di Bumi, kemungkinan keberadaan relung yang
dapat dihuni di lapisan awal bawah dan tengah tidak dapat diabaikan. [45][46][47]
Inersia termal dan pemindahan panas oleh angin di atmosfer bawah menunjukkan
bahwa suhu permukaan Venus tidak banyak berbeda antara sisi terang dan gelap,
walaupun rotasi planet tersebut sangat lambat. Angin di permukaan lambat dengan
kecepatan beberapa kilometer per jam. Namun, akibat kepadatan atmosfer yang
tinggi di permukaan Venus, angin tersebut cukup signifikan dan mampu
memindahkan debu dan batuan kecil di permukaan. Selain itu, angin tersebut juga
dapat mempersulit pejalan kaki bahkan bila panas, tekanan, dan kurangnya oksigen
tidak menjadi masalah.[48]
Di atas lapisan CO2 terdapat awan tebal yang terdiri dari sulfur dioksida dan asam
sulfat.[49][50] Awal tersebut memantulkan dan menghamburkan sekitar 90% cahaya
matahari, sehingga menghambat pengamatan permukaan Venus. Akibat lapisan
awal permanen ini, walaupun jarak Venus lebih dekat dari Matahari daripada Bumi,
permukaan Venus tidak seterang Bumi. Angin sekencang 300 km/h (190 mph) di
atas awan mengitari Venus setiap empat hingga lima hari bumi. [51] Kecepatan angin
Venus 60 kali lebih cepat daripada rotasi Venus, sementara kecepatan angin
terkencang di Bumi hanya 10–20% dari kecepatan rotasi Bumi.[52]
Permukaan Venus bersifat isotermal; planet tersebut memiliki suhu yang konstan
tidak hanya antara siang dan malam, tetapi juga antara khatulistiwa dan kutub-
kutub.[2][53] Kemiringan sumbu venus yang kurang dari 3° juga meminimalisasi variasi
suhu musiman.[54] Satu-satunya variasi suhu yang cukup besar bergantung pada
ketinggian. Pada tahun 1995, wahana Magellan berhasil mengabadikan
citra substansi yang sangat reflektif di puncak gunung tertinggi yang mirip sekali
dengan salju di Bumi. Substansi ini kemungkinan terbentuk dari proses yang sama
dengan salju, meskipun pada suhu yang jauh lebih tinggi. Salju ini terlalu mudah
menguap di permukaan, sehingga naik ke ketinggian yang lebih dingin dalam bentuk
gas, dan kemudian mengalami presipitasi. Identitas substansi ini masih belum
diketahui secara pasti, namun terdapat berbagai spekulasi seperti tellurium dan
timbal sulfida (galena).[55]
Awan Venus mampu menghasilkan petir seperti awan di Bumi.[56] Keberadaan petir
telah menjadi kontroversi semenjak penemuan pertamanya oleh wahana Venera.
Pada tahun 2006-07, Venus Express berhasil menemukan gelombang elektron
elektromagnetik, yang merupakan tanda-tanda keberadan petir. Kemunculannya
yang berselang menunjukkan pola yang terkait dengan aktivitas cuaca.[56] Pada tahun
2007, wahana Venus Express menemukan vorteks atmosferik di kutub selatan
Venus.[57][58] Selain itu, pada tahun 2011, wahana ini juga berhasil menemukan
lapisan ozon di atmosfer atas Venus.[59]
Pada 29 Januari 2013, ilmuwan dari European Space Agency melaporkan
bahwa ionosfer di planet Venus tampak berekor seperti ion yang mengekor
dari komet.[60][61]
Komposisi atmosfer
Spektrum absorpsi campuran gas sederhana yang sesuai dengan atmosfer Bumi

Komposisi atmosfer Venus berdasarkan data HITRAN[62] created using Hitran on the Web system.[63]
Warna hijau – uap air, merah – karbon dioksida, WN – jumlah gelombang (warna lain memiliki makna yang
berbeda, panjang gelombang rendah di sebelah kanan, panjang gelombang tinggi di sebelah kiri).

Medan magnet dan inti[sunting | sunting sumber]


Pada tahun 1967, Venera 4 menemukan bahwa medan magnet lebih lemah
daripada Bumi. Medan magnet ini dihasilkan dari interaksi
antara ionosfer dengan angin matahari,[64][65] dan bukan dari dinamo di inti seperti di
Bumi. Magnetosfer Venus memberikan perlindungan dari radiasi kosmis yang tidak
signifikan. Radiasi tersebut mungkin menghasilkan petir dari awan ke awan.[66]
Ketiadaan medan magnet internal di Venus cukup mengejutkan karena Venus
sempat diduga memiliki dinamo sebagai akibat dari ukurannya yang tidak jauh
berbeda dari Bumi. Dinamo membutuhkan tiga hal: cairan yang konduktif, rotasi,
dan konveksi. Inti Venus diduga konduktif secara elektrik. Selain itu, walaupun
dianggap terlalu lambat, menurut simulasi rotasi Venus masih dapat menghasilkan
dinamo.[67][68] Maka ketiadaan dinamo di Venus disebabkan oleh ketiadaan konveksi di
inti Venus. Di Bumi, konveksi berlangsung di lapisan luar inti yang cair karena
bagian bawah jauh lebih panas daripada bagian luar. Di Venus, peristiwa pelapisan
kembali secara global mungkin telah menghentikan tektonika lempeng dan alhasil
mengurangi fluks panas di kerak. Akibatnya, suhu mantel meningkat, sehingga
mengurangi fluks panas dari inti. Maka tidak ada geodinamo internal yang mampu
menghasilkan medan magnet. Malahan, energi panas dari inti digunakan untuk
memanaskan kembali kerak.[69]
Kemungkinan lain adalah ketiadaan inti yang padat di Venus, [70] atau inti Venus saat
ini tidak mendingin, sehingga seluruh bagian yang cair ada pada suhu yang kurang
lebih sama. Mungkin juga inti Venus telah sepenuhnya memadat. Wujud inti Venus
sangat bergantung pada konsentrasi sulfur, yang saat ini masih belum diketahui.[69]
Akibat magnetosfer yang lemah, angin matahari berinteraksi langsung dengan
atmosfer luar Venus, yang menghasilkan ion hidrogen dan oksigen dengan
mendisosiasi molekul netral dari radiasi ultraviolet. Ener

Anda mungkin juga menyukai