Anda di halaman 1dari 14

“Jagung Sebagai Pengganti Nasi dan

Pengaruhnya Terhadap Ketahan Pangan ”

Kelompok 5

Ummi Cahaya (1206101030037)

Khalidatul Fitri (1206101030024)

Fahrizal Haris (1106101030049)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH 2014

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
Rahmat dan Karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah Ekonomi
Indonesia sebagai revisi makalah sebelumnya.

Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas kelompok V yang berjudul “Jagung
Sebagai Makanan Pengganti Nasi dan Perannya dalam Ketahanan Pangan”. Makalah ini
ditujukan sebagai penambah wawasan dan pengetahuan demi tercapainya tujuan
pemebelajaran baik untuk kami sendiri selaku kelompok penyusun maupun kepada teman –
teman lainnya.

Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah ini Bapak DR.
TM. Jamil TA, M.Si yang telah membimbing kami dalam sistematika pembuatan makalah ini
sehingga kami dapat merevisinya menjadi lebih baik. Dan terimakasih pula kami ucapkan
kepada Rita Hanafie, S. Widowati, H.S Hadibroto, Samuel A,M , dkk sebab dengan karya –
karya beliau dapat memudahkan kami dalam mencari materi sehingga kami dapat
mengumpulkannya menjadi sebuah makalah yang utuh.

Dalam penyusunannya, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu demi kesempurnaan makalah ini kami mengharapkan saran dan kritik dari
berbagai pihak. Semoga kedepannya kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

Banda Aceh, 06 November 2014

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................................... - 1 -
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... - 1 -
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................................. - 1 -
BAB II ................................................................................................................................................... - 3 -
A. Rumusan Masalah....................................................................................................................... - 3 -
B. Tujuan ......................................................................................................................................... - 3 -
BAB III .................................................................................................................................................. - 4 -
LANDASAN TEORI ................................................................................................................................ - 4 -
BAB IV.................................................................................................................................................. - 5 -
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... - 5 -
A. Upaya Penurunan Tingkat Konsumsi Beras ................................................................................ - 5 -
B. Jagung sebagai Alternatif Beras .................................................................................................. - 5 -
C. Peran Jagung Dalam Ketahanan Pangan Nasional...................................................................... - 7 -
BAB IV................................................................................................................................................ - 10 -
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... - 10 -
B. Saran ......................................................................................................................................... - 10 -
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... - 11 -
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat awam masih memandang pangan secara sempit, yaitu beras, tetapi
undang – undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan menyebutkan bahwa pangan mencakup
makanan dan minuman, hasil tanaman, ternak, dan ikan, baik dalam bentuk primer maupun
olahan. Ketersediaan, kecukupan, dan ketahanan pangan secara umum tidak hanya dapat
dilihat dari kualitasya, tetapi ukuran kalori dan protein mewakili kualitas pangan. Secara
makro, Indonesia tidak mengalami kekurangan kalori dan protein, karena tingkat ketersediaan
masih relatif lebih besar dibandingkan dengan tingkat kecukupan yang direkomendasikan.
(Rita Hanafie, 2010 hlm 278)

Kondisi demikian belum menjamin tingkat kecukupan ditingkat rumah tangga


ataupun individu. Kemampuan mengakses pangan secara layak dan secara universal telah
dideklarasikan sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia yang membawa konsekuensi bahwa
negara juga mempunyai tanggung jawab penuh untuk mencukupi kebutuhan pangan seluruh
penduduknya. Oleh karena itu, pembangunan pangan merupakan salah satu bagian penting
dari pembangunan nasional. (Rita Hanafie, 2010 hlm 279)

Pengertian sempit bahwa pangan adalah beras harus diubah dengan mendorong
masyarakat untuk menganekaragamkan konsumsi pangannya. Keanekaragaman konsumsi
pangan ini berhubungan erat dengan ketahanan pangan yang merupakan salah satu arah
kebijakan pembangunan pangan. (Rita Hanafie, 2010 hlm 279)

Menteri Perdagangan sebelumnya Wita Wirjawan, menghimbau masyarakat


Indonesia mengurangi konsumsi beras sebesar 40kg yang rata – rata mencapai 140kg
pertahun per individu. Alasan pemerintah karena tingginya konsumsi masyarakat
menyebabkan penyangga stok beras nasional berkurang sehingga langkah impor seringkali
menjadi opsi terakhir guna menghadapinya (Jakarta, Kompas.com 31/8/2012)

-1-
Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa jagung bisa menjadi alternatif dan juga merupakan
bagian dari panganan pokok yang memiliki karbohidrat yang cukup potensial untuk
dikonsumsi guna mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras.

-2-
BAB II
A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang menyatakan bahwa pemahaman masyarakat


masih menganggap panganan pokok hanyalah beras, maka harus ada penindak lanjutan agar
panganan alternatif dapat digalakkan.

Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas antara lain:

1. Bagaimana mengupayakan penurunan tingkat konsumsi beras?


2. Mengapa jagung dapat menjadi makanan pengganti beras?
3. Bagaimana peran jagung dalam ketahanan pangan nasional?

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kemampuan jagung
sebagai alternatif pengganti beras.

-3-
BAB III

LANDASAN TEORI

Pangan merupakan istilah yang sangat penting bagi pertanian, karena secara hakiki
pangan merupakan salah satu kebutuhan paling dasar dalam pemenuhan aspirasi humanistik.
Masalah konsumsi pangan dan pemenuhannya akan tetap merupakan agenda penting dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia. Krisis penyediaan pangan akan menjadi masalah yang
sangat sensitif dalam dinamika kehidupan sosial politik.

FAO(1997) mendefenisikan ketahanan pangan sebagai situasi dimana semua rumah


tangga mempunyai akses baik secara fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi
seluruh anggota keluarganya dan rumah tangga tidak beresiko untuk mengalami kehilangan
kedua akses tersebut. Dalam pasal 1 ayat 17 UU pangan (UU No.7/1996) mendefinisikan
ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, merata, dan terjangkau. Sementara
definisi ketahanan pangan yang secara resmi disepakati oleh para pimpinan negara anggota
PBB-termasuk Indonesia- pada World Food Conference Human Right 1993 dan World Food
Summit 1996 adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan gizi setiap individu dalam jumlah dan
mutu agar dapat hidup aktif dan sehat secara berkesinambungan sesuai budaya setempat.

Organisasi Pertanian dan Pangan PBB (FAO) mendefinisikan ketahanan pangan


sebagai sebuah kondisi di mana masyarakat dapat memperoleh pangan yang aman dan bergizi
untuk dapat hidup secara sehat dan aktif. US Government menambahkan bahwa ketahanan
pangan memiliki 3 dimensi, antara lain :

1. ketersediaan kuantitas pangan dengan kualitas yang memadai, yang disuplay melalui
produksi dalam negeri atau impor.
2. Keterjangkauan rumah tangga dan individu untuk memperoleh makanan bergizi.
3. Konsumsi gizi optimal dari pangan, air bersih, sanitasi, dan perawatan kesehatan.

Dari teori diatas, ketahanan pangan hanya akan dicapai apabila tersedianya pangan
yang cukup dengan kualitas gizi yang baik dan beraneka ragam. Namun jika masyarakat
menganggap beras adalah satu - satunya makanan pokok hanya akan menyebabkan sulitnya
pencapaian ketahanan pangan. Oleh karena itu, peran beras dapat digantikan dengan jagung.

-4-
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Upaya Penurunan Tingkat Konsumsi Beras

Berdasarkan sensus ekonomi nasional yang dilakukan BPS (Badan Pusat Statistik)
dilaporkan, sepanjang tahun 2010 konsumsi beras perkapita turun sebesar 1,4% dibanding
tahun 2009. Pengurangan ini diprediksi sebagai akibat dari harga beras yang semakin mahal
sehingga masyarakat yang berpenghasilan rendah semakin sadar untuk mengurangi konsumsi
beras, dan beralih mengkonsumsi pangan nonberas.
Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan efisiensi penggunaan beras. Yaitu
dengan cara mengkonsumsi nasi tanpa bersisa / berlebihan. Kemudian pada saat menanak
nasi diusahakan tidak berlebihan untuk dimakan sekeluarga. Bagi kelompok masyarakat yang
merasa mampu, umumnya tidak perduli memasak nasi berlebih sehingga terbuang sehingga
tidak habis dimakan sekeluarga. Karena mereka merasa mampu, maka hal tersebut dianggap
tidak merugikan ekonomi keluarganya. Dengan demikian disatu sisi ada masyarakat yang
berkelebihan mengkonsumsi beras, dipihak lain banyak masyarakat lain tidak mampu
mengkonsumsi beras. Dalam hal ini dibutuhkan sosialisasi dan kesadaran masyarakat.
Selain itu, perlunya diadakan kegiatan promosi pengembangan pangan lokal melalui
program penganekaragaman konsumsi yaitu dengan memasyarakatkan tentang pentingnya
mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman. Sehingga masyarakat
akan mengurangi beras per harinya dan melakukan penyelingan pangan.
Forum kerja penganekaragaman (2003) dan Monek (2007) menyatakan hambatan
dalam penganekaragaman pangan diantaranya dikarenakan:
a. Tingkat pengrtahuan masyarakat Indonesia terutama kelas menengah kebawah relatif
rendah
b. Budaya makan adalah kebiasaan yang sulit diubah
c. Beras diposisikan sebagai makanan unggulan
d. Inovasi dalam bidang aneka pangan relatif terlambat

B. Jagung sebagai Alternatif Beras

-5-
Jagung (Zea Mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain
gandum dan padi. Jagung dapat berfungsi menggantikan beras bila dinilai dari kandungan
nilai gizinya. Kandungan energi antar beras dan jagung relatif sama dalam setiap
kilogramnya, bahkan protein jagung 82,8 gram lebih tinggi dari pada beras yang hanya 68
gram. (Departemen Kesehatan 1990 dalam Ariani dan Pasandaran, 2005). Kandungan
karbohidrat pada jagung dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat
dalam bentuk pati umumnya dapat berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung
ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak
banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai
bahan pangan.

Di luar negeri, pemanfaatan jagung amat beraneka macam, antara lain dibuat makanan
kalengan (canning), bahan baku pembuatan sirup, roti (kue) dan lain lain. Dibidang Industri
makanan ternak jagung merupakan bahan pencampur penting sumber karbohidrat dan nutrisi
lain. Dalam industri makanan skala besar, jagung diolah menjadi produk pati dan minyak
jagung (maizena).

Di Indonesia jagung dibudidayakan untuk pemenuhan bahan pangan dan non pangan.
Produk olahan jagung yang mulai diperdagangkan antara lain adalah berondong jagung,
keripik jagung, dan emping jagung. Namun belum merata di edarkan di berbagai pelosok
negeri sehingga banyak masyarakat pada lokasi tertentu tidak hanya menganggap jagung
sebagai makanan pendamping biasa.

Biji jagung tua dapat diolah menjadi pati, tepung jagung, makanan kecil (snack),
popcorn, jenang dan lepat jagung, serta aneka pangan lainnya yang bisa dijadikan makanan
untuk sarapan. Sementara biji jagung yang telah kering biasanya diolah menjadi jagung
pilihan, beras jagung, ataupun jagung giling.

Tongkol jagung muda dan biji jagung merupakan sumber karbohidrat potensial untuk
dijadikan bahan pangan, sayuran, dan bahan baku berbagai industri makanan. Kandungan
kimia jagung terdiri atas air 13,5% , protein 10,0% , lemak 4,0% , karbohidrat 61,0% , gula
1,4% , pentosan 6,0 %, serat kasar 2,3% , abu 1,4 % , dan zat – zat lain 0,4%

Jagung merupakan salah satu sumber hidrat arang dapat dijadikan makanan pengganti
nasi. Bahakan di beberapa daerah jagung dapat digunakan sebagai bahan pokok makanan

-6-
sehari – hari. Jagung dapat diolah menjadi beberapa variasi makanan sebagaimana yang telah
disebutkan diatas.

Jagung yang dikonsumsi sebagai makanan pokok biasanya jagung putih ataupun
kuning, tetapi bukan jagung manis. Jagung yang telah tua dan kering, setelah ditumbuk kasar
dibuat nasi jagung, yang masih agak muda dan segar dapat direbus atau dibakar. Nasi bisa
dibuat dari beras jagung atau tepung jagung kasar.

Jagung saat ini sering dikonsumsi sebagian masyarakat Indonesia sebagai pengganti
nasi, dalam berpartisipasi untuk pelaksanaan diversifikasi pangan yang dicanangkan oleh
pemerintah dan lembaga – lembaga yang terkait. Itulah sebabnya mengapa akhir – akhir ini
banyak petani yang menanam jagung sebagai alternatif pengganti makanan pokok berupa
nasi yang sering dikonsumsi oleh orang Indonesia. (Rahmat Rukmana, 2012 hlm 17 – 18)

Budidaya tanaman jagung tidaklah sulit dan tidak membutuhkan perlakuan ekstra
seperti yang dilakukan pada budidaya tanaman padi. Mengetahui jenis – jenis karbohidrat
dapat membantu kesehatan. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa menu makanan
yang kaya serat dan karbohidrat kompleks seperti jagung bisa mengurangi resiko kanker,
berkurangnya risiko penyakit jantung, berkurangnya risiko diabetes, berkurangnya risiko
kelainan pencernaan, serta meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Kelebihan lain dari
jagung adalah kandungan pro vitamin A yang tinggi dalam bentuk pigmen. Oleh para ahli,
jagung memiliki kandungan nutrisi tinggi yang bermanfaat bagi tubuh. Jagung kaya akan
vitamin B1 yang bermanfaat untuk penyerapan karbohidrat dalam tubuh dan vitamin B5 yang
membantu normalnya fungsi – fungsi fisiologis, dan vitamin C yang membantu melawan
penyakit. Kandungan folatnya juga dinilai dapat membentu menghasilkan sel – sel baru
dalam tubuh. Selain itu kolesterol dapat dihilangkan dengan pernannya menyerap kolesterol
jahat.

Sesungguhnya tingkat kompleksitas gizinya justru melebihi beras. Hal inilah yang
belum disadari oleh berbagai lapisan masyarakat dengan anggapan – anggapan bahwa beras
jagung hanya diperuntukkan bagi masyarakat menengah kebawah saja.

C. Peran Jagung Dalam Ketahanan Pangan Nasional

-7-
Terkait dengan pangan, sebenarnya berbagai kebijakan dan program telah ditempuh
pemerintah untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan. Beberapa kebijakan
pemerintah sebagai berikut:

1. Inpres No. 20 tahun 1979 tentang perbaikan menu makanan rakyat


2. GBHN 1988, tentang peningkatan produksi pangan baik beras maupun bukan beras
untuk memantapkan swasembada pangan. Disamping itu ditujutkan untuk
memperbaiki mutu gizi, antara lain melalui penganekaragaman jenis serta
peningkatan serta peningkatan penyediaan protein nabati dan hewani dengan tetap
memperhatikan pola konsumsi pangan masyarakat setempat
3. UU No.7 Tahun 1996 tentang pangan yang mendefenisikan ketahanan pangan sebagai
suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi rumahtangga yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
4. PP 68/2002 tentang ketahanan pangan pasal 9 yang menyatakan tentang
penganekaragaman pangan dilakukan antara lain dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk mengkonsumsi aneka ragam pangan dengan prinsip gizi seimbang.
5. Peraturan Presiden No 22 tahun 2009 tentang kebijakan percepatan penganekargaman
konsumsi pangan berbasis SD lokal

Beberapa kebijakan diatas ternyata belum memberikan hasil optimal dalam rangka
penganekaragaman konsumsi pangan. Sampai saat ini Indonesia masih menghadapi masalah
kualitas konsumsi pangan yang ditunjukkan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) dan
rapuhnya ketahanan pangan yang belum mencapai harapan

Saat ini masyarakat diharapkan dapat mengurangi ketergantungannya pada bahan


pangan beras dan tepung. Apalagi sebagian besar masyarakat masih beranggapan bahwa
belum dikatakan makan jika belum makan nasi. Kita punya banyak sekali sumber karbohidrat
non beras dan yang menjadi fokus contoh disini adalah jagung.

Namun tantangan sosialisasi bahan pangan yang satu ini agaknya lebih pada status
sosialnya. Kita perlu melakukan upaya besar agar status sosial bahan pangan lokal nonberas
ini naik setara beras bila kita ingin tidak terlalu bergantung kepada beras. Kita harus secara
terus - menerus mempromosikan bahan pangan nonberas. Karena mau tak mau kita harus
mulai mengkonsumsinya sebagai pengganti nasi, meskipun hanya sebagai pengganti nasi
sesekali. Maksudnya, dengan mengkonsumsinya sebagai selingan akan mengurangi tingkat
konsumsi beras setiap individu perhari. Hal ini akan memajukan ketahanan pangan nasional

-8-
dengan catatan, antara petani jagung dan pemerintah kembali menggalakkan baik kinerja
(mengingat pengelolaannya tidak sesulit padi) maupun promosi kepada masyarakat untuk
mengkonsumsi jagung dan olahannya agar tidak mengalami kekurangan beras yang membuat
Indonesia terpaksa mengimpor beras dari negara lain. Seharusnya masyarakat menyadari
bahwa tingkat konsumsi beras yang tinggi akan mengakibatkan lemahnya ketahanan pangan
nasional.

-9-
BAB IV
A. Kesimpulan

Sebagai upaya tingkat penurunan beras, hal yang sangat penting dilakukan adalah
meningkatkan efisiensi penggunaan beras dimana setiap lapisan masyarakat tidak menyia –
nyiakan alias tidak membiar kan nasi terbuang sia – sia hanya karena anggapan kemampuan
finansial.

Meski demikian, tetap harus dicarikan solusi agar masyarakat tidak lagi menganggap
nasi sebagai satu – satunya makanan pokok dengan mensosialisasikan dan mempromosikan
jagung yang mampu diolah menjadi berbagai panganan enak serta perlunya diadakan
penyuluhan terhadap pengembangan pangan lokal tentang pentingnya mengkonsumsi
makanan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman.

Diperlukan pula informasi – informasi yang meningkatkan citra jagung bahwa


keberadaannya justru lebih kaya gizi dan kompleks daripada beras. Sehingga masyarakat
tidak lagi memandangnya sebelah mata. Ianya dapat mengurangi berbagai resiko penyakit
dan dapat dijadikan solusi yang menyehatkan.

Selain itu pertimbangan akan pembudidayaan tanaman jagung yang tidak sulit dan
tidak memerlukan budidaya ekstra sebagaimana padi bisa menjadi pertimbangan petani dan
pemerintah yang dapat menggalakkan permintaan akan jagung tersebut.

B. Saran

Kita harus secara terus – menerus mempromosikan bahan pangan non beras guna
mengurangi konsumsi masyarakat yang ketergantungan terhadap nasi. Meskipun tidak
dijadikan sebagai makanan sehari – hari, dengan mengurangi konsumsi beras dan
menempatkan jagung sebagai makanan selingan beberapa kali dalam seminggu tentu sudah
sangat membantu mengurangi permintaan berlebih terhadap beras setiap orang per hari.
Kemudian, sangat diharapkan adanya kolaborasi yang baik antara kebijakan pemerintah dan
kemampuan para tani, jika hal itu tercapai tentunya sangat memungkinkan tercapainya
ketahanan pangan nasional.

- 10 -
DAFTAR ISI

Dimasyq, Ozal. 2005. Profil 60 Tahun Pembangunan Ketahanan Pangan Indonesia. Badan
Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian Republik Indonesia: PT Visi Karaya Persada

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Andi

Kompas.Com ed: 25 November 2013. Mengganti Beras adalah Keharusan (Online). http://
Kompasiana.com 2013/11/22/ Mengganti–Beras–Adalah–Keharusan-612054 pada: 2014 no

Rukmana, Rahmat. 2012. Seri Budi Daya Usaha Tani Jagung. Yogyakarta: Kanisius

The World Bank. Laporan Pembangunan Dunia 2008: Pertanian untuk Pembangunan.
Jakarta: Salemba Empat

Yusuf, dkk.2013. Seminar Nasional Serealia: Jagung Makanan Produk untuk Mendukung
Ketahaanan (online) http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/ind.image/stories/6fs13.pdf
.Pada: November 2014.

Mendag Imbau kurangi Konsumsi Beras. 2012 http://


bisniskeuangan.kompas.com/red/2012/08/31/1841375 daikses pada: November 2014.

- 11 -

Anda mungkin juga menyukai