Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT,karena atas limpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat membuat makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.Dalam
makalah ini penulis membhas mengenai “MENGENAL SEJARAH MATEMATIKA PADA ZAMAN
MESOPOTAMIA SERTA KONSTRIBUSI KARYANYA’’. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan oleh dosen pengampuh.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Babionia adalah wilayah budaya kuno di pusat selatan Mesopotamia (sekarang Irak) dengan Babel
sebagai ibu kotanya.Pendiri sekaligus raja pertama dari Babikonia adalah seorang kepala suku Amorite
beranama Sumuabum yang mendeklrasi kemerdekaan Babilonia dari Negara tetangganya Kazallu pada
tahun 1894 sebelum masehi. Babilonia muncul sebagai bangsa yang kuat saat Raja Hammurabi dari suku
Amorite menciptakan sebuah kerajaan kecil diluar teritori wilayah Kekaisaran Akkadia.

Bangsa Babilonia mengadopsi bahasa Semitik Akkadia sebagai bahasa resmi dan bahasa Sumaria sebagai
bahasa yang dipakai untuk keperluan keaagamaan yang saat itu tidak lagi digunakan sebagai bahasa
lisan. Tradisi Akkadia dan Sumeria memainkan peran utama dalam perkembangan kebudayaan Babilonia
dan bahkan hal ini menjadikan beberapa daerah di negara tersebut menjadi pusat kebudayaan hingga ke
luar daerah Babilonia sendiri pada zaman perunggu dan awal zaman besi. Babilonia sebagai Negara
merdeka, sebenarnya bukan didirikan hingga menjadi terkenal oleh orang asli dari suku Amorite,
sebagian besar sejarahnya Babilonia berada dibawah pemerintahan orang-orang Mesopotamia, Assyiria
dan bahkan bangsa asing seperti Kassite, Elam, Het, Aram, Kasdim, Persia, Yunani dan Partia.

Babilonia pertama kali disebutkan dalam sebuah tulisan kuno dari masa pemerintahan Sargon dari
Akkadia yang tertanggal tahun 23 sebelum masehi.Diperkirakan sekitar seratus tahun setelah jatuhnya
Kekaisaran “Ur-III” dari Sumaria di tangan bangsa Elam, suku Amorite mendapatkan kendali kekuasaan
untuk hampir seluruh wilayah Mesopotamia dan merebut tahta Assyiria, Mari, Eshnunna Ur, Isin, Larsa
dan kerajaan kecil lain di Mesopotamia.

Selama abad ke-3 sebelum masehi, ada banyak simbiosis pengembangan budaya antara bangsa Sumeria
dan bangsa Akkadia di seluruh Mesopotamia termasuk penggunaan dua bahasa atau bilingualism yang
menyebar luas di seluruh daerah. Pengaruh Sumaria terhadap Akkadia dan sebaliknya meliputi berbagai
pengkonversian dalam hal leksikal, sintaksis, morfologi dan fonologis bahasa, hal inilah yang mendasari
para ahli disana untuk merujuk pada Sumaria dan Akkadia yang mereka sebut sebagai Sprachbund.

Bahasa Akkadia secara bertahap menggantikan bahasa Sumaria sebagai bahasa resmi di Mesopotamia.,
tetapi bahasa Sumaria masih digunakan untuk hal-hal tertentu seperti upacara keagamaan, sastra dan
bahasa ilmiah sampai abad ke-1 masehi. Kebudayaan Mesopotamia selama zaman perunggu hingga awal
zaman besi sering disebut sebagai budaya “Assyro-Babilonia” karena kedekatan yang saling bergantung
di pusat daerah politik dua bangsa tersebut. Seiring berjalannya waktu, nama Babilonia kini digantikan
menjadi Sumaria.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut ?

1. Bagaimana perkembangan sejarah matematika babilonia/ mesopotamia ?

2. Siapakah tokoh-tokoh matematika bangsa babilonia/mesopotamia?

C. Tujuan

Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perkembangan sejarah matematika babilonia/mesopotamia.

2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh matematika bangsa babilonia/mesopotamia.

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Matematika di Mesopotamia

Mesopotamia dikenal sebagai salah satu peradaban tertua di dunia. Berdasarkan letak geografisnya,
Mesopotamia yang kini menjadi Republik Irak terletak di Asia Barat. Secara etimologis, kata
Mesopotamia berasal dari bahasa Yunani yaitu meso yang berarti pertengahan dan potamia yang berarti
sungai. Jadi Mesopotamia berarti daerah yang terletak diantara sungai-sungai. Arti kata Mesopotamia,
bersesuaian dengan letak negara ini yang berada di lembah sungai Eufrat dan sungai Tigris. Hulu sungai
ini bersumber di pegunungan yang terletak di Armenia dan bermuara di Teluk Persia.

Peradaban bangsa Mesopotamia telah memperlihatkan keunggulan dibidang ilmu pengetahuan, salah
satunya dalam bidang matematika. Beberapa dokumen yang ditemukan menunjukkan matematika telah
digunakan pada saat itu. Menurut Berggren, penemuan matematika pada jaman Mesopotamia
didasarkan pada dokumen-dokumen berupa artefak (perkakas hasil peradaban kuno). Artefak
matematika yang ditemukan menujukkan bahwa bangsa Mesopotamia telah memiliki pengetahuan
matematika yang luar biasa, meskipun matematika yang mereka miliki belum disusun secara deduktif
seperti sekarang ini .
Bangsa-bangsa yang menetap di Mesopotamia, antara lain bangsa Sumeria, Akkadia, Babilonia, Assyria
dan Persia. Menurut catatan sejarah, bangsa Sumeria merupakan bangsa yang pertama kali menempati
Mesopotamia. Bangsa Sumeria diperkirakan telah mengembangkan tulisan pada tahun 4000-2000 SM .

Orang-orang Sumeria asli adalah penemu tulisan pertama kali. Tulisan yang mereka ciptakan bukan
berasal dari masyarakat pra-peradaban atau terilhami dari masyarakat yang sudah ada sebelumnya.

Penemuan tulisan bangsa Sumeria merupakan suatu karya agung,sehingga dapat memenuhi seluruh
kebutuhan masyarakat . Bangsa Sumeria menggunakan simbol yang dituliskan pada kepingan tanah liat
untuk mencatat kata-kata dan bilangan.

Tulisan yang paling awal dikenal dalam bentuk pahat (inscription), yang diukir pada kepingan tanah liat
yang masih basah kemudian dikeringkan. Kepingan tanah liat ini berbentuk pictographic, yakni teknik
penulisan dengan menggunakan gambar sebagai pengganti lambang huruf yang berbentuk gambar
orang, benda, peristiwa dan tindakan .

Sistem penulisan tersebut disebut juga dengan nama cuneiform, yang berasal dari bahasa Latin dari kata
cuneus yang berarti bajiataupakudan kata forma yang berarti bentuk .Sehingga cuneiform merupakan
tulisan kuno yang menggunakan huruf paku. Untuk menuliskan karakterkarakter berbentuk piktograf,
bangsa Sumeria menggunakan stylus pada lempengan tanah liat. Lempengan tanah liat ini kemudian
diperkeras dengan cara dibakar atau dijemur dibawah sinar matahari.Bentuk tulisan bangsa Sumeria
(cuneiform)

Tulisan ini diciptakan oleh bangsa Sumeria para tahun 3200 SM, kira-kira sejaman dengan dengan
hieroglyph yang merupakan hasil kebudayaan masyarakat Mesir kuno. Tulisan ini hanya digunakan oleh
orang-orang tertentu, karena membaca dan menulis tulisan Sumeria tidaklah mudah. Susunan
alfabetnya terdiri dari 550 karakter. Untuk dapat menulis dan memahami cuneiform, bangsa Sumeria
harus mengenyam pendidikan beberapa tahun untuk mendapatkan kemahiran. Meskipun agak sulit,
namun cuneiform digunakan secara luas di Timur Tengah selama ratusan tahun.

Selain penemuan tulisan, bangsa Sumeria juga telah mengenal sistem bilangan. Sistem bilangan bangsa
Sumeria menggunakan sistem basis 60 atau sistem sexadesimal . Penggunaan sistem sexadesimal masih
kita rasakan hingga sekarang dalam kehidupan sehari-hari, misalnya 1 jam terdiri dari 60 menit, 1 menit
terdiri dari 60 detik, dan besar satu putaran lingkaran adalah 360 (60 x 6) derajat.

Sistem sexadesimal juga digunakan dalam pecahan . Misalnya dan dinyatakan dengan 30 dan 20.
Tentunya kita harus mengingat bahwa setiap bilangan berpenyebut 60. Penemuan sistem bilangan ini
juga banyak membantu para astronom pada waktu itu untuk melakukan perhitungan berkaitan dengan
ilmu-ilmu perbintangan.

Peradaban masa Akkadia kurang berkembang dibandingkan dengan bangsa Sumeria. Dilihat dari
peradaban yang mereka dirikan, bangsa Akkadia hanya mengadopsi dari peradaban yang pernah ada.
Termasuk dalam hal tulisan dan agama, bangsa Akkadia mengambil alih dari peradaban bangsa
Sumeria.Akan tetapi sejak tahun 1792-1750 SM, baik wilayah Sumeria maupun Akkadia runtuh dengan
datangnya orang-orang Amoriah dibawah kepemimpinan Hammurabi. Hammurabi dikenal sebagai
penguasa Babilonia dan penguasa dunia terbesar sepanjang sejarah kuno. Melaui peperangan, Ia
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Setelah berhasil menyatukan seluruh wilayah bekas
kekuasaan Sumeria-Akkadia, Ia menamakan negeri ini Babilonia .

Dalam perjalanannya, kerajaan Hammurabi terancam oleh orang-orang pegunungan di Gutium. Usaha
Hammurabi untuk mencegah dan melawan pasukan Gutium tidak membuahkan hasil. Sehingga setelah
kematian Hammurabi, sejarah peradaban bangsa Babilonia tidak lagi dikenal orang. Suku-suku kecil
kemudian menguasai wilayah ini secara bergantian, sampai pada akhirnya seluruh wilayah ini ditaklukkan
oleh bangsa Assyiria.

Peradaban Assyiria banyak mengadopsi dari peradaban Babilonia. Dengan mengambil peradaban
bangsa lain, Assyria mengembangkan peradabannya hingga ke seluruh penjuru dunia. Peradaban ini
memberikan sumbangsih dalam bidang ilmu pengetahuan. Sebagian rajaraja Assyria merupakan kaum
terpelajar dan sangat mencintai kepustakaan. Pada masa kepemimpinan raja Ashurbanipal, ia
mendirikan sebuah perpustakaan yang berisi buku-buku yang luar biasa. Perpustakaan ini dianggap
sebagai perpustakaan tertua di dunia. Selain perpustakaan, bangsa Assyria juga memberikan warisan
pada bidang penulisan. Berbeda dengan versi penulisan bangsa Sumeria dan Akkadia yang menuangkan
tulisan di lempengan tanah liat, bangsa Assyria telah menulis di atas daun lontar.

Pada tahun 626 SM, setelah kekuasaan Assyria mengalami kehancuran dengan meninggalnya raja
Asshurbanipal, bangsa Babilonia bangkit kembali di bawah kekuasaan dinasti Chaldean dan membentuk
peradaban Babilonia baru. Sejarah peradaban dunia mencatat, bahwa bangsa Babilonia memberikan
peranan yang besar dalam berbagai bidang. Dalam bidang ilmu pengetahuan, bangsa Babilonia telah
mencapai kemajuan, salah satunya dalam bidang matematika. Bangsa Babilonia dianggap sebagai bangsa
yang memiliki pengetahuan matematika tertinggi. Sehingga perkembangan matematika di Mesopotamia
lebih dikenal dengan “Matematika Babilonia” karena kawasan Babilonia menjadi peran utama sebagai
tempat untuk belajar. Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh
bangsa Mesopotamia sejak kepemimpinan bangsa Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik .

Peradaban bangsa Babilonia di Mesopotamia menggantikan peradaban bangsa Sumeria dan Akkadia.
Dalam bentuk bilangan yang digunakan, bangsa Babilonia mewarisi ide dari bangsa Sumeria, yaitu
menggunakan sistem numerasi sexadesimal yang dicampur dengan basis 10 dan sudah mengenal nilai
tempat. Basis 10 digunakan karena bilangan 1 sampai 59 dibentuk dari simbol “satuan” dan simbol
“puluhan” yang ditempatkan menjadi satu kesatuan. Sistem bilangan ini mulai digunakan sekitar tahun
2000 SM. Namun kelemahan sistem bilangan Babilonia belum mengenal lambang nol.Baru beberapa
abad kemudian, kirakira pada tahun 200 SM, bangsa Babilonia telah melambangkan nol yang ditandai
dengan spasi. Berikut ini adalah 59 simbol bilangan bangsa Babilonia.Simbol Bilangan Bangsa Babilonia

Peneliti matematika Babilonia, Otto Neugebauer menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa matematika
Babilonia telah mencapai tingkat yang tinggi. Bangsa Babilonia telah mengembangkan aljabar.
Matematika yang mereka kembangkan sudah maju karena dapat menyelesaikan persamaan kuadrat,
persamaan pangkat tiga dan empat. Dan sudah mengenal hubungan sisi-sisi segitiga siku-siku sejak
permulaan tahun 1900 SM .

Bangsa Babilonia memiliki pengetahuan mengenai tabel perkalian dan pembagian. Pengetahuan
matematika Babilonia diperoleh dari ditemukannya kurang lebih ada 400 lempengan tanah liat yang
digali sejak tahun 1850-an. Lempengan tanah liat ini ditulis ketika tanah liat masih basah, kemudian
dibakar dalam tungku atau dijemur dibawah sinar matahari. Beberapa naskah kuno yang berkaitan
dengan pengetahuan matematika telah ditemukan di Yale, Columbia, dan Paris yang berasal dari jaman
Babilonia. Di universitas Columbia, terdapat katalog hasil olahan naskah-naskah kuno Mesopotamia yang
ditulis oleh G. A. Plimpton yang berisi masalah matematika. Katalog ini bernomor 322 sehingga dikenal
sebagai Plimpton 322.

Naskah tersebut berisi tabel matematika dari jaman antara tahun 1900-1600 SM. Naskah plimpton 322
berbentuk tabel yang terdiri atas empat kolom dan lima belas baris berisi bilangan yang bersesuaian
membentuk bilangan triple pythagoras. Sebagian besar lempengan tanah liat juga berisi mengenai topik-
topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, perhitungan bilangan regular, invers perkalian, dan
bilangan prima kembar .

Dari penemuan lempeng dari tanah liat tersebut menunjukkan bahwa pada zaman itu bangsa Babilonia
sudah menggunakan aljabar, namun hanya sebatas pada tahap teoritis. Kemudian dari sinilah yang
mendasari perkembangan aljabar selanjutnya. Dalam menyelesaikan aljabar, bangsa Babilonia
menggunakan teknik penyelesaian masalah menggunakan idegeometri. Ide geometri ini merupakan
proses penyelesaian masalah dengan manipulasi data yang sesungguhnya berdasarkan aturan yang telah
ditetapkan . Berdasarkan penemuan beberapa naskah matematika di Babilonia tersebut, selanjutnya
menginspirasi ilmuwan muslim untuk mengembangkan matematika selanjutnya. Seperti Tsabit bin
Qurrah, yang dikenal sebagai ahli geometri terbesar pada masa itu. Beliau lahir di Haran, Mesopotamia
pada tahun 833 M .

Tsabit menerjemahkan karya orisinil Archimedes yang diterjemahkan dalam bentuk manuskrip
berbahasa Arab. Terjemahan karya Tsabit ditemukan di Kairo dan kemudian disebarkan pada masyarakat
barat. Pada tahun 1929 buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman.

Selain Archimedes, ada pula karya Euclides yang diterjemahkan oleh Tsabit, yaituOn the Promises of
Euclid; on the proposition of Euclid, dan sebuah buku tentang dalil dan pertanyaan yang muncul jika dua
garis lurus dipotong oleh satu garis. Ada pula buku Element karya Euclid yang merupakan titik awal dari
berkembangnya studi geometri diantara para ilmuwan muslim setelah diterjemahkan oleh Tsabit .

Dengan metode geometri, ia mampu memecahkan soal khusus persamaan pangkat tiga. Persamaan-
persamaan geometri yang dikembangkan oleh Tsabit mendapatkan perhatian besar dikalangan ilmuwan
muslim. Para ahli matematika menganggap penyelesaian yang dibuat Tsabit tergolong kreatif, karena
buku-buku yang diterjemahkannya dapat ia kuasai sepenuhnya, dan dikembangkan olehnya .
Dalam waktu yang relatif singkat, metode yang dikembangkan oleh orang Babilonia kemudian sampai
ketangan orang-orang Yunani. Aspek dari matematika Babilonia yang telah sampai ke Yunani telah
meningkatkan kualitas kerja matematika dengan tidak hanya percaya pada bentuk-bentuk fisiknya saja,
melainkan diperkuat dengan bukti-bukti matematika.yang lebih besar, seperti di dalam system desimal.
Bagaimanapun, mereka kekurangan kesetaraan koma desimal, sehingga nilai tempat suatu simbol
seringkali harus dikira-kira berdasarkan konteksnya.

B. Tokoh-tokoh Matematika Bangsa Babilonia

1. Raja Sargon adalah Pemimpin bangsa Akkadia. Dari segi kebudayaan bangsa Akkadia meniru
kebudayaan bangsa Sumeria yang sudah maju sehingga berkembanglah budaya baru yang disebut
budaya Sumer Akkad (akulturasi). Pada masa ini ditemukan alat hitung “sempoa”.

Hasil gambar untuk foto raja sargon

2. Raja Hammurabi adalah Raja Babilonia yang terbesar (1948-1905 SM). Raja Hammurabi terkenal
sebagai pembuat Undang-undang.

Hasil gambar untuk foto raja hammurabi

3. Diophantus (250-200 SM) Ia merupakan “Bapak Aljabar” bagi Babilonia yang mengembangkan
konsep-konsep Aljabar Babilonia. Seorang matematikawan Yunani yang bermukim di Iskandaria. Karya
besar Diophantus berupa buku aritmatika, buku karangan pertama tentang System Aljabar. Bagian yang
terpelihara dari aritmatika Diophantus berisi pemecahan.

Hasil gambar untuk foto raja diophantus

4. 130 soal yang menghasilkan persamaan-persamaan tingkat pertama.Para Ilmuan Babel


menemukan penentuan nilai akar kuadrat, bahkan telah mendemonstrasikan Teori Pythagoras, jauh
sebelum Pythagoras sendiri muncul dengan teorinya dan hal ini dibuktikan oleh Dennis Ramsey yang
menerjemahkan sebuah catatan kuno yang berasal dari tahun 1900 sebelum masehi.

5. Otto Neugebauer dan F.Thureau-Dangin banyak menemukan pengetahuan tentang isi dari tablet-
tablet matematika ini tidak lebih tua 1935. Karena kerja penafsiran tablet-tablet ini masih berlangsung,
penemuan yang baru dan sama menariknya sangat mungkin terjadi dalam waktu dekat.

6. Grotefend mencoba untuk memecahkan teka-teki, kemudian pada tahun 1347 Rawlinson
menyempurnakan hasil dari Grotefend. Tablet-tablet itu ternyata mengenai semua tahap dan
kepentingan-kepentingan dari kehidupan jamannya dan meliputi banyak jaman dari sejarah Babilonia.
PENUTUP

A. Kesimpulan :

1. Kerajaan Babilonia didirikan oleh bangsa Amorit yang disebut juga Babilonia. Kata Babilonia berasal
dari kata babilu yang berarti gerbang menuju Tuhan. Babilon terletak ± 97 kilometer di selatan kota
Baghdad sekarang, di tepi sungai Eufrat. Raja Babilonia yang terbesar adalah Hammurabi (1948-1905
SM). Raja Hammurabi terkenal sebagai pembuat Undang-undang. Sistem Babel matematika adalah
sexagesimal (basis-60) sistem angka.

2. Asia barat daya adalah salah satu kawasan yang kaya dengan sumber daya alam. Di Asia Barat daya
pun muncul berbagai peradaban baik itu peradaban Mesopotamia, Sumeria, Akkadia sampai adanya
peradaban Babilonia yang terdiri dari dua periode yaitu kebudayaan Babilonia Kuno dan kebudayaan
Babilonia Baru. Peradaban Babilonia berdiri dalam dua periode dengan dua penguasa yang berbeda,
periode peradaban Babilonia Kuno atau lama diperintah oleh Hammurabi sedangkan peradaban
Babilonia Baru diperintah oleh Nebukadnezar.

3. Kebudayaan yang dihasilkan peradaban Babilonia ini masih banyak yang digunakan dalam
kehidupan masa kini, jadi bisa dikatakan bahwa peradaban Babilonia memberikan pengaruh besar baik
untuk kehidupan masa lalu maupun untuk masa kini.

B. Saran

Demi kesempurnaan makalah ini penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun kearah kebaikan demi kelancaran dan kesempurnaan penulis ini,serta diharapkan
mahasiswa dapat memahaminya,

KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini. Semoga tugas yang penulis buat dapat bermanfaat
bagi penulis pribadi maupun pihak yang membaca.

Penulis menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari sempurna, masih banyak kelemahan dan
kekurangan. Setiap saran, kritik, dan komentar yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk meningkatkan kualitas dan menyempurnakan tugas ini.

Palopo, Maret 2019


Kelompok 1
DAFTAR ISI

SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Babilonia 3

2.2 Penemu Dan Penemuan Bangsa Babilonia 4

2.3 Tokoh-tokoh Matematika Bangsa Babilonia 5


2.4 Sistem Bilangan Bangsa Babilonia 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 9

3.2 Saran 10

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sejak zaman purbakala, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan matematika sangat diperlukan dan
telah menyatu dalam kehidupan manusia dan merupakan kebutuhan dasar dari setiap lapisan
masyarakat, dalam pergaulan hidup sehari-hari. Mereka membutuhkan matematika untuk perhitungan
sederhana. Untuk keperluan tersebut diperlukan bilangan-bilangan. Keperluan bilangan mula-mula
sederhana tetapi makin lama makin meningkat, sehingga manusia perlu mengembangkan sistem
bilangan. Sistem bilangan pun berkembang selama berabad-abad dari masa ke masa hingga saat ini.
Adanya bilangan membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan, mulai dari perhitungan yang
sederhana sampai perhitungan yang rumit. Masing-masing bangsa memiliki cara tersendiri untuk
menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol yang ditemukan oleh orang-orang pada zamannya.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini ditujukan untuk merumuskan permasalahan yang akan dibahas
pada pembahasan dalam makalah. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini,
sebagai berikut :

1. Apa sejarah matematika di Babilonia?

2. Siapa saja penemu dan apa penemuan bangsa Babilonia?

3. Siapa saja tokoh-tokoh matematika bangsa babilonia?

4. Bagaimana sistem bilangan bangsa Babilonia?


1.3 Tujuan Makalah

Tujuan penulisan dalam makalah ini ditujukan untuk mencari tujuan dari dibahasnya pembahasan atas
rumusan masalah dalam makalah. Adapun tujuan penulisan makalah, sebagai berikut :

1. Mahasiswa dapat mengetahui sejarah matematika di Babilonia.

2. Mahasiswa dapat mengetahui penemu dan penemuan bangsa Babilonia.

3. Mahasiswa dapat mengetahui tokoh-tokoh matematika bangsa babilonia.

4. Mahasiswa dapat mengetahui sistem bilangan bangsa Babilonia.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Babilonia

Babilonia adalah sebuah peradababan kuno yang terletak di kawasan tengah selatan Mesopotamia.
Kawasan Mesopotamia termasuk Sumeria,Akkad, dan Assyria. Kawasan ini sangat penting karena
menjadi salah satu dari tempat awal manusia hidup bersama-sama dalam satu peradababan. Penduduk
Bablonia, atau yang sering disebut Babilon, memiliki satu bahasa penulisan yang mereka gunakan untuk
mempelajari perkara-perkara yangberkaitan dunia di sekeliling mereka. Sejarah mengatakan bahwa
orang-orang babilon merupakan orang yang pertama kali menulis dari kiri ke kanan, dan banyak
membuat banyak dokumen-dokumen bertulis.

Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa
Mesopotamiayang kini bernama Iraq sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik.
Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk belajar.
Lebih dari400 lempengan tanah liat ditemukan sebagai sumber sejarah bangsa Babilonia yang digali sejak
1850-an. Lempengan-lempengan tersebut ditulis dengan menggunakantulisan berbentuk
paku.Lempengan tersebut diberi tulisan ketika tanah liat masih basah, dan kemudian dibakar dalam
tungku atau dijemur di bawah terik matahari bahkanbeberapa di antaranya adalah karya rumahan.

Bukti terdini matematika menyebutkan bahwa lempengan bertulisantersebut adalah karya bangsa
Sumeria, yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem
rumitmetrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel
perkalian pada lempengan tanah liat yang berkaitan dengan geometri dan pembagian. Jejak terdini
sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.

Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan
meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan bilangan regular,
invers perkalian, dan bilangan prima kembar.Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan metode
penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan
hampiran bagi √2 yang akurat sampai lima tempat desimal.
2.2 Penemu dan penemuan bangsa Babilonia

Teks matematika Babilonia sangat banyak jumlahnya dan teredit dengan sangat baik. Sistem matematik
Babilonia adalah seksagesimal atau bilangan berbasis 60. Kemajuan besar dalam matematika ini terjadi
karena dua alasan. Pertama, angka 60 memiliki banyak pembagi yaitu 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12, 15, 20, dan 30,
yang membuat perhitungan jadi lebih mudah. Selain itu, bangsa Babilonia memiliki sistem bilangan real
dimana digit yang ditulis sebelah kiri memiliki nilai yang lebih besar seperti bilangan berbasis 10.

Pencapaian dalam ilmu matematika lainnya yaitu ditemukannya penentuan nilai akar kuadrat, bahkan
para ilmuan Babilonia telah mendemonstrasikan teori Pythagoras, jauh sebelum Pythagoras sendiri
muncul dengan teorinya dan hal ini dibuktikan oleh Dennis Ramsey yang menerjemahkan sebuah
catatan kuno yang berasal dari tahun 1900 sebelum masehi. Penjelasannya seperti berikut :

“4 adalah panjangnya dan 5 adalah panjang diagonalnya, lalu berapa lebarnya?. Mereka
mengumpamakan jika kedua angka tadi dikalikan dengan angka itu sendiri, maka akan ditemukan nilai
tengahnya. Jika 4 x 4 = 16 dan 5 x 5 = 25, maka selisih antara 16 dan 25 adalah 9. Dari angka berapakah
kita bisa mendapatkan angka 9? Angka tersebut harus bisa menghasilkan 9 jika angka tersebut dikalikan
dengan angka itu sendiri, dan 9 didapatkan dari 3 x 3. Sehingga disimpulkan bahwa 3 adalah lebarnya
karena semua angka dikalikan dengan angka itu sendiri.”

Empat papan bertulis yang ditemukan antara lain papan Yale YBC 7289, Plimpton 322, papan Susa, dan
papan Tell Dhibayi.

Ner 600 dan Sar 3600 terbentuk dari angka 60 yang sesuai dengan derajat khatulistiwa. Catatan kuno
tentang kuadrat dan kubus yang dihitung menggunakan angka 1 hingga 60, ditemukan di Senkera
dimana orang-orang telah mengenal jam matahari, clepsydra, juga tuas dan katrol, padahal saat itu
mereka belum memiliki pengetahuan tentang mekanika. Bangsa Babilonia juga sudah lama mengenal
lensa kristal dan penyalaan bubut sebelum ditemukan oleh Austen Henry Layard dari Nimrud.

Bangsa Babilonia juga sudah sangat familiar dengan aturan umum untuk mengukur suatu area. Mereka
mengukur keliling lingkaran sebanyak 3 kali diameter dan luasnya sebagai satu per duabelas kuadrat dari
lingkaran, dan jika hitungannya benar, maka nilai π akan bernilai 3.
Volume silinder diambil sebagai produk dari alas dan tinggi, namun, volume frustum sebuah kerucut
atau piramida persegi dihitung dengan tidak benar sebagai produk dari ketinggian dan setengah jumlah
dari basis. Juga, ada penemuan terbaru dalam sebuah catatan kuno mencantumkan bahwa nilai π adalah
3 dan 1 / 8. Di Babilonia juga dikenal mil Babilonia, yang merupakan ukuran sebesar jarak sekitar tujuh
mil hari ini. Pengukuran jarakini dikonversi menjadi satu mil – waktu yang digunakan untuk
mengukurperjalanan Matahari, yang merepresentasikan panjangnya waktu.

2.3 Tokoh-tokoh matematika bangsa babilonia

a. Raja Sargon adalah Pemimpin bangsa Akkadia. Dari segi kebudayaan bangsa Akkadia meniru
kebudayaan bangsa Sumeria yang sudah maju sehingga berkembanglah budaya baru yang disebut
budaya Sumer Akkad (akulturasi). Pada masa ini ditemukan alat hitung “sempoa”.

b. Raja Hammurabi adalah Raja Babilonia yang terbesar (1948-1905 SM). Raja Hammurabi terkenal
sebagai pembuat Undang-undang.

c. Diophantus (250-200 SM) Ia merupakan “Bapak Aljabar” bagi Babilonia yang mengembangkan
konsep-konsep Aljabar Babilonia. Seorang matematikawan Yunani yang bermukim di Iskandaria. Karya
besar Diophantus berupa buku aritmatika, buku karangan pertama tentang System Aljabar. Bagian yang
terpelihara dari aritmatika Diophantus berisi pemecahan kira-kira 130 soal yang menghasilkan
persamaan-persamaan tingkat pertama

d. Para Ilmuan Babel menemukan penentuan nilai akar kuadrat, bahkan telah mendemonstrasikan
Teori Pythagoras, jauh sebelum Pythagoras sendiri muncul dengan teorinya dan hal ini dibuktikan oleh
Dennis Ramsey yang menerjemahkan sebuah catatan kuno yang berasal dari tahun 1900 sebelum
masehi.
e. Otto Neugebauer dan F.Thureau-Dangin banyak menemukan pengetahuan tentang isi dari tablet-
tablet matematika ini tidak lebih tua 1935. Karena kerja penafsiran tablet-tablet ini masih berlangsung,
penemuan yang baru dan sama menariknya sangat mungkin terjadi dalam waktu dekat.

f. Grotefend mencoba untuk memecahkan teka-teki, kemudian pada tahun 1347 Rawlinson
menyempurnakan hasil dari Grotefend. Tablet-tablet itu ternyata mengenai semua tahap dan
kepentingan-kepentingan dari kehidupan jamannya dan meliputi banyak jaman dari sejarah Babilonia.

2.4 Sistem Bilangan Bangsa Babilonia

Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilanganseksagesimal (basis-60). Penggunaan


bilangan seksagesimal dapat dilihat pada penggunaan satuan waktu yaitu 60 detik untuk semenit, 60
menit untuk satu jam, dan pada penggunaan satuan sudut yaitu 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran
lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat.
Kemajuan orang Babilonia di dalam matematika didukung oleh fakta bahwa 60 memiliki banyak
pembagi. Bangsa Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana angka-angka yang dituliskan
di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem desimal. Akan tetapi,
terdapat kekurangan pada kesetaraan koma desimal, sehingga nilai tempat suatu simbol seringkali harus
dikira-kira berdasarkan konteksnya. Pada zaman ini juga belum ditemukan angka nol. Berikut contoh
angka babilonia:

Untuk suatu sistem posisional tertentu diperlukan suatu konvensi tentang bilangan yang menunjukkan
keunikan suatu bilangan. Misalnya desimal 12345 berarti:

1 x 104 + 2 x 103 + 3 x 102 + 4x 10 + 5

Sistem posisional seksagesimal Bablonia menganut cara penulisan seperti cara diatas, yaitu bahwa posisi
yang paling kanan adalah untuk unit samapai 59, satu sisi disebelah kirinya adalah untuk 60 x n, dimana
1 kurang dari = n kurang dari = 59 dan seterusnya. Sekarang kita menggunakan notasi dimana bilangan
dipisahkan dengan koma, misalnya, 1,57,46,40 menyatakan bilangan seksagesimal
1×60 pangkat 3 tambah 57 kali 60 pangkat dua ditambah 46kali 60 tambah 40.Yaitu, dalam notasi
desimal bernilani 424000

Namun masih terdapat persoalan dengan sistem ini. Karena dua dinyatakan dengan dua karakter yang
masing-masing menyatakan satu unit, dan 61 dinyatakan dengan satu karakter untuk satu unit sebagai
bilangan pertama dan sebagai bilangan kedua adalah karakter yang identik untuk satu unit maka
bilangan seksagesimalBabiloniaia 1,1 dan 2 secara esensial dinyatakan secara serupa. Namun hal ini
bukanlah persoalan sebenarnya karaena adanya spasi diantara karakter-karakter tersebut menunjukkan
perbedaan-perbedaannya. Dalam simbol untuk 2 kedua karakter yang menyatakan unit saling
berdempet dan menjadi simbol tunggal. Dalam bilangan 1,1 terdapat suatu spasi diantaranya.

Satu persoalan yg lebih serius adalah fakta bahwa tidak terdapat nol untuk menyatakan posisi yang
kosong. Bilangan seksagesimal menyatakan bilangan 1 dan 1,0 untuk 1 dan 60 desimal, memiliki
pernyataan yg sama persis dan spasi tidak membawa perbedaaan. Barangkali peradaban babilon
selanjutnya telah menetapkan saebuah simbol untuk menyatakan kekosongan.

Berikut adalah contoh dari sebuah papan huruf paku dimana perhitungan unutk pangkat dua 147
dinyatakan. Dalam bilangan seksagesimal 147=2,27 dan mengkuadratkannya memberikan hasil
21609=6,0,9

Jikalau posisi untuk kosomng menjadi masalah untuk bilangan bulat maka justru terdapat persoalan yang
lebih besar pada fraksi seksagesimalBabilonia. Bangsa Babilonia menggunakan suatu sistem fraksi
seksagesimal yang serupa dengan fraksi desimal kita. Misalnya jika kita menulis 0,125 maka berarti 1/10
+ 2/100 +5/1000 = 1/8. Tentu saja fraksi dengan bentuk a/b, dalam bentuknya yang paling rendah, dapat
dinyatakan sebagai fraksi desimal finit jika dan hanya jika b tidak dapat dibagi dengan bil. Prima selain 2
atau 5. Jadi 1/3 tidak memiliki fraksi desimal yang finit. Serupa halnya fraksi seksagesimalbabilonia 0;7,30
dinyatakan dengan 7/60 +30/3600 yang ditulis dengan notasi kita sebagai 1/8.

Karena 60 dapat dibagi dengan bilangan prima 2,3 dan 5 maka sebuah bilangan dengan bentuk a/b, dan
bentuknya yang paling rendah, dapat dinyatakan sebagai fraksi desimal finit jika dan hanya jika b tidak
dapat dibagi oleh bilangan selain 2,3,dan 5. Fraksi yang laian oleh karenanya dapat dinyatakan sebagai
fraksi seksagesimal dan bukan sebagai fraksi desimal finit.
Perkiraan notasi tersebut digunakan untuk menyatakan bilangan seksagesimal dengan bilangan pecahan.
Untuk menyatakan 10,12,5;1.52.30 adalah

10 x 602 + 12 x 60 + 5 +1/60 +52/602 + 30/603

Yang dalam notasi kita adalah 36725 1/32. Hal ini berlaku namun diatas telah dikemukakan notasi
semikolon untuk menunjukkan dimana bagian integernya berakhir dan bagian pecahannya dimulai.
Inilah “koma seksagesimal” dan memainkan peranan yang analog pada koma desimal. Namun bangsa
Babilonia tidak memiliki notasi untuk menunjukkan dimana bagian integer berakhir dan bagian pecahan
dimulai. Jika kita menulis 10,12,5,1,52,30 tanpa memiliki suatu notasi tentang “koma seksagesimal”
maka bilangan ini dapat meemiliki beberapa arti sebagai berikut:

0;10,12,5,1,52,30

10;12,5,1,52,30

10,12;5,1,52,30

10,12,5;1,52,30

10,12,5,1;52,30

10,12,5,1,52;30

10,12,5,1,52,30

Sebagai tambahan, tentu saja, sampai 10,12,5,1,52,30,0 atau 0;0,10,12,5,1,52,30 dan seterusnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Babilonia adalah sebuah peradababan kuno yang terletak di kawasan tengah selatan
Mesopotamia.Sejarah mengatakan bahwa orang-orang babilon merupakan orang yang pertama kali
menulis dari kiri ke kanan, dan banyak membuat banyak dokumen-dokumen bertulis. Lebih dari 400
lempengan tanah liat ditemukan sebagai sumber sejarah bangsa Babilonia yang digali sejak 1850-an.
Lempengan-lempengan tersebut ditulis dengan menggunakan tulisan berbentuk paku.

Pencapaian dalam ilmu matematika lainnya yaitu ditemukannya penentuan nilai akar kuadrat, bahkan
para ilmuan Babilonia telah mendemonstrasikan teori Pythagoras, jauh sebelum Pythagoras sendiri
muncul dengan teorinya. Bangsa Babilonia juga sudah sangat familiar dengan aturan umum untuk
mengukur suatu area.Pengukuranjarakinidikonversimenjadisatu mil-waktu yang
digunakanuntukmengukurperjalananMatahari, yang merepresentasikan panjangnya waktu. Empat
papan bertulis yang ditemukan antara lain papan Yale YBC 7289, Plimpton 322, papan Susa, dan papan
Tell Dhibayi.

Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilanganseksagesimal (basis-60). Penggunaan


bilangan seksagesimal dapat dilihat pada penggunaan satuan waktu yaitu 60 detik untuk semenit, 60
menit untuk satu jam, dan pada penggunaan satuan sudut yaitu 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran
lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan
derajat.Kemajuan besar dalam matematika ini terjadi karena dua alasan. Pertama, angka 60 memiliki
banyak pembagi yaitu 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12, 15, 20, dan 30, yang membuat perhitungan jadi lebih mudah.
Selain itu, bangsa Babilonia memiliki sistem bilangan real dimana digit yang ditulis sebelah kiri memiliki
nilai yang lebih besar seperti bilangan berbasis 10.

3.2 Saran

Penyusun menyadari bahwa penyusunan masalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat bembangun akan perbaikan akan makalah kami ini, dengan senang hati dan
terbuka dari penulis menerima kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata penyusun makalah
mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari – hari.
DAFTAR PUSTAKA

https://sciencemathematicseducation.wordpress.com/2014/01/28/sejarah-matematika-babylonia/

http://kkisma.blogspot.com/2013/12/perkembangan-matematika-babilonia.html

A. Sejarah Matematika Mesopotamia (3000SM – 2000SM)

Mesopotamia menggunakan sexagesimal (basis 60) system bilangan. Ini adalah sumber dari penggunaan
system 60 menit yang sekarang digunakan dan 24 jam sama dengan satu hari serta 360 derajat dari
lingkaran. Kalender Sumeria juga diukur minggu tujuh hari masing-masing pengetahuan matematika ini
digunakan dalam pembuatan peta

Matematika Mesopotamia menjadi awal dari sejarah matematika pada umumnya sampai dengan
matematika Babilonia, karena matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang
dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban
helenistik. Mereka mengembangkan system rumit metrology sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500
SM ke muka bumi, bangsa Sumeria yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia menuliskan table
perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometridan soal-soal
pembagian.

Yang menjadi pokok sejarah matematika Mesopotamia diantaranya adalah :

Menentukan system bilangan pertama kali

Menemukan system berat dan ukur

Tahun 2500 SM system desimal tidak lagi digunakan dan lidi diganti oleh notasi berbentuk baji

B. Sejarah Matematika Babilonia

Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia
(kini Iraq) sejak permulaanSumeria hingga permulaan peradaban helenistik. Dinamai “Matematika
Babilonia” karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Pada zaman peradaban
helenistik Matematika Babilonia berpadu dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan
Matematika Yunani. Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali
lagi menjadi pusat penting pengkajian Matematika Islam.

Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia
diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Ditulis di dalam
tulisan paku, lempengan ditulisi ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku atau dijemur
di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya rumahan.

Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun peradaban kuno di
Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500
SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan
dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga
merujuk pada periode ini.

Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan
meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan bilangan regular,
invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan metode
penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan
hampiran bagi √2 yang akurat sampai lima tempat desimal.

Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Dari sinilah
diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan 360 (60 x 6)
derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang
melambangkan pecahan derajat. Kemajuan orang Babilonia di dalam matematika didukung oleh fakta
bahwa 60 memiliki banyak pembagi. Juga, tidak seperti orang Mesir, Yunani, dan Romawi, orang
Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri
menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem desimal. Bagaimanapun, mereka kekurangan
kesetaraan koma desimal, dan sehingga nilai tempat suatu simbol seringkali harus dikira-kira
berdasarkan konteksnya.

Pokok-pokok sejarah Matematika Babilonia diantaranya adalah :

Menggunakan sitem desimal dan p=3,125

Penemu kalkulator pertama kali

Mengenal geometri sebagai basis perhitungan astronomi

Menggunakan pendekatan untuk akar kuadrat

Geometrinya bersifat aljabaris

Aritmatika tumbuh dan berkembang baik menjadi aljabar retori yang berkembang

Sudah mengenal Pythagoras

yaitu mesos yang berarti tengah dan potamus yang berarti sungai. Lembah sungai Eufrat dan Tigris yang
subur menjadi tempat kelahiran kota perdagangan. Sungai Eufrat dan Tigris merupakan sungai yang
bersumber dari Pegunungan Armenia (Turki), dan keduanya berada di Mesopotamia.
Lembah sungai Eufrat dan Tigris terbentuk oleh daerah yang mengelilinginya, adalah gurun yang
terbentang luas, yaitu Gurun Elbrus dan Gurun Hamad. Wilayah Mesopotamia secara alami terbagi ke
dalam dua bagian, yaitu Mesopotamia atas dan Mesopotamia bawah atau Babilonia. Bangsa-bangsa
yang pernah mengembangkan peradabannya di Mesopotamia adalah Sumeria, Akadia, Babolonia, Asiria,
dan Babilonia Baru.

Mesopotamia

Lokasi Mesopotamia

Lokasi Mesopotamia

Mesopotamia terletak diantara dua sungai, yaitu Sungai Eufrat dan Sungai Tigris, yang saat ini menjadi
Republik Islam Irak. Mesopotamia adalah negara kerajaan kota yang pada zaman perunggu terdapat
Kerajaan Kota Sumeria yang berpusat di Akkadia dan Kerajaan Kota Assyiria yang berpusat di Babylonia.
Rumpun Semit menduduki daerah-daerah disekitar Mesopotamia. Mereka hidup secara semi nomadik.
Mereka beternak dan kafilah-kafilahnya yang bergerak untuk mengangkut dagangan. Pada musim hujan
tiba daerah disekitar Mesopotamia terjadi air bah, dan kemudian airnya menggenangi daerah-daerah
disepanjang aliran sungai, jika mulai surut, kemudian meninggalkan lumpur yang amat subur. Di daerah-
daerah itulah mereka mulai bercocok tanam.

Sumeriasumeria

Bangsa yang pertama kali mendiami Mesopotamia adala bangsa Sumeria. Bangsa Sumeria berasal dari
daerah sekitar Susa. Ibukotanya bernama Ur. Bangsa Sumeria membangun beberapa negara-negara
merdeka. Kota-kota bangsa Sumeria yang menarik menyerupai kota-kota Mohenyo Daro-Harappa yang
berada di India.

Kehidupan ekonomi bangsa Sumeria yaitu antara lain beternak, berdagang, dan juga bertani. Untuk
mengairi tanahnya dibuatlah saluran air dari kedua sungai itu. Pengolahan tanah dilakukan dengan
membajak menggunakan tenaga hewan yaitu keledai dan lembu. Hasil panen mereka diangkut
menggunakan kereta atau gerobak. Hasil utama pertanian masyarakat Sumeria adalah gandum.

Kebudayaan yang terdapat pada bangsa Sumeria yaitu mereka sudah membuat penanggalan, yang
dibagi dalam jam, menit, dan detik. Selain itu, orang Sumeria menciptakan salah satu sistem penulisan
paling awal yang diketahui, yaitu cuneiform. Sejak sekitar tahun 3200 SM, mereka mulai menulis di atas
lempengan yang terbuat dari tanah liat.
Selain itu, bangsa Sumeria juga membangun sebuah bangunan yang bernama ziggurat. Ziggurat tersebut
dibangun dengan menggunakan batu bata, yang menjulang tinggi didirikan di kawasan lembah sungai.
Kuil yang berada di bagian puncak dipersembahkan untuk dewa kota. Para raja dan pendeta melakukan
upacara untuk keselamatan kota dan tanah mereka serta untuk menyenangkan para dewa. Mereka juga
dapat membuat cermin yang terbuat dari logam.

Kekuasaan tertinggi kerajaan dipegang oleh seorang pendeta raja yang disebut “Patesi”. Patesi tersebut
bernama Ur Nanshe. Ia adalah Raja yang membangun kota Lagash sekitar tahun 2500 SM. Raja
bertanggung jawab terhadap kehidupan masyarakat baik lahir maupun batin.

Raja harus mampu mengatur kehidupan ekonomi, keamanan, atau ketentraman, hukum dan peradilan
serta kehidupan keagamaan. Sistem kepercayaan bangsa Sumeria bersifat Polyteisme. Mereka
menyembah banyak dewa seperti dewa udara, langit, bumi, dan lautan. Pusat keagamaan mereka
berada di kota Nippur.

Akkadianakkadian

Orang-orang Akkadian termasuk ke dalam rumpun Semit yang berasal dari padang pasir di utara
Mesopotamia. Awalnya mereka selalu kalah dengan bangsa Sumeria. Akan tetapi setelah kemunculan
Sargon, bangsa Akkadia kemudian menjadi lebih kuat dan kemudian turun untuk menguasai
Mesopotamia yang subur.

Ekonomi bangsa Akkadia bersumber pada sistem pertanian. Terdapat dua pusat utama pertanian yang
terdapat pada bangsa Akkadia, yaitu:

Daerah Selatan, menggunakan sistem pertanian irigasi.

Daerah Utara, dikenal dengan daerah Upper yang menggunakan sistem pertanian hujan musiman.

Bangsa Akadia mengambil dan meniru semua hasil kebudayaan dari bangsa Sumeria. Bahkan mereka
berintegrasi dengan penduduk yang ditaklukkan. Kota Akadia dipimpin oleh Sargon yang mendirikan
kekaisaran pertama di dunia sekitar tahun 2334 SM. Kekuasaan yang baru ini dapat menciptakan
ketertiban pada bangsa Akkadia yang lebih besar, tetapi sekaligus juga kekejaman dan kekerasan. Pada
tahun 2100 SM, pengaruh Akkadia merosot, dan kemudian diambil alih oleh Ur sebagai kekuatan yang
berpengaruh selama satu abad. Selain itu mereka juga mempunyai banyak dewa dan dongeng-dongeng
kepahlawanan.

Babilonia

illustrasi peradaban Babilonia

illustrasi peradaban Babilonia

Selain bangsa Akkadia, Babilonia juga berasal dari rumpun Semit. Ibukotanya terletak di Babilon. Bangsa
Babilonia menyerang bangsa Sumeria dan Akkadia. Pada masa ini perdagangan di Babilonia tetap ramai,
sungai Tigris dan Euphratlah yang menjadi pusat pelayaran Hammurabi memperbaiki penanggalan.
Kehidupan ekonomi yang pokok adalah pertanian dan perdagangan.

Hasil kebudayaan dari Babilonia yaitu Stela (batu di ukir atau pilar yang digunakan untuk peringatan
suatu peristiwa), yang menggambarkan Hammurabi sedang berbicara dengan dewa keadilan, Shamash,
di bawahnya tertulis hukum yang di susun oleh Hammurabi untuk dilihat oleh semua orang. Selain itu
terdapat batu pembatas lokal dari Babilonia, diukir dengan doa yang meminta kepada para dewa agar
melindungi tanah mereka.

Bangsa Babilonia dipimpin oleh Hammurabi. Ia dikenal sebagai pemimpin yang efisien, terkenal dengan
hukum yang disusunnya, dan menciptakan stabilitas di kawasan yang telah lama megalami masa
pergolakan. Inti hukum dari Hammurabi adalah “mata ganti mata, gigi ganti gigi” yang dijatuhkan bagi
pelaku yang melakukan kejahatan. Hukum tersebut diterapkan di Babilonia. Hukum ini melindungi kaum
lemah yang beradapan dengan kaum kuat, dan mengatur masalah yang berkaitan dengan perdagangan
maupun kepemilikan tanah.

Assiria1280px-assyrian_horse_archer1

Kira-kira tahun 3000 SM, di daerah pegunungan sebelah timur terdapat pula suku-suku Assiria. Bangsa
Assiria adalah para pembangun yang hebat. Mereka membangun berbagai kota megah dengan banyak
kuil dan istana. Kaum pria mengenakan jubah panjang dan berjanggut. Kaum wanita mengenakan gaun
berlengan pendek dengan selendang sebahu. Banyak pria menjual istri dan anak sebagai budak untuk
membayar utang.
Kebudayaan bangsa Assiria merupakan kebudayaan yang diambil bangsa Sumeria. Berbagai catatan kuno
Sumeria dan Akadia dilestarikan dalam bentuk lembaran tanah liat, serta sejumlah catatan mengenai
kesusastraan, sejarah, matematika, dan astronomi dari zaman kuno.

Selain itu, bangsa Assiria juga mempelajari astrologi yaitu kemahiran meramal nasib dan kejadian-
kejadian di dunia dengan mempelajari letak bintang-bintang. Bangsa Assiria juga mengambil huruf paku
dari kebudayaan Sumeria.

Bangsa Assiria juga mempunyai perpustakaan-perpustakaan, buku-bukunya terdiri dari ubin-ubin tanah
liat yang bertuliskan huruf paku. Orang-orang Assiria juga membangun kota-kota, yaitu Assur dan
Niniveh. Mereka juga terpaksa membayar upeti kepada para penguasa Babilon.

Orang-orang Assiria terkenal sebagai bangsa yang suka berperang, karena itu mereka mempunyai banyak
lawan, yaitu bangsa Phunisia di Laut Tengah. Bangsa ini hidup sebagai pedagang. Selain bangsa Phunisia,
bangsa Yahudi juga menjadi lawan dari Assiria. Banyak orang-orang Israel yang dipaksa untuk pindah ke
Assiria.

Penguasa paling kuat yang terdapat pada bangsa Assiria yaitu, Raja Adadnirari I (1770-1750), ia
memperluas wilayah Assiria dan mendapat gelar “Raja atas Segalanya”. Ia dan para penggantinya tidak
membiarkan jika negara lain merdeka.

Babilonia Baru

illustrasi Babilonia baru

illustrasi Babilonia baru

Tahun 626 SM, seorang raja Kaldea yang bernama Nabopolassar mengambil alih kekuasaan, ia
memproklamasikan kemerdekaan Babilonia, dan menyingkirkan kekuasaan orang Assiria. Kemudia ia
mengalahkan orang Assiria tahun 612 SM. Kemudian anaknya yang bernama Nebukadnezar mengusir
orang Mesir agar kembali ke Mesir dan merebut Suriah.
Nebukhadnezzar membangun dinding besar di sekeliling kota, dan menamakan gerbang utama menurut
nama dewi Ishtar. Ia juga membangun Taman Gantung, yaitu taman yang berada di atas kota. Kemudian
ia juga membangun jembatan besar di atas Sungai Eufrat, dan ziggurat raksasa yang diberi namaKuil
Marduk atau Baal (Menara Babel).

Nebukhadnezzar merupakan salah satu raja Babilonia yang sangat terkenal. Ia mulai berkuasa sekitar
tahun 605 SM. Pemerintahannya bertahan selama 43 tahun. Ia menyerang banyak bekas daerah
kekuasaan orang Assiria maupun daerah gurun di barat Bailonia.

Setelah wafatnya Nebukhadnezzar, Kerajaan Babilonia hanya bertahan selama enam tahun. Kemudian
digantikan oleh anaknya yang bernama Awil-Marduk yang memerintah selama tiga tahun sebelum ia
terbunuh. Kemudian pangeran Suriah Nabu-Na’id merebut kekuasaan di Babilonia, dan kemudian ia
membujuk penduduk setempat untuk menyembah dewa Sin, yaitu dewa dari Nabu-Na’id.

Sementara itu, ada seorang raja yang masih muda, Koresy (Cyrus) II, mulai menunjukkan kehebatannya
setelah berkuasa di Persia tahun 557 SM. Ia berambisi untuk mengambil alih Mesopotamia dan
kemudian mendirikan Kerajaan Persia. Kemudian Koresy menyerbu Babilonia dan kemudian merebut
kota Babel tahun 539 SM. Babilonia kemudian diperintah oleh bangsa Persia selama lebih dari dua abad,
hingga kemudian ada seorang raja yang masih muda yang bernama Alexander Agung dapat mengalahkan
bangsa Persia dan merebut Babel tahun 331 SM, dan kemudian menjadikannya menjadi ibukota.

Anda mungkin juga menyukai