Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL PENELITIAN

Rational Emotive Behavior Therapy (Rebt) Dalam Efeknya Terhadap


Frekuensi Inisiasi Konsumsi Rokok Pada Remaja Laki-Laki
Di Kota Bengkulu
Tita Septi Handayani1, Murwati2
1
Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu
2
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu
Jln. Merapi Raya no.43, Kel. Kebun tebeng, Kebun Tebeng, Ratu Agung, Bengkulu 38226
Telp: (0736) 21977. Email : handayani_tita@yahoo.co.id

Abstrak

Konsumsi rokok pada remaja umumnya masih dalam fase coba-coba. Remaja yang masih dalam tahap coba-
coba merokok memiliki pemikiran irasional yang memicu remaja membenarkan perilaku menghisap rokok.
Menghadapi remaja dengan perilaku menyimpang, konseling, terapi kognitif dan emotive menjadi salah satu
sarana pemecahan masalah dan komunikasi intensif untuk meluruskan pendapat remaja. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi efek program Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) untuk mengurangi
konsumsi rokok remaja. Penelitian ini merupakan experiment desain dengan true experiment randomized-
subject. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP kelas VII-IX. Sampel adalah mereka yang pernah
merokok dan memiliki skor efikasi diri yang rendah dalam menolak merokok. Responden berjumlah 30 orang
yang dibagi menjadi kelompok intervensi dan control. Analisa statistik dengan Wilcoxon Signed Ranks Test
menunjukan pada kelompok intervensi terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata jumlah rokok yang
dikonsumsi setiap minggu sebelum dan sesudah intervensi (nilai p=0.042). Sedangkan pada kelompok kontrol
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata jumlah rokok yang dikonsumsi setiap minggu sebelum
dan sesudah intervensi (nilai p=0.726). Penelitian ini menunjukan kesimpulan bahwa Rational Emotive
Behaviour Therapy (REBT) efektif untuk menurunkan rata-rata jumlah konsumsi rokok mingguan pada remaja.

Kata kunci : Konsumsi Rokok Mingguan, Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT), Remaja

Abstract

Cigarette consumption in adolescents is generally still in the trial and error phase. Adolescents who are still
trying to smoke have an irrational thought that triggers the adolescents to justify smoking. Dealing with
adolescents with deviant behavior, counseling on cognitive and emotive therapy is one of the means of solving
problems and intensive communication to correct adolescents’ opinions. This study aims to identify the effects
of Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) programs to reduce the average number of cigarettes consumed
by adolescents. This research is a design experiment with a randomized-subject true experiment. There were 30
respondents divided into intervention and control group. The population in this study were junior high school
students in class VII-IX. Samples were those who had smoked and had lower score in refusing smoking. The
results of statistical analysis were analyzed using the Wilcoxon Signed Ranks Test showed that in the
intervention group there were significant differences in the average number of cigarettes consumed every week
before and after the intervention (p value = 0.042). Whereas in the control group there was no significant
difference before and after the intervention (p = 0.726). This study shows that REBT is effective in reducing the
average number of weekly cigarette consumption in adolescents.

Keywords : Adolescent, Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), Weekly Cigarette Consumption

462
Tita Septi Handayani Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

Pendahuluan menjadi peluang dalam membuat strategi


intervensi yang tepat pada remaja.4
Merokok adalah tindakan
membakar ujung puntung tembakau dan Umumnya program pendidikan
menghisapnya. Merokok adalah salah satu tentang perilaku beresiko tidak
masalah terbesar di banyak Negara dimasukkan dalam kurikulum utama
berkembang bahkan masih menjadi fokus pendidikan, materi hanya diberikan sebagai
kesehatan Negara maju.1 Diawali dari muatan tambahan. Hal ini dapat menjadi
budaya kuno menghisap rokok untuk penyebab kurang efektifnya program
tujuan kesehatan dan pengobatan, merokok pendidikan konvensional dalam mencegah
saat ini berkembang menjadi perilaku rokok pada siswa remaja.
addictive yang membahayakan kesehatan Salah satu intervensi yang tepat pada
tidak hanya bagi orang yang mengonsumsi remaja yang berperilaku menyimpang
rokok, namun juga bagi orang lain yang adalah dengan konseling. Konseling adalah
tidak merokok tapi menghirup asap dan metode tertutup antar individu yang
residu rokok. dilakukan dengan adanya komunikasi dua
Perilaku merokok tidak hanya arah antara remaja sebagai konseli dan
dilakukan orang dewasa, remaja pun sudah perawat sebagai konselor.5 Hal ini dinilai
sejak lama menjadi target sasaran sebagai point yang crusial yang akan
konsumen rokok. Rokok dengan sifat dan melewati batas karakteristik remaja yang
kandungannya yang menyebabkan efek tidak suka dilarang dan cenderung
ketagihan membuat remaja beresiko memberontak Pendapat, curahan hati dan
menjadi konsumen tetap seiring dengan pemikiran remaja sangat penting dalam
bertambahnya usia. Perilaku menghisap menentukan sisi mana yang dapat dimasuki
rokok pada remaja diawali dari mencoba oleh perawat dalam mengisi kekosongan
karena penasaran, tergoda ajakan teman, pemahaman dan irrasionalitas. Konseling
terpengaruh iklan dan rokok, atau meniru di sekolah umumnya dilakukan oleh guru
dari orang yang sudah lebih dulu BP, pembina UKS (Usaha Kesehatan
merokok.2 Pada remaja, merokok Sekolah) atau perawat sekolah.6
dilakukan dari sembunyi-sembunyi ketika Salah satu tehnik konseling yang
sedang sendirian atau bersama-sama dapat merubah pemikiran dan membawa
dengan teman lain yang juga merokok. pada perubahan perilaku adalah Rational
Berbeda dengan orang dewasa, merokok Emotive Behavior Therapy (REBT). REBT
bukanlah dirasa sebagai suatu kebutuhan mengedepankan pada tehnik konseling
atau perasaan kurang lengkap jika tidak yang menggali nilai-nilai irrasional dan
dilakukan, namun merokok pada remaja yang bersifal emosi lalu mengintervensi
lebih dianggap sebagai suatu tindakan yang dengan alasan-alasan rasional yang akan
mengharapkan pengakuan, identitas diri menggiring pada rasionalitas. Selain itu,
atau pemenuhan rasa penasaran.3 Hal ini adanya system penugasan yang
berdampak pada jumlah rokok yang menstimulus kognitif untuk melakukan
dikomsumsi oleh remaja sebagai perokok perilaku yang rasional.7 Maka dari itu,
coba-coba tidaklah sebanyak jumlah rokok terapi ini diharapkan dapat mempengaruhi
yang dihisap oleh perokok rutin pada usia pemikiran remaja tentang perilaku
yang lebih tua. Pada remaja yang masih merokok dan diwijudkan dalam perilaku
belum menghisap rokok secara rutin, yang mengurangi konsumsi rokok. Tujuan
tindakan pencegahan atau penghentian dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
masih sangat potensial untuk dilakukan.
efek Rational Emotive Behavior Therapy
faktor kelabilan emosi dan seringkali (REBT) dalam mengurangi rata-rata
alasan yang tidak rasional dalam merokok konsumsi rokok mingguan pada siswa
remaja laki-laki
463
Vol. 8 No.3 September 2018 Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

Metode yang telah ditandatangani. Lalu,


respondent pada kelompok experiment
Penelitian ini merupakan experiment
mengikuti program Rational Emotive
desain dengan true experiment
Behavior Therapy (REBT) yang terdiri 4
randomized-subject, control group pretest-
sesi dan berlangsung selama 60 – 90 menit
posttest design. Teknik sampling pada
setiap sesi. Program dilakukan satu minggu
penelitian ini menggunakan metode
sekali selama 4 minggu. Pada waktu yang
purposive sampling dan simple random
bersamaan Kelompok control tidak
sampling. Total respondent yang
menerima program yang sama. Setelah
bergabung dalam penelitian ini berjumlah
program selesai, kedua kelompok kembali
30 orang. Responden dibagi menjadi dua
mengisi pertanyaan kuesioner yang sama.
kelompok, yaitu 15 orang pada kelompok
eksperimen yang menerima perlakuan Hasil
Rational Emotive Behaviour Therapy Total 30 respondent yang menghisap rokok
(REBT) dan 15 orang pada kelompok minimal 1 batang perminggu dibagi
kontrol yang tidak menerima perlakuan menjadi dua kelompok. Kelompok
Rational Emotive Behaviour Therapy experiment menerima program Rational
(REBT) (pendidikan konvensional). Emotive Behavior Therapy (REBT),
Kriteria inkluasi diantaranya konsumsi sedangkan kelompok control tidak
rokok minimal 1 batang dalam sehari, menerima (pendidikan konvensional).
berkeinginan ikut dalam penelitian, serta Jumlah rokok di tanyakan sebelum dan
responden dan orang tua/wali
sesudah intervensi.
menandatangani assent form dan inform
consent untuk mengikuti penelitian. Tabel 1. Perbedaan rata-rata jumlah konsumsi
Apabila ternyata Respondent sudah pernah rokok antar kelompok (n = 30)
mengikuti kegiatan sejenis pada kurun Kelompok Intervensi Kontrol p
waktu 6 bulan sebelumnya maka akan
dikeluarkan. Responden dinyatakan Pre 6.87 (5.975) 5.60 (5.974) .327
dropout jika tidak mengikuti seluruh atau
salah satu sesi kegiatan pre-test dan atau Post 4.00 (3.117) 5.33 (5.715) .752
post-test, serta tidak mengisi Lembar
kuesioner dengan lengkap. Respondent
Table 1 menunjukkan bahwa
menuliskan Jumlah rata-rata konsumsi
sebelum responden mengikuti intervensi
rokok mingguan pada kuesioner. Jawaban
rata-rata konsumsi rokok mingguan adalah
sangat bervariasi mulai dari 0 (tidak sama
6.87 pada kelompok ekperimen dan 5.60
sekali) hingga tak terbatas. Semakin tinggi
pada kelompok control. Selain itu, table 1
jumlah rokok yang di konsumsi artinya
juga menunjukkan bahwa tidak ada
semakin sering konsumsi rokok setiap
perbedaan yang signifikan pada rata-rata
minggunya. This study was conducted
jumlah konsumsi rokok mingguan antara
after gaining ethical clearance from ethical
kedua kelompok (p = 0.327). setelah
committee board. responden dipilih dari
intervensi, kedua kelompok kembali
seluruh siswa laki-laki pada satu sekolah
dibandingkan. Dan didapatkan hasil tidak
menengah pertama (SMP) yang telah di
ada perbedaan antara kedua kelompok
screening dan memenuhi kriteria inklusi.
(p>0.05).
Lalu responden mendapat penjelasan dan
surat infomasi penelitian yang ditujukan
pada orang tua. Responden yang setuju dan
mendapatkan ijin dari orang tua/wali untuk
mengikuti penelitian mengembalikan
lembar inform consent dan assent form

464
Tita Septi Handayani Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

Tabel 2. Perbedaan rata-rata jumlah konsumsi Perilaku merokok pada remaja


rokok pada kelompok sebelum dan setelah dihubungkan dengan kondisi psikologi.10
intervensi. Dimana kondisi psikologi ini sangat
spesifik berhubungan dengan tumbuh
Kelompok Pre Post P kembang sesuai dengan usia remaja.
Karakter pencarian jati diri, kebutuhan
Intervensi 6.87 (5.975) 4.00 (3,117) .042*
terhadap pengakuan dari lingkungan
Kontrol 5.60 (5.974) 5.33 (5.715) .726 terutama teman dan lawan jenis, kondisi
emosi yang labil, memiliki rasa ingin tahu
*p < 0.05 yang tinggi namun juga membuat remaja
menjadi individu yang sulit untuk
Table 2 menunjukkan rata-rata jumlah menerima koreksi jika apa yang dilakukan
konsumsi rokok mingguan pada kelompok mereka salah.11 Hal ini memicu remaja
ekperimen menurun dari 6.87 (5.975) mudah untuk menerima hal-hal menarik
menjadi 4.00 (3,117). Secara analisa yang baru mereka ketahui di usia remaja,
statistic dengan uji wilcoxon menunjukkan seperti perilaku merokok. mitos dan
pendapat umum yang berkembang di
bahwa terdapat perbedaan signikan rata-
antara remaja laki semakin menguatkan
rata jumlah konsumsi rokok mingguan keinginan remaja untuk merokok.12
pada kelompok ekperimen sebelum dan
sesudah mengikuti program REBT Rational Emotive Behaviour Therapy
(p = 0.042), sedangkan pada kelompok (REBT) adalah rangkaian kegiatan yang
berfokus pada konseling baik perorangan
control, rata-rata jumlah konsumsi rokok
maupun dalam kelompok kecil. Salah satu
mingguan tidak berubah (p>0.05). strategi yang efektif dalam menghadapi
remaja dengan masalah penyimpangan
Pembahasan perilaku adalah dengan melakukan
Penelitian menunjukkan program pembicaraan secara personal dan bersama-
REBT efektif dalam mengurangi rata-rata sama dengan remaja membongkar
jumlah konsumsi rokok mingguan. rasionalitas pada perilaku yang
Konsumsi rokok adalah hal yang sudah dilakukannya.13 Penuduhan dan sikap
biasa dilakukan remaja, terutama remaja menghakimi orang dewasa terhadap remaja
laki-laki. Konsumsi rokok ini dapat diawali yang merokok tidak seiring sejalan dengan
dari coba-coba sebagai perilaku fase tumbuh kembang yang sedang terjadi
8
ekperiment. Perilaku ekperiment merokok pada diri remaja.14 .Proses konseling
pada remaja dapat di dorong oleh berbagai bersama konselor yang dilakukan secara
factor, seperti misalnya mencontoh tertutup, membangun kepercayaan remaja
perilaku merokok yang ditunjukkan oleh untuk berkomunikasi secara terbuka
orang terdekat, reklame dan iklan tentang dengan counselor. Kepercayaan dan
rokok, kondisi emosional yang belum keterbukaan yang terbangun sejak awal
stabil atau tekanan dari lingkungan. dengan menghindari penuduhan dan
Perokok coba-coba belum menghisap penyalahkan remaja atas perilakunya akan
rokok secara rutin dengan jumlah yang membuka gerbang dalam penggalian
bisa diperkirakan.9 Perokok coba-coba alasan dibalik perilaku tersebut.15 Hal ini
yang telah merasakan kecanduan akan mendatangkan keuntungan bagi konselor,
semakin sering menghisap rokok dan umpan balik yang positif dari remaja
berdampak pada konsumsi rutin harian membuka peluang penerimaan terhadap
yang tidak dapat dihindari. tahap konseling berikutnya, yaitu proses
meluruskan pemikiran yang irrasional dan
membangun perilaku. Pada tahap ini
465
Vol. 8 No.3 September 2018 Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

rangsangan terhadap penugasan dan latihan 2. Sarino, Ahyanti M. Perilaku Merokok Pada
penguasaan emosi berpengaruh positive Remaja SMP. Jurnal Keperawatan. 2012; p.
148-155.
pada konsumsi rokok remaja. 3. Munir, M. Pengetahuan Dan Sikap Remaja
Tentang Risiko Merokok Pada Santri
Dampak nyata yang dapat dilihat dalam Mahasiswa Di Asrama UIN Sunan Ampel
pengaruh REBT terhadap perilaku rokok Surabaya. Klorofil. 2018. 1 (2): p. 93-104.
yaitu berkurangnya rata-rata rokok yang 4. Swastikawara S, Laturrakhmi YF, Oktaviani
dikonsumsi sesudah mengikuti program FH. Intervensi Perilaku Sadar Bahaya Rokok
konseling REBT.16 Remaja sebagai Melalui Humor Dan Rational Based Message
Appeals. Jurnal Studi Komunikasi. 2018. 02 (1)
perokok coba-coba terkadang tidak : p. 68-87.
menghisap rokok setiap hari, karena 5. Budisetyani I. G. A. P. W, dkk. Bahan Ajar
banyak factor dari luar yang Psikologi Konseling. 2016
mempengaruhi dan kondisi dari dalam 6. Martunus. Peran Pelaksana Usaha Kesehatan
yang kadang mendorong untuk menghisap Sekolah Dalam Kesehatan Anak SD Negeri
No.026 Simpang Tiga Kecamatan Loa Janan
rokok.17 Karena itu konsumsi mingguan Ilir. eJournal Ilmu Sosiatri. 2013. 1 (2): p. 51-64
dinilai dapat cukup mewakili karakter 7. Erlina N, Sari DN. Pengaruh Pendekatan
remaja sebagai perokok coba-coba. Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)
Terhadap Peningkatan Kecerdasan Emosional
Kesimpulan Pada Peserta Didik Kelas VIII SMPN 6 Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal
Hasil dari penelitian ini
Bimbingan dan Konseling. 2016. 03 (2) : p. 303-
menunjukkan bahwa Rational Emotive 316.
Behavior Therapy (REBT) efektif dalam 8. Astuti K. Gambaran Perilaku Merokok Pada
menurunkan rata-rata konsumsi mingguan Remaja Di Kabupaten Bantul. INSIGHT. 2012.
rokok pada remaja laki-laki. Rational 10 (1) : p. 77-87.
9. Rosita R, Suswardany DL, Abidin Z. Penentu
Emotive Behavior Therapy (REBT) dapat
Keberhasilan Berhenti Merokok Pada
menjadi salah satu program yang Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
diterapkan pada bagian Usaha Kesehatan Muhammadiyah Surakarta. Juenal Kesehatan
Sekolah (UKS) dan Program Puskesmas Masyarakat. 2012. 8 (1): p. 1-10.
dalam menekan perilaku merokok pada 10. Wulan DK. Faktor Psikologis Yang
Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja.
remaja.
Humaniora. 2012. 3 (2): p. 504-511.
Saran 11. Sarmin. Konselor Sebaya: Pemberdayaan
Teman Sebaya Dalam Sekolah Guna
Kelompok potensial sekaligus Menanggulangi Pengaruh Negatif Lingkungan
beresiko untuk memulai konsistensi Brilliant. Jurnal Riset dan Konseptual. 2017. 2
merokok berasal dari kelas rendah. Ada (1) : p. 102 – 112.
12. Febri B. Perilaku Remaja Pecandu Rokok Siswa
baiknya, penguatan pencegahan merokok SMP Di Desa Gunung Kesiangan Kecamatan
dimulai dari kelas rendah atau kelas VII. Benai Kabupaten Kuantan Singingi. JOM FISIP.
Karena semakin tinggi kelas akan semakin 2016. 3 (2).
sulit merubah perilaku. Konseling individu 13. Iqbal M. Penanggulangan Perilaku
atau konseling kelompok kecil dapat Menyimpang. Lentera Pendidikan. 2014. 17 (2) :
p. 229-242.
menjadi alternative dalam intervensi 14. Peter R. Peran Orangtua Dalam Krisis Remaja.
pencegahan perilaku merokok pada remaja Humaniora. 2015. 6 (4) : p. 453-460
khususnya remaja laki-laki. 15. Negoro SH. Pembentukan Sikap Oleh Perokok
Remaja Melalui Peringatan Bahaya Merokok
Daftar Pustaka Pada Kemasan Rokok. JURNAL INTERAKSI.
2016. 5 (2) ; p. 112-122
16. Tahir A, Oktaviana D. Pendekatan Konseling
1. Nurmiyanto A, Rahmani D. Sosialisasi Bahaya
Behavior Dengan Teknik Self Control Untuk
Rokok Guna Meningkatkan Kesadaran
Mengurangi Kebiasaan Merokok Pada Peserta
Masyrarakat Akan Besarnya Dampak Buruk
Didik Di SMA Negeri 13 Bandar Lampung.
Rokok Bagi Kesehatan. Jurnal Inovasi dan
Konseli: Jurnal Bimbingan dan Konseling. 2016.
Kewirausahaan. 2013. 224;232-2.
03 (1); p. 63-77
466
Tita Septi Handayani Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

17. Tristansi I. Remaja Dan Perilaku Merokok. The


3rd Universty Research Colloquium. 2016. p :
328 – 342.

467

Anda mungkin juga menyukai