Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mengenai “Terapi Modalitas untuk Pasien Penyalahgunaan NAPZA”.
Diharapkan dengan adanya karya tulis ini bisa membantu para pembaca
khususnya para perawat agar lebih mampu menyadari dan memahami berbagai
terapi Modalitas untuk Pasien Penyalahgunaan NAPZA. Penyusunan tugas yang
diberikan ini telah kami buat dengan usaha semaksimal mungkin dan sesuai
dengan format yang telah ditetapkan. Mengenai isi tugas ini telah diupayakan
sesuai dengan tujuan yang didasarkan berbagai sumber referensi yang terpercaya.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Terima kasih.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................1

DAFTAR ISI ...........................................................................................................2

A. Modalitas Terapi Napza ..............................................................................3


B. Herbal ..........................................................................................................4
C. Akupuntur ...................................................................................................5
D. Logoterapi ...................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................8

2
A. Modalitas Terapi Napza
Menurut Erwina (2016), terdapat beberapa model terapi napza, yaitu:
1. Therapeutic Community -TC Model
Model ini merujuk pada keyakinan bahwa gangguan penggunaan
NAPZA adalah gangguan pada seseorang secara menyeluruh.
Pendekatan yang dilakukan meliputi terapi individual dan kelompok,
sesi encounter yang intensif dengan kelompok sebaya dan
partisipasi dari lingkungan terapeutik dengan peran yang
hirarki, diberikan juga keistimewaan (privileges) dan tanggung jawab.
Merupakan perawatan inap dengan periode perawatan dari dua belas
sampai delapan belas bulan yang diikuti dengan program aftercare
jangka pendek.
2. Model Medik,
Model ini berbasis pada biologik dan genetik atau fisiologik sebagai
penyebab adiksi yang membutuhkan pengobatan dokter dan
memerlukan farmakoterapi untuk menurunkan gejala-gejala serta
perubahan perilaku. Program ini dirancang berbasis rumah sakit
dengan program rawat inap sampai kondisi bebas dari rawat inap atau
kembali ke fasilitas dimasyarakat.
3. Model Minnesota
Fokus pada abstinen atau bebas NAPZA sebagai tujuan utama
pengobatan berlangsung selama tiga sampai enam minggu rawat inap
dengan lanjutan aftercare, termasuk mengikuti program self help
group (Alcohol Anonymous atau Narcotics Anonymous) serta layanan
lain sesuai dengan kebutuhan pasien secara individu.
4. Model Eklektik
Model ini menerapkan pendekatan secara holistik dalam program
rehabilitasi. Pendekatan spiritual dan kognitif melalui penerapan
program 12 langkah merupakan pelengkap program TC yang
menggunakan pendekatan perilaku, hal ini sesuai dengan jumlah dan
variasi masalah yang ada pada setiap pasien adiksi.

3
5. Model Multi Disiplin
Program ini merupakan pendekatan yang lebih komprehensif dengan
menggunakan komponen disiplin yang terkait termasuk reintegrasi
dan kolaborasi dengan keluarga dan pasien.
6. Model Tradisional
Tergantung pada kondisi setempat dan terinpirasi dari hal-hal praktis
dan keyakinan yang selama inisudah dijalankan. Program bersifat
jangka pendek dengan aftercare singkat atau tidak sama sekali.
Komponen dasar terdiri dari : medikasi, pengobatan alternatif, ritual
dan keyakinan yang dimiliki oleh sistem lokal contoh :
pondok pesantren, pengobatan tradisional atau herbal.
7. Faith Based Model,
Sama dengan model tradisional hanya pengobatan tidak menggunakan
farmakoterapi
B. Herbal
Menurut Kuncari, Juanedi, Yulianti, dan Suty. (2011), terdapat
obat herbal yang digunakan untuk pengguna/pecandu narkoba, yaitu:
Habbatussauda atau jintan hitam
Cara menghilangkan kecanduan narkoba jenis opium berdasarkan
penelitian Dr. Sibghatulla Sangai dalam Kuncari dkk (2011) adalah
dengan menggunakan habbatussauda. Dari hasil penelitian dengan
mengkonsumsi habbatussauda dalam waktu 3 bulan memberikan efek
memperbaiki kualitas fisik dan psikis. Selain itu ada peningkatan asupan
kalori, napsu makan, dan juga perbaikan pola tidur walaupun tanpa
pemberian penenang. Tekanan darah, pernapasa, suhu, denyut jantung, dan
TTV lainnya menunjukan angka normal yang mengindikasikan
habbatussauda tidak memiliki efek samping terhadap tanda vital fisik pada
peserta.
Selain itu, secara psikologis dapat mengurangi rasa gelisah, cemas,
dan bergetar atau tremor. Selain itu mulai timbul keceriaan,kewaspaan,
ketenanga, kesabaran, relaksasi, respon berpikir jernih, dan kemauman
untuk bersosialisasi . Kemudian, untuk takaran habbatussauda yang dapat

4
dikonsumsi yaitu 2x 1 gram perhari, agar lebih nikmat bisa dicampukan
dengan madu. Selain itu, juga dapat menggunakan minyak habbatussauda
selain dalam bentuk bijian atau bubuk.
C. Akupuntur
Menurut Windiramadhan (2013), tedapat cara untuk orang-orang
yang kecanduan alkohol, rokok, dan narkoba, yaitu akupuntur. Akupuntur
adalah teknik memaskkan atau memanipulasi jarum ke dalam titik
akupuntur tubuh. Menurut ajaran ilmu akupuntur, ini dapat memulihkan
kesehatan dan kebugaran dan khususnya sangat baik untuk mengobati rasa
sakit. Terdapat dua jenis akupuntur yaitu akupuntur medis yang digunakan
untuk mengobati dan akupuntur kecantikan yang khusus untuk menaikkan
atau menurunkan berat badan, dan kepentingan kecantikan lainnya.
Mekanisme kerja akupuntur dalam penyembuhan diuraikan
sebagai berikut, titik akupuntur yang berjumlah 720 titik, merupakan
daerah kulit yang banyak mengandung banyak serabut syaraf. Stimulasi
pada titik akupuntur akan merasang syaraf di titik tersebut dan kan
mempengaruhi berbagai nerutransmitter serta perubahan biofisika. Zat
kimiawi otak inilah yang dipercaya mampu menjaga keseimbangan
fisiologik tubuh dalam keadaan sehat maupun sakit. Oleh karena itu
akupuntur ini sangat berperan penting dalam proses penyembuhan orang
yang memiliki kecandua tertentu seperti kecandua alkohol, merokok, dan
kecanduan narkoba.
D. Logoterapi
Berdasarkan data BNN (Koran Sindo 15 November 2017)
menyatakan jumlah penduduk Indonesia memakai narkoba sebanyak 5,1
juta jiwa dan merupakan jumlah terbesar di Asia. 40% dari jumlah tersebut
merupakan pemakai narkoba golongan pelajar dan mahasiswa (Narasati
dan Astuti, 2019).
Narkoba sendiri sangat dekat dengan kehidupan remaja dari
berbagai faktor lingkungan sosial maupun di dalam keluarga. Masa remaja
merupakan masa transisi, masa pencarian jati diri dimana pada masa

5
tersebut membuat remaja memiliki keingintahuan yang besar pada
kehiduoa orang dewasa disekitarnya (Narasati dan Astuti, 2019).
Menurut terdapat 4 motivasi remaja menggunakan alcohol dan
obat-obatan terlarang yaitu : memabntu mempertahankan suasana hati
senang, aktivasi sosial dengan teman lebih menyenangkan. Sebagai bentuk
penyesuaian diri dengan lingkungan , mengurangi rasa cemas, harga diri
rendah dan kurang percaya diri. Namun di samping efek kenikmatan yang
didaptkan hanya bersifat sementara dan apabila berlebihan akan
mengganggu berbagai aspek yang dimiliki oleh remaja itu sendiri
(Guindon, 2010) dalam (Narasati dan Astuti, 2019) .
Penelitian yang dilakukan (Zamboanga dan Schwatrz, 2009) dalam
Narasati dan Astuti (2019) menyatakan ada hubungan antara harga diri
dan stress yang dialami remaja di Mchigan Amerika dengan
penyalahgunaan narkoba dan alcohol. Penting bagi individu memiliki
harga diri yang sehat dengan begitu individu akan mampu menerima
kelemahan dan menghargai kekuatan yang dimiliki (Schab , 2013) dalam
(Narasati dan Astuti, 2019).
Menurut (Kimble dan Ellor, 2000) dalam Narasati dan Astuti
(2019) secara ontologis, logoterapi mengatasi masalah-masalah
kemanusiaan tingkat tinggi untuk memahami makna dan nilai-nilai
kebebasan dan tanggungjawab, hati nurani dan komitmen, keputusan dan
tujuan hidup dibalik penderitaan seseorang.
Logoterapi melihat optimism sebagai sumber kekuatan dan
menanamkan pendekatan positif untuk mengatasi permasalahan hidup
yang dialami. Sikap optimis dapat membantu remaja pencandu narkoba
memiliki harapan untuk masa depan dengan begitu pecandu narkoba akan
memiliki harga diri tinggi dalam menilai dirinya sendiri dan mampu untuk
bersosialisasi di lingkungan.
Logoterapi menuntun konseli untuk mencari alternative pada suatu
masalah agar konseli dapat menerima dan mampu menyelesaikan
masalahnya. Menurut Battyany (2016) dalam Narasati dan Astuti (2019)

6
logoterapi memiliki tiga nilai dasar atau meaning triangle sebagai rute
untk menemukan makna yaitu :
1. Nilai kreatif, dimana konseli memberi kehidupan kembali dengan
bekerja menggunakan kreativitas yang dimiliki
2. Pengalaman, dimana konseli diminta untuk menerima pengalaman
dalam hidup sebagai bagian dari elajar dan proses kehidupan
sekalipun itu pengalaman menyakitkan
3. Nilai sikap yang dapat memberi makna adalah dimana konseli
bertanggungjawab dan bersikap atas kesalahan yang pernah dibuat
dengan membuatnya menjadi nilai baru yang ditunjukkan melalui
sikap yang lebih positif disbanding sebelumnya

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutejo (2017) di


rehabilitasi sosial permadi putra Yogyakarta menyatakan bahwa
logoterapi terbukti efektif terhadap harga diri pada remaja pecandu
narkoba di Pondok Pesantren Bidayatussalikin Yogyakarta.

1. Remaja pecandu narkoba mampu mempengaruhi dan mengajak orang


lain untuk dapat mengatasi kecanduan terhadap narkoba
2. Memiliki usaha untuk dapat berdaptasi dan diterima oleh oran lain dan
lingkungan baru
3. Berusaha untuk taat pada peraturan baik secara moral dan agama
4. Berusaha memilik prestasi dan kembali optimis dalam menata masa
depan

7
DAFTAR PUSTAKA

Erwina, I. (2016). Penatalaksanaan Napza. Retrieved from:

https://www.academia.edu/5024897/PENATALAKSANAAN_NAPZA1

Kuncari, Juanedi, Yulianti, dan Suty. (2011). Kedasyatan Habbatusauda


Mengobati Berbagai Penyakit. Jakarta: Argomedia

Narasati, D.,Astuti, B. (2019) Efektivitas Logoterapi Terhadap Peningkatan Harga


Diri Remaja Pecandu Narkoba Di Pondok Pesantren Bidayatussalikin
Yogyakarta. Jurnal Bimbingan Dan Konseling 9(1). Retrieved from :

http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK/article/view/3690

Windiramadhan, A.P. (2013). Akupuntur. Retrieved from

https://www.academia.edu/6669619/Pengobatan_Komplementer_Akupunt
ur

Anda mungkin juga menyukai