Anda di halaman 1dari 10

JurnalFarmasi Indonesia, Maret 2019, hal 14- 23 Vol. 16 No.

1
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291 Online : http://ejurnal.setiabudi.ac.id/ojs/index.php/farmasi-indonesia

Formulasi dan Uji Aktivitas Nanoemulsi Minyak Atsiri Daun Kemangi


(Ocimum basilicum L.) Terhadap Salmonella typhii

Nanoemulsion Formulation And Activity Test Of Essential Oil Basil


Leaves (Ocimum basilicum L.) Against Salmonella typhii
Monica Kristiani*, Septiana Laksmi Ramayani, Klara Yunita, Meilina Saputri
Prodi D3 Farmasi, Politeknik Katolik Mangunwijaya, Semarang, Indonesia,
email : monicakristia@gmail.com

Abstrak
Minyak atsiri daun kemangi (Ocimum basilicum L.) dengan konsentrasi 2,5% diketahui
dapat menunjukkan adanya diameter zona hambat dengan nilai rata-rata 8,67 ± 0,58 mm. Minyak
atsiri memiliki karakteristik mudah menguap, dan mudah teroksidasi menjadi resin, sehingga
dapat mempengaruhi aktivitasnya sebagai antibakteri.Untuk meningkatkan stabilitasnya maka
minyak atsiri dari hasil destilasi daun kemangi perlu dikemas dalam suatu sistem penghantaran
khusus yaitu nanoemulsi.
Nanoemulsi dibuat dengan metode emulsifikasi spontan. Nanoemulsi selanjutnya diuji
karakteristik fisiknya meliputi ukuran droplet, indeks polidispersitas, potensial zeta dan morfologi
nanoemulsi menggunakan alat Transmission Electron Microscope (TEM). Sediaan tersebut
selanjutnya diuji aktivitasnya terhadap Salmonella thypii. Metode yang digunakan adalah metode
difusi cakram Kirby-Bauer.
Dari uji karakteristik fisik diperoleh hasil rata-rata ukuran partikel 10,6 nm, indeks
polidispersitas 0,03 dan potensial zeta -36,4. Hasil pengamatan menggunakan TEM bentuk
partikel yang dihasilkan berbentuk sferis. Hasil uji antibakteri ditunjukkan dengan terbentuknya
zona hambat minyak atsiri daun kemangi (9,3 mm), kontrol positif (6,6 mm), kontrol negatif (7,5
mm), nanoemulsi minyak atsiri daun kemangi (8,3 mm), dan Virgin Coconut Oil (7 mm).
Berdasarkan hasil analisa statistik diketahui terdapat perbedaan yang tidak bermakna pada
perlakuan antar kelompok.
Kata kunci : Daun kemangi (Ocimum basilicum L.), Minyak atsiri, Nanoemulsi, Salmonela thypii

Abstract
Essential oil of basil (Ocimum basilicum L.) leaves with a concentration of 2.5% can be
estimated to have a diameter of inhibition zone with an average value of 8.67 ± 0.58 mm. Essential
oils have volatile characteristics, and are easily oxidized so that they can affect their antibacterial
activitiesl. To increase the stability, essential oils of basil leaves need to be packaged in a special
delivery system.
Nanoemulsion is made by spontaneous emulsification method. Nanoemulsion was
further tested for physical characteristics including droplet size, polydispersity index, zeta
potential and nanoemulsion morphology using a Transmission Electron Microscope (TEM). The
preparation was then tested for its activity against Salmonella thypii using Kirby-Bauer disk
diffusion method.
The physical characteristics test obtained the average particle size of 10.6 nm,
polydispersity index 0.03 and zeta potential -36.4. The results of the observation using TEM form
the particles produced are spherical. Antibacterial test results were shown by the formation of
inhibition zones of basil leaf essential oil (9.3 mm), positive control (6.6 mm), negative control (7.5
mm), nanoemulsion of basil leaf essential oil (8.3 mm), Virgin Coconut Oil (7 mm). Based on the
results of statistical analysis it was found that there were no significant differences in treatment
between groups.
Key word : Basil leaves (Ocimum basilicum L.), Essential oil, Nanoemulsion, Salmonela thypi
15~Vol. 16 No. 1 Formulasi dan Uji Aktivitas Nanoemulsi Minyak Atsiri Daun Kemangi

PENDAHULUAN perlu dikemas dalam suatu sistem


Thypoid fever (demam tifoid) penghantaran khusus.
adalah penyakit yang disebabkan Sistem penghantaran
karena adanya infeksi bakteri menggunakan nanopartikel telah
Salmonella typhii yang ditandai banyak dikembangkan. Kelebihan
dengan demam selama satu minggu sistem penghantaran nanopartikel
atau lebih, dan disertai gangguan adalah kemampuan untuk
pada saluran pencernaan (Widodo, menembus ruang-ruang antar sel
2007). Pengobatan utama untuk yang hanya dapat ditembus oleh
demam tifoid adalah dengan ukuran partikel koloidal (Buzea.,dkk,
pemberian antibiotik. 2007). Kelebihan yang lain adalah
Kloramfenikol merupakan adanya peningkatan afinitas dari
antibiotik terpilih untuk pengobatan sistem karena peningkatan luas
demam tifoid, tetapi pada tahun 80- permukaan kontak pada jumlah
an dilaporkan terdapat peningkatan yang sama (Kawashima, 2000).
bakteri resisten terhadap Sistem penghantaran yang sesuai
kloramfenikol (Lesser dan Miller, untuk bahan aktif berupa minyak
2001), hal ini disebabkan karena atsiri adalah nanoemulsi. Konsep
penggunaan antibiotik yang tidak dari teknologi ini adalah formulasi
rasional (Brooks.,dkk.,2002). antara minyak, surfaktan, dan
Berdasarkan permasalahan tersebut kosurfaktan yang mengandung obat.
kemudian mulai dikembangkan Pada penelitian ini akan
pengobatan menggunakan obat dilakukan formulasi nanoemulsi
tradisional. Salah satu tanaman menggunakan variasi konsentrasi
yang memiliki khasiat sebagai obat surfaktan dan kosurfaktan tween 80
adalah daun kemangi (Ocimum : PEG 400 masing-masing 10:5,
basilicum L.) 20:10, 30:15, 40:20, 50:25.
Menurut Zukhruf.,dkk (2014) Nanoemulsi minyak atsiri daun
pada hasil uji aktivitas minyak atsiri kemangi diuji karakteristik fisik dan
kemangi terhadap S. typhiiI dengan aktifitasnya terhadap bakteri S.
konsentrasi 2,5%; 5%; 7,5%; 10%; typhi. Pengujian karakteristik fisik
15%; 25%; 35%; dan 45%, yang dilakukan diantaranya adalah
menunjukkan bahwa pada ukuran droplet, indeks
konsentrasi terkecil minyak atsiri polidispersitas, potensial zeta dan
sudah menunjukkan adanya morfologi permukaan nanoemulsi.
diameter zona hambat dengan nilai
rata-rata 8,67 ± 0,58 mm. Minyak METODE PENELITIAN
atsiri memiliki sifat mudah menguap, Alat dan Bahan
dan mudah teroksidasi menjadi Alat yang digunakan dalam
resin, sehingga dapat penelitian ini adalah alat destilasi,
mempengaruhi aktivitasnya sebagai Spektrofotometer UV-VIS, vortex,
antibakteri. Untuk meningkatkan Particle Size Analyzer (PZA), micro
stabilitasnya, maka minyak atsiri
Monica Kristiani, Septiana Laksmi Ramayani, Klara Yunita, Meilina Saputri J. Farmasi Indonesia~16

tube, vial, gelas ukur, Transmission Komponen matriks nanoemulsi


Electron Microscopy (TEM), petri disk. dinyatakan dalam Tabel I.
Minyak atsiri kemangi, VCO,
tween 80, PEG 400, akuades, toluene, Nanoemulsi dibuat dengan
etil asetat, silika gel F254 nm, kertas metode emulsifikasi spontan dengan
saring, penampak bercak vanillin-asam menggunakan vortex. Disiapkan tabung
sulfat, konikal volume 25 mL, dipipet tween 80
1. Determinasi Tanaman menggunakan micro pipet, dimasukkan
Determinasi tanaman dilakukan ke dalam tabung konikal. Ditambahkan
dengan mencocokkan ciri-ciri tanaman VCO dan divortex selama dua menit.
dengan kunci determinasi. Campuran tersebut selanjutnya
2. Destilasi minyak atsiri daun ditambahkan PEG 400 dan divortex
kemangi selama tiga menit. Akuades
Destilasi minyak atsiri kemangi ditambahkan ke dalam campuran fase
dilakukan dengan 3 perbandingan minyak surfaktan dan kosurfaktan yang
simplisia-pelarut (1:1, 1:1,5 dan 1:2). telah bercampur dan divortex kembali
Ditimbang daun kemangi sebanyak 250 selama sepuluh menit
g, ditambahkan akuades masing- 5. Formulasi nanoemulsi minyak
masing sebanyak 250 mL, 375 mL dan atsiri daun kemangi.
500 mL. Ditambahkan batu didih, Pembuatan nanoemulsi minyak
kemudian dipanaskan selama 4-5 jam atsiri daun kemangi diawali dengan
pada suhu 70-80ºC. pembuatan matriks, Formulasi
3. Identifikasi minyak atsiri nanoemulsi yang terpilih berdasarkan
Identifikasi minyak atsiri nilai uji transmitan dan pengamatan
dilakukan dengan dua metode yaitu secara visual, kemudian ditambahkan
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) minyak atsiri daun kemangi. Fase
menggunakan fase gerak toluene : etil minyak yang terdiri dari minyak atsiri
asetat (97:3) dan Kromatografi Gas daun kemangi dan VCO divortex selama
Spektrometri Massa (GC-MS). dua menit. Surfaktan yaitu tween 80
4. Pembuatan matriks nanoemulsi ditambahkan ke dalam fase minyak dan
Pembuatan nanoemulsi diawali divortex selama dua menit. Fase minyak
dengan pembuatan matriks, terdiri dari dan surfaktan yang telah tercampur
VCO, tween 80, PEG 400, dan akuades kemudian ditambahkan PEG 400 dan
dengan berbagai konsentrasi. divortex kembali selama dua menit.
Akuades ditambahkan ke dalam
Tabel 1. Matriks Nanoemulsi
Formula matriks (%)
Bahan I II III IV V
VCO 1 1 1 1 1
Tween 80 10 20 30 40 50
PEG 400 5 10 15 20 25
Aqua 81,5 66,5 51,5 36,5 2,5
Total 100 100 100 100 100
17~Vol. 16 No. 1 Formulasi dan Uji Aktivitas Nanoemulsi Minyak Atsiri Daun Kemangi

campuran fase minyak, surfaktan dan dimasukkan kertas cakram diameter 6


kosurfaktan divortex selama 30 menit. mm yang telah direndam dengan
Sediaan nanoemulsi yang terbentuk minyak atsiri, VCO, suspensi
selanjutnya dilakukan karakterisasi kloramfenikol, pembawa nanoemulsi,
nanoemulsi. nanoemulsi kemangi, VCO selama 2
6. Karakterisasi nanoemulsi menit.
Formula nanoemulsi yang telah Selanjutnya disimpan selama 24
dibuat kemudian dikarakterisasi meliputi jam pada suhu 37ºC dalam incubator,
ukuran droplet, indeks polidispersitas kemudian diukur diameter hambat yang
dan potensial zeta menggunakan terbentuk. Masing-masing pengujian
Particle Size Analyzer (Beckman dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
Coulter). Pengukuran dilakukan dengan
cara sampel dimasukkan ke dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
kuvet dengan indeks refraksi 1,3332 dan 1. Determinasi Tanaman
viskositas 0,8858 cP, pada suhu 24,9oC, Hasil determinasi menunjukkan
kemudian ditentukan rata-rata ukuran bahwa tanaman yang digunakan dalam
partikel, potensial zeta dan distribusi penelitian ini merupakan spesies
partikel pada tiga kali pengulangan. Ocimum basilicum L.
Pengamatan morfologi 2. Destilasi minyak atsiri daun
nanoemulsi minyak atsiri daun kemangi kemangi
dilakukan menggunakan alat Destilasi minyak atsiri daun
Transmission Electron Microscopy kemangi dilakukan dengan metode
(TEM) dengan prosedur 1 tetes sampel destilasi air dengan perbandingan
dari formula yang terpilih diteteskan simplisia dan pelarut1:1 ; 1:1,5 ; 1:2
pada copper grid yang telah dilapisi selama 4 jam. Semakin lama waktu
dengan alat Auto Carbon Coated (JOEL destilasi air, maka kontak bahan dengan
JEC-560, Japan). Sampel nanoemulsi pelarut semakin lama dan minyak atsiri
kemudian dibiarkan mengering dengan yang dihasilkan semakin banyak. Hasil
didiamkan pada suhu kamar selama 1 proses destilasi air selama 4 jam dan 5
hari. Sampel yang telah mengering jam tidak menunjukkan penambahan
kemudian dimasukkan ke dalam holder volume minyak atsiri kemangi, sehingga
dan dianalisis pada percepatan 120 kV waktu optimum untuk destilasi air
dengan magnifikasi 60000. minyak atsiri daun kemangi adalah 4
7. Uji Aktivitas antibakteri jam. Hasil destilasi minyak atsiri
Uji aktivitas antibakteri dilakukan kemangi dapat dilihat pada Tabel 2.
terhadap bakteri Salmonella typhi,. Tabel 2 menunjukkan bahwa
Pengujian antibakteri dilakukan dengan minyak atsiri kemangi yang dihasilkan
metode disc difusi. Cara kerja metode dengan berbagai rasio simplisia-pelarut
difusi adalah bakteri uji yang telah memiliki organoleptis yang sama tetapi
diremajakan diinokulasikan kedalam jumlah rendemen yang dihasilkan
Nutrient Agar lalu diratakan. Ke dalam berbeda-beda.
medium yang berisi bakteri lalu
Monica Kristiani, Septiana Laksmi Ramayani, Klara Yunita, Meilina Saputri J. Farmasi Indonesia~18

Tabel 2. Rendemen Minyak Atsiri Kemangi dengan Berbagai Rasio Bahan-pelarut


Pengujian Rasio Bahan Pelarut
1:1 1:1,5 1:2
Bentuk Cairan Cairan Cairan
Warna Kuning Kuning Kuning
Bau Khas Khas Khas
Rasa Pedas Pedas Pedas
Rendemen 0,24% 0,31% 0,23%

Rasio bahan-pelarut 1:1,5 menunjukkan didapatkan dua noda berwarna ungu


jumlah rendemen terbesar, dan dengan Rf 0,97 dan 0,79.
berdasarkan analisa statistik memiliki
Tabel 4. Nilai Rf setelah
perbedaan yang signifikan dengan
penyemprotan dengan
jumlah rendemen minyak atsiri dengan
penampang bercak vanillin-asam
rasio perbandingan simplisia-pelarut
sulfat
lainnya. Hasil destilasi dengan rasio
Deteksi Penampak Bercak
bahan pelarut 1:1 dan 1:2 menunjukkan Noda vanilin-asam sulfat
perbedaan yang tidak signifikan. Warna Rf
Rendemen minyak atsiri akan 1 Ungu Tua 0,97
meningkat seiring dengan 2 Ungu Tua 0,79
bertambahnya pelarut. Kontak antara 3 Ungu Tua 0,58
pelarut dan bahan akan semakin besar, 4 Ungu Tua 0,43
sampai larutan menjadi jenuh dan daya
ekstraknya menurun (Effendi, 2014). Pada Tabel 4 menunjukkan Noda
yang tampak setelah disemprot dengan
3. Identifikasi minyak atsiri penampak bercak vanilin-asam sulfat
a. Metode KLT pekat didapatkan empat noda berwarna
Identifikasi minyak atsiri kemangi ungu tua yaitu noda pertama didapatkan
secara KLT dapat dilihat pada Tabel III Rf 0,97; noda kedua Rf 0,79; noda
dan IV ketiga Rf 0,58; dan noda keempat Rf
Tabel III. Nilai Rf sebelum 0,43.
penyemprotan dengan Menurut Wagner dan Bladt (1996),
penampang bercak vanillin-asam minyak atsiri daun kemangi dengan
sulfat penampak bercak vanilin-asam sulfat
Deteksi Sinar UV 254 pekat menghasilkan noda berwarna
Noda merah violet Rf 0,50 menunjukkan
Warna Rf
1 Ungu Tua 0,97 senyawa metilkavikol, noda berwarna
2 Ungu Tua 0,79 biru Rf 0,95 menunjukkan senyawa
3 - - linalool, dan noda berwarna kuning
4 - - coklat Rf 0,47 menunjukkan senyawa
eugenol. Berdasarkan hasil tersebut
dapat dilihat bahwa noda dengan Rf
Tabel 3 menunjukkan noda yang
0,97 yang mendekati Rf linalool yaitu
tampak pada sinar UV 254 nm
19~Vol. 16 No. 1 Formulasi dan Uji Aktivitas Nanoemulsi Minyak Atsiri Daun Kemangi

0,95 sehingga minyak atsiri daun mempengaruhi kemampuan


kemangi yang digunakan diduga mengekstrak senyawa yang terdapat di
mengandung senyawa linalool dan noda dalam minyak atsiri (Djafar, 2010). Hasil
dengan Rf 0,43 mendekati Rf eugenol komposisi minyak atsiri dengan
yaitu Rf 0,47 sehingga minyak atsiri berbagai rasio bahan-pelarut dapat
daun kemangi yang digunakan diduga dilihat pada Tabel 5.
juga mengandung senyawa eugenol. 4. Pembuatan dan pengamatan
b. Kromatografi Gas Spektrometri matriks nanoemulsi
Massa (GC-MS) Dari hasil pengamatan
Hasil analisa GC-MS organoleptis dan uji transmitan
menunjukkan bahwa perbandingan didapatkan matrix nanoemulsi yang
rasio bahan-pelarut menghasilkan paling stabil adalah pada formula 4
komposisi minyak atsiri kemangi yang dengan konsentrasi tween 80 sebesar
berbeda-beda. Minyak atsiri kemangi 40% menunjukkan nilai transmitan yang
rasio bahan-pelarut 1:1 dan 1:1,5 tinggi dan stabil dari hari pertama hingga
menghasilkan 50 komposisi, sedangkan hari kelima. Hasil yang didapat telah
pada rasio bahan-pelarut 1:2 sesuai dengan Suciati dkk., (2014)
menghasilkan 40 komposisi. Perbedaan menyebutkan bahwa perbandingan
rasio bahan-pelarut berpengaruh tween 80 dengan PEG 400 (2:1)
terhadap komposisi-komposisi minyak berhasil membentuk sediaan
atsiri yang dihasilkan karena jumlah nanoemulsi dengan diameter globul
pelarut yang berbeda dapat yang seragam.

Tabel 5. Komposisi Utama Minyak Atsiri Kemangi Dengan Berbagai


Perbandingan Rasio Bahan-Pelarut
Nama Senyawa Rasio Bahan Pelarut
No
1:1 1:1,5 1:2
1 Verbenol 28,95 34,24 -
2 Z-citral 6,93 28,14
3 Linalool 8,21 - 2,5
4 Trans-geraniol - 15,72 -
5 Geraniol - - 7,4
6 Trans-alphabisabolene - - -
7 H- benzocycloheptene,2,4a,5,6,7,8,9,9a- 4,73 - -
octahydro-3,5,5-trimethyl-9-methylene,(4aS-cis)-
(CAS)
8 Trans-Caryophylen 4,43 2,28 4,60
9 h-benzocyc lohepten - 3,00 -
10 6-methyl-5 hepten-2-one 4,02 2,58 -
11 Methylsulfidtiol 2,04 - -
12 Carane, 4,5 epoxy - 2,11 -
13 Carbamimidoyl - - 3,46
Monica Kristiani, Septiana Laksmi Ramayani, Klara Yunita, Meilina Saputri J. Farmasi Indonesia~20

5. Formulasi Nanoemulsi minyak potensial zeta. Hasil uji karakteristik


atsiri daun kemangi nanoemulsi minyak atsiri daun
Matrix nanoemulsi kemudian kemangidapat dilihat pada Tabel 7.
diformulasi dengan minyak atsiri daun Tabel 7. Karakteristik nanoemulsi
kemangi dan direplikasi sebanyak 3 kali minyak atsiri daun kemangi
Nanoemulsi minyak atsiri daun kemangi Karakteristik Fisik Hasil
dibuat dalam sediaan 10 mL dengan Ukuran Partikel 10,6
formula pada Tabel 6. Indeks Polidispersitas 0,03
Potensial Zeta -36,4
Tabel 6. Formula nanoemulsi minyak
atsiri daun kemangi (O. basilicum L.)
Ukuran partikel nanoemulsi penting
Bahan Formula Konsentrasi
untuk diketahui karena untuk
Minyak atsiri daun 2,5
menentukan laju pelepasan obat dan
kemangi
VCO 2 absorpsi obat (Vilas dkk., 2014). Hasil uji
Tween 80 40 pengukuran partikel menggunakan alat
PEG 400 20 PSA didapatkan sebesar 10,6 nm.
Aquadest 35,5 Semakin kecil ukuran partikel maka
proses absorpsi semakin cepat dan efek
Nanoemulsi minyak atsiri daun farmakologis yang dihasilkan lebih
kemangi yang dihasilkan yaitu berupa cepat. Ukuran tersebut sesuai dengan
cairan kental, jernih, bau khas minyak teori yang dikemukakan oleh Kumar
atsiri, dan tidak berasa. Hasil dkk., (2010) bahwa ukuran partikel
nanoemulsi minyak atsiri daun kemangi dalam sistem nanoemulsi memiliki
dengan 3 replikasi dapat dilihat pada ukuran kurang dari 200 nm.
Gambar 1.
6. Karakteristik nanoemulsi Hasil pengukuran indeks
minyak atsiri daun kemangi polidispersitas yaitu sebesar 0,030, hasil
Nanoemulsi minyak atsiri daun tersebut menunjukkan bahwa partikel-
kemangi selanjutnya dikarakterisasi partikel di dalam formula nanoemulsi
menggunakan alat Particle Size minyak atsiri daun kemangi memiliki
Analyzer (PSA) yang meliputi ukuran distribusi ukuran yang seragam.
partikel, indeks polidispersitas, dan

Gambar 1. Formula nanoemulsi minyak atsiri daun kemangi (Replikasi 1-3)


21~Vol. 16 No. 1 Formulasi dan Uji Aktivitas Nanoemulsi Minyak Atsiri Daun Kemangi

Indeks Polidispersitas memiliki range akan cepat mengendap atau tidak


nilai dari 0 sampai 1, ukuran partikel terjadi sedimentasi.
dikatakan seragam apabila nilai indeks 7. Pengamatan morfologi
polidispersitas yang didapat mendekati nanoemulsi minyak atsiri daun
angka 0 yang mengindikasikan dispersi kemangi
yang homogen (Kurniawan, 2012). Pengamatan morfologi
Potensial zeta adalah nilai yang nanoemulsi menggunakan alat
menunjukkan gaya tolak menolak antar Transmission Electron Microscope
partikel. Sistem larutan koloid dapat (TEM). Hasil pengamatan
stabil karena adanya gaya tolak menggunakan TEM menunjukkan
menolak antar partikel sehingga bahwa bentuk partikel nanoemulsi
partikel akan sulit berdekatan yang dihasilkan berbentuk sferis.
membentuk agregat (Jahanshahi dan Bentuk partikel nanoemulsi yang
Babaei, 2008). Nilai potensial zeta lebih kurang sferis akan mempermudah
besar dari +30 mV atau kurang dari - kontak antar partikel sehingga berujung
30 mV biasanya memiliki derajat pada agregasi (Couvreur dkk., 2002).
stabilitas tinggi (Gupta dkk., 2010). Hasil morfologi nanoemulsi minyak
Pada penelitian ini memberikan hasil atsiri daun kemangi dapat dilihat pada
pengukuran potensial zeta sebesar - Gambar 2.
36,4 mV. Hasil tersebut menunjukkan Gambar 2 menunjukkan partikel
bahwa nanoemulsi minyak atsiri daun nanoemulsi minyak atsiri daun kemangi
kemangi yang dihasilkan memiliki terlihat bulatan cairan yang dilapisi oleh
stabilitas yang baik karena memiliki garis tebal. Garis tebal adalah
nilai kurang dari -30 mV. emulsifier yang melindungi minyak,
Nilai negatif menunujukkan sedangkan lingkaran yang terdapat di
bahwa partikel di dalam sediaan dalam garis tebal adalah fase minyak
nanoemulsi sebagian besar memiliki yaitu campuran VCO dengan minyak
muatan negatif, sehingga terjadi tolak atsiri.
menolak antar partikel. Tolak menolak Metode uji antibakteri yang
antar partikel membuat sediaan tidak digunakan adalah metode difusi
cakram Kirby-Bauer.

Gambar 2. Morfologi nanoemulsi minyak atsiri daun kemangi


Monica Kristiani, Septiana Laksmi Ramayani, Klara Yunita, Meilina Saputri J. Farmasi Indonesia~22

Aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan Menurut Noriko, dkk (2014),


terbentuknya hallo/zona bening VCO memiliki aktivitas antibakteri
disekitar kertas cakram. Media yang terhadap bakteri Salmonella thypi. Hasil
digunakan adalah Nutrient Agar (NA) serupa ditunjukkan pada hasil penelitian
yang merupakan media universal untuk ini yaitu terbentuknya zona bening
pertumbuhan bakteri. Hasil uji disekitar cakram sebesar 7mm.
antibakteri sediaan nanoemulsi minyak berdasarkan hasil analisa statistik
atsiri daun kemangi dapat dilihat pada diketahui terdapat perbedaan yang tidak
Tabel VIII. bermakna pada perlakuan antar
kelompok.
Tabel VII. Hasil Uji Aktivitas KESIMPULAN
Antibakteri Sediaan Nanoemulsi 1. Minyak atsiri daun kemangi (O.
Minyak Atsiri Daun Kemangi basilicum L.) dapat diformulasikan
terhadap bakteri Salmonella thypii dalam sediaan nanoemulsi, dengan
komponen formula sebagai berikut
Zona : Minyak atsiri (2,5%), VCO (2%),
Perlakuan Hambat Tween 80 (40%), PEG 400 (20%),
(mm) Aquadest (35,5%).
Minyak atsiri daun 9,3 2. Karakteristik nanoemulsi minyak
kemangi atsiri daun kemangi (O. basilicum
Kontrol positif (Suspensi 6 L.) adalah sebagai berikut:
kloramfenikol) Ukuran partikel : 10,6 nm
Kontroll Negatif (Matriks 7,5
Indeks Polidispersitas : 0,03
nanoemulsi)
Potensial Zeta : -36,4
Nanoemulsi minyak atsiri 8,3
3. Nanoemulsi minyak atsiri daun
daun kemangi
VCO 7 kemangi memiliki aktivitas
Tabel VIII menunjukkan bahwa antibakteri terhadap bakteri
sediaan nanoemulsi minyak atsiri daun Salmonella thypii.
kemangi memiliki aktivitas antibakteri UCAPAN TERIMA KASIH
terhadap bakteri Salmonella thypii yang Ucapan Terima kasih kami
dtunjukkan dengan terbentuknya zona sampaikan kepada Yayasan Bernardus
bening disekitar cakram dengan sekolah-sekolah Theresiana yang telah
diameter 8,3mm. Aktivitas antibakteri membiayai penelitiasni ini.
sediaan nanoemulsi minyak atsiri daun DAFTAR PUSTAKA
kemangi lebih kecil daripada aktivitas Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Dalam:
antibakteri minyak atsiri daun kemangi, Jawetz, Melnick, 2002,
hal ini disebabkan karena konsentrasi penyunting Adelberg's Medical
minyak atsiri yang terkandung dalam Microbiology. Edisi ke-21. New
nanoemulsi minyak atsiri daun kemangi York: Mc Graw-Hill Companies;. p.
lebih sedikit karena sudah 217-21.
diformulasikan dengan bahan lainnya Buzea, C., Blandino, I.I.P., dan Robbie,
dalam nanoemulsi. K., 2007,
23~Vol. 16 No. 1 Formulasi dan Uji Aktivitas Nanoemulsi Minyak Atsiri Daun Kemangi

Nanomaterial and nanoparticles: Edisi ke-15. New York: Mc Graw


sources and toxicity, Hill Companies.
Biointerphases, 2: MR170– Noriko. N, Agus Masduki, Rahmat
MR172. Azhari, Grariani Nufadianti, 2014.
Couvreur, P.,Barratt, G.,Fattal, E.,dan Uji In Vitro Daya Anti Bakterial
Vauthier, C.,2002. Nanocapsule Virgin Coconut Oil (VCO) pada
Technology: A Review. Critical Salmonella typhi. Jurnal AL-
Reviews and Trade; in Therapeutic AZHAR Indonesia Seri Sains Dan
Drug carrier System. Teknologi 2(3) 188-192.
Djafar, Fitriana.,M. Dani Supardan,dan Suciati, T., Aliyandi, A., Satrialdi,
Asri Gani, 2010. Pengaruh Ukuran 2014. Development of transdermal
Partikel, Sfrasio Dan Waktu nanoemulsion formulation for
Proses Terhadap Rendemen simultaneous delivery of protein
Pada Hidrodistilasi Minyak Jahe. vaccine and artin-m adjuvant. Int.
Hasil Penelitian Industri 23 (2). J.Pharm. Pharm. Sci. 6: 536–546.
Effendi.,VP, Simon Bambang Vilas, P.C., Gujarathi, N.A., dan
Widjanarko, 2014. DISTILASI Bhushan, R.R., 2014.
KARAKTERISASI Minyak Atsiri Preparasion and In Vitro
Rimpang Jeringau (Acorus Evaluation of Self-
calamus) Dengan Kajian Lama Nanoemulsifying Drug Delivery
Waktu Distilasi Dan Rasio Bahan : System (SNEDDS) Containing
Pelarut. Jurnal Pangan dan Clopidogrel. International Journal
Agroindustri 2(2). 1-8. Malang. of Pharmaceutical Science Review
Gupta, R.B dan Kompella, U.B (Eds.), and Research, 25: 10-15.
2006. Nanoparticle Technology for Wagner, H., Bladt, S., 1996, Plant Drug
Drug Delivery, 1 Edition. Ed. CRC Analysis:A Thin Layer
Press. Chromatography Atlas, Second
Kawashima, Y., Yamamoto, H., Edition, 359, 362, 364, New York,
Takeuchi, H., and Kuno, Y., 2000, Springer.
Mucoadhesive DL- Widodo, D., 2007, Demam Tifoid, Ilmu
lactide/glycolide copolymer Penyakit Dalam, Edisi IV., Jakarta,
nanospheres coated with chitosan Fakultas Kedokteran Universitas
to improve oral delivery of Indonesia.
elcatonin, Pharmaceutical Zukhruf Naelaz W. K, Ika Trisharyanti D.
Development and Technology, K, dan Rima Munawaroh, Aktivitas
5(1): 77-85. antibakteri kombinasi minyak atsiri
Kumar, et al. 2012. Nanotechnology as kemangi (Ocimum basilicum L)
Emerging Tool for Enhancing dengan kloramfenikol dan
Solubility of Poorly Water-Soluble gentamisin terhadap Salmonella
Drugs. J Of BioNanoSci Vol 2: typhi, Fakultas Farmasi,
227-250. Universitas Muhammadiyah
Lesser CF, Miller S, 2001 Harrison's Surakarta.
principles of internal medicine,

Anda mungkin juga menyukai