Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan

Volume 13(1) Januari 2019


Halaman 107-119
doi.org/10.33378/jppik.v13i1.119

Analisis Potensi dan Permasalahan Usaha Perikanan Budidaya


di Kecamatan Bungursari
Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
[Potential and Problems Analysis of Aquaculture Business in Bungursari
District, Tasikmalaya City, West Java Province]

Uidita Octaviola CST, Iin Siti Djunaidah, Walson Halomoan Sinaga

Jurusan Penyuluhan Perikanan, Sekolah Tinggi Perikanan


Jalan Cikaret No. 2, Bogor Selatan, Kota Bogor 16132

Diterima : 19 Februari 2019; Disetujui : 18 Maret 2019

Abstrak

Kecamatan Bungursari memiliki 253.890 m2 lahan perikanan dan sumber air yang berasal dari
sungai Cirombang dan Cidungkui. Terdapat 10 kelurahan yang mencangkup wilayah Kecamatan
Bungursari. Dimana 4 kelurahan merupakan kelurahan potensial dibidang Perikanan. Salah satu
kelurahannya adalah Kelurahan Cibunigeulis yang memiliki luas wilayah seluas 93.330 m2.
Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi potensi dan permasalahan usaha perikanan budidaya
di Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukan
bahwa mayoritas umur penduduk Kecamatan Bungursari usia 15-64 tahun sebanyak 67,1 %
yang termasuk dalam kategori usia produktif. Sebanyak 41 % masyarakat Kecamatan Bungursari
berpendidikan SMP. Terdapat 32 % responden yang berpendidikan SD, 23 % berpendidikan
SMA, dan sangat sedikit yang berpendidikan sarjana yaitu 4 %. Tingkat pendapatan Responden
di Kecamatan Bungursari rata-rata Rp. 2.538.042.bulan-1. Permasalahan yang terdapat adalah
teknologi tradisional, belum ada lembaga penyedia SAPRAS, dan keuntungan masih rendah.
Kondisi ini menunjukan bahwa perlu dilakukan identifikasi potensi wilayah untuk meningkatkan
sosial ekonomi responden di Kecamatan Bungursari.

Kata kunci : sumber air, sumber daya alam, sumber daya manusia perikanan

Abstract

Bungursari District has 253.890 m2 of fishery land and water sources originating from the
Cirombang river and Cidungkui. There are 10 villages that cover the district of Bungursari. Where
4 villages are potential villages in the fisheries sector. One of the villages is Kelurahan
Cibunigeulis which has an area of 93.330 m2. The research objective is to identify the potential
and problems of aquaculture business in the Bungursari District of Tasikmalaya City, West Java
Province.The results showed that the majority of the population of Bungursari Subdistrict aged
15-64 years as much as 67,1% were included in the productive age category. As many as 41%
of the people of Bungursari Subdistrict have junior high school education. There are 32% of
respondents who have elementary education, 23% have high school education, and very few
have undergraduate education which is 4%. Income level of Respondents in Bungursari
Subdistrict on average Rp. 2.538.042.month-1. The problem is traditional technology, there is no
SAPRAS provider, and profits are still low. This condition shows that it is necessary to identify the
potential of the region to improve the socio-economic respondents in the Bungursari District

Keywords: fisheries human resources, natural resources, water sources

Penulis Korespondensi
Uidita Octaviola CST | uidita14@gmail.com

107
Analisis Potensi dan Permasalahan Usaha Perikanan Budidaya di Kecamatan Bungursari
Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PENDAHULUAN sumber daya penunjangnya. Penelitian


Jawa barat merupakan salah satu bertujuan untuk mengidentifikasi potensi
provinsi penghasil ikan budidaya air dan permasalahan usaha perikanan
tawar yang memberikan konstribusi budidaya di Kecamatan Bungursari Kota
sebesar 597,531 ton terhadap produksi Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat.
ikan air tawar nasional pada tahun 2016.
Jawa Barat memiliki lokasi yang strategis METODE PENELITIAN
yang dekat dengan ibukota hal ini Metode yang digunakan dalam
memberikan kemudahan dalam hal penelitian ini adalah metode studi kasus.
akses teknologi dan pengembangan Metode studi kasus adalah metode
sumber daya melalui informasi dan penelitian yang dilakukan dengan cara
pendidikan. Salah satu wilayah di Jawa menjadikan objek penelitian sebagai
Barat, Kota Tasikmalaya merupakan suatu kasus yang perlu diteliti dan
salah satu kota yang mempunyai potensi diAnalisis secara detail sampai tuntas.
sektor perikanan yang cukup luas Satuan kasusnya adalah potensi dan
dengan pemanfaatan lahan untuk kolam permasalahan usaha perikanan di
budidaya seluas 621,23 Ha dan 51,42 Ha Kecamatan Bungursari.
lahan mina padi (BPS 2016). Secara
geografis Kota Tasikmalaya merupakan Waktu dan Lokasi penelitian
daerah perbukitan dengan ketersediaan Kegiatan penelitian ini dilakukan
sumber air untuk kegiatan budidaya pada tanggal 1 November 2018 sampai
relatif cukup sepanjang. Daerah ini dengan 30 November 2018. Lokasi
berada pada ketinggian 201 hingga 503 penelitian bertempat di Kecamatan
mdpl. Bungursari, Kota Tasikmalaya, Provinsi
Diantara 10 kecamatan di Kota Jawa Barat.
Tasikmalaya, Kecamatan Bungursari
merupakan sentral budidaya ikan yang Jenis dan Sumber data
memiliki lahan perikanan dalam sektor Jenis data yang dikumpulkan
kolam budidaya sebesar 116,98 Ha dan terbagi menjadi data primer dan data
13,35 Ha sebagai lahan mina padi (BPS sekunder. Berdasarkan hasil
2016). Oleh karna itu, perlu dilakukan pengamatan di lapangan data primer
kegiatan identifikasi potensi perikanan berupa data produksi budidaya, bisnis
yang terdapat di wilayah tersebut dengan perikanan dan penyuluhan perikanan.
menggali data potensi sumber daya Data sekunder berupa data register
alam, sumber daya manusia, dan kelompok perikanan berupa jumlah

108 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Uidita Octaviola CST, dkk

kelompok, jumlah anggota, serta kelas berlapis ini dilaksanakan dengan


kelompok, data kondisi wilayah melakukan random anggota populasi
perikanan Kota Tasikmalaya, Kecamatan yang dikelompokkan menurut ciri-ciri
Bungursari berupa profil, topografi, tertentu. Ciri-ciri kelompok yang diambil
monografi dan jumlah penduduk. sebagai sampel adalah memiliki
Sumber untuk memperoleh data kelompok terbanyak dan memiliki letak
primer adalah secara langsung dari wilayah yang berdekatan.
pelaku utama di lapangan. Sumber untuk Menurut Consuelo dan Sevilla
memperoleh data sekunder berupa data (2007), cara menentukan besarannya
tercatat diambil dari Kantor Dinas ukuran sample memakai rumus slovin
Pertanian dan Perikanan kota sebagai berikut :
Tasikmalaya, Kantor Kecamatan N
n= 2
Bungursari, studi kepustakaan atau 1 + N(e)
literatur, internet.
Ket :
n = ukuran sampel
Teknik Pengumpulan Data N= Populasi
e = Tingkat kesalahan (5% - 20%)
Teknik pengumpulan data dalam
n = Jumlah Sampel
penelitian melalui wawancara dan
observasi langsung kepada responden Berdasarkan perhitungan
dan melihat kondisi di lapangan. Alat Menggunakan slovin jumlah responden
yang digunakan untuk menggali data yang dijadikan sampel sebanayak 22
dalam kegiatan praktek ini adalah responden yang tersebar di 4 kelurahan
kuisioner dan borang sebagai acuan yaitu kelurahan Cibunigeulis 15
dalam pengambilan data. Jenis responden, Sukarindik sebanyak 3
pertanyaan yang diberikan dalam responden, Sukajaya sebanyak 2
kuesioner kepada responden bersifat responden, dan Bantarsari sebanyak 2
terbuka dengan teknik wawancara. responden.
Selanjutnya hasil jawaban dari Metode analisis data deskriptif
responden akan dipindah ke dalam yang digunakan dalam praktek keahlian
borang yang telah disediakan. dapat menggunakan Tree Analysis.
Analisis pohon kesalahan (Fault Tree
Metode Analisis Data Analysis) merupakan salah satu metode
Teknik pengambilan sampel yang yang dapat digunakan untuk mencari
digunakan adalah stratified random akar penyebab masalah dari macam–
sampling (acak berlapis). Teknik acak macam permasalahan yang ada

Vol 13(1) Tahun 2019 109


Analisis Potensi dan Permasalahan Usaha Perikanan Budidaya di Kecamatan Bungursari
Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

(Anthony dan Noya 2015). Fault Tree meliputi 7 kelurahan yaitu kelurahan
Analysis secara umum adalah suatu Bungursari, Bantarsari, Cibunigeulis,
teknik yang digunakan untuk Sukalaksana, Sukamulya, Sukajaya, dan
mengidentifikasi resiko yang Sukarindik.
mempengaruhi terjadinya kegagalan. Kecamatan Bungursari memiliki
Metode ini dilakukan dengan pendekatan ketersediaan lahan perikanan seluas
terhadap kondisi yang tidak dikehendaki, 253.890 m2 dan Sumber air yang berasal
yang diawali dengan asumsi kegagalan dari sungai Cirombang dan Cidungkui
atau kerugian dari kejadian yang yang mampu mengaliri kolam-kolam di
diinginkan kemudian merinci sebab- Kecamatan Bungursari. Selain itu
sebab suatu Top Event sampai pada kecamatan Bungursari terletak dibawah
suatu kegagalan dasar. kaki Gunung Galunggung yang
merupakan gunung terbesar yang ada di
HASIL DAN PEMBAHASAN kota Tasikmalaya. Kelurahan
Gambaran Umum Kecamatan Cibunigeulis merupakan wilayah yang
Bungursari
memiliki lahan perikanan terbesar
Kecamatan Bungursari (Gambar 1)
dengan luas 93.300 m2 dan kelurahan
merupakan salah satu kecamatan yang
Sukamulya merupakan yang terkecil
berada di Kota Tasikmalaya. Kecamatan
memiliki lahan perikanan dengan luas
ini merupakan hasil pemekaran dari
11.000 m2.
Kecamatan Indihiang pada tahun 2008
Menurut (Firdaus 2009), sumber
mempunyai luas wilayah 16,91 km2
daya manusia adalah suatu prosedur

Gambar 1. Peta Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya

110 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Uidita Octaviola CST, dkk

Tabel 1. Jumlah dan Tingkat Kemampuan Kelompok di Kecamatan Bungursari

Kelas Kelompok Perikanan


No Kelurahan
Pemula Madya Jumlah
1. Cibunigeulis 8 3 11
2. Sukajaya 5 - 5
3 Sukarindik 5 - 5
4 Bantarsari 10 - 10
5 Sukalaksana 4 1 5
6 Sukamulya 2 1 3
7 Bungursari 4 - 4
Jumlah 38 5 43

yang berkelanjutan yang bertujuan untuk jenjang pendidikan sehingga hal ini dapat
memasok suatu organisasi atau dianggap mempengaruhi pengetahuan,
perusahaan dengan orang-orang yang sikap, dan keterampilan yang dimiliki.
tepat untuk ditempatkan pada posisi dan Tingkat pendidikan tertinggi yaitu SD
jabatan yang tepat pada suatu sebanyak 17.231 jiwa atau 35,9 % dari
organisasi. Dilihat dari potensi keseluruhan jumlah penduduk
sumberdaya manusia, Kecamatan berdasarkan tingkat pendidikan.
Bungursari mempunyai jumlah penduduk
sebanyak 47.938 jiwa. Dengan jumlah Keragaan Usaha Perikanan
penduduk laki-laki sebanyak 24.502 jiwa Kecamatan Bungursari
dan jumlah penduduk perempuan yaitu mempunyai potensi perikanan yang baik,
23.436 jiwa. Berdasarkan usia, dimana kecamatan Bungursari memiliki
penduduk yang berusia 0 -14 tahun 43 kelompok perikanan budidaya (Tabel
sebanyak 26,6 %, usia 15-64 tahun 1). Setiap kelurahan memiliki jumlah
sebanyak 67,1 % dan usia 65 tahun kelompok yang berbeda, kelurahan
keatas sebanyak 6,3 % . Menurut (BPS Cibunigeulis memiliki 11 POKDAKAN,
2018), usia 15 - 64 tahun merupakan usia Kelurahan Sukarindik memiliki 5
produktif dimana peluang untuk Pokdakan, kelurahan Bantarsari memiliki
terciptanya Sumber Daya Manusia 10 POKDAKAN, dan kelurahan Sukajaya
(SDM) yang merupakan pasar potensial memiliki 5 POKDAKAN. Karakteristik
untuk memasarkan hasil produksi. kelompok perikanan di kecamatan
Peningkatan pengetahuan penduduk Bungursari ditinjau dari kelas
salah satunya dapat ditingkatkan melalui kemampuannya dapat digolongkan

Vol 13(1) Tahun 2019 111


Analisis Potensi dan Permasalahan Usaha Perikanan Budidaya di Kecamatan Bungursari
Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

menjadi 2 kelas, yaitu : Pemula dan dan Kelurahan Sukamulya memiliki


Madya. Menurut Hariadi (2011), jumlah terkecil dengan jumlah kelompok
kelompok tani dapat diklasifikasikan perikanan sebanyak 3 kelompok. Pada
sebagai kelas pemula, kelas lanjut, kelas kelurahan Cibunikeulis terdapat 2
madya, dan kelas utama. Namun, kelompok yang memiliki kelas
berbeda dengan kelompok tani, kriteria kemampuan madya dengan Skor rata-
kemampuan kelompok di perikanan rata 387,75. Sedangkan 29 kelompok
berdasarkan PP No 62 2014 hanya lainnya memiliki kelas kelompok pemula
dibedakan dengan tiga kelas saja, yakni dengan skor 302,1.
kelompok kelas pemula, madya, dan
utama. Kelas kemampuan kelompok ini Karakteristik Sosial Ekonomi
Responden
dinilai dari kebijakan atau kegiatan yang
Karakteristik Sosial Responden
ada dalam kelompok.
Karakteristik sosial responden
Kecamatan Bungursari memiliki 43
meliputi pendidikan, usia, dan lama
kelompok perikanan dimana terdapat 38
usaha. Menurut Mardikanto (2009),
kelompok kelas Pemula dengan skor
pendidikan petani pada umumnya
rata-rata 302,1; 5 kelompok kelas Madya
mempengaruhi cara dan pola pikir petani
dengan skor rata-rata 387,75; dan belum
dalam mengelola usaha taninya,
terdapat kelompok kelas Utama.
semakin tinggi tinggi tingkat pendidikan
Kelurahan Cibunigeulis memiliki jumlah
seseorang, semakin tinggi efisien
kelompok terbanyak yaitu 11 kelompok

4%

23% 32% sd
smp

41% sma
s1

Gambar 2. Persentase Pendidikan di Kecamatan Bungursari.

Tabel 2. Umur Responden

Umur 30-40 41-50 51-60 61-70


Jumlah Responden 2 3 13 4

112 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Uidita Octaviola CST, dkk

bekerja dan semakin banyak menyadari rendahnya pendidikan formal yang


cara bertani lebih baik dan mereka terima.
menguntungkan. Pendidikan responden Berdasarkan usia, responden
dikecamatan Bungursari sangat dikecamatan Bungursari rata-rata
beragam dari SD hingga sarjana berusia 15 - 64 tahun (Tabel 2). Lama
(Gambar 2). Dengan mayoritas (41 %) kegiatan usaha perikanan yang
berpendidikan SMP. Terdapat 32 % dilakukan responden dapat dilihat pada
responden yang berpendidikan SD, 23 % Tabel 3. Kelompok Ligar jaya merupakan
berpendidikan SMA, dan sangat sedikit kelompok usaha perikanan yang sudah
yang berpendidikan sarjana yaitu 4 %. lama berjalan yaitu dari tahun 2007. Dan
Sebagaimana yang disampaikan diikuti oleh kelompok usaha Harapan
(Rakhmanda, Suadi, dan Djasmani Warga dan Mukti Jaya yang berdiri pada
2018), bahwa tingkat pendidikan ini tahun 2009. Lama usaha seorang pelaku
sangat mempengaruhi pelaku utama bisnis dengan menekuni bidang
terkadang kesulitan untuk menerima usahanya akan mempengaruhi
pengetahuan-pengetahuan bari karena produktivitasnya (kemampuan

Tabel 3. Usaha Perikanan Budidaya di Kecamatan Bungursari

Tahun Jumlah
No Kelurahan Nama Kelompok Komoditas
Berdiri Anggota
1 Patin Jaya 2014 10 Patin
Sukarindik
2 Arimbi Putra 2017 12 Lele, Gurame
3 Al Waton 2012 10 Nila
Sukajaya
4 Harapan Warga 2009 10 Mas
5 Guras 2012 15 Gurame
6 Mukti Jaya 2009 14 Mas, Nila, Nilem,
7 Ligar Jaya 2007 12 Gurame, Nila
8 Bina Karya 2011 10 Nilem, Mas, Nila
9 Nangela 2012 12 Gurame
Cibunigeulis
10 Gurilem 2011 10 Gurame, Nilem
11 Mina Hurip 2016 12 Nila
Mina Gunung
12 2016 11 Nilem, Mas, Gurame
Kokosan
Nilem, Nila, Mas,
13 Mekar Jaya 2017 11
Gurame
14 Bantarsari Mina Guci 2015 10 Nila, Mas

Vol 13(1) Tahun 2019 113


Analisis Potensi dan Permasalahan Usaha Perikanan Budidaya di Kecamatan Bungursari
Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

profesionalnya/ keahlianya),/ semakin POKDAKAN yang aktif dalam usaha


lama menekuni bidang usahanya, akan perikanan (Tabel 3). Menurut Walangdi
semakin meningkat pengetahuan dalam Zubair dan Yasin (2011), usaha
tentang selera ataupun perilaku perikanan dapat dipandang sebagai
konsumen (Wicaksono dan Purwanti suatu perpaduan faktor produksi atau
2001). suatu barang antara yang dihasilkan
Hasil dari perhitungan penetapan faktor-faktor produksi klasik tenaga kerja
sample yang telah dilakukan maka dan barang-barang modal atau apapun
didapatkan 22 Responden dari 4 yang dianggap sejenisnya.
Kelurahan yang diidentifikasi terdapat 14

Tabel 4. Produksi dan Produktivitas Pembesaran Ikan Nila

Penebaran Benih Panen


Luas Total SR
Responden Padat Produktivitas
Wadah Jumlah Bobot Jumlah Produksi
No Tebar (kg.m-2) (%)
(m2) (ekor) (g) (ekor) (kg)
(ekor.m-2)

1 2520 5000 1,984127 200 4900 980 0,39 98


2 1190 2500 2,10084 200 2450 490 0,41 98

3 1288 8928 6,931677 200 8749 1749,8 1,36 98

4 1568 7840 5 100 7683 768,3 0,49 98


5 1400 165000 117,8571 200 14000 2800 2,00 8
6 574 7000 12,19512 300 600 180 0,31 9
7 294 2500 8,503401 250 400 100 0,34 16
8 980 70000 71,42857 13 28000 364 0,37 40
9 1050 100000 95,2381 13 12000 156 0,15 12
10 1400 5250 3,75 66 4500 297 0,21 86
11 770 9000 11,68831 125 6400 800 1,04 71
Rata-rata 30,60703 0,64 48,70%

13%
9%
tengkulak
pengecer
78%
konsumen

Gambar 3. Persentase Saluran Pemasaran

114 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Uidita Octaviola CST, dkk

Karakteristik Ekonomi Responden sebanyak 9% dan ke konsumen


Karakteristik ekonomi responden langsung sebanyak 13%. Sebagaimana
meliputi produksi dan produktivitas, dinyatakan (Mahyudin 2008), bahwa
pemasaran dan Analisis usaha. Usaha pemasaran secara tidak langsung yaitu
perikanan yang terdapat di Kelurahan semakin jauh jaraknya semakin panjang
sampel di Kecamatan Bungursari yaitu tata niaga yang harus dilalui.
budidaya ikan air tawar (pembesaran Analisis usaha pembesaran ikan
dan pembenihan) nila, patin, mas, nilem, Nila ketua kelompok Ligar Jaya di
dan lele (Tabel 2).Produksi Benih ikan kelurahan Cibunigeulis Kecamatan
lele di kecamatan Bungursari dan jumlah Bungursari dengan luas wadah
RTP pembesaran ikan Nila dapat dilihat seluruhnya 1.568 m2 terbagi dengan 3
pada Tabel 4. petak kolam.
Padat tebar rata-rata 31 ekor.m-2
dalam kegiatan pembesaran ikan nila a. Biaya Produksi
belum sesuai ketetapan produksi ikan Total Biaya Produksi = Biaya Tetap
nila kelas pembesaran di kolam air + Biaya Variabel
tenang SNI : 7550.2009 yang = 478.750 + 4.944.000
menyatakan padat tebar Nila kelas = 5.422.750
pembesaran hanya berkisar 5-7 ekor.m-2 b. Penerimaan
(BSN 2009). SR rata-rata di Kecamatan Dari jumlah benih yang ditebar
Bungursari adalah 48,7%, hasil tersebut pembudidaya yaitu sebanyak 7.840
digolongkan rendah karena menurut ekor, setelah masa pemeliharaan
penelitian (Marie, Syukron, dan Rahardjo selama 3 bulan tingkat kehidupan
2018), tingkat kelangsungan hidup Ikan 98% dan menghasilkan ikan yang
Nila yang tinggi dapat mencapai 90-95% dipanen mencapai 7.683 ekor atau
dikarenakan kolam budidaya terbuat dari 768,3 kg dengan harga jual ikan Nila
beton. Produksi rata-rata responden mencapai Rp 20.000 kg-1.
dikecamatan Bungursari adalah 723,8 Penerimaan yang diperoleh = Rp
kg.siklus-1, dengan produktivitas 0,64 20.000 kg-1 x 768,3 kg = Rp
kg.m-2. 15.366.000
Alur pemasaran pembenihan dan
pembesaran yang ada di Kecamatan c. Keuntungan
Bungursari, dapat dilihat pada Gambar 3. Keuntungan usaha yang diperoleh
Sebanyak 78% pembudidaya ikan kelompok pembudidaya di
dipasarkan ke tengkulak, ke pengecer Kecamatan Bungursari dari usaha

Vol 13(1) Tahun 2019 115


Analisis Potensi dan Permasalahan Usaha Perikanan Budidaya di Kecamatan Bungursari
Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

pembesaran ikan lele adalah pengeluaran sama dengan


sebagai berikut : pendapatan. BEP ini digunakan
Keuntungan usaha = untuk menentukan batas minimum
Penerimaan – Total Biaya Produksi volume penjualan agar suatu
= Rp. 15.366.000 - Rp 5.422.750 perusahaan tidak rugi. Diteruskan
= Rp 9.943.250 usaha serta produksi.

d. Revenue Cost Ratio (R/C) Biaya Tetap


BEP (Rupiah)=
Biaya Variabel
Perhitungan ini lebih ditekankan 1-
Penerimaan
pada kriteria-kriteria investasi yang Rp.478.750
BEP (Rupiah)=
pengukurannya di arahkan pada 4.944.000
1-
15.366.000
usaha untuk memperbandingkan,
BEP (Rupiah)=Rp.704.044
mengukur, serta menghitung tingkat
keuntungan usaha perikanan.
Biaya Tetap
Dengan R/C ini bisa dilihat BEP (Unit)=
Penjualan Biaya Variabel
-
kelayakan suatu usaha. Unit Unit
R Penerimaan 478.750
= BEP (Unit)=
C Total Biaya Produksi Rp.20.000-Rp.6.434
Rp. 15.366.000 BEP (Unit)=35,2 kg
=
Rp. 5.422.750
=2,8 f. Payback Period (PP)
Penilaian usaha menggunakan
Nilai R/C sebesar 2,8 menunjukkan metode ini didasarkan pada lamanya
bahwa usaha pembesaran ikan Nila investasi tersebut dapat tertutup
milik Uum layak diteruskan. Karena dengan aliran-aliran kas masuk.
suatu usaha dapat dikatakan layak Investigasi
PP= ×Periode Produksi
untuk dikembangkan apabila nilai Laba
Rp.157.300.000
R/C dari usaha tersebut diatas 1. PP=
Rp.9.943.250 (4)
PP=3,9 tahun
e. Break Even Point (BEP)
Berdasarkan perhitungan hasil yang
Break event point merupakan
didapat adalah 3,9 tahun yang
perhitungan untuk mengetahui pada
artinya untuk mengembalikan modal
jumlah penjualan ikan nila yang akan
investasi memerlukan waktu 3,9
terjadi titik impas maksudnya hasil
tahun. Dalam menganalisis
penjualan produksi sama dengan
perbandingan pendapatan
biaya produksi sehingga

116 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Uidita Octaviola CST, dkk

Tabel 5. Masalah Umum dan Masalah Khusus Di Kecamatan Bungursari.

Masalah Umum Masalah Khusus

Teknologi Tradisional 1. Pembudiaya belum mempersiapkan kolam secara


optimal.
2. Pembudidaya belum mengetahui padat tebar ikan
yang sesuai SNI
3. Pembudidaya mengandalkan pakan alami.
Belum adanya lembaga penyedia 4. Belum adanya koprasi penyedia pakan khusus ikan.
SAPRAS khusus perikanan. 5. Belum adanya penyedia pupuk dan kapur khusus
perikanan
Keuntungan Usaha Rendah 6. Kurangnya pengetahuan tentang sistem pemasaran.
7. Kurangnya pemahaman pembudidaya tentang
pentingnya berkelompok.
8. Kurangnya koordinasi antar anggota kelompok
sehingga pengembangan kelompok tidak meluas.
9. Belum adanya soialisasi tentang tugas pokok dan
fungsi anggota kelompok

pembudidaya dengan UMR, rata- SNI, 3) mengandalkan pakan alami dan


rata pendapatan pembudidaya di limbah, 4) belum adanya lembaga
kecamatan Bungursari adalah Rp penyedia pakan. dan dari segi
2.538.042, yang mana lebih besar keuntungan ada 4 masalah khusus yaitu
dari UMR yang hanya Rp 2.086.000. kurangnya pengetahuan mengenai
sistem pemasaran, pemahaman
Analisis Permasalahan responden terhadap pentingnya
Berdasarkan hasil dari perumusan berkelompok, dan kurangnya koordinasi
kondisi di Kecamatan Bungursari Kota antar sesama anggota kelompok
Tasikmalaya, maka diperoleh hasil sehingga pengembangan pemasaran
berupa 3 masalah umum yaitu teknologi kurang meluas. Serta belum adanya
yang digunakan bersifat sederhana, lembaga penyedia saran dan prasarana
belum tersedianya lembaga penyedia khusus dibidang perikanan. Hal ini
Sapras dan keuntungan usaha rendah menjadi permasalah usaha dibidang
(Tabel 5). perikanan yang dihadapi responden di
Dari segi teknologi terdapat 4 Kecamatan Bungursari Kota
masalah khusus antara lain; 1) Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat.
responden belum menerapkan persiapan
kolam secara optimal, 2) belum
mengetahui padat tebat sesuai dengan

Vol 13(1) Tahun 2019 117


Analisis Potensi dan Permasalahan Usaha Perikanan Budidaya di Kecamatan Bungursari
Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

SIMPULAN DAN SARAN Saran


Kesimpulan Berdasarkan kesimpulan diatas,
Berdasarkan hasil Analisis data maka penulisan menyarankan hal-hal
secara primer dan sekunder serta sebagai berikut: Kecamatan Bungursari
identifikasi permasalahkan disimpulkan memiliki potensi yang cukup bagus,
kondisi wilayah potensial perikanan di maka perlu dilakukan pengembangan
Kecamatan Bungursari meliputi sumber penerapan teknologi pengelolaan
daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya alam yang berkelanjutan
sumber daya penunjang. Potensi sumber dan terpadu sehingga dapat
daya alam terdiri dari: Luas lahan meningkatkan kesejahteraan masyrakat.
perikanan seluas 253.890 m2, sumber air Perlu dukungan dari pemerintah
berasal dari sungai Cigombong dan setempat khususnya Dinas Perikanan
Cirombang dan daerah potensi untuk membantu kegiatan kelompok
perikanan tersebar tersebar 4 Kelurahan seperti pengadaan sarana dan
yaitu kelurahan Cibunigeulis, kelurahan prasarana. Adapun penambahan dalam
Sukarindik, kelurahan Sukajaya, dan jumlah penyuluh perikanan agar program
kelurahan Bantarsari. Potensi sumber yang telah disusun dapat berjalan sesuai
daya manusia meliputi : a) Jumlah dengan rencana yang telah ditetapkan.
penduduk 47.938 jiwa, dengan jumlah
RTP 461 , b) Kelompok yang ada DAFTAR PUSTAKA
berjumlah 43 kelompok pembudidaya. Anthony, Roberto dan Sunday Noya.
dan c) Sistem produksi perikanan masih 2015. “The Application of Hazard
bersifat tradisional. Identification and Risk Analysis
Permasalahan yang ditemukan (HIRA) and Fault Tree Analysis
dari hasil pengolahan data diantaranya, (FTA) Methods For Controlling
teknologi yang digunakan masih Occupational Accidents In Mixing
tradisional, pemberian pakan belum Division Dewa-Dewi Farm.” Jurnal
intensif, dan keuntungan usaha masih Ilmiah Teknik Industri 3(2).
rendah. Disebabkan oleh belum ada BPS. 2016. “Luas Area Tempat
sosialisasi tentang penerapan persiapan Pemeliharaan Ikan di Kota
kolam oleh penyuluh, belum tersedianya Tasikmalaya 2015.”
koperasi yang menyediakan SAPRAS
BPS. 2018. “Produksi Perikanan
khusus perikanan, dan kurangnya
Budidaya menurut Kabupaten/Kota
pengetahuan tentang sistem pemasaran.
Subsektor di Jawa Barat 2016.”

118 Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan


Uidita Octaviola CST, dkk

BSN. 2009. “SNI 7550:2009 tentang Pendidikan, Pelatihan, dan


Produksi Ikan Nila (Oreochromis Penyuluhan. Indonesia.
niloticus Bleeker) Kelas Rakhmanda, Andhika, Suadi, dan
Pembesaran di Kolam Air Tenang.” Supardjo Supardi Djasmani. 2018.
Consuelo, G. dan Ed D. Sevilla. 2007. “Peran Kelompok Nelayan dalam
“Research methods.” Revised Pekembangan Perikanan di Pantai
Edition (Manila: Rex Bookstore, Sadeng Kabupaten Gunung Kidul.”
1992) 94. Sodality Jurnal Sosiologi

Firdaus, Muhammad. 2009. Manajemen Pedesaan 6(2):94–104.

Agribisnis. Bumi Aksara. Wicaksono, Rezal dan Evi Yulia


Hariadi, Sunarru Samsi. 2011. Dinamika Purwanti. 2001. “Analisis Pengaruh

kelompok: teori dan aplikasinya PDB Sektor Industri, Upah Riil,


untuk analisis keberhasilan Suku Bunga Riil, dan Jumlah Unit
kelompok tani sebagai unit belajar, Usaha Terhadap Penyerapan

kerjasama, produksi, dan bisnis. Tenaga Kerja pada Industri

Sekolah Pascasarjana, Universitas Pengolahan Sedang dan Besar di


Gadjah Mada. Indonesia Tahun 1990-2008.”
Universitas Diponegoro.
Mahyudin. 2008. Kebutuhan Karbohidrat
Pakan untuk Ikan Bandeng. Medan Zubair, Sofyan dan Muhammad Yasin.
(ID): Universitas Sumatera Utara. 2011. “Analisis Pendapatan
Nelayan Pada Unit Alat Tangkap
Mardikanto, Totok. 2009. Sistem
Payang Di Desa Pabbaressang
penyuluhan pertanian. Surakarta
Kec. Bua Kab. Luwu [Skripsi].”
(ID): UNS Press.
Universitas Hasanudin.
Marie, Roose, Mochammad Ali Syukron,
dan Seto Sugianto Prabowo
Rahardjo. 2018. “Teknik
Pembesaran Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) dengan
Pemberian Pakan Limbah Roti.”
Jurnal Sumber Daya Alam dan
Lingkungan 5(1).

PP No 62. 2014. Peraturan Pemerintah


tentang Penyelenggaraan

Vol 13(1) Tahun 2019 119

Anda mungkin juga menyukai