Anda di halaman 1dari 2

Tari Kancet Papatai merupakan kesenian tradisional dalam bentuk tari-tarian perang yang bercerita

tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah yang sedang berperang melawan musuh. Tarian ini juga
menggambarkan tentang keberanian para pria atau ajai suku Dayak Kenyah dalam berperang, mulai
perang sampai dengan upacara pemberian gelar bagi pria atau ajai yang sudah berhasil mengenyahkan
musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh
pekikan para penari. Kancet Papatai diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik
sampe.

Dalam setiap penampilan tari kancet papatai yang ditarikan oleh pria atau ajai, para wanita biasanya
akan mengikuti tarian kancet papatai melalui 2 jenis tarian kancet yang berbeda, antara lain:

Tari Kancet Ledo, yaitu tari yang menggambarkan kelemah-lembutan seorang gadis bagai sebatang padi
yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin.[4] Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai
pakaian tradisional suku Dayak Kenyah dan pada kedua belah tangannya memegang rangkaian bulu-bulu
ekor burung Enggang.[4] Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut
juga Tari Gong.[4]

Tari Kancet Lasan, menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh
suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan.[5] Tari Kancet Lasan
merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet
Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari
banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai.[5]
Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap
bertengger di dahan pohon.

Kelembit merupakan perisai yang terbuat dari kayu yang ringan dan kuat serta dihiasi dengan ukiran
pada bagian luarnya.[6] Kelembit pada awalnya difungsikan sebagai alat penangkis untuk
mempertahankan diri dari serangan musuh.[6] Kelembit biasanya terbuat dari kayu yang ringan tetapi
tidak mudah pecah. Bagian depan perisai dihiasi dengan ukiran.[6] Perisai atau Kelembit termasuk benda
seni rupa dari Suku Dayak di Kalimantan.[6]

Mandau merupakan salah satu senjata suku Dayak yang merupakan pusaka turun temurun dan dianggap
sebagai barang keramat atau memiliki kesaktian.[7] Selain itu mandau juga merupakan alat untuk
memotong dan menebas tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya, karena nyaris sebagian besar
kehidupan seharian orang Dayak berada di hutan, maka mandau selalu berada dan diikatkan pada
pinggang mereka.[7]
Baju perang dayak merupakan baju perang yang terbuat dari kulit kayu, kulit binatang, dan dihiasi logam.
[8] Seringkali pakaian berperang itu dilengkapi dengan tulisan-tulisan (rajah) dengan tujuan menangkal si
pemakai ketika berperang atau berkelahi, sehingga ia selamat.

Anda mungkin juga menyukai