Anda di halaman 1dari 3

TARI BEKSAN WIRENG

Tari beksan wireng merupakan jenis tarian tradisional tua dalam kebudayaan masyarakat Jawa. Yakni
berupa tarian yang memberikan sebuah penggambaran tentang “Wira” atau perwira dan “Ageng” yakni
prajurit yang unggul.

Oleh sebab itu tari baksa Wireng menjadi tari yang bernuansa peperangan sebagai usaha supaya prajurit
istana tangkas dalam olah keprajuritan atau latihan perang. Pada umumnya tarian ini akan dibawakan
oleh dua orang penari dengan memakai kostum layaknya seorang prajurit kerajaan.

Seni beksan wireng merupakan kesenian adiluhung yang berasal dari Keraton Jawa. Pada hal ini,
Kasunanan Surakarta sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, dan Pura Mangkunegara yang tetap
melestarikannya.

Jika merujuk pada Serat Centini, tarian ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-11 sebagai zaman
Jenggala-Kediri. Dalam masa tersebut terdapat berbagai macam tari wireng, baik yang memakai senjata
ataupun yang tidak.

ASAL USUL / SEJARAH TARI BEKSAN WIRENG

Seperti yang telah saya jelaskan sedikit diatas, bahwa tari beksan wireng sudah ada sejak abad ke-11
yakni pada jaman Kerajaan Jenggala-Kediri. Adanya tarian ini masing-masing memang terdapat pada
berbagai serat termasuk Serat Centhini, Serat Sastramiruda, Serat Weddataya, dan Serat
Kridhwayangga.
Di dalam Serat Centhini dan Serat Kridhwayangga, Panji Inukertapati yang memiliki gelar Prabu
Suryamisesa, namun di dalam Serat Centhini disebut Suryawisesa. Serat Centhini dan Panji dikenal sebab
kemahirannya dalam menari, mempunyai suara yang merdu, pandai memainkan gamelan dan juga
pandai bercerita.

Hal ini terjadi ketika Panji memerintah pada tahun 1145 silam, kemudian masyarakatnya ikut
mempelajari dan memahami tarian dan laguPencipta tari beksan wireng sendiri adalah Prabu Amiluhur
yang bertujuan untuk sang putra beliau yang ikut aktif dalam keprajuritan dengan menggunakan
persenjataan perang dan cinta kepada negeri.

Tujuan dari diciptakannya tarian ini sebagai penyemangat para prajurit perang yang jumlahnya empat
orang. Selain itu, supaya mereka lebih mahir atau tangkas dalam berperang di kerajaan.Lebih
mudahnya, tarian ini hanya menggambarkan olah keprajuritan dan perang tanding, namun tidak ada
yang kalah dan menang.Istilah tari beksan wireng sendiri berasal dari kata Wira dan “Aeng” yang artinya
prajurit yang unggul.

UNSUR PENDUKUNG TARI BEKSAN WIRENG

 Ragam gerak tari

1. Panji Sepuh.

2. Panji Anem.

3. Dhadap Kanoman.

4. Jemparing Ageng.

5. Lhawung Ageng.

6. Dhadap Kereta

 Properti dan busana Tari

1. Jas yang dipakai untuk luaran baju.

2. Kathok, adalah bahasa Jawa dari celana pendek. Sebab dimainkan oleh penari laki-laki, maka
menggunakan celana layaknya alih-alih rok pada umumnya.

3. Sampur, selendang tari yang dililitkan di badan penari.


4. Jarik, merupakan kain batik yang biasanya digunakan baik dalam tarian ataupun sehari-hari oleh
masyarakat Jawa.

5. Stagen, yakni karet yang dililitkan di bagian perut untuk mengikat jarik.

6. Pedang dan tameng menjadi properti utama dalam perang tanding

 Iringan musik Tari

Seperti yang telah saya jelaskan pada bagian atas, bahwa tarian ini tidak menggunakan gendung
sampek, tetapi hanya iramanya kendho. Gendung satu yang memiliki arti Gendhing Ladrang, kemudian
akan diteruskan dengan Gendhing Ketawang.

Di dalam tarian ini tidak terdapat percakapan atau ontowacono dan juga tanpa menggambarkan suatu
cerita tertentu. Ada pula Perang Ruket (gulat), yang berupa perang campuran antara pertempuran,
penyerangan, dan pertahanan.

Perang ruket sendiri tidak memakai banyak variasi, akan tetapi tetap mengangkat aransemen tariannya.

 Pola lantai tari

pola lantai yang digunakan dalam tarian tersebut adalah jenis horizontal dan vertikal.

FILOSOFI TARI BEKSAN WIRENG

Pada dasarnya, tarian tradisional dari Surakarta ini hanya menceritakan tentang keprajuritan dan tidak
ada cerita lain yang termuat di dalamnya.

Hal ini dapat dilihat dalam tariannya, yakni para penari yang membawa alat perang berupa tombak dan
tameng yang melambangkan kegagahan dan keperkasaan bangunan seni yang ada di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai