KODE MK : SP1701
Penyusun:
Endrian MJW M. Kep
Mengetahui
Wakil Ketua I,
i
Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Prodi
ii
DAFTAR ISI
iii
INFORMASI MATA KULIAH
Nama dan bobot SKS, Kode Mata kuliah dan Semester Penawaran
Nama Mata Kuliah : Muskuloskeletal
Bobot SKS : 3 sks, 2 teori, 0,5 tutorial, 0,5 skill lab
Kode Mata Kuliah : SP1701
Semester : 5 (Ganjil)
Kompetensi Umum
Kegiatan belajar mahasiswa berorientasi pada pencapaian kemampuan
berfikir sistematis dan komprehensif dalam mengaplikasikan konsep
sisitem muskuloskeletal dengan pendekatan asuhan keperawatan sebagai
dasar penyelesaian masalah.
Kompetensi Khusus:
4
sekelompok klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal pada
berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis.
5. Melaksanakan fungsi advokasi pada kasus dengan gangguan sistem
muskuloskeletal pada berbagai tingkat usia.
6. Mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus dengan
gangguan sisitem muskuloskeletal pada berbagi tingkat usia denga
standar yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga
menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektif.
5
RANCANGAN PEMBELAJARAN MUSKULOSKELETAL
MG KE PERT KE KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI KRITERIA WAKTU
DIHARAPKAN BAHASAN BENTUK PENILAIN
PEMBELAJARA (INDIKATOR)
N
1 2 3 4 5 6 7 8
Oleh Endrian
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN BENTUK PENILAIN
PEMBELAJARAN (INDIKATOR)
1 2 3 4 5 6 7 8
6
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN BENTUK PENILAIN
PEMBELAJARAN (INDIKATOR)
1 2 3 4 5 6 7 8
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN BENTUK PENILAIN
PEMBELAJARAN (INDIKATOR)
1 2 3 4 5 6 7 8
7
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN BENTUK PENILAIN
PEMBELAJARAN (INDIKATOR)
1 2 3 4 5 6 7 8
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN BENTUK PENILAIN
PEMBELAJARAN (INDIKATOR)
1 2 3 4 5 6 7 8
8
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN BENTUK PENILAIN
PEMBELAJARAN (INDIKATO
R)
1 2 3 4 5 6 7 8
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN BENTUK PENILAIN
PEMBELAJAR (INDIKATOR
AN )
1 2 3 4 5 6 7 8
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN BENTUK PENILAIN
PEMBELAJARAN (INDIKATOR
)
1 2 3 4 5 6 7 8
10
MG PERT
KE KE
10
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN BENTUK PENILAIN
PEMBELAJARAN (INDIKATOR)
1 2 3 4 5 6 7 8
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI BENTUK KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN PEMBELAJARAN PENILAIN
(INDIKATOR
)
1 2 3 4 5 6 7 8
11
12 Mendemonstrasikan intervensi 1. Manage 1. Dasar Lecture 1. Kehadira 2x50
keperawatan pada kasus dengan men pengetahuan n saat menit
gangguan sisitem nyeri ilmiah kuliah
2. Dasar 2. Keaktifan
muskuloskeletal pada berbagi
pengetahuan saat
tingkat usia denga standar yang keperawatan kuliah
berlaku dengan berfikir kreatif 3. Pemikiran 3. MCQ
dan inovatif sehingga kritis
menghasilkan pelayanan yang
efisien dan efektif
Oleh Aap
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI BENTUK KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN PEMBELAJARAN PENILAIN
(INDIKATOR
)
1 2 3 4 5 6 7 8
12
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN BENTUK PENILAIN
PEMBELAJARAN (INDIKATOR)
1 2 3 4 5 6 7 8
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN BENTUK PENILAIN
PEMBELAJARAN (INDIKATOR
)
13
1 2 3 4 5 6 7 8
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN BENTUK PENILAIN
PEMBELAJA (INDIKATOR)
RAN
1 2 3 4 5 6 7 8
14
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN BENTUK PENILAIN
PEMBELAJARAN (INDIKATOR
)
1 2 3 4 5 6 7 8
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN BENTUK PENILAIN
PEMBELAJARAN (INDIKATOR
)
1 2 3 4 5 6 7 8
15
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN BENTUK PENILAIN
PEMBELAJARAN (INDIKATOR
)
1 2 3 4 5 6 7 8
MG PERT KEMAMPUAN AKHIR YANG BAHAN KAJIAN MATERI/POKOK STRATEGI KRITERIA WAKTU
KE KE DIHARAPKAN BAHASAN BENTUK PENILAIN
PEMBELAJARAN (INDIKATOR
)
1 2 3 4 5 6 7 8
16
MG PERT
KE KE
19
17
URAIAN TUGAS :
1. Tutorial
2. Skill Lab 1, bidai
3. Skill Lab 2, pendidikan kesehatan
4. Skill lab 3, wound care
18
1. Tutorial
SKENARIO 1
Ny. F usia 46 tahun datang ke IGD dengan mengeluh sakit pada betis
kanan tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 100x/menit, Respirasi
20x/menit, suhu 36,80C. Pemeriksaan fisik diperoleh kaki pada otot fibula
kanan terasa lemah, kemerahan dan ada luka laserasi, terasa nyeri skala
3. Pasien mengatakan ketika senam klien kehilangan kseimbangan
sehingga kakinya menahan dan kaki tertarik ekstensi Pasien mengalamai
strain derajat 1, pasien diberikan analgetik dan dilakukan kompres
dingin.
Tujuan pembelajaran
19
SKENARIO 2
Tn. S usia 25 tahun datang ke IGD meringis kesakitan. Pemeriksaan tand-
tanda vital tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 100x/menit, pernafasan
16x/menit, suhu 37,5 C. Dari pemeriksaan fisik diperoleh tulang tibia
dextra merobek kulit, hasil radiologi fraktur terbuka tibia fibula dextra
pada 1/3 bagian proksimal, sianosis, terjadi perdarahan. Pemeriksaan
pendukung diperoleh hb 11 mg/dl, leukosit 15000 mg/dl. Diberikan
normal salin dengan di bolus.
Tujuan pembelajaran
20
Skenario 3
Tn. B Usia 75 tahun jatuh dirawat di ruang 3a. Klien mengeluh tidak dapat
berjalan. Hasil pemeriksaan teknaan darah 160/110, nadi 100x/menit,
suhu 36,6 C, pernafasan 23x/menit. Memiliki riwayat Coronary arteri
disease, Klien mengatakan takut untuk dioperasi tapi berharap banyak
untuk dapat berjalan kembali terutama keluarga klien sehingga memiliki
pemikiran untuk berobat ke alternatif, hasil rontgen fraktur femur
dextra. Kemudian Perawat akan memberikan informasi yang sebenarnya
kepada klien .
Tujuan Pembelajaran
1. Analisi nursing advocacy pada kasus tersebut
2. Analisi nursing etik and value pada kasus tersebut
21
2. Skill Lab I
PEMBIDAIAN
a. PENGERTIAN
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat
atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan
untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang
patah tidak bergerak (immobilisasi)
22
b. TUJUAN PEMBIDAIAN
1) Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung
tulang yang patah
2) Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar
bagian tulang yang patah
3) Memberi istirahat pada anggota badan yang
patah
4) Mengurangi rasa nyeri
5) Mempercepat penyembuhan
c. MACAM – MACAM BIDAI
1) Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton,
plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan.
Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik
dan sempurna dalam keadaan darurat.
Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang
memenuhi syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
2) Bidai traksi
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari
pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga
yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada
patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha
3) Bidai improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat
dan ringan untuk penopang. Pembuatannya
sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan
kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
4) Gendongan/Belat dan bebat
Pembidaian dengan menggunakan pembalut,
umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan
23
memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana
untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan
d. PRINSIP PEMBIDAIAN
1) Lakukan pembidaian pada tempat dimana
anggota badan mengalami cidera ( korban yang
dipindahkan)
2) Lakukan juga pembidaian pada persangkaan
patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan
dulu ada tidaknya patah tulang
3) Melewati minimal dua sendi yang berbatasan
e. SYARAT – SYARAT PEMBIDAIAN
1) Siapkan alat – alat selengkapnya
2) Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang
patah. Sebelum dipasang diukur dulu pada
anggota badan korban yang tidak sakit
3) Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu kendor
4) Bidai dibalut dengan pembalut sebelum
digunakan
5) Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari
sebelah atas dan bawah tempat yang patah
6) Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut
ditinggikan setelah dibidai
7) Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat
perlu dilepas
f. EVAKUASI
Saat tiba di lokasi kita mungkin menemukan bahwa
seorang korban mungkin harus dipindahkan. Pada situasi
yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat
penting. Penanganan korban yang salah akan
menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.
g. MEKANIKA TUBUH
Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi
pengangkatan dan pemindahan korban untuk mencegah
cedera pada penolong.
24
Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat
mengangkat ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
1) Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
2) Gunakan tungkai jangan punggung
3) Upayakan untuk memindahkan beban serapat
mungkin dengan tubuh
4) Lakukan gerakan secara menyeluruh dan
upayakan agar bagian tubuh saling menopang
5) Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang
harus dilalui korban
6) Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap
Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan
bila akan memindahkan atau mengangkat
korban. Kunci yang paling utama adalah menjaga
kelurusan tulang belakang.
7) Upayakan kerja berkelompok, terus
berkomunikasi dan lakukan koordinasi.
8) Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu
mereka yang tidak siap secara fisik.
h. MEMINDAHKAN KORBAN
Kapan penolong harus memindahkan korban sangat
tergantung dari keadaan. Secara umum, bila tidak ada
bahaya maka jangan memindahkan korban. Lebih baik
tangani di tempat. Pemindahan korban ada 2 macam yaitu
darurat dan tidak darurat
1) Pemindahan Darurat
Pemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya
langsung terhadap korban
Contoh situasi yang membutuhkan pemindahan
segera:
1. Kebakaran atau bahaya kebakaran
2. Ledakan atau bahaya ledakan
3. Sukar untuk mengamankan korban dari
bahaya di lingkungannya :
a. Bangunan yang tidak stabil
25
b. Mobil terbalik
c. Kerumunan masa yang resah
d. Material berbahaya
e. Tumpahan minyak
f. Cuaca ekstrim
4. Memperoleh akses menuju korban lainnya
5. Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak
dapat dilakukan karena posisi korban,
misalnya melakukan RJP
6. Bahaya terbesar pada pemindahan darurat
adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini
dapat dikurangi dengan melakukan gerakan
searah dengan sumbu panjang badan dan
menjaga kepala dan leher semaksimal
mungkin.
Beberapa macam pemindahan darurat
a. Tarikan baju
b. Tarikan selimut atau kain
c. Tarikan bahu/lengan
d. Menggendong
e. Memapah
f. Membopong
g. Angkatan pemadam
2) Pemindahan Biasa
Bila tidak ada bahaya langsung terhadap korban,
maka korban hanya dipindahkan bila semuanya
telah siap dan korban selesai ditangani.
Contohnya :
1. Angkatan langsung
2. Angkatan ekstremitas (alat gerak)
i. POSISI KORBAN
Bagaimana meletakkan penderita tergantung dari
keadaannya
1. Korban dengan syok
2. Tungkai ditinggikan
26
3. Korban dengan gangguan pernapasan
4. Biasanya posisi setengah duduk
5. Korban dengan nyeri perut
6. Biasanya posisi meringkuk seperti bayi
7. Posisi pemulihan
8. Untuk korban yang tidak sadar atau muntah
Tidak mungkin untuk membahas semua keadaan.
Situasi di lapangan dan keadaan korban akan
memberikan petunjuk bagaimana posisi yang
terbaik.
j. PERALATAN EVAKUASI
1. Tandu beroda
2. Tandu lipat
3. Tandu skop / tandu ortopedi/ tandu trauma
4. Vest type extrication device (KED)
5. Tandu kursi
6. Tandu basket
7. Tandu fleksibel
8. Kain evakuasi
9. Papan spinal
27
3. Skill lab II
Praktikum Pendidikan Kesehatan (tugas kelompok)
1. Mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok
2. Mahasiswa menyusun SAP (satuan acara penyuluhan), materi
dan media yang akan digunakan tiap kelompok
3. Mahasiswa menjadwalkan sendiri untuk dilakukan
pendidikan kesehatan (kurun waktu dalam blok)
4. Mahasiswa wajib mengumpulkan peserta pendidikan
kesehatan minimal 15 orang untuk tiap kelompok
5. Selesai blok mahasiswa mengumpulkan hasil pendidikan
kesehatan berupa SAP, Materi, dan presensi kehadiran
peserta. Diakhir blok.
28
4. Skill Lab III
Definisi
Melakukan perawatan pada area tubuh yang mengalami kerusakan
jaringan yang diakibatkan karena luka bedah tak terinfeksi dan tidak
terjadi proses peradangan (inflamasi). Yang dimaksud dengan luka bersih
adalah luka tutup yang memungkinkan terjadinya infeksi sekitar area
luka dengan kisaran risiko terjadinya infeksi sebesar 1%-5%. Luka ini
akan menyebabkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, adanya
perdarahan, terkontaminasi dengan mikroorganisme bahkan dapat
menyebabkan kematian sel.
29
3. Stadium III : Luka “Full Thickness” yaitu hilangnya kulit secara
keseluruhan sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi
tidak mengenai otot.
4. Stadium IV : luka “Full Thickness” yaitu luka yang telah mencapai
lapisan otot, tendon dan tulang dengan kerusakan yang luas.
Luka membutuhkan waktu dalam proses penyembuhannya, yaitu :
Tahapan Deskripsi
30
• Terbentuknya kolegen yang baru yang
mengubah bentuk luka serta peningkatan
kekuatan jaringan (tensile strength)
• Terbentuk jaringan parut (scar tissue)
• Terdapat pengurangan secara bertahap
pada aktivitas selular dan vaskularisasi
jaringan yang mengalami perbaikan
Tujuan
1. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka
2. Absorbsi drainase
3. Menekan dan immobilisasi luka
4. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis
5. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri
6. Meningkatkan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien
Indikasi
Klien yang terdapat luka bersih, misalnya pada klien post operasi
Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi untuk prosedur ini
31
e. Adanya benda asing seperti pasir atau mikroorganisme yang akan
menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut
diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan
lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang
kental yang disebut dengan nanah (“pus”).
f. Iskemia (merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan
suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran
darah). Hal ini dapat terjadi jika balutan luka terlalu ketat atau
adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
g. Penyakit diabetes, dimana hambatan terhadap sekresi insulin
akan mengakibatkan peningkatan gula darah sehingga nutrisi
tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan
terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
h. Pengobatan seperti steroid (akan menurunkan mekanisme
peradangan normal tubuh terhadap cedera), antikoagulan
(mengakibatkan peradarahan), antibiotic
2. Perawatan harus berhati-hati terhadap komplikasi dari luka yang
meliputi :
a. Hematoma (hemorrhage)
Perawar harus mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga
balutan dapat diinspeksi terhadap perdarahan dalam interval 24
jam pertama setelah pembedahan.
b. Infeksi (Wounds Sepsis)
Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi
nosokomial di rumah sakit. Proses peradangan biasanya muncul
dalam 36-48 jam, denyut nadi dan temperature tubuh pasien
biasanya akan meningkat, sel darah putih meningkat, luka
biasanya menjadi bengkak, hangat dan nyeri.
3. Perbanyak intake vitamin dan zat lainnya, seperti :
a. Vitamin A untuk membantu pembentukan jaringan yang luka
b. Vitamin B1 untuk mensintesis kolagen
c. Vitamin B5 untuk mempercepat proses penyembuhan
d. Vitamin C untuk mempercepat pembentukan kolagen dan elastin,
juga untuk mempercepat pertumbuhan
e. Vitamin E untuk membantu menghilangkan bekas luka
32
f. Zn untuk menstimulasi proses penyembuhan luka
g. Lemak essensial untuk menyempurnakan proses penyembuhan
luka
4. Klien perlu memperbanyak intake protein, terutama paska operasi
dimana kebutuhan kalori dan protein dalam tubuh akan meningkat
sebanyak 20-50%
5. Perawatan luka post operasi dilakukan oleh dokter pertama kalinya
dan perawatan selanjutnya dilakukan perawat.
6. Jangan berikan plester di area kulit yang banyak terdapat rambut
tubuh. Jika perlu, lakukan pencukuran terlebih dahulu diarea tersebut
untuk mengurangi iritasi dan ketidaknyamanan
7. Perawat harus lebih ekstra hati-hati jika terdapat drain di luka operasi
8. Perawat harus melaporkan secara jelas dan rinci jika terjadi
pembengkakan dan perdarahan yang berlebihan.
9. Klien diperbolehan untuk mandi (jika memungkinkan) atau hanya
cukup memakai wash-lap. Cegah masuknya air ke dalam luka atau
membuat perban luka menjadi basah dan lembab
10. Beberapa institusi kesehatan (misalnya RS) mempunyai kebijakan
dalam pemakaian sarung tangan steril. Umumnya luka kronis
direkomendasikan hanya memakai sarung tangan bersih (jika fasilitas
tidak memadai) dengan tetap menggunakan alat steril (jadi perawat
cukup memperhatikan kesterilan alat sedangkan sarung tangan
hanya sebagai alat pelindung perawat agar terhindar kontak langsung
dengan luka klien. Alternative lainnya adalah dengan menggunakan
sarung tangan bersih di tangan non dominant. Perawat harus berhati-
hati dalam menjaga kesterilan tangan dominant. Perawat dapat pula
menggunakan alat pelindung mata jika dikhawatirkan adanya
cipratan cairan yang dihasilkan luka atau pada saat melakukan irigasi
luka.
11. Dalam melakukan perawatan luka, gunakan cahaya lampu dengan
pencahayaan yang cukup
Pengkajian
1. Kaji ukuran luka untuk mengidentifikasi tipe dan jumlah balutan
33
2. Kaji lokasi luka untuk menentukan apakah perawat perlu
membutuhkan perawat lain atau tidak
3. Kaji tingkat kenyamanan klien, misalnya adanya nyeri untuk
menentukan apakah klien membutuhkan obat analgesic sebelum
dilakukan perawatan luka. Khusus untuk perawatan luka kering
kadang menimbulkan nyeri
4. Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap prosedur.
5. Kaji apakah klien dan keluarganya dapat berpartisipasi dalam
melakukan prosedur
6. Kaji catatan medis dokter untuk menentukan jenis cairan atau obat
yang dipakai untuk perawatan luka
7. Kaji adanya faktor resiko yang berkaitan dengan masalah perawatan
luka, misalnya :
a. Usia manula karena pada usia ini terjadi perubahan yang
berkaitan dengan system imun sehingga menurunkan resistensi
terhadap patogen.
b. Obesitas
c. Penyakit diabetes mellitus karena terjadi penurunan vaskularisasi
sehingga menurunkan aliran darah ke jaringan peripheral,
termasuk penurunan fungsi leukosit yang berhubungan dengan
hiperglikemia
d. Malnutrisi karena tidak adanya bahan baku untuk pembentukan
kolagen
e. Konsumsi obat-obatan immunosupresi karena menurunkan
respon inflamasi dan menurunkan pembentukan kolagen.
f. Radiasi di sekitar luka karena dapat menurunkan suplai darah ke
jaringan
g. Stress yang tinggi karena meningkatkan Kortisol yang
mengakibatkan penurunan jumlah limfosit dan respon inflamasi
34
Rencana tindakan keperawatan
Untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut, salah satu intervensi
yang dapat dilakukan perawat adalah melakukan perawatan luka bersih.
Evaluasi formatif
1. Evaluasi kondisi luka sehingga perawat dapat memprediksi waktu
rata-rata proses penyembuhan luka
2. Evaluasi apakah klien mengalami nyeri pada saat dilakukan dan
setelah prosedur. Nyeri dapat menjadi indicator terjadinya infeksi
atau adanya penekanan yang berlebihan akibat balutan luka.
3. Evaluasi kondisi balutan setiap shift (misalnya apakah balutan ada
rembesan darah atau tidak)
4. Evaluasi pengetahuan klien tentang cara melakukan perawatan luka
kering.
35
Nama Mahasiswa : …………………………………
Dilakukan
ASPEK KETERAMPILAN
Tgl : Tgl : Tgl : Keterangan
YANG DINILAI
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Persiapan Alat
• Sarung tangan bersih
• Sufratul
• Plester
• Pinset silurgis
• Kantong sampah
• Perlak/pengalas
• Gunting
• Bengkok
• Korentang dan
tempatnya
• NaCl 0,9%
• Skerem
• Sarung tangan steril
dalam tromol
• Set steril yang berisi :
- 2 buah pinset
anatomis
- 1 buah pnset
sillurgis
- 1 buah gunting
jaringan
- Kassa / depper
- Kapas lidi
- 2 buah kom kecil
Persiapan lingkungan
36
Langkah-langkah :
5. Cuci tangan
6. Pasang sarung tangan
bersih
7. Pasang pengalas di bawah
luka
8. Letakkan bengkok
disamping pengalas
9. Buka perban dengan
menggunakan pinset
bersih, jika perban sangat
lengket, Bantu dengan
menyiramkan NaCl 0,9%
secukupnya. Jika yang
terangkat kassa bagian
luar, maka biarkan kassa
bagian dalam (akan
diangkat kemudian dengan
menggunakan alat steril)
10. Buang perban lama ke
dalam bengkok
11. Observasi karakteristik
luka ; tanda-tanda infeksi,
warna, ukuran dan adakah
cairan yang keluar
12. Lepaskan sarung tangan
bersih
13. Buka set steril
14. Tuangkan cairan NaCl
0,9% ke dalam kom
15. Buka dan keluarkan isi
supratul ke dalam set steril
16. Pasang sarung tangan
steril
17. Bersihkan luka dengan
cairan NaCl 0,9% dengan
menggunakan kassa atau
depper dari arah dalam ke
luar (sirkuler)
18. Keringkan luka dengan
menggunakan kassa atau
depper
19. Gunting supratul sesuai
ukuran yang dibutuhkan
20. Berikan supratul di area
luka
21. Balut luka dengan kassa
37
22. Pasang plester
mengelilingi kassa luka
23. Rapihkan alat dank lien
24. Lepaskan sarung tangan
25. Cuci tangan
26. Dokumentasi
Sikap
38
Evaluasi Pembelajaran
1. Evaluasi akhir ditentukan berdasarkan hasil proses pembelajaran
penugasan serta hasil ujian akhir semester.
2) Pembobotan evaluasi akhir sebagai berikut:
a. Ujian Blok : 30%
b. Pleno Jurnal : 15%
c. Penkes : 20%
d. Tutorial : 15%
e. Presensi : 10%
3) Ujian terdiri dari:
Ujian memiliki persyaratan kehadiran sebagai berikut:
- Kuliah 75%
- Skill lab 100%
- Tutorial 100%
2. Kriteria Penilaian
Sistem penilaian menggunakan sistem nilai huruf yang
merupakan pembakuan dari nilai mentah dengan pembakuan
sebagai berikut:
Skore Nilai Huruf Konversi Bobot
50-59 D 1,0
60-64 C 2,0
65-69 C+ 2,5
70-74 B 3,0
75-79 B+ 3,5
80-100 A 4,0
39