Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahasiswa seringkali mendapatkan tuntutan dalam berbagai

situasi. Mahasiswa menilai tuntutan tersebut secara subjektif, sebagian dari

mereka menilai tuntutan sebagai tantangan dan sebagian yang lainnya

menilai tuntutan sebagai ancaman yang dapat menimbulkan konflik.

Perubahan situasi yang seseorang rasakan dan dapat menimbulkan rasa

khawatir, gelisah, takut, dan rasa tidak tentram dihubungkan dengan

ancaman baik dari dalam maupun luar diri dinamakan kecemasan (Anissa,

Suryani, & Mirwanti, 2018).

Kecemasan dapat menyerang siapa saja terutama seseorang yang

biasa menghadapi tantangan dan tuntutan dalam kehidupan termasuk

mahasiswa. Setiap individu memiliki tingkat kecemasan yang berbeda

tergantung cara individu tersebut menyesuaikan diri dengan keadaan yang

memicu kecemasan. Dalam pendidikan, kecemasan sering dialami

mahasiswa dalam menghadapi ujian. Ujian memiliki peranan penting dan

berfungsi untuk menilai sejauh mana mahasiswa memahami materi yang

telah diberikan. Ujian merupakan salah satu fokus utama mahasiswa dan

dapat menjadi masalah (Anissa, Suryani, & Mirwanti, 2018).

Sistem ujian selama ini bersifat (konvensional) artinya ujian

dilakukan dengan menggunakan kertas dan pensil dengan istilah sekarang

Paper Based Test (PBT), PBT yang dilakukan saat ini banyak

masalah/kendala seperti: rawan dalam penyiapan bahan ujian, penggandaan

dan distribusi naskah soal, kecurangan selama pelaksanaan ujian, perlu


langkah scanning LJK dan scoring, membutuhkan biaya banyak, tenaga,

waktu. Jadi ujian dengan PBT kurang efektif dan efisien. Perkembangan

teknologi saat ini sangat pesat sehingga memungkinkan untuk

menggunakan ICT dalam ujian. Pemanfaatan teknologi informasi (computer)

sebagai salah satu media yang digunakan untuk ujian atau tes disebut

dengan Computer Based Test (CBT), dengan CBT diharapkan mampu

menjawab kekurangan ujian konvensional (Suryanto, 2015). Pelaksanaan

ujian dengan metode CBT biasanya tidak sepenuhnya menggunakan

metode online yang memerlukan koneksi internet yang luas. Namun sering

dilakukan dengan menggunakan komputer yang terkoneksi satu sama lain

dengan Local Area Network (LAN) (Suhardi & Aiyub, 2018).

Salah satu tantangan yang harus dihadapi ketika menerapkan ujian

dengan CBT adalah siswa rentan mengalami kecemasan (Anissa, Suryani, &

Mirwanti, 2018)

Kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang sering

muncul, angka kecemasan dari tahun ke tahun terus meningkat. Kecemasan

adalah suatu respon emosional yang tidak menyenangkan, penuh

kekhawatiran, suatu rasa takut yang tidak terekspresikan dan tidak terarah

karena suatu sumber ancaman atau pikiran sesuatu yang akan datang tidak

jelas dan tidak teridentifikasi. Diperkirakan 20% dari populasi dunia

menderita kecemasan. Indonesia juga merupakan negara dimana setiap

tahunnya angka kecemasan semakin meningkat dan sebanyak 47,7%

remaja merasa cemas. Kecemasan timbul dari reaksi ketegangan-

ketegangan atau dari sistem dalam tubuh, ketegangan ini akibat suatu

dorongan dari dalam atau dari luar (Yuhelrida, Andriani, & Sofya, 2016). Di
Jawa Barat permasalahan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mencapai

1,6% atau 72.000 orang, sedangkan orang dengan masalah kejiwaan

(ODMK) mencapai 9,3% atau sekitar 3.000.000 orang dari total penduduk

45.000.000 orang (Abdussalam, 2018). Menurut data yang diperoleh dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, jumlah penderita gangguan jiwa pada

tahun 2019 sebanyak 1.509 orang dari 1,3 juta penduduk. Keluhannya

berkaitan dengan fungsi mental seperti emosi, kognisi, dan konasi yang

dapat meimbulkan kecemasan (Dinkes, 2019). Gangguan homeostasis dan

fungsi individu akan terjadi apabila sudah memasuki tingkat kecemasan

sedang hingga berat sangat (Syarifah, 2013).

Faktor yang menyebabkan kecemasan ujian adalah banyaknya

beban pikiran, kurangnya belajar sebelum ujian, tingginya harapan orang tua

dan kurangnya aktifitas fisik (Yuhelrida, Andriani, & Sofya, 2016).

Peningkatan kecemasan ujian dengan alasan apapun cenderung memiliki

dampak negatif pada kinerja individu tersebut khususnya dalam mengikuti

ujian. Kecemasan saat ujian adalah masalah yang berakibat negatif dan

dapat mempengaruhi hasil dari siswa. Masalah akademik seperti kegagalan

saat proses akademik menjadi prediktor utama kecemasan salah satunya

adalah karena ujian. Sangat sedikit penelitian terkait tingkat kecemasan

mahasiswa dalam menghadapi CBT sementara penggunaan komputer

dalam dunia pendidikan telah populer digunakan untuk menilai siswa

(Anissa, Suryani, & Mirwanti, 2018).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anissa, Suryani & Mirwanti

(2018) mengenai tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi CBT

menunjukkan 26.4% mahasiswa tidak mengalami kecemasan, 27.6%


mahasiswa mengalami kecemasan ringan, 32,2% mahasiswa mengalami

kecemasan sedang, 13.0% mahasiswa mengalami kecemasan berat, dan

0.8% mahasiswa mengalami kecemasan sangat berat. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Suhardi & Aiyub (2018), menunjukan mahasiswa Sarjana

Keperawatan yang mengikuti ujian CBT di Fakultas Keperawatan Universitas

Syiah Kuala didapatkan bahwa kecemasan yang paling tinggi dialami oleh

mahasiswa saat mengikuti ujian CBT yaitu, kecemasan sedang (75,6%),

kemudian diikuti oleh kecemasan ringan (22,1%), dan kecemasan berat

(2,3%).

Dalam Al-Quran Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menyampaikan

pesan kepada kita agar mengendalikan emosi sedih dan gembira. Tidak

semestinya kita terlarut dalam kesedihan atau tekanan psikologis karena

kehilangan sesuatu yang kita cintai atau karena tidak bisa memiliki apa yang

kita harapkan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat

Al-Insyirah : 5-8

   


   
   
  
  
Artinya : “karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka

apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah

hendaknya kamu berharap.” (Q.S Al-Insyirah : 5-8)


Menurut Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim “Dari Abu Said Al-

Khudri dan dari Abu Hurairah r.a Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa

Sallam bersabda : Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau

penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri

yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya

karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573)

Bagi seseorang yang beragama islam kecemasan dan penyakit

dapat dianggap musibah, cobaan, peringatan dan ujian keimanan

seseorang. Oleh karena itu kecemasan yang dialami sehari-hari oleh kita

perlu segera dikenali dan ditangani agar tidak menimbulkan komplikasi yang

pada akhirnya akan menurunkan produktivitas dan kualitas hidup.

Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 Februari 2019

dengan metode wawancara kepada 10 mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Ciamis menunjukkan bahwa 7 dari 10 orang

mengatakan merasa cemas dalam menghadapi ujian CBT. Responden yang

menunjukan kecemasan mengaku bahwa kecemasan timbul karena

tingginya harapan akan tetapi kurang belajar sebelum ujian dan kurangnya

memahami materi yang akan diujikan.

Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Gambaran tingkat kecemasan mahasiswa dalam

menghadapi ujian berbasis Computer Based Test (CBT) di Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis”.


B. Rumusan Masalah

Angka kecemasan dari tahun ke tahun terus meningkat, menurut

data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, jumlah

penderita gangguan jiwa pada tahun 2019 sebanyak 1.509 orang dari 1,3

juta penduduk. Keluhannya berkaitan dengan fungsi mental seperti emosi,

kognisi, dan konasi yang dapat meimbulkan kecemasan. Masalah akademik

seperti kegagalan saat proses akademik menjadi prediktor utama

kecemasan salah satunya adalah karena ujian. Faktor yang menyebabkan

kecemasan ujian adalah banyaknya beban pikiran, kurangnya belajar

sebelum ujian, dan tingginya harapan orang tua. Peningkatan kecemasan

ujian dengan alasan apapun cenderung memiliki dampak negatif pada

kinerja individu tersebut. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti

”Bagaimana gambaran tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi

ujian berbasis Computer Based Test (CBT) di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Ciamis?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui Gambaran

tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi ujian berbasis

Computer Based Test (CBT) di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Ciamis.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran faktor penyebab kecemasan

mahasiswa dalam menghadapi ujian berbasis CBT di Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis.


b. Untuk mengetahui kejadian kecemasan pada mahasiswa yang

mengikuti ujian berbasis CBT di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Ciamis.

c. Untuk mengetahui dampak dari tingkat kecemasan mahasiswa dalam

menghadapi ujian berbasis CBT di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Ciamis.

3. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini disajikan sebagai bahan informasi yang

berguna bagi pengembangan ilmu keperawatan mengenai penanganan

kecemasan yang baik bagi mahasiswa dalam menghadapi ujian.

2. Manfaat Praktis

a. Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan referensi dan evaluasi bagi

pendidikan kesehatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Ciamis.

b. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui informasi

kecemasan yang umumnya muncul ketika meghadapi ujian berbasis

CBT di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk

penelitian lebih lanjut khususnya tentang metode mengurangi

kecemasan dalam menghadapi ujian serta sebagai bahan

pertimbangan untuk perbaikan metode penelitian berikutnya.


3. Keaslian Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan oleh Suhardi & Aiyub (2018), dari

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah

Kuala Banda Aceh. Jenis penelitian ini adalah deskriptif explorative dengan

pendekatan penelitian cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah

mahasiswa Sarjana Keperawatan Universitas Syiah Kuala. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan total sampling.

nstrumen dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner

Nist and Diehl Anxiety Questionare dan dianalisa dengan uji statistik

univariat. Persamaan penelitian ini dengan yang akan penulis lakukan

adalah sama-sama meneliti tentang tingkat kecemasan mahasiswa dalam

menghadapi ujian CBT. Perbedaan penelitian dengan yang akan penulis

lakukan adalah peneltiannya merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif

dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan

teknik stratified random sampling. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh

mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis. Instrumen yang digunakan

penelitian ini adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).

Anda mungkin juga menyukai